Makalah Studi Kritis Aliran-aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini

  • Uploaded by: nia nurdahlia
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Studi Kritis Aliran-aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini as PDF for free.

More details

  • Words: 2,954
  • Pages: 12
Loading documents preview...
MAKALAH STUDI KRITIS ALIRAN-ALIRAN TAREKAT YANG BERKEMBANG MASA KINI

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF DOSEN PENGAMPU :

KELOMPOK 9 :

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN SUMATERA UTARA i

2020

Daftar Isi BAB I...............................................................................................................................................2 PENDAHULUAN..........................................................................................................................2 A. Latar Belakang.......................................................................................................................2 B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2 C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................2 BAB II.............................................................................................................................................3 PEMBAHASAN.............................................................................................................................3 A. Aliran-Aliran Tarekat..............................................................................................................3 B. Studi Kritis Terhadap Aliran Tarekat......................................................................................6 BAB III...........................................................................................................................................9 PENUTUP......................................................................................................................................9 A. KESIMPULAN.......................................................................................................................9 B. SARAN...................................................................................................................................9 Daftar Pustaka...................................................................................................................10

ii

iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada mulanya seorang berfilsafat untuk mengetahui makna segala sesuatu secara mendalam terhadap sebuah eksistensi, baik alam, dari maupun Tuhan, dengan cara bertanya baik pada dirinya sendiri ataupun orang lain. Namun seiring perkembangan zaman, pemikiran melalui filsafat tentang eksistensi Tuhan, tidak sepenuhnya dapat memberikan sebuah jawaban. Bagaimana mengenai hakekat diri dengan Tuhan, bagaimana mencapai derajat untuk mengetahui segala hal tentang Tuhan. Sehingga para ulama ulama Sufi memberi sebuah jalan lain untuk menemukan eksistensi itu yaitu dengan tarekat. Dalam ilmu tasawuf disebutkan bahwa arti tarekat ialah jalan untuk melakukan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Rasullah saw dan dikerjakan oleh para sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in seacara turun-temurun hinga kepada para ulam yang menyambung sampai pada masa kini. Pada awalnya, tarekat belum ada di dalam agama islam. Akan tetapi,untuk memasuki dunia tasawuf, diperlukan satu jalan untuk dapat mencapai tujuan utama yang ingin dicapai oleh seseorang. Dari situ timbullah satu cara untuk mendaki satu maqam ke maqam lainnya yang disebut tarekat. Sejak munculnya gerakan pembaharuan Islam yang diilhami oleh gerakan beberapa aliran dari timur pada awal abad ke- 20, aliran keagamaan yang cendrung sufistik termasuk tarekat dalam islam terus terpojokan pada posisi yang kurang menguntungkan. Aliran ini dipandang bertentangan dengan semangat pembeharuan yang cendrung mondernis dan bahkan terkesan revolusioner. Sufisme dan tarekat mulai dipojokan.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Aliran-aliran Tarekat dapat berkembang di masa kini ? 2. Apa saja Aliran-aliran tarekat yang telah lahir dari para ulama Sufi dan berkembang di masa kini ? 3. Apa saja study kritis yang terkait dengan Aliran-aliran tarekat yang berkembang di masa kini ?

C. Tujuan Penulisan Dari rumusan masalah tersebut maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui aliran-aliran apa saja yang telah dilahirkan oleh para ulama Sufi yang masih berkembang hingga masa kini. 2. Agar pembaca dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Aliran-aliran tarekat yang berkembang hingga sekarang. 1

