Makalah Ekonomi Internasional: Kebijakan Perdagangan Di Negara-negara Sedang Berkembang

  • Uploaded by: Octavia Erida
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Ekonomi Internasional: Kebijakan Perdagangan Di Negara-negara Sedang Berkembang as PDF for free.

More details

  • Words: 9,965
  • Pages: 36
Loading documents preview...
MAKALAH EKONOMI INTERNASIONAL Tentang KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI NEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Reno Satria Gabema Hafivul Hadi Meri Suryanti Elza Febi Marliana Zelly Mardatillah

: 311.008 : 311.067 : 311.216 : 311.005 : 311.015 : 311.221 : 311.259

Oleh : kelompok III

Dosen pembimbing: Putri Hartina, SE., M.SI

JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) IMAM BONJOL PADANG 1435 H / 2014 M BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Suatu negara memiliki kondisi sosial ekonomi yang berbedabeda. Ada yang masih ber gantung pada negara lain, ada yang sebatas mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, dan ada yang telah mampu memberi bantuan kepada negara lain. Perbedaan kondisi tersebut menyebabkan terjadinya pengelompokan-pengelompokan negara berdasarkan kondisi sosial ekonominya. Berdasarkan ciri-ciri negara maju dan berkembang Michael Todaro dalam bukunya yang berjudul Perkembangan Ekonomi Negara-Negara Berkembang membagi wilayah negaranegara di dunia ini menjadi dua kawasan Utara untuk menyebut negara maju dan kawasan selatan untuk menyebut negara-negara berkembang.[1] Negara-negara yang ada di dunia ini secara ekonomi umumnya diklasifikan menjadi dua kelompok besar: 1)

Negara Maju Amerika Utara, Eropa Barat, Jepang, dan beberapa lainya. Yakni negara yang memiliki pendapatan tinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Negara ini apa pun permasalahan ekonomi yang mereka hadapi sangat berhasil 2) Negara Berkembang, yakni negara yang memiliki pendapatan yang rendah.

Dalam mengarungi perekonomian global yang bersifat terbuka saat ini, negara berkembang harus mampu menyusun strategi pembangunan yang tepat agar mampu bersaing dengan negara maju yang notabene memiliki kemampuan yang relatif lebih tinggi. Terdapat dua strategi umum yang diterapkan oleh negara berkembang, yang pertama adalah kebijakan industri-substitusi impor dan yang kedua adalah industri orientasi ekspor (Krugman & Obstfeld). Kebijakan industri substitusi impor adalah yang paling sering digunakan oleh negara berkembang. Kebijakan ini dilaksanakan dengan membatasi impor produk manufaktur untuk merangsang pertumbuhan sektor manufaktur di industri domestik (Krugman & Obstfeld). Kebijakan ini kerap diterapkan sebab industri manufaktur di negara berkembang belum mampu berkompetisi dengan industri manufaktur dari negara maju yang telah berdiri dengan mapan. Dengan adanya restriksi impor melalui tarif dan kuota, industri dalam negeri diharapkan dapat berdiri dengan kokoh terlebih dahulu sebelum dapat diluncurkan ke pasar dunia yang kompetitif. Untuk itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai kebijakanperdagangan seperti apa yang diterapkan oleh negara-negara berkembang terutama dibidang industri manufaktur. B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah yang kami susun adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Apa Latar Belakang Kebijakan Perdagangan di Negara-Negara Sedang Berkembang.? Bagaimana Kebijakan Perdagangan Dalam Mengembangkan Industri Manufaktur? Bagaimana Cara lain untuk menyokong manufaktur industrialisasi lewat ekspor.? Bagaimana Persoalan perekonomian dualistik? Bagaimana Meningkatkan Harga-Harga Ekspor Negara Berkembang, Kartel Ekspor komoditi.? Apa Permasalahan yang dihadapi dalam industri manufaktur? Bagaimana Cara mengembangkan industri manufaktur.? Apa Dampak pengembangan industri manufaktur?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah yang kami susun adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Mengetahui Mengetahui Mengetahui Mengetahui Mengetahui Mengetahui Mengetahui Mengetahui

Latar Belakang Kebijakan Perdagangan di Negara-Negara Sedang Berkembang.? Kebijakan Perdagangan Dalam Mengembangkan Industri Manufaktur? Cara lain untuk menyokong manufaktur industrialisasi lewat ekspor.? Persoalan perekonomian dualistik? Meningkatkan Harga-Harga Ekspor Negara Berkembang, Kartel Ekspor komoditi.? Permasalahan yang dihadapi dalam industri manufaktur? Cara mengembangkan industri manufaktur.? Dampak pengembangan industri manufak

BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Kebijakan Perdagangan di Negara-Negara Sedang Berkembang.

Sejauh ini kita sudah menganalisa instrumen kebijakan perdagangan dan sasaran hasil nya, tanpa merincikan keadaan dan menentukan kebijakan-kebujakan perdagangan setiap Negara. Masing-masing negera mempunyai latar belakang sejarah dan persoaln yang berbeda, tetapi dalam mendiskusikan ekonomi kebijakan merupakan perbedaan jelas nyata antar negara-negara adalah dimana dalam membahas kebijakan ekonominya. Suatu hal menyangkut spektrum yang sedang dikembangkan atau mengedepankan negara-negaranya sendiri. Secara umum kita dapat membagi Negara kedalam dua kelompok yaitu: 1.

Negara Maju Amerika Utara, Eropa Barat, Jepang, dan beberapa lainya. Yakni negara yang memiliki pendapatan tinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Negara ini apa pun permasalahan ekonomi yang mereka hadapi sangat berhasil. Negara ini menguasai 60% produksi pangan dunia, dengan fakta betapa tingginya prestasi perekonomian negara ini. 2. Negara Berkembang yakni negara yang memiliki pendapatan yang rendah, yang jauh teringgal dari negara maju. [2]

Namun demikian perbedaan di antara negara berkembang sangat beragam dan relatif tertinggal dalam menetapkan kebijakan-kebijakan perdagangan dinegaranya. Kebijakan perdagangan di negara berkembang yaitu: 1.

Banyak Negara Berkembang berupaya menerapkan kebijakan perdagangan untuk mendorong industri manufaktur dalam upaya melepaskan ketergantungan kepada sektor-sektor tradisional. Seperti pertanian dan pertambangan dengan pengharapan bahwa hal ini akan membantu mereka dalam mengejar ketertinggalan dari negara-negara yang lebih makmur. 2. Banyak Negara yang lebih miskin telah mencoba untuk menerapkan kebijakan perdagangan untuk menyelapkan masalah pembangunan tak seimbang atau dualisme di dalam perekonomian dinegaranya. 3. Negara-negara berkembang terkadang berhujah bahwa kemiskinan mereka bukan disebabkan oleh kesalahan mereka sendiri, melainkan mereka beranggapan bahwa sistem ekonomi internasional yang tidak adil yang menyebabkannya.[3]

Kebijakan industri substitusi impor adalah yang paling sering digunakan oleh negara berkembang. Kebijakan ini dilaksanakan dengan membatasi impor produk manufaktur untuk merangsang pertumbuhan sektor manufaktur di industri domestik. B. Kebijakan Perdagangan Dalam Mengembangkan Industri Manufaktur

Barangkali dalam perbedaan yang paling mencolok antara kebijakan kebhijakan di Negara-negara maju dan Negara-negara miskin adalah bahwa kebijakan di Negara-negara berkembang berkembang secara konsisten lebih ditujukan untuk mendorong industry manufaktur menjadi sector utama dalam perekonomiannya. Penitik beratan ini, sampai titik tertentu, merupakan cerminan dari lambang pentingnya sektor manufaktur sebagai indikator pembangunan nasional. Sebagian besar ekspor Negara-negara maju pada umumnya adalah barang-barang manufaktur, sedankan Negara-negara miskin lazimnya pengekspor komoditi primer seperti hasil-hasil pertanian dan mineral. Karena itu, Negaranegara yang mencoba untuk menunjukkan kekuatan dan kebebasan mereka kerap ingin memiliki industri-industri domestik yang menonjol seperti baja petrokimia. Namun, dibalik simbolisme pengembangan manufaktur, pemerintah dibanyak Negara telah dipengaruhi dengan kuat oleh hujah-hujah teoritis bagi kebijakan perdaagangan untuk memajukan manufaktur. Yanng terpenting dari hujah ini adalah hujah industri yang masih rapuh ( infant industry argument) .[4]

1.

Mengapa sector manufaktur disokong hujah industry yang masih rapuh?

Menurut hujah industri yang masih rapuh, Negara yang sedang berkembang mepunyai keunggulan komparatif potensial di sector manufaktur, teapai industri-industri yang baru di Negara Negara berkembang pada awalnya tidak dapat bersaing dengan manufaktur yang mapan di Negara- Negara maju. Untuk memungkinkan manufaktur memiliki tumpuan yang kuat, pemerintah untuk sementara waktu harus menyokong industri-industri baru ini, sampai mereka tealah tumbuh kuat dalam menghadapai persaingan. Karena itu wajar saja, menurut hujah ini, untuk menggunakan tariff atau kuota impor sebagai perangkat sementara untuk memulai industrialisasi. Adalah fakta sejarah bahwa ketiga perekonomian pasar terbesar semuanya memulai industrialisasi dengan menerapakn hambatan-hambatan perdagangan : Amerika Serikat dan Jerman memiliki tingkat tarif yang tinggi atas manufaktur dalam abad ke-19, sementara jepang melakukan pengendalian impor yang luas hingga 1970-an. a.

