Makalah Agama Tentang Syariah, Ibadah, Dan Muamalah

  • Uploaded by: Emmily yaka
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Agama Tentang Syariah, Ibadah, Dan Muamalah as PDF for free.

More details

  • Words: 3,199
  • Pages: 20
Loading documents preview...
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayahnya kepada kami sehingga penulisan makalah ini dapat berlangsung dengan lancar. Penulis selesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama 1. Semoga makalah ini memenuhi syarat seperti yang diharapkan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu demi kesempurnaannya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan untuk masa mendatang. , 15 Januari 2020 Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah SWT yang telah memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing syariah akan melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan Rasulnya yang tergambar dalam hukum Allah yang Normatif dan Deskriptif (Quraniyah dan Kauniyah). Sebagian dari syariat terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus maupun ibadah umum. Sumber syariat adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti di dalam kedua sumber tersebut digunakan ra’yu (Ijtihad). Syariat dapat dilaksanakan apabila pada diri seseorang telah tertanam Aqidah atau keimanan. Semoga dengan bimbingan syariah hidup kita akan selamat dunia dan akhirat. 1.2 Rumusan Masalah 2. Apa yang dimaksud dengan Syari’ah? 3. Apa yang dimaksud dengan Ibadah? 4. Apa yang dimaksud dengan Mu’amalah? 1.3 Tujuan 1. Tujuan umum Secara umum pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang Syari’ah: Ibadah dan Mu’amalah.

2. Tujuan khusus Tujuan khusus pembuatan makalah ini yaitu untuk mengikuti prosedur pengajaran dalam mata pelajaran Agama Islam.

BAB II PEMBAHASAN

A. SYARI’AH a) Definisi syari’ah » Secara Etimologi Kata Syari’ah berasal dari bahasa Arab, dari kata Syara’a yang berarti jalan. Syari’ah Islam berarti jalan dalam agama Islam atau peraturan dalam Islam. » Secara Terminologi Syari’ah adalah suatu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan seluruh ciptaan Tuhan di alam semesta. Berdasarkan pengertian diatas, syari’ah dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu : 1. Ibadah. Ibadah adalah peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya. 2. Mu’amalah. Mu’amalah adalah peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan manusia dengan seluruh alam. b) Ruang Lingkup Syari’ah Islam Ruang lingkup syari’ah mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut : 

Ibadah Khusus ( Ibadah Makhdah ) yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, meliputi Rukun Islam.



Ibadah Umum ( Mu’amalah dalam arti luas ) yaitu peraturanperaturan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan alam lainnya, meliputi mu’amalah dalam arti khusus, munakahat, jinayat, siyasah dan peraturan-peraturan lain yang seperti makanan, minuman, berburu dan lain-lain.

c) Tujuan Syari’ah Islam

Tujuan Syari’ah Islam yang : paling utama adalah untuk membangun kehidupan manusia atas dasar ma’rufat ( kebaikan-kebaikan ) dan membersihkannya dari munkarat ( keburukan-keburukan ). 1. Ma’rufat adalah nama untuk semua kebajikan atau sifat-sifat yang baik, yang sepanjang masa telah diterima sebagai sesuatu yang baik oleh hati nurani manusia. Syari’ah Islam membagi ma’ruf itu dalam 3 kategori, yaitu : 

Fardhu : wajib.



Sunah : anjuran.



Mubah : boleh.

2. Munkarat adalah nama untuk segala dosa dan kejahatan yang sepanjang masa telah dikutuk oleh watak manusia sebagai sesuatu yang jahat. Syari’ah Islam membagi munkarat itu dalam 2 kategori, yaitu : 

Haram.



Makruh.

d) Pelaksanaan Syari’ah Islam Dalam melaksanakan syari’ah ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 

Bahwa ketentuan Allah dan Rasul-Nya tentang pelaksanaan Syari’ah Islam tidak semata-mata didasarkan atas klasifikasi hukum saja, misalnya wajib, sunah, mubah, makruh maupun haram. Tetapi juga harus didasarkan pada niat yang ikhlas karena niat dapat mengubah klasifikasi hukum tertentu. Misalnya amalan syari’ah yang termasuk dalam kategori wajib seperti shalat. Jika dilaksanakan dengan niat ikhlas karena Allah, maka kewajiban terpenuhi dan sekaligus mendapatkan pahala.