3. Agar pembaca mengetahui tentang study kritis yang terkait dengan Aliran-aliran tarekat yang berkembang di masa kini.

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Aliran-Aliran Tarekat Berikut ini terdapat beberapa aliran-aliran tarekat, yaitu: 1. Tarekat Qadiriyah Tarekat Qadiriyah merupakan tarekat tertua yang didirikan oleh seorang waliyullah yaitu Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Beliau memerintahkan kepada muridnya agar senantiasa berdzikir setiap siang dan malam hari, serta setiap setelah shalat lima waktu. Pelajaran pada tarekat qadiriyah sama seperti pelajaran Agama Islam pada umumnya, hanya saja mereka lebih mementingkan kasih sayang terhadap seluruh makhluk, rendah hati dan menghindari fanatisme. Paham qadiriyah sebagian besar merupakan paham mu'tazilah, yang mana pada paham ini manusia mempunyai kebebasan untuk berkehendak sesuai keinginan hati mereka. Tarekat ini dianut oleh beberapa negara besar diantaranya adalah Irak, Mesir, Sudan, Tunisia, Libya, Aljazair, Afrika dan Indonesia. Tarekat ini berpusat di Irak kemudian banyak tersebar di dunia timur, Tiongkok dan berkembang pesat di Indonesia pada abad ke-19, terutama ketika penjajahan Belanda. Syeikh Abdul Karim bersama khalifahnya yaitu K.H. Marzuki di Banten yang merupakan pengikut tarekat qadiriyah yang memberontak penjajah Belanda, yang pada tahun 1903 pemberontakan terhadap Belanda juga terjadi di Sidoarjo Jatim yang dipimpin oleh K.H Hasan Mukmin serta K.H Khasan Tafsir dari Krapyak Yogyakarta. Pengaruh tarekat ini cukup banyak meresap dihati masyarakat Indonesia, khususnya organisasi agama terbesar Islam Nahdlatul Ulama yang tidak bisa terlepaskan dari tarekat qadariyah dan amalan-amalan salah satunya yang dituturkan dalam bacaan Manaqib pada acara-acara tertentu. 2. Tarekat Rifa'iyah Tarekat Rifa'iyah didirikan oleh Sayid Ahmad al-Rifa'i. Dengan prinsip utamanya adalah mengajak untuk beriman dan mengikuti sunnah rasul, menjaga rukun Islam, berpegang kepada yang hak dan meninggalkan yang batil. Sayid Ahmad Al-Rifa'i diceritakan bahwasannya beliau merupakan seorang yang selalu berdzikir hingga membuat tubuhnya terangkat keatas, namun Sayid Ahmad Al-Rifa'i tidak menyadarinya. Tarekat Rifa'iyah cenderung memiliki sifat yang fanatik serta para pengikutnya dapat melakukan hal-hal yang berhubungan diluar nalar, seperti makan pecahan beling dan berjalan diatas bara api yang menyala. Selain itu salah satu identitas dari keberadaan tarekat ini adalah ditandai dengan penggunaan rebana dalam wiridnya yang diikuti dengan tarian dan diiringi permainan debus, yaitu menikam diri dengan sepotong senjata tajam yang diiringi dengan zikir-zikir tertentu dalam hal ihwal tarekatnya. Tarekat ini berkembang pesat di Indonesia dengan Syekh H. Ahmad Ar-Rifa'i Al-Jaawi bin Muhammad bin Abi Sujak bin Sutjowijoyo (1200 H/1786H) di Desa Tempuran, Kabupaten Kendal. Tarekat ini juga tersebar di Aceh dan Sumatera (terutama dibagian barat dan utara), namun disana tarekat ini lebih dikenal dengan sebutan Rafai. 3. Tarekat Tijaniyah 3