Permasalahan-permasalahan sehubungan dengan hujah industri yang masih rapuh. Hujah industri yang masih rapuh tampaknya sangat masuk akal, dan kenyataan ini telah meyakinkan banyak pemerintah. Namun para ekonom yang telah mengajukan banyak kelemhan atas hujah ini, yang menyarankan bahwa ia hendaknya digunkan dengan hati-hati. 1) Pertama, bukan satu gagasan yang selalu untuk memcoba untuk beralih kini ke industri-industri yang akan memiliki keunggulan komparatif dimasa datang. Andaiakan suatu Negara yang kini memiliki kemelimpahan tenaga kerja sedang dalam proses pemupukan modal : jika Negara tersebut mengakumulasikan modal cukup banyak ia akan memiliki keunggulan komparatif dalam industryindustri padat modal. Itu tidak berarti bahwa Negara tersebut harus mengupayakan untuk mengembangkan industri-industri ini segera mungkin. Pada tahun1980-an, misalnya Korea telah menjadi eksportir mobil, sesuatu yang boleh bukan merupakan gagsan baik dari Korea untuk memulai mengembangkan industri mobilnya di tahun 1960-an, saat itu modal dan tenaga kerja terampil masih sangat langka. 2) Kedua, melindungi manufaktur bukan suatu yang baik kecuali jika proteksi itu sendiri membantu membuat industri mampu bersaing. Pakistan dan India telah memproteksi sektor-sektor manufaktur mereka selama puluhan tahun dan belakangan ini telah memulai mengembangkan ekspor barangbarang manufaktur secara berarti. Namun, barang-barang yang kini mereka ekspor adalah manufaktur ringan seperti tekstil, bukan manufaktur berat yang selama ini mereka proteksi.

Suatu kasus dapat diketengahkan dari sini bahwa mereka telah mengembangkan ekspor manufaktur meskipun mereka tidak pernah memproteksi manufaktur. Beberapa pakar ekonom telah memperingatkan kasus industri baru tumbuh yang semu”(pseudo infant industri), dimana industri pada mulanya diproteksi, lalu menjadi mampu bersaing karena alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan proteksi. Dalam kasus ini proteksi industri yang masih rapuh akhirnya tampak berhasil tetapi mungkin sebenarnya telah menimbulkan kerugian neto bagi perekonomian.[5] b.

Pembenaran Kegagalan Pasar Bagi Proteksi Industry Yang Masih Rapuh. Artinya, hujah bagi pemberian proteksi dalam pertumbuhan awalnya harus dikaitkan dengan keadaan-keadaan kusus dari kegagalan pasar yang merintangi swasta mengembangkan industri yang bersangkutan sesegera yang dapat mereka lakukan. Penyokong-penyokong gigih hujah industry yang masih rapuh mengajukan dua kegagalan pasar sebagai alas an mengapa proteksi industry yang masih rapuh mungkin merup[akan suatu pemikiran yanbg tepat: pasar modal yang tidak sempurna ( imperfect capital markets) dan persoalan kelainkan (apporpability). c. Pembenaran pasar modal yang tidak sempurna. bagi proteksi industri yang masih rapuh adalah sebagai berikut: jika suatu Negara sedang berkembang tidak seperangkat lembaga keuangan

(seperti pasar modal dan bank yang yang efisien) yang memungkinkan tabungan dari sector-sektor tradisional (seperti pertanian) digunakan untuk membiayai investasi di sector-sektor maju(seperti manufaktur), maka pertumbuhan industri-iundustri baru akan terbatas oleh kemampuan perusahaan-perusahaaan di industri ini untuk memperoleh keuntungan sekarang. Dengan demikian keuntungan awal yang rendah akan menjadi perintang bagi penanaman modal sekalipun jika imbalan atas investasi ini tinggi. Kebijakan terbaik (firs-best policy) adalah menciptakan suatu pasar modal yang lebih baik lagi.[6] 2. Mengapa Manufaktur Disokong; Industrialisasi Subtitusi Impor?

Alasan-alasan mengapa subtitusi impor tinimbang pertumbuhan ekspor biasanya dipilih sebagai suatu strategi industrialisasi merupakan perpaduan antara ekonomi dan politik. a.

Pertama, hingga 1970-an banyak Negara berkembang ragu akan kemunngkinan mengekspor barang-barang manufaktur (meskipun keraguan ini juga berlaku pula untuk persoalan hujah industri baru tumbuh bagi proteksi manufaktur). Mereka percaya bahwa industrialisasi harus lebih didasarkan pada suatu substitusi industri domestik bagi impor daripada pertumbuhan ekspor manufaktur. b. Kedua, dalam banyak kasus kebijakan yang ada. Kita telah kita telah mencatat kasus-kasus Negara-negara Amerika Latin yang terdorong untuk mengembangkan substitusi impor selama 1930an karena depresi paruh 1940-an karena masa perang yang mengacaukan perdagangan. Di Negaranegara ini substitusi impor secara langsung menguntungkan kelompok-kelompok kepentingan yang kuat dan mapan, sementara promosi ekspor tidak banyak peyokongnya. Tahun 1950-an dan 1960-an ditandai oleh pasang naik industrialisasi substitusi impor. Negara-negara berkembang biasanya memulai dengan memproteksi industry barang jadi (final stage of industry), seperti pembuatan makanan dan perakitan mobil. Di negra-negara yang berkembang lebih besar, produk-produk domestik hampir sepenuhnya menggeser barang-barang komsumsi yang di impor (meskipun manufaktur kerap dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan multinasional). Jika kemungkinankemungkinan pengalihan impor barang-bartang komsumsi yang telah jenuh, Negara ini beralih kepada perlindungan barang-barang antara, seperti rangka Mobil, baja, dan petrokimia.[7] C. Cara lain untuk menyokong manufaktur; industrialisasi lewat ekspor.

Dengan subsitusi impor yang tak mampu mewujudkan keuntungan yang menjanjikan, perhatian beralih kepada biaya-biaya yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan diterapkan untuk memajukan industri. Atas persoalan ini, makin banyak bukti menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan yang diproteksi di banyak Negara berkembang telah amat memenuhi insentif. Salah satu persoalannya adalah banyak nagara berkembang telah menerapkan metode-metode amat rumit yang berlebihan untuk memajukan industri–industri mereka yang baru tumbuh. Artinya, mereka tidak menggunakan tarif, melainkan menerapkan kuota impor, pengendalian nilai tukar, dan peraturan kandunguan domestik dengan begitu rumitnya dan terkadang saling tumpang tindih. Pihak-pihak yang mengkritik industrialisasi substitusi impor juga berhujah bahwa strategi semacam ini telah memperburuk permasalahan, sperti ketimpangan pendapatan dan pengangguran (persoalan-persoalan yang selanjutnya perekonomian dualistik). Meskipun banyak kritik oleh para ekonom atas industrialisasi substitusi impor, sedikit sekali negara-negara yang menempuh kebijakan-kebijakan substitusi impor yang telah merubuhkan hambatan-hambatan perdagangan mereka. Alasan atas penolakan untuk mengubah kebijakan ini untuk sebagiannya, semata-mata hanya bahwa mereka tetap menyakini substitusi impor sebagai suatu strategi pembangunan. Faktor lain yang sama

pentingnya pula adalah bahwa pada batas ini banyak modal telah diinvestasikan di industriindustri yang tidak dapat bertahan tanpa proteksi, dan banyak pekerja di industri-industri yang diproteksikan akan menderita jika proteksi tersebit di cabut. Dengan demikian pada keadaan begitu terdapat kepentingan yang kuat (vested interest) bagi kelangsungan kebijakan-kebijakan substitusi impor. Peraturan modal asing dan firma multinasional dalam berkembangnya Doktrin memusatkan akibat perdagangan asing dalam perkembangannya. Banyak negara-negara yang sedikit berkembang sudah dipusatkan tentang akibat investasi asing, khususnya ketika datang sebagai investasi langsung oleh Firma multinasional. Apakah peraturan penting oleh multinasional asing melukai ekonomi negara-negara yang sedikit berkembang? Pada satu level lawan multinasional asing didasarkan pada. Dulu, beberapa negara bangkrut sehingga firma asing mendominasi ekonomi mereka dan memiliki terlalu banyak politik mereka. Karikatur “Republic Banana” dimiliki oleh Negara Kesatuan Buah kadangkadang memiliki basis dalam kesehariannya. Sama halnya di negara besar seperti Mexico, negara-negara asing mendominasi ekonomi dan memiliki gejala politik yang kuat di awal tahun keduapuluh. Bagian reaksi nasionalis pada asing ini kontrol sehingga revolusi Mexico pada 1910-1920. Sebagai untuk investasi internasional umumnya, kepemilikan asing selama periode antara perang dan tidak pernah kepentingan yang relatif itu dilakukakn pada tahun sebelum perang dunia I. walaupun beberapa pembicaraan menakutkan,bangsa tidak pernah di pada periode masa perang.sinar operasi multi nasional selama tahun 1950-an dan 1960-an dilakukan,bagaimanapun mengangkat beberapa pemusatan ekonomi yang sah. pemusatan sebelumnya melewati multinasional memfokuskan pada teknologi: jenis multi nasional itu menggunakan (isu teknologi) dan cara yang di buat pada bangsa lain (isu transfer teknologi ). 1.

teknologi.

yang mana mengangkat isu teknologi firma multinasional itu bawa bersama mereka yang di pasangkan ke modal, tenaga kerja-ekonomi yang di dasarkan tetapi tidak untuk ekonomi yang miskin yang mereka datangkan. Slogan ”kecil itu indah”, oleh ahli teori E.F.Schumacher, sudah di kenalkan sehingga negara-negara yang sedikit ber butuh yang kecil, tenaga kerja-metode intensif lebih bai dari pada yang luas,modal-metode intensif yang operasi multi nasional. Pertahanan multinasional membalas sehingga multinasional tidak lebih menggunakan teknologi yang tidak dari pada firma yang milik domestik dan ketika melakukan nya itu karena mereka diberi .ketika multinasional memproduksi dalam ekonomi dualistik, sebagai contoh,mereka berhadapan dengan yang relatif tinggi dengan pemerintah sehingga mereka untuk mengimpor permesinan yang mahal. Ini diberi multinasional modal-teknik intensif yang sama dengan yang lain yang mereka gunakan di rumah pemberian gaji yang berbeda, mereka akan. Ada beberapa efiden untuk mendukung gambaran ini. Mexico, yang sampai tahun 1980-an sebuah industrialisasi substitusi impor dan yang memiliki masalah karakteristik dualisme: modal-sektor intensif sehingga menawarkan beberapa pekerjaan untuk populasi pertumbuhan urban yang tidak. Sejak 1966, firma AS sudah di ijinkan untuk tanaman di Mexico utara yang diekspor ke AS dan menerima dari negara AS dan Mexico pada perdagangan : perlengkapan dapat di impor dari AS tanpa traif ataupun impor, dan AS sudah menyetujui hanya untuk mengisi tarif yang nilainya di tambah, tidak untuk total nilai barangbarang yang di ekpor dari Mexico karena yang kuat upah di ekspor ini-tanaman yang di oreintasi dikenal sebagai maquiladoras-lebih lambat dari pada upah impor yang lebih lama-

industri substitusi. Juga tidak gaji khusus yang ditawarkan untuk tanaman-tanaman baru ini yang mengimpor barang-barang modal yang mahal. Hasilnya dramatis maquiladoras dari Mexico utara itu hanya kira-kira satu sampai sepuluh sebagai modal intensif seperti sektor tradisional yang.walaupun memiliki investasi tersepan,sekarang karyawan-karyawan nya 25% dari pekerja industri Mexico. Pengalaman Mexico ketika multinasional diberi gaji untuk menggunakan teknologi meeka sama halnya seperti firma domestik.yang gunakan. 2.

