Lp Koping Individu Tidak Efektif Fit New

  • Uploaded by: Meilani Sita Dewi
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Koping Individu Tidak Efektif Fit New as PDF for free.

More details

  • Words: 3,904
  • Pages: 16
Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH : KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF A. Pengertian Koping individu tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana individu mempunyai pengalaman atau mengalami keadaan yang berisiko tinggi, suatu ketidakmampuan untuk mengatasi stressor internal dan ekternal secara adekuat yang berhubungan dengan tidak adekuatnya sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku dan kognitif (Carpenito, 2000). Sedangkan koping individu tidak efektif merupakan ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang valid tentang stressor, ketidakadekuatan pilihan respons yang dilakukan, dan atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia (NANDA, 2011, Wilkinson, 2007). Menurut Kim (2006) koping individu tidak efektif merupakan kerusakan perilaku dan kemampuan adaptif seporang individu dalam memenuhi tuntutan dan peran hidupnya. Koping individu tidak efektif merupakan keadaan ketika seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku dan kognitif) (Carpenito-Moyet, 2007). B. Penyebab Menurut NANDA (2011) koping individu tidak efektif dapat disebabkan karena adanya: 1. Gangguan dalam pola penilaian ancaman 2. Gangguan dalam pola melepaskan tekanan/ketegangan 3. Perbedaan gender dalam strategi koping 4. Derajat ancaman yang tinggi 5. Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif 6. Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat 7. Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap stressor 8. Sumber yang tersedia tidak adekuat 9. Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik hubungan 10. Krisis maturasional 11. Krisis situasional 12. Ragu/tidak percaya 13. Tingkat percaya diri yang tidak adekuat dalam kemampuan mengatasi masalah C. Karakteristik Koping Keluarga Tidak Efektif Menurut Carpenito-Moyet (2007) koping keluarga tidak efektif sering ditunjukkan dengan: 1. Mayor a. Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan b. Penggunaan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai c. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan 2. Minor a. Rasa khawatir kronis dan ansietas 1

b. c. d. e. f. g. h. i. j.

Melaporkan tentang kesukitan dengan stres kehidupan Ketidakefektifan partisipasi sosial Perilaku destruktif yang ditujukan pada diri sendiri atau orang lain Tingginya insiden kecelakaan Sering sakit Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar Pola respons non asertif Perubahan dalam pola komunikasi yang biasa Penyalahgunaan obat-obatan terlarang

D. Proses terjadinya 1. Faktor Predisposisi 1) Biologis 1) Adanya riwayat ansietas dalam keluarga, ada komponen genetik yang sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan depresi mayor 2) Ada riwayat gangguan status nutrisi (kurus, obesitas) atau anoreksia dan tidak ada perbaikan nutrisi, BB tidak ideal 3) Paparan terhadap racun, sindrom alkhohol saat janin dalam kandungan. 4) Riwayat kesehatan secara umum, misalnya menderita penyakit kronis yang membutuhkan perawatan diri yang kompleks 5) Ada riwayat sering menderita sakit 6) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok, penurunan BB 7) Ada riwayat penyalahgunaan agens kimial (obat antikolinergik, nikotin, kafein, kokain, steroid atau halusinogen, alkhohol, narkotik dan sedatifhipnotik) 8) Sensitifitas biologi: mengkomsumsi zat yang mengubah mood, tumor (otak, kimiawi tubuh, retardasi mental) a) Secara anatomi : gangguan pada sistem limbik, talamus, korteks frontal b) Sistem neurokimia: GABA mengalami defisiensi relatif atau ketidakseimbangan. Norephinefrin terlalu aktif atau kurang aktif di bagian otak yang berkaitan dengan ansietas. Serotonin kekurangan ayau ketidakseimbangan 2) Psikologis

1) Intelegensi rendah sehingga sulit memahami sebuah informasi 2) Ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara efektif ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal 3) Self kontrol:  Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif

atau

2



4) 5)

6) 7)

8)

9)

10)

11)

12)