Tarekat ini didirikan oleh Sayid Al-Syaikh Abul 'Abbas Ahmad bin Muhammad Al-Tijani. Pada tahun 1196, Syaikh Al-Tijani pergi ke suatu tempat di paang sahara, yang mana ditempat itu tinggal seorang waliyullah, Abu Sanghun. Disana beliau mendapat suatu anugerah yang sangat besar yaitu biasa bersua dengan Rasulullah dalam keadaan jaga. Dalam keadaan tersebut, Rasulullah mentalqin beliau untuk wirid istighfar dan shalawat sebanyak seratus kali, kemudian mentalqinkan wirid tersebut kepada umat manusia. Yang kemudian setelah empat tahun berlalu, wirid tersebut disempurnakan oleh Rasulullah dengan lafadz lai ilaha illallah. Tarekat ini berkembang dan tersebar dibeberapa negara besar diantaranya yaitu Mesir, Kepulauan Arab, sebagian penjuru Asia, Afrika Hitam, Afrika bagian barat. 4. Tarekat Haddadiyah Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad. Beliau merupakan pencipta Rattibul Haddad, dzikir yang menjadi ikon dari tarekat ini. Biasanya dzikir ini dibaca sehabis shalat maghrib ataupun sehabis shalat isya. Beliau banyak mengarang kitab dalam bidang tasawuf, salah satunya yaitu nashaih al-diniyah, dan lain-lainnya. Peran al-haddad dalam mempopulerkan tarekat Alawiyah menjadi cikal bakal lahirnya tarekat Haddadiyah. Dalam tarekat alawiyah, al-haddad membagi suluk kedalam dua bagian. Pertama, kelompok khas yaitu diperuntukkan bagi mereka yang telah mencapai tingkat mujahadah yaitu mengosongkan pikiran dari sesuatu selain Allah. Kedua, kelompok 'Am, yaitu mereka masih dalam tingkatan dasar dengan mengamalkan perintahperintah sunnah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tarekat alawiyah merupakan tarekat 'ammah, sebagai wasilah menuju tarekat khas, sedangkan tarekat al-haddadiyah merupakan tarekat khas. 5. Tarekat Naqsabandiyah Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Bhauddin Al-Uwaisi Al-Bukhari di Turkistan. Kata naqsabandiyah diambil dari bahasa arab asal kata naqsaband yang berarti lukisan. Dinamakan karena beliau ahli dalam memberikan lukisan tentang kehidupan ghaib. Tarekat Naqsabandiyah merupakan tarekat terbesar di Dunia dan tarekat yang masih terawat dengan baik sampai sekarang ini. Tarekat ini tersebar luas diseluruh dataran di Dunia, dan sebagian besar pengikutnya berasal dari wilayah Turki, Hindia Belanda, dan bekas jajahan Inggris di Melayu. Ajaran yang paling sering digunakan ialah berdzikir, terutama saat pengucapan lafadz Laa ilaaha illa Allah dengan pengaturan nafas. Tarekat ini berkembang di Indonesia dipelopori oleh Syaikh Yusuf Makssari (1626-1699) Syaikh Yusuf berasal dari kerajaan Islam Gowa, Sulawesi Selatan, beliau menerima ijazah dari Syaikh Muhammad 'Abd al-baqi di Yaman. Di Madura, tarekat ini sudah lahir sejak abad ke-19, terdapat keunikan dari tarekat ini yang tidak dijumpai antara penganut Naqsabandiyah di Indonesia dan Negara lain, yaitu beberapa mursyidnya rata-rata perempuan, seperti Nyai Thobibah, Syafifah Fathimah di Sumenep adalah mursyid perempuan yang terkenal. 6. Tarekat Khalwatiyah Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Karimuddin Al-Khalwati. Tarekat khalwatiyah ini diambil dari kata khalwat yang berarti menyendiri untuk merenung. Nama ini diambil karena pendiri dari tarekat ini sering melakukan khalwat ditempat-tempat yang sepi. 4

