Di Balik Euforia Bersepeda | Chatbot 2.0, Alat Marketing Masa Kini

  • Uploaded by: YUNI
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Di Balik Euforia Bersepeda | Chatbot 2.0, Alat Marketing Masa Kini as PDF for free.

More details

  • Words: 41,467
  • Pages: 108
Loading documents preview...
Di Balik Euforia Bersepeda | Chatbot 2.0, Alat Marketing Masa Kini

Omni Brands of The Year 2020 September 2020 issue

OMNIHouse: Integrating Human & Machine By Hermawan Kartajaya

English & Chinese sections inside www.marketeers.com www.marketeers.com/tv

September 2020 issue Rp 50.000,-

TAKE A TRIP & WAKE UP YOUR TASTE BUDS AT TJOKRO RESTO Enjoy privilege 25% Disc of Food & Beverages product for direct room reservation through www.grandtjokro.com

BANDUNG

JAKARTA

BALIKPAPAN

YOGYAKARTA

PEKANBARU

KLATEN

P R O

L O

G

U

E

002

Omni or Die

eberapa tahun belakang, strategi omni menjadi topik diskusi menarik di antara para praktisi pemasaran. Tidak sebatas menjadi tema perbincangan, tapi menjadi semacam perlombaan siapa yang lebih cepat menerapkan strategi ini. Menerapkan strategi pemasaran omni bukan soal adu cepat. Tapi, ketika lanskap bisnis berubah dan medan pertempuran antarmerek sudah menyebar di semua kanal, online dan offline, maka mau tidak mau merek harus menerapkan strategi omni. Merek harus memiliki perspektif bahwa dua kanal itu tidak berdiri sendiri-sendiri. Melainkan merupakan satu kesatuan, seperti halnya dua sisi mata uang. Sebagai contoh, pemasar tidak bisa lagi hanya fokus di distribusi offline tanpa masuk ke penjualan online atau hanya beriklan di televisi, tapi nihil di media sosial. Omni sudah menjadi tuntutan di era teknologi sekarang ini. Kecanggihan teknologi membuat konsumen sudah tidak lagi menggunakan satu kanal. Mereka punya berbagai pilihan kanal untuk mendapatkan beragam informasi, melakukan pembelian, hingga mendapatkan layanan. Strategi pemasaran omni menemukan momentum

ketika terjadi pandemi COVID-19. Para merek yang selama ini masih ragu-ragu menerapkan strategi ini seperti disadarkan dengan tamparan keras oleh pandemi. Secara tergopoh-gopoh mereka mencoba menerapkan omni secepat mungkin agar bisnis bisa sustain. Bagi yang sudah menerapkan omni, pandemi menjadi semacam ujian kenaikan kelas. Menjadi momen untuk membuktikan kecanggihan mereka melakukan integrasi online dan offline. Selanjutnya, melakukan perbaikan dan inovasi agar makin piawai menerapkan strategi omni. Tidak heran, bila merekmerek yang sudah menerapkan strategi ini bisa tetap tumbuh bisnisnya saat pandemi. Tahun ini, Marketeers kembali menggelar Marketeers Omni Brands of The Year 2020. Ini adalah tahun kedua kami memberikan apresiasi pada para merek yang sudah memiliki DNA omni. Penghargaan ini untuk merek dan perusahaan yang telah mengintegrasikan strategi pemasaran di online dan offline sebagai satu agenda besar. Perlu dicatat, strategi omni tidak melulu hanya tentang penjualan. Lebih dari itu, ini adalah sebuah strategi yang menyelaraskan semua aktivitas dalam setiap elemen pemasaran secara omni. Sehingga, penghargaan yang kami berikan kepada merek-merek omni pun punya sudut penilaian yang berbeda-beda. Namun demikian, secara umum kami mencatat bahwa penerapan strategi omni tersebut telah membuat para merek berhasil menjaga kelangsungan bisnis dan tumbuh di masa pandemi. Singkat kata, bila Peter Drucker mengenalkan jargon Innovate or Die, maka bolehlah kami menyerukan Omni or Die.

Publisher Hermawan Kartajaya Chief Executive Stephanie Hermawan - Chief Business Officer Ence - Editor In Chief Iwan Setiawan - Managing Editor Hendra Soeprajitno. [email protected] com

-

-

Editor Sigit Kurniawan. [email protected] - Ign. Eko Adiwaluyo. eko@marketeers.

Editorial Secretary [email protected], [email protected]

marketeers.com - Ramadhan Triwijanarko. [email protected] -

-

Assistant Editor: M. Perkasa Al Hafiz. hafiz@

Reporter: Annisa Bella. [email protected] - Ellyta

Rahma. [email protected] - Clara NT. [email protected] - Estu Dian Maranti. [email protected] - Illustration: Arif Priambudi - Bedoel Achmad - Photographer Rizky Priya - Layout: M. Ottyawan Firdaus - Sanny Ismail - Advertisement: Nadia Indriani. [email protected], +62 813 2464 6968, +62 21 5790 2338 - TV: Aji Radhyantomo. [email protected] - Nugraha Satia Permana. [email protected] - Online Activation: Widyamuktiwaskito [email protected] -

- Offline Activation: Rachman Julistia. rachman.

+62 823 1616 5931 - M. Irvan Maulana. [email protected] -

+62 813 1550 9848

- Circulation: Taufik Abe. [email protected] +62 813 1555 6493 - Mulyadi. [email protected] - P +62 852 9457 0003 +62 21 5790 2338 ext 409, F +62 21 5795 1103. - Printing: Gramedia Printing. Jl. Palmerah Selatan 22-28, Gelora, Jakarta 10270

Marketeers Magazine

EightyEight@Kasablanka 8th floor Jl. Casablanca Raya Kav. 88 Jakarta 12870 Toll Free: 0 800 188 1111

FA Rev 06 DSCXI_2020_ver 21x27.5 wsponsor 000587.CDI.20.G.pdf

C

M

Y

CM

MY

CY

CMY

K

1

26/08/20

15.44

R O A

D

M

| September 2020

A

P

02

Prologue

04

Roadmap

09

Discovery

19

Adventure

24

Navigator

36

Omnichannel marketing menjadi strategi relevan untuk menghadapi pasar yang penuh gejolak. Agar tetap eksis di masa mendatang, perusahaan perlu menjalankan strategi yang mengintegrasikan online maupun offline.

79

Momentum

89

Outlook

95

Maestro

99

Marketeers X

Serunya Log In

Tanpa Password Dengan BRImo, kamu bisa log in tanpa repot ketik password. Cukup dengan fingerprint & Face ID*, kamu langsung bisa menjelajah beragam fitur BRImo yang bikin hidupmu makin seru.

#Loginkeseruanmu Download Sekarang

* Fitur Log In Face ID hanya berfungsi di iPhone X, Xr, Xs, dan Xs Max. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan

atau Scan QR

Marketeers + Pemkab Sleman

Api Optimisme dari Sleman Di tengah krisis yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, Pemerintah Kabupaten Sleman berhasil membangun optimisme warga dengan berbagai program dan kebijakan yang relevan. Kesehatan dan ekonomi masyarakat tetap dijaga. Seperti apa? ebagai salah satu kabupaten dengan tingkat indeks pembangunan manusia dan pendapatan asli daerah terbesar di Indonesia, Kabupaten Sleman berhasil diperhitungkan berkat potensi investasi hingga daya tarik wisatanya. Namun, pandemi COVID-19 berdampak pada pesona dan potensi di Sleman. Tingkat kunjungan wisatawan menurun drastis. Pendapatan Asli Daerah juga terdampak mengalami penurunan hingga 50 % dari tahun sebelumnya. Melihat hal tersebut, Sri Purnomo selaku Bupati Sleman bergerak cepat menanggulangi permasalahan yang muncul. Sejak pertengahan Maret, Kabupaten Sleman langsung membentuk Gugus Tugas Penanggulangan COVID-19 untuk tingkat kabupaten yang kemudian diturunkan hingga ke tingkat kecamatan, kelurahan, dan desa. Hal tersebut didukung oleh keterlibatan aktif organisasi perangkat daerah yang bersatu mengurai permasalahan dan menentukan solusi apa yang bisa diberikan. Sosialisasi aktif diserukan oleh Pemerintah

| September 2020

Kabupaten (Pemkab) Sleman terkait protokol kesehatan. Hingga beberapa desa hadir dengan inisiasi mandiri melalukan karantina wilayahnya masing-masing hingga viral di media massa. Hal tersebut menjadi bentuk tanggap darurat masyarakat dan pemerintah setempat yang bersama-sama berjuang mengendalikan penyebaran wabah COVID-19 di wilayah Sleman. Hingga Juli lalu, Sleman tercatat sebagai salah satu wilayah dengan dampak COVID-19 terbesar di Yogyakarta. Langkah tegas juga langsung diambil dengan memperketat arus lalu lintas masyarakat. Operasi di beberapa pintu masuk kabupaten diperluas dengan pengadaan operasi di beberapa pasar tradisional bersama jajaran satuan polisi pamong praja. Dalam operasi ini, Pemkab Sleman turut membagikan 1.000 masker kepada para pedagang dan masyarakat setempat. Hal berakibat dengan berkurangnya angka positif COVID-19 di wilayah Sleman. Terkait kesiapan dan ketersediaan fasilitas kesehatan, Pemkab Sleman fokus dalam penataan dan persiapan kebutuhan fasilitas kesehatan. Beberapa rumah sakit termasuk RSUD Murangan didorong untuk menambah fasilitas ruang isolasi. Juga perubahan fungsi asrama haji sebagai tempat isolasi bagi masyarakat dengan hasil rapid test reaktif. Kini, asrama haji digunakan sebagai ruang isolasi bagi pasien positif COVID-19 dengan ketersediaan 100 bed dengan fasilitas yang lengkap dan prosedur keamanan yang ketat. “Kami terus mengevaluasi dan monitoring. Dengan terbatasnya ruang isolasi di beberapa rumah sakit di wilayah Sleman dan meningkatnya angka positif COVID-19, kami mendorong rumah sakit untuk menambah ruang isolasi. Kami sementara mengalihfungsikan asrama haji menjadi ruang isolasi,” ujar Sri Purnomo.

Marketeers + Pemkab Sleman

Sejak pandemi merebak, Pemkab Sleman telah mempersiapkan penanggulangan dampak ekonomi. Mereka langsung turun ke lapangan mendampingi pedagang pasar tradisional agar beralih memanfaatkan fasilitas daring untuk aktivitas perdagangan. Beruntung, sebelum pandemi Pemkab Sleman sudah melakukan penandatanganan kerja sama dengan beberapa perusahaan teknologi, seperti Gojek, Grab, Tokopedia, Bukalapak, Fastpay, dan OVO untuk membantu para pedagang dan UKM di Sleman. Sri Purnomo bergerak cepat mencari solusi perekonomian di wilayah pasar tradisional dan berupaya agar UKM tetap bergerak. Hasilnya, rata-rata selama satu bulan menghasilkan Rp 520.000 hingga Rp 4 juta per kelompok pedagang. Sementara, untuk 20 pasar tradisional selama Mei hingga Juni tercatat total transaksi mencapai Rp 162 juta. Hal ini cukup membuktikan kesiapan Kabupaten Sleman untuk mendukung berjalannya roda perekonomian masyarakat. “Ini juga wujud dari Smart Regency yang merupakan misi Kabupaten Sleman,” kata Sri Purnomo. Bantuan langsung juga dirasakan oleh masyarakat, Kabupaten Sleman memberikan bantuan jaminan hidup (jadup) bagi mereka yang menjalani isolasi dan karantina. Kebijakan tersebut dituangkan dalam Surat Edaran Bupati Sleman Nomor 440/00904, 1 April 2020. Tentang pemberian bantuan jadup bagi pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19, PDP, dan ODP dengan kriteria miskin atau rentan. Bupati berpegangan pada data rekomendasi dinas kesehatan. Namun, tidak menutup kemungkinan, bantuan tersebut diberikan kepada warga miskin dan rentan miskin yang belum terdaftar. Serta bagi pendatang di wilayah Sleman yang tercatat sebagai PDP atau ODP. Adapun nilai bantuan jadup berupa uang sebesar Rp 45.000 per orang/hari, selama 14 hari isolasi. Ia juga memastikan ketersediaan beras di wilayah Kabupaten Sleman selama pandemi mencukupi. Untuk sektor UKM, Sleman langsung bergerak menyediakan fasilitas untuk aktivitas UKM melalui dibukanya gedung Dekranasda yang baru. Gedung ini difungsikan sebagai pusat pemasaran produk UKM Sleman. Digadang-gadang sebagai Gedung Dekranasda tingkat Kota Kabupaten termegah dan terunik ini dirancang langsung oleh Ketua Dekranasda Kabupaten Sleman Kustini Sri Purnomo. Dengan melibatkan masukan langsung dari UKM Sleman, Gedung Dekranasda ini merupakan mimpi besar bupati dalam mendukung dan mendorong UKM Sleman terus meningkatkan kualitasnya. Nantinya, pemasaran produk UKM Sleman akan lebih masif baik di ranah digital maupun pameran langsung melalui gedung Dekranasda ini.

Tahun 2019 menjadi salah satu tahun emas pariwisata Sleman. Tercatat hampir 10 kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara mampir ke Sleman. Pandemi COVID-19 memaksa angka kunjungan wisata ke Sleman turun drastis. Untuk tetap menjaga kepercayaan wisatawan, Pemerintah Kabupaten Sleman terus mensosialisasikan protokol kesehatan dengan simulasi di beberapa titik unggulan wisata, seperti Merapi Park, Tebing Breksi dan Beberapa Desa Wisata Unggulan. Pemkab Sleman memberi izin membuka akses bagi para pengelola kawasan wisata dengan tetap menerapkan prosedur protokol kesehatan yang ketat dan penutupan wilayah wisata apabila terlihat adanya pelonggaran protokol kesehatan sampai adanya penularan COVID-19 di wilayah tersebut. Sleman juga merupakan pusat pendidikan tinggi di Indonesia. Sebab itu, Bupati Sleman menjamin masyarakat dan mahasiswa tetap merasa aman dan nyaman saat menimba ilmu di Sleman. “Kami didaulat Bapak Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta untuk tidak mempersulit mahasiswa yang akan datang ke Sleman dengan syaratsyarat yang memberatkan. Intinya kami akan menjaga mereka di sini,” tutup Sri Purnomo. Sebuah tindakan cepat, tepat, dan strategis telah dilakukan guna menjaga Sleman menjadi kabupaten yang menjaga masyarakatnya. Di tengah pesimisme yang terus merebak, Sleman memilih untuk tetap optimistis, menjaga peluang, menjaga kualitas dengan terus menjaga masyarakat dan daerahnya tetap aman dan nyaman.

September 2020 |

WBFD_MARKETEERS.pdf

1

25/06/20

20.41

4 November 2020 08:00 - 17:00

Enabling Marketing Excellence

Ballroom The Ritz-Carlton Jakarta Pacific Place

The Inauguration of Brand for Good Club 2020

Awarding Ceremony

Laurentius Iwan Pranoto

Arianto Bigman

Pandhu Wiguna

Senior VP Communications and Service Management Asuransi Astra

Managing Director IDEOWORKS.ID

Indonesia Direct Sales Leader TikTok Indonesia

Iwan Setiawan

Hermawan Kartajaya

CEO MarkPlus, inc.

Founder & Chairman MarkPlus, inc.

Angga Dwimas Sasongko Founder Visinema, Sutradara film NKCTHI

Adrian Syarkawi CEO Mahaka Radio Integra (Mari)

A. A. Gede Mayun Wirayuda EGM Divisi TV Video Telkom Indonesia

IT’S HUMAN EXPERIENCE!

C

M

Y

Presented by

CM

MY

CY

CMY

100 Industry

300

1000 Participants

K

Brands

categories

Speakers’ Themes HUMAN EXPERIENCE DESIGN FOR BRANDING

Di era pelanggan millennials dan centennials, brand dibangun dengan menciptakan customer experience

CREATING EXPERIENCE THROUGH INNOVATIVE SERVICE

(CX) yang WOW. Di sisi lain, dengan pesatnya digitalisasi, brand justru menjadi unik jika semakin

DRIVING GROWTH WITH EXPERIENCE AND ENGAGEMENT

manusiawi. Perpaduan CX dan human-centric brand WHEN BRANDS BECOME HUMANS IN MARKETING COMMUNICATIONS

inilah yang melahirkan Human Experience (HX), yang akan menjadi bahasan utama WOW Brand Festive

DIGITAL TRANSFORMATION: TECH AND CULTURE PERSPECTIVES

Day 2020. Jangan lewatkan pesta tahunan terbesar orang brand di Indonesia!

Ticket fee Regular 1 Person

IDR 1.500.000

QR TREASURE HUNT NETWORKING

Information : Key Partner :

HUMAN EXPERIENCE EXHIBITION

3 Persons

IDR 3.750.000

VIP GOLD IDR 5.000.000 (Reserved Seat, VIP Lunch, Book, and limited to 20 first participant)

Aya +62 821 1546 5583 | [email protected] Partners :

Corporate Table

Kartu Kredit BCA

KARTU KREDIT

8 Persons

IDR 6.500.000

indonesiawowbrand.com Supported by :

Powered by :

#WOWBrand20 Media Partners :

Discovery BASE SKINCARE

WAHYOO

SHOPEE

TAK SELALU RAINBOW AND ROSES

MENDIGITALISASI WARUNG TEGAL

RELEVAN DAN MENGUNTUNGKAN

P. 010

P. 013

P. 016

D

I S C O V E R Y

Best & Worst 010

BASE Skincare

Tak Selalu Rainbow and Roses Beberapa tahun lalu, gemerlap langit Singapura mempertemukan dua perempuan muda asal Indonesia, Yaumi Ratih Sugiharta dan Ratih Permata Sari. Tak pernah mereka sangka, pertemuan itu berujung pada kesempatan membangun bisnis bersama. Mereka membesut BASE, sebuah startup teknologi yang membawa angin segar bagi industri beauty and wellness di Indonesia. Usai berkelana di berbagai negara Asia kala bekerja sebagai Technology Product Manager DBS Singapura, Ratih kembali ke Indonesia dan menjadi digital nomad di Bali. Puas menjajal

| September 2020

berbagai pengalaman di deretan perusahaan Eropa, ia pergi ke Jakarta dan bertemu kembali dengan Yaumi yang telah meninggalkan kedudukan sebagai Growth Strategist di salah satu unit bisnis GO-JEK. Style Theory menjadi perusahaan startup pertama yang mempertemukan kedua perempuan ini. Namun, hal tersebut tak berlangsung lama. Yaumi bercerita soal penawaran yang ia terima untuk bergabung dengan inkubator startup di Singapura, Antler. Yaumi datang dengan tiga problem statement yang ia temukan saat menjalankan sebuah blog kecantikan. Pertama, too much product in the market. Ketika konsumen pergi ke sebuah mesin pencari untuk mencari informasi terkait produk skincare yang tepat bagi kulit mereka, satu kata kunci pencarian saja dapat menampilkan lebih dari 70 produk. Alhasil, terdapat thinking process and decision making process yang panjang hingga konsumen memutuskan memilih produk. Kedua, terdapat inefficiency antara biaya yang dikeluarkan konsumen dengan kualitas produk yang diperoleh. Ketiga, every skin is

unique. Sementara, fakta menunjukkan, mayoritas produk skincare yang tersedia di pasar cenderung didesain untuk jenis kulit tertentu, seperti kulit orang Asia Timur dan Caucasian. Padahal, jenis kulit setiap individu jelas berbeda. Ratih memperkuat pendapat Yaumi jika masalah itu memang valid. Mereka meyakinkan diri untuk bersama-sama bergabung dengan Antler, melakukan tes Minimum Viable Product (MVP), hingga memperoleh investasi pendanaan awal. Akhir tahun 2019, startup ini resmi berdiri. Bak roller coaster, perjalanan BASE yang baru seumur jagung ternyata penuh dengan tantangan. Mengutip sepenggal perkataan Yaumi, “it was devastated, tapi kita harus tegar bagaikan karang.” Cerita haru biru yang tak jarang menggelitik tawa mereka bagikan bersama Annisa Bella dari Marketeers. Berikut ini sepenggal kisah dua CoFounder BASE, Yaumi yang kini menjabat sebagai Chief Executive Officer BASE, dan Ratih yang memegang kendali sebagai Chief Product Officer BASE. Di edisi kali ini, mereka menceritakan sisi worst lebih dulu.

D

I S C O V E R Y Best & Worst 011

MY WORST “Perlu jadi catatan, pengalaman membangun perusahaan startup tidak selalu rainbow and roses, pasti lebih banyak momen jatuh dan bangun,” demikian sepenggal kalimat awal yang dikatakan Yaumi saat ditanya perihal pengalaman terburuk dalam membangun startup ini. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, BASE sempat dihadang bertubi-tubi tantangan sejak awal perusahaan ini berdiri. Kejutan pertama datang tepat di awal tahun ini. Bagaikan diguyur hujan di siang bolong, BASE yang kala itu bersiap mengirimkan produk preorder perdana mereka harus menerima fakta jika warehouse yang menyimpan kemasan produk tersebut kebanjiran. Tak tanggung-tanggung, banjir merendam warehouse BASE hingga setinggi dada orang dewasa. Masih teringat jelas di benak Yaumi dan Ratih bagaimana mereka menyelamatkan barang-barang sebisanya dengan menaiki sebuah rakit. “Kami naik rakit yang terbuat dari gulungan bubble wrap yang dibentuk menjadi ban dengan rak-rak plastik yang biasa digunakan untuk mengangkat telur,” ingat Ratih penuh tawa. Setengah dari ribuan kemasan yang dipesan BASE ludes disapu banjir. Padahal, mereka sudah berjanji kepada para konsumen untuk mengirimkan produk tepat waktu. Momen time critical pun dimulai.

Sambil terus berupaya menyelamatkan barang-barang, kedua founder BASE ini masih diteror oleh pihak manufaktur. Pasalnya, perusahaan manufaktur tersebut harus segera menghentikan operasi mereka untuk melakukan general cleaning tahunan. Tapi, mereka masih harus menunggu kepastian dari BASE yang semula menjadwalkan diri untuk melakukan produksi. Dengan cepat, Ratih dan Yaumi membawa botol-botol kemasan yang terselamatkan untuk diproduksi. Untungnya, perusahaan manufaktur tersebut memiliki prosedur untuk melakukan pembersihan menyeluruh pada setiap kemasan yang akan diproduksi. Masalah belum usai. Warehouse BASE bukan sekadar tempat menyimpan barang, melainkan juga lokasi pengemasan produk. Lantaran banjir yang belum mereda, mesin automasi tidak bisa berfungsi. Alhasil, Ratih dan Yaumi bersama tim BASE yang kala itu berjumlah kurang dari sepuluh orang harus mengemas ribuan pesanan secara manual. Semua dilakukan selama dua hari hingga pukul empat pagi. Tutup buku dari kendala pre-order perdana, BASE bersiap menyambut kloter produksi selanjutnya. Tapi, lagi-lagi badai menerjang. Kali ini, COVID-19 datang. Kemasan mereka yang diimpor dari China terkendala pengiriman karena persoalan logistik. “Sudah jatuh, tertimpa tangga,” ujar Ratih.

“PERLU JADI CATATAN, PENGALAMAN MEMBANGUN PERUSAHAAN STARTUP TIDAK SELALU RAINBOW AND ROSES. PASTI LEBIH BANYAK MOMEN JATUH DAN BANGUN.” Yaumi Fauziah Sugiharta Co-Founder & CEO BASE

MY BEST Pengalaman bootstrapping, diterjang banjir Jakarta, hingga masalah pandemi COVID-19 menjadi pengalaman terburuk sekaligus pembelajaran terbaik bagi Yaumi dan Ratih. Jika tak dihadapi tentangan itu, mereka mungkin tak menemukan jalan untuk menciptakan ide-ide baru yang tak terpikirkan sebelumnya. Siapa sangka, akibat pandemi ini, BASE justru menciptakan new product proposition. Lantaran pengiriman kemasan dari China terhambat, BASE kemudian menggandeng ilustrator lokal dari kalangan Gen Z dan vendor lokal yang memproduksi kemasan ecofriendly untuk membuat kit produk baru BASE. Pengalaman mengemas produk secara manual selama dua hari berturut-turut hingga pukul empat pagi juga membawa makna tersendiri. Ratih dan Yaumi masih tak percaya bagaimana karyawan mereka bisa setia membantu meski tak diminta. “Mungkin kalau dipikir-pikir itu adalah worst moment ketika kita harus stay hingga pukul empat pagi dan melakukan pekerjaan seperti itu. Kalau disuruh mengulang, mungkin aku juga ogah,” ungkap Ratih, diselingi tawa Yaumi.

Sebagai pemimpin muda, baik Yaumi dan Ratih percaya jika kepemimpinan tak bisa lagi bergerak top-down. Kepemimpinan dengan cara ini justru bisa memudarkan solidaritas di dalam perusahaan. BASE juga membawa misi untuk bisa membantu setiap individu di dalam perusahaan mereka untuk berkembang. Untuk itu, dibandingkan merekrut para profesional, BASE dengan tangan terbuka merekrut mereka yang ingin belajar untuk tumbuh bersamasama. Momen terbaik lain, cerita Yaumi, terjadi ketika mereka mengirimkan produk perdana kepada para konsumen dengan disertai permintaan maaf atas keterlambatan. Mengejutkan, dari ribuan pesan yang dikirim melalui e-mail dan WhatsApp, tidak ada satu pun konsumen yang komplain. Justru, banyak konsumen yang mendoakan agar BASE segera menjadi perusahaan besar. “Ternyata, worst moment ini bisa jadi best moment yang memberikan kesempatan untuk memahami perusahaan dengan lebih baik, membangun kedekatan dengan tim, dan yang terpenting makin memahami konsumen,” pungkas Ratih.

“TERNYATA, WORST MOMENT INI BISA JADI BEST MOMENT YANG MEMBERIKAN KESEMPATAN UNTUK MEMAHAMI PERUSAHAAN DENGAN LEBIH BAIK, MEMBANGUN KEDEKATAN DENGAN TIM, DAN YANG TERPENTING MAKIN MEMAHAMI KONSUMEN.” Ratih Permata Sari Co-Founder & CPO BASE

September 2020 |

UBROTO

D

I S C O V E R Y

014

STRATEGIC MARKETING BATCH 1

18 SEPTEMBER – 13 NOVEMBER 2020

SEKILAS PROGRAM

KEUNGGULAN PROGRAM

Omni Executive MBA in Strategic Marketing adalah program Merupakan satu-satunya program eksekutif di pelatihan yang akan membahas intisari pemasaran stratejik Indonesia dalam ranah strategic marketing yang mengacu pada silabus program unggulan studi S2 Executive aplikatif MBA in Strategic Marketing yang merupakan kolaborasi antara School of Business & Management – Institut Teknologi Bandung Membantu peserta untuk memahami esensi (SBM-ITB) bersama MarkPlus Institute. pemasaran stratejik dalam waktu relatif singkat   Program ini sarat dengan konsep dan tools pemasaran pada Biaya sangat terjangkau dan tidak mengganggu tataran strategis yang aplikatif disertai dengan berbagai insights  jam kerja peserta terkini. Seluruh sesi akan diselenggarakan secara online agar FACILITATORS TEAM FACULTY MEMBERS FACILITATORS TEAM FACULTY dapat diakses dengan mudah olehMEMBERS para profesional maupun  TOP ACADEMICIANS OF OF EXPERIENCED CONSULTANTS OF TOP ACADEMICIANS OF EXPERIENCED CONSULTANTS entrepreneur dari berbagai latarSBM-ITB belakang industri. SBM-ITB INC. MARKPLUS, INC. MARKPLUS,   Dibawakan dalam Bahasa Indonesia oleh tim Total durasi program adalah 12 minggu yang terdiri dari fasilitator yang merupakan paduan antara sesi-sesi pembelajaran selama 10 minggu dan ditutup dengan  praktisi dan akademisi berpengalaman final project yang harus diselesaikan dalam waktu 2 minggu. Setiap sesi terdiri dari pemaparan konsep, Seluruh sesi akan dilaksanakan setiap hari Jumat dan Sabtu FACULTY pembicara tamu, sesi diskusi studi kasus, dan MEMBERS sesi FACILITATORS TEAM FACULTY MEMBERS masing-masing selama 3 jam pertemuan online. PROF. KUNTORO MANGKUSUBROTO DR.(H.C.) HERMAWAN KARTAJAYA TOP ACADEMICIANS OF PROF. KUNTORO MANGKUSUBROTO DR.(H.C.) HERMAWAN KARTAJAYA TOP ACADEMICIANS OF EXPERIENCED CONSULTANTS OF pembahasan case study Founder andand Chairman of Founder and Chairman   Founder and Chairman of Founder Chairman SBM-ITB SBM-ITB

School Advisory Council SBM ITB

FACILITATORS TEAM PROF. KUNTORO MANGKUSUBROTO

DR. AGUNG WICAKSONO

EXPERIENCED CONSULTANTS OF Founder and Chairman of Academic Committee MARKPLUS, INC.

MARKPLUS, INC. School Advisory Council SBM ITB of MarkPlus, Inc.

of MarkPlus, Inc.

Setiap peserta akan memperoleh sertifikat dari SBM-ITB/MarkPlus Institute (syarat & ketentuan berlaku)

DR. AGUNG WICAKSONO DR. JACKY MUSSRY DR.(H.C.) HERMAWAN KARTAJAYA Academic Committee Founder and Chairman COO, MarkPlus, Inc. ITB Jakarta Campus of MarkPlus,SBM Inc. Dean, MarkPlus Institute

BEBERAPA FACULTY MEMBER

School Advisory Council ITB SBMSBM ITB Jakarta Campus

DR. (H.C.) HERMAWAN KARTAJAYA DR. AGUNG WICAKSONO DR. YOS SUNITIYOSO Founder and ChairmanAcademic Committee Director SBM ITB Jakarta Campus SBM-ITB Jakarta Campus MarkPlus, Inc.

DR. YOSSETIAWAN, SUNITIYOSO YUDO ANGGORO, PH.D DR. JACKY MUSSRY IWAN MBA Director Deputy Director CEO & Dean SBM ITB Jakarta Campus SBM-ITB Jakarta Campus MarkPlus Institute MarkPlus, Inc.

DR. JACKY MUSSRY COO, MarkPlus, Inc. Dean, MarkPlus Institute

PROF. KUNTORO MANGKUSUBROTO Founder and Chairman of School Advisory Council SBM ITB

IWAN SETIAWAN, MBA Chief Executive Officer MarkPlus, Inc.

DR. AGUNG WICAKSONO Academic Committee SBM-ITB Jakarta Campus

Selain yang disebutkan di atas, program ini juga melibatkan banyak faculty members lainnya yang pakar dalam bidangnya masing-masing.

DR. JACKY MUSSRYDR. YOS SUNITIYOSO PRIYANTONO PH.D LiveRUDITO, streaming via Director C-Level Marketer and COO, MarkPlus, Inc. JUMAT 18.30 – 21.30 WIB Campus SBM ITB Jakarta Dean, MarkPlus Institute Academia SABTU

09.00 – 12.00 WIB

PRIYANTONO PH.D REGISTRATION: IWAN SETIAWAN, MBA RUDITO, BIAYA PARTISIPASI ONLINE C-Level Marketer and Academia MarkPlus, PER PESERTAInc.

RP15.000.000 (BELUM TERMASUK PAJAK 10%)

| September 2020

HTTPS://BIT.LY/OMNIMBA

INFORMATION:

DR. YOS SUNITIYOSO Director SBM ITB Jakarta Campus

Naya: +62 812 1847 066 [email protected]

D

I S C O V E R Y

013

Wahyoo

Mendigitalisasi Warung Tegal Warung Tegal atau warteg yang tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia menjadi segmen potensial bagi Wahyoo. Sebagai penyedia teknologi, startup ini mampu menyulap bisnis warteg menjadi lebih efisien dan tampil modern. Oleh Estu Dian Maranti, Ellyta Rahma

emanfaatan teknologi telah masuk ke berbagai sektor bisnis. Tidak hanya perusahaan besar yang dapat menikmati kemudahan yang ditawarkan teknologi, para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) juga merasakan manfaatnya. Pemilik usaha kecil, seperti warung makan, biasanya harus mengurus segala sesuatu sendiri. Mulai dari menyiapkan stok barang atau bahan pangan hingga melayani konsumen. Namun, semua urusan itu bisa dilakukan dengan lebih mudah dengan kehadiran startup Wahyoo. Wahyoo berdiri pada tahun 2017 dengan tujuan memberdayakan pengusaha warung makan asal Tegal alias warteg. Caranya dengan mengefisienkan pengeluaran dan mengembangkan pendapatan warung dengan teknologi. “Kata kuncinya adalah optimalisasi warung makan. Dengan platform ini, pemilik warung mengelola bisnisnya dengan lebih gampang, operasionalnya lebih efisien, dan mampu menjangkau lebih banyak konsumen karena sifatnya yang online,” ujar Peter Shearer, CEO Wahyoo.

O

September 2020 |

D

I S C O V E R Y

014

“KATA KUNCINYA ADALAH OPTIMALISASI WARUNG MAKAN. DENGAN PLATFORM INI, PEMILIK WARUNG MENGELOLA BISNISNYA DENGAN LEBIH GAMPANG, OPERASIONALNYA LEBIH EFISIEN, DAN MAMPU MENJANGKAU LEBIH BANYAK KONSUMEN KARENA SIFATNYA YANG ONLINE.” Peter Shearer CEO Wahyoo.

Optimalisasi bisnis warung makan dimanifestasikan dengan kehadiran aplikasi besutan Wahyoo yang diberi nama Bakwan Jagung. Aplikasi ini menawarkan berbagai fitur yang memudahkan proses bisnis pemilik warteg, dari belanja kebutuhan warung hingga pengelolaan keuangan yang lebih tertata. Startup ini juga bekerja sama dengan GoFood untuk menghadirkan layanan next-day delivery service untuk pengiriman bahan baku makanan. Tidak hanya soal pengiriman barang, mitra Wahyoo juga dapat melakukan branding warung makannya untuk menjangkau konsumen lebih luas melalui aplikasi GoFood. “Kami juga ingin menghadirkan user experience yang menyenangkan pada mitra. Dengan fitur ini, mereka bisa memangkas proses bisnis, seperti belanja dan mengangkut barang. Dengan demikian, tenaganya bisa disimpan untuk hal lain,” jelas Peter. Berbicara mengenai digitalisasi di ranah UKM tentu saja Wahyoo mendapati tantangannya sendiri. Masih banyak pengusaha warung makan yang belum menggunakan smartphone atau bahkan melek teknologi. Namun, Peter mengklaim kehadiran Wahyoo telah mengubah kebiasaan UKM yang semakin digital. “Banyak yang sudah mengerti pentingnya cashless dan memanfaatkannya. Adanya cashless membantu mereka mengelola keuangan yang lebih baik,” pungkas Peter. Pemberdayaan Warung Model bisnis Wahyoo yang menyasar sektor UKM ini mungkin sudah dilakukan oleh banyak startup lain. Namun, Wahyoo lebih fokus pada usaha warung makan yang menurut Peter belum ada yang melirik potensi usaha kecil ini. “Latar belakang saya berasal dari industri makanan dan saya memang suka makanan. Potensinya pun sangat besar pada sektor warung makan dan belum ada yang melihat hal tersebut. Semua orang berfokus pada ritel, tetapi sepertinya belum banyak yang melirik bisnis warung makan,” jelas Peter. Warung makan menjadi rantai terakhir dalam pendistribusian bahan pangan. Jika dikembangkan, Wahyoo dapat menjadi solusi dari hulu ke hilir dalam pemberdayaan pelaku usaha kecil, mulai dari petani hingga pengusaha warung makan. Startup ini juga menggagas program Akademi Wahyoo. Ini merupakan program pelatihan bagi pemilik warung makan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Secara sederhana, program ini menawarkan pelatihan dan pendidikan bisnis digital yang harapannya dapat meningkatkan loyalitas

| September 2020

pelanggan warung. Selain itu, Akademi Wahyoo juga berfokus pada literasi keuangan. Menurut Peter, banyak mitra warung makan di Wahyoo yang belum memahami literasi keuangan. Untuk itu, akademi ini juga melatih keterampilan mitra warung makan dalam mengelola arus keuangan yang baik. Dalam hal ini, Wahyoo menggandeng Bank OCBC NISP. Melalui Akademi Wahyoo pula, mitra dapat melakukan kerja sama advertising dan brand partnership. Misalnya, sebuah warung makan di platform Wahyoo bisa mendapatkan uang tambahan dengan memasang spanduk atau brosur iklan di warung makannya. Wahyoo menawarkan cara lain memperoleh penghasilan tambahan, yakni dengan membeli waralaba ayam goreng milik Wahyoo. Saat ini, telah ada 350 kios waralaba ayam goreng. “Kami menargetkan jumlah kios menjadi 1.000 pada akhir tahun ini,” katanya. Setelah tiga tahun berjalan, Wahyoo telah memiliki 13.800 mitra warung makan yang tersebar di Jabodetabek. Startup ini juga baru saja mendapatkan pendanaan Seri A senilai US$ 5 juta atau sekitar Rp 73,2 miliar. Pendanaan Seri A tersebut dipimpin oleh Intudo Ventures dengan partisipasi dari Kinesys Group, Amatil X (Coca-Cola Amatil), Arkblu Capital, Indogen Capital, Selera Kapital, Gratyo Universal Indonesia, dan Isenta Hioe. “Dengan pendanaan baru ini, kami berencana memperluas operasi ke kota-kota di luar wilayah Jabodetabek. Selain itu, mengembangkan fitur dan layanan baru,” kata Peter. Peter tidak menampik kemungkinan akan ada startup pesaing dengan bisnis serupa dan berfokus pada warung makan. Sehingga, Wahyoo memutuskan untuk memperluas layanan mereka ke restoran. Tapi, Wahyoo memperkuat value proposition dengan portofolio layanan yang luas untuk menghadapi para pesaing. “Kami pada dasarnya menciptakan ekosistem. Tidak hanya fokus pada supply chain, tapi juga merek kami sendiri. Di masa mendatang, kami akan memanfaatkan teknologi keuangan dan berencana merambah bisnis katering,” tutup Peter.

D

TH E electro nic WO R LD MAR KETI N G SU M M IT 2020 I D E AS FO R C R IT I CA L T I M E S

CR EATI N G A B ET TE R , M O R E PRO FITAB LE AN D SU STAI NAB LE WO R LD TH RO U G H STR ATEG I C MAR KETI N G I N CR ITI CAL TI M ES

I S C O V E R Y

On successful completion of 10 years, we are happy to introduce electronic WMS (eWMS), the online version of WMS with 80+ world renown 015 speaker who will deliver in 48 straight hours around the world on November 6-7, 2020. Targeting millions of marketers, managers, professionals, and leaders.

