Makalah Sistem Perbankan Indonesia

  • Uploaded by: Alvian Zuhry Arantha
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Sistem Perbankan Indonesia as PDF for free.

More details

  • Words: 3,776
  • Pages: 22
Loading documents preview...
MAKALAH SISTEM PERBANKAN INDONESIA “PERKEMBANGAN PERBANKAN DI INDONESIA”

Disusun oleh : Sella Sopiana Pratiwi NPM : 1406634654

0

PROGRAM VOKASI ADMNISTRASI KEUANGAN&PERBANKAN UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat Allah SWT saya ucapkan atas selesainya Makalah “Perkembangan Perbankan Di Indonesia” Mata kuliah Sistem Perbankan Indonesia. Tanpa ridha dan kasih sayang serta petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat terselesaikan. Kemudian saya tak lupa mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Bapak Drs. Said Credenda Arismunandar M.Si selaku dosen mata kuliah Sistem Perbankan Indonesia yang memberikan tugas makalah yg mengcangkup seputar system perbankan Indonesia, sehingga menambah wawasan saya tentang Perbankan Indonesia. Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Terima Kasih.

Depok, 28 Oktober 2014 Penyusun,

1

Sella Sopiana Pratiwi

DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................................1 Daftar isi................................................................................................................2 Bab 1: Pendahuluan...............................................................................................3 Bab 2: Isi...............................................................................................................4 Bab 3: Analisis.....................................................................................................18 Bab 4: Kesimpulan...............................................................................................19 Daftar pustaka.......................................................................................................20

2

                                                       BAB I PENDAHULUAN                Perkembangan perbankan menunjukkan dinamika dalam kehidupan ekonomi. Sebelum sampai   pada praktik­praktik yang terjadi saat ini, ada banyak permasalahan yang terkait dengan masalah­masalah perbankan ini. Masalah utama yang muncul dalam praktik   perbankan   ini   adalah   pengaturan   sistem   keuangan   yang   berkaitan   dengan mekanisme   penentuan   volume   uang   yang   beredar   dalam   perekonomian.   Sistem keuangan, yang terdiri dari otoritas keuangan (financial authorities), sistem perbankan dan   sistem   lembaga   keuangan   bukan   bank,   pada   dasarnya   merupakan   tatanan   dalam perekonomian   suatu   Negara   yang   memiliki   peran   utama   dalam   menyediakan   fasilitas jasa­jasa   keuangan.   Fasilitas   jasa   tersebut   diberikan   oleh   lembaga­lembaga   keuangan, termasuk pasar uang dan pasar modal.

Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokan dalam dua bentuk yaitu  lembaga keuangan   bank   dan   lembaga   keuangan   bukan   bank.   Sistem   perbankan   di   Indonesia dibedakan berdasarkan fungsinya yang terdiri dari Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum, dapat menghimpun dana dari masyarakat secara langsung   dalam   bentuk   simpanan   giro,   tabungan   dan   deposito   berjangka,   lalu menyalurkan   kepada   masyarakat   terutama   dalam   bentuk   kredit   atau   bentuk­bentuk lainnya.   Bank   umum   dalam   kegiatannya   memberikan   jasa­jasa   dalam   lalu   lintas pembayaran. Sementara itu, Bank Perkreditan Rakyat, berdasarkan peraturan perundang­ undangan, dalam pelaksanaan kegiatannya menghimpun dana, dapat menerima tabungan dan deposito berjangka, namun tidak diperkenankan menerima simpanan giro dan tidak diperkenankan member jasa­jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan jenis lembaga keuangan   bukan  bank   dapat   berupa   lembaga   pembiayaan,   perusahaan   model   ventura, perusahaan anjak piutang, perusahaan pembiayaan konsumen, perusahaan kartu kredit, dana pensiun, pegadaian, pasar modal dan lain­lain. 3

Perkembangan   perbankan   yang   semakin   dinamis   dan   kompleks   membuat   otoritas moneter berusaha membuat Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Dengan adanya API, diharapkan bank nasional mampu bersaing tidak hanya pada segmen pasar domestik tetapi juga pada pasar internasional.