Nama tersebut diambil dari nama seorang sufi ulama dan pejuang Makassar yaitu Muhammad Yusuf bin Abdullah Abu Mahasin al-Taj, al-Khalwaty, al-Makassar. Sekarang terdapat dua cabang terpisah dari tarekat ini yang hadir bersama kita. Keduanya dikenal dengan nama Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan Khalwatiyah Samman. Tarekat ini hanya menyebar dikalangan orang Makassar dan sedikit orang bugis. Para khalifah yang diangkat terdiri dari orang Makassar sehingga secara etnis tarekat ini dikaitkan dengan suku tersebut. Beliau yang pertama kali menyebarkan tarekat ini ke Indonesia, guru beliau Syaikh Abu al-Baraqah Ayyub alKahlwati al-Quraisy. Bergelar "Taj al-Khalwaty" sehingga namanya menjadi Syaikh Yusuf Taj al-Khalwaty. Al-Makassary dibaiat menjadi penganut tarekat Khalwatiyah di Damaskus, ada indikasi bahwa tarekat yang diajarkan merupakan penggabungan dari beberapa tarekat yang pernah ia pelajari, walaupun tarekat Khalwatiyah tetap yang paling dominan. Adapun dasar ajaran tarekat khalwatiyah yaitu pertama, Yaqza maksudnya kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang hina dihadapan Allah Swt. Yang maha Agung. Kedua, Taubah ialah mohon ampun atas segala dosa. Ketiga, Muhasabah ialah menghitung-hitung atau introspeksi diri. Keempat, Inabah ialah berhasrat kembali kepada Allah. Kelima, Tafakkur ialah merenung tentang kebesaran Allah. Keenam, I'tisam ialah selalu bertindak sebagai Khalifah Allah dibumi. Ketujuh, Firar ialah lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna. Kedelapan, Riyadah ialah melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya. Kesembilan, Tasyakur ialah selalu bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memujinya. Kesepuluh, Sima' ialah mengkonsentrasikan seluruh anggota tubuh dan mengikuti perintah-perintah Allah terutama pendengaran. 7. Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah Tarkat ini merupakan tarekat gabungan dari tarkat Qadiriyah dan tarekat Naqsabandiyah. Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yang terdapat di Indonesia bukanlah hanya merupakan suatu penggabungan dari dua tarekat yang berbeda diamalkan bersama-sama. Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan berdiri yang di dalamnya unsur-unsur pilihan dari Qadiriyah dan juga Naqsyabandiyah telah dipadukan menjadi sesuatu yang baru. Tarekat ini didirikan oleh orang Indonesia Asli yaitu Ahmad Khatib Ibn al-Ghaffar Sambas, yang bermukim dan mengajar di Makkah pada pertengahan abad ke-19. Bila dilihat dari perkembangannya tarekat ini bisa juga disebut "Tarekat Sambasiyah" tapi nampaknya Syaikh al-Khatib tidak menamakan tarekatnya dengan nama sendiri. Berbeda dengan guru-gurunya yang lain yang memberikan nama tarekatnya sesuai dengan nama pengembangannya. Sebagaimana kebiasaan ulama-ulama sebelumnya untuk memperdalam ilmu agama, kiranya mereka berangkat ke Makkah untuk memperdalam ilmu yang mereka miliki. Demikian pula, halnya dengan Ahmad Khatib ia berangkat ke Makkah untuk belajar ilmu-ilmu Islam termasuk tasawuf dan mencapai posisi yang sangat dihargai diantara teman-temannya dan kemudian menjadi seorang tokoh yang berpengaruh diseluruh Indonesia. Diantara gurunya adalah Syaikh Daud bin Abd Allah bin Idris al fatani, Syaikh Muhammad Shalih Rays, selain itu ia juga banyak mengikuti dan menghadiri kuliah-kuliah yang diberikan oleh Syaikh Bishry al-Jabaty, Sayyid ahmad al-Marzuki, Sayyid abd Allah ibn Muhammad al-Mirghany.

5

B. Studi Kritis Terhadap Aliran Tarekat Berikut ini terdapat beberapa studi kritis terhadap aliran tarekat, yaitu: 1. Kritik Wahabisme Terhadap Aliran Tarekat Sejak munculnya gerakan pembaharuan Islam yang diilhami oleh gerakan Wahabisme dari timur pada awal abad ke- 20, aliran keagamaan yang cendrung sufistik termasuk tarekat dalam islam terus terpojokan pada posisi yang kurang menguntungkan. Aliran ini dipandang bertentangan dengan semangat pembeharuan yang cendrung mondernis dan bahkan terkesan revolusioner. Sufisme dan tarekat mulai dipojokan, setidak-tidaknya atas tiga tuduhan : Pertama, karena watak yang dianggap terlalu longgar pada ajaran ajaran keagamaan yang dinilai palsu. Para penganut aliran ini dinilai banyak melakukan kompromi ajaran secara teologis dapat mengotori kemiurnian ajaran ibadah umat islam. Kedua, sikap pembawanya cendrung mengingkari dunia berikut segala symbol kehidupanya. Mereka dianggap melakukan perlakuan yang tidak seimbang antara dimensi dunia dan akhirat. Ketiga, paham keagamaan ini lebih jauh dinilai telah merusak umat islam karena watak yang tidak berpihak pada dimensi Intelektualisme dan tradisionalisme yang dibutuhkan, terutama dalam membangun bebagai kemajuan dikalangan umat Islam. Gerakan pembaharuan memperoleh sambutan umat yang cukup antusias. Hampir separo abad terakhir, umat islam digiring untuk beranjak dari satu titik kehidupan yang diselimuti kecendrungan serba sufistik ketimuran ke titik kehidupan lain yang serta rasionalistis kebarat-baratan. Seolah olah semangat sufisitik dan rasionalistik itu merupakan dua titik ekstrim yang mustahil bias bertemu. dengan alas an inilah, tarekat kemudian terpojokan pada satu posisi yang kurang menguntungkan, khususnya bagi perjlanan sejarah berkembangnya. 2.Kritik tiga Organisasi sosial keagamaan di Indonesia. Khusus di Indonesia, sejak munculnya berbagai gerakan pembaharuan islam, yang ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi sosial keagamaan yang dilatarbelakangi semangat modernisme. Penghujatan terhadap tarekat dan tasawuf gencar dilaksanakan. Muhammadiyah, Persatuan Islam ( Persis ) , dan Nahdlotul Ulama ( NU), adalah tiga diantara organisasi Islam yang mensponsori gerakan tersebut. Sebagai organisasi puritan yang berslogan “ memurnikan “ kembali ajaran islam dalam semangat kembali kepada Al-Quran dan AsSunnah, ketiga organisasi masa islam itu mengeluarkan kritik terhadap keberadaan tarekat dan tasawuf walaupun dengan variasi kritikan yang berbeda. Pengikut Persatuan Islam ( Persis ), umpamanya, adalah kelompok masyarakat muslim yang relatif paling keras menentang keberadaan tasawuf dan tarekat. Mereka mengklaim bahwa kedua ibadah tersebut merupakan bukti penyimpangan dari ajaran islam yang dicontohkan Nabi Muhammad. Sementara itu Muhammadiyah menganggap tasawuf dan tarekat sebagai penghalang bagi kemajuan umat islam, terutama dalam ikhtiar mengejar ketertinggalanya dari umat lain. Menurutnya, kontemplasi dapat menyebabkan seorang pengikut tarekat menjadi lemah dalam berusaha dan beramal saleh. Bagi Pengikut Nahdlotul Uama ( NU), tarekat itu tidak semuanya buruk, ada yang Mu’tabarah, ada yang Ghaeru mu’tabarah, ada yang sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad, ada pula yang sesat. 6