MASTE RCL AS S S PEAKE RS

Prof. Philip Kotler Father of Modern marketing and founder of WMS

Sadia Kibria Founder of Sociopreneurship & CEO of WMS

Denis Rothman AI expert & TED speaker, France 

Waldemar Pfortsch Sustainability & H2H Marketing, Germany 

Ira Kaufman Founder & DirectorTransformation Academy, USA

Prof. Mark Oliver Digital guru, University of Lubeck, Germany 

11 .0 0 AM 6 N OV - 11 .0 0 AM 8 N OVE M B E R 2 02 0

U N I N E T TU N O WEB PL ATFO RM

30+ MARKETING & B U S I N E S S TO P I C S

8 0 WO R L D R E N OW N S P E A K E R S

Prof. Luiz Moutinho Marktech & Futurecast guru, University of Suffolk, UK 

Nancy Nemes AI expert & TED speaker, Germany

TO PI CS COVE R E D:

48 HOURS S T R A I G H T D E L I V E RY

B R OA D CAS T E D I N 1 04 C O U N T R I E S

WE WE LCO M E PRO FESS I O NALS, E NTR E PR E N E U RS, STU D E NTS, AN D   OTH E RS

New Product Development, Digital Marketing, B2B Marketing, Sociopreneurship, Value Creation, Start-ups Marketing and Selling, Digital Transformation, E-Retailing, Luxury Goods Marketing, Data Management, Leading in Uncertainty Selling Disruptions and many more For more information, please contact: Marthani 081325773339 marthani@markplusinc. com Hotline 0 800 1881 111 [email protected] September 2020 |

D

I S C O V E R Y

016

Shopee

Relevan dan Menguntungkan Shopee Indonesia berhasil mengemas dunia nyata dalam sebuah iklan. Bukan sekadar menyentuh sisi humanis, konten-konten yang diciptakan juga mendorong pertumbuhan bisnis. Oleh Annisa Bella

asih ingat dengan lirik di Shopee pi pi pi pi pi pi? Memang, iklan ini cukup berhasil melekat di benak orang hingga hari ini. Ketika mendengar jingle tersebut, orang langsung mengasosiasikannya dengan e-commerce yang bernaung di bawah payung bisnis Sea Group, Shopee. Shopee tak pernah kehabisan ide untuk menciptakan kontenkonten pemasaran baru. Mulai dari konten yang terbilang nyentrik hingga menggugah emosi target konsumen pernah mereka coba. Hampir seluruh konten ini diakui Shopee terbilang sukses memberikan dampak besar bagi bisnis mereka. Viralnya iklan Shopee Baby Shark, Shopee: Sepedanya Mana yang erat dengan sosok mirip Presiden Joko Widodo, hingga iklan Shopee bersama Blackpink berhasil mendulang brand awareness Shopee. Bahkan, dalam survei MarkPlus Inc. pada tahun 2018 yang melibatkan 1.200 responden, merek Shopee menjadi top of mind di mata konsumen e-commerce Indonesia. Membangun brand awareness mungkin bukan lagi menjadi tugas utama Shopee. Untuk itu, mereka mulai menyajikan konten-konten iklan baru yang tidak sekadar viral, melainkan berdampak langsung bagi profit bisnis mereka. Sentuh Sisi Humanis dan Rasional Silakan berkunjung ke laman resmi YouTube milik Shopee Indonesia. Terdapat konten terbaru Shopee bertajuk Sekotak Harapan Shopee yang menyentuh. Dalam konten ini, Shopee lagi-lagi memberikan angin segar bagi konsumen mereka. Ketika dunia tengah dihadapi tantangan nyata akibat pandemi COVID-19, Shopee seakan memberikan secercah harapan di era normal baru ini. Aditya Maulana Noverdi, Public Relations Lead Shopee Indonesia bercerita, Sekotak Harapan Shopee mencoba mengangkat cerita nyata yang dialami para penjual dan pembeli. “Ini merupakan hasil observasi dari peran baru para ibu yang merangkap menjadi guru semenjak aktivitas belajar di sekolah dirumahkan. Lalu, tempat nongkrong yang selalu ramai harus tutup lantaran pembatasan sosial, hingga sepenggal cerita duka tentang pandemi yang menelan banyak korban,” kisah Aditya.

| September 2020

D

I S C O V E R Y

017

“IKLAN JUGA HARUS MAMPU MENOPANG KEBUTUHAN BISNIS YANG NYATA. TIDAK HANYA MEMBANGUN AWARENESS, MELAINKAN JUGA MEMBERIKAN DAMPAK LANGSUNG BAGI BISNIS.” Aditya Maulana Noverdi Public Relations Lead Shopee Indonesia.

Penggalan-penggalan cerita ini dijahit bersama visual yang apik dari kolaborasi beberapa ilustrator, seperti Wastana Haikal dan Alvin. Lantunan aransemen baru dari lagu I Remember milik Mocca kian memperkuat makna cerita. Iklan ini meneruskan langkah dari konten iklan-iklan Shopee terdahulu. Jelasnya, setelah berhasil membangun brand awareness dan menjadi top of mind bagi konsumen, maka tugas Shopee selanjutnya adalah mendorong penjualan dan menjaga loyalitas konsumen. Bagaimana caranya? Hal ini dapat dilakukan dengan membangun komunikasi jika brand Shopee selalu ada untuk para konsumen dalam kondisi apa pun. Tak lupa, Shopee melibatkan seluruh anggota tim mereka yang mayoritas didominasi oleh Gen Z. Ide-ide segar berdatangan ketika setiap individu di dalam tim tersebut dilibatkan. Apalagi, Gen Z terbilang sebagai generasi yang sangat upto-date. Perspektif Gen Z menurut Aditya, terkadang unik dan perlu diberikan ruang untuk tumbuh. “Para leader kemudian bertugas mengonversikan ide-ide tersebut ke dalam konten yang sesuai dengan positioning Shopee di Indonesia,” katanya. Relevansi menjadi kunci. Dengan menjadi

relevan, Shopee dapat menyampaikan pesan yang sesuai dengan target konsumen mereka. Tentu, konten tersebut dikemas dengan pendekatan kreatif yang disesuaikan dalam setiap konten yang ingin diciptakan. Sebuah iklan yang baik pada akhirnya tidak hanya dapat menyentuh sisi humanis, namun juga menyentuh sisi rasional dari target konsumen. Sebagaimana dilakukan Shopee, mereka menyentuh perasaan para konsumen dengan mengangkat penggalan kisah mereka ke dalam cerita, namun menempatkan brand Shopee sebagai solusi atas berbagai permasalahan itu. Di sinilah, sisi rasional itu disentuh. Melalui konten ini, Shopee mencoba menjawab harapan dari sisi penjual dan pembeli. Para pembeli dapat menemukan berbagai kebutuhan yang mereka inginkan dengan berbelanja aman dan nyaman di Shopee tanpa perlu keluar rumah. Sementara itu, para penjual tetap bisa menjalankan roda bisnis mereka dengan dukungan dari platform Shopee. “Iklan juga harus mampu menopang kebutuhan bisnis yang nyata. Tidak hanya membangun awareness, melainkan juga memberikan dampak langsung bagi bisnis,” pungkas Aditya.

September 2020 |

JMW_21x27,5.pdf

1

19/08/20

12.16

The 1st OMNI Jakarta Marketing Week

SEIZE THE NORMAL MOMENTUM

ST OMNI THEN1E + OFFLINE) LI N (O E V E NT

FREE OFFLINE & ONLINE EVENTS

5 DAYS 40 HOURS OFFLINE EVENT

NEW NEXT POST

2020

16

KNOWLEDGE NETWORKING ENTERTAINMENT

&

Offline Event

20

HERMAWAN KARTAJAYA TOWN HALL, PHILIP KOTLER THEATER CLASS & REVOLUSI MENTAL ROOM, KOTA KASABLANKA 8TH FLOOR JAKARTA

SEPTEMBER 2020

5 DAYS 120 HOURS ONLINE EVENT

Online Event Via

C

M

Y

CM

MY

CY

TIME

Wed, 16 Sept

Thu, 17 Sept

Fri, 18 Sept

Sat, 19 Sept

Sun, 20 Sept

14.00 - 15.00

Content Marketing

Frugal Innovation

CI-EL: Winning The Next Game

Post Megamarketing: Omni between Power and Public Relations

New Lifestyle Marketing

SPEAKER

Melati Arum Ekasari

Raditya Tanu Hutama

Hermawan Kartajaya

Abdullah Alaydrus

Yosanova Savitry

CMY

K

15.00 - 15.30

AFTERNOON BREAK

15.30 - 16.30

Lean Startup

Marketing Blind Spot

Leadership in Challenging Times

Conquering Millennial’s Mind and Heart

Digitalization amid COVID-19

SPEAKER

Giovanni Alexander P.

Jacky Mussry

Ardhi Ridwansyah

Rhesa Dwi Prabowo

Iwan Setiawan

Information

Venty +62 812 1343 160

Get Your

JMW OMNI PRIVILEGE CARD For only

IDR

1.000.000

Offline Class

limited for 30 participants only

&

IDR

400.000

Online Class

[email protected]

+62 21 5790 2338

Adventure CHATBOT 2.0 DENGAN AI SEBAGAI ALAT MARKETING

SDGs & COVID-19: PERJALANAN TAK TERDUGA

P. 020

P. 022

A

D V E N

T

U

R E

020

Chatbot 2.0 dengan AI Sebagai Alat Marketing Teknologi semakin memudahkan kehidupan manusia. Salah satunya chatbot yang bila diperkuat dengan teknologi artificial intelligence (AI) bisa memiliki beragam kemampuan.

Oleh On Lee GDP Labs CEO & CTO, GDP Venture CTO

| September 2020

acebook meluncur pada tahun 2004 dan Twitter pada tahun 2006. Sejak itu, keduanya menjadi media sosial yang telah mengubah cara manusia berkomunikasi dan mendapatkan informasi. Dimulai dari hubungan antarteman, keluarga, kolega, dan pada akhirnya antara perusahaan dengan konsumen. Berdasarkan data WeAreSocial.com, saat ini ada sekitar 3,8 miliar pengguna media sosial di dunia. Khusus di Indonesia, 59% penduduk atau sekitar 160 juta orang menggunakan media sosial dengan rata-rata aktif lebih dari tiga jam dalam sehari. Sebanyak 61% pengguna media sosial di Indonesia juga menggunakannya untuk melakukan brand research. Data ini menunjukkan pentingnya bagi perusahaan memiliki presence dan strategi media sosial yang baik demi keberhasilan bisnis. Perusahaan yang beriklan di media sosial mampu secara real-time mendapatkan berbagai informasi pengunjung ke media sosial miliknya. Informasi seperti lokasi, jenis kelamin, minat, berapa lama waktu

yang dihabiskan di halaman perusahaan, penawaran yang dilihat, dan banyak lainnya bisa menjadi data penting. Hal ini dimungkinkan oleh sistem analitik yang menggunakan teknologi artificial intelligence (AI). Bersamaan dengan berkembangnya Facebook dan Twitter, chatting platform, seperti WhatsApp, LINE, Facebook Messenger, dan WeChat menikmati momentum pertumbuhan yang signifikan. Menurut data dari WeAreSocial.com, 96% dari pengguna internet Indonesia usia 16 sampai 64 tahun menggunakan media sosial dan aplikasi chatting. Jumlah pengguna yang besar ini menunjukkan adanya potensi untuk memanfaatkan chatting platform sebagai alat marketing. Sementara itu, Natural Language Processing (NLP) atau Pemrosesan Bahasa Alami, salah satu cabang AI, telah menghasilkan terobosan algoritma selama beberapa tahun terakhir. Teknologi ini memungkinkan aplikasi perangkat lunak untuk meniru cara berkomunikasi antara komputer dengan manusia secara lisan maupun tulisan, sehingga menyerupai komunikasi antarmanusia.

A

D V E N

T

U

R E

021 Hasilnya, platform chatting menyediakan layanan chatbot untuk membantu perusahaan berkomunikasi dengan customer-nya. Chatbot adalah aplikasi perangkat lunak yang dibangun menggunakan NLP. Chatbot dapat menerjemahkan apa yang disampaikan oleh pengguna ke bahasa yang dimengerti oleh komputer dan sebaliknya. Dengan chatbot, perusahaan dapat berinteraksi secara otomatis dengan banyak konsumen di waktu yang bersamaan dengan tetap memberikan sentuhan personalisasi. Chatbot dapat membantu agen customer service untuk menjawab pertanyaan yang sering ditanyakan dan hanya akan menghubungkan customer dengan agen manusia untuk pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Ini akan meringankan pekerjaan agen customer service dan menghemat banyak biaya untuk perusahaan. Beberapa perusahaan sudah mengimplementasikan penggunaan chatbot untuk membantu konsumennya. BCA sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia sudah menerapkan penggunaan chatbot berbasis AI bernama VIRA. Chatbot ini membantu nasabah BCA untuk mendapatkan informasi umum perbankan seperti promo terbaru, kurs valuta asing, dan lokasi ATM terdekat. Nasabah juga mendapatkan informasi seputar rekening pribadi seperti melakukan pengecekan saldo terakhir dan mutasi. VIRA juga menjadi media yang digunakan untuk berbagi voucer di saat hari-hari besar maupun di hari ulang tahun BCA. Saat ini, ada sekitar dua juta pengguna VIRA di LINE dan Facebook Messenger. Armand Hartono, Vice President Director BCA menyatakan penggunaan VIRA ditujukan untuk keamanan dan kenyamanan dalam bertransaksi. “BCA selalu berkomitmen memberikan produk dan layanan solusi perbankan berkualitas kepada nasabah-nasabah BCA. Kami mendukung inovasi teknologi untuk memberikan nasabah layanan yang cepat dan mudah dengan tetap mengutamakan keamanan dan kenyamanan dalam bertransaksi. VIRA adalah salah satu hasil dari inovasi teknologi untuk membantu nasabah mendapatkan layanan dengan semudah chatting.” Kemudian, CATAPA sebagai salah satu perusahaan solusi penggajian digital dan pengelolaan SDM berbasis AI karya anak bangsa, memproduksi chatbot berbasis AI yang diberi nama Claudia. Ini adalah chatbot berbasis AI dari CATAPA yang membantu menjawab pertanyaan karyawan mengenai peraturan ketenagakerjaan dan pertanyaan HR perusahaan seperti policy perusahaan, sisa saldo cuti, dan sebagainya. Claudia juga membantu karyawan dalam mengajukan

dan menyetujui permintaan cuti, lembur, dan ketidakhadiran. Chatbot ini membantu tim HR dalam menjawab karyawan sehingga HR dapat fokus dalam pekerjaan yang lebih bersifat strategis dan kreatif. Menggunakan Claudia, karyawan tidak harus menunggu jawaban dari HR sewaktu mengurus administrasi rawat inap ketika dalam keadaan darurat. Karyawan cukup chatting dengan Claudia untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara instan kapan saja dan di mana saja. Stefanie Suanita sebagai CEO dari CATAPA menjelaskan kegunaan produk Claudia ini secara lebih rinci. “Chatbot merupakan perpanjangan tangan HR yang membantu karyawan dalam mengakses informasi, berkomunikasi, serta pengambilan keputusan. Claudia dapat berperan sebagai asisten virtual bagi karyawan yang membutuhkan informasi dari HR selama 24 jam setiap hari.” Bill Gates, pendiri Microsoft, pada tahun 1991 pernah memprediksi suatu saat komputer akan dapat melihat, mendengar, berbicara, dan mengerti manusia. Microsoft telah mengembangkan penelitian AI selama puluhan tahun. Salah satunya adalah chatbot Xiaoice yang mulai sejak tahun 2014. Xiaoice terus bertambah pintar dengan mengombinasikan terobosan baru di algoritma AI, cloud, dan mobile computing. Saat ini, Xiaoice memiliki 660 juta pengguna yang terdaftar dan 5,11 juta followers di Weibo. “Apabila manusia dan komputer diharapkan bekerja bersama, AI harus dapat menyeimbangkan kepintaran IQ dengan EQ. Manusia berkomunikasi menggunakan nada, permainan kata dan humor. Halhal ini sangat sulit untuk dimengerti oleh komputer,” kata Harry Shum, Executive Vice President AI and Research Microsoft.

Pada tahun 2017, Xiaoice menulis Sunshine Lost Windows, puisi pertama yang ditulis oleh AI. Selain menulis karya sastra, bernyanyi dan membuat karya seni, Xiaoice juga merupakan jurnalis untuk Qianjiang Evening News. Xiaoice menggunakan AI untuk membuat konten mingguan, bahkan harian, di 69 stasiun TV dan radio berbahasa Mandarin dan Jepang sejak Desember 2015. Kesimpulannya, Chatbot mendekatkan perusahaan dengan konsumennya. Chatbot dapat menjadi channel tambahan di samping media sosial, TV dan radio. Terutama untuk konsumen dari segmen Gen Y dan Gen Z. Terobosan terkini di teknologi AI memungkinkan chatbot menjadi amunisi terbaru dari tim marketing untuk membangun hubungan interaktif dua arah antara perusahaan dengan konsumen secara lebih personal. Perusahaan dapat menyediakan informasi mengenai produk dan jasa yang dipersonalisasi khusus untuk setiap konsumen secara instan. Chatbot juga dapat melayani banyak konsumen secara bersamaan supaya tetap produktif di mana dan kapan saja.

September 2020 |

A

D V E N

T

U

R E

022

Serial SDGs

SDGs & COVID-19: Perjalanan Tak Terduga Banyak yang mempertanyakan relevansi penerapan SDGs di era pandemi. Jawabannya, justru sangat relevan. Ada beberapa tujuan SDGs yang harus diwujudkan di era sulit seperti sekarang ini. 

andemi COVID-19 telah membuat semua aspek kehidupan porak-poranda. Dampaknya sangat luar biasa. Pandemi ini dapat mengguncang semua negara di dunia dan meruntuhkan hampir semua sektor ekonomi. Kebijakan lockdown dan pembatasan hubungan sosial dilakukan untuk mencegah merebaknya kematian manusia akibat COVID-19. Kesehatan harus diutamakan, pekerjaan dihentikan dulu. Akibatnya, kegiatan dunia usaha pun jatuh. Sebelum pandemi, tercatat 25 juta penduduk miskin. Data penelitian yang dilakukan oleh SMERU Research Institute pada April 2020 menunjukkan akan terjadi penambahan 8,5 juta penduduk miskin di Indonesia akibat pandemi ini.

| September 2020

Ekonomi dan dunia usaha dalam survival mode dan perlu segera menata ulang dirinya. Dunia harus bertahan hidup dan berinovasi untuk bangkit kembali. Sektor informal dan UKM pun perlu berinovasi untuk membuka harapan baru. Di sisi lain, terjadi silang pendapat mana yang penting, kesehatan atau ekonomi/ bisnis? Tentu saja kesehatan tetap penting, tapi ekonomi juga harus digerakkan. Desakan kebutuhan hidup untuk keluarga tidak bisa tergantung belas kasih sumbangan sembako. Intinya, kesehatan dan ekonomi harus berjalan bersama. New Normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru Dengan kacamata bisnis, New Normal adalah upaya agar masyarakat dapat beraktivitas dan melakukan kegiatan bisnis. Langkah ini dilakukan untuk membangun

kembali ekonomi dengan mematuhi secara konsisten protokol kesehatan yang telah ditentukan demi keberlanjutan operasi bisnis itu sendiri. Gaya hidup dan kebiasaan orang pun berubah. Peraturan memakai masker dan menjaga jarak (physical distancing) terkesan menjadi hambatan untuk berkomunikasi. Nyatanya, ruang kolaborasi berkembang biak dengan sangat cepat karena pemanfaatan teknologi. Masih Relevan? Ada beberapa opini yang muncul mempertanyakan bagaimana dengan pelaksanaan SDGs di situasi saat ini? Istilahnya, di saat orang-orang sedang berjuang mati-hidup tentu tidak terpikirkan tentang pencapaian SDGs. Jawabnya adalah sebaliknya, yakni

A

D V E N

T

U

R E

023 dalam sebuah pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Lalu apa pentingnya untuk bisnis? Dalam jangka panjang, kegiatan bisnis tidak cukup hanya melihat aspek keuntungan finansial saja. Ada kebutuhan (desakan) untuk dunia usaha melaksanakan kegiatan bisnis secara bertanggung jawab (being responsible business) dengan menerapkan wawasan ESG (Environment, Social and Governance). Hal ini demi keberlanjutan usahanya. ESG dinyatakan dalam berbagai target SDGs. SDGs bukan CSR. Laporan tentang SDGs penting bagi investor sebelum memutuskan investasinya pada suatu perusahaan. SDGs hakikatnya adalah bisnis karena memberi peluang untuk mengembangkan bisnis baru. Dengan kata lain, korporasi perlu menetapkan target SDGs sebagai bagian dari bisnis utamanya (core business) dan strategi yang perlu dicapai untuk kepentingan pertumbuhan bisnisnya. Sudah tentu tidak semua target SDGs, tapi target yang relevan dengan sasaran bisnis disesuaikan dengan sektor dan kebutuhannya. Kalau sebelumnya dikenal dengan 3P, singkatan dari People, Planet, dan Profit. SDGs dapat dirangkum menjadi 5P, yaitu People, Planet, Prosperity, Peace, dan Partnership. Berikut ilustrasi yang bisa saya berikan.

pelaksanaan SDGs justru sangat relevan. Kenapa begitu? Perlu saya jelaskan, SDGs bukan CSR, yang sering disalah-artikan sebagai sumbangsih korporasi dengan menyisihkan sebagian keuntungan sebagai kewajibannya untuk kepentingan sosial. Logikanya, karena perusahaan sedang susah, mana bisa kasih CSR? Memang dalam jangka pendek, rencana pelaksanaan SDGs terganggu. Hal itu dapat dimengerti karena kita semua sedang dalam survival mode. Dalam jangka panjang, pelaksanaan SDGs tetap relevan dan bahkan semakin penting. SDGs merupakan konsep holistik yang mencakup aspek pemenuhan kebutuhan hakiki manusia (kualitas hidup, kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan) dan pelestarian lingkungan

Tujuan ke-3 (SDG3) tentang “Kehidupan Sehat dan Sejahtera” Coba kita kembali melihat sejenak tujuan/ goal ketiga mengenai kehidupan sehat dan sejahtera. Goal ini jika dihadirkan untuk menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang, tentu sangat berdampak karena COVID-19. Jumlah kematian karena penyakit menular meningkat. Sebagai respons dalam survival mode, terjadi perubahan usaha dan kegiatan baru UKM yang tadinya membuat pakaian jadi, berubah memproduksi alat kesehatan (SDG8). Industri farmasi berfokus kepada produksi obat dan jamu untuk kesehatan (SDG9). Lalu, timbul kesadaran untuk menanggulangi kebutuhan darurat bagi mereka yang putus kerja, termasuk di dalamnya perlindungan terhadap hak dan kebutuhan perempuan dan anak (SDG16).

dan menengah (SDG9). Meski tertatih-tatih dalam transformasi ini, kita bisa melihat banyak usaha baru untuk mengembangkan materi pembelajaran ataupun pelatihan secara gratis ataupun berbayar dalam wadah daring yang memungkinkan percepatan pencapaian pendidikan yang inklusif dan berkualitas. Relevansi SDGs pada saat masa pandemi ini seperti sebuah kutipan “the harder you fall, the higher you bounce”. Pandemi ini memaksa kita untuk take a pause atau kita mengambil jeda dan merefleksikan langkah yang lebih sesuai untuk mengakselerasi pencapaian. Kondisi terpuruk saat ini memacu kita untuk lebih cepat dalam menghasilkan inovasi yang tepat guna untuk mengatasi permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Benar-benar sebuah perjalanan yang tidak terduga. Perjalanan yang memberikan penguatan legitimasi SDGs sebagai landasan untuk kita bangkit kembali.

QUOTE

“SDGS BUKAN CSR. LAPORAN TENTANG SDGS PENTING BAGI INVESTOR SEBELUM MEMUTUSKAN INVESTASINYA PADA SUATU PERUSAHAAN.”

Tujuan ke-4 (SDG4) tentang “Pendidikan yang Inklusif dan Berkualitas” Dunia pendidikan tidak terlepas dari dampak COVID-19.  Semua universitas dan sekolah ditutup. Sistem pembelajaran “dipaksa” untuk bertransformasi secara daring (online). Dibutuhkan akses infrastruktur internet yang lebih luas dan terjangkau terutama untuk sekolah dasar

Oleh Yaya Winarno Junardy Ketua Senat, Indonesia Marketing Association (IMA) President, Indonesia Global Compact Network (IGCN)

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

024

OMNI-House : Integrating Human & Machine OMNI 住宅: 人机融合 by: Hermawan Kartajaya 陈就学

Dalam beberapa kesempatan dan tulisan belakangan ini, saya sempat membocorkan rencana penyelenggaraan World Marketing Forum (WMF) di Jepang. Jujur saja agak mencontoh World Economic Forum (WEF) yang memang sudah sangat terkenal sejak lama. Penyelenggaraannya bukan di Tokyo, ibu kota Jepang. Namun, justru di Kamakura, kota yang tidak terlalu jauh dari Tokyo. Sama seperti WEF yang diselenggarakan di Davos, bukan di Bern. WMF ini pun tidak dirancang untuk dibuka secara umum untuk peserta umum. Baik peserta dan pembicaranya benarbenar dipilih dan diundang satu per satu untuk menjamin kualitas acara yang dapat terlaksana dengan sangat baik. Acara di mana semua peserta dan pembicara benarbenar dapat menyumbangkan kontribusi untuk membuat acara lebih baik lagi. (image 1)

Hal menarik lainnya, seluruh pembicara tidak memungut biaya untuk bicara dan bahkan menggunakan uang pribadinya untuk menuju Kamakura. Alasannya acara ini dirancang untuk membangkitkan kesadaran para pembicara untuk berpartisipasi dalam acara tingkat dunia untuk perkembangan marketing masa depan. Penyelenggaraan acara pun tidak melibatkan sponsor uang secara langsung. Tapi, dengan kontribusi-kontribusi berbagai pendukung untuk masing-masing kegiatan selama acara. Seperti penyediaan tempat yang rencananya diadakan di Kenchoji Temple. Namun, tentu kami tidak dapat menggunakan tempat tersebut begitu saja. Karena itu, kami meminta dukungan dari Takashi Matsuo, Walikota Kamakura. (image 2,3,4)

Pada 26 Januari 2019, saya menyempatkan diri ke Jepang khusus untuk menemui beliau bersama dengan

| September 2020

Image 1

In my previous articles, I had leaked the idea to organize the World Marketing Forum (WMF) in Japan. I am honestly imitating the World Economic Forum (WEF), which has been held for a long time. Therefore, the WMF was not held in Tokyo, but in Kamakura, not too far from Tokyo. Similar to the WEF, which was held in Davos, not in Bern. WMF is not designed for general attendees. Participants and speakers are selected and invited one by one to ensure the quality of the event. In this event, both participants and speakers can contribute to making the event improved. (image 1) Interestingly, all the speakers did not charge fees, even using their own money to come to Kamakura. This event is designed to raise the speakers’ awareness to participate in world-class events for the future of marketing developments. The organization of this event also does not involve direct financial sponsorship. However, sponsors can involve in each activity during the forum. Such as the provision of a place that

在我以前的文章中,我透露了在日本组织世界 营销论坛(WMF)的想法。老实说,我是在模仿 世界经济论坛(WEF) ,该论坛已经举行了很长 时间。因此,WMF不是在东京举行,而是在距 离东京不远的镰仓举行。与在达沃斯而不是 伯尔尼举行的世界经济论坛类似。 WMF不适用于一般与会者。参加者和演讲 者被挑选出来,并一一邀请,以确保活动的质 量。在这种情况下,参与者和演讲者都可以为 改善活动做出贡献。(image 1) 有趣的是,所有演讲者甚至花费自己的钱来 到镰仓,他们不收任何费用。该活动旨在提高 演讲者参与世界级活动的意识,以促进营销发 展的未来。 该活动的组织也不涉及直接的财务赞助。 但是,赞助商可以参与论坛期间的每项活动。 例如提供一个在Kenchoji寺举行活动的计 划。但是,要使用该位置,我们首先需要获得 许可。因此,我们请镰仓市长松尾隆志给予支 持。(image 2,3,4) 2019年1月26日,我去日本专门会见了 市长,亚洲生产力组织(APO)秘书长AKP Mochtan和金基灿教授。我们打算自我介绍 并为活动做准备。当时,得到镰仓市长的直接

N

A V I

G A T O

R

025 AKP Mochtan selaku Sekretaris Jendral Asia Productivity Organization (APO) dan Prof. Kim Ki-Chan. Kami memperkenalkan diri sekaligus mematangkan persiapan acara. Saya sungguh lega mendapatkan dukungan dari Walikota Kamakura. Jakarta Marketing Association (JMA) sebagai panitia lokal sangat antusias dalam tahap persiapan selama ini. Untuk acara makan-makan selama acara, kami sudah mendapat dukungan penuh dari APO dan juga Kementerian Perdagangan melalui atase di Tokyo. Setelah berdiskusi lebih lanjut, acara dirancang untuk dihadiri oleh sekitar 300 orang. Setengah dari jumlah tersebut berasal dari Jepang dan setengahnya lagi dari luar negeri. Rencananya akan di laksanakan pada 21-22 Oktober 2021. Namun, kita tidak bisa memprediksi apakah situasi pandemi COVID-19 sudah membaik pada tanggal tersebut. Salah satu ujiannya adalah keberhasilan Jepang dalam penyelenggaraan Olimpiade pada sekitar Juli-Agustus 2021. Meski demikian, kami mulai merencanakan penyelenggaraan WMF berikutnya di Ubud. Alasannya karena memang sudah ada Museum of Marketing 3.0 di sana dan juga rencananya kami akan mengundang Philip Kotler untuk merayakan ulang tahun ke-90 pada acara tersebut. Kebetulan Philip Kotler memiliki ikatan kuat dengan Bali karena beliau jugalah meresmikan yang Museum tersebut. Pertanyaan selanjutnya, mengapa WMF pertama kali diadakan di Jepang? Kita lanjutkan pada pembahasan berikut

WHY:

Industry 4.0 and Society 5.0 Industry 4.0 memang sudah dikenal luas terlebih dahulu karena memang muncul lebih awal dibanding Society 5.0. Istilah “Industrie 4.0” pertama kali muncul pada sekitar tahun 2011 dari proyek strategi teknologi mutakhir dari pemerintah Jerman. Pada intinya, proyek ini hendak mempromosikan strategi komputerisasi dari sektor manufaktur Jerman. Kemudian istilah ini mulai diperkenalkan pada acara Hannover Fair pada tahun yang sama. Untuk mematangkan strategi ini, dibentuklah suatu kelompok kerja yang melibatkan pemangku kepentingan relevan. Hingga akhirnya pada tahun 2013, dokumen finalnya dipresentasikan pada acara Hannover Fair. Sementara, Society 5.0 berasal dari Jepang dan pertama kali diperkenalkan pada publikasi The 5th Science and Technology Basic Plan pada tahun 2016. Sebelumnya, Jepang memang selalu

Image 4 Kenchoji Temple

Image 2 (Left) Takashi Matsuo, Mayor of Kamakura (Middle) Sadayoshi Fujishige. President of Japan Marketing of Association

Image 3 (Left) Prof. Kim Ki-Chan (Middle) AKP Mochtan, Secretary General of Asia Productivity Organization

was planned to be held at Kenchoji Temple. However, to use that place, we need permission first. So, we ask for support from Takashi Matsuo, Mayor of Kamakura. (image 2,3,4) On January 26, 2019, I went to Japan specifically to meet the Mayor along with AKP Mochtan, the General Secretary of the Asia Productivity Organization (APO) and also Prof. Kim Ki-Chan. We intend to introduce ourselves as well as to prepare for the event. At that time, I felt relieved to have direct support from the Mayor of Kamakura. The Jakarta Marketing Association (JMA), as the local committee, was very enthusiastic about this preparation. We have full support from APO and Indonesia Ministry of Trade through the attaché in Tokyo for the meals during the event. This event is planned to be attended by around 300 people through several talks, half of whom are from Japan and half from abroad. The plan was to be held on 21-22 October 2021. However, we cannot predict whether the COVID-19 pandemic situation has to get better or not on that date. One of the references is if Japan’s success in organizing the Olympics Games around July-August 2021.

支持令我感到宽慰。 雅加达市场协会(JMA)作为地方委员会,对 此准备工作非常热情。活动期间的餐饮,将通 过东京的武官得到APO和印度尼西亚贸易部 的全力支持。 计划通过几场演讲吸引约300人参加,其中 一半来自日本,一半来自国外。该计划原定于 2021年10月21日至22日举行。 但是,我们无法 预测当日是否必须改善新冠大流行情况。其 中一项参考是,日本能否在2021年7月至8月 左右成功举办奥运会。 但是,我们已经在计划在巴厘岛乌布举行的 下一届WMF。原因是有市场3.0博物馆。我们 将邀请菲利普·科特勒在活动中庆祝自己的90 岁生日。菲利普·科特勒(Philip Kotler)与巴 厘岛建立了紧密的联系,后者为Marketing 3.0 博物馆揭幕。 问题是,为什么第一次在日本举行WMF?

WHY:

工业4.0和社会5.0 在术语协会5.0之前,已经知道工业4.0。 “工 业4.0”一词最早出现于2011年左右,源于德国 政府的尖端技术战略项目。该项目促进了德 国制造业的计算机化战略。该术语是在同年 的汉诺威博览会上引入的。 为了最终确定该战略,成立了一个工作组,

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

026

WHY: Industry 4.0 and Society 5.0 Industry 4.0 was already known before the term Society 5.0. The term “Industrie 4.0” first appeared around 2011 from the German government’s cutting-edge technology strategy project. This project promotes a computerized strategy in the German manufacturing sector. This term was introduced at the Hannover Fair in the same year. To finalize the strategy, a working group was formed that involved a variety of relevant stakeholders. Until finally, in 2013, the final Industry 4.0 document was presented at the Hannover Fair. Meanwhile, Society 5.0 originated from Japan and was first introduced in the publication of The 5th Science and Technology Basic Plan in 2016. Previously, Japan had always used a five-year planning cycle in the last 20 years. This plan does not discuss details but describes the government’s ambition for innovation and further long-term research. So, what’s the difference? (image 5)

其中涉及各种相关的利益相关者。最终,在 2013年汉诺威工业博览会上提交了最终的工 业4.0文档。 同时,社会5.0起源于日本,并于2016年在《 第五个科学和技术基本计划》中首次引入。 以 前,日本在过去20年中一直使用五年计划周 期。该计划没有讨论细节,而是描述了政府对 创新和进一步长期研究的抱负。 那么,有什么区别呢?(image 5) 德国被誉为高品质的生产国。强大的经济 已经成为欧盟的驱动力也就不足为奇了。这 影响了未来技术创新的观点。 因此,工业4.0理念更侧重于制造过程。所有 努力都集中在提高生产能力上。不仅提高生 产力,而且更加有效。但是它们还结合了高度 的定制技能。 工业4.0中至少有四个主要原则。首先,互 连是机器,人与各种其他设备之间进行通信的 能力。其次,信息透明性使运营商可以收集大 量数据和信息以改善决策制定。第三,技术援 助,这是一个系统,可以帮助人们做出决定和 解决问题,特别是在困难且可能危害人类的活 动中。第四,分散决策是系统独立做出决策的 能力,从而提高了有效性和效率。 同时,日本将来面临严峻的问题。其中之 一是人口平均年龄的老龄化,这无疑将限制 他们进行各种活动的身体能力。当然,这将是 一个大问题,特别是如果日本仍想保持竞争 力的话。 这是协会5.0的基础。它的观点不是专注于 技术,而是技术如何在未来帮助人类生活。技 术旨在促进未来的社交活动,技术如何以数字 和物理方式帮助人类。

Image 5

Industry 4.0 & Society 5.0

Title

Objectives, Key phrases scope

| September 2020

However, we are already planning the next WMF in Ubud, Bali. The reason is that there is the Marketing 3.0 Museum. We will invite Philip Kotler to celebrate his 90th birthday at the event. Philip Kotler has strong ties to Bali, who inaugurated the Marketing 3.0 Museum. The question is, why was the first WMF held in Japan?