Transfer Teknologi. Isu transfer teknologi adalah berkaitan dengan dalam kemampuan menerima isu industri. Panggilan yang industri ditujukan untuk lapangan ekstra dalam bentuk pengalaman dan pengetahuan yang ke sektor-sektor lain Ekonomi. Kritik multinasional bahwa ketika sebuah industri terdiri dari firma asing teknologi di dimanapun juga dan tidak ditransfer untuk ekonomi domestik. Kritik ini lebih ditujukan untuk melihat firma yang dimiliki domestik bahwa teknologi lisensi juga dari luar negeri atau nya oleh mereka sendiri. mereka percaya bahwa walaupun firma ini dapat memiliki harga yang lebih tinggi daripada multinasional, yang tidak langsung akan lebih besar. Ketika tidak ada yang keras tentang bagaimana transfer teknologi oleh multinasional sebanding dengan yang dilakukan oleh firma domestik, itu dapat dibentuk untuk menanyakan apakah NICs, yang terlihat sukses pada teknologi yangsudah ada pada multinasional. Pada satu sisi, Korea dan Hongkong sudah pada pengusaha lokal untuk inustri mereka. Pada sisi lain, Taiwan dan Singapura pada multinasional – begitu banyak kasus Singapura sehingga beberapa peneliti yang menggolongkannya sebagai “Tenaga kerja Kontrak” ekonomi yang nya sendiri keluar ke firma asing. Keempat ekonomi sudah melakukan besar-besaran pada standard kehidupan mereka.[8]

D. Persoalan perekonomian dualistik

Dualisme merupakan satu pertanda bahwa pasar tidak berfungsi dengan baik, dalam suatu perekonomian yang efisien, misalnya tidak akan ada perbedaan upah yang mencolok antar sektor. Jika pasar tidak berfungsi dengan baik karena ada kasus kegagalan pasar yang menyimpang dari perdagangan bebas. Terjadinya dualisme ekonomi kerap digunakan sebagai pembenaran untuk memberlakukan tarif yang melindungi sektor manufaktur yang lebih efisien. Alasan untuk menghubungkan dualisme dengan kebijakan perdagangan adalah bahwa perdagangan itusendiri memegang peran besar mengatasi dualisme. Tidak ada defenisi yang tepat dari perekonomian dualistik, namun secara umum perekonomian dualistik adalah suatu keadaan dimana ada sektor modren (biasanya menghasilkan barang-barang manufaktur yang diproteksi dari persaingan impor) pada umumnya dalam hal-hal berikut: 1. 2. 3.

Nilsi output pekerja jauh lebih tinggi di sektor modren dibandingkan dengan sektor lainnya. Sering terjadi nilai output para pekerja yang tinggi adalah tinggkat upahyang tinggi. Meskipun upah di sektor manufaktur tinggi, tingkat pengembalian modal (returns on capital) tidak selalu tinggi. 4. Salah satunya penyebab tingginya nilai output per pekerja di sektor modren adalah intensitas modal dalam produksi yang lebih tinggi. 5. Banyak negara berkembang menghadapi persoalan pengangguran akut.[9] E. Meningkatkan Harga-Harga Ekspor Negara Berkembang ; Kartel Ekspor komoditi.

Walaupun mereka telah berupaya memacu pada industrialisasi, kebanyakan negaranegara berkembang tetap merupakan pengekspor hasil-hasil pertanian dan mineral-kerap disebut “komoditi” dan pengimpor manufaktur. Jadi, pertukaran perdagangan (terms of trade) negara-negara berkembang sebagai keseluruhan berkaitan dengan harga-harga komoditi yang relatif terhadap harga-harga manufaktur. Pemerintahan di negara-negara yang miskin selalu

memiliki ketertarikan dalam cara meningkatkan harga komoditi. Cara yang paling mungkin untuk meningkatkan harga-harga komoditi sering di pandang dengan pembentukan formasi katel ekspor komoditi (commodity exsport cartels), yang mana kelompok negara yang mengekspor komoditi yang sama setuju dan sepakat untuk membatasi penawaran dan mengontrol harga. Kita melihat bahwa sebuah negara adalah pengekspor besar suatu barang dapat meningkatkan kesejahteraannya atas pengorbanan negara-negara lain dengan pengenaan pajak ekspor. Adapun beberapa negara yang pengekspor, setiap masing-masing negara akan mengekang diri untuk mengenakan pajak ekspor yang tinggi, karena sebagian keuntungan dari harga yang menjadi lebih tinggi akan dinikmatioleh pengekspor lain, dari pada negara yang mengenakan pajak. Dasar ide pemikiran kartel ekspor adalah bahwa pengekspor yang bertindak melakukannya bersama-sama membawa memperhitungan keuntungan-keuntungan yang diperoleh masing-masing dari pajak ekspor yang seragam tanpa cemas keuntungannya diserap pengekspor lain, dan mereka tentu saja akan lebih berhasil dalam meningangkatkan harga (dan kesejahteraan mereka) dari pada mereka melakukannya sendiri. Untuk contoh, tujuan Brazil dan Colombia adalah pengeksport kopi satu-satunya di dunia. Jika Brazil menafsirkan pajak eksport kopinya untuk mengangkat harga dunia, beberapa konsumen akan menyetarakan kopi Columbia, penyetaraan ini akan membatasi seberapa tinggi paja eksport Brazil yang dapat memberikan keuntungan. Colombia merasa di yang sama. Jika Brazil dan Colombia setuju mengangkat harga kopi nya bersama-sama, bagaimanapun mereka berdua merasa bebas untuk mengangkat harga yang lebih tinggi ke (dan negara-negara lain menderita kerugian di dunia). Dari pembentukan sebuah kartel yang terbesar ketika kartel mengontrol banyaknya produksi dunia, ketika ada sedikit bagian konsumen yang dari produk itu, dan ketika sumber penawaran alternatif sulit. sepanjang tahun itu ada banyak membentuk kartel eksport, dalam komoditi dari kopi ke minyak. Untuk kebanyakan bagian, bagaimanapun kartel ini juga mematahkan atau sedikit sukses dalam pencapaian harga dariapada yang diharapkan. Penyebabnya yaitu keterbatasan tenaga kartel, kebanyakan kartel mengontrol terlalu sedikit produksi dunia dan berhadapan dengan komsumen dan persaingan dari sumber alternatif. yang lebih penting, kartel memiliki masalah menafsirkan disiplin pada pelanggan mereka sendiri. Setiap negara memiliki gaji, istirahat kartel sama seperti menjual. jika terlalu banyak berbohong, pelanggan yang “jujur” akan menemukan yang tidak benar untuk mendukung harga.[10] F. Permasalahan yang dihadapi dalam industri manufaktur

Permasalahan pokok yang dihadapi oleh industri manufaktur terdapat 2 macam, yakni secara struktural dan secara organisasi: 1. a.

Permasalahan dalam struktural sebagai berikut: Basis Ekspor dan Pasarnya yang sempit.

Hal ini menyangkut pada produk pruduk yang di hasilkan industri ini memiliki kualitas yang menurun sehingga standar ekspor yang ada tidak terpenuhi. Terlebih lagi pasaran yang mulai berkurang yang menyebabkan barang produksi menumpuk tak terdistribusi. b.

Ketergantungan Pada Impor yang sangat tinggi

Negara berkembang sangat kurang dalam segi SDM-nya, sehingga banyak meg-impor tenaga kerja asing beserta mesin mesin produksi. Dalam hal ini, membuat tenaga kerja bukan bertambah maju, akan tetapi semakin anjlok nilainya c.

Konsentrasi Regional

Pada permasalahan ini, industri tidak sepenuhnya berkembang secara merata. Artinya hanya terpusat akan satu daerah saja yang dikembangkan dalam sektor industri manufaktur ini. d.

Tidak adanya Industri yang Berteknologi menengah

Seperti disebutkan sebelumnya, ketergantungan terhadap teknologi juga amat sangat mempengaruhi lajunya pertumbuhan industri ini, maka dari itu dibutuhkannya alat-alat yang berteknologi menengah keatas agar bisa menciptakan hasil produk yang bermutu tinggi serta mempunyai kualitas ekspor yang baik pula. 2. a.

Permasalahan dalam segi organisasi Masalah Organisasi, Hukum, dan Good Corporate Governance

Dilihat dari aspek struktur organisasi perusahaan, kegiatan berproduksi pada sebagian besar industri manufaktur masih dikelompokkan dibawah "kotak" yang dinamakan Direktur Produksi. Sedangkan dengan berkembangnya informasi dan komunikasi serta dampak dari globalisasi, industri manufaktur di negara-negara maju telah menggunakan penamaan Direktur Operasi yang fungsinya adalah mengelola aspek desain, kualitas, sumber daya manusia,. b.

