Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
OLEH: LUH PUTU SHINTYA ANDRIANI P07120016 034
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri 1. Definisi Defisit Perawatan Diri Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi
kebutuhannya
guna
mempertahankan
kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes RI, 2010). Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, serta toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu harus bisa dilakukan secara mandiri (Direja, 2011). Sedangkan menurut SDKI (2016) defisit perawatan diri adalah tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri. Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah, 2015). Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun (Keliat dkk, 2014).
Jadi,
defisit
perawatan
diri
adalah
ketidakmampuan
seseorang melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, dan toileting) dikarenakan gangguan pada kondisi kesehatannya.
2. Etiologi Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes RI (2010), penyebab kurang perawatan diri adalah: a. Faktor Predisposisi 1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. 2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. 3) Kemampuan Realitas Turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. 4) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. b. Faktor Presivitasi Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut
Depkes RI (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1) Body Image Gambaran
individu
terhadap
dirinya
sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. 2) Praktik Sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3) Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4) Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5) Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6) Kebiasaan Seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain. 7) Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
3. Tanda dan Gejala a. Mandi/hygiene Klien
mengalami
ketidakmampuan
dalam
membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu, atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi. b. Berpakaian/berhias Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, mnggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,
melepaskan
pakaian,
menggunakan
kaos
kaki,
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu. c. Makan Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah
makanan,
menggunakan
alat
tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman. d. BAB/BAK Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
memebersihkan diri setelah BAB/BAKdengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil. Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko tinggi isolasi sosial (Direja, 2011). Sedangkan menurut Depkes RI (2010) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: a. Fisik 1) Badan bau, pakaian kotor. 2) Rambut dan kulit kotor. 3) Kuku panjang dan kotor. 4) Gigi kotor disertai mulut bau. 5) Penampilan tidak rapi. b. Psikologis 1) Malas, tidak ada inisiatif. 2) Menarik diri, isolasi diri. 3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. c. Sosial 1) Interaksi kurang. 2) Kegiatan kurang. 3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma. 4) Cara makan tidak teratur. 5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
4. Patofisiologi Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya gangguan jiwa yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya gangguan defisit perawatan diri pada klien (Stuart dan Laraia, 2005). Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan adalah pada perilaku maladaptif
pasien
(Townsend,
2005).
Secara
biologi
riset
neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga area otak yang dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi yaitu sistem limbik, lobus frontalis dan hypothalamus. Lobus frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti dalam perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan sistem limbik (Struat dan Laraia, 2005). Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat meyebabkan gangguan berfikir, dan gangguan dalam bicara/disorganisasi pembicaraan serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif
seperti
tidak
mau
merawat
diri:
mandi,
berpakaian/berhias, makan, toileting (Townsend 2005). Hypotalamus memiliki fungsi utama yaitu sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood dan motivasi. Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita temui pada klien dengan defisit perawatan diri, dimana klien butuh lebih banyak motivasi dan dukungan untuk dapat merawat dirinya (Stuart dan Laraia, 2005). Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) (Hawari, 2008). Jika terjadi penurunan serotonin akan mengakibatkan kecenderungan perilaku yang kearah maladaptif. Pada klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat terlihat dengan tidak adanya aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti: mandi, berganti pakaian, makan dan toileting (Wilkinson, 2007). 5. Rentang Respon Adaptif
Maladaptif
Pola perawatan diri
Kadang perawatan diri,
seimbang
kadang tidak
Tidak melakukan perawatan diri pada saat stres
a. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu untuk berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri. b. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya. c. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak pegduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stress (Direja, 2011).
6.
Mekanisme Koping Mekanisme
koping
berdasarkan
penggolongan
dibagi
menjadi 2 menurut Damaiyanti (2012) yaitu: a. Mekanisme
Koping
Adaptif:
mekanisme
koping
yang
mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai
tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri. b. Mekanisme Koping Maladaptif: mekanisme koping yang menghambat
fungsi
integrasi,
memecah
pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri. 7. Penatalaksanaan a. Farmakologi 1) Obat anti psikosis
: Penotizin.