Design

menggunakan siklus rencana lima tahunan ini selama 20 tahun terakhir. Rencana ini tidak mengangkat pembahasan detail. Namun, menggambarkan ambisi pemerintah untuk inovasi dan riset jangka panjang. Jadi apa perbedaannya? (image 5) Sejak masa lalu, Jerman memang dikenal sebagai negara produsen dengan kualitas yang sangat dapat diandalkan. Jadi, tidak heran bila perekonomiannya pun menjadi sangat kuat dan menjadi motor penggerak Uni Eropa. Hal ini pun mempengaruhi sudut pandang inovasi teknologi di masa mendatang. Karena itu, filosofi dari Industry 4.0 memang lebih banyak berfokus pada proses manufaktur. Semua upaya difokuskan agar meningkatkan kemampuan produksi. Tidak sebatas meningkatkan produktivitas menjadi lebih efektif dan efisien, namun juga dikombinasikan dengan kemampuan kostumisasi yang tinggi. Setidaknya ada empat prinsip utama dalam Industry 4.0. Pertama, interconnection, kemampuan antara mesin, manusia, dan berbagai perangkat lain untuk berkomunikasi satu sama lain. Kedua, information transparency yang memungkinkan operator untuk mengumpulkan data dan informasi dalam jumlah besar untuk memperbaiki keputusan peningkatan fungsionalitas. Ketiga, technical assistance yaitu sistem yang membantu manusia dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah terutama pada aktivitas sulit dan dapat membahayakan manusia. Keempat, decentralized decision, kemampuan sistem untuk mengambil keputusan secara mandiri yang tentu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Sementara itu, Jepang menghadapi permasalahan yang cukup serius di masa mendatang. Salah satu di antaranya adalah penuaan usia rata-rata penduduknya yang tentu akan membatasi kemampuan fisik dalam melakukan berbagai kegiatan. Ini akan menjadi masalah besar terutama bila Jepang tetap hendak mempertahankan daya saing negaranya. Hal inilah yang mendasari Society 5.0 di mana sudut pandangnya bukan berfokus pada teknologinya tapi bagaimana dapat membantu kehidupan manusia di masa mendatang. Teknologi dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan aktivitas yang dilakukan manusia di masa mendatang. Bagaimana teknologi dapat membantu manusia baik secara digital maupun secara fisik. Society 5.0 berfokus untuk menyelesaikan masalah sosial, tidak hanya dari segi produksi saja. Diharapkan teknologi ini dapat mengurangi

Industrie 4.0 (Germany)

Society 5.0 (Japan)

High-Tech Strategy 2020 Action Plan for Germany (BMBF, 2011) Recommendations for implementing the strategic initiative INDUSTRIE 4.0 (Industrie 4.0 Working Group, 2013)

5th Science and Technology Basic Plan (released 2016) Comprehensive Strategy on Science, Tecnology and Innovation for 2017 (released 2017)

Smart factories Focuses on manufacturing

Super-smart society Society as whole

Cyber-physical systems (CPS) Internet of Things (IoT) Mass customization

High-level convergence of cyberspace and physical space Balancing economic development with resolution of social issues Human-centered society

Source: University of Tokyo. Society 5.0 A People-centric Super-smart Society: A People-centric Super-smart Society. 2020

N

A V I

G A T O

R

027 kesenjangan pada manusia dan juga permasalahan ekonomi. Tentu tidak mudah, karena ada banyak tantangan untuk benar-benar mewujudkannya. Pemahaman ini sangat selaras dengan Marketing 5.0 – buku yang tengah saya susun bersama dengan Philip Kotler dan Iwan Setiawan. Kami memutuskan menggunakan sub judul Technology for Humanity karena memang tujuan dari buku ini adalah bagaimana mengembangkan dan menggunakan teknologi untuk masa depan manusia menjadi lebih baik lagi. Karena alasan itulah, WMF pertama akan dilaksanakan di Jepang sebagai negara yang melahirkan Society 5.0. Setelah diskusi panjang, kami pun memutuskan untuk menggunakan juga Technology for Humanity sebagai tema utama WMF pertama. Mudah-mudahan semangat ini pun dapat menular ke berbagai negara untuk berkolaborasi menjadikan dunia lebih baik lagi. Jerman dan Jepang tetap menjalin hubungan baik dan berkolaborasi meskipun memiliki perbedaan mengenai pandangan pengembangan teknologi ke depan. Karena memang keduanya tetap bertujuan untuk menjadikan masa depan yang lebih baik lagi meskipun dengan pendekatan yang berbeda. (image 6)

Image 6 (Left) Angela Merkel – Chancellor of Germany (Right) Shinzo Abe – Prime Minister of Japan

Image 7

Marketing 5.0

WHAT:

Technology for Humanity Saya bersama Philip Kotler dan Iwan Setiawan telah sukses menerbitkan Marketing 3.0: From Product to Customer to Human Spirit pada tahun 2010. Terlebih karena buku ini telah diterjemahkan ke dalam 27 bahasa. Buku ini mendapat sambutan sangat baik karena kami memperkenalkan praktik marketing yang berlandaskan values tidak sekadar mengejar profit. Kerja sama dengan penerbitan Marketing 4.0: Moving From Traditional to Digital pada tahun 2017. Buku ini menjadi jawaban kami pada tren digitalisasi beberapa waktu belakangan yang membawa dampak besar pada banyak industri dan tentunya perilaku konsumen. Dalam waktu relatif singkat, buku ini diterjemahkan dalam 24 bahasa. Setelah keberhasilan ini, Philip Kotler kembali menantang kami untuk kembali menerbitkan buah pemikiran untuk marketing saat ini dan masa depan. John Wiley USA, penerbit yang membantu penerbitan Marketing 3.0 dan Marketing 4.0, menyetujui rencana ini. Setelah pembicaraan panjang kami memutuskan untuk menggunakan judul Marketing 5.0: Technology for Humanity. (image 7)

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

028 Buku ini memang menarik karena situasi memang sudah sangat berbeda dengan masa lalu. Misalnya, terdapat Generation Gap. Terlebih karena Baby Boomers dan Generation X saat ini masih memegang pucuk pimpinan di banyak perusahaan dan sekaligus memiliki daya beli besar. Namun, Gen Y dan Z telah menjadi penyumbang tenaga kerja terbesar termasuk menjadi grup konsumen terbesar saat ini. Tantangannya, setiap generasi ini memiliki perilaku, preferensi, dan pola pandang yang berbeda satu sama lain. Karena itu, tidak heran bila terdapat perbedaan antara masing-masing generasi. Besar kemungkinan terdapat kesalahpahaman antargenerasi di sini. Kedua, mengenai kesenjangan kesejahteraan masyarakat yang membelah pasar. Di satu sisi, kelas atas akan tetap berkembang dan tentu akan membesarkan pasar barang mewah. Sementara, masyarakat kelas bawah juga terus berkembang yang memicu berkembangnya produksi masal dengan harga terjangkau. Pasar produk kelas menengah didorong untuk memutuskan apakah akan lebih menyasar kelas atas atau bawah. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana kita menghadapi masyarakat yang percaya pada digitalisasi ataupun yang tidak. Banyak anggapan bahwa digitalisasi akan membuat banyak orang kehilangan pekerjaan di masa depan, belum lagi isu privacy yang berembus semakin kencang belakangan ini. Sekelumit permasalahan inilah yang hendak dijawab oleh Marketing 5.0. Caranya dengan memaksimalkan penggunaan teknologi untuk menciptakan, mengkomunikasikan, mengantarkan, dan memperbesar value sepanjang customer journey. Singkat kata, bagaimana teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan kapabilitas pemasar. (image 8) Sejak beberapa waktu yang lalu, saya selalu percaya dan mengatakan di berbagai kesempatan bahwa mesin (teknologi) tidak akan sepenuhnya menggantikan peran manusia. Di masa mendatang, teknologi dan manusia akan bersimbiosis menjadikan masa depan yang lebih baik lagi. Di sisi lain, teknologi memang dapat mengidentifikasi berbagai hal yang sebelumnya tidak disadari manusia sebelumnya sampai ke detail terkecil. Namun di sisi lain, hanya manusialah yang benar-benar dapat memahami manusia lainnya secara benar-benar mendalam. Terlebih karena pada dasarnya perilaku dan pola pikir manusia memang dapat berubah dari waktu ke waktu. Juga tidak ada pola yang pasti dari masingmasing diri manusia dari waktu ke waktu.

| September 2020

Germany is known as a producing country with high quality. It is not surprising that the economy is powerful and has become the European Union’s driving force. This affects the point of view of future technological innovation. Therefore, Industry 4.0 philosophy focuses more on the manufacturing process. All efforts are focused on improving production capabilities. Not only increase productivity to be more effective and efficient. But they are also combined with high customization skills. There are at least four main principles in Industry 4.0. First, interconnection is the ability between machines, humans, and various other devices to communicate. Second, information transparency allows operators to collect large amounts of data and information to improve decision making. Third, technical assistance, which is a system that helps humans in making decisions and solving problems, especially in activities that are difficult and can endanger humans. The fourth, decentralized decision, is the system’s ability to make decisions independently, increasing effectiveness and efficiency. Meanwhile, Japan faces severe problems in the future. One of them is the aging of the population’s average age, which will undoubtedly limit their physical ability to carry out various activities. Of course, this will be a big problem, especially if Japan still wants to maintain its competitiveness. This is the basis of Society 5.0. Its point of view is not focused on technology, but how technology can help human life in the future. Technology is designed to facilitate social activities in the future how technology can help humans both digitally and physically. Society 5.0 focuses on solving social problems, not only in terms of production. It is hoped that technology can reduce human inequality and economic issues. Of course, it is not easy because there are many challenges actually to make it happen. This understanding is in line with the concept of Marketing 5.0 - a book I am currently compiling with Philip Kotler and Iwan Setiawan. We decided to use the subtitle Technology for Humanity because this book aims to develop and use technology for a better future for humans. For this reason, the first WMF will be held in Japan as a country that gave birth to Society 5.0. After a lengthy discussion, we decided to use Technology for Humanity as the first WMF central theme. Hopefully, this spirit can be transmitted to various countries to collaborate to make the world even better. Germany and Japan also maintain good relations and collaborate despite having different views on technology development. Because both of them still aim to make a better future even with other approaches. (image 6)

社会5.0致力于解决社会问题,而不仅仅是 在生产方面。希望技术能够减少人类不平等 和经济问题。当然,这并不容易,因为要实现 它实际上有许多挑战。 这种理解与市场营销5.0的概念是一 致的-我目前正在与菲利普·科特勒和Iwan Setiawan一起编写这本书。我们决定使用副 标题为“人类技术” ,因为这本书旨在开发和使 用技术,为人类创造更美好的未来。 因此,第一届WMF将在日本诞生,这是一个 诞生了5.0学会的国家。经过长时间的讨论,我 们决定将“人类技术”作为第一个WMF中心主 题。希望可以将这种精神传播给各个国家,以 合作使世界变得更加美好。 尽管德国和日本对技术发展有不同的看法, 但它们也保持着良好的关系和合作。因为即 使采用其他方法,他们两个仍然致力于创造更 好的未来。(image 6)

WHAT:

为人性的技术 我和菲利普·科特勒、Iwan Setiawan一起 在2010年出版了《营销3.0:从产品到客户再到 人类精神》一书。 该书已被翻译成27种语言。 这本书也受到了好评,因为我们介绍了基于价 值的营销实践,而不仅仅是追求利润。 我们的合作将在2017年出版《营销4.0:从传 统到数字》这本书继续。 这本书是我们对已严 重影响许多行业和消费者行为的数字化趋势 的答案。在相对较短的时间内,这本书被翻译 成24种语言。 这些书取得成功后,菲利普·科特勒挑战我 们为当前和未来的营销趋势发布新的想法。 帮助我们出版书籍的出版商John Wiley USA 同意了这一计划。经过长时间的交谈,我们决 定使用标题营销5.0:为人性的技术 (image 7) 这本书很有趣,因为情况与过去完全不同。 例如,代沟。尤其是因为婴儿潮一代和X一代 目前仍在许多公司中保持领导地位,同时拥有 出色的购买力。但是,Y世代和Z世代已经成为 当今劳动力的最大贡献者,其中包括当今最大 的消费群体。 面临的挑战是,这些世代中的每一个都有不 同的行为,偏好和观点。难怪每个年龄段都有 差异。可能存在代际误解。 此外,福利方面也存在差距。上层阶级将继 续发展并提高奢侈品市场。另一方面,下层社 会也继续增长,并以可承受的价格引发了大规 模生产。同时,中产阶级产品市场必须在上层 阶级或下层阶级之间进行选择。 下一个挑战是如何与那些相信数字化和不 相信数字化的人们打交道。有一种假设认为, 数字化将使人们将来失去工作。更不用说隐 私了。 营销5.0希望通过最大程度地利用技术来创 造,交流,交付并增加客户旅程中的价值来解 决此问题。简而言之,如何使用技术来提高营 销能力。(image 8) 我一直认为机器(技术)不会完全替代人类。 未来,技术与人类将共生共创美好未来。另一 方面,技术的确可以识别出人类以前从未察觉 到的最细微的事物。 但另一方面,只有人类才能真正理解他人 的感受。人类的行为和思维方式可能会不时

N

A V I

G A T O

R

029 Image 8

New CX x Next Tech

aware

appeal

ask

act

advocate

Artificial Intelligence Natural Language Processing Sensor Tech Robotics Augmented Reality & Virtual Reality

HOW:

IoT & Blockchain

Sehingga perilaku setiap manusia tidak dapat hanya diprediksi dari data masa lalu saja. Karena biar bagaimanapun ada banyak sekali faktor yang berpengaruh pada perubahan perilaku di masa mendatang. Hal ini hanya dapat diketahui dengan sinergi antara manusia dan teknologi secara utuh. Secara garis besar, customer journey saat ini pun terbagi menjadi lima fase yaitu aware, appeal, ask, act, dan advocate. Pembahasan secara mendalam telah kami bahas dalam buku Marketing 4.0. Ini juga yang kami istilahkan sebagai New CX (New Customer Experience) karena memang adanya perubahan perilaku konsumen yang sangat berbeda saat ini. Kini, teknologi baru dapat membantu kita untuk mengidentifikasi apa saja faktor penting dalam setiap fase tersebut dengan menggunakan artificial intelligence, natural language processing, sensor tech, robotics, augmented & virtual reality, dan IoT & blockchain. Inilah yang disebut dengan Next Technology yang mempertajam di dunia marketing. Agar benar-benar optimal, informasi yang didapat sebaiknya dikombinasikan dengan manusia. Apa fungsi-fungsi utama teknologi dan manusia di masa mendatang? Kita lanjutkan pembahasan berikutnya.

How:

Machine & Human

发生变化。并且,不时每个人都没有确定的 模式。 这样就无法根据过去的数据预测人类的行 为。但是,许多因素都可能影响未来的行动。 只有人类与整个技术之间的协同作用才能知 道这一点。 当前的客户旅程分为五个阶段:了解,吸引, 询问,行动和倡导。我们在《 营销 4.0》一书中 讨论了这种客户旅程。这就是我们所说的“新 CX” (新客户体验) ,因为当今消费者行为发生 了很大变化。 但是现在,即使是新技术,也可以通过使用 人工智能,自然语言处理,传感器技术,机器人 技术,增强和虚拟现实以及物联网和区块链来 帮助我们确定每个阶段的关键因素。这就是 所谓的“下一代技术” ,它可以改善营销领域。 为了优化,将获得的信息与人类结合在一 起。未来技术和人类的主要功能是什么?我们 在下一个讨论中继续。

WHAT: Technology for Humanity Together with Iwan Setiawan, Philip Kotler and I have published Marketing 3.0: From Product to Customer to Human Spirit book in 2010. This book has been translated into 27 languages. This book also received a good reception because we introduced marketing practices based on values, not just pursuing profit. Our collaboration continues with the publication of Marketing 4.0: Moving from Traditional to Digital book in 2017. This book is our answer to the digitalization trend that has significantly impacted many industries and consumer behavior. In a relatively short time, this book was translated into 24 languages. After these books’ success, Philip Kotler challenged us to publish new ideas for current and future marketing trends. John Wiley USA, the publisher who helped us to publish the books, agreed with this plan. After a long conversation, we decided to use the title Marketing 5.0: Technology for Humanity. (image 7)

This book is interesting because the situation is entirely different from the past. For example, there is a Generation Gap. Especially because Baby Boomers and Generation X currently still hold a leadership position in many companies and, at the same time, have excellent purchasing power. However, Gen Y and Gen Z have become the largest contributors to today’s workforce, including the largest consumer group today.

机器&人 如今,技术已经以多种方式超越了人类的 能力。特别是在速度,准确性,数据处理,耐 力等方面;但是,许多社会因素无法用机器代 替。(image 9) 如今,可以依靠机器来高效地处理数据,检 索信息和管理知识。各种复杂的过程可以快 速,高精度地完成。但是,只有人类才能梳理 噪音,汲取相关见解,并且最重要的是要获取 智慧。有时人们有所不同;他们的智慧是不同 的。这是人们直到现在才知道的。 机器还可以快速发现特定的模式,以结构化 的方式“思考” ,并根据可用的信息和知识得出 结论。同时,只有人类才能提出真正不寻常甚 至是出乎意料的想法,因为这是一个拥有无限 想象力的人。 机器擅长使用逻辑思维来使用各种算法来 处理各种问题。同时,人类非常善于运用同理 心与其他人类建立联系-难怪有些人类朋友无 法被任何事物取代。也有一些公众人物具有 很高的同理心和感召力,给其他人留下了深 刻的印象。 随着时间的流逝,机器可以提高速度和规模 来处理日常工作。同时,人类在处理异常情况 时具有高度的灵活性,尤其是在需要异常处理 的问题上。 为了帮助人类,技术已经配备了人类能力 的各个方面。就像试图模仿社会思维过程的 人工智能一样,自然语言处理过程也模仿了人 类的交流,而技术传感器则模仿了人类感知事 物的方式。模仿社交活动的机器人。模仿人类 想象力的混合现实。模仿人类连接的物联网 和区块链。 我们MarkPlus正在努力发展这两个因素。 MarkPlus,Inc.与具备该领域能力的合作伙 伴合作,通过具有合格技术的研究和咨询,在 哪里。 同时,MarkPlus研究所进行了创新,以为准 备为将来的变化做好准备的人员。不固定于 过去的方式,而是提供更有效且与年龄相关的 新学习方式。(image 10) 人类有其独特性。机器无法“理解”很多事 情,也没有物理形式,例如道德,文化和爱情。

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

030 Saat ini, teknologi telah melampaui kemampuan manusia dalam beberapa hal. Apalagi bila berkaitan dengan kecepatan, keakuratan, pengolahan data, stamina, dan lainnya. Namun, ada banyak pula faktor dari manusia yang benar-benar tidak dapat digantikan oleh mesin. (image 9) Mesin sudah dapat diandalkan untuk mengolah data, mengambil information dan mengelola knowledge secara efisien. Berbagai proses rumit pun mungkin dilakukan dengan sangat cepat saat ini dengan tingkat akurasi tinggi. Namun, hanya manusia yang benar-benar dapat memilah noise, menarik insight yang benar-benar relevan, dan yang paling penting menarik wisdom. Terkadang berbeda orang, berbeda pula wisdom yang dimiliki. Hal inilah yang masih belum dapat diketahui orang sampai dengan saat ini. Mesin dapat mengetahui pola tertentu dengan cepat, ‘berpikir’ dengan terstruktur, dan menarik kesimpulan berdasarkan information dan knowledge yang tersedia. Hanya manusia yang dapat mengeluarkan ide yang benar-benar tidak biasa dan bahkan tidak diduga sebelumnya. Karena manusialah yang memang memiliki imajinasi tidak terbatas. Mesin sangat baik menggunakan pemikiran logis dalam menghadapi berbagai permasalahan dengan menggunakan berbagai algoritma. Sementara, manusia sangat baik menggunakan empati untuk menjalin konektivitas dengan manusia lain. Tidak heran ada sahabat antarmanusia yang tidak dapat digantikan oleh apa pun. Ada juga tokoh publik yang memiliki empati dan karisma tinggi yang begitu berkesan bagi manusia lainnya. Mesin dapat menangani pekerjaan rutin dengan kecepatan dan skala yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Manusia memiliki fleksibilitas tinggi dalam menghadapi situasi di luar kebiasaan. Apalagi pada permasalahan yang membutuhkan penanganan yang tidak biasa. Agar dapat membantu manusia lebih baik lagi, teknologi memang telah dibekali dengan berbagai aspek kemampuan manusia. Seperti artificial intelligence yang mencoba menirukan proses berpikir manusia, natural language processing yang menirukan komunikasi manusia, sensor tech yang menirukan cara manusia merasakan sesuatu. Robotics yang menirukan pergerakan manusia. Mixed Reality yang menirukan imajinasi manusia. IoT dan Blockchain yang menirukan konektivitas manusia. Kami di MarkPlus berupaya untuk mengembangkan dua faktor ini secara

| September 2020

Image 9

Machine + Human

MACHINE

HUMAN

Efficient at processing data, extracting information, and managing knowledge

Capable of screnning out noise, drawing out insight, and developing wisdom

Adept at convergent structured thinking and discovering patterns

Skilled in divergent thinking and finding out-of-the-box solutions

Excellent at using logical thinking that follows specific algorithms

Great at using empathy to create a connection that resonates

Reliable for repetitive and progammable tasks at speed and scale

Flexible for tasksthat demand contextual understanding and commonsense reasoning

Image 10

Human & Machine

HUMAN Thinking

Communicating

MACHINE Artificial Intelligence Natural Language Processing

Sensing

Sensor Tech

Moving

Robotics

Imagining

Mixed Reality

Connecting

IoT and Blockchain

N

A V I

G A T O

R

031 beriringan. MarkPlus, Inc. melalui riset dan consulting dibekali dengan teknologi yang mumpuni. Caranya dengan berkolaborasi dengan para pemain yang memiliki kapabilitas di bidangnya. Sementara, MarkPlus Institute terus melakukan inovasi untuk mempersiapkan manusia yang siap dengan perubahan masa depan. Tidak terpaku pada cara masa lalu, tapi menawarkan cara pembelajaran baru yang lebih efektif dan relevan dengan perkembangan zaman. (image 10) Manusia memang memiliki keunikannya sendiri. Ada banyak hal yang tidak dapat ‘dimengerti’ oleh mesin dan tidak berwujud benda fisik. Contohnya, etika, budaya, dan cinta. Imajinasi manusia begitu masif yang menjadikan kreatifivitas manusia tidak ada batasnya. Berkaca dari pemahaman ini, proses pembelajaran kita sebagai manusia pun menjadi sangat berbeda dibanding masa lalu. Cara menghafal mengandalkan logika berpikir dan mengolah data tidak lagi efektif dilakukan di masa depan. Karena sebagian besar dari fungsi ini sudah dapat digantikan mesin. Manusia akan menjadi sangat relevan dalam menjalin ikatan emosional dengan manusia lain, berpikir kreatif, dan mencari solusi dengan cara yang tidak biasa.

Postface

Pada 20-23 Agustus 2020, saya menyempatkan diri ke Surabaya meskipun di tengah wabah COVID-19 yang masih mengkhawatirkan. Salah satu pertemuan yang saya adakan adalah dengan Ibu Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur. Dalam pertemuan ini, saya tidak hanya mewakili MarkPlus, tapi juga sebagai salah satu anggota Dewan Pakar Provinsi Jawa Timur. (image 11) Dalam pembicaraan ini, kami memperdalam arah pembangunan Jatim untuk 2030. Mengapa sampai 10 tahun ke depan? Karena dekade ini memang sangat menentukan apakah Indonesia benar-benar dapat menjadi negara yang diperhitungkan dunia. Menariknya bukan pembangunan secara fisik, tapi justru pembangunan manusianya. Jawa Timur dijadikan proyek percontohan untuk cara pengembangan baru ini. Tentu akan dikembangkan juga untuk cakupan nasional. Karena memang arah pembangunan nasional mengarah pada pembangunan sumber daya manusia di masa depan. Biar bagaimanapun masa depan tidak ditentukan pada kualitas infrastruktur atau fisik belaka. Justru benar-benar ditentukan oleh kualitas manusianya dalam menentukan masa depan masing-

The challenge is that each of these generations has different behaviors, preferences, and perspectives. No wonder there are differences in each age. There is likely to be an intergenerational misunderstanding. Besides, there is a gap in welfare. The upper class will remain to grow and raise the luxury goods market. On the other hand, the lower-class society also continues to grow and triggers mass production at affordable prices. Meanwhile, the middle-class product market has to choose between the upper or lower class. The next challenge is how to deal with people who believe in digitalization and those who don’t. There’s an assumption that digitalization will make people lose their jobs in the future. Not to mention, the issue of privacy. Marketing 5.0 wants to answer this problem by maximizing the use of technology to create, communicate, deliver, and increase value along the customer journey. In short, how technology is used to increase marketer capabilities. (image 8) I always believed that machines (technology) would not completely replace humans. In the future, technology and humans will be symbiotic to make a better future. On the other hand, technology can indeed identify previously unaware things by humans down to the smallest detail. But on the other hand, only humans can truly understand other humans’ feelings. Human behaviors and thought patterns can change from time to time. And, there is no definite pattern for each human being from time to time. So that human behaviors cannot be predicted from past data. However, many factors can influence actions to change in the future. This can only be known by the synergy between humans and technology as a whole. The current customer journey is divided

人类的想象力是如此之大,以至于人类的创造 力是无限的。 反思这一点,我们作为人类的学习过程与过 去截然不同。记忆依赖于逻辑思维,将来数据 处理将不再有效。因为机器可以替代大多数 这些功能。在与他人建立情感纽带,创造性思 维和以不寻常的方式找到解决方案方面,人类 将非常重要。 后记 2020年8月20日至23日,尽管新冠疫情严 重,我还是来到了泗水。我举行的会议之一是 与东爪哇省省长Khofifah Indar Parawansa 女士会面。在这次会议上,我不仅代表 MarkPlus,而且还是东爪哇省专家委员会的 成员。(image 11) 在此讨论中,我们加深了2030年东爪哇省 的发展方向。 为什么在未来十年内呢?因为这 十年决定了印度尼西亚是否可以成为世界依 赖的国家。令人兴奋的不是身体发展,而是人 类发展。 东爪哇正在成为这种新开发方法的试验项 目。它也将被开发以覆盖全国。因为国家发展 的方向会导致未来人力资源的发展。 未来并不仅仅取决于物理或基础设施的质 量。但是,这取决于人类在决定每个个人,地 区或国家的命运时的素质。 省长Khofifah意识 到需要对新的学习过程进行重大更改。 旧的方法将来在印度尼西亚不再可行。而 且,要建立印尼人民的竞争力。不仅在国家之 间,而且在区域之间。一切使印尼在现在和未 来时代中取得进步的一切!(image 12)

Image 11

Pertemuan di Gedung Grahadi, Surabaya

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

032 masing individu, daerahnya, atau bahkan negaranya. Ibu Khofifah telah menyadari perlunya perubahan besar pada proses pembelajaran baru. Cara lama tidak lagi efektif untuk Indonesia di masa mendatang. Terlebih lagi untuk membangun daya saing manusia Indonesia. Tidak hanya antarnegara tapi juga antardaerah. Semuanya untuk menjadikan Indonesia Maju di era NOW and the Future! (image 12)

Image 12

(Right) Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur.

into five phases: aware, appeal, ask, act, and advocate. We have discussed this customer journey in the Marketing 4.0 book. This is also what we call New CX (New Customer Experience) because there is a change in consumer behavior that is very different today. But now even new technology can help us identify what are the essential factors in each of these phases by using artificial intelligence, natural language processing, sensor tech, robotics, augmented & Virtual Reality, and IoT & Blockchain. This is what is called Next Technology which sharpens the world of marketing. To optimize, the information obtained is combined with humans. What are the main functions of technology and humans in the future? We continue in the next discussion.

How: Machine & Human Today, technology has surpassed human capabilities in several ways. Especially when it comes to speed, accuracy, data processing, stamina, and others; however, many social factors cannot be replaced by machines. (image 9) Nowadays, machines can be relied on to process data, retrieve information, and manage knowledge efficiently. Various complex processes can be completed quickly and with a high degree of accuracy. However, only humans can sort out noise, draw relevant insights, and, most importantly, take wisdom. Sometimes people differ; their wisdom is different. This is what people have not been able to know until now. Machines can also spot specific patterns quickly, ‘think’ in a structured manner and draw conclusions based on available information and knowledge. Meanwhile, only humans can develop ideas that are truly unusual and even unexpected because it is a human who has unlimited imagination. Machines are good at using logical thinking to deal with various problems using various algorithms. Meanwhile, humans are very good at using empathy to establish connectivity with other humans—no wonder some human friends cannot be replaced by anything. There are also public figures who have high empathy and charisma that impresses other human beings. Machines can handle routine jobs with increasing speed and scale over time. Meanwhile, humans have high flexibility in dealing with situations that are out of the ordinary, especially on problems that require unusual handling. To help humans, technology has been equipped with various aspects of human capabilities. Like artificial intelligence, which tries to mimic social thought processes, natural language processing mimics human communication, tech sensors that mimic the way humans perceive things. Robotics

| September 2020

that mimic social movements. Mixed Reality which mimics the human imagination. IoT and Blockchain that mimic human connectivity. We at MarkPlus are working to develop these two factors hand in hand. Where is MarkPlus, Inc. through research and consulting equipped with qualified technology in collaboration with partners who have capabilities in their fields. Meanwhile, the MarkPlus Institute innovates to prepare people who are ready for future changes. Not fixated on the ways of the past, but offer new ways of learning that are more effective and relevant to the ages. (image 10) Humans have their uniqueness. There are many things that machines cannot ‘understand,’ and there is no physical form either—for example, ethics, culture, and love. The human imagination is so massive that human creativity has no limits. Reflecting on this, our learning process as humans is very different from the past. Memorization relies on logical thinking, and data processing is no longer effective in the future. Because machines can replace most of these functions. Humans will be very relevant in forming emotional bonds with other humans, thinking creatively, and finding solutions in unusual ways.

Postface On 20-23 August 2020, I came to Surabaya despite the COVID-19 outbreak. One of the meetings I held was to meet with Mrs. Khofifah Indar Parawansa, the Governor of East Java. In this meeting, I did not only represent MarkPlus, but also as a member of the East Java Provincial Council of Experts. (image 11) In this discussion, we deepen the direction of development in East Java for 2030. Why in the next ten years? Because this decade determines whether Indonesia can become a country that the world counts on. The exciting thing is not about physical development, but human development. East Java is becoming a pilot project for this new method of development. It will also be developed for national coverage. Because the direction of national development leads to the development of human resources in the future. The future is not determined by mere physical or infrastructure quality. However, it is determined by humans’ quality in determining the fate of each individual, region, or country. Governor Khofifah realized that there needed to be significant changes to the new learning process. The old method is no longer practical for Indonesia in the future. Moreover, to build the competitiveness of Indonesian people. Not only between countries but also between regions. Everything to make Indonesia Advance in the NOW and the Future era! (image 12)

WebinarHK3_21x27,5.pdf

1

18/08/20

10.22

Enabling Marketing Excellence

THE FINAL CHAPTER Live streaming via

HERMAWAN KARTAJAYA

LIVE

C

M

Y

CM

H E R M AWA N K A R TA J AYA M E N G AWA L I N D O N E S I A -2 0 2 0 !

1 st Batch Value

IDR 300K

3 rd Webinar

Until 300 Persons

MY

6 Oct 2020 14.00-16.30 WIB

Post Normal!

POST-NORMAL AGENDA:

YEAR 2021 & BEYOND

CY

CMY

Q4: Actualization

K

1 st Webinar

3 April 2020

New Normal!

2nd Webinar

2 July 2020

Next Normal!

SPA 2020

BIG MOMENTUM

Q2: Surviving & Preparing

Q3: Preparing to Actualization

720 Audiences IDR 400K for 1 person IDR 1800K for 5 persons IDR 3500K for 10 persons

Limited Only For 750 Participants Don’t`miss It!

965 Audiences IDR 600K for 1 ticket & Hermawan Kartajaya's webinar series video playback + MarkPlus Institute e-Learning Process

Register now at bit.ly/daftarwebinarhk3 & Get your E-Certificate

For further information and corporate package please contact Anggun +62 812 1233 6502

Virtual Studium Generale

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020

36

Marketeers Omni Brands of The Year 2020

58

Regenerasi Konsumen dengan Go Omni

38

Mempermudah Akses Layanan

60

Jaga Relasi Di Semua Platform

40

Integrasi Teknologi dan Manusia

62

Tumbuh Agresif Berkat Omnichannel

42

Servis untuk Semua

64

Omnichannel untuk Semua

44

Efisiensi Layanan

66

Memperkuat Brand Awareness

46

Rejuvenasi Kanal Es Krim

68

Sentuhan Omni dalam Aplikasi

48

Konsisten Cetak Wirausahawan

70

Omni di Semua Lini

50

Kreatif dan Terintegrasi

72

Inisiasi Omni Corporate University

52

Bangun Literasi Dana Pensiun

74

Berkat Kampanye 360°

54

Sentuhan Digital untuk Kecantikan

76

Mengomunikasikan Kualitas

56

Demi Customer Experience

78

Digitalisasi Agrikultur

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 036

Omnichannel marketing menjadi strategi relevan dalam menghadapi pasar yang penuh gejolak. Agar tetap eksis di masa mendatang, perusahaan perlu menjalankan strategi yang mengintegrasikan dua hal yang berseberangan maupun paradoks. Salah satunya, online dan offline. Oleh Sigit Kurniawan

| September 2020

enghadapi pasar yang kian kompleks, pemasar tidak bisa mengandalkan satu pakem untuk menyelesaikan berbagai masalah. Apalagi setiap pendekatan selalu memiliki kelebihan dan kekurangannya. Pemasar jangan sampai terjebak menggunakan satu cara yang dianggap terbaik. Pemasar justru ditantang untuk memadukan caracara yang pada dasarnya berseberangan maupun paradoks. Misalnya, kutub positif dan kutub negatif, otak kiri dan otak kanan, perempuan dan laki-laki, dan sebagainya. Pendekatan dengan memadukan dua hal yang berbeda kutub inilah yang disebut omni.

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 037 Salah satu pendekatan pemasaran secara omni yang saat ini jamak dilakukan oleh pemasar adalah mengintegrasikan online dan offline. Meski demikian, pemasaran secara omni ini tidak sebatas online dan offline. Kita menyadari, dunia dari hari ke hari makin digital. Apalagi masa pandemi COVID-19 ini memaksa orang beraktivitas secara virtual. Tak hanya itu, perusahaan-perusahaan terdorong melakukan akselerasi pada program digitalisasinya. Namun, naik daunnya platform digital tidak berarti perusahaan harus meninggalkan offline. Perusahaan yang mengandalkan online saja akan berjalan timpang. Demikian pula bagi perusahaan hanya mengandalkan offline dan cara-cara tradisional. Kombinasi keduanya menjadi strategi tangguh agar bisnis mampu survive di masa kini dan masa mendatang. Lanskap bisnis sekarang mengarah pada apa yang disebut omni marketing. Integrasi keduanya menjadi kekuatan baru bagi perusahaan yang ingin memenangkan persaingan. Dunia offline akan mendapatkan banyak manfaat jika bisa memanfaatkan dunia online. Perusahaan bisa mengoptimalkan promosi, branding, kampanye pemasaran, penjualan, dan sebagainya dengan bantuan platform online. Manfaat online antara lain jangkauan pasar yang jauh lebih luas dan beragam ketimbang offline, ongkos yang terbilang lebih murah, hingga proses dan hasil yang jauh lebih terkontrol sekaligus terukur. Selain itu, platform digital juga bisa dipakai untuk memperkuat customer engagement di masa sekarang mengingat masyarakat konsumen yang makin mobile oriented. Perusahaan-perusahaan ritel menjadi contoh tren tersebut. Mereka yang dulunya berjaya dengan ritel fisiknya kemudian makin kuat bisnisnya ketika mengadopsi platform online. Gerai kopi Starbucks, misalnya. Selain mengandalkan experience di gerainya, Starbucks juga membangun komunikasi pemasaran, co-creation bareng pelanggan, hingga penjualan melalui online. Bahkan, fenomena teranyar di masa pandemi ini, penjualan mobil dan properti yang sebelumnya sangat butuh kontak fisik, sekarang mulai mengarah ke kanal online. Dan, transaksinya terbilang luar biasa. Sementara, pemain di dunia online yang masuk ke ranah konvensional bisa menjalin intimacy dengan konsumennya ketika melakukan aktivitas di dunia offline. Kehadiran merek di dunia offline menunjukkan bahwa perusahaan memiliki bentuk yang nyata. Mereka juga bisa menjalin hubungan lebih dekat, mengenalkan seperti apa sesungguhnya produk mereka, hingga memanjakan para konsumen selama ini. Di sini, kelihatan bahwa kekhawatiran online akan menggantikan sepenuhnya offline tidak beralasan kuat. Kekuatan pemasaran saat ini dan masa mendatang adalah integrasi antarkeduanya. Pada tahun ini, kami kembali menggelar Marketeers Omni Brands of The Year 2020. Penghargaan ini kami berikan kepada merek dan perusahaan yang sukses dalam menjalankan strategi omni-nya. Dari 80-an formulir yang masuk, kami mengkurasi 21 merek dan perusahaan yang kisah dan strateginya kami tampilkan juga di edisi ini. Masing-masing dari mereka memiliki program

omnichannel marketing yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masingmasing. Ada yang menerapkannya di produk, ada pula yang menerapkannya di kampanye pemasaran, sistem penjualan, servis, distribusi, branding, hingga channeling. Semua merek dan perusahaan yang menerapkan strategi tersebut mengatakan omni marketing sebagai strategi yang tidak terelakkan di era sekarang. Djakarta Lloyd, misalnya, melakukan transformasi digital di proses bisnisnya dalam bentuk e-procurement untuk mengefektifkan bisnis pelayanan angkutan barang lewat jalur laut. Strategi omni juga dipakai untuk memberikan experience baru. Klinik Estetika Dr. Affandi, misalnya, tak hanya memperkuat layanan di klinik fisik. Ia juga mengembangkan Estetika Digital Solutions sebagai platform online dalam rangka memberi pengalaman baru bagi pelanggan. Konsultasi dan perawatan kecantikan bisa dilakukan secara jarak jauh dan intensif. Hal yang kurang lebih sama juga dilakukan oleh Pertamina dengan aplikasi MyPertamina. Melalui satu aplikasi ini, Pertamina mampu menjangkau pelanggan yang lebih banyak, membangun customer engagement, menggelar loyalty program, yang terintegrasi dengan layanan dan produk fisiknya. Lain lagi dengan apa yang dilakukan Campina Ice Cream. Perusahaan es krim yang sudah berusia setengah abad ini membangun omnichannel marketing untuk menjaga relevansi dengan pasar yang dinamis. Dengan hadir di e-commerce dan platform digital, Campina ingin menggapai segmen muda milenial sekaligus ikut mendorong perilaku baru membeli es krim secara online. Hasilnya, penjualan di kanal online ini tidak kalah dengan penjualan di supermarket. Sementara itu, tak mau terjebak pada euforia online, perusahaan logistik SiCepat Ekspres tak mau meremehkan servis offline. Di tengah pandemi dan naik daunnya layanan online, transaksi offline di gerai SiCepat justru naik. Selama satu semester pertama tahun ini, transaksi offline SiCepat meroket hingga 131%. Fakta ini membuat SiCepat percaya bahwa offline tidak boleh ditinggalkan. Tren ini juga didorong oleh strategi omni yang diterapkan SiCepat dalam kampanye pemasaran 360° yang mengandalkan semua media. Produk dan layanannya juga ia pasarkan melalui kanal e-commerce. Secara umum, strategi omnichannel marketing ini memberi banyak keuntungan bagi perusahaan. Entah itu penambahan pendapatan, makin kuatnya brand image maupun brand equity, makin eratnya relasi dengan pelanggan, hingga keberlangsungan bisnis di masa mendatang. Akhirnya, hanya dengan strategi omni marketing ini perusahaan akan lebih lincah dalam menghadapi dinamika pasar yang sarat perubahan. Teknologi memang mutlak dibutuhkan. Namun, teknologi semata tidaklah cukup. Teknologi harus tetap diintegrasikan dengan human touch. Hanya dengan pendekatan ini, perusahaan mampu mencapai titik keseimbangan dan kekuatan baru dalam menghadapi berbagai gejolak seperti pandemi. Selamat membaca!

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 038 Asuransi Astra

Mempermudah Akses Layanan Asuransi Astra sudah membangun infrastruktur digital yang mumpuni sejak lama. Sehingga, penerapan strategi omni secara menyeluruh menjadi lebih mudah dan lancar. Oleh Ign. Eko Adiwaluyo

| September 2020

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 039 erkembangan teknologi membuat konsumen memiliki harapan tinggi pada layanan yang cepat dan mudah. Begitu pula yang terjadi pada konsumen di industri asuransi. Meningkatnya kesadaran berasuransi berbarengan dengan tuntutan konsumen mendapatkan produk dan layanan perusahaan asuransi secara digital. Asuransi Astra menyadari adanya pergeseran perilaku konsumen asuransi ini sejak beberapa tahun silam. Secara bertahap perusahaan yang bernaung dalam Grup Astra ini mulai memperkuat kanal-kanal digital mereka dan memperluas layanan offline. Perusahaan asuransi ini juga membuka banyak titik layanan yang mudah diakses konsumen. Pada tahun 2013, Asuransi Astra mengembangkan unit layanan di pusat perbelanjaan, Garda Center. Layanan ini menjadi sarana bagi perusahaan asuransi ini untuk semakin dekat dengan pelanggan karena lokasi layanan yang lebih fleksibel dibandingkan dengan datang ke kantor cabang. Selanjutnya, kanal digital yang sebelumnya hanya berfungsi sebagai saluran komunikasi mulai ditransformasi ke fungsi penjualan dan layanan. Dengan kata lain, mulai mengarah ke penerapan strategi pemasaran omni. Akhirnya, pada September 2016, Asuransi Astra menerapkan strategi omnichannel secara menyeluruh. Ditandai dengan menghadirkan gardaoto.com sebagai platform pembelian asuransi mobil Garda Oto. Proses pembelian polis menjadi semakin mudah lewat website gardaoto.com Pengembangan omnichannel oleh Asuransi Astra terus berlanjut. Hal itu dibarengi dengan membangun infrastruktur digital untuk mendukung proses bisnis di internal. Tujuannya agar digital experiences yang diberikan ke konsumen benar-benar terasa. Artinya, ketika produk dan layanan sudah digital, maka dapur yang memprosesnya juga harus digital pula. Selanjutnya, Asuransi Astra juga memaksimalkan aplikasi mobile. Mereka mengembangkan Garda Mobile Otocare menjadi lebih modern dan punya beragam fitur. Semula Garda Mobile Otocare berisi fitur-fitur untuk mendukung gaya hidup berkendara aman dan nyaman. Setelah melalui proses pengembangan, Garda Mobile Otocare bisa memberikan layanan darurat. Melengkapi layanan yang sudah ada, yakni Garda Akses. Lewat aplikasi ini konsumen juga bisa mengajukan klaim. Kini, Garda Mobile Otocare sudah dilengkapi juga dengan chatbot Garxia. “Garda Experience Intelligent Assistant atau Garxia adalah chatbot pertama di Indonesia untuk asuransi kendaraan bermotor. Chatbot ini dapat membantu pelanggan dalam membeli polis Garda Oto maupun mengajukan klaim,” kata L. Iwan Pranoto, SVP Communication & Customer Service Management Asuransi Astra. Inovasi dan pengembangkan Garda Mobile Otocare terus berlanjut. Tujuannya, memperkaya pengalaman pelanggan melalui aplikasi ini. Ditunjukkan dengan menghadirkan Garda Mall. Lewat Garda Mall, konsumen bisa membeli berbagai macam kebutuhan

otomotif, produk keuangan Astra Financial, hingga jual beli mobil bekas. Lewat fitur ini pula, konsumen bisa menyewa mobil secara online, yang dieksekusi secara offline. “Garda Mall menegaskan komitmen kami untuk memberi layanan secara omni atau integrasi online dan offline,” terang Iwan. Untuk mengenalkan layanan baru ini, Asuransi Astra juga menggeber komunikasi secara serantak di kanal online dan offline. Di kanal online, merek ini memanfaatkan media sosial, email blast, push notification, dan inbox di Garda Mobile Otocare. Secara offline, mereka menggelar event peluncuran di setiap kota di mana ada cabang Asuransi Astra. Iwan menambahkan, Garda Mall sendiri memiliki karakter omni. Artinya, meski produk dan layanan ditawarkan secara online, namun penyediaannya ada yang lewat offline. Sebagai contoh, Garda Mall berkolaborasi dengan salah satu merchant cuci mobil. Konsumen bisa mendapatkan harga cuci mobil lebih murah dengan membeli voucer di Garda Mall. Setelah itu, baru datang ke lokasi terdekat merchant cuci mobil tersebut. Iwan menambahkan, Asuransi Astra juga tidak meninggalkan kegiatan brand activation secara offline. Aktivasi-aktivasi offline ini untuk mewujudkan experiential marketing untuk setiap segmen. Sementara itu, promosi kanal online melalui media sosial, digital banner, search engine optimization (SEO), search engine marketing (SEM), dan remarketing juga mereka lakukan. “Peninjauan dan evaluasi juga terus kami lakukan. Tujuannya, agar kedua saluran penyampaian informasi ini dapat bersinergi dan informasi dapat tersampaikan dengan baik dan konsisten ke seluruh segmen yang menjadi target kami,” tegas Iwan. Pengembangan omnimarketing sejak jauh hari membuat Asuransi Astra siap menghadapi berbagai kondisi tidak terduga, seperti pandemi. Ketika konsumen terbatasi ruang geraknya, Asuransi Astra sudah memiliki kanal layanan digital yang membuat konsumen bisa mengakses seperti biasa. Kemampuan untuk terus menjaga keberlangsungan bisnis dan memberikan layanan di masa pandemi ini akan berpengaruh pada masa berikutnya atau biasa disebut era new normal. Mengingat inti dari bisnis asuransi bukan hanya soal harga premi, namun layanan klaim serta berbagai layanan tambahan lainnya. “Selama layanan tetap bisa diakses dengan baik dan maksimal, kami yakin pelanggan tidak mungkin berpaling hati,” katanya. Selanjutnya, agar terus relevan, Asuransi Astra tidak berhenti mengumpulkan opini pelanggan atas layanan yang mereka berikan. Opini dan masukan konsumen ini menjadi salah satu indikator untuk mengukur strategi omni yang selama ini mereka lakukan. “Tidak hanya dari kualitas sinergi antara online dan offline, namun omnimarketing yang kami lakukan harus benar-benar dapat menciptakan peace of mind bagi pelanggan,” pungkas Iwan.