Masalah Biaya dan Pendanaan

Industri manufactur pada umumnya adalah industri padat modal dan Mempunyai operating leverage (rasio antara biaya tetap dan biaya variabel total) yang tinggi. Sebagai industri padat modal (pada umumnya), sebuah industri Manufaktur harus menekan biaya variabel serendah-rendahnya. Oleh karena itu (mengingat biaya variabel yang antara lain mencakup biaya buruh langsung), adalah sangat naif pendapat yang mengatakan bahwa suatu industri padat modal sekaligus dapat menjadi industri padat karya. c.

Masalah Suku Cadang

Salah satu penyebab dari kemahnya daya saing industri manufaktur adalah tidak siapnya pemasok suku cadang untuk produk industri manufaktur. Oleh sebab itu entrepreneurship berbasis teknologi (technopreneurship) sudah mutlak dikembangkan. d. Masalah kepemimpinan

Dari semua industri penghasil produk dan jasa, paling banyak terjadi di sektor industri manufaktur; oleh sebab itu dari pemimpin perusahaan sektor industri ini sangat dibutuhkan:Pemimpin yang mampu mengatasi konflik antar fungsi-fungsi manajemen Pemimpin yang visonary, e.

Masalah Change Management

Untuk menyehatkan BUMN, sudah banyak konsultan kelas dunia yang diminta bantuannya; sebut saja AT Kearney, Booz Allen Hamilton, Japan Indonesian Forum, dan masih banyak lagi. Semuanya berbicara mengenai jargon-jargon management yang mutahir, seperti restrukturisasi, revitalisasi, reengineering, reborn, reviving dan seterusnya, semuanya bertujuan untuk menyehatkan perusahaan f.

Lemahnya sumber daya manusia (SDM)

Sebagian besar tenaga kerja di masih berpendidikan rendah. Insinyur-insinyur hasil lulusan dalam negeri juga masih kurang baik dari segi kualitasnya, serta kurang kreatif dan kurang mampu dalam melakukan riset serta pengembangannya. Maka dari itu, peran pemerintah sangat diperlukan dalam bidang pendidikan agar kualitas pendidikan ditingkatkan. G. Cara mengembangkan industri manufaktur

Strategi Pengembangan Sektor Industri manufaktur terdiri dari: 1.

Strategi substitusi impor (Inward Looking).

Bertujuan mengembangkan industri berorientasi domestic yang dapatmenggantikan produk impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah Korea & Taiwan Pertimbangan menggunakan strategi ini: a. b. c. d. e.

Sumber daya alam & Faktor produksi cukup tersedia Potensi permintaan dalam negeri memadai Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri Kesempatan kerja menjadi luas Pengurangan ketergantungan impor, sehingga defisit berkurang

2.

Strategi promosi ekspor (outward Looking)

Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang memiliki keunggulan bersaing. Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil : a. b. c. d. H.

Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan kelangkaan barang ybs baik pasar input maupun output Tingkat proteksi impor harus rendah Nilai tukar harus realistis Ada insentif untuk peningkatan ekspor Dampak pengembangan industri manufaktur

Pengembangan industri manufaktur memiliki dampak negatif dan positif, yaitu: 1. a. b. c. d. e. f. 2. a. b. c. d.

Dampak positif Menambah penghasilan penduduk yang akan meningkatkan kemakmuran. Menghasilkan aneka barang yang diperlukan masyarakat banyak. Memperbesar kegunaan bahan mentah. Memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk. Mengurangi ketergantungan pada luar negeri. Merangsang masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan industr. Dampak negatif Lahan pertanian menjadi semakin berkurang luasnya. Tanah permukaan yang merupakan bagian yang subur menjadi hilang. Cara hidup masyarakat berubah menjadi lebih konsumtif. Pencemaran lingkungan oleh limbah industri.[11]

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Suatu negara memiliki kondisi sosial ekonomi yang berbedabeda. Ada yang masih bergantung pada negara lain, ada yang sebatas mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, dan ada yang telah mampu memberi bantuan kepada negara lain. Perbedaan kondisi tersebut menyebabkan terjadinya pengelompokan-pengelompokan negara berdasarkan kondisi sosial ekonominya. Dalam mengarungi perekonomian global yang bersifat terbuka saat ini, negara berkembang harus mampu menyusun strategi pembangunan yang tepat agar mampu bersaing dengan negara maju yang notabene memiliki kemampuan yang relatif lebih tinggi. Terdapat dua strategi umum yang diterapkan oleh negara berkembang, yang pertama adalah kebijakan industri-substitusi impor dan yang kedua adalah industri orientasi ekspor. Kebijakan industri substitusi impor adalah yang paling sering digunakan oleh negara berkembang. Kebijakan ini dilaksanakan dengan membatasi impor produk manufaktur untuk merangsang pertumbuhan sektor manufaktur di industri domestik. Kebijakan ini kerap diterapkan sebab industri manufaktur di negara berkembang belum mampu berkompetisi dengan industri manufaktur dari negara maju yang telah berdiri dengan mapan. Dengan adanya restriksi impor melalui tarif dan kuota, industri dalam negeri diharapkan dapat berdiri dengan kokoh terlebih dahulu sebelum dapat diluncurkan ke pasar dunia yang kompetitif.Alasan Kebijakan Perdagangan Dalam Mengembangkan Industri Manufaktur oleh Negara berkembang adalah karena pada umumnya Negara berkembang memiliki Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang memadai sehingga dengan industri manufaktur dapat meningkatkan ekonomi Negara.Permasalahan yang dihadapi dalam industri manufaktur adalah permasalahan dalam structural dan dalam segi organisasi. Cara mengembangkan industri manufaktur dengan cara substitusi impor dan promosi ekspor. B. SARAN

Kami selaku pemakalah sekaligus penuis kami menyadari bahwakesempurnaan hanyalah milik ALLAH, oleh karena itu kami sangatmengaharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalahini agar kami bisa menjadikan saran tersebut sebagai pedoman dikesempatan mendatang.

DAFTAR PUSTAKA Paul R.Krugman & Maurice Obstfeld, Ekonomi Internasional teori dan kebijakan, (Jakarta:PT Raja Grafindo 2002)

http://agrobisnis-poltesa.blogspot.com/2014/02/makalah-kebijakan-perdagangan-negara.html http://diskusimasalahekonomi.blogspot.com/2013/04/kebijakan-ekonomi-pada-negara-negara.html http://har-yati.blogspot.com/2011/09/negara-maju-dan-negara-berkembang_26.html

Kata Pengantar Segala puji hanya untuk Allah Tuhan sekalian alam, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang diutus membawa syariah yang mudah sebagai jalan dalam menempuh kebahagiaan dunia dan akhirat menuju keridhaan-Nya. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada, Ibu Putri Hartina, SE., M.SI yang telah meluangkan waktunya membimbing kami untuk mendalami dan memahami mata kuliah Ekonomi Internasional. Serta kepada teman–-teman yang turut serta dalam pengumpulan data sampai pada pembuatan makalah ini. Kami berharap agar makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Baik bagi pembaca, Mahasiswa, maupun masyrakat, dalam menambah wawasan dan pengetahuannya dalam memahami perdagangan international. Makalah ini berjudul Kebijakan Perdagangan Di Negara-Negara Sedang Berkembang yang ditulis penulis sebagai tugas Mata Kuliah Ekonomi Internasional. Sebagai penulis sekaligus pemakalah, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya seutuhnya milik Allah SWT ,oleh karena itu kami mengharapkan kritik atau saran dari mahasiswa / mahasiswi serta dosen pembimbing agar makalah ini dapat menjadi jauh lebih sempurna. Padang, 23 Mei 2014

Pemakalah

[1] http://har-yati.blogspot.com/2011/09/negara-maju-dan-negara-berkembang_26.html [2] Paul R.Krugman & Maurice Obstfeld, Ekonomi Internasional teori dan kebijakan, (Jakarta:PT Raja Grafindo 2002), hlm.298 [3] Ibid, hlm.299 [4] Paul R.Krugman & Maurice Obstfeld,Op,cit., hlm.299 [5] Ibid, hlm.300-301 [6] Ibid, hlm.301-302 [7] Ibid, hlm.303-305 [8] http://diskusimasalahekonomi.blogspot.com/2013/04/kebijakan-ekonomi-pada-negara-negara.html [9] Paul R.Krugman & Maurice Obstfeld,Op,cit., hlm.309-311 [10] Paul R.Krugman & Maurice Obstfeld,Op,cit., hlm.320-321

[11]http://agrobisnis-poltesa.blogspot.com/2014/02/makalah-kebijakan-perdagangan-negara.html

http://reno-satria.blogspot.com/2014/06/makalah-ekonomi-internasional.html

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara-negara yang ada di dunia ini secara ekonomi umumnya diklasifikan menjadi dua kelompok besar: negara maju, yakni negara yang memiliki pendapatan tinggi; dan negara berkembang, yakni negara yang memiliki pendapatan yang rendah. Dalam mengarungi perekonomian global yang bersifat terbuka saat ini, negara berkembang harus mampu menyusun strategi pembangunan yang tepat agar mampu bersaing dengan negara maju yang notabene memiliki kemampuan yang relatif lebih tinggi. Terdapat dua strategi umum yang diterapkan oleh negara berkembang, yang pertama adalah kebijakan industrisubstitusi impor dan yang kedua adalah industri orientasi ekspor (Krugman & Obstfeld). Kebijakan industri substitusi impor adalah yang paling sering digunakan oleh negara berkembang. Kebijakan ini dilaksanakan dengan membatasi impor produk manufaktur untuk merangsang pertumbuhan sektor manufaktur di industri domestik (Krugman & Obstfeld). Kebijakan ini kerap diterapkan sebab industri manufaktur di negara berkembang belum mampu berkompetisi dengan industri manufaktur dari negara maju yang telah berdiri dengan mapan. Dengan adanya restriksi impor melalui tarif dan kuota, industri dalam negeri diharapkan dapat berdiri dengan kokoh terlebih dahulu sebelum dapat diluncurkan ke pasar dunia yang kompetitif. Untuk itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai kebijakan perdagangan seperti apa yang diterapkan oleh negara-negara berkembang terutama dibidang industri manufaktur. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah yang kami susun adalah: 1.