Dalam melaksanakan Syari’ah Islam hendaknya disertai dengan sikap wara’ dan hati-hati, serta niat yang ikhlas agar pelaksanaan syari’ah tersebut tidak menjadi sia-sia di sisi Allah swt. 

Bahwa ketentuan Allah dan Rasul-Nya tentang pelaksanaan Syari’ah Islam berhubungan erat dengan situasi dan kondisi, misalnya dalam situasi perang, shalat dapat dilaksanakan dengan cara menjama’ atau mengqashar seperti dalam keadaan musafir, bisa dilaksanakan dengan duduk seperti dalam kondisi sakit dan sebagainya Perubahan situasi dan kondisi sama sekali tidak boleh dijadikan alasan untuk meninggalkan kewajiban yang telah ditetapkan oleh syari’ah. Kewajiban mutlak harus dilaksanakan dalam situasi dan kondisi apapun juga, namun peraturan pelaksanaannya boleh mengalami perubahan sesuai dengan ketentuan syari’ah, karena dalam pelaksanaan syari’ah terdapat kategori rukhsah ( keringanan ).

B. IBADAH a) Definisi Ibadah Ibadah merupakan bentuk penghambaan diri seorang manusia kepada Allah SWT, dan ibadah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Ibadah Secara Etimologi Kata Ibadah bentuk isim mashdar atau kata benda yang berasal dari bahasa Arab yakni ‘Abada-Ya’budu’-‘Ibadatan wa ‘Ubudiyyatan, yang memiliki arti beribadah, menyembah, mengabdi kepada Allah SWT. Atau dengan kata lain al-Tanassuk dengan arti beribadah.

2. Ibadah Secara Terminologi

Ibadah secara terminologi sebagaimana disebutkan oleh Yusuf alQardhawi yang mengutip pendapat Ibnu Taimiyah bahwa ibadah adalah puncak ketaatan dan ketundukan yang di dalamnya terdapat unsur cinta yang tulus dan sungguh-sungguh yang memiliki urgensi yang agung dalam Islam dan agama karena ibadah tanpa unsur cinta bukanlah ibadah yang sebenar-benarnya.

b) Pembagian Ibadah Ibadah yang dilakukan oleh setiap muslim di dunia dibagi dua bagian, yaitu: 1. Ibadah Khashah (khusus) adalah apa yang ditetapkan Allah SWT akan perincian-perinciannya, tingkat dan caranya yang tertentu. Misalnya shalat, zakat, puasa, haji, dan lain-lain. 2. Ibadah ‘Ammah (umum) adalah segala amal yang diizinkan Allah. Misalnya dalam masalah muamalah (jual beli, politik, ekonomi dan sosial, budaya, pendidikan) dan amalan shalih lainnya.

c) Tujuan Ibadah Ibadah dalam Islam merupakan suatu hal yang diperintahkan oleh Allah SWT dan memiliki fungsi yang sangat bermanfaat bagi manusia. Fungsi ibadah adalah membentuk manusia muslim yang bertaqwa. Sebagaimana firman Allah SWT:

‫اس اعبُد ُوا َربَّ ُك ُم الَّذِى َخلَقَ ُكم ِمن َوالَّذِينَ قَب ِل ُكم لَعَلَّ ُكم‬ ُ َّ‫ٰۤياَيُّ َها الن‬ َ‫ۙ تَتَّقُون‬ “Wahai sekalian manusia beribadahlah kepada Tuhan-mu yang menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.(QS. Al-Baqarah 2: 21). Selain itu, Ismail Muhammad Syah menyebutkan dengan mengutip pendapat

Abbas al-Aqqad bahwa tujuan pokok ibadah meliputi: 1. Mengingatkan manusia akan unsur ruhani dalam dirinya, yang memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dengan jasmaniyahnya. 2. Mengingatkan manusia bahwa dibalik kehidupan yang fana ini masih ada lagi kehidupan yang kekal dan abadi.