QUOTE "Tidak hanya dari kualitas sinergi antara online dan offline, namun omnimarketing yang kami lakukan harus benar-benar dapat menciptakan peace of mind bagi pelanggan.” L. Iwan Pranoto, SVP Communication & Customer Service Management Asuransi Astra.

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 040 Anteraja

Integrasi Teknologi dan Manusia Sebagai perusahaan yang tergolong digital native, Anteraja tetap percaya jika kesuksesan perusahaan tak bisa didapatkan hanya dengan sentuhan teknologi. Unsur manusia tetap memiliki peran dalam pertumbuhan bisnis. Oleh Annisa Bella

ahir sebagai digital native, tak lantas membuat perusahaan startup di bidang logistik Anteraja abai dengan sentuhan offline. Berkat kemampuan dalam menerapkan strategi omni, Anteraja mampu mengakselerasi pertumbuhan bisnis dalam waktu yang terhitung singkat. Anteraja resmi beroperasi sejak Maret 2019. Semula merek ini hanya melayani area Jabodetabek dengan jumlah pengiriman empat paket per hari. Namun, mereka berhasil membalikkan kondisi. Selama sepuluh bulan pertama, Anteraja berhasil melayani 70.000 pengiriman paket dalam sehari. Jumlah ini terus meningkat menjadi 150.000 hingga 250.000 paket per hari. Jika diakumulasi, Anteraja telah melayani 25 juta pengiriman paket di 30 provinsi di Indonesia sejak awal berdiri hingga Juni tahun ini. Lantas, apa yang menjadi strategi kunci bagi Anteraja? CEO Anteraja Suyanto mengatakan, mereka menerapkan strategi omni dalam setiap aspek bisnis. Mulai dari sisi pemasaran, hingga layanan yang diberikan. Strategi ini juga diterapkan pada sisi organisasi perusahaan, hingga setiap individu di dalam perusahaan. “Sebagai digital native, kami percaya jika teknologi dapat membantu menciptakan value yang berbeda. Kami memanfaatkan teknologi untuk mengubah customer experience. Menyeimbangkan sentuhan online dengan offline dapat membantu kami menjangkau lebih banyak konsumen,” ungkap Suyanto. Anteraja menghadirkan model bisnis hybrid yang menggabungkan dua model bisnis logistik yang secara umum telah ada di pasar. Merek ini

| September 2020

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 041 mengombinasikan aspek teknologi dan manusia dalam bisnis mereka. Layanan pengiriman paket yang ditawarkan Anteraja memungkinkan konsumen, Satria (sebutan untuk kurir Anteraja), dan berbagai pihak yang terlibat dalam pengiriman paket untuk memantau status dan melacak keberadaan paket secara realtime, bukan sekadar online. Mekanisme ini bekerja ketika konsumen melakukan pengiriman melalui aplikasi Anteraja. Setiap Satria Anteraja dibekali dengan handheld, printer, dan timbangan digital ketika akan mengambil paket di lokasi konsumen. Tanpa perlu repot menuliskan alamat pengiriman, secara otomatis alamat yang didaftarkan melalui aplikasi langsung tercetak. Ketika paket tersebut dipindai, informasi terkait paket tersebut langsung tampil secara real-time. Meski mengedepankan penggunaan teknologi, eksistensi layanan offline tak diabaikan oleh Anteraja. Mereka menyediakan booth pada berbagai event yang sedang berjalan dengan membuka drop-off point. Layanan ini memungkinkan konsumen mengirimkan paket saat event berlangsung. Selain itu, Anteraja juga memiliki program MitraAja dengan sistem keagenan yang memberikan pelayanan drop-off point bagi para konsumen. Program ini sekaligus membuka

peluang bagi masyarakat untuk menambah pundipundi pendapatan. Aspek manusia menjadi hal yang tak kalah penting diperhatikan oleh Anteraja. Mereka percaya, untuk menjadi sebuah perusahaan yang omni, maka hal ini harus didukung oleh aspek organisasi dan setiap individu di dalam perusahaan itu sendiri. Untuk itu, Anteraja telah mengedukasi para Satria agar dapat melakukan pelayanan sebaik mungkin kepada para konsumen. Sebutan Satria merupakan sebuah singkatan dari Sigap, Aman, Terpercaya, Ramah, Integritas, dan Amanah. Hakikat dari nilainilai inilah yang ingin ditanamkan Anteraja kepada kurir mereka, Satria. “Diferensiasi kami selain teknologi adalah para Satria dan karyawan kami yang membawa nilai-nilai baik ini untuk melayani para konsumen,” ungkap Suyanto.

Maksimalkan Kanal Pemasaran

Bagi Anteraja, memanfaatkan omnichannel untuk mempromosikan produk-produk baru dapat memungkinkan perusahaan meraup lebih banyak keuntungan. Meskipun berstatus sebagai digital native, Anteraja tetap menjalankan berbagai aktivitas pemasaran offline. Titik-titik krusial, seperti perbatasan antara satu daerah dengan daerah lain dikepung Anteraja melalui iklan-iklan billboard. Car branding di kota-kota besar hingga portable handwasher branding disasar untuk meningkatkan brand awareness. Tak ketinggalan, aktivitas public relations di media-media offline turut digencarkan. Bahkan, sebelum pandemi COVID-19 datang, Anteraja agresif menjalankan berbagai on the ground event. Semua dilakukan untuk memaksimalkan setiap kanal pemasaran guna mendapatkan keuntungan. Situasi pandemi COVID-19 tak menjadi penghalang bagi Anteraja untuk meneruskan strategi pemasaran offline yang telah berjalan. Offline event mereka, seperti lomba bersepeda misalnya, justru dikemas ke dalam bentuk omni. Karena tidak bisa menggelar acara secara offline, Anteraja menghadirkan ide kreatif Anteraja Virtual Ride Indonesia. Para peserta hanya perlu mencapai jarak tempuh sesuai kategori yang tersedia selama masa periode lomba berlangsung. Anteraja juga mengirimkan racepack yang diantar langsung kepada para peserta oleh para Satria Anteraja. Sudah tentu, strategi pemasaran digital juga selalu diperkuat Anteraja. Merek ini melakukan komunikasi pemasaran digital melalui media sosial, e-magazine, e-mail blast, website, banner ads, Google Ads, Facebook Ads, aplikasi Anteraja, hingga berbagai platform e-Commerce. Para Key Opinion Leader (KOL) makro dan mikro digandeng. Bahkan, aktivitas co-branding bersama pelaku bisnis lain tak pernah absen dilakukan Anteraja. “Kami percaya dengan memaksimalkan omnichannel, kami bisa menjangkau target market yang lebih luas yang mungkin tidak dapat kami temukan jika kami hanya bermain di salah satu kanal. Dunia offline dan online pada akhirnya perlu dikombinasikan,” tutup Suyanto.

QUOTE “Sebagai digital native, kami percaya jika teknologi dapat membantu menciptakan value yang berbeda. Kami memanfaatkan teknologi untuk mengubah customer experience. Namun, menyeimbangkan sentuhan online dengan offline dapat membantu kami menjangkau lebih banyak konsumen.” Suyanto, CEO Anteraja

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 042 Bank BRI

Servis untuk Semua Bank BRI memiliki nasabah dari berbagai segmen. Selain itu, sebaran nasabah bank ini terbentang dari Sabang hingga Merauke. Untuk itu, Bank BRI menerapkan omnichannel sebagai upaya memberi servis kepada semua pelanggan dengan berkualitas. Oleh Clara Ermaningtiastuti

ndustri perbankan termasuk industri yang adaptif dengan teknologi. Para pemain di industri ini terus melakukan upgrade infrastruktur teknologi mereka. Tujuannya, memastikan layanan mereka dapat memenuhi kebutuhan nasabah yang kian kompleks. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Bank BRI) menjadi salah satu bank yang memanfaatkan teknologi untuk berkompetisi di industri perbankan dan memberikan layanan terbaik. Adopsi teknologi menjadi mutlak bagi Bank BRI karena memiliki segmen nasabah yang luas. Jika dilihat dari nasabah perorangan saja, Bank BRI melayani nasabah high net-worth hingga para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM). “Bank BRI merupakan bank yang unik. Selain segmen nasabah yang luas, dilihat dari segi geografis, kami melayani nasabah dari ujung ke

| September 2020

ujung Indonesia. Kombinasi berbagai faktor tersebut membuat kami kemudian terbiasa untuk melayani nasabah dengan berbagai macam cara, pendekatan, dan metode berbeda,” ujar Direktur Jaringan dan Layanan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Ahmad Solichin Lutfiyanto. Bank BRI berusaha memberikan layanan perbankan melalui berbagai macam saluran untuk memperkaya pengalaman nasabah. Agar semua layanan terintegrasi, pendekatan omnichannel diyakini paling tepat. Bank BRI saat ini sudah menerapkan pelayanan online dan offline. Bagi nasabah yang lebih nyaman mendapatkan layanan secara langsung atau face to face, pelayanan ini bisa didapatkan di kantor-kantor cabang Bank BRI yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk nasabah yang sudah technology savy, saluran digital seperti BRImo, BRISPOT,

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 043

MOBILE

hingga BRI Digital Saving bisa mereka manfaatkan. Semua layanan offline dan online dari Bank BRI ini terintegrasi satu sama lain untuk menciptakan layanan terbaik bagi nasabah. Sehingga, nasabah tidak perlu lagi khawatir mengenai layanan perbankan mereka meski tidak datang ke bank secara langsung. “Pendekatan offline kami targetkan untuk transaksi yang kompleks dan membutuhkan advice lebih lanjut dari petugas. Sedangkan pada pendekatan online, kami menyasar nasabah yang ingin melakukan transaksi-transaksi perbankan yang sederhana dan cepat,” tutur Ahmad. Sebelum menerapkan strategi omnichannel, Bank BRI sudah mengamati terjadinya perubahan kebiasan konsumen. Sekitar tujuh tahun lalu, Bank BRI melihat pergeseran transaksi dari saluran offline yang biasanya terjadi di kantor-kantor cabang menuju ke

saluran elektronik, yaitu ATM. “Pola migrasi serupa kemudian kami lihat terjadi kembali sekitar dua tahun lalu. Kami melihat mayoritas transaksi tidak lagi terjadi di ATM. Namun, lebih banyak terjadi di berbagai saluran elektronik modern, seperti internet banking, SMS banking, dan mobile banking,” tutur Ahmad. Pola-pola migrasi transaksi dari nasabah terus berulang dan tempo pengulangannya semakin singkat. Hal tersebut tampaknya dipengaruhi dengan situasi yang berkembang. Contohnya, pada kondisi di tengah pandemi yang dihadapi di seluruh dunia, perubahan di tengah masyarakat pun disadari oleh Bank BRI. Selama beberapa tahun terakhir, Bank BRI sudah mengembangkan strategi omnichannel. Namun, akibat pandemi ada beberapa pengembangan yang dipercepat. Salah satu layanan Bank BRI yang kemudian diakselerasi adalah aplikasi BRISPOT. Aplikasi ini merupakan salah satu komponen utama value delivery dari Bank BRI dalam bidang pinjaman. BRISPOT dirancang untuk digunakan oleh calon nasabah, nasabah, maupun karyawan BRI. Bank BRI mengembangkan aplikasi ini menjadi sebuah platform dengan pengalaman yang lengkap. Sehingga, nasabah bisa mendapatkan layanan yang utuh dari berbagai sisi, baik online maupun offline. Salah satu manfaat yang diterima nasabah adalah percepatan proses loan origination dari sekitar 14 hari menjadi dua hari saja. Hal tersebut bisa terwujud dengan perbaikan proses internal yang dipermudah lewat BRISPOT. Upaya lain yang dilakukan Bank BRI adalah complaint handling melalui dua sistem terpisah, yaitu ContactBRI dan Chatbot Sabrina. Meski terpisah, keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu penanganan keluhan dari nasabah. Jika dilihat back end-nya, kedua sistem ini didukung berbagai platform yang sama, sehingga memungkinkan agen call center dan chatbot memilliki pemahaman yang sama tentang nasabah yang dilayani. Mengembangkan berbagai inovasi untuk melayani banyak orang tentu tidak mudah. Banyak pula tantangan yang harus dihadapi. Bicara mengenai penerapan omnichannel sendiri, Bank BRI memahami ada tiga hal yang perlu ditangani dengan hati-hati. Pertama, aspek manusia. Di sini, sentuhan manusia tetap menjadi hal yang tak tergantikan. Kedua, aspek teknologi. Inovasi terkait dengan teknologi harus selaras dengan kebutuhan nasabah. Sebab, semua inovasi merupakan upaya perusahaan memberikan pelayanan terbaik untuk nasabah. Ketiga, aspek proses. Perlu ada pengawasan yang baik di setiap inovasi yang dikembangkan. “Kami mengupayakan integrated customer experience agar nasabah nyaman menggunakan digital touchpoints. Namun, kami tetap menyisipkan elemen yang dapat membangun dan menjaga kehangatan hubungan nasabah dengan Bank BRI. Elemen tersebut muncul dalam bentuk sederhana, mulai dari greetings di aplikasi hingga penawaran produk customized yang menyesuaikan profil nasabah,” tutup Ahmad.

QUOTE “Pendekatan offline kami targetkan untuk transaksi yang kompleks dan membutuhkan advice lebih lanjut dari petugas. Sedangkan pada pendekatan online, kami menyasar nasabah yang ingin melakukan transaksi-transaksi perbankan yang sederhana dan cepat.” Ahmad Solichin Lutfiyanto Direktur Jaringan dan Layanan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 044 Bank Bukopin

Efisiensi Layanan Pelaku perbankan terus dituntut menghadirkan berbagai inovasi di era digital. Setelah berhasil menghadirkan berbagai macam produk digital, Bank Bukopin memperkuat layanan digitalnya melalui Viola. Oleh Estu Dian Maranti

ara pemain di industri perbankan giat berinovasi dalam mengaplikasikan teknologi. Terlebih pandemi COVID-19 yang memicu perusahaan mempercepat transformasi digital demi memaksimalkan pelayanan perbankan. Selain untuk pelayanan, penerapan digital secara menyeluruh akan membuat bisnis proses lebih efisien. Penggunaan teknologi di industri perbankan terus mengalami evolusi. Beberapa tahun lalu, ATM menjadi pilihan utama nasabah dalam bertransaksi. Seiring perkembangan teknologi internet, bank mulai mengembangkan mobile banking dan internet banking. Nasabah lalu berbondong-bondong menggunakan layanan ini. Belakangan, muncul teknologi chatbot yang juga diadopsi oleh para pemain ini. PT Bank Bukopin Tbk sebagai salah satu pemain di sektor perbankan melihat pergeseran ini sebagai momentum memaksimalkan layanan omni mereka. Bank ini telah memiliki produk layanan keuangan digital dengan meluncurkan aplikasi Wokee. Inovasi terkini, Bank Bukopin mengenalkan chatbot bernama Viola, Virtual Interactive Online Assistant. Melalui Viola, Bank Bukopin semakin mempermudah nasabah dalam mengakses informasi tentang pembukaan rekening baru, setor tunai, tarik tunai, aktivasi kartu kredit, dan blokir kartu. Viola juga melayani layanan informasi pribadi nasabah, seperti informasi saldo, rekening koran, dan informasi seputar kartu kredit Bank Bukopin. Viola juga dapat menyajikan informasi seputar produk perbankan yang dimiliki Bank Bukopin, seperti jenis tabungan, giro, deposito, dan lainnya. “Peluncuran Viola menjadi salah satu strategi perusahaan untuk memperkuat layanan omni Bank Bukopin. Layanan ini juga menjadi cara kami dalam menyederhanakan bisnis proses perusahaan,” kata Adhi Brahmantya, Direktur Konsumer PT Bank Bukopin Tbk.

| September 2020

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 045 Dengan layanan Viola, Bank Bukopin mempermudah masyarakat dalam melakukan transaksi perbankan dengan aman. Selain aman, layanan ini dapat mempersingkat beragam proses yang biasanya terjadi di kantor cabang. “Jika melakukan transaksi menggunakan Viola, nasabah akan mendapatkan kode transaksi dan dapat langsung bertransaksi dengan teller tanpa harus mengisi form atau slip transaksi,” ujar Adhi. Di masa pandemi COVID-19, layanan Viola dimanfaatkan Bank Bukopin untuk melaksanakan protokol social distancing. Bank Bukopin melakukan pembatasan nasabah 150 orang per hari di kantor cabangnya. Fitur yang berada di layanan Viola kemudian membantu nasabah mendapatkan nomor antrean secara online. Nasabah yang ingin melakukan kegiatan perbankan di kantor cabang dan ingin mendapatkan nomor antrean secara online dapat langsung ke situs resmi Bank Bukopin kemudian memilih menu Viola. Selanjutnya, nasabah dapat mengetik atau memberikan perintah suara “Hai Viola”, lalu memilih fitur pengambilan nomor antrean online. “Sistem ini bertujuan untuk memudahkan nasabah melakukan estimasi waktu kedatangan ke kantor Bank Bukopin. Misalnya, nasabah mendapatkan nomor antrean 80, tetapi saat ini masih teller atau customer service baru melayani antrean 60. Nasabah dapat mengira-ngira kapan ia harus datang tanpa harus menunggu lama di kantor cabang,” jelas Adhi. Berbagai fitur yang ditawarkan oleh Viola dapat mengefisienkan kerja teller dan customer service. Cara kerja layanan Viola sama dengan platform one stop service. “Sekarang, nasabah dapat melakukan berbagai macam transaksi pembukaan buku rekening, pembuatan kartu kredit semuanya melalui teller. Dengan kehadiran Viola, layanan teller dapat digabungkan dengan customer service,” kata Adhi. Bank Bukopin mengaku dengan diterapkannya layanan Viola dapat memangkas anggaran biaya call center. Menurut Adhi, biaya yang dikeluarkan call center setiap bulannya dapat mencapai Rp 600 juta. Angka tersebut otomatis terpangkas dengan kehadiran Viola, menjadi Rp 550 juta per bulan. Masalah investasi, Adhi mengatakan biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan layanan Viola tidak terlalu besar. Dia menghitung, rata-rata setiap bulannya hanya butuh Rp 20 juta. Tentu saja, layanan Viola bersifat continous improvement. Sehingga, akan terus dilakukan inovasi dan menuntut kreativitas untuk dapat lebih mengefisiensikan layanan call center milik perusahaan. Saat ini, layanan Viola dapat digunakan di seluruh kantor cabang di Indonesia. Untuk memaksimalkan strategi omni pada pelayanan, rencananya layanan Viola akan diintegrasikan dengan aplikasi Wokee sehingga user experience akan lebih seamless. “Kami akan terus melakukan inovasi teknologi dan memperkuat layanan omni kami. Apalagi saat ini KB Kookmin Bank telah menjadi bagian dari Bank Bukopin. Ke depannya, kami akan mengadopsi teknologi KB Kookmin Bank untuk mendukung bisnis proses kami,” tutup Adhi.

QUOTE “Peluncuran layanan digital Viola menjadi salah satu strategi perusahaan untuk memperkuat layanan omni Bank Bukopin. Layanan ini juga menjadi cara kami dalam menyederhanakan bisnis proses perusahaan.” Adhi Brahmantya, Direktur Konsumer PT Bank Bukopin Tbk.

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 046 Campina

Rejuvenasi Kanal Es Krim Campina merupakan salah satu merek lama yang terus menjaga eksistensi di pasar. Seiring perubahan pasar, merek ini menggunakan teknologi agar terus bertahan, berkembang, dan relevan dengan pasar. Oleh Ellyta Rahma

ampina menggunakan teknologi untuk memperkuat posisi mereknya di pasar es krim nasional. Perusahaan yang berawal dari usaha es krim rumahan 50 tahun lalu ini sadar bahwa jika tidak bertransformasi, tidak akan terjadi regenerasi pasar yang bisa berujung pada rendahnya relevansi merek dengan kebutuhan masyarakat. Pemanfaatan teknologi digital menjadi cara Campina untuk memenangkan pasar. Sejak tahun 2017, Campina secara masif menyerang pasar melalui dua kanal, yaitu online dan offline. Campina mulai memasarkan produk es krimnya secara online dengan membuat e-commerce, icecreamstore.co.id. Sementara itu, sisi penjualan

| September 2020

offline diperkuat dengan distribusi ritel hingga warung-warung yang lebih luas ke seluruh Indonesia. Mustofa Saadji, Marketing Category Manager PT Campina Ice Cream Industry mengatakan bahwa pemanfaatan ini dilakukan untuk menjaga relevansi Campina terhadap pasar. Menurutnya, lanskap industri saat ini sangat menantang untuk merekmerek yang memiliki umur panjang seperti Campina. “Umur yang dimiliki Campina merupakan keuntungan sekaligus tantangan. Keuntungannya, umur yang panjang berarti kami terpercaya dan berpengalaman dalam industri es krim di Indonesia. Tapi, di sisi lain memiliki umur panjang harus ada regenerasi konsumen. Salah satunya dengan merambah ke pasar online,” ungkapnya. Digitalisasi yang dilakukan Campina merupakan

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 047

hasil dari observasi pasar. Menurut Tofa, beberapa tahun terakhir penggunaan kanal online untuk berbelanja sudah jamak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Untuk itu, Campina menyadari harus muncul di kanal-kanal pembelanjaan online. Bahkan, membuat kanal pesan-antar mandiri agar tetap eksis. Bersamaan dengan strategi ini, Campina juga mulai melakukan strategi-strategi marketing yang dijalankan secara online. Campina membagi konsumennya ke dalam tiga segmen, yaitu anak-anak, remaja, dan keluarga. Setiap segmen memiliki produk dan strateginya sendiri. Campina secara tegas membedakan cara merebut hati ketiga segmen tersebut. Berbagi strategi di ranah online dilakukan, seperti membuat laman web, aktif di Instagram, sampai

penayangan web series di kanal YouTube. Semua itu dilakukan untuk menjaga relevansi sekaligus memperkuat eksistensi di pasar. Campina bahkan ikut meramaikan tren penggunaan influencer sebagai cara untuk mengomunikasikan produk-produknya. Tofa mengklaim ragam strateginya melalui media sosial ini berhasil memperkuat citra Campina terhadap konsumen Gen Y dan Gen Z yang ditargetkan Campina. Sementara itu, Campina menggunakan cara unik untuk meraih perhatian pasar keluarga dan anakanak. Pada periode pandemi, ritel dan warung distribusi Campina harus terpaksa tutup. Tapi, merek es krim yang berjaya lewat produk legendaris HulaHula ini berhasil menjaga penjualan lewat kanal baru, yaitu mengoptimalkan ibu rumah tangga untuk berjualan es krim. “Pada masa pandemi, ada 70.000 warung penjual Campina di seluruh Indonesia tutup dan menyebabkan penurunan penjualan, terutama di kalangan keluarga dan anak-anak. Kami lalu melakukan observasi dan menemukan bahwa kini banyak ibu-ibu yang berjualan dan berbelanja lewat aplikasi WhatsApp. Kami mengajak mereka menjadi distributor es krim Campina,” jelas Tofa. Dilakukan sejak awal Juli lalu, strategi yang diberi nama Mama Campina ini berhasil merangkul seribu ibu rumah tangga untuk menjual es krim Campina melalui WhatsApp. Para ibu ini dibekali dengan katalog dan materi pemasaran untuk disebarkan. Para ibu ini juga melakukan pemesanan es krim secara online yang nantinya akan dikirimkan ke rumah. Setelahnya, mereka bisa mengantarkan es krim pesanan langsung ke pembelinya. Tofa menilai strategi ini sangat efektif. Kebanyakan ibu rumah tangga memiliki jaringan komunikasi dan komunitas yang baik sehingga memungkinkan sebaran pemasaran es krim yang lebih luas. “Hasilnya, konsumsi es krim oleh pembeli dan agen ini berhasil meningkatkan penjualan,” katanya. Strategi pemasaran omnichannel yang telah dikembangkan Campina selama tiga tahun terakhir ini sudah memperlihatkan hasil. Tofa mengklaim merek es krimnya kini semakin digandrungi oleh anak muda dari Gen Y dan Gen Z. Tidak hanya dari angka penjualan, sejumlah merek yang difokuskan untuk target pasar Gen Y dan Gen Z, seperti Summer Bars berhasil sold out. Kemudian, jumlah engagement dan subscriber media sosial Campina juga terus meningkat. Per Juli 2020, subscriber laman YouTube Campina berhasil naik 550%. Tofa mengatakan, Campina akan terus mengembangkan potensi digital. Terutama, dari aspek marketing dan sales. Bersamaan dengan itu, Campina berencana memperluas distribusi offline ke seluruh Indonesia. Salah satunya melalui program Mama Campina. “Ke depannya, digitalisasi sangat diperlukan karena konsumen selalu memiliki ekspektasi terhadap sebuah merek. Namun, digital tidak akan berjalan baik tanpa ada follow-up dari kanal offline. Kanal digital hadir untuk menjaga relevansi Campina dan kanal offline membuktikan eksistensi Campina semakin kuat,” tutup Tofa.

QUOTE “Umur yang dimiliki Campina merupakan keuntungan sekaligus tantangan. Keuntungannya, umur yang panjang berarti kami terpercaya dan berpengalaman dalam industri es krim di Indonesia. Tapi, di sisi lain memiliki umur panjang harus ada regenerasi konsumen. Salah satunya dengan merambah ke pasar online.” Mustofa Saadji, Marketing Category Manager PT Campina Ice Cream Industry

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 048 Diplomat Success Challenge

Konsisten Cetak Wirausahawan Tahun ini, meskipun diselenggarakan di tengah pandemi, Diplomat Success Challenge (DSC) tidak kehilangan kualitasnya. Melalui penggabungan konsep on-ground dan virtual roadshow, DSC siap mengasah ide bisnis terbaru dan berkualitas. Oleh Ramadhan Triwijanarko

ahun 2020 menandakan babak baru Diplomat Success Challenge (DSC) yang diselenggarakan oleh Wismilak Foundation. Selama satu dekade, DSC berhasil konsisten membangun ekosistem kompetisi wirausaha di Indonesia. Memasuki tahun ke-11, DSC menyiapkan konsep baru yang tetap relevan dengan kondisi dan situasi saat ini. Sejak tahun pertama digelar pada tahun 2010 hingga tahun 2017, penyelenggaraan DSC sempat ditayangkan di beberapa saluran TV swasta. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi digital, sejak tahun 2018, DSC mulai ditayangkan secara eksklusif melalui kanal YouTube. Tentunya, keputusan

| September 2020

tersebut menjadi kian relevan dengan situasi yang ada saat ini. Pada tahun 2020, DSC berkolaborasi dengan beberapa mitra untuk meningkatkan kompetensi para peserta. Beberapa organisasi seperti Asosiasi Coworking Indonesia (CID) dan MarkPlus Institute dirangkul untuk memberikan insight menarik bagi para peserta dengan menggabungkan konsep onground roadshow dan virtual roadshow. Roadshow bersifat virtual didominasi kegiatan, seperti webinar, YouTube Live, Instagram Live, dan podcast dengan menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang bisnis. Harapannya, mereka dapat menarik para peserta mengirimkan ide bisnisnya. Kegiatan roadshow dilakukan dengan menggandeng 40 kampus, 20 inkubator, yang

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 049

berlokasi di 20 kota. Menurut Edric Chandra, Program Initiator Diplomat Success Challenge, pandemi telah memberikan efek disrupsi yang signifikan dalam dunia bisnis. Baginya, pandemi telah memunculkan sejumlah tren, transformasi, dan kenormalan baru dalam menjalankan bisnis, serta melecut dunia usaha untuk inovatif dan adaptif agar dapat selamat dari krisis. “Kami berharap DSC dapat menumbuhkan generasi muda yang percaya diri dan tangguh untuk membuat gebrakan bisnis. Kami siap mendukung lahirnya ide dan terobosan bisnis baru yang relevan dengan kebutuhan masyarakat,” kata Edric. Sejak awal, DSC tidak hanya menawarkan peluang dan kesempatan bagi mereka yang berani

berwirausaha dengan pemberian hibah modal usaha. Untuk membentuk entrepreneur ecosystem yang sehat dan berkembang, diperlukan proses pendampingan, seperti mentorship serta coaching. Setiap tahun, jumlah proposal yang masuk ke DSC terus meningkat. Pada tahun pertama, ada 600 proposal masuk dan jumlah ini meningkat menjadi 12.000 pada tahun lalu. “Mimpi menjadi wirausaha di kalangan anak muda menjadi kian nyata. Dan, 78% dari total proposal yang masuk berasal dari kalangan milenial,” tambah Edric. Tahun ini, musim kompetisi DSC dimulai pada pertengahan Agustus dan pendaftaran peserta ditutup pada 19 Oktober 2020 mendatang. Setelah melewati proses seleksi yang ketat, akan terpilih 20 finalis yang mengikuti tahap inkubasi dan market challenge di beberapa kota di Indonesia. Pada tahap inilah, kompetisi akan disiarkan ke publik dengan konsep reality show. “Kami melihat analisis angka, mulai dari detail permasalahan yang jelas dan berbasis data. Kemudian apakah solusi yang ditawarkan sejalan dengan permasalahan yang ada. Apakah market size-nya juga ada. Kami lihat aspek finansial dan juga strategi marketingnya, tetapi yang terpenting adalah enviromental analysis menjadi dasar bagi kami untuk menilai apakah proposal ini pantas untuk kami invest atau tidak,” lanjut Edric. Selain itu, dari tahun ke tahun, peserta DSC diberikan akses pada jejaring alumni dan bisnis yang kuat lewat Diplomat Entrepreneur Network (DEN). Ikatan alumni ini bukan sekadar menjadi relasi, tapi jaringan usaha nyata yang membantu peserta mengembangkan bisnisnya. Para pemenang yang terpilih memperoleh modal usaha setiap tahunnya senilai Rp 2 miliar. DSC menyediakan pendampingan selama dua tahun. Hal ini bertujuan agar hibah modal usaha yang diberikan benar-benar terpakai secara optimal untuk pengembangan ide bisnis pemenang. Penerima hibah dana usaha wajib melaporkan progres bisnis mereka secara rutin kepada komite DSC agar dapat dipantau dan didukung sepenuhnya. Meskipun sebagian proses diselenggarakan secara online pada tahun ini, DSC tidak mengurangi kualitas, baik dari sisi penyelenggaraan dan kompetensi dari para peserta. Dewan juri dan para mentor melibatkan nama-nama yang memiliki rekam jejak terbaik di bidangnya, seperti Antarina SF Amir, Helmy Yahya, dan Faye Alund, Presiden Asosiasi Coworking Indonesia, sebagai mitra penyelenggara DSC. Sejak tahun 2019, DSC menambah porsi mentorship dengan menghadirkan mentor berskala nasional yang merupakan publik figur dari berbagai industri kreatif. Para mentor ini terlibat langsung sejak masa inkubasi hingga tahap final. “Komitmen kami adalah membuat para entrepreneur di Indonesia semakin solid dan berkolaborasi. Ini sangat penting khususnya di era pandemi. Selama tiga bulan yang lalu, aktivitas kita sempat terhenti. Kami meyakini ini menjadi momentum untuk menelurkan ide-ide baru,” tutup Edric.

QUOTE “Kami berharap DSC dapat menumbuhkan generasi muda yang percaya diri dan tangguh untuk membuat gebrakan bisnis. Kami siap mendukung lahirnya ide dan terobosan bisnis baru yang relevan dan dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.” Edric Chandra, Program Initiator Diplomat Success Challenge

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 050 Djakarta Llyod

Kreatif dan Terintegrasi Djakarta Llyod sedang berupaya mengembalikan masa kejayaannya. Perusahaan pelayaran angkutan barang milik negara ini mengambil langkah penting, yakni digitalisasi. Bagaimana penerapannya? Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz

T Djakarta Lloyd (Persero) yang bergerak di bidang pelayaran angkutan barang tengah melakukan transformasi digital. Proses bisnis yang selama ini kental dengan aktivitas offline di pelabuhan, kini diberi sentuhan teknologi digital. “Digitalisasi bisnis kami terapkan di berbagai macam aspek, mulai dari pengelolaan keuangan, pemasaran, pengelolaan sumber daya, dan operasional bisnis. Kami ingin mengintegrasikan semua ini,” ujar Suyoto, Direktur Utama PT Djakarta

| September 2020

Lloyd (Persero). Salah satu aspek yang menggunakan teknologi digital adalah sistem keuangan yang terintegrasi antardivisi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan serta keterbukaan informasi keuangan perusahaan. Perusahaan juga membenahi sistem sumber daya manusia (SDM) yang terintegrasi. Termasuk implementasi sistem operasional kapal berupa Seafarers with Designated Security Duties (SDSD) untuk memonitor keadaan armada kapal yang dijalankan oleh divisi operasional dari kantor pusat.

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 051

Suyoto menambahkan, digitalisasi yang terintegrasi membuat analisis data menjadi lebih mudah dan cepat. Selain itu, pendokumentasian data menjadi lebih baik. “Proses analisis data dan kejadian yang cepat dari mana dan kapan saja membantu perusahaan mengambil keputusan dengan cepat. Muaranya adalah untuk kepuasan konsumen,” tambahnya. Djakarta Lloyd juga telah mengembangkan sistem e-procurement yang dapat membantu divisi pengadaan memenuhi kebutuhan barang dan jasa untuk menunjang operasional, seperti penyediaan

suku cadang, bahan bakar, hingga servis kapal lain. Sistem ini pun mendukung perusahaan untuk mengedepankan konsep keterbukaan, transparansi, dan keakuratan data. Data e-procurement juga terus ditambah. Hanya para vendor yang telah melalui proses verifikasi yang bisa menjadi rekan perusahaan. Jadi, ketika ada tender atau lelang Djakarta Lloyd akan mengambil dari daftar eProcurement terlebih dulu. Djakarta Lloyd juga sedang menyiapkan platform marketplace. Sistem ini akan mempertemukan para pemilik kargo dan pemilik kapal. Sistem ini juga dikembangkan untuk mengoptimalkan pemasaran kapal milik perusahaan. “Namanya Go-Ship. Nama ini mudah diingat dan terasa familier,” kata Suyoto. Perusahaan milik negara ini juga membuat aplikasi Enterprise Resource Planning (ERP) untuk mengintegrasikan seluruh proses bisnis. Pada tahap awal, akan dilakukan pengembangan Modul Finance & Human Capital Management (HCM). Sebuah sistem untuk kemudahan pengelolaan data-data keuangan, data produksi, pengadaan, sumber daya manusia, pengelolaan proyek, maupun aspek bisnis lainnya yang dimiliki perusahaan. Sistem ini akan memudahkan manajemen mengambil keputusan dari sisi keuangan, produksi, pengadaan, pengembangan sumber daya manusia, maupun aspek lainnya. “Data tersebut akan diintegrasikan, sehingga menghasilkan informasi yang memadai bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan penting,” ungkapnya. Semua inovasi ini terus diukur keberhasilannya. Misalnya, customer advocacy yang menjadi tolok ukur keberhasilan proyek digitalisasi ini. Melalui advokasi konsumen, perusahaan mendapatkan gambaran mengenai peningkatan atau penurunan layanan kepada pelanggan itu sendiri. Perusahaan juga mengukur tingkat kapitalisasi data dan operasi bisnis. Kapitalisasi data memberikan gambaran serta analisis untuk memetakan kebutuhan pasar dan menentukan kebijakan perusahaan. “Harapannya, inovasi ini memberikan manfaat positif terhadap perusahaan dan memudahkan konsumen dalam menjalankan kerja sama bisnis dengan kami,” lanjut Suyoto. Penerapan omni juga dilakukan oleh perusahaan ketika menggelar program CSR. Dalam hal ini, perusahaan mengampanyekan CSR mereka agar mampu menjangkau lebih banyak orang dan membangun awareness. Soal CSR, perusahaan telah melakukan beberapa program, khususnya untuk menjawab persoalan pandemi COVID-19. Mulai dari melakukan SWAB Test secara rutin untuk para karyawan hingga menyumbang berbagai alat kesehatan dan perlengkapan medis ke 16 Puskesmas di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Suyoto optimistis mampu membawa Djakarta Lloyd meraih kembali kejayaannya. Hal tersebut tentu dengan dukungan semua pihak melalui sinergi antarBUMN.

QUOTE “Segala perubahan terhadap proses bisnis yang kami lakukan ini, muaranya adalah untuk kepuasan konsumen.” Suyoto, Direktur Utama PT Djakarta Lloyd (Persero)

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 052 Dana Pensiun Lembaga Keuangan BNI

Bangun Literasi Dana Pensiun Kesadaran untuk mempersiapkan dana pensiun semakin meningkat di kalangan generasi muda. DPLK BNI terus meningkatkan literasi keuangan ke berbagai segmen secara digital. Oleh Ramadhan Triwijanarko

123

enurut Badan Pusat Statistik (BPS), populasi masyarakat produktif Indonesia berusia 15 hingga 64 tahundiproyeksikan mencapai 179,1 juta orang pada tahun 2020. Generasi milenial diperkirakan akan berjumlah sekitar 63,5 juta orang. Generasi ini merupakan generasi yang cukup melek pada masa depan. Kesadaran mereka pada persiapan dana hari tua terlihat mulai meningkat. Saat sedang dalam masa produktif, mereka perlu mempersiapkan dana jaminan hari tua. Meski begitu, sebuah survei menyebutkan, sebagian besar orang Indonesia belum siap dalam menghadapi masa pensiun. Baru sedikit yang telah menabung untuk pensiun. Bahkan, masih ada sebagian kalangan yang mengharapkan dapat suntikan

| September 2020

finansial dari anak ketika masuk usia pensiun. Padahal, persiapan menuju masa pensiun merupakan tujuan utama dalam perencanaan keuangan. Hal ini berlaku untuk seluruh karyawan, baik karyawan swasta maupun pegawai negeri. Hal ini yang disadari oleh Bank BNI melalui salah satu divisi mereka, Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), BNI Simponi. DPLK sudah ada sejak tahun sejak tahun 1994 berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Dalam beberapa tahun terakhir, DPLK BNI berhasil menjadi pemain besar lembaga pengelola dana pensiun. “Kami sudah hadir sejak 26 tahun lalu dan mampu melewati dua kali krisis dengan capaian yang positif. Itu yang membuat kami berhasil seperti sekarang ini,” tutur I Wayan Sridana, Manager Product DPLK BNI. Produk dana pensiun dari BNI menyasar dua

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 053

23 1 9 8 7 7 6 3 6 5 4 3

segmen, yakni individu dan kolektif. Untuk peserta individu, DPLK BNI menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) dengan produknya bernama BNI Simponi (Simpanan Pensiun BNI). BNI Simponi merupakan program yang menjanjikan manfaat pensiun peserta berdasarkan besaran iuran dan hasil pengembangan yang diperoleh di DPLK. Untuk peserta kelompok, DPLK BNI juga menyelenggarakan PPIP. PPIP merupakan program yang menjanjikan manfaat pensiun peserta berdasarkan besaran iuran yang ditentukan di awal dan peserta mendapatkan manfaat pada iuran dan hasil pengembangan yang diperoleh di DPLK serta dibukukan terhadap rekening atas nama masingmasing karyawan. Sumber iuran peserta dapat berasal dari perusahaan pemberi kerja atau hasil sharing antara setoran karyawan dan perusahaan.