BAB II ISI A. Perkembangan Perbankan di Indonesia ∙      Situasi perbankan Indonesia praderegulasi Pada periode tahun 1974­1982 perekonomian Indonesia berkembang cukup baik karena ditopang oleh ekspor migas yang cukup tinggi. Tingginya harga minyak pada saat itu memengaruhi   penerimaan   dalam   negeri   sehingga   dana   pembangunan   cukup   tersedia untuk menunjang kegiatan investasi. Pada saat itu masyarakat yang belum menemukan sasaran investasi yang tepat menyimpan dana nya di bank sehingga terjadi kelebihan likuiditas   yang   cukup   besar.   Di   samping   itu   juga   Bank   Indonesia   (central   bank) menyediakan kredit likuiditas dengan syarat yang mudah dan lunak untuk membiayai pengembangan sektor yang potensial.

∙      Situasi perbankan Indonesia pascarederegulasi Perkembangan   perbankan   di   Indonesia   mengalami   peningkatan   yang   cukup   pesat beberapa   tahun   terakhir   ini.   Hal   itu   disebabkan   oleh   adanya   serangkaian   langkah deregulasi   di   bidang   perbankan.   Ada   beberapa   deregulasi   di   bidang   perbankan   dan moneter yang secara kronologis dapat dikemukakan sesuai urutan waktu pengumuman kebijaksanaan deregulasi. a. kebijaksanaan pemerintah tanggal 1 Juni 1983 Kebijaksanaan   ini   bertujuanuntuk   menggairahkan   pengerahan   dana   masyarakat. 4

Kebijaksanaan tersebut antara lain berisi penghapusan sistem pagu kredit dan mengurangi kredit likuiditas, Bank Indonesia tidak menetapkan tingkat suku bunga deposito maupun suku   bunga   pinjaman,   dan   kebijaksanaan   moneter   dengan   Sertifikat   Bank   Indonesia (SBI) dan penyediaan fasilitas diskonto. b. Kebijaksanaan 27 Oktober 1988 (Pakto 88) Latar belakang kebijaksanaan ini dilandasi oleh kebijaksanaan 1 Juni 1983 yang ternyata mendapat   penghimpunan   dana   untuk   investasi   swasta.   Selanjutnya   pihak   swasta berpartisipasi   lebih   besar   dalam   meningkatkan   pertumbuhan   ekonomi   dengan menciptakan iklim yang memungkinkan bank­bank beroperasi lebih efisien dan perluasan jaringan kantor bank. c. Kebijaksanaan Pemerintah 25 Maret 1989 Kebijaksanaan   ini   merupakan   penyempurnaan   Pakto   88   yang   berisikan   tentang penyempurnaan pendirian BPR. Dalam kebijaksanaan baru ini usaha BPR tidak boleh menerima   simpanan   dalam   bentuk   giro,   tidak   diperkenankan   pindah   wilayah   dan membuka   kantor   cabang   dan   tidak   perlu   penyesuaian   modal   bagi   BPR   baru   tetapi disesuaikan  dengan   kebutuhan  modal.  BPR  yang  akan   meningkatkan   usahanya   untuk menjadi bank umum harus mempunyai modal sebesar Rp. 10 miliar. d. Kebijaksanaan Pemerintah 29 Januari 1990 Latar belakang kebijaksanaan ini untuk mendukung pembangunan yang makin efisien. Untuk itu perlu disempurnakan aturan tentang Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang jumlahnya masih relatif tinggi dan menyempurnakan sistem perkreditan. Kebijaksanaan   yang   diambil   meliputi   mengurangi   secara   bertahap   pemberian   KLBI, KLBI   diberikan   secara   terbatas   untuk   swasembada   pangan   (KUT),   pengembangan koperasi (kredit koperasi KUD dan anggota koperasi primer), dan peningkatan investasi (pembiayaan pembangunan) PIR trans, KPR yang diberikan dengan maksimum sebesar Rp. 50 juta dan jumlah kredit yang disediakan minimum 20% disalurkan untuk usaha kecil dan kegiatan koperatif yang produktif. e. Paket Kebijakan Pemerintah Februari 1991 Inti kebijaksanaan ini meliputi beberapa aspek penting yang terdiri dari : 1.   penyempurnaan   persyaratan   perizinan,   kepemilikan   dan   kepengurusan   bank,   yang 5