Tingkat kemampuan mempersepsikan stimulus dan kontrol diri yang rendah  Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap stressor Pengalaman yang kurang baik tentang kondisi kesehatannya sehingga mengalami ketidakpastian Mengalami gangguan penglihatan dan pendegaran yang menyulitkan untuk melakukan interaksi atau komunikasi dengan orang lain atau membantu anggota keluarga yang sakit. Kesulitan melakukan komunikasi verbal akibat pemasangan NGT, ETT, trakeostomi dalam jangka panjang Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: ada riwayat penggunaan zat, retardasi mental, tumor otak yang menyebabkan perubahan afek atau mood Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, misalnya perceraian atau perpisahan, penjara, disersi, KDRT, perkosaan, gagal sekolah, kehilangan pekerjaan yang menimbulkan perasaan sedih dan putus asa , kehilangan orang yang dicintai, penculikan, perampokan, kehamilan di luar nikah, perselingkuhan. Menderita penyakit yang menyebabkan kehilangan anggota tubuh, dan kerusakan bentuk tubuh sekunder akibat trauma yang menyebabkan perubahan integritas tubuh, misalnya harga diri rendah, gangguan citra tubuh, gangguan peran dan ideal diri yang tidak realistis serta kerancuan identitas Sumber psikologis yang adekuat yang dapat mengancam konsep diri : tingkat percaya diri yang kurang adekuat dalam kemampuan mengatasi masalah, harga diri rendah, ketidakberdayaan, keuakinan negatif tentang diri yang berlebihan, model peran yang negatif Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan selama fase perkembangan awal, misalnya: a) Metode disiplin yang tidak konsisten b) Takut kegagalan c) Trauma masa kanak-kanak d) Orang tua dengan penyalahgunaan obat-obat terlarang e) Penolakan orang tua f) Keterampilan sosial yang buruk g) Penolakan sebaya Moral: tinggal di lingkungan dengan kelebihan beban sensori misalnya lingkungan perindustrian, urbanisasi (padat penduduk, polusi udara, aktivitas yang berlebihan) Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan sosial 3

dan dari dukungan diri sendiri sehingga menyebabkan kurangnya motivasi dalam menerima respons dari luar . 13) Kepribadian: mudah cemas. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan dengan cara yang memadai cenderung menguatkan pertahanan sehingga sehingga memudahkan menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak adaptif, individu mempunyai kerentanan yang tinggi, kepribadian narsistik, menghindar, obsesif kompulsif, dependen 14) Pertahanan psikologis : adanya konflik antara dua elemen kepribadian, id dan superego 3) Sosial budaya 1) Usia: Tidak dapat menjalankan tugas perkembangan dengan baik terutama remaja dan dewasa awal. 2) Gender/jenis kelamin: perrbedaan gender dalam strategi koping (wanita lebih banyak daripada pria (2:1) 3) Pekerjaan: bekerja tidak tetap, tidak mempunyai pekerjaan, tidak mandiri dalam ekonomi, beban kerja yang telalu tinggi 4) Penghasilan/pendapatan: kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari (sumber yang tersedia tidak adekuat), kemiskinan dan ketidakcukupan keuangan 5) Pengalaman sosial: krisis situasi yang terjadi akibat stressor yang dialaminya, tinggal di lingkungan bencana alam, perang, pekerjaan musiman/pekerja pendatang, relokasi, kehilangan orang terdekat karena kematian 6) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan budaya misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi 7) Status sosial : Penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada dan sumber pendukung yang tersedia tidak adekuat akibat karakteristik hubungan, tinggal di panti asuhan, rumah orang tua angkat, relokasi. Harus tinggal di panti asuhan, institusi pendidikan, institusional, penjara. Belum bisa memisahkan diri dari autokritas keluarga 8) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan budaya misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi 9) Agama dan keyakinan: kurang mengamalkan ajaran agama dan keyakinannya/mempunyai religi dan nilai agama yang buruk 10) Keikutsertaan daam politik: sebagai pengurus atau post power sindrome 11) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal dengan orang lain: 2. Faktor Presipitasi a) Nature 1) Biologis 4

a) Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh sehingga mengalami gangguan kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab peran, kehilangan salah satu anggota tubuhnya b) Kesehatan secara umum, misalnya didiagnosa menderita penyakit kronis yang membutuhkan perawatan diri yang kompleks, tindakan operasi yang menyebabkan kerusakan anggota tubuh c) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok, penurunan BB d) Status gizi, misalnya BB tidak ideal atau terlalu gemuk sebagai akibat dari peningkatan asupan makanan sebagai respon dari stress e) Adanya kelainan kongenital: tuli atau buta f) Adanya perubahan fisik akibat penuaan g) Sensitifitas biologi: mengkomsumsi zat yang mengubah mood, tumor (otak, kimiawi tubuh, retardasi mental) 2) Psikologis a) Ketidakmampuan dalam melakukan penilaian terhadap ancaman yang terjadi yang disebabkan karena kurangnya kemampuan memahami (intelegensi yang rendah) b) Adanya perubahan pola komunikasi yang biasa dan sehingga tidak mampu melepaskan tekanan atau ketegangan yang dialami akibat stressor yang datang c) Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: penggunaan zat, retardasi mental, tumor otak yang menyebabkan perubahan afek atau mood d) Pengalaman yang kurang baik tentang kondisi kesehatannya sehingga mengalami ketidakpastian e) Sumber psikologis yang tidak adekuat yang dapat mengancam konsep diri : tingkat percaya diri yang kurang adekuat dalam kemampuan mengatasi masalah, harga diri rendah, ketidakberdayaan, keuakinan negatif tentang diri yang berlebihan, model peran yang negatif f) Menderita penyakit yang menyebabkan kehilangan anggota tubuh, dan kerusakan bentuk tubuh sekunder akibat trauma yang menyebabkan perubahan integritas tubuh, misalnya harga diri rendah, gangguan citra tubuh, gangguan peran dan ideal diri yang tidak realistis serta kerancuan identitas g) Tindakan operasi yang menyebabkan kerusakan anggota tubuh yang berdampak pada perubahan citra tubuh h) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok, penurunan BB sehingga menjadi harga diri rendah dan gangguan citra tubuh karena terjadi perubahan penampilan 5

i)

Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, misalnya perceraian atau perpisahan, penjara, disersi, KDRT, perkosaan, gagal sekolah, kehilangan pekerjaan yang menimbulkan perasaan sedih dan putus asa j) Moral: tinggal di lingkungan dengan kelebihan beban sensori misalnya lingkungan perindustrian, urbanisasi (padat penduduk, polusi udara, aktivitas yang berlebihan) k) Kepribadian: mudah cemas. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan dengan cara yang memadai cenderung menguatkan pertahanan sehingga keluarga melakukan penolakan pada klien dan terhadap pengobatan l) Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan sosial dan dari dukungan diri sendiri sehingga menyebabkan kurangnya motivasi dalam menerima respons dari luar . m) Self kontrol:  Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif 

Tingkat kemampuan mempersepsikan stimulus dan kontrol diri yang rendah  Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap stressor n) Ketidakadekuatan sumber psikologis yang mengancam konsep diri (1) Masa remaja  Perubahan fisik dan emosional 

Kemandirian dari keluarga



Hubungan persahabatan



Kesadaran seksual



Kebutuhan pendidikan

 Pilihan karier (2) Dewasa muda  Pilihan karier 

Kebutuhan pendidikan



Menjadi orang tua



Meninggalkan rumah

 Menikah (3) Usia paruh baya  Tanda-tanda fisik penuaan 

Tekanan karier



Masalah membesarkan anak



Masalah dengan kerabat 6



Kebutuhan status sosial

 Orang tua yang menjadi lansia (4) Lansia  Perubahan fisik 

Perubahan status finansial



Perubahan tempat tinggal



Pensiun

 Respons orang lain terhadap individu lansia 3) Sosial budaya a) Usia: Krisis maturasional b) Gender: jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami kegagalan menjalankan peran c) Pendidikan: kebutuhan pendidikan, putus sekolah, gagal sekolah d) Penghasilan/pendapatan: kurang mencukupi untuk kebutuhan seharihari (sumber yang tersedia tidak adekuat), kemiskinan dan ketidakcukupan keuangan, adanya perubahan status finansial e) Pekerjaan: Pilihan karier, tidak tetap, penggangguran atau baru terkena PHK, turun jabatan, memasuki masa pensiun f) Status sosial : 1) Penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada dan sumber pendukung yang tersedia tidak adekuat 2) Perpisahan dengan keluarga karena harus dirawat di rumah sakit atau perawatan di panti 3) Harus tinggal di panti asuhan, institusi pendidikan, institusional, penjara 4) Adanya perubahan tempat tinggal 5) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan budaya misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi 6) Keikutsertaan partai politik dan organisasi: aktif mengikuti kegiatan politik dan organisasi atau post power sindrom 7) Pengalaman sosial: krisis situasi yang terjadi akibat stressor yang dialaminya, tinggal di lingkungan bencana alam, perang, pekerjaan musiman/pekerja pendatang, relokasi, kehilangan orang terdekat karena kematian 8) Peran sosial: keterlibatan individu dalam kegiatan sosial di masyarakat yang kurang. b) Origin 1) Internal: Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya 7

