Lp + Sp Resiko Bunuh Diri

  • Uploaded by: ViraHq
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp + Sp Resiko Bunuh Diri as PDF for free.

More details

  • Words: 2,061
  • Pages: 14
Loading documents preview...
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KASUS PERILAKU BUNUH DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

OLEH : SUSAN SUNDARI, S.Kep. NIM : 134STYJ17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI PROFESI NERS MATARAM 2018

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama : Perilaku Bunuh Diri B. Proses

terjadinya

Masalah C.

Pengertian Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping maladaptif. Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu akan akibatnya dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam dalam waktu singkat (Marasmis, 1998:431). Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Tanda dan gejala Klien dengan perilaku bunuh diri cenderung mengalami keputusasaan, menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan tertekan, insomnia yang menetap, penurunan berat badan, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan social dan pikiran dan rencana bunuh diri. 1. Tanda Subjektif : Klien mengatakan ia putus asa, cendrung menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan tertekan. 2. Tanda Objektif : Insomnia, penurunan berat badan, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial dan pikiran dan rencana

bunuh diri. 1. Penyebab Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri antara lain : 

Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.



Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan



interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan



hukuman pada diri sendiri. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

Selain itu penyebab perilaku bunuh diri juga terbagi menjadi: 1) Faktor genetik Berdasarkan penelitian 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri. Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot. 2) Faktor biologis lain Faktor Biologis lain, biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya: stroke, gangguan kerusakan kognitif (demensia), diabetes, penyakit arteri koronaria, kanker, HIV / AIDS, dll. 3) Faktor psikososial & lingkungan.  Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan 

negatif thd diri, dan terakhir depresi; Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang



berkembang, memandang rendah diri sendiri; Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya sistem pendukung sosial.

Tanda dan gejala : 1) Tanda Subjektif :  Klien mengatakan depresi pada alam perasaan, pernah melakukan  

upaya bunuh diri sebelumnya. Klien mengatakan pernah mengalami kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja Klien mengatakan riwayat psikososial  Baru berpisah, bercerai/ kehilangan  Hidup sendiri  Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami  Faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan, kegiatan kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah, batasan/gangguan kepribadian antisosial

2) Tanda Objektif :  Keputusasaan, gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial. 2. Akibat Klien dengan perilaku bunuh diri akan berakibat melukai atau mencederai dirinya sendiri. Selain itu juga dapat menyebakan orang terdekat dan sekitarnya juga dapat terluka baik secara fisik maupun psikis. Tanda dan gejala : 1) Tanda Subjektif : Klien mengungkapkan kejadian yang telah dialami atau yang dilakukan baik secara fisik maupun psikis, 2) Tanda Objektif : akibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri sendiri, dsb. D. Pohon masalah: Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain Perilaku bunuh diri core problem Harga diri Rendah

E.

Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji 1.

Masalah keperawatan a. Harga diri rendah b. Perilaku bunuh diri c. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain.

2.

Data yang perlu dikaji 1. Harga diri rendah a.)

Data subjektif : Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri

b.) Data objektif : Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup. 2. Perilaku bunuh diri a.)Data subjektif : Menyatakan dirinya ingin mati saja, tidak ada gunamya hidup. b.)Data objektif : Ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri. 3. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain a.)

Data subjektif : Menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.

b.) Data objektif : Nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls, ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.

F. Diagnosa keperawatan

yang

mungkin muncul 1. Perilaku bunuh diri 2. Harga diri rendah A. Rencana Tindakan Diagnosa I : Perilaku bunuh diri Tujuan Umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan: 

Perkenalkan diri dengan klien



Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.



Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.



Bersifat hangat dan bersahabat.



Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri Tindakan  Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).  Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.  Awasi klien secara ketat setiap saat. 3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya Tindakan:  Dengarkan keluhan yang dirasakan.  Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan.  Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.

 Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain lain.  Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup. 4. Klien dapat meningkatkan harga diri Tindakan:  Bantu

untuk

memahami

bahwa

klien

dapat

mengatasi

keputusasaannya.  Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.  Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan). 5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif Tindakan:  Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.).  Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.  Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan: 

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.



Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.



Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2.

Klien

dapat

mengidentifikasi

kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Tindakan:  Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki  Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien  Utamakan pemberian pujian yang realitas 3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga Tindakan:  Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki  Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 4.

Klien

dapat

merencanakan

kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki Tindakan : 

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.



Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.



Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

5.

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : 

Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan



Beri pujian atas keberhasilan klien



Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6.