Mengapa Negara berkembang harus memiih industri manufaktur?

2.

Apa saja masalah yang dihadapi dalam industri manufaktur?

3.

Apa saja dampak dari pengembangan industri manufaktur?

4.

Bagaimana cara mengembangkan industri manufaktur?

C. Tujuan Adapun tujuan dari makalah yang kami susun adalah: 1.

Mngetahui alasan negara berkembang harus memiih industri manufaktur?

2.

Mengetahui saja masalah yang dihadapi dalam industri manufaktur?

3.

Mengetahui dampak dari pengembangan industri manufaktur?

4.

Mengetahui cara mengembangkan industri manufaktur?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian kebijakan perdagangan Kebijakan adalah keputusan yang menggambarkan tujuan, menetapkan sesuatu yang dapat dijadikan pedoman/acuan, atau sebagai dasar suatu tindakan, dan tindakan tersebut diambil untuk menerapkan keputusan itu, atau kebijakan dapat diartikan rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar recana dalam pelaksanaan satu pekerjaan, hasil dari sebuah kepemimpinan dalam sebuah pemerintahan atau sebuah organisasi. Sedangkan Susanti mendefinisikan kebijakan sebagai susunan strategi yang digunakan oleh pemerintah untuk memandu tindakan mereka dalam bidang tertentu (yang di dalamnya terdapat pelbagai alternatif yang sebelumnya telah disusun bersama). Indoputra (2013) menjelaskan, bahwa kebijakan perdagangan sebagai suatu kebijakan yang dapat menopang percepatan laju pembangunan ekonomi dengan: a.

Memungkinkan negara tebelakang memperoleh bagian lebih besar dari manfaat perdagangan;

b.

Meningkatkan laju pembentukan modal;

c.

Meningkatkatkan industrialisasi;

d.

Menjaga keseimbangan neraca pembayaran. Pendapat yang senada, dikemukakan Ashari, bahwa kebijakan perdagangan dimungkinkan sebagai landasan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional yang berkesinambungan.

B. Pengertian Negara berkembang Suatu Negara digolongkan sebagai negara berkembang jika negara tersebut belum dapat mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan atau belum dapat menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan. Negara Berkembang adalah Negara yang masih terjadi ketidakseimbangan antara jumlah faktor produksi yang tersedia dengan teknologi yang di terapkan atau di kuasai sehingga penggunaan modal dan penggunaan tenaga kerja secara penuh belum maksimal (Indoputra). C. Ciri-ciri Negara berkembang Ciri-ciri Negara Berkembang; a.

Tingkat dan kualitas hidup masyarakat masih rendah

b.

Tingkat pendapatan perkapita penduduk relatif rendah

c.

Tingkat buta hurufnya masih tinggi

d.

Masih kurang mampu mengatasi masalah kependudukannya.

Contoh negara Berkembang; Indonesia, Thailand, Mexico, India dll D. Pengertian Industri Manufaktur. Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan peralatan dan suatu medium proses untuk transformasi bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Upaya ini melibatkan semua proses antara yang dibutuhkan untuk produksi dan integrasi komponen-komponen suatu produk. Beberapa industri, seperti produsen semikonduktor dan baja, juga menggunakan istilah fabrikasi atau pabrikasi. Sektor manufaktur sangat erat terkait dengan rekayasa atau teknik. Menurut Gunawan (2006), manufaktur berasal dari kata manufacture yang berarti membuat dengan tangan (manual) atau dengan mesin sehingga menghasilkan sesuatu barang. Untuk membuat sesuatu barang dengan tangan maupum mesin diperlukan bahan atau barang lain. Seperti halnya membuat kue diperlukan tepung, gula, mentega, dan sebagainya. Secara umum dapat dikatakan bahwa manufaktur adalah kegiatan memproses suatu atau beberapa bahan menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah yang lebih besar. Manufaktur juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan memproses pengolahan input menjadi output.Kegiatan manufaktur dapat dilakukan oleh perorangan (manufacturer) maupun oleh perusahaan (manufacturing company). Sedangkan industri manufaktur adalah kelompok perusahaan sejenis yang

mengolah bahan-bahan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang bernilai tambah lebih besar(Susanti)

BAB III PEMBAHASAN A. Kebijakan perdagangan Negara berkembang Kebijakan perdagangan Negara berkembang adalah suatu kebijakan yang dapat menopang percepatan laju pembangunan ekonomi negara-negara yang masih terjadi ketidakseimbangan antara jumlah factorproduksi yang tersedia dengan teknologi yang di terapkan atau di kuasai sehingga penggunaan modal dan penggunaan tenaga kerja secara penuh belum maksimal Sejauh ini kita sudah menganalisa instrumen kebijakan perdagangan dan sasaran hasil nya, tanpa memperhatikan keadaan-keadaan dan melakukan ini kebijakan. Masing-masing negera mempunyai latar belakang sejarah yang berbeda, tetapi dalam mendiskusikan ekonomi kebijakan satu perbedaan jelas nyata antar negara-negara adalah di dalam membahas kebijakan ekonominya. Suatu hal menyangkut spektrum sedang dikembangkan atau mengedepankan negara-negaranya sendiri, suatu badan yang anggotanya meliputi Eropah Barat, beberapa negara-negara yang sebagian besar yang dikembangkan oleh Eropa ( mencakup Amerika Serikat), dan Jepang, Negara-negara mengalami permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi yaitu pendapatan perkapita. Dibandingkan dengan Negara-negara lainnya merupakan perekonomian yang sangat berhasil. Pendapatan mencakup dari antara mengembangkan negara adalah dirinya sendiri secara lebih luas. Sebagian dari negara-negara ini, seperti Singapura, kenyataan sudah hampir yang lulus untuk mengedepan status negeri, kedua-duanya dalam kaitan dengan statistik dan cara memikirkan diri mereka sendiri. Orang lain, seperti Banglades, yang dengan putus-asa. Meskipun begitu, karena hampir semua negara berkembang berusaha untuk menutup pendapatan dengan lebih mengedepan negara-negara menjadi suatu kebijakan ekonomi terpusat. B. Ciri-ciri Negara berkembang Negara berkembang yang di identik dengan masih berlakunya sifat-sifat tradisional yang di pakai oleh sebagian besar masyarakatnya, seperti alat-alat tradisional untuk membajak lahan pertaniannya yang masih mengandalkan tenaga hewan dan lain-lain, tingkat pendidikannya juga masih rendah. Negara berkembang dari segi ekonomi Negara berkembang memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat lemah dan masih sangat bergantung pada Negara-negara maju untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya. Sebagian besar penduduk Negara berkembang masih mengandalkan mata pencahariannya dari bertani dan belum mampu mengelola sumber daya alam yang tersedia secara maksimal dan pendapatan atau kesejahttraan penduduknya sangat rendah (rendahnya pendapatan perkapita penduduk), contohnya di Negara Indonesia memiliki pendaptan perkapita sebesar 3.720 US $. Dari Segi Pendidikan Maju dan mundurnya suatu Negara tergantung pada tinggi dan rendahnya tingkat pendidikan di Negara tersebut dan Negara berkembang masih sangat tertinggal tingkat pendidikannya di bandingkan dengan Negara maju. Kita masih melihat tingkat angka buta huruf di Negara berkembang yang masih sangat tinggi. Dari Segi Kwalitas Penduduk Kwalitas penduduk Negara berkembang masih sangat memprihatinkan di lihat dari segi pendapatan perkapitanya yang tidak menentu atau rendah dan tingkat kesehatan masyarakatnya masih rendah sehingga angka kelahiran dan kematian penduduk sangat tinggi karena masih kurangnya fasilitas-fasilitas kesehatan yang tersedia oleh Negara. Dari Segi Lingkungan fisik

Negara berkembnag dari segi lingkungan fisik tidak kalah bersaing dengan Negara maju, Negara berkembang memiliki wilayah yang sangat luas dan memiliki kekayaan alam yang berlimpah namun, minimnya sumber daya manusia sehingga Negara berkembang tidak mampu mengelola kekayaan alam yang dimilikinya, dan memilih bekerja sama dengan Negara maju untuk mengelola sumber daya alam tersebut dan membagi keuntungan yang di perolehnya.

C. Industri manufaktur Kata manufaktur berasal dari bahasa Latin manus factus yang berarti dibuat dengan tangan. Kata manufacture muncul pertama kali tahun 1576, dan kata manufacturing muncul tahun 1683. Manufaktur, dalam arti yang paling luas, adalah proses merubah bahan baku menjadi produk. Proses ini meliputi: (1) perancangan produk, (2) pemilihan material, dan (3) tahap-tahap proses dimana produk tersebut dibuat. Pada konteks yang lebih modern, manufaktur melibatkan pembuatan produk dari bahan baku melalui bermacam-macam proses, mesin dan operasi, mengikuti perencanaan yang terorganisasi dengan baik untuk setiap aktifitas yang diperlukan. Mengikuti definisi ini, manufaktur pada umumnya adalah suatu aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai variasi sumberdaya dan aktivitas. Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan peralatan dan suatu medium proses untuk transformasi bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Upaya ini melibatkan semua proses antara yang dibutuhkan untuk produksi dan integrasi komponen-komponen suatu produk. Manufaktur juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan memproses pengolahan input menjadi output.Kegiatan manufaktur dapat dilakukan oleh perorangan (manufacturer) maupun oleh perusahaan (manufacturing company). Sedangkan industri manufaktur adalah kelompok perusahaan sejenis yang mengolah bahan-bahan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang bernilai tambah lebih besar. Contoh industri manufaktur, misalnya: 1)

Pakaian dan Tekstil Pakaian dan tekstil yang berbasis di sekitar pengolahan wol mentah untuk membuat kain, serta merajut dan menjahit untuk membuat pakaian. Industri ini mencakup penjahit dan semua yang terlibat dengan kain dan menjahit. Ini juga mencakup semua penggunaan produk wol dan baku lainnya untuk membuat handuk dan seprai. Sintetis seperti polyester dimasukkan dalam manufaktur kimia. Materi, bukan produk, adalah di pusat mendefinisikan sektor ini.