2) Obat anti depresi
: Amitripilin.
3) Obat antu ansietas
: Diasepam, bromozepam, clobozam.
4) Obat anti insomia
: phnebarbital.
b. Terapi 1) Terapi Keluarga Berfokus
pada
keluarga
dimana
keluarga
membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian: (a) Jangan memancing emosi klien. (b) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga. (c) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat. (d) Dengarkan,
bantu,
dan
anjurkan
pasien
untuk
mengemukakan masalah yang dialaminya. 2) Terapi Aktivitas Kelompok Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang harus dilakukan: (a) Manfaat perawatan diri. (b) Menjaga kebersihan diri.
(c) Tata cara makan dan minum. (d) Tata cara eliminasi. (e) Tata cara berhias. 3) Terapi Musik Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk mengembalikan kesadaran pasien. Penatalaksanaan menurut Direja (2011) adalah sebagai berikut. a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri. b. Membimbing dan menolong klien merawat diri. c. Ciptakan lingkungan yang mendukung. 8. Dampak Dampak dari defisit perawatan diri menurut Damaiyanti (2012) sebagai berikut: a. Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak
terpeliharanya
kebersihan
perorangan
dengan
baik,
gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. b. Dampak Psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman, kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. 9. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul a. Defisit Perawatan Diri b. Harga Diri Rendah c. Risiko Tinggi Isolasi Diri
B. Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Adapun konsep asuhan keperawatan jiwa defisit perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa (Elvara, 2017). 1. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (lyer, et. All., 1996). Adapun yang harus dikaji dalam asuhan keperawatan defisit perawatan diri yaitu: a. Identitas yang meliputi: nama, tempat/tanggal lahir, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, telephone, alamat. b. Alasan masuk Tanyakan kepada klien dan keluarga 1) Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat ini? 2) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah? 3) Bagaimana hasilnya? c. Faktor Penyebab Faktor Penyebab
Bagian-Bagian
Contoh
Faktor Predisposisi
Perkembangan
Keluarga
terlalu
melindungi
dan
memanjakan
klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan
klien
tidak
mampu
melakukan perawatan diri. Kemampuan realitas Klien turun
dengan
gangguan
jiwa
dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan
lingkungan termasuk perawatan diri. Sosial
Kurang
dukungan
dan
latihan
kemampuan perawatan
diri
lingkungannya. Situasi
lingkungan
mempengaruhi latihan
kemampuan
dalam
perawatan
diri. Faktor Presipitasi
Body Image
Gambaran terhadap
individu dirinya
sangat mempengaruhi kebersihan misalnya: adanya
diri, dengan perubahan
fisik
sehingga
individu tidak peduli dengan
kebersihan
dirinya. Praktik Sosial
Pada
anak-anak
selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan terjadi
akan
perubahan
pola
personal
hygiene. Status Ekonomi
Sosial Personal
hygiene
memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang
semuanya
memerlukan
uang
untuk menyediakannya. Pengetahuan
Pengetahuan personal
hygiene
sangat
penting
karena pengetahuan yang
baik
dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada penderita
pasien diabetes
militus
dia
harus
menjaga kebersihan kakinya. Budaya
Disebagian masyarakat
jika
individu
sakit
tertentu tidak boleh dimandikan. Kebiasaan
Ada kebiasaan orang
Seseorang
yang
menggunakan
produk
tertentu
dalam perawatan diri seperti
penggunaan
sabun,
shampoo,
pasta gigi. Kondisi fisik atau Pada psikis
tertentu
keadaan atau
kemampuan
sakit untuk
merawat
diri
berkurang dan perlu bantuan
untuk
melakukannya.