Peserta kelompok memiliki hak sama dengan individu, kecuali untuk hal-hal tertentu. Seperti pensiun normal, pensiun dipercepat, pensiun cacat, dan pensiun meninggal. Dana setoran awal bisa mulai dari Rp 250 ribu dan dana setoran tiap bulannya mulai dari Rp 50 ribu. Menurut Wayan di situasi pandemi seperti sekarang ini, kesadaran pada persiapan dana pensiun semakin tinggi. Pandemi menyebabkan kesadaran kepada banyak orang bahwa kesehatan finansial menjadi sangat penting. “Kondisi ini mengajarkan kita semua untuk menyiapkan dana darurat baik dalam jangka pendek dan panjang,” jelas Wayan. Pencairan dana pensiun pada program DPLK BNI bisa dilakukan mulai umur 30 tahun. Menurutnya, produk dana pensiun memiliki imbal balik yang kompetitif, yakni sebesar 7,40% per tahun, berapa pun dana pensiun yang disetor oleh tiap nasabah. Selain itu, pencairan dana pensiun juga bebas dari pajak, sesuai dengan ketentuan dari pemerintah. Mengikuti perkembangan waktu dan teknologi, produk dana pensiun dari BNI juga sudah menerapkan serangkaian teknologi digital. Melalui aplikasi BNI Simponi, peserta bisa melakukan pendaftaran hingga mengecek status. “Sekarang arahnya sudah digital dan kami ingin mengedepankan model jemput bola. Ke depannya, semuanya bisa dilakukan secara digital. Tapi, untuk pencairan sebagai bagian dari proses mitigasi risiko akan dilakukan dengan lebih ketat,” kata Wayan. DPLK BNI menjadikan online dan offline sebagai strategi komunikasinya. Salah satunya dengan melakukan Program Literasi. Program ini adalah pelatihan perencanaan keuangan kepada nasabah aktif dan calon nasabah DPLK BNI secara offline maupun online. Tercatat, sejak awal tahun sampai dengan Juni 2020 terdapat 992 instansi mengikuti program yang dilakukan oleh DPLK BNI di seluruh Indonesia. Selain itu, DPLK BNI juga mengenalkan literasi keuangan pada nasabah dengan menggunakan live streaming dan mengombinasikan antara perencanaan keuangan dengan simulasi perhitungan BNI Simponi yang dapat diakses melalui aplikasi digital dan website. Program literasi ini juga mengundang para pakar perencana keuangan profesional dan figur publik. Kombinasi ini memungkinkan nasabah dan calon nasabah dapat melakukan perencanaan keuangan di mana pun dan kapan pun secara mandiri. “Untuk strategi komunikasi kami juga banyak bermain dengan visual melalui satu pesan khusus per visual. Kami melakukan segmentasi khusus untuk para calon nasabah,” lanjut Wayan. Berkat upaya ini, sampai tengah tahun 2020, tercatat ada penambahan 27.000 peserta. Terdiri dari nasabah kolektif maupun individu dengan penambahan dana sebesar Rp 116,2 miliar.

QUOTE “Kami sudah ada sejak 26 tahun lalu dan berhasil melewati dua kali krisis dengan capaian yang positif. Itu yang membuat kami berhasil seperti sekarang ini.” I Wayan Sridana, Manager Product DPLK BNI

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 054 Klinik Estetika dr. Affandi

Sentuhan Digital untuk Kecantikan Klinik Estetika dr. Affandi bisa dibilang menjadi salah satu pionir digitalisasi di bisnis klinik kecantikan. Lebih dari sepuluh tahun, klinik ini mengembangkan layanan digital untuk pasiennya. Oleh Ellyta Rahma

linik Estetika berdiri pada tahun 1987 di Semarang. Saat itu, klinik ini berhasil menjadi standar perawatan kulit secara medis. Pendiri klinik ini adalah mendiang dr. M. Affandi, Sp. KK (K). Sekarang, nama klinik ini bertransformasi menjadi Estetika dr. Affandi. Sejak sepuluh tahun lalu, Estetika dr. Affandi mulai melirik potensi pelayanan digital untuk pasiennya. Langkah pemanfaatan kanal digital ini terinspirasi popularitas dr. Affandi sebagai ahli kecantikan kulit. Lebih dari 15 tahun lalu, Estetika dr. Affandi hanya terdapat di Semarang tanpa ada niatan dari pemiliknya untuk melakukan ekspansi. “Ketika ditawari untuk membuka cabang baru, dr. Affandi selalu menolak dengan alasan tidak mau merebut lahan bisnis orang lain. Namun, karena demand yang begitu tinggi, akhirnya muncul ide dari dokter Affandi sendiri,” papar dr. Hengky N. Affandi, CEO Estetika dr. Affandi. Salah satu ide inovatifnya adalah teknologi yang memungkinkan pasien bisa mengirimkan foto wajah dari berbagai sisi, lengkap dengan keluhan yang dirasakan. Melalui foto itu beserta data kondisi dan permasalahan kulit yang dialami, maka dr. Affandi akan melakukan diagnosis kondisi kulit pasien. Setelahnya, produk perawatan akan dibuat secara personalized dan dikirim langsung ke alamat pasien. Ide dr. Affandi ini sekaligus membuktikan bahwa layanan konsultasi kecantikan ternyata bisa dilakukan tanpa melakukan pertemuan tatap muka. Artinya, sejak awal bisnis ini sangat memungkinkan melalui perantara teknologi agar lebih efisien. Estetika di bawah komando Hengky mulai masuk ke ranah digital. Saat itu, Estetika dr. Affandi membuka layanan photo consultation melalui e-mail. Layanan ini begitu diminati hingga proses digitalisasi terus berkembang dengan hadirnya mobile apps Estetika dr. Affandi di Google Play Store serta App Store. Dalam aplikasi mobile-nya, klinik ini menawarkan beragam metode konsultasi online, mulai dari konsultasi foto, hingga konsultasi melalui live video. Konsultasi tersebut terbuka untuk semua pengguna aplikasi Estetika dr. Affandi secara gratis. Lalu, bagaimana Estetika mengambil margin? Hengky secara kreatif mengembangkan bEauty-

| September 2020

Commerce, yaitu e-commerce produk-produk Estetika yang bisa didapatkan dengan resep dokter pasca konsultasi ataupun produk non resep (OTC). Fitur ini dilengkapi dengan fitur pembayaran seamless yang bisa langsung dilakukan di dalam aplikasi Estetika dr. Affandi. Sehingga, pasien bisa langsung membayar resep online yang diberikan oleh dokter. Selain itu, melalui konsultasi online, klinik bisa mengundang pasien untuk melakukan perawatan langsung di klinik. Di sinilah, pengalaman omnichannel yang disuguhkan oleh Estetika dr. Affandi. “Klinik ini memiliki Estetika Solutions dan Estetika Digital Solutions untuk memfokuskan layanan di perawatan kulit. Jadi, kami menyediakan layanan online dan offline yang diperkuat dengan sistem seamless connectivity. Sehingga, pasien bisa dengan bebas berganti layanan dari online ke offline atau sebaliknya, tergantung dengan kebutuhan mereka,” papar Hengky. Strategi omnichannel ini nyatanya cocok untuk

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 055

QUOTE “Pada era sekarang, pasar mengalami volatility dengan ambiguity yang tinggi. Hal ini harus direspons dengan beradaptasi lebih cepat. Caranya, memanfaatkan segala kanal, baik online, offline, maupun gabungan dari keduanya.” dr. Hengky N. Affandi, CEO Estetika dr. Affandi.

diterapkan Estetika sebagai klinik kecantikan yang sudah berdiri sejak lama. Lewat penyediaan dua kanal, mereka melayani pasien Gen X dan Baby Boomer yang sudah lama berlangganan melalui pelayanan offline di klinik maupun konsultasi online di klinikestetika. com. Klinik ini juga bisa merangkul pelanggan baru, yaitu Gen Y dan Gen Z sebagai upaya meregenerasi pelanggan melalui layanan online tersebut. “Kami tetap menginginkan pelayanan langsung dari platform kami. Untuk mendorong penggunaan aplikasi, kami menghadirkan Estetika Loyalty Program bagi pelanggan yang hanya bisa diakses melalui aplikasi Estetika dr. Affandi,” lanjut Hengky. Langkah cepat dan masif dalam digitalisasi yang dilakukan oleh Estetika bisa dibilang agak lambat pertumbuhannya. Namun, manfaatnya secara besar terasa saat pandemi melanda. Kanal digital ini berhasil mendapatkan momentumnya dan tumbuh dua digit selama periode pandemi. “Inovasi ini juga menjadi cara kami untuk menawarkan solusi permasalahan kulit dengan

cepat, efektif, dan efisien. Awalnya memang terasa sangat terburu-buru. Namun, langkah cepat ini terbukti bermanfaat di kondisi pandemi yang menjadi penghalang layanan langsung. Hal ini sejalan dengan tagline Estetika dr.Affandi, yaitu Don’t worry be beautiful,” katanya. Klinik ini terus mengembangkan layanan digitalnya, salah satunya berupa pengembangan fitur live chat consultation di aplikasinya. Menurut Hengky, layanan ini bisa menjadi solusi konsultasi kecantikan cepat yang cocok dengan gaya hidup masa kini. Nantinya, layanan ini akan terbuka untuk pengguna aplikasi Estetika dr. Affandi. Pasien dapat melakukan konsultasi dengan dokter melalui fitur chat secara real time dan pemberian resep online secara real time pula. “Pada era sekarang, pasar mengalami volatility dengan ambiguity yang tinggi. Hal ini harus direspons dengan beradaptasi lebih cepat. Caranya, memanfaatkan segala kanal, baik online, offline, maupun gabungan dari keduanya,” tutup Hengky.

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 056 Infomedia

Demi Customer Experience Infomedia terus berinovasi di bidang teknologi. Anak perusahaan dari Telkom Group ini mulai menerapkan pendekatan omni sebagai DNA perusahaan. Oleh Estu Dian Maranti

| September 2020

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 057 T Infomedia Nusantara (Infomedia) merupakan pemain utama di bisnis layanan contact center. Perusahaan ini berhasil menguasai sekitar 49% pangsa pasar industri penyedia contact center. Agar dapat terus berkompetisi dan mempertahankan posisi, Infomedia selalu melakukan inovasi salah satunya dengan menerapkan pendekatan omni. Seiring dengan perkembangan teknologi, Infomedia melihat adanya pergeseran dalam layanan contact center, yang mana digital channel semakin berkembang. Perusahaan ini memperluas layanan mereka, dari awalnya hanya menawarkan single channel call menjadi multichannel. Infomedia juga menghadirkan berbagai digital touch point. Saat ini, Infomedia memiliki berbagai macam kanal dalam layanan contact center mereka, mulai dari call atau voice, SMS, e-mail, over the top (OTT), chat (Telegram, Hangout), dan media sosial (Twitter, Facebook). “Setelah multichannel, kami beralih ke omnichannel. Adanya omnichannel memungkinkan kami untuk memaksimalkan Customer Relationship Management (CRM) yang menjadi core business perusahaan pelanggan. Dengan omnichannel, kami mampu meningkatkan customer experience,” ujar Widi Sagita Abadi, VP Marketing PT Infomedia Nusantara Omnichannel bukan sebatas memadukan berbagai jenis kanal interaksi (multichannel) antara pelanggan dengan perusahaan, tetapi juga memberikan value added berupa kenyamanan melalui akses di berbagai kanal. Melalui omnichannel, Infomedia juga dapat membaca perjalanan konsumen dalam berbagai channel yang nantinya dapat menjadi customer insight pengguna jasa Infomedia. Bagaimana Business Process Outsourcing (BPO) layanan contact center dan apa yang ditawarkan oleh bisnis ini? Secara sederhana, Infomedia menyediakan jasa outsourcing bagi perusahaan dalam proses bisnis customer care dan pemasaran. Selain itu, meningkatkan customer relationship antara perusahaan pengguna jasa Infomedia dengan konsumen mereka. Secara umum, perusahaan BPO memiliki tiga skema bisnis, yaitu manage resources, manage operation, dan manage services. Ketiga skema tersebut diterapkan dengan menyesuaikan kondisi pelanggan dan faktor risk sharing. Widi mengatakan, Infomedia menggabungkan ketiganya untuk menyasar model Business to Business to Consumer (B2B2C). Perusahaan ini memberikan layanan endto-end baik dari people, process, platform, hingga place. Strategi omni Infomedia dilakukan baik di tingkat korporasi, bisnis, maupun produk. Pada tingkat korporasi, Infomedia mengusung tagline Your Digital CX Partner. Perusahaan ini berfokus pada pengembangan layanan yang mendongkrak customer experience (CX) utamanya digital experience. Pada level bisnis, Infomedia berfokus pada CRM sebagai core business perusahaan dengan

menawarkan OMNI CX melalui pengembangan platform Omnichannel Nabila yang saat ini tersedia di versi 4, atau biasa disingkat ON 4.0. Melalui platform ini, Infomedia ingin mengintegrasi berbagai kanal komunikasi dan menghasilkan seamless experience bagi para konsumen mereka. Platform ON.4.0 merupakan terobosan Infomedia dalam memberikan omni experience pada end user. Solusi ON 4.0 juga diklaim sangat optimal dalam menjangkau end user secara efisien dan cepat, sehingga dapat berdampak pada peningkatan loyalitas dan performa bisnis perusahaan. Berbasis big data yang terkontrol dalam single database, ON 4.0 semakin reliable dengan proses yang seamless. Memudahkan end user dalam menghubungi perusahaan yang dituju melalui berbagai kanal offline maupun online. Widi menuturkan, platorm ON 4.0 menekankan pada tiga value proposition, yaitu customer engagement, seamless experience, dan omnichannel interaction. “Solusi ON sudah ada sejak tahun 2016. Pada awal tahun 2019, Infomedia memperkenalkan diri sebagai Digital CX Partner dengan platform ON sudah berada pada versi keempat. Saat ini, kami sedang mengembangkan platform ON versi 5,” terang Widi. Pada level produk, Infomedia memberikan end-to-end CX yang menawarkan omni-services, omni-marketing, dan omni-sales kepada konsumen. Ketiganya sudah saling terintegrasi di platform ON 4.0, sehingga dapat membantu proses bisnis dari segi layanan konsumen. “Kalau di infomedia, ketika berbicara mengenai strategi omni itu lebih kepada proses bisnis secara online dan offline. Jadi, kami benar-benar mengorkestrasi bisnis proses online maupun offline untuk mendukung value chain konsumen yang terdiri dari sales, service, dan marketing,” tutur Widi. Omni-services adalah contact center operation yang menjadi fokus layanan Infomedia. Omni-sales bersifat outbond call yang mana Infomedia dapat melakukan cross-selling maupun up-selling kepada end user. Sedangkan omni-marketing sifatnya menganalisis panggilan masuk atau inbound call dengan menggunakan engine analytic seperti customer insight dan profiling segmentation. “Dari layanan contact center, kami dapat memberikan profiling mengenai end user pelanggan kami. Dari situ kami bisa melakukan cross-selling maupun up-selling. Di platform ON 4.0, pelanggan dapat mendesain berbagai kampanye yang tepat sasaran berdasarkan profiling tersebut,” jelas Widi. Perusahaan ini telah mendulang manfaat dari penerapan strategi omni. Widi mengatakan, profile revenue Infomedia telah mencapai 80% hingga 90% pendapatan Infomedia adalah recurring revenue. Pendapatan berulang ini berkontribusi pada sustainable revenue. Hal ini menandakan Infomedia berhasil dalam mempertahankan loyalitas konsumen termasuk meningkatkan customer lifetime value pelanggan. “Bahkan, sisa 10% hingga 20% yang merupakan scaling revenue perusahaan, nantinya juga akan menjadi sustainable revenue,” tutup Widi.

QUOTE “Setelah multichannel, kami beralih ke omnichannel. Adanya omnichannel memungkinkan kami untuk memaksimalkan Customer Relationship Management (CRM) yang menjadi core business perusahaan pelanggan. Dengan omnichannel, kami mampu meningkatkan customer experience.” Widi Sagita Abadi, VP Marketing PT Infomedia Nusantara

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 058 PT Jamu IBOE Jaya

Regenerasi Konsumen dengan Go Omni Strategi omnichannel membuat Jamu Iboe tetap relevan di pasaran. Melalui praktik ini, Jamu IBOE optimistis bisa meregenerasi konsumen mereka. Salah satunya, dengan menghadirkan produk-produk mereka di toko offline dan marketplace. Oleh Annisa Bella

ahun ini, Jamu IBOE telah 110 tahun eksis di pasar Indonesia. Selanjutnya, merek produk herbal ini mematok cita-cita untuk bisa bertahan dan berkembang terus di berbagai zaman. Melihat pencapaian merek ini hingga sekarang rasanya cita-cita itu bisa terwujud. Apalagi, Jamu IBOE terbukti punya kemampuan inovasi, adaptasi, dan kolaborasi. Bahkan, saat ini, Jamu IBOE memiliki kemampuan menjadi perusahaan yang omni. Sehingga, bisa membuat Jamu IBOE menjaga keberlangsungan bisnis mereka. Bisa bertahan hingga hari ini bukanlah perkara mudah. Ada beragam tantangan yang harus dihadapi Jamu IBOE. Sebelum kehadiran pandemi COVID-19, tantangan sudah terasa begitu sulit. Mengingat, ada beberapa perusahaan jamu di Indonesia yang harus gulung tikar lantaran tak ada regenerasi, baik di sisi penerus usaha maupun konsumen. Namun, pandemi COVID-19 justru menyadarkan orang pada kekuatan jamu yang merupakan warisan budaya bangsa. Kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan meningkatkan daya tahan tubuh membuat eksistensi jamu seketika naik daun. Mulai dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), menteri kesehatan, hingga presiden turut mempromosikan jamu dalam berbagai kesempatan. Termasuk, melonggarkan regulasi untuk industri ini. Tak ingin kehilangan momentum, Jamu IBOE

| September 2020

memperkuat tiga strategi kunci mereka. Inovasi dilakukan dengan mengembangkan berbagai produk yang sesuai dengan perubahan gaya hidup konsumen. Kemudian, adaptasi selalu dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Tak ingin terjebak dalam zona nyaman, Jamu IBOE memberanikan diri mengintegrasikan dunia offline dan online atau omnichannel. Terakhir, memperluas kesempatan untuk berkolaborasi. Sebagai digital immigrant, beradaptasi dengan dunia online tentu bukan hal mudah. Perry Angglishartono, Product Group Manager PT Jamu IBOE Jaya pun mengakui hal ini. Namun, ia meyakini jika bisnis jamu saat ini tak bisa sekadar mengandalkan kanal offline, namun harus dilengkapi pula dengan online. Melalui strategi omni, Jamu IBOE optimistis bisa mempermudah jalan mereka untuk terus meregenerasi konsumen. “Go Omni menjadi suatu keharusan agar produk kita selalu relevan dari generasi ke generasi. Jamu IBOE masih ada hingga saat ini karena selalu berusaha tetap relevan di zamannya,” ungkap Perry. Saat ini, distribusi Jamu IBOE masih kuat di kanal offline, seperti toko jamu, obat, dan apotek di berbagai kota. Tak ketinggalan, berbagai counter jamu dengan brand IBOE Herbal Bar di pusat-pusat perbelanjaan, foodcourt, rumah sakit, hingga universitas juga disasar. Namun, mereka juga memastikan agar para konsumen dapat menemukan dan memesan produk Jamu IBOE dengan mudah melalui home delivery service, dan

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 059

berbagai kanal digital. Kedua kanal tersebut memberikan experience yang berbeda. Di toko-toko offline, para konsumen dapat bertemu langsung dengan para penjual, melakukan konsultasi, dan memperoleh jamu yang tepat sesuai dengan kebutuhan mereka. Sedangkan, di counter IBOE Herbal Bar, para konsumen dapat mencicipi langsung jamu-jamu tersebut sembari berdiskusi mengenai produk-produk Jamu IBOE. Seluruh indra konsumen dapat disentuh melalui pertemuan offline. Experience dengan objektif yang sama dibawa oleh Jamu IBOE ke ranah online. Tentunya, dengan kemasan berbeda. Melalui berbagai kanal digital, mulai dari media sosial, hingga 15 marketplace digandeng untuk memperkuat distribusi penjualan. “Ada experience yang berbeda di masing-masing kanal. Ketika perusahaan mampu mengintegrasikan dengan baik kanal-kanal tersebut, maka experience yang diperoleh konsumen kian maksimal,” katanya. Tidak mau kalah dengan merek yang lebih muda, Jamu IBOE belakangan gencar meluncurkan strategi live commerce bersama mitra marketplace mereka. Bentuknya beragam, disesuaikan dengan masingmasing tipe konsumen di platform tersebut. Beberapa marketplace memiliki konsumen yang efektif didekati dengan gaya pemasaran edukatif, seperti melalui talkshow yang berujung pada live commerce. Sementara, ada pula marketplace yang justru efektif didekati dengan cara-cara hardselling. Tak lupa, metode pembayaran turut dipermudah

dengan menggandeng berbagai mitra, seperti OVO, Dana, LinkAja, dan lainnya. Meski demikian, kontribusi penjualan offline Jamu IBOE masih terbesar (90%) dibandingkan dengan kanal online (10%). Namun, Jamu IBOE terus memaksimalkan upaya mereka untuk mengintegrasikan kedua strategi ini untuk bisa menjadi omni. Bahkan, Jamu IBOE membentuk divisi khusus, yakni Online Sales and Home Delivery Service Team untuk menyeimbangkan kinerja offline yang sudah begitu kuat. Alokasi biaya pemasaran ditambah, dari yang semula hanya 5% untuk online, naik menjadi 25%. Tak menutup kemungkinan, proporsinya bisa bergeser menjadi 50%:50% untuk online dan offline. Jamu IBOE terbilang aktif dalam melakukan berbagai brand activation. Sebelum masa pandemi, Jamu IBOE tak pernah absen mendukung deretan offline event. Berbagai kegiatan yang fun dilakukan untuk memperkenalkan merek dan produk Jamu IBOE kepada target konsumen, seperti lomba minum jamu hingga merasakan rempah dengan mata tertutup. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mensosialisasikan jamu. Merek ini juga masih aktif menggelar talkshow di berbagai radio, terutama di kota-kota kedua. Pasalnya, radio masih menjadi primadona di kota-kota kedua. Engagement yang diperoleh pun jauh lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. “Experience yang diberikan berbeda, begitu pula engagement yang diperoleh. Namun, kami juga membawa experience lain di kanal online melalui talkshow dan games-games interaktif yang bisa meningkatkan engagement dengan konsumen,” sambung Perry. Jamu IBOE juga aktif mengikuti berbagai online event dengan menjadi sponsor atau pembicara. Menargetkan Youth, Women, Netizen (YWN), Jamu IBOE berkolaborasi dengan Womanpreneur Community melalui event Womanpreneur Competition di sepuluh kota di Indonesia. Menurut Perry, aktivitas ini bertujuan untuk mendukung para perempuan menjadi entrepreneur. Dukungan diberikan dalam bentuk coaching dan mentoring yang dikemas melalui sistem kompetisi. Selain itu, tim Jamu IBOE juga bergerilya mendukung aktivitas ibu-ibu pemberdayaan kesejahteraan keluarga maupun pelaku UKM di berbagai daerah. Sementara, generasi muda didekati melalui universitas-universitas. Mereka diajak untuk berpartisipasi mengikuti kompetisi melestarikan jamu lewat marketing dan sales game dengan menciptakan inovasi menu, seperti membuat herbal dessert berbahan dasar produk Jamu IBOE. Selain itu, Jamu IBOE juga aktif menjadi pembicara tamu di berbagai universitas dan event anak muda yang berhubungan dengan budaya. “Adaptasi untuk bisa menjadi omni harus dipercepat karena ini momentum yang tepat bagi industri jamu. Kita juga tidak bisa lagi bergerak sendiri, kolaborasi menjadi kian penting. Setelah itu, tetap berupaya agar produk kita relevan dengan zaman. Ini alasan mengapa Jamu IBOE bisa bertahan sejak 1910 hingga hari ini,” tutup Perry.

QUOTE “Go Omni menjadi suatu keharusan agar produk kami selalu relevan dari generasi ke generasi. Jamu IBOE masih ada hingga saat ini karena selalu berusaha tetap relevan di zamannya.” Perry Angglishartono, Product Group Manager PT Jamu IBOE Jaya.

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 060 Joyday

Jaga Relasi di Semua Platform Pendekatan omni bukan sekadar untuk distribusi produk. Joyday menerapkan pendekatan omni agar tetap terhubung dengan konsumen lintas generasi. Joyday berusaha terus memahami kebiasaan dan perilaku konsumen. Oleh Clara Ermaningtiastuti

enggunaan teknologi di industri Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) tidak sebatas untuk proses produksi. Teknologi juga dipakai oleh para pelaku industri ini untuk memahami target pasar mereka. Seperti halnya Joyday yang memanfaatkan teknologi untuk tetap terhubung dengan konsumen mereka. Selain terhubung dengan konsumen, Joyday juga bisa memahami perilaku konsumen di setiap generasi melalui teknologi. Joyday memang menyasar konsumen dari berbagai generasi. Sehingga, pendekatan omni ini jelas menjadi cara terbaik untuk

| September 2020

menjangkau dan menarik perhatian konsumen. “Bagi kami, kata kuncinya adalah terhubung. Jika ingin terhubung dengan pelanggan, kami harus terhubung dengan kebiasaan mereka. Memiliki platform sendiri tidak cukup. Kami harus membangun koneksi melalui platform yang digunakan konsumen sehari-hari, seperti e-commerce dan situs perbelanjaan,” ungkap Yu Miao, Perwakilan Management Yili di Indonesia. Joyday juga harus memastikan semuanya terintegrasi dengan media sosial. Tujuannya, agar konsumen bisa menjelajahi berbagai saluran. Sehingga, konsumen dapat mengetahui lebih jauh tentang profil merek hingga setiap produk melalui

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 061

konten-konten yang diunggah. Pendekatan omni sebenarnya bukan hal baru bagi Joyday. Bahkan, jauh sebelum pandemi, pendekatan omni sudah menjadi strategi mereka untuk menghadapi globalisasi. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa pandemi COVID-19 membuat strategi pemasaran berubah. Pandemi ini menyebabkan pergerakan masyarakat yang terbatas dan tidak sedikit pula yang ragu untuk meninggalkan rumah dengan alasan keamanan. Kondisi ini kemudian membuat orang-orang menjadi lebih kreatif. Untuk terhubung dengan mereka, Joyday hadir dengan kampanye melalui berbagai aktivitas yang dilakukan di platform digital.

Beberapa waktu lalu, Joyday menciptakan kampanye #JoyDiRumah. Ini merupakan strategi terintegritasi yang dilakukan melalui media sosial, video digital, Corporate Social Responsibility (CSR), hingga on-ground activation. “Kami memperkuat kampanye melalui media sosial dan platform digital karena kami memahami bahwa ada perubahan perilaku dari konsumen yang memengaruhi bisnis secara umum. Karena itu, kampanye ini kami letakkan di beberapa titik strategis untuk memastikan kami menjangkau audiens yang tepat,” jelas Yu. Salah satu tantangan kampanye pemasaran digital adalah mengenalkan kampanye itu sendiri. Menanggapi persoalan tersebut, Joyday pun menggandeng sejumlah influencer untuk aktivasi kampanye secara digital. Kampanye ini dikemas dengan sejumlah tematema menarik. Influencer yang berkolaborasi dengan Joyday tidak hanya mengunggah konten mengenai produk tetapi juga terlibat dalam bentuk aktivitas lain. Salah satunya dengan Instagram Live. Selain itu, Joyday menghadirkan talk show yang berlangsung selama periode April hingga Mei 2020. Tiga di antaranya adalah Joydiac Talks with Amrazing, Music Talks with Reza Darmawangsa, dan Romance Talks with Aurelie Moreremans. Kegiatan ini sukses meraih 2,9 juta digital reach, lebih dari 12.000 profile visit, dan secara keseluruhan disaksikan oleh sekitar 47.000 orang. Untuk memperkaya pengalaman konsumen dan memperkuat pesan kampanye, Joyday memberikan sampel gratis. Namun, konsumen tidak perlu repot keluar rumah untuk mendapatkan sampel tersebut. Joyday bekerja sama dengan layanan GrabWheels untuk pengantaran produk es krim mereka. “Selain fokus pada kampanye di media sosial, kami juga membuat video yang tidak hanya kami tempatkan di YouTube, tetapi juga beberapa aplikasi over-the-top (OTT). Dampak yang kami terima pun melampaui ekspektasi dan hal ini membuat kami tertantang untuk menjadi lebih baik lagi,” kata Yu. Selama penerapan strategi omni ini, Joyday terus mengevaluasi banyak hal. Joyday juga masih memiliki tantangan terbesar, yaitu pengiriman dan distribusi. Saat ini, masih banyak wilayah potensial yang belum dijangkau Joyday. Joyday menjawab tantangan yang mereka hadapi dengan masuk ke saluran penjualan seperti e-commerce. Joyday melihat besarnya potensi yang bisa dikembangkan. Kehadiran produk mereka di e-commerce bisa menjadi cara untuk mendekatkan diri dengan konsumen serta memberikan pelayanan terbaik lewat promosi hingga penawaran menarik lainnya. “Kami tidak ingin stuck dengan keterbatasan karena hingga saat ini kami terus mendapatkan respons positif dan permintaan terus meningkat. Semua tantangan yang kami hadapi membuat kami menjadi lebih besar dan lebih baik lagi. Perlahan tapi pasti, kami akan berekspansi dan menjangkau lebih banyak tempat agar konsumen bisa menikmati produk kami,” tutup Yu.

QUOTE “Bagi kami, kata kuncinya adalah terhubung. Jika ingin terhubung dengan pelanggan, kami harus terhubung dengan kebiasaan mereka. Memiliki platform sendiri tidak cukup. Kami harus membangun koneksi melalui platform yang digunakan konsumen kami sehari-hari, seperti e-commerce dan situs perbelanjaan.” Yu Miao Perwakilan Management Yili di Indonesia

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 062 MS Glow

Tumbuh Agresif Berkat Omnichannel Lebih dari 20 juta produk MS Glow terjual setiap bulan dengan kategori produk mencapai tiga juta SKU. Bahkan, portofolio bisnis terus bertambah dari sekadar menjual produk hingga memiliki pabrik sendiri. Optimalisasi strategi omni menjadi kunci bagi agresivitas bisnisnya. Oleh Annisa Bella

trategi omnichannel memungkinkan MS Glow tumbuh progresif. Dalam waktu singkat, jaring ekspansi mereka tidak hanya menjangkau pasar Indonesia, melainkan juga luar negeri. Berawal dari sekadar hobi, Founder MS Glow Shandy Purnamasari memutuskan untuk berjualan produk kecantikan secara online. Di awal perjalanan bisnisnya pada tahun 2013, ia sekadar menjual produk kecantikan dari seorang dokter. Dua tahun berselang, Shandy berhasil merilis brand MS Glow bermodalkan investasi pribadi yang ia kumpulkan dari hasil berjualan online. MS Glow sukses membuat brand ini merajai pasar kecantikan Indonesia. Tak disangka, MS Glow yang semula membidik pasar menengah ke bawah, justru bisa menyentuh sosialita. Kesuksesan ini tak lantas membuat MS Glow puas. Pada tahun 2017, mereka mendirikan MS Glow Aesthetic Clinic. Menurut Shandy, kesuksesan MS Glow tak lepas

| September 2020

dari kemampuan mereka dalam membaca peluang dan memanfaatkan momentum. Menilik ke tahuntahun awal dirinya berjualan di media sosial, kala itu belum banyak brand yang sadar akan potensi pemasaran dan penjualan yang bisa diperoleh melalui media sosial. MS Glow mengaku kompetitor mereka hampir nol pada saat itu. Padahal, jumlah pengguna media sosial terus bertambah. MS Glow terus menggelar komunikasi pemasaran di media sosial. Ketika MS Glow naik daun, momentum ini kemudian dimanfaatkan Shandy untuk menjual produk-produk mereka dengan sistem reseller. Konsumen-konsumen loyal MS Glow ditawarkan untuk menjual kembali produk-produk MS Glow dengan harga khusus. Ternyata, strategi ini berhasil. Jumlah reseller MS Glow hingga hari ini mencapai 3.000 orang. Mendulang kesuksesan di ranah digital tak serta merta membuat MS Glow menggantungkan diri dengan saluran online. “Kami sadar, kami harus mengintegrasikan online dengan offline karena tidak

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 063

semua target konsumen dapat mengakses salah satu saluran ini saja. Sebagai contoh, banyak ibu-ibu yang tidak bisa mengakses media sosial sehingga mereka perlu datang ke toko offline. Jadi, memang online dan offline penting untuk diintegrasikan,” ungkap Shandy. Terdapat satu strategi marketing yang paling terlihat jelas kerap dimainkan MS Glow di lini online maupun offline, yakni menggandeng sebanyak mungkin figur publik. Mulai dari mikro, makro, hingga mega publik figur tak luput digandeng MS Glow. Mereka tak segan meluncurkan investasi yang tak tanggung-tanggung untuk menggandeng artisartis papan atas sebagai brand ambassador. Bahkan, tak jarang publik figur tersebut turut menjadi reseller. Meski demikian, kekuatan influencer tingkat mikro justru diakui MS Glow paling membawa dampak besar bagi revenue mereka. Pasalnya, influencer tingkat mikro justru memiliki tingkat engagement yang paling tinggi. Mereka juga lebih militan dalam memasarkan MS Glow. MS Glow juga menggandeng para dokter untuk

bekerja sama. Melalui berbagai event (online dan offline), dokter-dokter di klinik MS Glow turut serta memberikan edukasi sekaligus membangun brand awarenesss dari MS Glow. Ketika sesi talkshow tersebut digelar secara offline, tersedia pula booth-booth yang menjual produk MS Glow guna mempermudah konsumen yang tertarik untuk langsung membeli. Tak lupa, MS Glow juga kerap menyiarkan secara langsung sesi talkshow tersebut melalui media sosial mereka atau partner. Melalui cara ini, MS Glow dapat menjangkau target konsumen secara lebih luas. MS Glow berupaya hadir di setiap saluran pemasaran. Televisi, radio, media cetak masih jadi sasaran. Bahkan, MS Glow memastikan mereka tampil di billboard-billboard area ekspansi mereka. Di Surabaya saja, ada empat billboard yang menampilkan iklan MS Glow. Belakangan, MS Glow mulai menggunakan videotron. Strategi omni saja tak cukup jika tidak diimbangi dengan kualitas. Menurut Shandy, sebuah produk harus dapat menawarkan value bagi konsumen. Inovasi produk harus dilakukan untuk menjawab anxiety and desire konsumen yang terus berkembang. Sebuah produk yang berkualitas akan berujung pada word-of-mouth yang mampu membawa konsumen-konsumen baru. MS Glow selalu memastikan setiap produk yang diluncurkan memiliki diferensiasi dari kompetitor. Selalu ada value lebih yang ditawarkan sehingga selalu ada alasan kenapa konsumen harus memilih produk MS Glow. Baru-baru ini, misalnya, MS Glow merilis rangkaian produk perawatan kulit khusus pria. Hal ini berangkat dari problem statement yang ditemukan MS Glow perihal perbedaan jenis kebutuhan produk perawatan bagi kaum Adam dan Hawa. MS Glow kemudian meluncurkan rangkaian produk yang disesuaikan dengan karakteristik kaum pria yang cenderung lebih praktis. Rangkaian produk dikemas minimalis dengan hanya menghadirkan krim, sabun wajah, dan sun screen. Masingmasing produk dikemas dengan value berbeda. Produk sunscreen MS Glow misalnya, menawarkan kepraktisan penggunaan dengan dikemas dalam bentuk spray, bukan krim seperti yang umum ada di pasaran. “Ketika meluncurkan produk, kami harus mengetahui value apa yang ditawarkan kepada para konsumen. Pastikan jika value tersebut memiliki diferensiasi yang membedakan kita dengan kompetitor lain. Strategi omni memang penting, namun loyalitas konsumen sangat bergantung pada kualitas produk itu sendiri,” ujar Shandy. Yang pasti, setiap inovasi produk dan layanan yang dilakukan MS Glow sedapat mungkin diciptakan untuk menjawab anxiety and desire para konsumen. Layanan di klinik MS Glow misalnya, menyediakan beberapa ruangan berbeda. Mulai dari ruangan yang dapat dipakai berpasangan, ruangan khusus lakilaki, perempuan, hingga bagi para perempuan yang mengenakan hijab. Seluruh layanan ini diciptakan untuk memberikan nilai tambah bagi konsumen MS Glow.

QUOTE “Ketika meluncurkan produk, kami harus mengetahui value apa yang ditawarkan kepada para konsumen. Pastikan jika value tersebut memiliki diferensiasi yang membedakan kita dengan kompetitor lain. Strategi omni memang penting, namun loyalitas konsumen sangat bergantung pada kualitas produk itu sendiri.” Shandy Purnamasari, Founder MS Glow

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 064 Ninja Xpress

Omnichannel untuk Semua Ninja Xpress melihat para seller sebagai mitra untuk tumbuh. Sehingga, berbagai strategi omnichannel yang mereka buat berorientasi pada perkembangan bisnis para seller. Oleh Ign. Eko Adiwaluyo

| September 2020

ompetisi di industri jasa pengiriman belakangan ini begitu ketat. Berbagai pemain baru masuk untuk memperebutkan kue pasar bisnis pengiriman di negara ini. Aura persaingan semakin terasa ketika terjadi pandemi yang mendorong permintaan pada jasa pengiriman meningkat pesat. Menyikapi kondisi tersebut, Ninja Xpress menerapkan strategi pemasaran omni untuk bertarung di pasar. Ninja Xpress masuk ke negara ini pada tahun 2016. Pada tahun ketiga, perusahaan jasa pengiriman asal Singapura ini mulai menerapkan strategi omni di berbagai proses bisnis. Dalam tiga tahun tersebut, pencapaian Ninja Xpress jauh lebih baik dibandingkan sebelum menerapkan omni, baik secara bisnis dan penguatan merek. Saat ini, secara pangsa pasar dari sisi volume pengiriman, Ninja Xpress mengklaim masuk dalam tiga besar. “Omnichannel merupakan penyempurnaan

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 065 multichannel. Melalui omnichannel, servis kami ke konsumen lebih personal dan memberikan pengalaman terpadu. Mengingat, sekarang ini konsumen menuntut segala sesuatu lebih cepat dan mudah,” kata Andi Djoewarsa, Chief Marketing Officer Ninja Xpress. Selain itu, lanjutnya, keuntungan lain bagi perusahaan yang menerapkan omnichannel adalah kesamaan cara memandang konsumen di lintas departemen. Artinya, semua departemen memiliki database dan pengetahuan konsumen yang sama. “Kesamaan pengetahuan tentang konsumen ini membuat perusahaan bisa cepat membuka channelchannel untuk memudahkan konsumen mengakses layanan kami,” terang Andi. Dalam menjalankan strategi omnichannel, Ninja Xpress menitikberatkan pada sisi distribusi atau kehadiran titik layanan dan komunikasi. Layanan Ninja Xpress bisa diakses secara offline dan online. Saat ini, sudah ada lebih dari 900 titik Ninja Point di 190 daerah tingkat II di Indonesia. Semua Ninja Point ini terhubung ke dashboard Ninja Xpress yang ada di desktop para seller dan aplikasi mobile Ninja Xpress. “Para seller bisa mengakses aplikasi kami atau lewat dashboard di desktop untuk minta diambil barangnya atau bisa datang langsung ke Ninja Point terdekat,” terangnya. Ninja Xpress juga bermitra dengan hampir semua e-commerce. Selain itu, merek ini juga menggandeng GrabExpress untuk memudahkan para seller yang hanya mengirim satu atau dua paket saja per hari. “Para seller yang kuantitas pengiriman sedikit biasanya tidak membutuhkan dashboard, jadi bisa menggunakan GrabExpress. Masuk lewat aplikasi Grab dan pilih layanan Delivery, di situ ada kami,” jelas Andi. Kolaborasi antara Ninja Xpress dan GrabExpress ini diperluas saat pandemi COVID-19 merebak. Sebelumnya, layanan ini hanya ada di Pulau Jawa, lalu meluas ke seluruh Indonesia. Perluasan ini untuk

mendukung kebijakan physical distancing. Di sisi lain, permintaan layanan jasa pengiriman di luar Jawa juga menguat saat pandemi. Sejauh ini, Ninja Xpress fokus menggarap konsumen yang merupakan seller atau pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) yang masuk online. Meski begitu, konsumen akhir atau bukan seller tetap tidak ditinggalkan. Sebab, konsumen akhir bisa mengakses layanan Ninja Xpress lewat semua kanal, seperti Ninja Point dan GrabExpress, kecuali sistem dashboard. Komposisi konsumen Ninja Xpress adalah 90% seller dan 10% end user. Andi menambahkan, terjadi evolusi dalam menggarap segmen seller ini. Ninja Xpress bukan hanya sebatas memberikan layanan pengiriman saja, namun bagaimana membuat bisnis para seller bisa berkembang. Setelah dipetakan, ada lima hal yang para seller biasanya belum kuasai, yakni pemasaran, keuangan, legal, kehumasan, dan otomatisasi. Berangkat dari lima aspek ini lahirlah Ninja Academy dan loyalty program. “Selain itu, kami juga membuat forum Oasis, obrolan asyik seputar bisnis, yang mempertemukan para seller dengan para pakar dari berbagai bidang,” tambah Andi.