meliputi   beberapa   aspek   antara   lain   pemilik   dan   pengelola   bank   harus   memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan fungsinya untuk melindungi kepentingan masyarakat sehingga   kesehatan   sebuah   bank   harus   diupayakan   secara   kontinuitas   sejak   berdiri, pembukaan kantor cabang atau perwakilan dan penyertaan bank di luar negeri, pendirian kantor bank, dan persyaratan pembukaan kantor BPR dan merger. 2. Ketentuan yang berkaitan dengan prinsip kehati­hatian (prudential regulation) yang meliputi permodalan bank, jaminan pemberian kredit, kredit untuk pembelian saham dan pemilikan saham oleh bank, batas maksimum pemberian kredit, kredit untuk pembelian saham dan pemilikan saham oleh bank, batas maksimum pemberian kredit (BMPK) atau legal lending limit, dan garansi bank.

∙      Perkembangan jumlah bank dan kantor bank Selama   periode   tahun   2004­2009   jumlah   bank   dan   kantor   bank   termasuk   bank perkreditan rakyat mengalami peningkatan yang sangat pesat. Selama 6 tahun jumlah bank   mengalami   pertumbuhan   sebesar   92,48%   atau   menurun   rata­rata   ­7,52%   setiap tahun. Dalam tahun 2004 terdapat 133 bank, turun menjadi 123 pada tahun 2009. Selain itu selama 6 tahun terakhir jumlah kantor bank mengalami pertumbuhan 157,456% atau meningkat rata­rata setiap tahun 57,45% yaitu dari 7.939 kantor bank pada tahun 2004 menjadi 12.500 kantor bank pada tahun 2009.

∙      Perkembangan dana dan kredit bank Dalam   periode   2004­2009   tingkat   pertumbuhan   dana   bank   yang   dihimpun   dari masyarakat jika dilihat menurut kelompok bank, dan jenis mata uang, maka tahun 2004 bank umum swasta nasional devisa berhasil menghimpun dana lebih besar. Pada periode yang sama jumlah kredit bank yang berhasil dikucurkan dari sector ekonomi paling besar didonimasi   oleh   sektor   industry,   diikuti   sektor   jasa,   dan   yang   terakhir   adalah   sektor pertanian.

  B. Sistem Perbankan di Indonesia Bank­bank yang beroperasi di Indonesia saat ini pada dasarnya dikelompokkan ke dalam Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sedangkan Bank Indonesia berfungsi

6

sebagai   bank   sentral.   Namun   demikian,   sejalan   dengan   terjadinya   perubahan   dalam sistem keuangan terutama yang terkait dengan kelembagaan perbankan sebagai dampak dikeluarkannya undang­undang di bidang keuangan dan perbankan.

Definisi Bank (menurut UU No.10 Tahun1998) Badan   usaha   yang   kegiatannya   menghimpun   dana   dari   masyarakat   dalam   bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Pengelompokan Bank Umum 1. Aspek Fungsi a. Bank Sentral, adalah bank yang merupakan badan hukum milik Negara yang tugas pokoknya membantu pemerintah, contoh : Bank Indonesia b. Bank Umum, adalah bank yang sumber utama dananya berasal dari simpanan pihak ketiga, serta pemberian kredit jangka pendek dalam penyaluran dana, contoh : BNI, BRI, dll c.   Bank   Pembangunan,   adalah   bank   yang   dalam   pengumpulan   dananya   berasal   dari penerimaan simpanan deposito serta commercial paper, contoh : Bank Jatim, Bank DKI, dll. d.   Bank   Desa,   adalah   kantor   bank   di   suatu   desa   yang   tugas   utamanya   adalah melaksanakan   fungsi   perkreditan   dan   penghimpunan   dana   dalam   rangka   program pemerintah memajukan pembangunan desa. e. BPR, adalah kantor bank di kota kecamatan yang merupakan unsur penghimpun dana masyarakat maupun menyalurkan dana nya di sektor pertanian dan pedesaan.