d. Pemeriksaan Fisik a. Rambut: Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur. b. Kepala: Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan. c. Mata: Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah
d. Hidung: Lihat kebersihan hidung, membran mukosa e. Mulut:
Lihat
keadaan
mukosa
mulut,
kelembabannya,
kebersihan f. Gigi: Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi g. Telinga: Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi h. Kulit: Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu. i. Genetalia: Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan e. Psikososial 1) Genogram 2) Konsep diri 3) Hubungan sosial 4) Spiritual f. Status mental a. Penampilan b. Pembicaraan c. Aktivitas motorik d. Alam perasaan e. Afek f. Interaksi selama wawancara g. Persepsi h. Proses pikir i. Isi pikir j. Tingkat kesadaran k. Memori l. Tingkat konsentrasi dan berhitung m. Kemampuan penilaian
n. Daya tilik diri g. Kebutuhan persiapan pulang a. Makan b. BAB/BAK c. Mandi d. Berpakaian e. Istirahat dan tidur f. Penggunaan obat g. Pemeliharaan kesehatan h. Kegiatan didalam rumah i. Kegiatan di luar rumah h. Mekanisme koping Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. i. Masalah psikososial dan lingkungan Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap masalah yang dimilki klien, beri uraian spesifik, singkat dan jelas. j. Pengetahuan Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap item yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah. k. Aspek medik Tuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang merawat. Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmako, dan terapi lainnya. l. Analisa Data Data
Masalah
Data Subjektif: 1. Mengungkapkan
Defisit Perawatan Diri dirinya
malas
melakukan perawatan diri (mandi,
dan berhias). 2. Mengungkapkan
dirinya
tidak
ingin makan. Data Objektif: 1. Tercium aroma tidak sedap dari tubuh klien. 2. Pakaian terlihat kotor. 3. Rambut dan kulit kotor. 4. Kuku panjang dan kototr. 5. Gigi kotor dan aroma mulut tidak sedap. 6. Penampilan tidak rapi. 7. Tidak bisa menggunakan alat mandi. Data Subjektif: 1. Menilai diri negatif (misal. Tidak berguna, tidak tertolong). 2. Merasa malu atau bersalah. 3. Merasa tidak mampu melakukan apapun. 4. Meremehkan kemampuan mengatasi masalah. 5. Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif. 6. Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri. 7. Menolak penilaian positif tentang diri sendiri. Data Objektif:
Harga Diri Rendah
1. Enggan mencoba hal baru. 2. Berjalan menunduk. 3. Postur tubuh menunduk. Data Subjektif:
Gangguan
1. Merasa tidak nyaman dengan
Sosial.
situasi sosial. 2. Merasa sulit menerima atau mengkomunikasikan perasaan. Data Objektif: 1. Kurang responsif atau tertarik pada orang lain. 2. Tidak berminat melakukan kontak emosi dan fisik. (SDKI, 2016). m. Pohon Masalah
n. Daftar Masalah 1. Defisit Perawatan Diri 2. Harga Diri Rendah 3. Gangguan Interaksi Sosial
Interaksi
2. Diagnosa Keperawatan Defisit Perawatan Diri
3. Intervensi Keperawatan (Direja, 2011) Waktu Hari, Tgl/ Bln/ Thn
Dx Kep Defisit
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
1. Identifikasi TUM: Setelah Klien mampu diberikan Perawat kemampuan melakukan tindakan an Diri perawatan diri: klien dalam keperawatan hygiene. perawatan diri. selama 1x15 TUK I: 2. Jelaskan 1. Klien dapat menit, diharapkan menyebutkan pentingnya defisit pengertian merawat perawatan diri dan kebersihan diri. tanda- tanda (mandi) pasien teratasi kebersihan 3. Jelaskan alat dengan diri. alat untuk 2. Klien dapat kriteria hasil: 1. Klien menjaga mengetahui mampu pentingnya kebersihaan menjaga kebersihan diri. kebersihan diri. secara 4. Jelaskan cara3. Klien dapat diri mandiri. mengetahui cara melakukan 2. Klien bagaimana kebersihan diri. cara menjaga mampu meny ebutkan 5. Latih pasien kebersihan pengertian diri. cara dan mempraktikkan tanda-tanda kebersihan cara menjaga diri. kebersihan diri. 3. Klien dapat mengetahui pentingnya
Rasional 1.
2.
3.
4.
5.