Komunikasi

Menerapkan strategi komunikasi secara omnichannel juga menjadi kunci keberhasilan Ninja Xpress. Salah satu taktik jitu dalam merancang komunikasi adalah dengan menonjolkan keberhasilan para seller. Merek ini mengemas sebuah acara offline yang diamplifikasi secara online. Sebagai contoh, pada Desember 2019, Ninja Xpress menggelar acara bertajuk Lokalisme di Mbloc, Jakarta. Ini adalah panggung untuk para seller yang sudah menjadi mitra Ninja Xpress untuk hadir langsung di hadapan konsumen. Ninja Xpress mengajak 10 mitra seller untuk dagang di booth yang sudah disiapkan. Sebelum dan sepanjang acara Lokalisme yang mengusung tema Yang Lokal Juga Bisa Vokal ini, Ninja Xpress memaksimalkan komunikasi di kanal digital. Event yang berlangsung tiga hari ini juga diisi dengan OASIS. Hasilnya, ada sekitar 35 ribu pengunjung dan terjadi transaksi hingga Rp 60 juta. “Dalam komunikasi Ninja Xpress juga berfokus pada para seller. Bagaimana kami membuat kegiatan yang mempertemukan seller dan end user dan kami amplifikasi ke ranah digital. Tujuannya, agar para seller semakin dikenal, sehingga kirimannya juga meningkat,” jelas Andi. Selanjutnya, untuk membangun engagement di kanal digital, Ninja Xpress memiliki cara berbeda. Merek ini tidak mau ikut-ikutan dengan cara bagi-bagi hadiah. “Kami konsisten bagaimana menggunakan semua platform digital kami untuk cerita tentang para mitra seller,” terangnya. Hal ini terlihat dalam kanal YouTube Ninja Xpress. Ada enam segmen di kanal itu yang semuanya membahas dunia bisnis, pengetahuan kewirausahaan, dan lainnya yang bermanfaat untuk perkembangan para seller. “Selain berguna dan fokus kepada seller, pendekatan komunikasi ini juga menjadi bagian dalam menjaga loyalitas mereka,” pungkas Andi.

QUOTE “Omnichannel merupakan penyempurnaan multichannel. Melalui omnichannel, servis kami ke konsumen lebih personal dan memberikan pengalaman terpadu. Mengingat, sekarang ini konsumen menuntut segala sesuatu lebih cepat dan mudah.” Andi Djoewarsa, Chief Marketing Officer Ninja Xpress.

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 066 Panasonic Gobel Indonesia

Memperkuat Brand Awareness Meskipun pompa air bukan produk yang dibeli secara berkala oleh konsumen, namun strategi omnichannel tetap dibutuhkan. Panasonic terus melakukan komunikasi pemasaran untuk produk pompa airnya melalui berbagai kanal. Oleh Ramadhan Triwijanarko

| September 2020

ompa air merupakan salah satu produk elektronik yang paling penting dalam rumah tangga. Peranannya yang krusial membuat produk ini wajib dimiliki tiap rumah tangga. Untuk produk pompa air, strategi pemasaran yang paling efektif adalah advokasi dalam bentuk

word of mouth. Hal ini disadari oleh PT Panasonic Gobel Indonesia. Menurut Rawenda, Sales & Marketing Manager Life Solutions Product PT Panasonic Gobel Indonesia, walaupun konsumen Indonesia memiliki produk

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 067 pompa air dari merek berbeda, namun akan tetap menyebutnya dengan satu nama merek yang sudah generik. Tentunya, ini menjadi pekerjaan besar bagi Panasonic untuk memperkenalkan produk pompa airnya kepada seluruh lapisan masyarakat. Di sisi lain, situasi pandemi berpengaruh pada lini bisnis produk pompa air Panasonic. Meskipun sedikit tersendat di kawasan pulau Jawa dan Bali, namun masih ada beberapa daerah yang justru menunjukkan capaian positif. “Saat ini, pasarnya hampir sama dengan industri yang lain. Secara umum, permintaannya memang turun. Tapi, per area masih ada yang berhasil tumbuh, seperti di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera,” kata Rawenda. Rawenda melihat ada perbedaan kebiasaan pembelian pompa air bila dilihat secara demografis. Masyarakat yang tinggal di daerah akan menjadikan komponen harga sebagai faktor utama keputusan pembelian. Selain harga, masih ada pertimbangan lain, seperti kesesuaian fungsi dan kebutuhan. Sementara, konsumen di perkotaan cenderung memperhatikan daya tampung yang dimiliki pompa

air tersebut demi pemenuhan kebutuhannya. Di sini, mereka fokus pada kapasitas dan daya listrik. Secara umum, faktor pembelian lain adalah daya tahan produk tersebut. Rawenda mengatakan, masyarakat tidak mau direpotkan oleh permasalahan seputar pompa air. Sebab itu, keawetan produk menjadi pertimbangan utama. Melihat ini, rangkaian produk pompa air dari Panasonic dibekali dengan garansi motor selama tiga tahun. Selain diklaim tahan lama, pompa air Panasonic juga telah diakui dengan beragam sertifikasi. Museum Rekor Indonesia (MURI) berhasil dua kali menguji produk pompa air Panasonic. Ketahanan dari produk pompa air ini telah diuji untuk beroperasi selama 20 jam nonstop. Bahkan, pada tahun 2017, pompa air Panasonic berhasil lolos uji dengan pemakaian 100 jam nonstop. Meskipun produk pompa air bukan produk yang dibeli secara berkala oleh konsumen, namun Panasonic sudah melakukan strategi komunikasi dengan konsep omnichannel. Rawenda menjelaskan, dalam beberapa tahun terakhir, strategi pemasarannya sudah mulai menggunakan platform digital. “Trennya sekarang adalah melakukan kreasi dalam mempromosikan produk melalui platform baru yang mudah diakses oleh konsumen,” terangnya. Walaupun sudah melakukan peralihan dalam strategi komunikasi, Rawenda yakin bahwa kampanye pemasaran tidak bisa dilakukan melalui satu platform saja. Karena itu, bersama timnya ia tetap menjalankan strategi pemasaran melalui dua kanal, online dan offline. Panasonic meyakini bahwa tidak hanya konsumen yang perlu diyakinkan tentang keunggulan produk, tetapi juga para diler dan distributor yang menjadi tulang punggung penjualan antara brand dengan konsumen. Berkat strategi komunikasi tersebut, banyak diler yang mengaku terbantu penjualannya. “Muncul rasa percaya diri dari para diler dan distributor. Konsumen juga semakin paham bahwa Panasonic tidak sekadar menjual produk AC dan kulkas saja,” jelasnya. Dalam komunikasi pemasaran, Panasonic melakukan kolaborasi dengan banyak pihak. Salah satunya dengan menggunakan jasa key opinion leader dan penggunaan format konten yang bervariasi. “Kami membuat video yang kekinian dengan selera orang sekarang. Key visual yang kami sajikan harus mudah dicerna dan berdurasi singkat. Fitur-fitur tersebut dibagi dalam beberapa seri video,” jelas Rawenda. Walaupun strategi online sudah gencar dilakukan, Panasonic paham bahwa kanal dan strategi offline masih harus dilakukan. Beragam strategi yang sudah dilakukan bertahun-tahun juga masih dilakukan hingga sekarang, seperti memproduksi katalog produk secara fisik dan juga suvenir. Gathering dengan mitra diler, distributor, hingga para teknisi juga masih rutin digelar. “Ketika menjalankan strategi omnichannel, harus memahami dulu KPI apa yang ingin dicapai. Kemudian, pintar dalam mengalokasikan anggaran, dan timing yang tepat,” tutup Rawenda.

QUOTE “Ketika menjalankan strategi omnichannel, harus memahami dulu KPI apa yang ingin dicapai. Kemudian, pintar dalam mengalokasikan anggaran, dan timing yang tepat.” Rawenda, Sales & Marketing Manager Life Solutions Product PT Panasonic Gobel Indonesia

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 068 MyPertamina

Sentuhan Omni dalam Aplikasi MyPertamina menjadi platform yang kini diandalkan oleh Pertamina dalam melayani pelanggannya. Platform digital ini menjadi kekuatan Pertamina dalam memberi pelayanan yang lebih aman, efisien, sekaligus menyuguhkan pengalaman baru. Oleh Sigit Kurniawan

eknologi memainkan peranan penting dalam memberikan pengalaman baru bagi pelanggan. Hal inilah yang disadari betul oleh PT Pertamina (Persero). Salah satu platform yang terus dikembangkan hingga saat ini adalah aplikasi MyPertamina. Aplikasi ini sudah diluncurkan sejak tahun 2018 dan menjadi salah satu platform digital omnichannel yang disambut baik oleh konsumen. MyPertamina merupakan bagian dari program besar digitalisasi yang dilakukan oleh Pertamina. Awalnya didesain sebagai program program loyalty dan e-payment yang memberikan user experiences untuk seluruh konsumen Pertamina berupa aplikasi dan kartu yang terintegrasi. Tentunya, aplikasi ini

| September 2020

memberi sejumlah keuntungan bagi penggunanya. Misalnya, kemudahan melakukan top up online yang didukung oleh sejumlah bank. Selain itu, MyPertamina juga menghadirkan sejumlah fitur terkait layanan Pertamina. Misalnya, fitur SPBU Near Me, info lengkap mengenai produk-produk Pertamina, reedem point, serta promo yang sedang berlangsung. Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga (selaku CEO Subholding Commercial & Trading Pertamina) Mas’ud Khamid mengatakan MyPertamina merupakan wujud loyalty program sekaligus dukungan pada cashless payment. Peran MyPertamina semakin menonjol di masa pandemi COVID-19 selama ini sebagai alat transaksi nontunai untuk menghindari transaksi fisik yang berpotensi pada penularan. Baginya, pandemi ini juga menjadi momentum untuk memperkenalkan MyPertamina secara lebih luas dan

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 069

membangun literasi digital di kalangan konsumen. “Kami mendukung upaya pemerintah mengedepankan protokol kesehatan. Setiap operator SPBU telah dilengkapi dengan masker, sarung tangan, dan handsanitizer. MyPertamina menjadi alat pembayaran nontunai yang meminimalisir orang memegang uang fisik. Selain keamanan, ini juga memberikan kenyamanan pelanggan dalam bertransaksi di SPBU,” ujar Mas’ud. Melalui aplikasi MyPertamina, Pertamina juga lebih mudah membuat program-program loyalitas, termasuk mengintegrasikan aktivasi baik online maupun offline. Mas’ud menambahkan, masyarakat bisa mendapatkan cashback dengan membeli produk-produk BBM Pertamina tertentu sesuai dengan syarat dan ketentuan di SPBU yang sudah terkoneksi dengan aplikasi My Pertamina. Selain itu, Pertamina juga sudah merilis Pertamina Delivery Service (PDS) sejak Agustus 2019. Layanan ini mengalami peningkatan selama masa pandemi. Dengan layanan ini, pelanggan dimudahkan dalam mendapatkan BBM meski mereka hanya di rumah saja.

Pada masa Ramadan lalu, Pertamina menggelar loyalty program dalam bentuk Ramadan Cashback 30% #BerkahDiRumah MyPertamina. Ini merupakan program yang diberikan untuk konsumen yang melakukan pembelian Pertamax Series (Pertamax, Pertamax Turbo) dan Dex Series (Pertamina Dex, Dexlite) di SPBU Pertamina dengan transaksi nontunai yang menggunakan LinkAja. Pertamina juga menggelar program cashback untuk sopir angkot dan ojek online sebesar 50% untuk pembelian Pertalite dan Dexlite melalui aplikasi MyPertamina. Selain itu, Pertamina juga menggelar Program Berbagi Berkah MyPertamina (BBM) yang bertujuan mengedukasi pelanggan sesuai dengan kemampuan daya belinya untuk menggunakan bahan bakar dengan kualitas lebih baik dan ramah lingkungan serta menggunakan produk LPG non subsidi (Bright Gas). Program ini juga mengedukasi mereka menggunakan layanan e-payment melalui MyPertamina dan LinkAja. Program ini dilakukan secara omni dengan mengombinasikan aktivasi online maupun offline. Program tersebut mencakup aktivasi sosialisasi, edukasi, fun walk, konser musik live, dan sebagainya. Agar makin engage, program yang digelar hingga tahun 2021 nanti, menyediakan hadiah bernilai miliaran rupiah berupa mobil Porsche Boxter, motor BMW, paket umroh, hingga kiloan emas batangan. Semua itu terintegrasi dalam aplikasi MyPertamina. MyPertamina juga menjadi sarana membangun customer engagement lebih mendalam. Salah satunya diwujudkan dengan menggelar hiburan daring dalam beberapa episode. Selama Mei-Agustus 2020, misalnya, Pertamina menyuguhkan enam episode Pertashow dengan total penonton lebih dari 100.000 orang. Pertashow merupakan konser digital yang digelar live melalui aplikasi MyPertamina. Tujuan lain hiburan daring ini adalah meningkatkan jumlah pengguna aplikasi tersebut. Tak sebatas berfungsi sebagai aplikasi, MyPertamina juga bisa menjadi sumber data terbaik yang bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak layanan dan produk Pertamina. Dengan data-data ini, Pertamina bisa memahami apa yang sebenarnya diinginkan dan dibutuhkan oleh pelanggannya. Sampai akhir tahun 2020, Mas’ud menargetkan jumlah pengguna aplikasi belanja MyPertamina mencapai tiga juta. Ia mengatakan, jumlah pengguna ini merupakan data penting bagi perusahaan untuk mengetahui karakter pelanggan. “Kami ingin memahami siapa pelanggan Pertamina sebenarnya dengan lebih detail. Termasuk profil dan kebutuhan para pelanggan di setiap daerah,” katanya. Data tersebut juga penting agar penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tepat sasaran. MyPertamina, sambung Mas’ud, cukup membantu perusahaan dalam memberi layanan dan produk yang customer driven. Ke depannya, Pertamina akan terus mengembangkan program-program loyalitas yang terintegrasi dengan aplikasi tersebut. Dengan integrasi ini, Pertamina bisa memberikan pengalaman terbaik baik di kanal online maupun offline. “Hanya dengan ini, produk dan layanan Pertamina bisa lebih relevan dan menjawab kebutuhan masyarakat secara lebih tepat,” pungkas Mas’ud.

QUOTE “Kami ingin memahami siapa pelanggan Pertamina sebenarnya dengan lebih detail sehingga ke depannya kami akan bisa melayani dengan baik.” Mas’ud Khamid, Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga (CEO Subholding

Commercial & Trading Pertamina)

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 070 PT Petrokimia Gresik

Omni di Semua Lini Perubahan di lanskap industri menuntut Petrokimia Gresik melakukan transformasi. Caranya dengan mengadopsi konsep omni yang diterapkan di hampir semua lini bisnisnya. Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz

T Petrokimia Gresik tengah menggeser strategi bisnis mereka, dari product driven ke market driven. Dengan begitu, produsen pupuk ini tidak hanya akan mengandalkan kontribusi dari pupuk subsidi yang mencapai 80%, namun juga mengembangkan pasar pupuk nonsubsidi. Lebih dari itu, pendekatan market driven ini mendukung tujuan perusahaan menjadi solusi bagi industri agrokultur yang berkelanjutan. Di saat bersamaan, mulai terjadi regenerasi konsumen pupuk, yakni para petani. Sekarang ini, lebih dari 50% konsumen perusahaan ini berusia di atas 45 tahun. Beberapa tahun ke depan, para petani dari generasi yang lebih muda akan mendominasi dan membutuhkan pendekatan berbeda. Kompetisi di industri pupuk juga semakin ketat. Hal ini ditandai dengan masuknya produk-produk kompetitor di kioskios pupuk. Perubahan dan tantangan inilah yang menuntut perusahaan untuk menyiapkan infrastruktur dan SDM, untuk mendukung transformasi bisnis.

| September 2020

Harapannya, daya saing mereka semakin kuat dan siap menghadapi persaingan bebas. Perusahaan telah melakukan transformasi di tiga pilar. Pertama, digitalisasi sistem marketing dan sales intelligence. Kedua, revitalisasi kanal penjualan dengan evaluasi distributor untuk produk nonsubsidi dan penambahan kuantitas salesperson maupun armada agronomis (mobil uji tanah) yang dimiliki perusahaan. Ketiga, pengembangan kompetensi dan implementasi insentif untuk para salesperson. “PT Petrokimia Gresik telah melakukan digitalisasi di berbagai aspek. Upaya ini kami lakukan untuk mendukung bisnis perusahaan. Tujuannya, untuk meningkatkan efisiensi, mendorong cost leadership strategy, dan membangun added value bagi konsumen melalui penyediaan produk, pricing, dan keunggulan kompetitif perusahaan,” ujar Digna Jatiningsih, Direktur Operasi & Produksi PT Petrokimia Gresik. Upaya ini memberikan dampak yang signifikan di beberapa aspek, seperti peningkatan penjualan. Digna mencontohkan, saat ini Petrokimia Gresik menawarkan kemudahan akses transaksi secara daring

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 071

melalui marketplace buatan mereka, Petromart. Inovasi ini diklaim berhasil meningkatkan penjualan ritel daring. Perusahaan pupuk ini juga memiliki Aplikasi Web Commerce (WCM) yang terintegrasi dengan PT Pupuk Indonesia. Fitur ini memberikan kemudahan akses penebusan pupuk oleh distributor secara daring dan real time. Dengan cara ini, penebusan dan penjualan pupuk dapat berjalan lebih lancar. Tak hanya itu, perusahaan juga memiliki aplikasi SIAGA yang terintegrasi dengan PT Pupuk Indonesia selaku perusahaan induk yang memiliki fungsi monitoring stok pupuk. Teknologi ini mendukung optimalisasi penjualan. Di sisi layanan, perusahaan memiliki aplikasi PetroXfert yang memberikan beragam informasi mengenai produk dan penggunaannya. Lalu, ada layanan WhatsApp yang dapat menyentuh konsumen secara personal. Kemudian, membuat Corporate Customer and Complaint Database (COCCOD) untuk memonitor dan mengumpulkan suara konsumen. Lewat beragam kanal tersebut beragam keluhan dapat diatasi dengan cepat.

Untuk mengoptimalkan proses bisnis, Petrokimia Gresik mengembangkan beberapa aplikasi. Sebut saja Digital office (paperless), Sistro (sistem antrean truk online), Petro Port (manajemen pelabuhan), Petrostar (absensi karyawan dan pemantauan kesehatan online), Go Crane (manajemen infrastruktur dan alat berat), dan aplikasi lainnya yang mendukung kecepatan proses dan optimalisasi database yang terstruktur. Tak hanya ekosistem berbasis digital, ekosistem offline juga terus diperkuat perusahaan. Saat ini, perusahaan memiliki fasilitas bagi konsumen untuk menganalisis kekurangan unsur hara pada tanah secara gratis dengan mengirimkan 11 Mobil Uji Tanah (MUT) ke beberapa titik di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Barat. Personel MUT juga memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai pemupukan dan perbaikan kondisi tanah. Harapannya, konsumen dapat memberikan pemupukan yang tepat sesuai kondisi tanahnya sehingga dapat meningkatkan hasil panen. Selain itu, Petrokimia Gresik juga memiliki 25.000 kios pupuk yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia sebagai kanal penjualan. Melalui ribuan kios ini, PT Petrokimia Gresik bersama PT Pupuk Indonesia meningkatkan corporate image dan brand awareness produk dengan taktik branding kios. “Kedua ekosistem online-offline ini kami kembangkan untuk memperluas jangkauan kepada pelanggan. Kami juga melibatkan pelanggan secara aktif dalam penentuan produk pilihan pelanggan melalui berbagai kanal, baik offline maupun online,” lanjutnya. Perusahaan ini mencatat beberapa keberhasilan yang diraih oleh perusahaan melalui pendekatan omni. Contohnya, para petani semakin melek teknologi dan performa media sosial perusahaan yang menunjukkan peningkatan engagement. Ujungujungnya terjadi peningkatan penjualan, market share, dan brand awareness. “Melalui pendekatan omni, terbukti realisasi penjualan pupuk nonsubsidi, khususnya Phonska Plus pada tahun 2020 meningkat signifikan dibandingkan dua tahun sebelumnya. Sampai akhir tahun 2020, diprediksi penjualan Phonska Plus akan meningkat hingga 50% dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun lalu, produk ini mampu menjadi market leader,” ujarnya. Hingga akhir tahun, perusahaan menargetkan menjadi market leader di sektor pupuk nonsubsidi, khususnya NPK dengan produk unggulan Phonska Plus. Berdasarkan survei Kadence, pada tahun 2019, Phonska Plus yang diluncurkan pada tahun 2017 telah menjadi market leader di pasar pupuk buatan NPK nonsubsidi dengan pangsa pasar sebesar 27%. Petrokimia Gresik terus mengembangkan bisnis menuju related diversified industry dengan mengerahkan beberapa program, seperti peningkatan kapasitas pabrik, rekonfigurasi pabrik, dan pengembangan produk baru di luar core product, seperti Surfaktan dan Soda Ash. Akhirnya, semua upaya ini dilakukan untuk menjaga eksistensi perusahaan, mengamankan posisi sebagai market leader, hingga ekspansi pasar ke pasar ekspor. Kuncinya jelas, yakni pendekatan omni di semua lini.

QUOTE “Kedua ekosistem online-offline ini kami kembangkan untuk memperluas jangkauan kepada pelanggan. Kami juga melibatkan pelanggan secara aktif dalam penentuan produk pilihan pelanggan melalui berbagai kanal, baik offline maupun online.” Digna Jatiningsih, Direktur Operasi & Produksi PT Petrokimia Gresik

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 072 PLN Corporate University

Inisiasi Omni Corporate University PLN terus berusaha meningkatkan kinerja perusahaan. Salah satunya melalui corporate university. Integrasi penyampaian materi secara online dan offline dipilih agar pembelajaran lebih komprehensif dan menjangkau banyak karyawan. Oleh Clara Ermaningtiastuti

| September 2020

T Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN memiliki tugas sebagai penyedia satu-satunya tenaga listrik bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, PLN juga memiliki tujuan menunjang pembangunan nasional dengan menjadikan listrik sebagai media meningkatkan kualitas masyarakat dan mendorong kegiatan ekonomi. Sehingga, PLN mendorong peningkatan kinerja di dalam perusahaan melalui pendidikan bagi para karyawan. Hal itulah yang menjadi gagasan awal dari kehadiran PLN Corporate University (PLN CorpU).

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 073 Setelah memiliki Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat), PLN CorpU menjadi wadah untuk menggodok potensi karyawan yang tidak hanya dikejar kompetensinya tetapi juga profesionalitasnya. Jika Pusdiklat difokuskan untuk meningkatkan keterampilan dan kecepatan karyawan, PLN CorpU merupakan tempat untuk penyelarasan antara apa yang ingin dicapai oleh perusahaan lewat program training. Jadi, karyawan nantinya tidak hanya terampil dan cekatan, namun dapat membuat kinerja perusahaan meningkat. Badrul Musthafa, General Manager PLN Corporate University mengungkapkan bahwa tujuan Pusdiklat dan PLN CorpU ini sama, yaitu menyediakan pembelajaran untuk sistem bisnis di lingkungan PLN dan PLN Group. Namun, PLN CorpU juga fokus pada proses bisnis dengan direktorat lain. “Pembelajaran di CorpU terbagi menjadi dua

tujuan, yaitu meningkatkan kompetensi pegawai dan meningkatkan kinerja unit melalui pembelajaran yang diberikan. Karena itu, PLN CorpU melakukan evaluasi sampai ke level penanganan khusus saat tim menciptakan suatu proyek,” ujar Badrul. Tidak hanya memiliki pembelajaran dengan sistem class learning, PLN CorpU juga melakukan digital learning. Terlebih lagi, di situasi pandemi yang masih memengaruhi berbagai aktivitas masyarakat saat ini. “Kami mengakui pembelajaran online di PLN CorpU cukup terlambat. Kami mulai merencanakan sistem online pada akhir tahun 2019. Kami menyadari pentingnya sistem ini untuk menjangkau lebih banyak karyawan,” kata Badrul. Meski telah direncanakan sejak tahun lalu, sambung Badrul, pandemi COVID-19 telah mempercepat pembelajaran digital tersebut. Jika mulai akhir tahun 2019 hingga Februari 2020 mereka melakukan 8-12 kali digital learning, PLN CorpU telah mencoba melakukan digital learning secara menyeluruh sejak Maret lalu. Sistem pembelajaran di PLN CorpU juga dilakukan secara omni. Pemahaman materi cara online sangat dibutuhkan, namun tidak cukup. Para pembelajar tersebut harus mengikuti praktik secara offline. Beradaptasi dengan kondisi saat ini, PLN CorpU sementara ini menggunakan metode simulasi. “Tidak mudah mengedukasi model belajar seperti itu,” katanya. Tantangan lain dalam pembelajaran online ini adalah paket data dan kualitas koneksi peserta. Termasuk juga permasalahan konten pembelajaran. Tidak semua konten tentang kelistrikan bisa didapatkan di Indonesia. Sebab itu, PLN CorpU harus mengambil materi atau berkolaborasi dengan para ahli dari luar negeri untuk menyediakan materi tersebut. Selain itu, perumusan materi dan desain pembelajaran harus tepat sasaran untuk setiap jabatan. Pertimbangannya adalah regenerasi yang pasti akan datang. Kesiapan sejak dini bisa mempermudah sistem pembelajaran ke depannya bagi karyawan. Untuk podcast, PLN CorpU menyiapkan dua format, yaitu tanya jawab dan penjelasan. Ini menjadi opsi pembelajaran agar karyawan tidak merasa jenuh selama mengikuti proses belajar. Meski sudah berjalan selama beberapa bulan, efektivitas pembelajaran secara omni ini terus dievaluasi dan dikembangkan. PLN CorpU melakukan survei internal di kelas pembelajaran. Hingga kini, keluhan yang masih sering ditemukan adalah kualitas jaringan. Namun, terlepas dari berbagai kendala yang ada, PLN CorpU saat ini bisa menjangkau sekitar 46.000 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Badrul mengatakan, masih banyak aspek yang bisa ditingkatkan ke depannya. “Sebab itu, PLN CorpU akan terus berusaha melengkapi dan menyempurnakan materi, metode, hingga proses pembelajaran. Sehingga integrasi antara online dan offline ini bisa membantu meningkatkan kinerja perusahaan secara menyeluruh,” tegasnya.

QUOTE “Pembelajaran di CorpU terbagi menjadi dua tujuan, yaitu meningkatkan kompetensi pegawai dan meningkatkan kinerja unit melalui pembelajaran yang diberikan. Karena itu, PLN CorpU melakukan evaluasi sampai ke level penanganan khusus saat tim menciptakan suatu proyek.” Badrul Musthafa General Manager PLN Corporate University

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 074 SiCepat Ekspres

Berkat Kampanye 360° Strategi omnichannel telah mengantarkan SiCepat mendapatkan traction yang luar biasa. Saat platform online naik daun, SiCepat justru meraup kenaikan transaksi di geraigerai offline-nya. Kampanye pemasaran 360° menjadi kunci. Oleh Sigit Kurniawan

ejak dua tahun belakangan, SiCepat gencar mengembangkan strategi omnichannel untuk produk-produk dan kampanye pemasarannya. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang ini melakukan distribusi konten secara lintas kanal demi mendongkrak pengalaman pengguna. “Setiap ada produk dan layanan baru yang kami luncurkan, kami menggelar kampanye pemasaran yang besar agar dampaknya ke masyarakat konsumen juga luas. Kampanye pemasaran ini kami sebut dengan kampanye marketing 360°,” kata Wiwin Dewi Herawati, Chief Marketing Officer SiCepat Ekspres. Salah satu produk andalannya adalah HaLu (Harga Mulai Lima Ribu). Sebagai produk, HaLu tergolong omni karena jasa pengantaran untuk sementara ini masih ditawarkan hanya di platform e-commerce. Asal tahu saja, SiCepat saat ini melayani tiga segmen seller, yakni seller di social commerce,

| September 2020

di marketplace atau e-commerce, serta segmen business-to-business (B2B). Layanan HaLu menawarkan biaya kiriman paket yang lebih murah dari biaya paket reguler dan hanya tersedia di platform marketplace, seperti Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak. Layanan ini hadir sejak Februari lalu. Dengan HaLu, konsumen e-commerce bisa mendapatkan harga yang lebih murah 30-40% dari tarif reguler. Produk ini, sambung Wiwin, bukanlah produk promosi karena dijalankan secara berkelanjutan. Meski lebih murah, SiCepat tetap berkomitmen memberikan service experience pada konsumen dengan layanan berkualitas. Dengan ini, Wiwin berharap muncul advokasi sukarela dari kalangan pengguna jasa SiCepat. Produk SiCepat lainnya yang mendapat sentuhan omnichannel, antara lain H3Lo (Heboh Tiga Kilo), SIUNTUNG, dan GOKIL (Kargo Kilat). GOKIL merupakan layanan pengiriman barang di atas sepuluh kilo dengan harga murah. GOKIL melayani penguruman barang dalam jumlah atau ukuran yang

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 075

lebih besar dengan harga lebih ekonomis, mulai dari Rp 25.000 per 10 kg. Produk GOKIL dapat digunakan untuk korporasi, social commerce, dan marketplace yang saat ini tersedia di Tokopedia. Agar produk-produk tersebut dikenal oleh masyarakat konsumen, SiCepat mengandalkan komunikasi pemasaran 360°. “Kampanye ini melibatkan banyak pihak dan platform, dari public relations hingga influencer, dari selebgram hingga YouTuber. Tak hanya itu, kami juga memanfaatkan media-media cetak, seperti poster dan flyer yang disediakan di outlet-outlet SiCepat. Semua kami pakai untuk amplifikasi pesan,” kata Wiwin. Dampaknya cukup kentara. Sambutan konsumen terhadap GOKIL terbilang bagus, padahal program ini diluncurkan di masa pandemi COVID-19. Hanya dalam dua minggu setelah diluncurkan, GOKIL mendapatkan kenaikan traction sebesar 97% atau hampir sama dengan satu bulan layanan kargo biasa. Menurut Wiwin, selama dua tahun SiCepat pernah melakukan analisis terhadap praktik komunikasi pemasaran online secara penuh. Hasilnya, meskipun

masyarakat sudah makin melek digital, strategi pemasaran online tidaklah cukup. Pasalnya, SiCepat menemukan ada segmen khusus yang senang datang ke gerai resmi SiCepat yang dikenal dengan PUDO SiCepat. “Layanan tatap muka ternyata masih digemari oleh banyak konsumen dan kami tidak mau kehilangan pelanggan di segmen ini. Justru di sinilah, kami bisa memberikan pengalaman terbaik bagi mereka dengan pelayanan yang ramah, bersahabat, dan efektif. Di sini, kami juga memberikan media-media pemasaran dalam bentuk flyer, poster, dan sebagainya,” kata Wiwin. Menurutnya, layanan tatap muka ini justru digemari masyarakat saat pandemi. Tentu saja, SiCepat juga mengedepankan protokol kesehatan dalam setiap pelayanan di semua gerainya. Dampak bagi bisnis SiCepat cukup terasa. Selama satu semester pada tahun ini, transaksi offline justru meroket hingga 131%. “Ini menjadi indikasi jelas bahwa pendekatan offline tidak boleh ditinggalkan karena masih ada banyak segmen potensial yang harus dilayani. Data juga menunjukkan kontribusi transaksi offline ini justru terus meningkat. Meski demikian, kami memberikan layanan yang sama, baik konten maupun kualitasnya secara offline dan online,” katanya. Pelanggan yang datang ke gerai SiCepat juga mendapatkan layanan secara omni karena proses transaksi juga dilakukan secara digital dan terintegrasi. Wiwin menyadari, komunikasi langsung di konter tersebut dibutuhkan untuk menciptakan customer intimacy. Tim SiCepat tidak hanya melayani transaksi, namun juga berperan sebagai advisor bagi pelanggan. Artinya, menjadi semacam konsultan yang mengarahkan pelanggan mendapatkan layanan yang paling pas dengan kebutuhan mereka. “Gimmick-gimmick yang diberikan selama proses di gerai SiCepat juga mendorong naiknya traction selama enam bulan pertama tahun ini,” kata Wiwin. SiCepat juga gencar mengedukasi masyarakat konsumen untuk mengadopsi platform digital. Salah satunya dengan program Hujan Hadiah YouTube SiCepat. Program ini berlangsung dari 2 Agustus hingga 22 Desember 2020. Pelanggan cukup mengikuti akun YouTube SiCepat Ekspress dan akun instragram @SiCepat_Ekspres, lalu memindai QRCode di kanal kolaborasi tersebut untuk mendapatkan nomor undian. Dengan berbagai inovasi dan implementasi strategi omnichannel, SiCepat mampu mencetak pertumbuhan signifikan. Pada tahun 2020, kenaikan rata-rata jumlah pengiriman di atas 650.000 paket setiap harinya dsn jumlah seller mencapai 1,4 juta. Selain itu, kinerja SiCepat meningkat 110% dengan MoM Growth empat kali lipat setiap bulannya. “Saat ini, kami sedang mengembangkan superapps yang bisa memenuhi banyak kebutuhan konsumen. Termasuk, di dalamnya ada program loyalty dan reward. Kami berencana meluncurkan superapps ini pada akhir tahun ini,” pungkas Wiwin.

QUOTE “Pendekatan offline tidak boleh ditinggalkan karena masih ada banyak segmen potensial yang harus dilayani dan data menunjukkan justru kontribusi transaksi offline ini terus meningkat. Meski demikian, kami memberikan layanan yang sama, baik konten maupun kualitasnya secara offline dan online.” Wiwin Dewi Herawati, Chief Marketing Officer SiCepat Ekspres.

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 076 Sunpride

Mengomunikasikan Kualitas Sunpride menggunakan strategi omnichannel dalam komunikasi pemasaran. Selain itu, juga untuk memastikan kualitas produk terjaga saat sampai di tangan konsumen. Oleh Estu Dian Maranti

iapa bilang produk buah-buahan tidak membutuhkan branding? Memang, produk buah-buahan memiliki pangsa pasar yang cukup luas. Tetapi, bukan berarti produk ini tidak memerlukan branding pemasaran. Tidak seperti produk lainnya, buah-buahan menjadi produk yang mudah rusak dan berumur pendek. Karena itu, strategi pemasaran menjadi sangat penting agar kualitas produk terjaga saat sampai ke konsumen. Dengan kata lain, strategi pemasaran yang tepat bisa membantu menjaga supply chain. Dalam membangun mereknya, PT Sewu Segar Nusantara (SSN) sebagai perusahaan distributor buah merek Sunpride menerapkan G.A.P (Good Agricultural Practices) communication strategy. Meski telah mendapatkan sertifikat Global G.A.P pada tahun 2017, baru pada Desember 2019 Sunpride menerapkan G.A.P sebagai strategi komunikasi pemasaran mereka. “G.A.P communication strategy lebih kepada movement campaign. Kami ingin mengomunikasikan pada pelanggan bahwa perkebunan kami telah

| September 2020

memiliki sertifikasi Global G.A.P sebagai bukti kualitas yang baik,” kata Cindyanto Kristian, Chief Operating Office PT Sewu Segar Nusantara. G.A.P merupakan sebuah sistem sertifikasi berstandar global untuk produk pertanian yang bersifat berkelanjutan dan menggunakan teknologi ramah lingkungan. Tidak hanya menjamin produk pertanian yang sudah tersertifikasi aman untuk dikonsumsi, tetapi perusahaan juga dinilai memperhatikan kesejahteraan pekerja serta dapat memberikan keuntungan bagi produsen atau petani. Perkebunan Pisang Cavendish, Guava Crystal, dan Nanas Honi milik Sunpride yang ditanam oleh PT Great Giant Pineapple (GGP) diklaim sebagai satu-satunya perkebunan di Indonesia yang telah bersertifikasi keamanan pangan berstandar Internasional (G.A.P). Dengan didapatkannya standar tersebut, Sunpride menekankan produk mereka yang mengutamakan keamanan pangan (food safety). Sertifikasi ini juga menjamin setiap buah dari kebun Sunpride aman untuk dikonsumsi dan terjamin kualitasnya. Dalam hal ini, produk Sunpride dikatakan non-GMO (Genetically Modified Organism) atau tidak ada rekayasa genetika, menjaga residu pestisida sampai nihil, serta menggunakan bahan-bahan ramah

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 077

lingkungan. “Jadi, kami menjamin supply chain kami, dari penanaman, panen, sampai ke tangan konsumen selalu menjaga kualitas produk. Ini diakui oleh internasional melalui sertifikat Global G.A.P. yang penilaiannya dilakukan secara periodik,” ujar Cindyanto. Berbasis strategi G.A.P, Sunpride mendesain kampanye Think Before You Pick yang bertujuan untuk membangun kesadaran konsumen dalam memilih merek yang menawarkan produk buahbuahan kualitas terbaik. Dengan dilakukannya kampanye tersebut, Sunpride ingin mengambil positioning sebagai merek buah yang menghargai consumer protection. Consumer protection adalah hak konsumen untuk mendapatkan produk yang memiliki kualitas terbaik, serta hak konsumen untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai produk yang mereka konsumsi. Think Before You Pick juga menjadi cara Sunpride dalam memberitahu pelanggan mengenai kebaikankebaikan yang ditawarkan oleh buah Sunpride yang sudah tersertifikasi standar Global G.A.P. Kampanye pemasaran Think Before You Pick yang diterapkan oleh Sunpride kemudian didukung oleh strategi omni. Perusahaan ini menerapkan pendekatan

omnichannel marketing dengan memanfaatkan kanal-kanal digital dan membuat konten kreatif yang relevan di media sosial seperti YouTube, Instagram, dan Twitter. Sunpride juga bekerja sama dengan key opinion leader (KOL) untuk meningkatkan kesadaran konsumen mengenai standar G.A.P. Menurut Cindyanto, media sosial menjadi kanal yang tepat untuk memenuhi hak konsumen dalam mendapatkan informasi yang akurat mengenai produk buah Sunpride karena menjangkau banyak audiens Secara offline, Sunpride menggelar in-store activations untuk mengkampanyekan Think Before You Pick. “Kami juga memaksimalkan pemasaran omni di toko-toko ritel dan cabang dengan memanfaatkan distributor sebagai pembawa informasi,” kata Cindyanto. Pendekatan omni tidak hanya diterapkan pada komunikasi pemasaran. Sunpride juga menerapkannya di sistem logistik mereka dengan menggunakan sistem traceability. Melalui sistem ini, perusahaan dapat melacak produk buah yang dipasarkan berasal dari kebun mana. Penerapan sistem traceability ini merupakan bagian dari sertifikat G.A.P. Sistem traceability juga memungkinkan Sunpride untuk mengetahui kualitas dari produk buah yang mereka panen. Jika dalam proses pengiriman atau penjualan didapati buah tidak memenuhi standar kualitas G.A.P, maka produk tersebut dapat ditarik kembali dan ditelusuri dari kebun mana produk tersebut berasal. Setelah itu dapat dilakukan observasi apabila terdapat buruknya kualitas produk. “Dengan begini kami bisa menjamin dan menjaga kualitas produk sampai ditangan konsumen,” tutur Cindyanto. Merek ini juga membangun command center sebagai bagian dari program Sunpride Siap (SUSI). Sistem ini dibuat untuk membantu perusahaan mencari titik distributor terdekat ke pelanggan. Selain lewat distributor di seluruh Indonesia, Sunpride juga menggandeng kanal-kanal marketplace untuk penyebaran produk. Pendekatan omni yang dijalankan Sunpride terbukti efektif dan efisien dalam meningkatkan performa perusahaan. “Kami tidak bisa memberikan angka pasti mengenai pendapatan karena kami bukan perusahaan publik. Tapi, dari segi brand equity, menurut lembaga Nielsen, Brand Equity Index kami berada di angka 5,3 poin. Ini tentu pencapaian yang sangat baik,” ungkap Cindyanto. Strategi omni menjadi sangat penting untuk menunjang performa perusahaan. Tidak hanya dari segi penjualan saja, tetapi juga untuk tetap memberikan informasi mengenai brand atau produk perusahaan. Terlebih saat masa pandemi seperti sekarang ketika aktivitas offline sangat dibatasi. Strategi online dapat menjadi cara merek untuk tetap berkomunikasi dengan konsumen. “Strategi online-offline sudah menjadi sebuah kebutuhan perusahaan maupun merek untuk tetap bertahan, sustain, dan tetap tumbuh terutama di masa pandemi seperti ini. Bagi Sunpride, strategi omni juga dapat membantu perusahaan untuk lebih dekat dengan konsumen,” kata Cindyanto.