d) Macam-Macam Ibadah Dan Keluasan Cakupannya Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua macam ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil dan membaca Al-Qur’an ; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil . Begitu pula cinta kepada Allah dan RasulNya, khasyyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar terhadap hukumNya, ridha dengan qadha’Nya, tawakkal, mengharap nikmatNya dan takut dari siksaNya. Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) atau apa-apa yang membantu qurbah. Bahkan adat kebiasaan (yang mubah) pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepadaNya. Seperti tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas hanya pada syi’ar-syi’ar yang biasa dikenal. C. MU’AMALAH a) Definisi Muamalah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu ‘AmalaYu’amilu-Mu’amalatan wa ‘Imalan,yang memiliki arti berinteraksi,

bekerja. Sedangkan pengertian muamalah secara terminologi memiliki beberapa pengertian, yaitu: 1. Muamalah adalah hubungan antara manusia dalam usaha mendapatkan alat-alat kebutuhan jasmaniah dengan cara sebaik baiknya sesuai dengan ajaran-ajaran dan tuntutan agama. 2. Muamalah adalah hukum yang mengatur hubungan individu dengan individu lain, atau individu dengan negara Islam, dan atau Negara Islam dengan Negara lain. 3. Muamalah adalah peraturan-peraturan yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia. Dalam arti luas, muamalah merupakan aturan Allah yang mengatur masalah hubungan manusia dan usaha mereka dalam mendapatkan kebutuhan jasmani dengan jalan yang terbaik. Sedangkan dalam arti sempit, muamalah merupakan kegiatan tukar menukar suatu barang yang bermanfaat dengan menggunakan cara-cara yang sesuai aturan Islam. Jadi muamalah menyangkut perbuatan seorang manusia sebagai hamba ciptaan Allah SWT. Menurut pendapat lain, muamalah adalah hubungan kerjasama antar manusia yang dilakukan atas suatu perikatanperikatan dan perjanjian-perjanjian yang saling meridhoi demi tercapainya kemaslahatan bersama.

b) Kedudukan Muamalah dalam Islam 

Islam menetapkan aturan-aturan yang fleksibel dalam bidang muamalah, karena bidang tersebut amat dinamis, mengalami perkembangan.



Meskipun bersifat fleksibel, Islam memberikan ketentuan agar perkembangan di bidang muamalah tidak menimbulkan kemudharatan atau kerugian dalam masyarakat.



Meskipun bidang muamalah berkaitan dengan kehidupan duniawi, namun dalam prakteknya tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan ukhrawi, sehingga dalam ketentuan-ketentuannya mengandung aspek halal, haram, sah, batal, dsb.

c) Prinsip-Prinsip Muamalah Hakikat diturunkannya syari’at Islam adalah mendatangkan kemaslahatan dan menghindarkan kerusakan, yang tercermin dalam bentuk perintah dan larangan dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Setiap bentuk perintah yang mesti dikerjakan, pasti di situ juga mengandung kemaslahatan bagi manusia. Sebaliknya, setiap bentuk larangan yang mesti ditinggalkan, pasti juga mengandung kemudharatan bagi manusia. Walaupun seringkali hikmah dari perintah dan larangan tersebut terungkap jauh setelah dalilnya diturunkan. Demikian pula dengan ketentuan dalam muamalah, adalah jelas untuk kemaslahatan manusia secara umum. Ketentuan-ketentuan muamalah secara syari’at Islam yang tidak akan mengabaikan aspek penting dalam kesinambungan hidup manusia. Secara garis besar, terdapat dua prinsip dalam muamalah yakni prinsip umum dan prinsip khusus. 1. Prinsip Umum Dalam prinsip umum muamalah terdapat empat hal yang utama, yaitu : 

Hukum asal dalam muamalah pada dasarnya adalah mubah kecuali ada dalil yang mengharamkannya.



Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan kemaslahatan / manfaat dan menghindarkan mudharat dalam masyarakat.



Pelaksanaan Muamalah didasarkan dengan tujuan memelihara nilai keseimbangan (tawazun) berbagai segi kehidupan, yang antara lain meliputi keseimbangan antara pembangunan material dan spiritual, pemanfaatan serta pelestarian sumber daya.



Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan dan menghindari unsur-unsur kezaliman.

2. Prinsip Khusus Sementara itu prinsip khusus muamalah dibagi menjadi dua, yaitu yang diperintahkan dan yang dilarang. Adapun yang diperintahkan dalam muamalah terdapat tiga prinsip, yaitu : 

Objek transaksi harus yang halal, artinya dilarang melakukan aktivitas ekonomi atau bisnis terkait yang haram.



Adanya keridhaan semua pihak terkait muamalah tersebut, tanpa ada paksaan.