Mengetahui permasalahan yang terjadi pada diri klien. Agar klien tahu pentingnya kebersihan diri. Memberitahu klien alat - alat yang digunakannya. Agar klien bisa mengetahui cara – cara kebersihan diri secara mandiri. Melatih pasien agar dapat melakukan perawatan diri secara mandiri.
Hari, Tgl/ Bln/
Defisit TUK II: Klien dapat Perawat berdandan an Diri secara mandiri.
Thn
kebersihan diri. Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x15 menit, diharapkan defisit perawatan diri (berdandan) pasien teratasi dengan kriteria hasil: 1. Klien mampu
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri (mandi) dan beri pujian. 2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan. 3. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri: sisiran, rias muka untuk perempuan; sisiran, cukuran untuk pria. 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan.
1.
Untuk mengetahui kemajuan klien dalam merawat diri dan sebagai respon positif terhadap tindakan klien. 2. Memberitahu klien bagaimana cara berdandan dan alat yang digunakannya. 3. Agar klien bisa berdandan secara mandiri. 4. Agar klien
1. Evaluasi
1. Untuk mengetahui
terbiasa
dengan
kegiatan yang telah diajarkan.
mengganti baju secara rutin, menyisir rambut dan memotong kuku. Hari,
Defisit
Tgl/
Perawat Klien
Bln/
an Diri
Thn
TUK III: mampu
Setelah diberikan
kemampuan
kemampuan klien
melakukan
tindakan
klien berdandan
dalam
makan dengan
keperawatan
dan beri pujian.
sebagai
baik.
selama 1x15 2. Jelaskan menit,
cara
mempersiapkan
positif
berdandan respon tindakan
sebelumnya.
diharapkan defisit
makan.
2. Melatih
3. Jelaskan
perawatan diri
makan
(makan)
tertib.
klien
cara
mempersiapkan
yang
peralatan
makan
secara mandiri.
pasien teratasi 4. Jelaskan
cara 3. Agar
klien
dengan
merapihkan
mengetahui
kriteria hasil:
peralatan
makan yang baik.
1. Klien dapat makan secara
makan
setelah 4. Agar klien mampu
makan. 5. Latih
merapikan praktik
teratur dan
makan
baik.
dengan tahapan
2. Klien dapat mempersiap kan makan,
makan baik.
cara
sesuai
peralatan
setelah
makan
secara
mandiri.
yang 5. Agar klien dapat makan
teratur
secara mandiri.
makan, dan membersih kan peralatan makan secara mandiri. Hari,
Defisit TUK IV:
Tgl/
Perawat Klien
Bln/
an Diri melakukan
Thn
defekasi
Setelah
mampu
atau
berkemih (BAB / BAK) secara mandiri.
1. Jelaskan tempat 1. Agar klien dapat menjelaskan diberikan defekasi atau tempat BAB / tindakan berkemih (BAB BAK yang sesuai. keperawatan / BAK) yang 2. Agar klien mengetahui cara selama 1x15 sesuai. membersihkan diri menit, 2. Jelaskan cara setelah BAB/ BAK diharapkan membersihkan secara mandiri. 3. Agar klien
defisit
diri
setelah
mengetahui cara membersihkan perawatan diri BAB / BAK. tempat BAB/ BAK (BAB / BAK) 3. Jelaskan cara secara mandiri. pasien teratasi membersihkan 4. Untuk mengetahui kemampuan klien dengan tempat BAB/ dapat perawatan kriteria hasil: BAK. diri BAB/ BAK 1. Klien 4. Evaluasi secara mandiri sebagai respon mampu kemampuan positif tindakan menjelas BAB / BAK perawatan yang kan tempat klien. diberikan. BAB
/
BAK dengan tepat. 2. Klien mampu membersih kan diri dan tempat BAB
/
BAK secara mandiri.
4. Implementasi Keperawatan Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum, evaluasi membandingkan keadaan yang ada pada pasien dengan kriteria hasil pada perencanaan. Evaluasi menggunakan system SOAP (Subjektif, objektif, analisis, planning).