QUOTE “Strategi onlineoffline sudah menjadi sebuah kebutuhan perusahaan maupun merek untuk tetap bertahan, sustain, dan tetap tumbuh terutama di masa pandemi seperti ini. Bagi Sunpride, strategi omni juga dapat membantu perusahaan untuk lebih dekat dengan konsumen.” Cindyanto Kristian Chief Operating Officer PT Sewu Segar Nusantara.

September 2020 |

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 078 TaniHub

Digitalisasi Agrikultur Berangkat dari keinginan mempermudah akses petani terhadap pasar, TaniHub resmi berdiri sebagai sebuah startup yang fokus mendigitalisasi bidang pertanian. TaniHub juga mendukung petani dalam pendanaan dan distribusi. Oleh Ellyta Rahma

tartup ini lahir karena keprihatinan terhadap fenomena rendahnya harga yang diperoleh petani dan rantai distribusi yang panjang. Pendiri TaniHub berpikir bahwa harus ada solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Tercetuslah ide untuk memanfaatkan teknologi dengan menciptakan marketplace sebagai jembatan bagi para petani menjual hasil taninya langsung ke konsumen atau pelaku bisnis lain. “Tapi saat itu, ada ketidaksiapan dari petani untuk berjualan secara daring. Jadi, kami bertransformasi menjadi e-commerce agar daya beli dan supplynya bisa seimbang,” jelas Astri Purnamasari, Vice President of Corporate Services TaniHub Group. Model e-commerce ini mendorong TaniHub

| September 2020

bergerak masif membantu petani untuk mengoptimalkan penjualan hasil tani ke pelaku bisnis atau konsumen rumahan. Astri menjelaskan fungsi e-commerce TaniHub tidak hanya untuk mempertemukan petani dan konsumen, tapi juga menyesuaikan supply dan demand hasil tani. Sistem e-commerce yang komprehensif menyebabkan penjualan hasil tani yang lebih optimal. Dalam proses pengembangannya, TaniHub mulai menemukan masalah yang ternyata melanda petani di Indonesia. Memang, adanya e-commerce membuat permintaan produk-produk hasil tani meningkat. Namun nyatanya, peningkatan ini tidak sejalan dengan kemampuan petani untuk meningkatkan produktivitasnya. Penyebabnya, sebagian petani di Indonesia masih memiliki akses yang terbatas terhadap sistem keuangan seperti bank atau lembaga

N

A V I

G A T O

R

Marketeers Omni Brands of The Year 2020 079

keuangan lainnya. Pada tahun 2017, TaniHub mulai memperluas produknya ke arah finansial dengan meluncurkan TaniFund. Ini adalah platform peet-to-peer lending yang langsung menyasar petani di Indonesia yang membutuhkan dana untuk mengembangkan pertaniannya. “Lewat pendanaan ini, TaniHub berupaya mendorong produktivitas para petani agar bisa memenuhi permintaan pasar. Apalagi trafik di e-commerce TaniHub terus meningkat,” lanjut Astri. TaniFund terbuka untuk semua petani yang tergabung dalam ekosistem TaniHub. Mereka memiliki kesempatan yang sama untuk didanai. Hanya saja, ketentuan dan perhitungan dana yang diberikan tetap berlaku. Biasanya, pendanaan ini didorong dengan jumlah permintaan pasar terhadap hasil tani. Melalui dana yang diberikan, petani bisa melakukan perluasan lahan hingga peningkatan kualitas produk pertanian. TaniFund menerapkan sistem pengembalian pinjaman yang unik. Petani tidak membayar tagihan dalam bentuk uang, namun dalam bentuk produk hasil tani. Menurut Astri, sistem inilah yang menjaga konsistensi penggunaan dana oleh petani terhadap perkembangan produktivitas pertaniannya. Dalam jangka waktu yang telah ditentukan, petani yang

didanai harus menyerahkan sejumlah hasil tani yang akan dijual melalui e-commerce TaniHub. Keuntungan penjualan akan dikembalikan ke petani sebagai modal penanaman baru. “Istilahnya kami membeli hasil taninya di awal. Jadi saat panen, petani tinggal menyerahkan hasil taninya untuk dijual ke konsumen baik industri maupun rumahan. Dengan sistem ini pula, TaniHub bisa menjaga kesesuaian demand dan supply pasar,” lanjut Astri. Kemudahan mengakses pendanaan ini berlanjut dengan peluncuran TaniSupply. Ini merupakan platform untuk menangani proses distribusi panenan. Astri mengklaim platform ini menyebabkan proses distribusi dapat dilakukan secara komprehensif dan tepat sasaran. Sehingga, tidak ada hasil tani yang menumpuk, rusak, dan tidak bisa dijual. Dengan ketiga unit bisnisnya ini, TaniHub secara kuat membuktikan bahwa strategi omnichannel dapat membantu petani dalam mengembangkan usahanya. Para petani yang sebelumnya melakukan proses penanaman, panen hingga penjualan dengan cara manual, kini bergerak memanfaatkan kanal digital. Terutama saat menjual hasil tani. Setelah terjual, petani bisa langsung memulai penanaman baru. Inilah siklus yang dibangun TaniHub di ekosistemnya. TaniHub selalu berupaya untuk memaksimalkan bisnisnya melalui dua kanal online dan offline. Hal ini bisa dilihat dari gencarnya kampanye offline activation hingga edukasi langsung kepada petani. Sebagai contoh offline activation, TaniHub secara rutin menggelar TaniFest. Ini adalah festival tani yang mendekatkan produk-produk hasil tani dengan konsumen. Pada September 2019, TaniHub menggelar TaniFest bertepatan dengan ulang tahun sekaligus Hari Tani Nasional. Acara yang mengusung Agriculture for Everyone ini mendekatkan produk hasil tani yang ada di TaniHub dengan konsumen. Lewat acara ini juga, TaniHub membangun citra baru pertanian Indonesia yang modern. Tidak hanya dalam proses produksi, tapi juga distribusi dan penjualan. “TaniHub memiliki tiga pilar utama, yaitu education, agriculture, dan social impact. Pada setiap strategi yang kami jalankan, diusahakan setidaknya satu dari pilar ini terselip di dalamnya. Termasuk dalam strategi omnichannel yang kami jalankan,” kata Astri. Dalam memperkuat strateginya ini, TaniHub tengah mengembangkan sistem distribusi berbasis Processing & Packing Center. Pusat distribusi ini memanfaatkan teknologi robotik untuk memilah hasil tani sesuai dengan target pasarnya dan mengepak produk hasil tani dengan metode yang dapat membuat umur sayur dan buah lebih panjang. Teknologi ini memungkinkan cakupan distribusi yang lebih luas. “Apalagi melihat kondisi COVID-19 ini. Kami mencatat peningkatan pengguna baru TaniHub yang mencapai 150.000 orang pada periode Maret sampai April. Artinya, demand juga cenderung naik sehingga supply harus bisa memenuhi, salah satunya dengan mendigitalisasi proses packaging dan distribusi kami agar hasil tani tidak terbuang karena rusak pada tahap distribusi dan petani tidak rugi,” pungkas Astri.

QUOTE “TaniHub memiliki tiga pilar utama, yaitu education, agriculture, dan social impact. Pada setiap strategi yang kami jalankan, diusahakan setidaknya satu dari pilar ini terselip di dalamnya. Termasuk dalam strategi omnichannel yang kami jalankan,” Astri Purnamasari, Vice President of Corporate Services TaniHub Group

September 2020 |

OMNIEEP_SEPT_21x27,5.pdf

1

21/08/20

13.44

OMNI-VER SION EEP

ND-NEW BRTOADO

IC

EEP TOP

THE POWERFUL DRIVER OF PERFORMANCE

Marketing and Sales Management in OMNI Era 21—25 SEPTEMBER 2020 ABOUT THE PROGRAM

WHO SHOULD ATTEND

The cutting-edge 5-day executive education program in Indonesia that will be delivered both in-class and live online format seamlessly and synchronize. This program is suitable for marketing, sales and HR professionals.

• Marketing Director • Human Capital • Marketing Manager Director • Human Capital • Sales Director Manager • Sales Manager • Strategic decision-maker with a minimum of 5 years experience in marketing

C

PROGRAM OPTIONS

M

Y

CM

OPTION

MY

CY

FEES

CMY

K

IN-CLASS PROGRAM

LIVE ONLINE PROGRAM

FULL PACKAGE: RP12,000,000 PER PARTICIPANT

DAILY PACKAGE: RP1,200,000 PER PARTICIPANT PER DAY

TEAM OF 3 PARTICIPANTS: RP 30,000,000

5-DAY FULL PACKAGE: RP5,000,000 PER PARTICIPANT

(All participants must register through one registration form)

CAPACITY

FEATURES

STRICTLY LIMITED FOR 25 PARTICIPANTS

• Printed learning kit (modules, case studies, reading materials) • Lunch and snacks • Printed certificate • Merchandise • Souvenir • Direct Q&A and interaction opportunities with program faculties and guest speakers • Surprise treats

LIMITED FOR 75 PARTICIPANTS

• Downloadable e-learning kit (modules, case studies, reading materials) • Downloadable e-certificate • Virtual Q&A and interaction opportunities with program faculties and guest speakers • Accessible Zoom platform link

PROGRAM FACULTIES SPECIAL SESSION WITH

FOTO IS

FOTO AR

HERMAWAN KARTAJAYA

JACKY MUSSRY

IWAN SETIAWAN

YOSANOVA SAVITRY

ARDHI RIDWANSYAH

Founder & Chairman MarkPlus, Inc.

Chief Executive Officer MarkPlus Institute

Chief Executive Officer MarkPlus, Inc.

Chief Operation Officer MarkPlus Institute

Senior Content Manager MarkPlus Institute

Supported by :

ANGGUN : 0812 1233 6502 / [email protected]

Momentum BERBISNIS SECARA OMNI, MENGAPA TIDAK?

BERKEMBANG BERKAT DIVERSIFIKASI

GAYA HIDUP JADI PINTU MASUK

P. 082

P. 086

P. 088

M

O

M

E N

T

U

M

019 082

Berbisnis Secara Omni, Mengapa Tidak? Tuntutan untuk menjadi omni sudah tidak bisa dibendung lagi. Namun, untuk melangkah ke sana harus diawali dengan benar. Sebab, membangun kapabilitas di dunia online tidak semudah yang dibayangkan. Oleh Jacky Mussry Deputy Chairman, MarkPlus, Inc. CEO, MarkPlus Institute

| September 2020

M

O

M

E N

T

U

M

083 opik mengenai omni sudah sering dibahas. Sekadar menyegarkan ingatan bahwa yang dimaksud dengan omni adalah bagaimana menggabungkan antara semua kegiatan bisnis di ranah offline dan online secara terintegrasi dan konsisten. Hal ini juga akhirnya menggiring perusahaan untuk menerapkan pendekatan omnichannel, bukan sekadar multichannel. Perbedaannya, dalam omnichannel semuanya terintegrasi dan konsisten, sedangkan dalam multichannel belum tentu seperti itu. Menerapkan pendekatan seperti ini tidak semudah mengucapkan karena ada banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan. Apalagi, perusahaan masa kini dihadapkan pada kondisi yang penuh dengan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Istilah VUCA itu sendiri sebenarnya sudah cukup lama dipergunakan dan mulai diperkenalkan oleh Warren Bennis dan Burt Nanus pada tahun 1987 dalam leadership theory yang mereka jabarkan. Jika kita kaitkan VUCA tersebut dengan pendekatan 4C Model (change, competitor, customer, dan company), maka di tataran lingkungan makro tampak sekali dinamika perubahan (change) yang seringkali penuh volatilitas (volatility), baik dalam hal teknologi, politik-legal termasuk regulasi, ekonomi, sosial-budaya, dan juga pasar. Semakin besar volatilitasnya maka semakin besar dampaknya bagi para pemain atau pesaing (competitor) dalam suatu industri, perilaku para pelanggan (customer), dan akhirnya bagi suatu perusahaan (company). Tumbukan antara kekuatan global dengan kearifan lokal juga menyebabkan semakin tidak jelas siapa sebenarnya para pesaing kita serta apa tindakan-tindakan yang akan mereka lakukan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ini yang kita sebut dengan uncertainty ketika melihat para kompetitor kita. Sedangkan dari sisi pelanggan kita mendapati bahwa para pelanggan masa kini semakin sulit dikelola. Mereka semakin sulit dipuaskan, semakin sulit menjadi loyal, dan semakin pilih-pilih dalam memberikan advokasi terhadap produk dan brand kita. Memang, kita sudah memasuki era customercentricity sebagaimana sudah sering dibahas sebelum-sebelumnya. Kompleksitas (complexity) perilaku pelanggan ini dipicu karena semakin terkoneksinya mereka yang difasilitasi oleh berbagai platform digital. Selain itu, saling ketergantungan juga semakin tinggi. Pada gilirannya, semua itu akan membuat perusahaan yang berpartisipasi dalam suatu ekosistem industri mengalami ambiguitas

(ambiguity) dalam berbagai proses pengambilan keputusannya. Situasi yang sangat dinamis tersebut dapat menggiring manajemen untuk membuat berbagai macam interpretasi dan sekaligus sulit untuk menentukan mana interpretasi yang paling valid. Pada saat pengambilan keputusan sudah tidak ada lagi ruang untuk kesalahan, namun pada saat bersamaan perusahaan kebingungan sendiri dengan berbagai multitafsir tersebut. Alih-alih menghadapi semua faktor 4C tersebut secara sekaligus, menghadapi pelanggan saja sudah pusing tujuh keliling karena karakter pelanggan di era digital ini sama sekali berbeda dengan era-era sebelumnya. Pertama, mereka semakin pintar karena adanya internet dan banyaknya komunitas online yang membantu mereka untuk mendapatkan berbagai informasi yang bahkan sangat spesifik. Informasi tersebut dapat membantu mereka mengambil keputusan terbaik terhadap berbagai pilihan yang ada. Kedua, para pelanggan di era digital ini semakin tinggi tuntutannya. Mereka menjadi pelanggan yang semakin individualis dan harus dipenuhi permintaannya berdasarkan keunikan mereka masingmasing. Tidaklah heran sekarang sebagian besar perusahaan berlomba-lomba menyediakan fitur personalization dan customization. Perlu diingat, bahwa arti dari istilah personalization dan customization tersebut seolah serupa namun tidak sama. Personalization itu dilakukan dari pihak pelanggan sedangkan customization adalah fitur yang disediakan oleh para pemasok produk dan layanan. Ketiga, sebagai dampak dari semakin terkoneksinya para pelanggan tersebut menjadikan mereka semakin terinformasi dan teredukasi. Pada gilirannya memperkuat posisi tawar mereka. Tidak heran jika mereka semakin menuntut berbagai produk dan layanan yang spesifik terhadap kriteria masing-masing individu. Seperti telah disinggung di pembukaan tulisan ini, omni artinya melakukan integrasi antara offline (luar jaringan atau luring) dan online (dalam jaringan atau daring) secara konsisten. Dalam tulisan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai perspektif daring dari pendekatan omni tersebut. Mengapa Harus Daring? Banyak sekali alasan mengapa sekarang para pengusaha baik mikro, kecil, menengah, sampai yang besar harus mempertimbangkan untuk go online. Salah satu alasan yang sering dibahas adalah memang terlihatnya pertumbuhan pesat penjualan melalui e-commerce dalam beberapa tahun terakhir ini.

Menurut Shopy Plus, penjualan ritel e-commerce pada tahun 2014 sebesar US$ 1,3 triliun dan terus meningkat hingga mencapai US$ 4,1 triliun pada tahun 2020 ini. Bahkan, diproyeksikan mencapai sebesar US$ 4,9 triliun pada tahun 2021 nanti. Namun, memang belum ada catatan apakah pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia akan mengoreksi angka-angka prediksi tersebut. Shopy Plus juga meyakini bahwa perdagangan berbasis brick-and-mortar masih tetap akan eksis, namun akan cepat digantikan oleh e-commerce. Setidaknya, sebagian besar toko brick-and-mortar akan bertransformasi menjadi toko berbasis e-commerce. Pada tahun 2019, wilayah Asia-Pasifik berkontribusi terhadap 70% e-commerce global. Dua pasar terbesar adalah China dengan total pasar senilai US$ 740 miliar dan Amerika Serikat senilai US$ 560 miliar. Di Indonesia, banyak perusahaan brickand-mortar yang kemudian juga eksis di e-commerce. Sebaliknya, juga sering kita dapati sejumlah perusahaan e-commerce yang eksis secara luring juga. Pada sisi lain, ada juga yang daring tetap saja daring. Perusahaan-perusahaan offline yang sampai sekarang masih terus bertahan offline perlu menyikapi hal ini secara sungguh-sungguh. Jika perusahaan offline tersebut tetap nekat bertahan offline saja, maka besar kemungkinan suatu saat nanti akan benarbenar off alias mati. Alasan lain yang dapat dipertimbangkan untuk mengadopsi bisnis berbasis daring adalah skala yang cukup besar dari pasar e-commerce tersebut. Dari sumber yang sama disebutkan bahwa pada tahun 2021 nanti setidaknya akan ada 2,1 miliar orang yang akan berbelanja melalui e-commerce. Ini jumlah yang sangat besar mengingat angka tersebut setara dengan 27% populasi dunia. Asumsinya, per Agustus 2020, jumlah populasi dunia sekitar 7,8 miliar orang. Pertimbangan lain yang juga menarik adalah kemudahan akses pasar yang dapat dijangkau melalui daring. Jika disederhanakan, selama terkoneksi melalui internet dan ekosistem e-commerce-nya sudah mumpuni, maka suatu perusahaan dapat menjangkau siapa pun pembelinya di belahan dunia manapun tanpa harus hadir institusinya secara fisik berdekatan dengan pasar tersebut. Jadi, apabila dilakukan dengan baik dan benar, ini merupakan suatu kesempatan bagi para pengusaha untuk menjangkau pasar yang sangat luas dengan anggaran yang terjangkau, namun mendatangkan penjualan yang cukup besar. Penjelasan tersebut juga memperkuat alasan yang lain, yaitu fleksibilitas. Artinya, perusahaan dapat dioperasikan di mana

September 2020 |

M

O

M

E N

T

U

M

019 084 saja di belahan dunia ini dan bisa melayani pelanggan nonstop selama 24 jam sehari, 7 hari per minggu, dan 365 hari dalam setahun. Bayangkan produktivitas yang dapat dicapai oleh perusahaan yang beroperasi seperti ini. Perusahaan dapat menghemat banyak waktu, tenaga, dan juga biaya. Banyak sekali biaya-biaya yang dulunya secara normatif muncul dalam income statement kita akan berkurang secara signifikan. Hal ini akan meningkatkan sales (top-line) dan pada kondisi tertentu akan meningkatkan marjin keuntungan (middle-line) dan bahkan net profit (bottom-line). Skala ekonomi (economies of scale) perusahaan juga akan dapat tercapai secara lebih cepat. Pada sisi balance sheet mungkin tidak akan terlalu banyak lagi aset-aset fisik seperti tanah dan bangunan yang harus disertakan dalam perhitungan. Pada satu sisi perusahaan dapat beroperasi lebih efisien dan pada sisi lain aset dapat diutilisasi secara lebih efektif. Inilah produktivitas yang sebenarnya. Apabila dengan segala aset yang dimilikinya perusahaan bisa melakukan cross-selling dan up-selling ke para pelanggannya yang sudah tercatat dalam data base perusahaan maka cakupan ekonomi (economies of scope) perusahaan juga akan dapat ditingkatkan. Hal lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah semakin matangnya ekosistem e-commerce dari waktu ke waktu. Untuk pengiriman barang kita bisa outsource ke pihak lain tanpa harus repot-repot membangun suatu divisi dan sistem sendiri. Pemesanan, pembayaran, dan sebagainya dapat dilakukan dengan berbagai sistem atau platform yang telah eksis dan paperless. Dengan demikian, perusahaan bisa lebih memfokuskan kapabilitasnya untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya sehingga dapat terus meningkatkan kompetensi inti perusahaan. Perusahaan juga dapat memanfaatkan berbagai media sosial untuk melakukan berbagai upaya komunikasi pemasarannya. Berbagai platform media sosial yang sudah sangat dikenal, seperti Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram dapat dipergunakan untuk menciptakan awareness, menimbulkan ketertarikan, menyediakan wadah untuk bertanya-jawab bagi para pelanggan prospektif, hingga menyediakan ruang bagi para pelanggan untuk memberikan advokasi. Website perusahaan pun dapat diberdayakan tidak semata untuk storytelling, namun juga untuk melakukan penjualan, bahkan berkolaborasi dengan sekian banyak platform e-commerce. Waktunya Meninjau Perusahaan Sejalan dengan pentingnya pendekatan customer-centricity di era daring sekarang ini, maka sudah waktunya kita memeriksa

| September 2020

kembali di mana posisi perusahaan kita sekarang dalam persaingan yang serba daring ini. Apalagi, dengan hadirnya pandemi COVID-19 semakin membuat banyak perusahaan sadar pentingnya pendekatan daring bagi bisnis dan banyak yang dipaksa untuk seketika mengadopsinya. Siap atau tidak, perusahaan harus segera bertransformasi menjadi perusahaan omni. Tantangannya, sebagian besar bukan pada aspek luring, namun pada pengembangan kapabilitas daring itu sendiri. Bayangkan saja jika perusahaan tersebut isinya melulu adalah orang-orang lama yang tergolong digital immigrant, biasanya sebagian kecil Gen-X dan sebagian besar Baby Boomers, tentu akan menjadi sangat lambat dan berat ketika mencoba mengadopsi pendekatan daring tersebut. Namun, jika suatu perusahaan sebagian besar orangnya adalah Gen-Y dan generasi sesudahnya, maka tentu akan lebih mudah karena hal-hal terkait dengan digital sudah merupakan bagian dari hidupnya sehari-hari. Mereka memang digital native yang sebenar-benarnya. Dalam suatu paper yang dirilis oleh MarkPlus, Inc. dan ditulis oleh Iwan Setiawan beberapa waktu yang lalu disebutkan bahwa dalam menghadapi kondisi yang semakin terkoneksi secara digital ini ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kesiapan omni perusahaan (company omni readiness). Kedua, kesiapan omni pelanggan (customer omni readiness). Company omni readiness artinya kita harus melihat sejauh mana kemampuan perusahaan terkait dengan kesiapan proses bisnis yang mengintegrasikan luring dengan daring di setiap titik singgung (touchpoint) perusahaan dengan para pelanggannya. Oleh karena itu, kita perlu melihat sejauh mana perusahaan dapat membangun kemampuan substitusi dari luring ke daring bagi para pelanggannya. Hal ini termasuk membangun awareness kepada para pelanggan bahwa perusahaan mempunyai fitur daring, mulai dari pengenalan produk, transaksi, hingga layanan purnajual. Perusahaan juga harus melihat sejauh mana sumber daya atau aset omnichannel yang dimilikinya, seperti website, media sosial, dan lainnya, untuk berbagai konten digital. Perusahaan harus melihat apakah ada perangkat yang dapat membuatnya terkoneksi dengan para pelanggannya seperti e-commerce platform, video conferencing, dan sebagainya. Sedangkan customer omni readiness artinya perusahaan harus melihat sejauh mana keingingan pelanggan untuk mempergunakan fitur omni tersebut. Hal ini terkait dengan sejauh mana pelanggan mengutamakan pembelian melalui omni, bagaimana mendapatkan informasi produk

dan layanan pendukungnya melalui fitur omni, dan sejauh mana para pelanggan merasakan bahwa fitur omni ini memang memberikan kemudahan baginya. Selain itu, perusahaan juga harus melihat bagaimana proporsi segmen pelanggan yang memang memahami proses omni tersebut, mudah atau tidak untuk bermigrasi, dan sebagainya. Perusahaan dikatakan sudah sepenuhnya menjadi omni-company apabila omni readiness-nya baik dari sisi perusahaan sendiri dan dari sisi para pelanggannya memang sudah kuat terbentuk. Selain itu, perusahaan juga harus melihat secara lebih komprehensif dari perspektif firmografisnya. Dalam artikel yang juga dirilis oleh MarkPlus, Inc. yang ditulis oleh Jacky Mussry disebutkan bahwa lingkungan bisnis yang sangat dinamis menuntut perusahaan untuk menjadi perusahaan yang progresif, yaitu perusahaan yang kuat orientasi pasarnya dan sekaligus juga kuat orientasi digitalisasinya. Dengan demikian, perusahaan harus meninjau kembali apakah perusahaan tersebut memang organisasinya adaptif dan fleksibel. Jika organisasinya sangat kuat inersianya, maka lupakan saja untuk bisa segera bertransformasi menjadi perusahaan omni tersebut. Jika perusahaan tersebut masih belum mempergunakan KPI yang terkait dengan pemasaran digital seperti digital traction maka hal ini menjadi indikator bahwa perusahaan tersebut belum terlalu kuat orientasi digitalisasinya. Jika pendekatan pemasaran yang dipergunakan di perusahaan tersebut masih cenderung tradisional atau konvensional, maka masih panjang perjalanan perusahaan tersebut untuk dapat menjadi perusahaan omni. Namun, jika perusahaan tersebut sudah mulai menjalankan pendekatan new wave marketing maka perusahaan tersebut dapat dikatakan merupakan calon kuat untuk menjadi perusahaan omni. Dalam pendekatan new wave marketing, sudah banyak sekali unsur interaksi digital antara perusahaan dan pelanggan sehingga nyaris tidak ada jarak yang berarti antara perusahaan dengan para pelanggannya. Perusahaan progresif merupakan perusahaan yang sangat costumer-centric yang juga kuat engagement-nya dengan para pelanggannya melalui pendekatan hi-tech namun hi-touch. Selain itu, juga disebutkan bahwa salah satu sifat dari perusahaan progresif adalah perusahaan yang telah memiliki platform omnichannel yang terintegrasi dan konsisten. Beberapa Catatan Penting Memiliki kapabilitas daring memang sangat mudah untuk dikatakan namun tidak sepenuhnya mudah untuk direalisasikan.

M

O

M

E N

T

U

M

085 Terdapat sejumlah tantangan—baik yang sifatnya dari dalam perusahaan itu sendiri maupun dari lingkungan luar perusahaan— yang harus dihadapi suatu perusahaan dalam perjalanannya membentuk kapabilitas daring. Ketika memasuki ranah daring tersebut banyak sekali hal baru yang harus dikuasai oleh suatu perusahaan. Salah satunya adalah upaya agar para pelanggan prospektif mau merespons apa yang ditawarkannya secara daring tersebut. Ini tidak semudah seperti saat frontliner perusahaan sedang bertatapmuka secara langsung dengan pelanggan. Lebih jauh lagi, bagaimana agar perusahaan bisa tetap mempertahankan engagement yang kuat dengan para pelanggan sejak tahap sebelum, saat, dan sesudahnya dalam proses penjualan. Perusahaan harus mulai membiasakan diri dengan berbagai istilah baru, memahaminya, dan bahkan menjadikannya sebagai bagian sehari-hari dalam bisnisnya. Para manajer harus tahu apa itu search engine optimization (SOE), membedakan antara apa itu influencer dan key opinion leader (KOL), bagaimana menjalin kerja sama dengan mereka dan memanfaatkannya bagi keberhasilan upaya pemasaran produkproduk yang ditawarkan. Selain itu, perusahaan juga harus membiasakan diri dengan berbagai metrik baru yang sebelumnya tidak pernah dipergunakan, misalnya memahami apa itu digital traction yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu scale, active usage, dan engagement. Masing-masing bagian itu pun terdiri dari berbagai metrik yang cukup banyak. Tidak hanya itu, tim manajemen juga akan direpotkan dengan bagaimana mengelola semua elemen yang ada dalam value chain daring tersebut, dari pemasok, penyedia platform e-commerce, rekanan logistik, rekanan e-payment, dan sebagainya. Belum lagi bagaimana harus berkomunikasi dengan para pelanggan melalui berbagai platform media sosial yang selalu aktif selama 24 jam per hari sepanjang tahun tanpa libur sehari pun. Lalu, bagaimana cara menghantarkan berbagai layanan pendukung kepada para pelanggan juga secara daring yang memerlukan kompetensi tersendiri serta harus didukung dengan berbagai teknologi yang mumpuni. Pengelolaan aset juga menjadi sedikit berbeda dengan pengelolaan aset-aset konvensional yang selama ini sudah biasa ditangani dalam ranah luring. Dalam ranah daring, perusahaan harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola berbagai aset yang sebagian besar cenderung bersifat nirwujud (intangible). Salah satunya yang sangat penting adalah

pengelolaan data base para pelanggan termasuk bagaimana melindunginya dan mempunyai back-up agar tetap terjaga keamanan dan kerahasiaannya. Ingat, bahwa sekali perusahaan mencederai kepercayaan pelanggan maka mereka akan sulit memberi maaf dan ini bisa menjadi akhir dari bisnis yang dijalankan. Membangun kapabilitas daring menuntut perusahaan harus memulai dengan benar sejak awal. Harus memahami berbagai faktor yang bekerja di lingkungan bisnis daring tersebut, misalnya memahami faktor-faktor yang penting dan relevan di lingkungan makro. Selain itu, juga menyadari bahwa memiliki akses ke pasar yang lebih luas melalui daring berarti sekaligus menghadapkan perusahaan dengan jumlah pesaing yang semakin banyak. Oleh karena itu, kita perlu memahami siapasiapa saja para pesaing kita dengan terus menerus melakukan riset. Perlu diingat juga bahwa sekarang saja sudah sulit sekali mengelola para pelanggan apalagi nanti jika mengelolanya melalui berbagai platform daring. Menurut Internet World Stats per Maret 2020 lalu pengguna internet sudah menembus angka 4,5 miliar dan setengahnya berada di Asia. Lalu, bagaimana membuat mereka mau mendengar apa yang kita komunikasikan sedangkan mereka semua setiap hari juga dibombardir dengan ribuan iklan. Berdasarkan itu semua maka pengelolaan brand sebagai salah satu aset nirwujud perusahaan menjadi semakin penting. Demikian juga kejelasan brand positioning kita yang dalam konsep new wave marketing disebut sebagai clarification karena sifatnya semakin mendekati kenyataan, bukan lagi pendekatan berupa klaim yang cenderung over-promised but under-delivered yang pada akhirnya justru dapat merusak reputasi brand kita. Selain itu, bagaimana kita juga dapat menjaga agar diferensiasi produk dan layanan kita tetap kuat. Dalam konsep new wave marketing disarankan agar diferensiasi tersebut tetap terjaga, maka sebaiknya mengacu pada DNA perusahaan kita sendiri agar kuat keotentikannya sehingga sampai pada suatu titik atau aspek tertentu akan tetap sulit ditiru oleh pemain lain. Berbisnis di era digital seperti sekarang ini menuntut kita untuk menerapkan pendekatan CI-EL, yaitu creative, innovative, entrepreneurial, dan leadership. Semua orang di perusahaan harus semakin kreatif dan segala hasil kreativitas tersebut harus dapat secara inovatif direalisasikan dan bisa memberikan solusi bagi pelanggan. Selanjutnya, pola pikir entrepreneurial yang kuat menjadi suatu keharusan karena

kita berurusan dengan berbagai risiko yang harus diperhitungkan. Harus berani melihat dan mengambil berbagai kesempatan serta memanfaatkan berbagai momentum yang ada. Tidak tertahan hanya karena beberapa ancaman dan sekaligus juga berorientasi pada penciptaan nilai (value creation). Terakhir, kepemimpinan yang sangat kuat yang gayanya sesuai untuk zaman konektivitas seperti sekarang ini cukup penting. Perusahaan harus dipimpin oleh orang yang sangat gigih, adaptif, namun sekaligus menjalankan kepemimpinannya tersebut berdasarkan nilai-nilai (values). Intinya, creativity harus dapat terlihat nyata hasilnya dalam berbagai ukuran productivity (P), inovasi harus dapat membawa berbagai improvement (I) yang nyata, entrepreneurship harus disandingkan dengan profesionalisme (P), dan leadership harus berjalan beriringan dengan manajemen (M) yang mumpuni. Itulah unsur-unsur utama OMNI House—yaitu CI-EL dan PIPM—yang perlu dan harus segera diadopsi oleh perusahaan di era daring ini agar bisa tetap survive di masa mendatang. Satu lagi yang hampir terlupa. Pastikan perusahaan memiliki koneksi internet yang kuat dan stabil!

QUOTE

“KEPEMIMPINAN YANG SANGAT KUAT YANG GAYANYA SESUAI UNTUK ZAMAN KONEKTIVITAS SEPERTI SEKARANG INI CUKUP PENTING. PERUSAHAAN HARUS DIPIMPIN OLEH ORANG YANG SANGAT GIGIH, ADAPTIF, SEKALIGUS MENJALANKAN KEPEMIMPINANNYA TERSEBUT BERDASARKAN NILAI-NILAI (VALUES).” Jacky Mussry Deputy Chairman, MarkPlus, Inc. CEO, MarkPlus Institute

September 2020 |

M

O

M

E N

T

U

M

019 086

PT Astra International Tbk.

Berkembang Berkat Diversifikasi Pandemi COVID-19 tidak hanya menantang pengusaha-pengusaha kecil, tapi juga perusahaan digdaya sekelas Grup Astra. Namun ternyata, Grup Astra telah siap menghadapi kondisi ini sejak 20 tahun lalu. Oleh Ellyta Rahma

| September 2020

andemi COVID-19 membuat pertumbuhan ekonomi nasional melemah tajam. Berbagai industri dan bisnis di semua skala, dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) hingga perusahaan besar terpuruk. Banyak perusahaan harus memangkas jumlah karyawan, bahkan tidak sedikit yang harus gulung tikar. PT Astra International Tbk. juga merasakan dampak dari pandemi ini. Sebagian besar dari lini usaha bisnis Grup Astra melemah pertumbuhannya. Meski begitu, fondasi bisnis yang dibangun Grup Astra sudah sedemikian kuat. Sehingga, meskipun pandemi mengguncang, grup ini masih tetap kokoh. Di sisi lain, grup usaha ini telah makan asam garam berbagai kondisi perekonomian di negara ini. Dengan kata lain, Grup Astra selalu bersiap menghadapi kondisi ekonomi terburuk sekalipun.

Ketangguhan Grup Astra dalam mengarungi badai ini tidak bisa lepas dari peran sosok Prijono Sugiarto yang sekarang menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Astra International Tbk. Sekitar tahun 2000, Prijono sudah menjadi anggota Board of Director (BOD) dari PT Astra International Tbk. Lalu, dari tahun 2010 hingga 2020 ia menjabat President Director PT Astra International Tbk. Saat masih menjadi BOD, ia mencetuskan ide agar Astra mulai menjajaki bisnis di sektor lain. Menurutnya, perlu ada diversifikasi bidang di dalam perusahaan jika ingin memiliki umur dan kesuksesan yang panjang. “Berbahaya untuk sebuah perusahaan jika hanya bergantung pada satu bidang. Jadi, saat itu saya mencetuskan ide untuk mulai masuk ke bisnis lain yang punya potensi dikembangkan,” kata Prijono di gelaran The Jakarta CMO Club, pada Agustus lalu. Sejak saat itu, Astra mulai melebarkan sayapnya ke berbagai bisnis, mulai dari manufaktur, infrastruktur, keuangan,

M

O

M

E N

T

U

M

087 hingga yang paling baru di sektor properti. Berkat diversifikasi bisnis ini, Astra berhasil memperkuat namanya dalam dunia bisnis. Keberanian Astra melakukan diversifikasi bidang bisnis tentu tidak dilakukan secara gegabah. Prijono menjelaskan bahwa sejak memutuskan strategi ini, Astra segera menyusun ketentuan yang menjadi dasar berjalannya bisnis baru. Setidaknya ada empat syarat yang diberlakukan. Pertama, bisnis harus bisa dikembangkan. Kedua, mengetahui dan mengenali partner kerja sama. Ketiga, bisnis harus mampu memberikan kompetensi dan nilai tambah yang baik. Keempat, ada value chain yang bisa menghubungkan bisnis baru dengan bisnis yang sudah ada sebelumnya. “Bisnis baru ini juga harus menang di pasar, setidaknya di posisi ketiga. Jika prediksinya di bawah itu, lebih baik tidak usah membuat bisnis baru. Syarat ini terus dan harus diberlakukan. Diversifikasi bisnis artinya Astra harus mendapatkan hasil yang lebih besar dari sebelumnya,” tegas Prijono. Esensi diversifikasi bisnis sebagai aspek nilai tambah grup ini menjadi penopang keberlanjutan bisnis Grup Astra di masa pandemi. Bisa dibayangkan jika Astra masih hanya bergantung pada bisnis otomotif,

sementara di masa pandemi, lanskap industri otomotif carut-marut. Saat masa awal pandemi periode April-Mei, penjualan motor dan mobil turun drastis. Memasuki semester kedua, penjualan otomotif mulai membaik, meski masih lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu. Adanya pelebaran bisnis ini bisa menjadi back up ketika ada lini bisnis yang sedang turun. Sebagai contoh, saat bisnis otomotif turun, bisnis infrastruktur dan properti milik Grup Astra masih bergerak dan berperan besar dalam membantu perusahaan untuk survive. “Infrastruktur merupakan sektor yang selalu dibutuhkan. Jalan tol tetap beroperasi karena harus menyokong sektor yang harus terus berjalan di tengah pandemi. Properti di tengah pandemi ini justru mencatat raihan yang baik.” kata Prijono. Kesuksesan Grup Astra di berbagai industri sudah tentu karena profesionalitas para SDM yang ada di dalamnya. Tapi, tidak kalah penting adalah berkat filosofi perusahaan yang begitu kuat mengakar di grup ini, yakni Catur Dharma. Nilai-nilai yang ada dalam Catur Dharma menjadi dasar operasional, strategi, dan layanan, hingga cita-cita dari Grup Astra. “Berpegang

pada Catur Dharma, Grup Astra akan terus menjadi perusahaan yang berguna bagi bangsa dan selalu memberikan pelayanan terbaik bagi konsumen,” pungkas Prijono.