Pengelolaan dana / aset yang amanah dan jujur.

Sedangkan yang dilarang dalam muamalah antara lain : 

Riba, merupakan setiap tambahan / manfaat yang berasal dari kelebihan nilai pokok pinjaman yang diberikan peminjam. Riba juga sebagai suatu kegiatan yang menimbulkan eksploitasi dan ketidakadilan yang secara ekonomi menimbulkan dampak sangat merugikan masyarakat



Gharar, adalah mengandung ketidakjelasan, spekulasi, taruhan, bahaya, cenderung pada kerusakan.



Tadlis (penipuan), misalnya penipuan dalam transaksi jual beli dengan menyembunyikan atas adanya kecacatan barang yang diperjualbelikan.



Berakad dengan orang-orang yang tidak cakap dalam hokum, seperti orang gila, anak kecil, terpaksa, dan lain sebagainya.

d) Ruang Lingkup Muamalah Pada ruang lingkup fiqih muamalah meliputi seluruh kegiatan muamalah manusia berdasarkan hukum-hukum Islam, baik berupa perintah maupun larangan-larangannya yang terkait dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya. Di atas sudah dijelaskan bahwa berdasarkan aspeknya, muamalah dibagi menjadi dua jenis, yaitu muamalah adabiyah dan madiyah. 1) Muamalah Adabiyah Penjelasan muamalah adabiyah adalah muamalah yang berkaitan dengan bagaimana cara tukar menukar benda ditinjau dari segi subjeknya, yaitu manusia. Muamalah adabiyah mengatur tentang batasan-batasan yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh manusia terhadap benda yang berkaitan dengan adab dan akhlak, seperti kejujuran, kesopanan, menghargai sesama, saling meridhoi, dengki, dendam, penipuan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas manusia dalam hidup bermasyarakat dalam mengelola suatu benda Pada muamalah adabiyah memberikan panduan yang syara’ bagi perilaku manusia untuk melakukan tindakan hukum terhadap sebuah benda. Semua perilaku manusia harus memenuhi prasyarat etis normatif sehingga perilaku tersebut dianggap layak untuk dilakukan.

2) Muamalah Madiyah Sedangkan muamalah madiyah adalah muamalah yang berkaitan dengan objek muamalah atau bendanya. Muamalah madiyah menetapkan aturan secara syara’ terkait dengan objek bendanya. Apakah suatu benda halal, haram, dan syubhat untuk dimiliki, diupayakan dan diperjualbelikan, apakah suatu benda bisa menyebabkan kemaslahatan atau kemudharatan bagi manusia, dan beberapa segi lainnya. Dengan kata lain, muamalah madiyah bertujuan untuk memberikan panduan kepada manusia bahwa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang bersifat kebendaan dan bersifat sementara bukan sekedar memperoleh keuntungan semata, tetapi juga bertujuan untuk memperoleh ridha Allah SWT, dengan cara melakukan muamalah sesuai dengan aturan main yang sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan secara syara’. Ruang lingkup muamalah yang bersifat madiyah antara lain adalah sebagai berikut : 1. Jual-beli ( bai’ ) Adalah tukar menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara tertentu (akad). 2. Gadai ( rahn ) Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam atas pinjaman yang diterimanya atau dapat juga kita sebut sebagai gadai. 3. Jaminan dan tanggungan ( Kafalah dan Dhaman ) kafalah/dhaman adalah transaksi yang menggabungkan dua tanggungan (beban) untuk memenuhi kewajiban baik berupa utang, uang, barang, pekerjaan, maupun badan. Kafalah juga dapat diartikan sebagai pengambilalihan pelaksanaan kewajiban