2)

Minyak, Kimia dan Plastik Sektor ini terlibat dalam mengganti oli bahan kimia, batubara dan minyak mentah menjadi produk yang dapat digunakan. Bagian dari sektor ini meliputi pembuatan sabun, resin, cat dan pestisida. Hal ini juga mencakup pembuatan obat-obatan. Karet manufaktur dianggap sebagai bagian dari pekerjaan plastik. Tentu saja, itu juga mencakup penggunaan minyak mentah untuk membuat plastik tertentu, serta bensin dan bahan kimia lainnya.

3)

Elektronika, Komputer dan Transportasi Bidang ini erat terkait, meskipun biasanya mereka diperlakukan sebagai bidang yang berbeda. Banyak produk di bidang ini menggunakan daya listrik, dan semua menggunakan sumber daya. Bidang ini mencakup semua peralatan dan mikro-prosesor, semi-konduktor dan chip. Ini juga mencakup semua peralatan audio-visual. Sektor transportasi mendefinisikan diri, termasuk semua, kereta api mobil dan pesawat yang tidak jatuh di bawah sektor lain, seperti pekerjaan logam atau manufaktur kimia.

4)

Makanan Pangan, pertanian dan peternakan penggalangan adalah yang paling sederhana dari semua industri manufaktur. Dimasukkannya pertanian hari ke manufaktur menunjukkan bagaimana pertanian telah berubah selama bertahun-tahun, lebih meniru sebuah pabrik untuk produksi pangan dari pertanian

organik-gaya abad yang lalu. Sektor ini mencakup semua bentuk produksi pangan, dari peternakan ke meja makan, termasuk hal-hal seperti pengalengan dan memurnikan. 5)

Logam Seiring dengan minyak dan manufaktur kimia, logam juga merupakan bagian dari apa yang sering disebut “industri berat,” sementara sisanya dari sektor kadang-kadang disebut “industri ringan,” atau “berorientasi konsumen industri.” Logam mencakup semua besi, manufaktur aluminium dan baja, serta keterampilan penempaan, pelapisan ukiran, dan lain-lain.

6)

Kayu, Kulit dan Kertas Produk-produk ini semua agak sederhana untuk mendefinisikan dan memahami. Kayu mencakup semua bentuk lantai manufaktur atau perumahan, serta menggergaji dan laminating. Kulit mencakup semua penyamakan dan menyembuhkan (sementara penciptaan pakaian kulit berada di bawah tekstil).

D. Alasan Kebijakan

Perdagangan

Dalam

Mengembangkan

Industri Manufaktur oleh

Negara

berkembang Barangkali dalam perbedaan yang paling mencolok antara kebijakan kebhijakan di Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang adalah bahwa di Negara-negara berkembang secara konsisten lebih ditujukan untuk mendorong industry manufaktur menjadi sektor utama dalam perekonomiannya. Penitikberatan ini, sampai titik tertentu, merupakan cerminan dari pentingnya sektor manufaktur sebagai indikator pembangunan nasional. Sebagian besar ekspor Negara-negara maju pada umumnya adalah barang-barang manufaktur, sedankan Negara-negara berkembang lazimnya pengekspor komoditi primer seperti hasil-hasil pertanian dan mineral. Karena itu, Negara-negara yang mencoba untuk menunjukkan kekuatan dan kebebasan mereka kelak ingin memiliki industr-industri domestik yang menonjol seperti baja petrokimia. Namun, dibalik simbolisme pengembangan bakat ini pemerintah dibanyak Negara telah dipengaruhi dengan kuat oleh faktor-faktor teoritis bagi kebijakan perdaagangan untuk memajukan manufaktur. Negara-negara berkembang lebih menekankan kepada industri manufaktur karena pada umumnya Negara berkembang memiliki Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang memadai sehingga dengan industri manufaktur dapat meningkatkan ekonomi Negara dan perdagangan internasional pada umumnya. E. Permasalahan yang dihadapi dalam industri manufaktur Permasalahan pokok yang dihadapi oleh industri manufaktur terdapat 2 macam, yakni secara struktural dan secara organisasi: 1.

Permasalahan dalam struktural sebagai berikut:

a)

Basis Ekspor dan Pasarnya yang sempit. Hal ini menyangkut pada produk pruduk yang di hasilkan industri ini memiliki kualitas yang menurun sehingga standar ekspor yang ada tidak terpenuhi. Terlebih lagi pasaran yang mulai berkurang yang menyebabkan barang produksi menumpuk tak terdistribusi.

b)Ketergantungan Pada Impor yang sangat tinggi Negara berkembang sangat kurang dalam segi SDM-nya, sehingga banyak meg-impor tenaga kerja asing beserta mesin mesin produksi. Dalam hal ini, membuat tenaga kerja bukan bertambah maju, akan tetapi semakin anjlok nilainya c)

Konsentrasi Regional Pada permasalahan ini, industri tidak sepenuhnya berkembang secara merata. Artinya hanya terpusat akan satu daerah saja yang dikembangkan dalam sektor industri manufaktur ini.

d) Tidak adanya Industri yang Berteknologi menengah Seperti disebutkan sebelumnya, ketergantungan terhadap teknologi juga amat sangat mempengaruhi lajunya pertumbuhan industri ini, maka dari itu dibutuhkannya alat-alat yang berteknologi menengah keatas agar bisa menciptakan hasil produk yang bermutu tinggi serta mempunyai kualitas ekspor yang baik pula. 2. a)

Permasalahan dalam segi organisasi Masalah Organisasi, Hukum, dan Good Corporate Governance Dilihat dari aspek struktur organisasi perusahaan, kegiatan berproduksi pada sebagian besar industri manufaktur masih dikelompokkan dibawah "kotak" yang dinamakan Direktur Produksi. Sedangkan dengan berkembangnya informasi dan komunikasi serta dampak dari globalisasi, industri manufaktur di negaranegara maju telah menggunakan penamaan Direktur Operasi yang fungsinya adalah mengelola aspek desain, kualitas, sumber daya manusia,.

b)

Masalah Biaya dan Pendanaan Industri manufactur pada umumnya adalah industri padat modal dan Mempunyai operating leverage (rasio antara biaya tetap dan biaya variabel total) yang tinggi. Sebagai industri padat modal (pada umumnya), sebuah industri Manufaktur harus menekan biaya variabel serendah-rendahnya. Oleh karena itu (mengingat biaya variabel yang antara lain mencakup biaya buruh langsung), adalah sangat naif pendapat yang mengatakan bahwa suatu industri padat modal sekaligus dapat menjadi industri padat karya.

c)

Masalah Suku Cadang Salah satu penyebab dari kemahnya daya saing industri manufaktur adalah tidak siapnya pemasok suku cadang untuk produk industri manufaktur. Oleh sebab itu entrepreneurship berbasis teknologi (technopreneurship) sudah mutlak dikembangkan.

d) Masalah kepemimpinan Dari semua industri penghasil produk dan jasa, paling banyak terjadi di sektor industri manufaktur; oleh sebab itu dari pemimpin perusahaan sektor industri ini sangat dibutuhkan: Pemimpin yang mampu mengatasi konflik antar fungsi-fungsi manajemen Pemimpin yang visonary, e)

Masalah Change Management Untuk menyehatkan BUMN, sudah banyak konsultan kelas dunia yang diminta bantuannya; sebut saja AT Kearney, Booz Allen Hamilton, Japan Indonesian Forum, dan masih banyak lagi. Semuanya berbicara mengenai jargon-jargon management yang mutahir, seperti restrukturisasi, revitalisasi, reengineering, reborn, reviving dan seterusnya, semuanya bertujuan untuk menyehatkan perusahaan

f)

Lemahnya sumber daya manusia (SDM) Sebagian besar tenaga kerja di masih berpendidikan rendah. Insinyur-insinyur hasil lulusan dalam negeri juga masih kurang baik dari segi kualitasnya, serta kurang kreatif dan kurang mampu dalam melakukan riset serta pengembangannya. Maka dari itu, peran pemerintah sangat diperlukan dalam bidang pendidikan agar kualitas pendidikan ditingkatkan.

F. Cara mengembangkan industri manufaktur

Strategi Pengembangan Sektor Industri manufaktur terdiri dari: 1.

Strategi substitusi impor (Inward Looking).

Bertujuan mengembangkan industri berorientasi domestic yang dapat menggantikan produk impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah Korea & Taiwan Pertimbangan menggunakan strategi ini: 

Sumber daya alam & Faktor produksi cukup tersedia



Potensi permintaan dalam negeri memadai



Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri



Kesempatan kerja menjadi luas



Pengurangan ketergantungan impor, sehingga defisit berkurang

2.

Strategi promosi ekspor (outward Looking)

Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang memiliki keunggulan bersaing.

   

Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil : Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan kelangkaan barang ybs baik pasar input maupun output Tingkat proteksi impor harus rendah Nilai tukar harus realistis Ada insentif untuk peningkatan ekspor

G. Dampak pengembangan industri manufaktur Pengembangan industri manufaktur memiliki dampak negatif dan positif, yaitu: 1.

Dampak positif Menambah penghasilan penduduk yang akan meningkatkan kemakmuran. Menghasilkan aneka barang yang diperlukan masyarakat banyak. Memperbesar kegunaan bahan mentah. Memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk. Mengurangi ketergantungan pada luar negeri. Merangsang masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan industr.

2.