7

  2. Status Kepemilikan a. Bank Milik Negara, adalah bank yang seluruh modalnya berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan dan pendiriannya di bawah UU tersendiri, contoh : BNI, BRI, BTN b. Bank Milik Swasta Nasional, adalah bank milik swasta yang didirikan dalam bentuk perseroan terbatas, di mana seluruh sahamnya dimiliki oleh WNI dan/ atau badan­badan hukum di Indonesia, contoh : BCA, Bank Mega, Bank Danamon. c. Bank Swasta Asing, adalah bank yang didirikan dalam bentuk cabang bank yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk campuran antara bank asing dengan bank nasional yang   sudah   ada   di   Indonesia.   Bank   asing   ini   hanya   diperkenankan   menjalankan operasinya di lima kota besar di Indonesia, contoh : Citibank, HSBC.

d. Bank Pembangunan Daerah, adalah bank yang pendiriannya berdasarkan peraturan daerah   propinsi   dan   sebagian   besar   sahamnya   dimiliki   oleh   pemerintah   kota   dan pemerintah kabupaten, di wilayah yang bersangkutan, dan modalnya merupakan harta kekayaan pemerintah daerah yang dipisahkan, contoh : Bank Jatim. e. Bank Campuran, adalah bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, contoh : Bank UOB Buana, ANZ Panin Bank.

3. Kegiatan Operasional a.  Bank Devisa, adalah bank yang mempunyai hak dan wewenang yang diberikan oleh Bank   Indonesia   untuk   melakukan   transaksi   valuta   asing   dan   lalu   lintas   devisa   serta hubungan koresponden dengan bank asing di luar negeri, contoh : BCA, Bank Mega, Bank Bukopin. b. Bank Nondevisa, adalah bank yang operasionalnya hanya melaksanakan transaksi di dalam negeri, tidak melakukan transaksi valuta asing, dan tidak melakukan hubungan dengan bank asing di luar negeri.

4. Penciptaan Uang Giral 8

a.   Bank   Primer,   adalah   bank   yang   dalam   kegiatan   operasionalnya   tidak   sekedar menghimpun dan menyalurkan dana nya, tetapi juga melaksanakan semua transaksi yang berhubungan langsung dengan kas. b.   Bank   Sekunder,   adalah   bank   yang   kegiatan   operasionalnya   hanya   sekedar melaksanakan transaksi kas secara langsung.

5. Sistem Organisasi a. Unit Banking System, adalah bank yang kegiatan operasionalnya hanya mempunyai satu  kantor saja  dan melayani  masyarakat  di sekitar wilayah  itu.  Contoh : BPR baik konvensional maupun syariah. b.   Branch   Banking   Syistem,   adalah   bank   yang   kegiatan   operasionalnya   di   beberapa wilayah dan memiliki beberapa kantor cabang, di mana sistem organisasi, keuangan, dan sumber daya manusia terkait dengan kantor pusat. Contoh : Bank Danamon, Bank Mega, Bank BCA.