orang lain oleh seseoramg yang mempunyai kewenangan melakukan sendiri urusannya atau kewajiban membawa orang lain tersebut ke pengadilan. Kafalah ini sebenarnya termasuk dhaman juga, hanya istilah ini biasanya khusus mengenai jaminan atas jiwa. Dhaman adalah menanggung (menjamin) beban orang lain. Misalnya si A berutang kepada Si B, lalu A menagihnya. Kemudian si C sebagai orang yang mempunyai kewenangan mengurus sendiri urusannya, berkata: Beban kewajiban si B biar aku yang menanggung dan menjaminnya. Dengan demikian, si C menjadi penjaminnya. 4. Pemindahan hutang ( hiwalah ) Di dalam istilah ilmu fiqih hawalah berarti pengalihan penagihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang yang menanggung hutang tersebut. Sebagai contoh: Ahmad meminjamkan uang Rp.2000 kepada Bobi. Sedangkan Bobi memiliki piutang terhadap Cepot dengan jumlah yang sama, yakni Rp.2000. Dan ketika Ahmad menagih hutangnya terhadap Bobi, Bobi berkata “ si Cepot memiliki hutang sejumlah Rp.2000 kepadaku, dan engkau dapat menagih kepadanya”. Tetapi, hawalah hanya dapat terjadi apabila terdapat sebuah kesepakatan diawal di antara ketiganya 5. Pailit ( taflis ) Secara etimologi at-taflis berarti pailit(muflis) atau jatuh miskin. Dalam hukum positif, kata pailit mengacu kepada keadaan orang yang terlilit oleh hutang. Dalam bahasa fiqih, kata yang digunakan untuk pailit adalah iflas (berarti : tidak memiliki harta/fulus).secara terminologi,at-taflis hutang seseorang yang menghabiskan seluruh hartanya hingga tidak ada yang tersisa

sedikitpun baginya karena digunakan untuk membayar hutanghutangnya. Sedangkan at-taflis (penetapan pailit) didefinisikan oleh para ulama fiqih : “keputusan hakim yang melarang seorang bertindak hukum atas hartanya”. Apabila seseorang dalam kehidupannya sebagai pedagang yang banyak meminjam modal dari orang lain, ternyata perdagangan yang ia lakukan tidak lancar, sehingga seluruh barang dagangannya habis, maka atas permintaan orang-orang yang meminjami pedagang ini modal dagang, kepada hakim, pedagang ini boleh dinyatakan sebagai orang yang jatuh pailit, sehingga segala bentuk tindakan hukumnya terhadap sisa harta yang ia miliki boleh dicegah. Maksud dari pencegahan tindakan hukum orang pailit ini adalah demi menjamin utangnya yang cukup banyak pada orang lain 6. Perseroan atau perkongsian ( syirkah ) 7. Perseroan harta dan tenaga ( mudharabah ) 8. Sewa menyewa tanah (mukhabarah) kerja sama antara pemilik Tanah (sawah/ladang) untuk dikelolah oleh petani penggarap, dengan perjanjian pembagian hasil, dan biaya pengerjaan (traktor, air, dll) serta benih ditanggung oleh petani penggarap. 9. Upah (ujral al-amah) 10. Gugatan (asy syuf’ah) 11. Sayembara (al ji’alah) 12. Batas bertindak (al hajru) 13. Pembagian kekayaan bersama (al qisamah) 14. Pemberian (al hibbah) 15. Pembebasan (al ibra’), damai (ash shulhu)

16. Masalah-masalah seperti bunga bank, kredit, asuransi dan masalah-masalah baru lainnya.

e) Ruang Lingkup Muamalah Berdasarkan Tujuan Perlu diketahui bahwa ruang lingkup muamalah juga mencakup seluruh aspek kehidupan manusia seperti bidang ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya. Menurut Abdul Wahhab Khallaf, berdasarkan tujuannya, muamalah dalam Islam memiliki ruang lingkup yang meliputi :  Hukum Keluarga (Ahkam Al Ahwal Al-Syakhiyyah) Merupakan hukum yang berkaitan dengan urusan keluarga dan pembentukannya yang bertujuan untuk membangun dan memelihara keluarga sebagai bagian terkecil. Meliputi hukum tentang hak maupun kewajiban suami, istri, dan anak serta hubungan keluarga satu dengan lainnya  Hukum Perdata (Al Ahkam Al Maliyah) Merupakan hukum yang mengatur hubungan individu-individu dalam bermuamalah serta bentuk-bentuk hubungannya, seperti jual beli, sewa-menyewa, hutang piutang, perjanjian, perserikatan dan lain sebagainya. Jadi hukum perdata berkaitan dengan kekayaan dan hakhak atas pemeliharaannya sehingga tercipta hubungan yang harmonis di dalam masyarakat.  Hukum Pidana (Al-Ahkam Al-Jinaiyyah) Merupakan hukum yang berkaitan dengan segala bentuk kejahatan, pelanggaran hukum dan ketentuan sanksi-sanksi hukumnya. Tujuannya adalah untuk menjaga ketentraman dan keamanan hidup umat manusia termasuk harta kekayaannya, kehormatannya, dan membatasi hubungan antara pelaku tindak pidana kejahatan dengan masyarakat maupun korban.