Dampak negatif Lahan pertanian menjadi semakin berkurang luasnya. Tanah permukaan yang merupakan bagian yang subur menjadi hilang. Cara hidup masyarakat berubah menjadi lebih konsumtif. Pencemaran lingkungan oleh limbah industri.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan, yaitu:



Kebijakan perdagangan Negara berkembang adalah suatu kebijakan yang dapat menopang percepatan laju

pembangunan

ekonomi negara-negara

yang

masih

terjadi

ketidakseimbangan

antara

jumlah factor produksi yang tersedia dengan teknologi yang di terapkan atau di kuasai sehingga penggunaan modal dan penggunaan tenaga kerja secara penuh belum maksima  Alasan Kebijakan Perdagangan Dalam Mengembangkan Industri Manufaktur oleh Negara berkembang adalah karena pada umumnya Negara berkembang memiliki Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang memadai sehingga dengan industri manufaktur dapat meningkatkan ekonomi Negara.  Permasalahan yang dihadapi dalam industri manufaktur adalah permasalahan dalam structural dan dalam segi organisasi.  Cara mengembangkan industri manufaktur dengan cara substitusi impor dan promosi ekspor. B. Saran Dalam penulisan makalah ini, tidak luput dari kesalahan dan kekurangan yang tanpa sadar penyusun lakukan, untuk itu kepada pembaca agar memberikan masukan moral dan koreksi sebagai dukungan dan penyempurnaan untuk makalah selanjutnya. Dan kami berterima kasih kepada pihak yang telah membantu selama pencarian bahan makalah dan penyusunan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA Ashari, Abdul Rokhim.2013. Materi Negara Maju Dan Negara Berkembang: Gresik. Diakses Di Www.Jagoips.Wordpress.Com Pada Tanggal 02 Desember 2013. Gunawan.2006.Permasalahan Dalam Industri Manufaktur.Cempaka:Yoyakarta Indoputra, Vizhai.2013.Kebijakan Perdagangan Negara Berkembang:Surabaya Diakses DiWww.Vijaiindoputrapurba.Blogspot.Com Pada Tanggal 02 Desember 2013. Krugman, Paul R. Dan Maurice Obstfeld. 2003. Ekonomi Internasional. Theory And Policy.Pearson Education Internasional Susanti, Dwi.2011.Industrilisasi:Semarang

Oleh: Erji, Evin Nadi, Muslia dan Olin http://agrobisnis-poltesa.blogspot.com/2014/02/makalah-kebijakan-perdagangan-negara.html

https://dokumen.tips/documents/kebijakan-perdagangan-internasional-di-negara-berkembang.html

makalah "Kebijakan Perdagangan Internasional" DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................... 1 Kata pengantar ......................................................................................................... 2 Bab I Pendahuluan .................................................................................................... 3 1. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 3 Bab II Pembahasan ................................................................................................... 4 A. Pengertian Perdagangan Internasional ................................................. 4 B. Manfaat Perdagangan Internasional ..................................................... 4 C. Faktor-faktor pendorong terjadinya perdagangan internasional .......... 4 D. Keunggulan absolut dan keuntungan komperatif dalam perdaganga

internasional 5

E. Kebijakan Perdagangan Internasional .................................................... 5 1. Kebijakan Proteksi .............................................................................. 6 a. Tarif dan Bea Masuk ...................................................................... 6 b. Pelarangan Impor .......................................................................... 7 c. Kuota atau Pembatasan Impor ...................................................... 8 d. Subsidi ............................................................................................ 9 e. Dumping ......................................................................................... 10 2. Kebijakan perdagangan Bebas .......................................................... 11 a. Ciri-ciri Perdagangan Bebas .......................................................... 11 b. Peraturan pemerintah mengenai perdagangan bebas ................. 12 c. Dampak perdagangan bebas ......................................................... 12 3. Kebijakan Autarki ............................................................................... 13 Bab II Penutup ........................................................................................................... 14

A. Kesimpulan .......................................................................................... 14 B. Saran .................................................................................................... 14 Daftar Pustaka .......................................................................................................... 15

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Kebijakan Perdagangan Internasional", yang mmenurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari Perekonomian Internasional.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat. Makalah ini dibuat untuk pemenuhan tugas mata kuliah Perdagangan Internasional.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Bogor, Mei 2014 Penulis

BAB I Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga wacana lain mengenai pengangguran, inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara bersamaan, kemiskinan, pemerataan pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun tidak bisa dinafikan ukuran-ukuran yang lain. Wijono (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan.

Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan ( trade as engine of growth, Salvatore, 2004). Jika aktifitas perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan. Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan kebijakan yang berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan.

Ketika perdagangan internasional menjadi pokok bahasan, tentunya perpindahan modal antar negara menjadi bagian yang penting juga untuk dipelajari. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Vernon, perpindahan modal khususnya untuk investasi langsung, diawali dengan adanya perdagangan internasional (Appleyard, 2004). Ketika terjadi perdagangan internasional yang berupa ekspor dan impor, akan memunculkan kemungkinan untuk memindahkan tempat produksi. Peningkatan ukuran pasar yang semakin besar yang ditandai dengan peningkatan impor suatu jenis barang pada suatu negara, akan memunculkan kemungkinan untuk memproduksi barang tersebut di negara importir. Kemungkinan itu didasarkan dengan melihat perbandingan antara biaya produksi di negara eksportir ditambah dengan biaya transportasi dengan biaya yang muncul jika barang tersebut diproduksi di negara importir. Jika biaya produksi di negara eksportir ditambah biaya transportasi lebih besar dari biaya produksi di negara importir, maka investor akan memindahkan lokasi produksinya di negara importir (Appleyard, 2004).

BAB II Pembahasan

A. Pengertian Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Rumitnya perdagangan internasional disebabkan oleh hal-hal berikut : 1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan.

2. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lainnya. Barang-barang tersebut harus melewati berbagai macam peraturan seperti pabean (batas-batas wilayah yang dikenai pajak), yang bersumber dari pembatasan yang dikeluarkan pemerintah. 3. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa, mata uang, taksiran atau timbangan, hukum dalam perdagangan, dsb. 4. Sumber daya alam yang berbeda.

B. Manfaat Perdagangan Internasional a. Saling mendapat petukaran tehnologi guna mempercepat pertumbuhan ekonomi b. Menjalin persahabatan c. Dapat membuka lapangan pekerjaan d. Dapat menambah jumlah dan kualitas barang e. Meningkatkan penyebaran sumber daya alam melalui batas Negara. C. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Perdagangan Internasional

Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya sebagai berikut : 1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri 2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara 3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi 4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut. 5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi. 6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang. 7. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain. 8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.

D. Keunggulan Absolut Dan Keunggulan Komperatif Dalam Perdagangan Internasional

Pada tahun 1776 ADAM SMITH dalam bukunya yang berjudul: in inguiry into The nature and causes of The Wealth of Nation. Dengan adanya perdagangan internasional, suatu negara hanya akan memproduksi satu atau beberapa barang saja dengan biaya produksi yang rendah untuk di ekspor dan negara tersebt akan mengimpor barang-barang lain dengan harga yang lebih murah daripada memproduksi sendiri. Dengan cara ini negara-negara yang mengadakan hubungan perdagangan internasional dapat memperoleh keuntungan. Adapun macam-macam keuntungan antara lain: 1. Keuntungan Mutlak ( Absolute Advantage) dari Adam Smith Menurut teori ini perdagangan antar dua negara terhadap dua jenis barang akan terjadi jika masingmasing negara mempunyai kekuatan dalam memproduksi brang tertentu. Keuntungan akan diperoleh oleh dua negara tersebut, jika dua negara tersebut mengeskspor barang yang mempunyai keunggulan mutlak dan mengimpor barang yang mempunyai kerugian mutlak ( Absolute Disadvantage) 2. Keuntungan Komperative ( Comverative Advantage) Menurut David Ricardo, perdagangan internasional masih mungkin terjadi dan menguntungkan kedua negara meskipun satu negara mempunyai keunggulan mutlak, dan memproduksi kedua barang dengan syarat jika satu negara mempunyai keunggulan komperative dibandingkan dengan negara lain. E. Kebijakan Perdagangan Internasional Kebijakan perdagangan internasional merupakan salah satu bentuk kebijakan ekonomi internasional. Kebijakan perdagangan internasional adalah kebijakan yang mencakup tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang berjalan (current account) daripada neraca pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan impor barang. Kebijakan perdagangan internasional timbul karena meluasnya jaringan-jaringan hubungan ekonomi antarnegara. Jadi, kebijakan perdagangan internasional adalah segala tindakan pemerintah/negara, baik langsung maupun tidak langsung untuk memengaruhi komposisi, arah, serta Bentuk perdagangan luar negeri atau kegiatan perdagangan. Adapun kebijakan yang dimaksud dapat berupa tarif, dumping, kuota, larangan impor, dan berbagai kebijakan lainnya. Secara umum kebijakan perdagangan internasional dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kebijakan Proteksi Kebijakan proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri yang sedang tumbuh (infant industry) dan persaingan-persaingan barang-barang impor. Tujuan kebijakan proteksi adalah: a. memaksimalkan produksi dalam negeri; b. memperluas lapangan kerja;

c. memelihara tradisi nasional; d. menghindari risiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu komoditi andalan; e. menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan akan terganggu jika bergantung pada negara lain. Proteksi dapat dilakukan melalui kebijakan berikut ini : a. Tarif dan Bea Masuk Tarif adalah suatu pembebanan atas barang-barang yang melintasi daerah pabean (costum area). Sementara itu, barangbarang yang masuk ke wilayah negara dikenakan bea masuk. Dengan pengenaan bea masuk yang besar atas barangbarang dari luar negeri, mempunyai maksud memproteksi industri dalam negeri sehingga diperoleh pendapatan negara. Bentuk umum kebijakan tarif adalah penetapan pajak impor dengan persentase tertentu dari harga barang yang diimpor.