Fungsi Bank Secara   umum,   fungsi   utama   bank   adalah   menghimpun   dana   dari   masyarakat   dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan. Misalnya adalah : a. Agent of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi   adanya   unsur   kepercayaan.   Masyarakat   percaya   bahwa   uangnya   tidak   akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. b. Agent of development Kegiatan   perekonomian   masyarakat   di   sektor   moneter   dan   sektor   riil   tidak   dapat dipisahkan. Sektor riil tidak akan dapat bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan   bagi   lancarnya   kegiatan   perekonomian   sektor   riil.   Kegiatan   bank   tersebut 9

dapat   mendorong   masyarakat   melakukan   kegiatan   investasi,   kegiatan   distribusi,   serta kegiatan   konsumsi   barang   dan   jasa.   Dan   kelancaran   kegiatan   investasi­distribusi­ konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.   c. Agent of Service Bank memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan   bank   ini   erat   kaitanya   dengan   kegiatan   perekonomian   masyarakat   secara umum.   Berupa   jasa   pengiriman   uang,   penitipan   barang   berharga,   pemberian   jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

 

C. LEMBAGA KEUANGAN Lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya bidang keuangan, melakukan penghimpunan,   dan   penyaluran   dana   kepada   masyarakat,   terutama   guna   membiayai investasi perusahaan. Definisi lain mengatakan lembaga keuangan adalah suatu lembaga yang melancarkan pertukaran barang dan jasa dengan penggunaaan uang atau kredit dan membantu menyalurkan tabungan sebagian masyarakat kepada sebagian masyarakat yang membutuhkan pembiayaan dana  untuk investasi. Lembaga   keuangan   terutama   memberikan   kredit   dan   menanamkankan   dananya   pada surat­surat   berharga.   Di   samping   itu,   lembaga   keuangan   menawarkan   secara   luas berbagai jenis jasa keuangan antara lain: simpanan, kredit, proteksi asuransi, program pensiun, penyediaan mekanisme pembayaran, dan mekanisme transfer dana. Lembaga keuangan merupakan bagian dari sistem keuangan dalam ekonomi modern yang melayani masyarakat   pemakai   jasa­jasa   keuangan.   Sering   lembaga   keuangan   disebut   sebagai lembaga   intermediasi   keuangan   (financial   intermediary)   karena   fungsi   pokoknya melakukan intermediasi antara defisit unit dengan surplus unit.

10

Dari  pengertian  diatas  maka  dapat dikatakan  bahwa fungsi lembaga keuangan adalah sebagai lembaga yang menjembatani kepentingan kelompok masyarakat yang kelebihan dana   (idle   funds)   yang   umumnya   disebut   juga   saver   unit   dengan   kelompok   yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (borrower unit).

Pengelompokan Lembaga Keuangan Seperti yang kita ketahui bahwa lembaga keuangan (LK) dapat dikelompokkan menjadi lembaga keuangan bank (LKB) dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Lembaga keuangan bank terdiri dari bank sentral, bank umum, bank perkreditan rakyat (BPR), dan bank campuran, sedangkan lembaga keuangan bukan bank dapat dikelompokkan menjadi lembaga   pembiayaan   dan   investasi   serta   penjualan   surat­surat   berharga   (development finance corporation and investment finance corporation) dan lembaga keuangan lainnya. Lembaga   pembiayaan   dan   investasi   serta   penjualan   surat­surat   berharga   terdiri   dari leasing,  modal ventura, anjak piutang, dan pasar modal. Sedangkan lembaga keuangan lainnya terdiri dari pegadaian, asuransi, dan dana pensiun. Ada beberapa perbedaan dan persamaan antara kedua bank ini, seperti perbedaan LKB dan LKBB dari sisi kewajiban financial LKB dan LKBB,   yaitu kewajiban LKB dapat berupa   uang,   sedangkan   kewajiban   LKBB   tidak   dapat   diklasifikasikan   sebagai   uang. Sedangkan dari aspek kemampuan kedua lembaga keuangan dalam menciptakan kredit dan uang, LKB memiliki kemampuan untuk menciptakan kredit, mengedarkan uang, dan menambah jumlah uang beredar, sedangkan LKBB menyalurkan dana kepada masyarakat melalui penyertaan modal atau membiayai investasi perusahaan. Sedangkan kesamaan LKB dan LKBB adalah kedua lembaga keuangan ini ikut melancarkan pertukaran produk dengan   menggunakan   uang   dan   instrument   kredit   dan   membantu   menyalurkan   dana penabung kepada pengusaha.