2) Eksternal: Kurangnya dukungan keluarga dan orang sekitar/masyarakat serta peer group c) Timing: Stres dapat terjadi dalam waktu yang berdekatan, stress dapat berlangsung lama atau stres dapat berlangsung secara berulang-ulang atau terus menerus d) Number: Sumber stres dapat lebih dari satu dan terjadi selama usia perkembangan dan pertumbuhan dan biasanya stressor dinilai sebagai masalah yang sangat berat E. Penilaian Terhadap Stressor 1. Kognitif a. Kesulitan mengorganisasi informasi b. Ketidakmampuan memperhatikan informasi c. Konsentrasi buruk dan tidak berani mengambil resiko d. Mengungkapkan ketidakmampuan meminta bantuan e. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah f. Mengungkapkan sering menderita sakit g. Mengungkapkan sering mengalami kecelakaan h. Mengungkapkan tidak bisa memenuhi peran yang diharapkan i. Mengungkapkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar j. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk memecah masalah k. Mengungkapkan kesulitan dengan stres kehidupan 2. Afektif a. Merasa depresi b. Merasa takut c. Merasa mudah marah d. Merasa frustasi e. Merasa cemas yang berlebihan f. Merasa tidak sabar g. Merasa tidak bersemangat 3. Fisiologis a. Perasaan letih b. Gangguan tidur c. Bukti adanya kekerasan fisik/psikologis d. Peningkatan tekanan darah, pusing e. Sakit kepala f. Kurang napsu makan g. Penurunan berat badan h. Konstipasi/diare i. Mual/muntah j. Gangguan skilus haid 8

4. Perilaku a. Penyalahgunaan agens kimia / obat-obat terlarang b. Perilaku destruktif terhadap orang lain dan diri sendiri c. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar d. Ketidakmampuan memenuhi harapan peran e. Tidak dapat melakukan pemecahan masalah secara adekuat f. Kurangnya perilaku yang berfokus pada pencapaian tujuan, penyelesaian

masalah, termasuk ketidakmampuan untuk mengikuti dan mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan informasi g. Kurangnya upaya untuk mencari resolusi masalah h. Menggunakan bentuk koping yang mengganggu perilaku adaptif i. Ekspresi wajah tentang harapan yang tidak realistis j. Ketidaktepatan penggunaan mekanisme pertahanan diri k. Pengambilan keputusan /tindakan yang merusak keharmonisan keluarga l. Penyalahgunaan obat, alkhohol, rokok, menyalahkan diri sendiri 5. Sosial a. Perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya b. Penurunan penggunaan dukungan sosial c. Manipulasi verbal d. Perubahan dalam partisipasi di lingkungan sosial e. Pola respon non asertif atau ketidakmampuan mengekspresikan perasaan kepada orang lain f. Anggota keluarga berpisah atau membentuk koalisi yang tidak mendukung g. Interaksi dengan kata-kata antara keluarga dan pasien tidak ada atau menurun h. Orang yang berarti menarik diri atau memasuki komunikasi personal dengan klien secara temporer atau terbatas pada saat dibutuhkan i. Hubungan yang kejam dan melalaikan anggota keluarga lain F. Sumber Koping 1. Personal ability a. Kemampuan dalam berkomunikasi secara verbal dan non verbal b. Kemampuan dalam memecahkan masalah: mengidentifikasi masalah yang dihadapi, mengidentifikasi penyebab dari masalah tersebut, menguraikan alternatif pemecahan yang dapat digunakan dan kemampuan mencari sumber pendukung yang dapat digunakan untuk mengatasi masalahnya c. Hubungan interpersonal dengan orang lain di sekitarnya d. Pengetahuan klien tentang tindakan atau cara yang dapat digunakan untuk menghadapi stressor e. Adanya gangguan fisik (kesehatan secara umum) yang menghambat upaya membantu anggota keluarganya yang sakit. 2. Sosial support 9