Macam-macam penentuan tarif atau bea masuk, yaitu: 1)

Bea ekspor (export duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang yang diangkut menuju negara lain (di luar costum area);

2)

Bea transito (transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara lain;

3)

Bea impor (import duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang masuk dalam suatu negara (tom area).

b. Pelarangan Impor Pelarangan impor adalah kebijakan pemerintah untuk melarang masuknya barang-barang dari luar negeri, dengan tujuan untuk melindungi produksi dalam negeri dan meningkatkan produksi dalam negeri.

c. Kuota atau Pembatasan Impor Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang-barang yang masuk dari luar negeri. Secara grafik akan tampak dalam gambar berikut.

Tujuan diberlakukannya kuota impor di antaranya:

a. mencegah barang-barang yang penting berada di tangan negara lain; b. untuk menjamin tersedianya barang-barang di dalam negeri dalam proporsi yang cukup; c. untuk mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna mencapai stabilitas harga di dalam negeri.

d. Subsidi Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk membantu menutupi sebagian biaya produksi per unit barang produksi dalam negeri. Sehingga produsen dalam negeri dapat menjual barangnya lebih murah dan bisa bersaing dengan barang impor.

e. Dumping. Dumping adalah kebijakan pemerintah umtuk menjual barang di luar negeri dengan harga yang lebih rendah dari dalam negeri atau bahkan di bawah biaya produksi. Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume perdagangan dan menguntungkan negara pengimpor, terutama menguntungkan konsumen mereka. Namun, negara pengimpor kadang mempunyai industri yang sejenis sehingga persaingan dari luar negeri ini dapat mendorong pemerintah negara pengimpor memberlakukan kebijakan anti dumping (dengan tarif impor yang lebih tinggi), atau sering disebut counterveiling duties. Hal ini dilakukan untuk menetralisir dampak subsidi ekspor yang diberikan oleh negara lain. Predatory dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan persaingan di luar negeri. Setelah persaingan di luar negeri mati maka harga di luar negeri akan dinaikkan untuk menutup kerugian sewaktu melakukan predatory dumping. Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu: -

kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar negeri, sehingga kurva permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan di luar negeri.

-

terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak dapat membeli barang dari luar negeri.

Keterangan:

Seperti diketahui bahwa laba maksimum diperoleh pada saat kurva MC sama dengan kurva MR. MC sama dengan MR di pasar dalam negeri yang dicapai pada kuantitas produksi OQ1, dan pasar luar negeri dicapai pada kuantitas produksi OQ2. Oleh karena kurva permintaan di kedua pasar memiliki kecuraman yang berbeda, di mana harga pasar dalam negeri adalah OP2 sementara harga di pasar luar negeri setinggi OP1, sehingga permintaan di pasar dalam negeri relatif lebih inelastis dibandingkan dengan pasar di luar negeri, karena kurvanya lebih curam. 2. Kebijakan Perdagangan Bebas

Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya kerumitan aturan atau birokrasi yang mengatur perdagangan bebas itu didalam suatu Negara. Sehingga, suatu Negara, perusahaan, atau perorangan sekalipun dapat menjual produk yang diciptakannya di luar negeri. Begitu pula sebaliknya, Negara lainpun dapat menjual produknya didalam negeri sehingga konsumen dapat mendapatkan barang – barang kualitas internasional dengan mudah dan dengan harga yang relatif terjangkau.

Dengan tidak adanya hambatan aturan dalam melaksanakan kegiatan perdagangan bebas ini tentunya memacu suatu Negara untuk mengembangkan negaranya dalam menjual hasil produk unggulan yang menjadi ciri khas negaranya tersebut. Menurut para pakar dengan melakukan perdagangan bebas tentunya akan saling menguntungkan bagi

Tentunya setiap Negara memiliki kekurangan dan kelebihannya masing – masing, ada Negara yang memiliki keunggulan dalam menciptakan alat – alat canggih seperti komputer dan alat elektronik lainnya, tetapi minim dalam sumber daya alam. Ada pula Negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah tetapi memiliki keterbatasan dalam menciptakan alat – alat canggih seperti elektronik, maka dengan adanya perdagangan bebas tentunya akan menjadi keuntungan bagi satu sama lain.

a. Ciri – Ciri Perdagangan Bebas



Perdagangan barang tanpa pajak (termasuk tarif) atau pembatasan perdagangan yang lain (seperti kuota impor atau subsidi untuk produsen), maksudnya adalah jual beli tersebut dilakukan tanpa dikenai pajak pada pemerintah.



Perdagangan layanan tanpa pajak atau pembatasan perdagangan yang lain, hal ini pun hamper sama dengan poin pertama, tidak adanya ketentuan pajak yang khusus yang dikenakan kepada produsen, juga tidak adanya pembatasan oleh perdagangan yang lain.



Ketiadaan dasar-dasar “pemutar belit perdagangan” (seperti pajak, subsidi, peraturan atau hukum) yang memberikan kelebihan kepada sejumlah kecil perusahaan, isirumah, atau faktor-faktor produksi



Akses bebas ke pasar, tidak adanya batasan atau kemudahan akses yang dapat langsung pada pasarnya, langsung pada konsumen dalam proses penjualannya.



Akses bebas kepada informasi pasar, konsumen dalam proses membeli produk dapat meraih informasi secara terbuka dan bebas.



Ketakupayaan firma-firma mengacaukan pasar melalui kekuatan monopoli atau oligopoli berian pemerintah



Pergerakan bebas tenaga kerja antara luar dan dalam negara



Pergerakan bebas modal antara luar dan dalam Negara

b. Peraturan Pemerintah mengenai Perdagangan Bebas Peraturan pemerintah mengenai perdagangan bebas diatur dalam peraturan menteri perdagangan republik indonesia nomor : 20/m-dag/per/7/2011 tentang perubahan kedua atas peraturan menteri perdagangan nomor 45/m-dag/per/9/2009 tentang angka pengenal importer (api). c. Dampak Perdagangan Bebas

 Dampak Positif Dengan adanya perdagangan bebas yang dilakukan oleh suatu Negara, tentunya tersebut dapat menikmati produk tidak hanya dari hasil produk buatan dalam negeri sendiri saja, tetapi juga dapat menkonsumsi produk buatan luar negeri dengan mudah karena dengan adanya perdagangan bebas barang impor dapat bebas masuk kedalam negeri. selain itu terjalin suatu hubungan internasional yang semakin terbuka antar Negara. Kemudian produk – produk dalam negeri dapat dengan memudah meraih popularitas di luar negeri. Dapat pula meningkatkan reputasi Negara ketika suatu Negara dapat berprestasi menciptakan produk yang bermanfaat dan diminati oleh konsumen internasional. Kemudian devisa kuat jika ekspor lebih besar daripada impor. Setiap individu bebas memiliki kekayaan dan sumber daya produksi. Setiap individu bebas memiliki kekayaan dan sumber daya produksi, inisiatif dan kreatifitas masyarakat dapat dikembangkan, terjadi persaingan antar produsen untuk menghasilkan barang yang bermutu, efisiensi dan efektifitas tinggi karena tindakannya selalu didasarkan pada prinsip ekonomi. 

Dampak Negatif Tentunya selain dampak positif, tidak sedikit juga dampak negative yang ditimbulkan akibat kegiatan perdagangan bebas. Yaitu selain menjadi orang yang konsumtif terhadap barang – bararang impor, banyak pula pengangguran, karena kalah bersaing produsen dari luar negeri, kemudian banyak

pabrik yg bangkrut karena tidak kuat dengan persainan yang begitu ketat, selain itu larinya investor dikarenakan SDM dan ETOS KERJA dalam negeri lemah dan devisa yang habis karena lebih banyak produk impor daripada ekspor. Kemudian bagi Negara – Negara yang belum berkembang maka akan menjadi sebuah kerugian karena selalu mengandalkan Negara lain untuk terus mengimpor barang – barang kedalam negeri, yang kemudian membuat Negara yang lemah ini sulit berkembang karena terus “diserang” oleh barang – banrang impor. Juga sebaliknya, akan menjadi keuntungan tersendiri bagi Negara yang telah berkembang untuk terus menjual produknya ini sehingga produknya lebih diminati dan lebih popular di luar negeri. Adanya eksploitasi terhadap masyarakat ekonomi lemah oleh pihak yang kuat ekonominya, menimbulkan terjadinya monopoli sehingga merugikan masyarakat, munculnya kesenjangan ekonomi antara golongan ekonomi kuat dengan golongan ekonomi lemah, perekonomian dapat dengan mudah menjadi tidak stabil. 3. Kebijakan Autarki Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk menghindarkan diri dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi, maupun militer, sehingga kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang menganjurkan adanya perdagangan bebas. itu seorang importir dalam melaksanakan pembayarannya harus membeli uang dollar terlebih dahulu pada suatu bank devisa dengan kurs yang berlaku, kemudian ditransfer kepada eksportir di Amerika.

BAB III Penutup

A. Kesimpulan

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.

Kebijakan perdagangan internasional merupakan salah satu bentuk kebijakan ekonomi internasional. Kebijakan perdagangan internasional adalah kebijakan yang mencakup tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang berjalan (current account) daripada neraca pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan impor barang. Dalam Kebijakan ini tentu saja terdapat dampak yang positif dan negatif bagi kita.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap makalah ini dapat diberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan dapat mempermudah kami untuk mempelajari mata kuliah Perdagangan Internasional.

DAFTAR PUSTAKA



http://ssbelajar.blogspot.com/2012/03/kebijakan-perdagangan-internasional.html



http://umihanasumi.blogspot.com/2011/03/kebijakan-perdagangan-internasional.html



https://sites.google.com/site/iwansubhanhotmail/makalah



http://karimahpatryani.wordpress.com/2011/06/05/kebijakan-perdagangan-internasional/



http://pebriandini.wordpress.com/2012/04/17/perdagangan-bebas/

http://widday.blogspot.com/2014/06/makalah-kebijakan-perdagangan.html

http://efitrian.blogspot.com/2017/10/makalah-kebijakan-ekonomi-dan.html

Related Documents


More Documents from "FajarKumar"