a)      Lembaga Keuangan Bank 1.      Bank sentral 2.      Bank Umun 3.      Bank Perkreditan Rakyat b)      Lembaga Keuangan Bukan Bank

11

1.      Lembaga Pembiayaan Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Bidang usaha lembaga pembiayaan, adalah sebagai berikut : ∙         Leasing ∙         Anjak piutang ∙         Modal ventura ∙         Kartu kredit ∙         Pasar modal ∙         Pembiayaan konsumen   2.      Perusahaan Perasuransian Jenis usaha perasuransian yang diatur dalam Undang­undang  Nomor 2 tahun 1992 dapat digolongkan sebagai berikut : ∙         Usaha asuransi terdiri atas : asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi ∙          Usaha penunjang asuransi yang terdiri atas : pialang asuransi, pialang reasuransi, penilai kerugian, konsultan aktuaria, dan agen asuransi 3.      Dana Pensiun Dana   pensiun   adalah   badan   hukum   yang   mengelola   dan   menjalankan   program   yang menjanjikan manfaat pensiun. Jenis dan pensiun terdiri atas Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan. 4.      Perusahaan efek

12

Perusahaan   yang   dapat   melakukan   kegiatan   penjamin   emisi   (underwriting),   perantara pedagang efek, dan manajer insetasi. 5.      Reksa Dana Reksa   dana   disebut   juga   investment   fund   atau   mutual   funds   adalah   wadah   yang dipergunakan   untuk   menghimpun   dana   dari   masyarakat   pemodal   untuk   selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. 6.      Pegadaian Pegadaian   merupakan   lembaga   yang   menyalurkan   pinjaman   dengan   pengikatan   cara gadai yang telah dikenal sejak jaman Hindia Belanda. Tugas pokok Perum Pegadaian adalah   menjembatani   kebutuhan   dana   masyarakat   dengan   memberi   uang   pinjaman berdasarkan hukum gadai. Peran Lembaga Keuangan Bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai peran yang penting dalam sistem keuangan, yaitu : 1.      Pengalihan Aset (asset transmutation) Bank dan lembaga keuangan bukan bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan   dana  dalam  jangka  waktu   tertentu  yang  telah  disepakati.   Sumber  dana pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana. Dalam hal ini Bank dan lembaga keuangan bukan bank telah berperan sebagai pengalih asset yang likuid dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit (borrowers). 2.      Transaksi (transaction) Bank   dan   lembaga   keuangan   bukan   bank   memberikan   berbagai   kemudahan   kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Dalam ekonomi modern, transaksi   barang   dan   jasa   tidak   terlepas   dari   transaksi   keuangan.   Transaksi   keuangan selalu   diperlukan   baik   secara   langsung   dalam   jual   beli   barang   jadi,   maupun   dalam transaksi jual beli bahan mentah dan setengah jadi dalam proses produksi. 3.      Likuiditas (liquidity)

13

Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk­produk berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk­produk tersebut masing­masing memiliki tingkat likuiditas yang berbeda­beda. Untuk kepentingan likuiditas para pemilik dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Dengan kata lain, lembaga keuangan secara bersamaan menyalurkan likuiditas kepada pihak yang memerlukan   tambahan   likuiditas,   dengan   cara   menyalurkan   dana   dari   pihak   yang mengalami kelebihan likuiditas. 4.      Efisiensi (efficiency) Bank   dan   lembaga   keuangan   bukan   bank   dapat   menurunkan   biaya   transaksi   dengan jangkauan pelayanan. Peranan Bank dan lembaga keuangan bukan bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna modaltanpa mengubah produknya.  