a. Hubungan yang baik atau kurang baik antar individu, keluarga kelompok dan

masyarakat. b. keterlibatan dalam organisasi social/kelompok sebaya atau adanya komitmen organisasi kemasyarakatan yang ada disekitarnya c. Adanya kader kesehatan jiwa yang dapat membantu menguraikan atau membantu masalah kesehatan yang dihadapi oleh anggota keluarganya d. Adanya kader kesehatan di sekitar tempat tinggal 3. Material asset a. Penghasilan secara individu : cukup atau tidak b. Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah, rumah, tabungan) untuk melakukan perawatan anggota keluarganya yang sakit c. Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES yang dapat digunakan untuk mendukung pengobatan anggota keluarganya. d. Pekerjaan/vokasi/posisi : memiliki atau tidak e. Akses pelayanan kesehatan terdekat yang dapat didatangi oleh anggota keluarganya 4. Positive belief a. Kenyakinan dan nilai positif tentang dirinya sendiri bahwa mampu menghadapi stressor dengan cara yang lebih baik b. Memiliki motivasi atau tidak dalam menghadapi stressor menggunakan cara yang telah dimiliki c. Orientasi klien terhadap kesehatan terutama dalam hal pencegahan terjadinya penyakit yang lebih parah pada keluarganya dari pada mengobati G. Mekanisme Koping 1. Konstruktif Kecemasan dijadikan sebagai tanda dan peringatan. Individu menerimanya sebagai suatu pilihan untuk memecahkan masalah seperti dengan cara a. Negosiasi/kompromi b. Meminta saran c. Perbandingan positif, penggantian rewards 2. Destruktif Menghindari kecemasan dengan cara tanpa menyelesaikan masalah atau konflik tersebut tetapi dengan cara : a. Denial b. Supresi c. Proyeksi d. Menyerang e. Menarik diri H. Diagnosa Keperawatan 10

Koping Individu Tidak Efektif I.

Tindakan keperawatan (Wilkinson, 2007) Ditujukan pada individu: 1. Tujuan: a. Klien menunjukkan koping yang efektif dengan indikator:. 1) Mengidentifikasi pola koping yang efektif dan tidak efektif 2) Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan 3) Menggunakan perilaku untuk menurunkan stres 4) Mengindentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping 5) Melaporkan penurunan perasaan negatif b. Klien menunjukkan pengendalian impuls dengan mempertahankan pengendalian diri tanpa pengawasan secara konsisten c. Klien menunjukkan pemprosesan informasi yang normal dengan menunjukkan proses berpikir logis secara konsisten 2. Tindakan keperawatan: a. Pantau prilaku agresif b. Identifikasi pandangan klien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan pandangan pemberi pelayanan kesehatan c. Peningkatan koping: 1) Nilai kesesuaian klien terhadap perubahan gambaran diri, sesuai dengan indikasi 2) Nilai dampak dari situasi kehidupan klien terhadap peran dan hubungannya dengan orang lain 3) Evaluasi kemampuan klien dalam membuat keputusan 4) Eksplorasi metode yang digunakan klien oada masa sebelumnya dalam mengatasi masalah kehidupannya 5) Tentukan kemungkinan terjadinya resiko menyakiti diri d. Berikan pendidikan kesehatan pada individu untuk meningkatkan koping 1) Berikan informasi aktual yang terkait dengan diagnosis, pengobatan dan prognosis 2) Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi sesuai dengan kebutuhan 3) Berikan latihan keterampilan sosial yang sesuai. e. Berikan aktivitas lain yang dapat meningkatkan kemampuan koping individu dalam menghadapi stressor 1) Bantu klien dalam mengembangkan rencana untuk menerima atau mengubah situasi. 2) Bantu klien dalam ,mengidentifikasi kekuatan personal 3) Dukungan klien untuk terlibat dalam perencanaan aktivitas perawatan, mengawali percakapan dengan orang lain dan berpartisipasi dalam aktivitas. 4) Minta keluarga untuk mengunjungi bila memungkinkan. 5) Bantu klien meningkatkan kemampuan koping dengan cara a) Anjurkan klien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang realistis b) Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan 11

f.