Klien

dapat

memanfaatkan

sistem pendukung yang ada Tindakan : 

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien



Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat



Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah



Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

No. 1.

Pasien

Keluarga

SPIP

SPIk

Mengidentifikasi benda-benda yang Mendiskusikan dapat membahayakan pasien

2.

Mengamankan

masalah

yang

dirasakan keluarga dalam merawat

benda-benda

pasien yang Menjelaskan pengertian, tanda dan

dapat membahayakan pasien

gejala resiko bunuh diri, dan jenis perilaku bunuh diri yang dialami

3.

Melakukan kontrak treatment

pasien beserta proses terjadinya. Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri

4.

Mengajarkan

cara-cara

5.

mengendalikan dorongan bunuh diri Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

1

SPIIP Mengidentifikasi aspek positif pasien

SPIIk Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri

2

Mendorong pasien untuk berpikir Melatih keluarga mempraktekkan positif tentang diri

cara merawat langsung kepada pasien resiko bunuh diri

3

1

Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga SPIIIP Mengidentifikasi pola koping yang Membantu biasa diterapkan pasien

2

SPIIIk keluarga

membuat

jadwal aktivitas di rumah termasuk

minum obat (discharge planning) Menilai pola koping yang biasa Menjelaskan follow up pasien

3

dilakukan setelah pulang Mengidentifikasi pola koping yang

4

konstruktif Mendorong

5

koping yang konstruktif Menganjurkan pasien menerapkan pola

pasien

koping

memilih

konstruktif

pola

dalam

kegiatan harian 1

SPIVP Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien

2

Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis

3

Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis

4

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

DAFTAR PUSTAKA Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang. RSJD Dr. Amino Gondohutomo : Semarang. Keliat. B. A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : Egc. Keliat. B. A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, RSJP Bandung : Bandung. Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. PT. Refika Aditama : Bandung. http://rastirainia.wordpress.com/2009/11/25/laporan-pendahuluan-asuhankeperawatan-pada-klien-dengan-prilaku-percobaan-bunuh-diri/

diakses

pada tanggal 13 September 2014 Stuart G.W, Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) KLIEN DENGAN PERILAKU BUNUH DIRI A. Proses Keperawatan 1. Kondisi klien Klien dengan perilaku bunuh diri cenderung mengalami keputusasaan, menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan tertekan, insomnia yang menetap, penurunan berat badan, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan social dan pikiran dan rencana bunuh diri. 2. Diagnosa keperawatan Perilaku Bunuh Diri B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan  Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien meliputi: 

Pasien tetap aman dan selamat

 Tindakan Keperawatan untuk pasien meliputi: 

Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman



Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)



Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien mendapatkan obat



Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri

SP 1 Pasien : Pasien

membina

hubungan

saling

percaya,

identifikasi

penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya dan cara mengontrol secara fisik.

Orientasi: ”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa Fakulitas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana,

yang akan merawat bapak berapa hari

kedepan. Nama Saya Meidarina, saya lebih senang dipanggil Memey. “ Nama bapak siapa?Bapak Senang dipanggil apa” bagaimana bapak bisa berada di tempat ini?”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini” ”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang bapak rasakan? Di mana kita duduk? Di halaman depan? Berapa lama? Bagaimana kalau 25 menit” Kerja ”Bagaimana perasaan bapak

D setelah ini terjadi? Apakah dengan

bencana ini bapak D paling merasa menderita di dunia ini? Apakah Bapak D pernah kehilangan kepercayaan diri? Apakah Bapak D merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah Bapak D merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah Bapak D sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah Bapak D berniat untuk menyakiti diri sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap Bapak D mati? Apakah Bapak D pernah mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang D rasakan?” ”Baiklah, tampaknya Bapak D membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar Bapak D ini untuk memastikan tidak ada benda – benda yang membahayakan D)” ”Karena D tampaknya mash memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup D, saya tidak akan membiarkan Bapak D sendiri” ”Apa yang D lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?” ”Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya Bapak A harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi Bapak D jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.”

”Saya percaya Bapak D dapat mengatasi masalah.” Terminasi : ”Bagaimana perasaan Bapak D sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri?” ” Coba Bapak D sebutkan lagi cara tersebut!” ”Saya akan menemani Bapak D terus sampai keinginan bunuh diri hilang.” (jangan meninggalkan pasien).

Related Documents


More Documents from "Muh Rusdi Arsyad"

Lp + Sp Resiko Bunuh Diri
January 2021 1