3.Kritik Dari Tokoh-tokoh Organisasi Islam di Indonesia Dalam pandangan salah seorang tokoh Persatuan Islam, tasawuf dan tarekat yang diabut umat islam mempunyai landasan pemikiran yang bercorak pantaesis, yaitu corak pemikiran yang memandang Tuhan berada di setiap benda di alam ini. Semua aliran tasawuf dan tarekat mengajarkan wihdatul al ittihad, al-hulul, dan al-liqa.’. Inti ajaran semua bersifat panteistis. pandangan tersebut merupakan hasil dari konsepsi filsafat monisme, yaitu konsepsi yang menyatakan bahwa Tuhan dan alam adalah satu. kemudian beliau juga nengatakan bahwa secara historis, monisme, dan panteisme merupakan esensi dari ajaran agama Hindu. Dalam kitab agama Hindu, Rig Weda, disebut dengan jelas bahwa Tuhan menjelma diberbagai bentuk kehidupan di bumi dan langit, baik dalam bentuk benda-benda yang ada di sekitar manusia, maupun yang terdapat pada diri manusianya sendiri. Lebih tegas lagi, para aktifis ormas islam modernis ini mengatakan bahwa “ istilah-istilah yang digunakan dalam tarekat dan tasawuf seperti : syariat, tarikat, hakikat, dan ma’riat, sama sekali tidak didasarkan pada dalildalil Al-Quran dan As-Sunnah (hadits) yang kokoh. bahkan metode khalawat dan zikir dibatasi oleh bilangan tertentu hingga mencapai ekstase pun tidak pernah ada ketentuan dalam ajaran islam. Pandangan Abdul Razak, salah seorang tokoh muda Nahdlotul Ulama, beberapa ajaran tarekat yang dianggap menyimpang, antara lain : adanya kultus yang berlebihan kepada seorang mursid. mereka para penganut menganggap Syekh atau guru sebagai seorang wali yang melebihi kesucianya Rosulullah. mungkin hal itu engaruh dari budaya yang sering mengagungkan orang-orang sakti dan ini muncul biasanya di Indonesia dari kalangan pendeta hindu atau mitologi jawa kuno. selanjutnya, dia juga memandang masalah taklid sebagai suatu sikap menerima apa adanya tanpa sikap yang kritis terhadap ajaran dari syekh mursid, akibat dari pengultusan kepadanya. Sebab talkid dalam ajaran islam sangat dilarang selama orang itu mampu menelusuri kebenaran suatu agama. Tersebarnya legenda tentang kehebatan Syekh serta karamah-nya menjadi keyakinan dari para jamaah tarekat, mereka juga berkeyakinan bahwa syekh lebih mulia daripada sahabat-sahabat Rosulullah Menurut K.H. Hasyim Asy’ari, dalam buku (Ilmu Tasawuf Hal . 400-401 pengantar: Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A.) mengenai tradisi tarekat ada prilaku yang menyimpang dari syariat Islam, misalnya beliau tidak suka di hormati secara berlebihan sehingga mengakibatkan pengkultusan individu terhadapnya, biasa dihubungkan terekat, yang di tunjukan kepada seorang mursyid yang dianggap mampu menghubungkan manusia dengan tuhan, mengakibatkan munculnya bahwa seorang guru tarekat orang kramat yang jauh dari kesesatan. Dalam masalah tarekat beliau sangat selektif mengenai pemberian predikat wali kepada mursyid beliau sangat menentang dan tidak pernah mengenal kompromi, pernyataan berikut “ Wali tidak akan memamerkan diri meskipun dipaksa membakar diri mereka “ barang siapa yang mengaku dirinya wali tetapi tanpa kesaksian mengikuti syariat Rosul, orang tersebut adalah pendusta yang membuat-buat perkara tentang Allah. Pemikiran Hasyim tentang tarekat sangat moderat. Ia tidak segan-segan mengkritik tarekat yang pengamalanya menyalahi prinsif ajaran tasawuf itu sendiri. misalnya, memberikan otoritas yang berlebihan kepada mursyid. sejalan dengan itu, buku Ad-Durar Al-Muntasyirah ditulis untuk meluruskan prinsip tasawuf atau tarekat yang menyimpang.