c) Turunkan rangsangan lingkungan yang dapat disalahartikan sebagai suatu ancaman d) Ciptakan suasana penerimaan e) Hindari pembuatan keputusan pada saat klien berada dalam stres berat f) Bantu penyaluran kemarahan dan rasa bermusuhan secara konstruktif g) Eksplorasi alasan klien terhadap kritik diri h) Atur situasi yang mendukung autonomi klien i) Bantu klien dalamm mengidentifikadsi respons positif dari orang lain j) Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang sesuai k) Dukung pengungkapan secara verbal tentang perasaan, persepsi dan ketakutan l) Bantu klien untuk mengklarifikasi kesalahpahaman m) Bantu klien untuk mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia n) Nilai dan didiskusikan respons alternatif terhadap situasi Lakukan aktivitas kolaburatif melalui: 1) Awali diskusi tentang perawatan pasien untuk melihat kembali mekanisme koping yang dimiliki klien dan buat rencana perawatan 2) Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan dukungan emosional untuk klien dan keluarga 3) Fasilitasi klien untuk mengenal kelompok yang mendukungnya, pemberi pelayanan kesehatan lainnya, dan sumber-sumber di komunitas (misalnya: kelompok pendukung) Daftar Pustaka

Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : Penebit Buku Kedokteran EGC NANDA International. (2011). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC Wilkinson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA: Lippincott Williams & Wilkins Doenges,M., Townsend, M., (2008) Nursing Diagnosis Manual ed.2. F.A Davis Company: Philadelphia. Stuart, Gail W. (2009). Principles & Practice of Psychiatric Nursing ed.8. Philadelphia: Elsevier Mosby

Townsend, Mary C. (2008). Essentials of psychiatric mental health nursing _4th ed. F. A. Davis Company: Philadelphia Varcarolis, Elizabeth M & Margareth Jordan Halter. (2010). Foundations of psychiatric mental health nursing: a clinical approach. Canada: Saunders

12

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN SP-1 Pasien : Diagnosa KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF Pertemuan ke I A. Proses keperawatan 1. Kondisi Klien Ibu...., perempuan usia .... tahun, akhir-akhir ini tampak sering marah dan cemberut. Ibu

mempunyai masalah dengan tetangganya

yang memusuhi dan dianggap sebagai sainganya sebagai pedagang di pasar . Ibu ... merasakan perasaan cemas kalau tetangganya tersebut lebih sukses darinya. Sehingga Ibu ... selalu kesal, tapi tidak mau menceritakan hal itu kepada siapapun. Ibu

selalu menyimapn masalahnya sendiri, tidak mau menceritakan

dengan siapapun. Dia hanya memendam rasa kesalnya kepada semua orang. Ibu cemas kalau usaha sebagai pedagang gagal lagi, 2.Diagnosa keperawatan koping individu tidak efektif 3. Tujuan 1. pasien mampu mengenal koping individu tidak efektif 2. pasien mampu mengatasi koping individu tidak efektif 3. pasien mampu memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasi ansietas 4. Tindakan Keperawatan 1. kaji status koping yang digunakan oleh klien: tentukan kapan mulai terjadi perasaan tidak nyaman, gejala, hubungannya dengan peristiwa dan perubahannya. 2. berikan dukungan jika pasien mengungkapkan perasaannya 3. motivasi untuk melakukan eveluasi perilaku sendiri: apa yang positif pada dirinya, apa yang perlu ditingkatkan, apa yang dipelajari tentang dirinya 4. bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif 5. ajarkan alternatif koping yang konstruktif. B, PELAKSANAAN TINDAKAN 13

SP 1Orientasi: Salam : assalamualaikum, selamat pagi bu. Perkenalkan nama saya ...... Saya biasanya dipanggil mbak

.....saya

mahasiswa ilmu keperawatan

universitas indonesia yang sedang berpraktek di Rt sini. Saya praktek di sini selama 1 minggu mulai hari senin samapi hari sabtu, mulai jam 8 sampai jam tiga sore. Nama Ibu siapa? Suka di panggil siapa? Evaluasi/ Validasi: “ Bagaimana perasaan Ibu hari ini?.. Oh jadi Ibu merasa kesal dengan tetangga Ya? Dan Ibu jadi memusuhi orang lain. Kontrak:

Baiklah

Bu

kita

nanti

akan

berbincang-bincang

tentang

perasaan Ibu.. Saya akan membantu memecahkan masalah IbuBerapa lama kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 20 menit? Dimana tempatnya bu? Bagaimana kalau di ruang tamu saja. Kerja : 

tadi Ibu

menceritakan kepada saya kalau Ibu sekarang merasa

kesal dengan tetangga Ibu? Apa yang Ibu pikirkan sekarang? oh Ibu merasa cemas dan tidak nyaman ya ? Apa yang menjadi kecemasan Ibu? Oh Ibu cemas kalau tetangga Ibu lebih kaya Ya? mulai kapan Ibu merasakan hal itu? Sebelumya Ibu apa punya masalah kok Ibu cemas menjadi tidak berhasil?? 

“Ibu usianya berapa ya? bekerja sebagai apa? Cita-cita Ibu memang ingin menjadi Pedagang?

apakah Ibu puas dengan

sebagai pedagang? Penghasilan Ibu sebagai pedagang berapa? Cukup tidak Bu untuk keperluan rumah tangga? puas ya, jadi ga masalah kalau tidak sesuai cita-cita Ibu karena ibu hanya membantu keuangan keluarga saja ya? 

Selain ibu cemas tetangga lebih sukses. Apa ada lagi yang Ibu pikirkan?apakah Ibu mempunyai masalah lain?oh tidak ada ya Bu. Usia ibu yang ... tahun ini apa pernah di rawat di RS karena penyakit Ibu? tidak ada ya Bu, selama ini Ibu Sehat-sehat saja ya? tidak ada keluhan penyakit fisik. Biasanya di mana kalau Ibu periksa kesehatan?

14



Baiklah Ibu, tadi Ibu mengatakan kalau cemas dan kesal, apa yang sudah Ibu lakukan? Oh, belum melakukan apa-apa ya, Ibu hanya bisa Kesal dan bermusuhan karena kecemasan iBu. Apakah keluarga Ibu seperti orang tua juga sering marah/kesal kalau ada masalah?bagaimana hubungan ibu dengan keluarga? Oh keluarga Ibu sangat mendukung sekali ya dengan apa yang Ibu lakukan, Ibu paling dekat dengan siapa? Kalau di masyarakat kegiatan apa yang Ibus ikuti?



Ibu, sebenarnya perasaan kesal, marah dan bermusuhan tersebut, karena Ibu tidak mendapatkan cara yang sehat dan baik untuk mengatasi masalah dan kecemasan . Menurut Ibu, apakah dengan marah dan bermusuhan bisa menyelesaikan masalah? Bagus sekali Ibu sudah tahu akibat dari perilaku Ibu



Oh ya Bu, sebelumnya apa pernah mempunyai masalah tapi ibu berhasil menyelesaikanya?boleh saya tahu pak?bagaimana Ibu menyelesaikanya? Oh jadi kalau dulu Ibu punya masalah, Ibu pergi olahraga dan pasrah kepada Allah. Bagaimana perasaan Ibu setelah itu? Bagus sekali Ibu menjadi lebih tenang. Menurut Ibu apa keuntungan yang Ibu lakukan degan olahraga dan berdoa kepada Tuhan?



Bu kalau sekarang masalah berkaitan dengan orang lain, apakah cara yang Ibu pilih tadi bisa digunakan? Bagaimana agar orang yang sedang bermasalah tersebut tahu? Bu ada banyak cara untuk menyelesaikan masalah dengan sehat, salah satunya dengan mengajak komunikasi atau bercerita dengan orang lain yang Ibu percaya dan Ibu nyaman dengannya. Tadi Ibu kan dekat dengan Suami , Ibu kan bisa bercerita dengannya. Bagaimana kalau nanti kita berlatih mengungkapkan perasaan kepada suami.

Terminasi “bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi tadi? Jika ibu merasa kesal atau marah,

bisa kembali menggunakan cara yang bapak miliki

selama ini, coba sebutkan lagi tadi apa ? Bagus sekali. Selain itu juga bisa apa tadi? Dua hari lagi saya akan datang lagi ke rumah , untuk 15

mendiskusikan tentang kegiatan yang bermanfaat yang dapat lakukan dan nanti kita bisa membuat jadwal ya, kegiatan yang bisa

lakukan

untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik.

16

Related Documents


More Documents from "THIVYAH THURUVAN"