D. Arsitektur Perbankan Indonesia Pada   awal   januari   2004  ini,   siaran   pers   Bank   Indonesia   secara   resmi   mengumumkan implementasi  Arsitektur  Perbankan  Indonesia  (API) di  mana  salah  satu  program  API adalah   mempersyaratkan   modal   minimum   bagi   bank   umum   (termasuk  BPD)  menjadi Rp.100 miliar selambat­lambatnya pada tahun 2011. Arsitektur   Perbankan   Indonesia   merupakan   suatu   kerangka   dasar   sistem   perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu 5 sampai 10 tahun ke depan. Visi   API   adalah   menciptakan   sistem   perbankan   yang   sehat,   kuat,   dan   efisien   guna menciptakan   kestabilan   sistem   keuangan   dalam   rangka   membantu   mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sistem   perbankan   yang   sehat   dibangun   dengan   permodalan   yang   kuat   sehingga   akan mendorong   kepercayaan   nasabah   (stakeholder)   yang   pada   akhirnya   akan   mampu memperkuat   permodalan   melalui   pemupukan   laba   ditahan.   Selanjutnya   perbankan nasional   yang   beroperasi   secara   efisien   akan   mampu   meningkatkan   daya   saingnya sehingga tidak hanya mampu bersaing di pasar domestik tetapi justru diharapkan produk dan   jasa   perbankan   yang   ditawarkan   bank   nasional   mampu   bersaing   di   pasar Internasional. Oleh karenanya, dalam 10­15 tahun ke depan, API menginginkan adanya 2 sampai 3 bank dengan skala bank internasional, 3 sampai 5 bank nasional, 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu, dan BPR serta bank

14

dengan kegiatan usaha terbatas.

Enam Pilar API Guna mempermudah pencapaian visi API sebagaimana diuraikan di atas maka ditetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu : 1.       Menciptakan   struktur   perbankan   domestik   yang   sehat   yang   mampu   memenuhi kebutuhan   masyarakat   dan   mendorong   pembangunan   ekonomi   nasional   yang berkesinambungan. 2.       Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standar internasional. 3.       Menciptakan industri perbankan yang kuat dan   memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko. 4.       Menciptakan   good   corporate   governance   dalam   rangka   memperkuat   kondisi internal perbankan nasional. 5.       Mewujudkan   infrastruktur   yang   lengkap   untuk   mendukung   terciptanya   industri perbankan yang sehat. 6.      Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.

Tantangan ke Depan 1.      Kapasitas Pertumbuhan Kredit Perbankan yang Masih Rendah Kemampuan   permodalan   perbankan   Indonesia   saat   ini   mengindikasikan   bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut sulit dicapai jika perbankan nasional tidak

15

memperbaiki kondisi permodalannya. 2.      Struktur Perbankan yang Belum Optimal Belum optimalnya struktur permodalan di Indonesia ditandai dengan terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang menguasai 75% asset perbankan Indonesia). 3.       Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat Terhadap Pelayanan Perbankan yang Dinilai oleh Masyarakat Masih Kurang Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan ditandai dengan seringnya terdengar   keluhan   dari   masyarakat   mengenai   kurangnya   akses   terhadap   kredit   dan tingginya suku bunga kredit serta masih banyak praktik penyediaan jasa keuangan yang informal. 4.      Pengawasan Bank yang Masih perlu Ditingkatkan Disebabkan oleh masih terdapatnya beberapa prinsip prudensial yang belum ditetapkan secara baik, koordinasi pengawasan yang masih perlu ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang belum optimal, dan pelaksanaan law­enforcement pengawasan yang belum efektif. 5.      Kapabilitas Perbankan yang Masih Lemah Hal ini ditandai dengan kurangnya corporate governance dan core banking skills pada sebagian besar perbankan sehingga diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dua hal tersebut. 6.      Profitabilitas dan Efisiensi Operasional Bank yang Tidak Suistainbel Faktor   tidak   suistainbel­nya   profitabiltas   dan   efisiensi   karena   lemahnya   struktur   aset produktif bank­bank dan sebagian pendapatan perbankan berasal dari aktivitas trading yang fluktuasi serta rendahnya rasio aset per nasabah. 7.      Perlindungan Nasabah yang Perlu Ditingkatkan Perlindungan   terhadap   nasabah   merupakan   tantangan   perbankan   yang   berpengaruh terhadap sebagian masyarakat kita. 16