7

Menurut Hasyim, dengan mungutip pendapat Suhrawardi “ Jalan kaum sufi adalah membersihkan jiwa ; menjaga nafsu, serta melepaskan diri dari berbagai bentuk sifat buruk, seperti ujub, takabbur, riya, dan hub addunya. Selain itu menjalin budi pekerti yang bersifat kerohanian, seperti ikhlas, tawadhu ( rendah hati ), tawakkal (bersandar dan percaya kepada tuhan), memperkenankan hati kepada orang lain dan setiap kewajiban ( ridha), serta memperoleh ma’rifat dari Allah.” Hasyim merupakan sufi yang moderat. Ia memang pengikut tasawuf, tetapi bersikap kritis dalam beberapa hal. Ia berharap tasawuf dapat tetap berjalan sesuai dengan syariat dan pokok-pokok nilai ajaran islam. Demikianlah kritik-kritik terhadap ajaran tarekat yang dianggap bertentangan dan menyalahi ajaran Islam . Bagaimanapun harus diakui pengamalan agama haruslah sesuai dengan sumber aslinya, yaitu Alquran dan hadis. Rasulullah bersabda : “ Aku tinggalkan kepadamu dua perkara. Engkau tidak akan sesat selamanya jika engkau berpegang kepada duan perkara tersebut, yaitu Alquran dan asunnah Nabi-Nya.” (HR. Al-Hakim).

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1. Bahwa Aliran-aliran tarekat yang berkembang hingga sekarang terdapat 7 aliran yaitu tarekat qadiriyah, tarekat rifa'iyah, tarekat tijaniyah, tarekat haddadiyah, tarekat naqsabandiyah, tarekat khalwatiyah, tarekat qadariyah-naqsabandiyah. 2. Sedangkan studi kritis terhadap aliran-aliran tarekat yang berkembang hingga sekarang ada 3 yaitu Kritik Wahabisme Terhadap Aliran Tarekat, Kritik tiga Organisasi sosial keagamaan di Indonesia, Kritik Dari Tokoh-tokoh Organisasi Islam di Indonesia

B. Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, maka selaku penulis menyarankan bagi pembaca agar dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang aliran tarekat agar lebih luasnya pengetahuan pembaca maka diharapkan untuk membaca lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan hal ini.

8

Daftar Pustaka

Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 80 Misbahul Munir, dkk., Al-Tabarruk fi Al-Suluk ila Rabbi Al-Muluk, (Surabaya: UINSA Press, 2017), 51 A. Aziz Masyhuri, 22 aliran tarekat dalam tasawuf, (Surabaya: imtiyaz, 2014), 119 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2005), 100 Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1996), 89 Ajid Thohir, Gerakan politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah di Pulau Jawa, (Bandung, Pustaka Hidayah, 2002), 49

9

Related Documents


More Documents from ""