 Hukum Acara (Al-Ahkam Al-Murafa’at) Definisi hukum acara adalah hukum yang berkaitan dengan sumpah, persaksian, tata cara mempertahankan hak dan memutuskan siapa yang terbukti bersalah, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Pada hukum ini bertujuan untuk mengatur dan merealisasikan keadilan di dalam kehidupan masyarakat.  Hukum Perundang-Undangan (Al-Ahkam Al-Dusturiyyah) Merupakan hukum yang berkaitan dengan perundang-undangan yang berlaku untuk membatasi hubungan hakim dengan terhukum serta menetapkan hak-hak perorangan dan kelompok.  Hukum Kenegaraan (Al-Ahkam Al-Duwaliyyah) Merupakan hukum yang berkaitan dengan hubungan antara penguasa (pemerintah) dengan rakyatnya, hubungan antar kelompok masyarakat dalam suatu negara maupun antar negara. Hukum ini bertujuan untuk mengatur mengatur hubungan di antara umat Islam dengan yang lainnya yang ada dalam suatu Negara, hubungan pemerintah dan rakyatnya serta hubungan yang terjadi antar negara pada masa damai dan masa perang.  Hukum Keuangan dan Ekonomi (Al-Ahkam Al-Iqtishadiyyah Wa AlMaliyyah) Merupakan hukum yang berkaitan dengan hak-hak dari fakir miskin di dalam harta orang kaya, mengatur sumber keuangan negara, pendistribusian serta permasalahan pembelanjaan negara dalam rangka untuk kepentingan kesejahteraan rakyatnya.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Syari’ah adalah sebutan terhadap pokok ajaran Allah dan Rasulnya yang merupakan jalan atau pedoman hidup manusia dalam melakukan hubungan vertical kepada Pencipta, Allah SWT, dan juga kepada sesame manusia. Muamalah adalah Hukum Islam yang berkaitan dengan hak dan harta yang muncul dari transaksi antara seseorang dengan orang lain , atau antara seseorang dengan badan hukum , atau antara badan hukum yang satu dengan badan hukum yang lainnya. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam dan umumnya pada seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Muamalah dalam syariah Islam bersifat fleksibel tidak kaku. Dengan demikian Syariah Islam dapat terus menerus memberikan dasar spiritual bagi umat Islam dalam menyongsong setiap perubahan yang terjadi di masyarakat dalam semua aspek kehidupan. Syariah Islam dalam muamalah senantiasa mendorong penyebaran manfaat bagi semua pihak, menghindari saling merugikan, mencegah perselisihan dan kesewenangan dari pihak yang kuat atas pihak-pihak yang lemah. Dengan dikembangkannya muamalah berdasarkan syariah Islam akan lahir masyarakat marhamah, yaitu masyarakat yang penuh rahmat.

3.2 Saran Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa

dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

DAFTAR PUSTAKA Abdul Hakim, “Antara Ibadah dan Muamalah” seorang pemerhati sosial keagamaan bermukim di Prabumulih, Sriwijaya Post 2002. Dr. H. Hendi Suhendi, M.Si. Fiqih Muamalah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002. Hlm. 1-5 Rahman Ritonga, MA dan Zainuddin, MA. ,“Fiqh Ibadah”, Penerbit Gaya Media Pratama, Jakarta.2000.hlm.102 Sulaiman Rasjid. “Fiqh Islam” (Hukum Fiqh Lengkap), Penerbit Sinar Baru Algesindo, Bandung.2001.hlm.87 Abu, Afif. 2007. Pengertian Ibadah dalam Islam.di

https://abuafif.wordpress.com/2007/08/09/pengertian-ibadah-dalam-islam (akses 9 Agustus 2007) https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnalmanajemen. com/muamalah/&ved=2ahUKEwio_Onm9PjmAhVXeH0KHeNaAY8QFjANegQIC BAB&usg=AOvVaw0NAe1582Bro2hK1FmnldBb https://id.wikipedia.org/wiki/Hawalah

Related Documents


More Documents from "Alex Rahma"