8.      Perkembangan Teknologi Informasi Perkembangan teknologi informasi menyebabkan makin pesatnya perkembangan jenis dan  kompleksitas   produk dan  jasa  bank  sehingga  resiko­resiko  yang muncul  menjadi lebih besar dan bervariasi. Program Kegiatan Api 1.      Program penguatan struktur perbankan nasional Hal ini dilakukan dengan cara memperkuat permodalan bank, memperkuat daya saing BPR, meningkatkan akses kredit. 2.      Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan Dalam tahap ini memformalkan proses indikasi dalam membuat kebijakan perbankan dan juga   implementasi   secara   bertahap   25   basel   core   principles   for   effective   banking supervision. 3.      Program Peningkatan Fungsi Pengawasan Dalam   tahap   ini   meningkatkan   koordinasi   antar   lembaga   pengawas,   melakukan konsilidasi sektor perbankan Bank Indonesia, meningkatkan kompetensi pemeriksa bank, mengembangkan   sistem   pengawasan   berbasis   resiko,   meningkatkan   efektivitas enforcement. 4.      Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Operasional Perbankan Dalam   tahap   ini   meningkatkan   good   corporate   governance,   meningkatkan   kualitas manajemen resiko perbankan, meningkatkan kemampuan operasional bank. 5.      Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan Dalam   tahap   ini   mengembangkan   biro   kredit,   mengoptimalkan   penggunaan   badan pemeringkat kredit. 6.      Program Peningkatan Perlindungan Nasabah

17

Dalam tahap ini menyusun standar mekanisme pengaduan nasabah, membentuk lembaga mediasi independen, menyusun transparansi informasi produk, mempromosikan edukasi untuk konsumen.        

 

  Bab III ANALISIS Dalam pembahasan hasil analisis ini dikemukakan secara garis besar tentang definisi keuangan negara, ruang lingkup keuangan negara, sumber keuangan negara, serta pengurus keuangan negara dimana definisi keuangan negara secara ringkas adalah

18

keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik

Negara berhubung

dengan

pelaksanaan

hak

dan

kewajiban

tersebut.

Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan. Dari sisi objek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh subjek yang memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu: pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Lalu ruang linkgup keuangan negara meliputi hak negara, kewajiban negara, penerimaan negara&daerah, pengeluaran negara&daerah,kekayaan negara&daera, serta kekayaan pihak lain dan yang terakhir sumber keuangan negara terdapat pada pajak, retribusi, keuntungan bumn,hibah, penjualan kekayaan, serta penerimaan bea dan cukai

BAB IV KESIMPULAN

            Perbankan di Indonesia telah mengalami perkembangan mulai dari praderegulasi sampai pascaderegulasi. Pengklasifikasian perbankan sesusai dengan jenis, kepemilikkan,

19

kegiatan usaha, pembentukkan uang giral serta sistem organisasi nya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank yang masing­ masing memiliki tugas dan fungsi nya sendiri­sendiri. Dan untuk menciptakan perbankan yang sehat, kuat dan efisien maka diperlukan Arsitektur Perbankan Indonesia.  

       

DAFTAR PUSTAKA

Latumaerissa,   Julius   R.2011.BANK   DAN   LEMBAGA   KEUANGAN LAIN.Jakarta:Salemba Empat. Budisantoso,   Totok   &   Sigit   Triandaru.2006.BANK   DAN   LEMBAGA KEUANGAN LAIN.Jakarta :Salemba empat http://sutomoadi.wordpress.com/2013/06/25/tugas­makalah­perkembangan­ perbankan­di­indonesia/ 20

21

Related Documents


More Documents from "Ifa Maghfirah"