QUOTE

“BERBAHAYA UNTUK SEBUAH PERUSAHAAN JIKA HANYA BERGANTUNG PADA SATU BIDANG. JADI, SAAT ITU SAYA MENCETUSKAN IDE UNTUK MULAI MASUK KE BISNIS LAIN YANG PUNYA POTENSI DIKEMBANGKAN.” Prijono Sugiarto Presiden Komisaris PT Astra International Tbk

Insert Ring Binder dengan plastik / kantong bening yang tidak mudah mengkerut pada bagian cover depan dan punggung agar dapat mengganti isi cover sesuai keinginan. Ukuran kantong hingga 250 x 307 mm untuk A4 dan 250 x 337 mm untuk Folio. Cocok pada saat acara seminar dan pemakaian pribadi.

16/20/25/40/65 mm capacity 20 Variants Available Ring

Ring

Ring

Size

Size

Size

2D 3D 4D FC A4 A5 +62 811-1125-468

[email protected]

@bantexindonesia

Complete Range Product Solutions

www.bantex.co.id

September 2020 |

Bantex Indonesia

M

O

M

E N

T

U

M

019 088

Marketeers iClub

Gaya Hidup Jadi Pintu Masuk Gaya hidup bisa menjadi pintu masuk merek dalam menghadirkan produk yang relevan sekaligus membangun program customer engagement yang memikat. Para pemasar harus memahami aspek-aspek dalam gaya hidup mereka. Oleh Ellyta Rahma, Estu Maranti, Clara Ermaningtiastuti

emerhatikan gaya hidup menjadi salah satu cara mengenali konsumen. Gaya hidup bisa menjadi pintu masuk merek untuk lebih dekat dengan konsumen dan memberikan produk dan layanan yang relevan kepada mereka. Di sektor properti, misalnya, pengembang harus bisa memahami gaya hidup para pembeli properti. Terkait rumah, pengembang perlu memahami desain, corak, interior, manfaat, dan sebagainya yang menjadi kebutuhan mereka. Menurut Lilia Sukotjo, Director PT Alam Sutera Realty Tbk., kalangan konsumennya kini mulai cenderung lebih menikmati hidup di rumah. Mereka menganggap waktu di rumah penting untuk dinikmati. Hal ini dipengaruhi oleh makin lamanya durasi berkegiatan di rumah, entah bekerja, beribadah, belajar, rekreasi, maupun istirahat. Ada beberapa poin penting yang digarisbawahi Lilia untuk diperhatikan oleh pelaku bisnis properti. Pertama, kini konsumen properti mengharapkan ruang pribadi dengan sirkulasi udara yang baik. Ada kesadaran bahwa udara memiliki kekuatan untuk membangun energi positif di dalam tubuh. Kedua, pasar semakin menuntut keberadaan ruang yang luas di dalam rumah. Desain ruangan yang sempit bisa memengaruhi suasana hati, seperti merasa tertekan dan terkurung. Akibatnya, rumah justru menghadirkan ketidaknyamanan. Terakhir, house harus menjadi home. Ada rasa kepemilikan dan kenyamanan hakiki yang muncul dari makna home. “Untuk itu, pengembang harus mulai memikirkan adanya working space di dalam rumah untuk membedakan fungsi rumah sebagai tempat tinggal dan tempat kerja,” ujarnya pada acara Marketeers iClub 4th Edition: Exploring New Lifestyle Marketing, bulan lalu.

| September 2020

Ada beragam cara yang bisa dilakukan oleh merek itu memanfaatkan tren gaya hidup yang ada. Setidaknya ada tiga cara yang umum dilakukan oleh merek, yakni creating new lifestyle, leveraging existing lifestyle, dan sponsoring existing lifestyle. Sebelum menentukan langkah marketing, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam lifestyle marketing. Mulai dengan memahami aspek gaya hidup itu sendiri. Menurut Chief Operation MarkPlus Institute Yosanova Savitry, aspek-aspek tersebut menyangkut produk dan layanan, aktivitas, minat, opini, sistem nilai, kepribadian, konsep diri, hingga sikap terhadap produk. Melalui aspek-aspek tersebut, merek dapat melakukan sejumlah pendekatan. Dua yang populer adalah Activities, Interests, Opinion Inventory (AIO Inventory) dan Values, Lifestyles Typology (VALS Typology). Pada pendekatan AIO Inventory, merek dapat melakukan studi dengan melihat tiga hal, yaitu kegiatan, minat atau prioritas konsumen, serta hal yang banyak diperbincangkan mereka. Nantinya, merek dapat menemukan segmen gaya hidup dari calon konsumen. Sedangkan pada pendekatan VALS Typology, merek bisa melihat kebutuhan konsumen melalui psikologi dan kebiasaan mereka. “Pendekatan ini mengusung tiga motivasi, yaitu ideal, berorientasi pada pencapaian, dan ekspresi diri. Kemudian dibagi ke dalam beberapa tipe gaya hidup, seperti thinker, believer, achiever, strive, experiencer, dan maker,” ujar Yosanova. Konsumen yang idealis, sambung Yosanova, biasanya suka merek dengan

values social responsibility yang besar. Merek ini biasanya menjunjung etika dan inovatif dalam menghadirkan produk baru. Setelah menemukan segmen-segmen tersebut, merek bisa menyusun langkah eksekusinya. Kuncinya adalah adaptasi dengan kebutuhan konsumen. “Jika kita bukan market leader, kita bisa melihat apa yang kompetitor lakukan. Kembali pada konsep amati, tiru, dan modifikasi. Bukan secara langsung melakukan apa yang kompetitor lakukan, tetapi bisa dilakukan adaptasi dan upgrade,” katanya. Sementara itu, menurut pakar neuroscience marketing dan Head of Brand and Marketing Group LinkAja Ignatius Untung, gaya hidup konsumen dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pleasure driven, pain avoidance driven, serta keduanya. Di kategori pertama, pleasure driven merupakan sebuah gaya hidup yang didorong dari kesenangan saat melakukan suatu kegiatan. “Sedangkan untuk saat ini, gaya hidup seperti menjaga kesehatan dan kebersihan masuk ke pain avoidance driven, atau menghindari rasa sakit,” jelas Untung. Untung menambahkan jangan melakukan eksploitasi dan overmarketing karena dapat menghilangkan nilai dari merek. Ia mengutip perkataan Piyush Pandey, Chief Creative Officer Worldwide Ogilvy, COVID-19 is not for profit. “Merek yang baik harus memosisikan diri sebagai good friend. Jadi, ketika orang-orang mengonsumsi merek karena dilandasi avoid pain, pertanyaannya adalah what would a good friend do?” tutup Untung.

Outlook SAATNYA BICARA KUALITAS

DI BALIK KEGILAAN TREN BERSEPEDA

P. 090

P. 092

Dec 2017-Jan 2018 |

O

U

T L O

O

K

019 090

Planet Tourism Indonesia

Saatnya Bicara Kualitas Pariwisata Indonesia harus berubah dengan mengedepankan konsep sustainable and quality tourism. Keamanan dan kenyamanan menjadi syarat utama. Penerapan protokol kesehatan juga tidak kalah penting. Oleh Annisa Bella, Sigit Kurniawan, Ellyta Rahma, Estu Maranti, Clara Ermaningtiastuti

ebagai salah satu tulang punggung perekonomian, industri pariwisata harus segera berbenah dan memulihkan diri. Fokus utama bukan lagi perihal berapa banyak jumlah wisatawan yang datang, melainkan menciptakan pariwisata yang berkualitas dengan konsep sustainable tourism. Mengacu pada rencana Sustainable Development Goals (SDGs) yang diterapkan oleh UNICEF, MarkPlus Center of Tourism & Hospitality meyakini, sustainable

2017-Jan | Dec August 20202018

tourism akan menjadi senjata ampuh bagi Indonesia untuk mengembalikan kejayaan pariwisata. Apalagi, 70%-80% wisatawan global yang datang ke Indonesia berminat untuk menikmati lanskap alam kita. Penerapan sustainable tourism yang bertanggung jawab terhadap kelestarian alam dan budaya dapat menjadi kunci untuk terus mengundang wisatawan. Dengan demikian, akan terbentuk quality tourism yang dapat meningkatkan nilai jual destinasi wisata yang menjadi motor pertumbuhan perekonomian daerah dan nasional. Pengembangan sustainable and quality tourism dimanifestasikan dengan produk dan pasar yang juga berkualitas. “Quality tourism dapat terwujud dengan memastikan kualitas kunjungan yang didukung oleh quality of experience, high spending tourist, dan daya dukung lingkungan yang memadai. Artinya, publik dan stakeholder memiliki peran penting dalam pengembangan quality tourism,” ungkap Frans Teguh, Staf Ahli bidang Pembangunan Keberlanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI dalam Planet Tourism Indonesia 2020 yang digelar oleh MarkPlus Tourism, bulan lalu. Untuk mendorong perbaikan pariwisata di Indonesia, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menciptakan pariwisata yang aman bagi para wisatawan. Protokol

Cleanliness, Health, Safety, Environment (CHSE) harus menjadi poin utama yang dipatuhi para pelaku industri pariwisata. Hal ini mulai disadari penuh oleh para pelaku bisnis pariwisata dari berbagai lingkup. Ketua Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi) Andi Yuwono melaporkan, para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKM) di pedesaan sudah siap dengan penerapan protokol kesehatan yang berlaku. Masa pandemi justru dimanfaatkan oleh para pengelola desa wisata untuk membenahi diri dan mempersiapkan diri menghadapi masa recovery. Mereka bersama-sama mempersiapkan wisata desa yang nyaman dan aman sesuai protokol kesehatan, tanpa harus merusak identitas desa, kearifan lokal, dan keasliannya. “UKM desa secara makro mungkin terpuruk. Namun, secara mikro, mereka justru saling bahu membahu agar usaha mereka tetap berjalan. Saat ini, justru menjadi momentum yang tepat untuk mempersiapkan diri bagi industri pariwisata,” imbuh Andi. Persoalan protokol kesehatan memang harus sedisiplin mungkin diterapkan. Ini merupakan langkah awal yang paling krusial jika pariwisata Indonesia benarbenar ingin bangkit dari keterpurukan akibat pandemi COVID-19. Secara global, WTTC & Tourism Economics memproyeksi,

O

U

T L O

O

K

091

Travel & Tourism Jobs 2019

330 million =1 in 10 jobs

1 in 4 of all net new jobs were created by travel & torism over the last five years

Unprecedented Projected Losses for 2020

Travel & tourism jobs: Up to

75

million jobs at risk

23%

Travel & Tourism GDP 2019

Travel & Tourism GDP:

10.3%

US$

of global economy

= US$8.9 trillion

Up to

2.1trillion

23%

Global Economic Impact of COVID-19

More than

5x

the impact of the

2008 Global Financial Crisis

2.1

percentage point Global unemployment rate

directly from travel & tourism job losses

3.5% travel & tourism GDP growth vs. 2.5% real economy GDP growth Sumber: WTTC & Tourism Economics

“QUALITY TOURISM DAPAT TERWUJUD DENGAN MEMASTIKAN KUALITAS KUNJUNGAN YANG DIDUKUNG OLEH QUALITY OF EXPERIENCE, HIGH SPENDING TOURIST, DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN YANG MEMADAI. ARTINYA, PUBLIK DAN STAKEHOLDER MEMILIKI PERAN PENTING DALAM PENGEMBANGAN QUALITY TOURISM.” Frans Teguh Staf Ahli bidang Pembangunan Keberlanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.

akan terjadi kerugian yang begitu parah di sektor pariwisata yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebanyak 75 juta pekerjaan di bidang pariwisata dan perjalanan berada dalam risiko. Sementara, pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) global di sektor pariwisata diprediksi turun 23% menjadi US$2,1 triliun. Ini berarti, dampak pandemi COVID-19 terhadap ekonomi global lebih besar lima kali lipat dibandingkan saat krisis keuangan global pada 2008. Tingkat pengangguran global di sektor perjalanan dan pariwisata pun meningkat 2.1%. Untuk itu, selain penerapan protokol CHSE, persoalan jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia perlu diperhatikan. Managing Director Tanjung Lesung Fachrully F. Lasahido berpendapat, mengontrol jumlah pengunjung yang masuk dapat memperkuat efisiensi penerapan protokol CHSE.

“Penerapan protokol kesehatan memang penting, namun aturan ini terbilang cukup tricky. Pasalnya, tidak hanya memastikan pengunjung aman, para pengelola destinasi juga harus menjamin komunitas lokal aman,” ujar Fachrully. Jumlah pengunjung yang terkontrol bisa menjadi cara untuk memastikan protokol CHSE berjalan dengan baik. Tantangan di setiap industri ketika membahas tentang protokol CHSE dapat dikatakan sama. Meski sudah ada standar yang ditentukan pemerintah untuk ini, tetapi masih saja ada kesulitan untuk menerapkan standar yang sama. Pada akhirnya, semua berujung pada kedisiplinan. “Siapa pun Anda, Anda bisa ambil bagian untuk menjadi contoh yang baik bagi semua orang, baik pengunjung atau host,” tegas Fachrully. Sebelum memasuki fase recovery di dua tahun mendatang, para pemain di industri pariwisata harus bersiap diri untuk

menyusun strategi jangka panjang. Hal ini tak lain agar industri pariwisata Indonesia dapat mengambil momentum di fase reform (2023-2025) dan kembali berjaya di fase rise (2026-2030). “Di masa krisis saat ini, bisnis pariwisata dituntut untuk menyiapkan strategi di era COVID-19. Lanskap industri ini akan berubah drastis sehingga selain berusaha survive, kita harus optimistis dan memiliki rencana beradaptasi dengan dunia pariwisata di masa Post-COVID-19,” kata Hermawan Kartajaya, Founder and Chairman MarkPlus, Inc. Akhirnya, pengembangan pariwisata ke depan tidak persis lagi seperti sebelum pandemi terjadi. Pengelolaan pariwisata harus mengedepankan kualitas, baik dalam memberikan pengalaman yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi wisatawan maupun pariwisata yang ramah lingkungan, kehidupan sosial, dan budaya.

Dec 2017-Jan 2018 | August 2020

O

U

T L O

O

K

 

019 092

Di Balik Kegilaan Tren Bersepeda Satu tren yang tergolong anomali di masa pandemi adalah tren bersepeda. Di saat kebanyakan orang menunda belanja barang yang bukan kebutuhan pokok, justru banyak orang Indonesia rela merogoh kocek untuk membeli sepeda. Harganya pun tak terbilang murah lagi. Ada apa? Oleh Ellyta Rahma

2017-Jan 2018 | Dec September 2020

Sudah berapa jauh Anda gowes hari ini? Memang, hobi bersepeda sedang menjadi primadona masyarakat. Berdasarkan data Institute for Transportation and Development Policy (ITPD), DKI Jakarta mengalami peningkatan pengguna sepeda hingga 1.000% per Juni 2020. Data ini hanya berasal dari yang bolak-balik keliling Jalan M.H. Thamrin dan Sudirman saja, belum termasuk rute lain di berbagai sudut ibukota. Tren bersepeda memang sedang booming sejak pandemi melanda. Meskipun terimpit aturan pembatasan, masyarakat tetap semangat untuk gowes bareng. Alasannya tidak jauh dari anjuran hidup sehat dengan menjalankan pola hidup yang aktif. Sehingga, kualitas imunitas tubuh meningkat dan lebih tahan banting dari serangan virus. Anjuran yang berasal dari World Health Organization ini mendorong tren bersepeda secara global. Dikutip dari BBC, Organisasi Cycling Scotland mencatat kota Edinburgh, Skotlandia, mengalami peningkatan jumlah pesepeda hingga 252% selama hari kerja. Pada akhir pekan, angka ini naik jadi

454%. Ledakan pesepeda ini juga terjadi di Amerika Serikat dan China. Artinya, tidak hanya di Indonesia, sejumlah negara juga mencatat peningkatan jumlah pesepeda di wilayahnya. Tren bersepeda ini bukan sekadar dorongan gaya hidup. Singgih S. Kartono, Founder sepeda bambu lokal Spedagi melihat bahwa peningkatan tren juga terjadi karena munculnya kesadaran bahwa menggunakan sepeda bisa memberikan dua kegunaan, yaitu alat untuk olahraga dan alat transportasi. Dari sinilah, terjadi peningkatan pegiat bike to work di kota-kota besar di Indonesia. “Sepeda juga memiliki nilai rekreasi. Saya lihat, masyarakat juga memanfaatkan sepeda untuk melepas kebosanan akibat lama di rumah saja,” kata Singgih. Naiknya tren sepeda tak ayal mendorong naiknya permintaan pasar sepeda. Beberapa waktu lalu, media sosial sempat diramaikan dengan sebuah post yang mengatakan sejumlah toko sepeda di Jerman terpaksa tutup karena tidak bisa memenuhi permintaan sepeda Brompton dari Indonesia. Unggahan oleh akun @

 

2020

colours

Complete Range Product Solutions

+62 811-1125-468

Bantex Indonesia

[email protected]

@bantexindonesia

www.bantex.co.id Dec 2017-Jan 2018 |

O

U

T L O

O

K

019 094

kismin666oys di Twitter menceritakan seorang warganet asal Italia yang mengaku baru saja menjual sepeda merek Brompton seharga Rp 60 juta kepada orang Indonesia. Tidak hanya merek global, sejumlah merek sepeda lokal juga meningkat penjualannya pada periode pandemi. Rudioyono, Ketua Umum Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI) mengatakan rata-rata peningkatan penjualan sepeda mencapai 30% di periode April hingga Juli 2020. Ia menambahkan fenomena ini juga berhasil menyelamatkan bisnis sepeda dan dipekerjakannya kembali karyawankaryawan yang sempat dirumahkan. Adanya peningkatan penjualan ini juga disetujui oleh Singgih. Singgih melihat setidaknya ada tiga jenis pembeli sepedanya di masa pandemi ini. Di antaranya, konsumen yang memang menyukai sepeda, konsumen awam, dan konsumen yang ingin tampil unik dengan sepeda bambu “Spedagi merupakan produk sepeda yang tidak biasa karena penggunaan material bambu sebagai kerangka utamanya. Di tengah naiknya tren ini, ternyata ada konsumen yang mencari sepeda unik untuk tampil berbeda. Saya juga melihat tren ini sebagai peluang baru untuk menambah model dan jumlah sepeda yang diproduksi,” lanjut Singgih. Untuk meningkatkan produksi dan inovasi, tentu ada rangkaian observasi yang harus dilakukan Singgih. Tujuannya agar model sepedanya sesuai dengan keinginan dan ekspektasi pasar. Di tengah tren ini, Singgih melihat adanya kecenderungan konsumen untuk memilih sepeda model minivelo. Sepeda ini memiliki rangka

2017-Jan 2018 | Dec September 2020

stang yang tinggi dan roda kecil. Spedagi menyebut seri ini dengan nama Roda Cilik. Singgih juga mengungkapkan, seri ini menjadi most wanted sekaligus best seller pada masa pandemi. Di samping model minivelo, situs meta-search iPrice mengungkapkan ada tiga model sepeda yang menarik perhatian konsumen di Indonesia. iPrice melakukan riset berdasarkan jumlah kata kunci pencarian jenis sepeda di internet. Berdasar riset tersebut, selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) konsumen banyak mencari kata kunci sepeda lipat (folding bike). Popularitas keyword sepeda lipat menurut Google Keyword Planner pada Maret 2020 tercatat sebesar 90.500 kali. Angka ini meningkat drastis hingga 82% menjadi 165.000 kali pada April 2020. Peningkatan terbesar terjadi pada Juni hingga 644% dengan jumlah 673.000 kali. Model sepeda kedua yang berhasil menarik perhatian konsumen Indonesia adalah sepeda gunung (mountain bike). Sejak Maret hingga Juni 2020, pencarian kata kunci sepeda gunung di internet menjadi yang terbesar, hingga 680%. Terakhir, sepeda anak (kids bicycle) yang menunjukkan peningkatan ketertarikan pencarian sebesar 142% pada periode yang sama. Meskipun ketertarikan sepeda gunung lebih tinggi dari sepeda lipat, iPrice mengungkapkan bahwa saat ini 60% pasar sepeda dikuasai oleh model sepeda lipat. Sepeda gunung mengisi porsi 30% di pasar dan sisanya model sepeda lain seperti sepeda kota (city bike) dan sepeda anak.

Tingginya tren bersepeda ini memang menarik untuk terus diikuti, terutama oleh pemasar untuk melihat peluang mana yang bisa disisipi untuk ikut masuk ke dalam euforia ini. Tren ini juga berhasil mendorong peningkatan produksi terhadap sejumlah merek sepeda. Tidak hanya itu, sejumlah toko sepeda juga melaporkan peningkatan penjualan. Namun ternyata, tren ini tidak hanya menjadi momentum industri sepeda dan turunannya. Tapi, mendorong sejumlah merek di industri lain untuk memanfaatkan tren bersepeda sebagai sarana kampanye pemasaran. Perusahaan asuransi Prudential, misalnya, memanfaatkan momentum ini untuk mengampanyekan PRURide Virtual. Lewat program ini, Prudential membangun brand image-nya sebagai perusahaan asuransi yang peduli dengan kesehatan nasabah dan masyarakat. Sejauh mana kegilaan bersepeda ini akan bertahan di masyarakat? Singgih mengatakan, tren ini akan terus berkembang. Mungkin akan ada penurunan, namun berdasar respons konsumen yang mulai merasakan manfaat bersepeda, tren ini akan tetap tumbuh. “Sepeda ini, kan, moda transportasi, rekreasi, dan olahraga yang manfaatnya banyak. Sama seperti pesepeda yang mulai merasakan efek baiknya, pelaku industri juga tidak boleh gegabah untuk memproduksi sepeda sebanyak-banyaknya. Tapi, momentum ini bisa dimanfaatkan untuk memperkaya model dan inovasi, sehingga tren ini tidak hanya memberikan keuntungan tapi juga pengalaman,” pungkas Singgih.

p. 096 Vidjongtius Director of PT Kalbe Farma Tbk No Time to Relax

MISSION

VISION

TRI-FOUNDERS OF PKCAM

To Promote the Strategic Role of Marketing in Indonesia

To become the premiere community for Marketing Executives who have strong passion for Marketing in Indonesia

Philip Kotler Hermawan Kartajaya Hooi Den Huan

SEPTEMBER 2020 www.marketeers.com Email: [email protected] www.jakartacmoclub.com

JAKARTA CHIEF MARKETING OFFICER CLUB The Jakarta CMO Club was officiated by the Philip Kotler Center for ASEAN Marketing (PK-CAM) and was established as a platform to empower marketing to a higher level beyond function. Only highly regarded business and marketing leaders will be invited for its membership. The Jakarta CMO Club was launched on February 25, 2008

C

M

O

096

Vidjongtius Director of PT Kalbe Farma Tbk

No Time to Relax

| September 2020

C

M

O

097 The pharmaceutical industry is arguably in a profitable position amid this pandemic condition where people are increasingly concerned about health. Since the pandemic hit Indonesia in February, health supplement products have become goods that continue to experience demand, forcing several pharmaceutical companies to increase production and innovate with new products. These conditions also happened with PT Kalbe Farma Tbk. Based on the theory of SPA (Surviving/Servicing, Preparing, Actualizing) by Hermawan Kartajaya, Founder and Chairman of MarkPlus Inc, Kalbe Farma is in a windfall or growing condition. This does not necessarily mean that the company has to relax. For Vidjongtius, Director of PT Kalbe Farma Tbk, these conditions challenged him to become a leader that the company can count on. During his interview with Marketeers, Vidjong said that there is no reason for a company leader to relax in this condition. Whether the company is growing or experiencing a slumping condition, leaders must keep trying to optimize their company’s potential. This is closely related to how the company’s products exist and survive even when the pandemic ends.

However, with increasingly digital lifestyle changes, it requires us to adapt. There is no other way but to follow the waves by amplifying our digital channels.

The COVID-19 pandemic is bringing the pharmaceutical industry to the fore. How do you respond to this as a leader? Times like these should be seen as opportunities to be creative, generate ideas, and innovate. Therefore as a leader, I pushed my team to collaborate within themselves or inter-division. When the pandemic hit, I didn’t immediately decide where this company would be taken to. Instead, I tried to observe what happened in the industry first. But unfortunately, the consumers were very impulsive about health-related things. It then forced us to move fast. That’s why I thought that collaboration is the best way to create innovation to conquer the market.

Kalbe Farma always trying to be relevant with their customers, whether it is communication, marketing, or product management strategy? In the pandemic era, what is your product management strategy so that Kalbe Farma can stay relevant to the market? Is there any innovation made recently? I see that herbal products are becoming a trend nowadays due to its claims upon strengthening the body’s immunity. I think this as a massive opportunity for us to penetrate further to the market. Then, I urge my team to do a collaboration, one of which is cooperation with farmers. Recently, we collaborate with at least 1.000 farmers across Sumatera and Java to build an ecosystem for red ginger. We urge them to plant the herbal plants, buy directly with responsible prices, support them with education and knowledge. From that collaboration, we finally launched two new herbal products. They are H2 Cordyceps and Fatigon Promuno. With these two products, we are trying to remain relevant and also penetrate the market further. We already saw good responses from the consumers. Other than that, I also see that the world is currently fighting for the COVID-19 vaccine. Health experts around the world are racing to find an effective vaccine so that the pandemic ends quickly, and as a pharmaceutical company, Kalbe Farma cannot stand still and not join the fight.

What changes in the industry have had a significant impact, and what was the most challenging for you? COVID-19 pandemic has changed many things so that it can be said of a new normal that cannot be avoided by all business people and their consumers. Limitations in physical encounters with consumers are the most pronounced impact besides decreasing purchasing power due to industries that have been severely affected or have closed their businesses. For us, the most significant change is from the market landscape that is changing from offline to online. Pharmaceutical products such as medicines, vitamins, and supplements are in increasing demand.

How do you respond to these changes and challenges? In this time of the pandemic, I tried to push digital transformation to be performed entirely from end-to-end. We use online platforms to attract consumer traffic to provide the desired product at the consumer’s home. With the current market behavior, we could not only sit and watch how the world change. We should follow what the market wanted, and for right now, digital service is what they wanted. To optimize the transformation, I am aware that Kalbe Farma cannot do it alone, but it needs collaboration. So, I urge them to collaborate with one of the digital health services, KlikDokter. Through the MosHealth application, we create an endto-end integration in the digital marketing system. We integrate our supply chain, manufacture, and distribution throughout Indonesia. With this partnership, we can serve consumers optimally and holistically through online channels.

Then we join collaboration with a research company from South Korea to create Vaccine DNA. And I need to reaffirm that this collaboration not only to meet market expectations but also to open vaccine access to the public. This research is a part of the contribution that must be given by the company as we always allocate Rp 250 billion to support research activities each year. New product means a new way to approach the market. What is your strategy in brand management so that your brand will remain present and stick in the customer’s mind? What kind of creative campaign are you doing? Data is the new oil, so we are improving the utilization of millions of data from our existing consumers as the basis for our interaction with various health services in totality so that Kalbe Farma consumers can be served holistically. This health solution is also useful for consumers with a onestop-shopping method. Kalbe Farma also activated the long-established Kalbe call center so that consumer engagement is even stronger. This activity is carried out jointly with various Kalbe Farma brands in multiple online and offline channels. As we see the market transformation that is more dependent on digital channels, Our branding must continue to be adapted to consumer development in terms of content and media and segmentation. The combination of marketing channels has always been Kalbe Farma’s decision, with a particular emphasis tailored to specific brands. Creative campaigns through social media with the subject of health, we often do sports with suitable endorsers. This creative branding also involves interactions with our consumers so that the content will reach the hearts of our consumers. Welcoming the post-pandemic era, what strategies have you prepared? Everyone cannot avoid exploiting technological advances. Kalbe Farma continues to encourage this initiative with various developments, both internally and externally. This includes the smart manufacturing and supply chain 4.0 initiatives that we are currently doing. This digital strategy will continue and more and more as the world is moving towards a 5G network. Leadership is inseparable from entrepreneurship, which is characterized by opportunity seekers, risk-takers, and network collaborators. As a leader in the field of marketing, what are you making about the spirit of entrepreneurship?

September 2020 |

C

M

O

098 I prefer leaders who uphold collaboration. I encourage all leaders in Kalbe Farma to increase collaboration, so the process is faster and more flexible in responding to changes in market and consumer behavior because we have the purpose of being The First Mover in the targeted market. As a leader, how do you prepare or manage human resources to become a strong team? A series of strategies to strengthen the brand amid an industry in a windfall condition and a market that is always expecting something innovative from the pharmacy industry will not be realized if the human resources within the company are not built-in line with the various innovations initiated. In this new normal era, I am currently establishing a new mindset for my organization. I called my employees as Insan Kalbe. Now, Insan Kalbe must have a mindset that is ready to change and to remain superior. A transformation will follow this change in mindset to a stronger digital technology, a new work system with a work-fromanywhere concept, automation of factory equipment, etc. I also encourage them to get selfdevelopment programs from various aspects, especially the functional and managerial elements of Kalbe Learning Center. This program not only applies to employees at the executive and below levels but also managerial and C-Level employees. For me, the industry is something that is continuously moving forward and giving rise to new things that require adaptation. Without any development programs, we would not reach our goal as The First Mover. So, in Kalbe Farma, I push, urge, and motivate everyone to develop themselves. Lastly, seeing the industry landscape recently, how about your target for Kalbe Farma? I want to ensure that Kalbe Farma operations continue to run well within the corridors of strict health protocols so that they can continue producing quality medicines and health services for all Indonesian and international markets. I also want to assure people that Kalbe Farma is trying to make the ongoing Indonesian herbal clinical trials for COVID-19 succeed so that everyone can access holistic health services. More than that, always go back to my employee’s safety first. What is the meaning of a holistic service strategy if the company unable to protect its people? Remember, that business is not only talking about profit but also the people who work behind it.

| September 2020

Marketeers PRODUCT

MOVIE & MUSIC

P. 100

P. 102

M

A

R K

E

T E E R S

X

Product 100

2

1

BMW 520i M Sport Edition 75 Edisi Kemerdekaan

Dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2020, BMW Group Indonesia meluncurkan kendaraan BMW 520i M Sport Edition 75 dalam jumlah terbatas.  Sejalan dengan tema Indonesia Maju, BMW Indonesia menghadirkan sedan bisnis premium ini dengan logo Indonesia Maju pada LED projector dan center console.  Tidak hanya itu, inisial Indonesia Maju juga hadir dalam ukiran laser khusus pada tutup cup holder dengan penomoran terbatas (one of 75). Di bagian proyektor

3

Infinix Zero 8 Performa Gaming Terbaik dari Infinix

| September 2020

LED pintu juga menyinarkan logo resmi Indonesia Maju. Untuk membedakan edisi ini dengan BMW 520i lainnya, BMW Group Indonesia menawarkan M Sport Packages, BMW Individual high-gloss extended Shadow Line, Paintwork eksklusif berkelir Alpine White, Carbon Black, Sophisto Grey, dan Mediterranean Blue. Lalu Velg 19” M Double-spoke style 664 M dalam warna Jet Black dan ban dalam ukuran berbeda, Cloth ‘Rhombicle’/Alcantara – Anthracite|Black, hingga sport seat di bagian depan dan setir dengan BMW M Leather. Mobil ini hanya tersedia 75 unit. Harganya dibanderol  Rp 1,1 miliar (off-theroad).

Infinix Indonesia kembali menghadirkan produk terbaru. Kali ini, Infinix kembali membawa jagoan terbarunya, yakni Infinix Zero 8 ke pasar Indonesia. Mengusung tagline #TakeTheLead, salah satu keunggulan dari Infinix Zero 8 adalah performa gaming terbaik. Tidak hanya gaming, Infinix Zero 8 juga menawarkan performa terbaiknya untuk segala aktivitas dengan chipset khusus, yakni Helio G90T. Selain itu, model Zero 8 merupakan smartphone Infinix global pertama dengan harga terjangkau. Infinix Zero 8 sudah dilengkapi Freezing Liquid Cooling yang mampu menurunkan suhu SoC dari 4 hingga 6 derajat Celcius sehingga tidak gampang panas saat dipakai untuk bermain game. Dengan ruang penyimpanan lega hingga 128GB dan RAM 8GB, ponsel ini juga dibekali baterai berkapasitas 4.500 mAh dan hadir sebagai smartphone type C Fast Charging 33W pertama dari produk Infinix. Harga untuk produk ini Rp 3,8 juta.

Samsung Galaxy Note20 Ultra Bersaing dengan Komputer

Pada pertengahan Agustus 2020, Samsung Electronics meluncurkan empat gawai baru dari lini Galaxy. Salah satu yang menarik adalah Samsung Galaxy Note20 Ultra. Smartphone ini memosisikan diri sebagai gawai yang tangguh dengan spesifikasi tinggi. Samsung mengklaim bahwa seri kekuatan Galaxy Note ini bisa disandingkan dengan komputer.  Smartphone ini mendukung penggunaan S Pen generasi terbaru untuk mempermudah kinerja hingga untuk menulis dan menggambar. Selain itu, para pengguna juga bisa menyambungkan gawai ini ke Samsung Dex untuk menampilkan tampilan ke layar SmartTV. Samsung Note20 Ultra ditenagai oleh prosesor Exynos 990. Prosesor tingkat tinggi ini menawarkan pengalaman multitasking, gaming, hingga perekaman dan pengeditan video 8K pada 24 fps. Fitur ini ditunjang dengan konfigurasi kamera wide-angle 108 MP (f/1.8), telephoto 12 MP (f/3.0, 5x optical zoom, 50x hybrid zoom), ultrawide 12 MP (f/2.2, 120 derajat), serta kamera depan 10 MP. Kamera Galaxy Note20 Ultra juga dilengkapi dengan kecerdasan buatan untuk mendukung fokus pada objek foto. Untuk segala keseruannya, Galaxy Note20 Ultra berkapasitas RAM 8GB dan memori 512 GB diberikan label harga Rp 19,9 juta.

M

A

R K

E

T E E R S

X

Product 019 101

6

4

Honda CT125 Motor Bebek Trekking Ikonik

Astra Honda Motor menghadirkan Honda CT125 untuk para penggemar motor bebek. Honda CT125 merupakan ikon sepeda motor bebek trekking yang mudah dikendarai setiap hari. Namun, motor ini juga nyaman untuk menemani aktivitas trekking saat menikmati alam. Motor ini lahir dari perkembangan konsep motor Honda Super Cub yang tidak hanya dapat digunakan di jalan perkotaan, tetapi juga untuk beragam aktivitas outdoor. “Kami melihat minat masyarakat yang tinggi akan motor bebek trekking yang ikonik. Melalui Honda CT125, pengendaranya dapat mengekspresikan ragam gaya hidup di berbagai kondisi jalan secara santai dan menyenangkan. Keseluruhan perwujudan gaya hidup tersebut didukung layanan purnajual terbaik di seluruh jaringan Honda Big Wing dan

5

Dynabook Satellite Pro L40-G Laptop Pertama dari Sharp

Wing dealer,” kata Executive Vice President Director AHM Johannes Loman. Honda CT125 yang dibekali dengan mesin 125cc, PGM-FI, 4 langkah dan berpendingin udara ini mampu memberikan respons menyenangkan di perkotaan maupun pengalaman berkendara motor yang nyaman untuk trekking dan turing. Motor ini memiliki bore dan stroke 52.4 x 57.9mm dengan rasio kompresi 9.3:1. Tenaga maksimal yang dihasilkan adalah 6.5kW dapat dicapai pada rpm 7.500 dan torsi maksimal sebesar 11 Nm pada rpm 4.500. Honda CT125 hadir dengan warna Glowing Red yang dipasarkan dengan harga on the road (OTR) DKI Jakarta Rp 75 juta. Model ini dipasarkan secara eksklusif di seluruh jaringan Honda Big Wing dan Wing dealer.

Sony WH-1000XM4 Headphone Pintar

Sony Indonesia memperkenalkan generasi keempat headphone nirkabel noise cancelling over-ear dari koleksi Sony 1000X. Produk yang diberi nama WH1000XM4 ini menawarkan pembaruan fitur pada seri headphone nirkabelnya yang diklaim dapat meningkatkan pengalaman mendengarkan musik. Sony WH-1000XM4 Sony mengusung sejumlah teknologi, yaitu noise cancellation, adaptive sound control, dan intelligent headphone. Dengan rangkaian teknologi ini, Sony memungkinkan penggunanya mendengarkan musik tanpa gangguan, namun tidak serta merta abai dengan kondisi sekitarnya. Lewat teknologi Edge-AI, Sony bekerja sama dengan Sony Music Studio Tokyo mengumpulkan data musik. Sehingga setiap

berganti lagu, headphone ini dengan cepat menyesuaikan fiturnya dengan karakter musik. Sony juga menyematkan fitur Speakto-Chat. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menyadari saat dirinya diajak berbicara meskipun fitur noise cancelling sedang diaktifkan. Sony WH-1000XM4 hadir dalam dua warna, hitam dan silver. Headphone pintar ini dibanderol Rp 4,9 juta.

Menyusul akuisisi 100% saham dynabook Inc. yang dilakukan pada akhir Juni 2020, Sharp memperkenalkan lini bisnis baru yang bergerak di lini produk gawai. Sharp meluncurkan seri notebook dynabook Satellite Pro L40-G pada awal Agustus lalu. Notebook ini menjadi produk dynabook pertama yang resmi meluncur di pasar Indonesia di bawah bendera Sharp Indonesia. Menyasar profesional muda, mahasiswa, dan pelajar, dynabook Satellite Pro L40-G menawarkan kinerja dan tampilan tingkat tinggi dengan penggunaan Intel Core generasi ke-10 sebagai prosesor. Sistem ini didukung pula dengan penyimpanan dual SSD dan HDD yang memiliki dua pilihan kapasitas, yakni 256 GB dan 512 GB untuk SSD dan 1 TB untuk HDD. “Kami juga menyisipkan Intel UHD Graphics, NVIDIA GeForce MX 250 2GB GDDR5 yang dapat menunjang kerja grafis sederhana,” ujar Andry Adi Utomo, National Sales Senior General Manager PT Sharp Electronics Indonesia. dynabook Satellite Pro L40-G bisa didapatkan dengan harga Rp 9 juta- Rp 16 juta. Sharp menargetkan pangsa pasar perangkat ini sebesar 10% dengan target penjualan sekitar 1.500 unit per tahunnya.

September 2020 |

Sony Head

M

A

R K

E

T E E R S

X

Movie & Music 102 Dune

The Japanese House

Paling Dinanti

Chewing Cotton Wool

Satu lagi film yang diantisipasi pada tahun ini, Dune, kabarnya akan tetap tayang di layar lebar bulan Desember nanti. Diadaptasi dari novel karya Frank Hebert, Dune bercerita mengenai perjalanan Paul Atreides (Timothee Chalamet), anak dari keluarga terpandang di planet Caladan. Keluarga Paul telah mewarisi kepemilikan Arrakis, sebuah planet gurun yang menjadi rumah bagi sumber daya paling berharga di dunia. Selain Chalamet, film sci-fi ini juga dibintangi oleh Rebecca Ferguson, Zendaya, Jason Momoa, dan Oscar Isaac. Dune yang digarap oleh sutradara Denis Villeneuve dan sinematografer Greig Fraser diharapkan memiliki nada yang lebih realistis dibanding dengan film Villeneuve yang terakhir, Blade Runner 2049.

Setelah meluncurkan EP debut yang diterima dengan baik para penikmat musik, Amber Bain kembali dengan karya yang memamerkan vokal harmonis dan pop yang catchy. Bain hadir lebih emosional dengan empat lagu dalam EP ini. Dibuka dengan Sharing Beds yang dibalut piano, album ini ditutup secara apik oleh Bain dengan vokal khasnya yang husky pada Chewing Cotton Wool. Jonas Brothers

AT HOME WITH KEVIN Menjawab kerinduan para penggemar di tengah pandemi, Jonas Brother kembali merilis lagu-lagu lama mereka dalam album bertajuk AT HOME WITH KEVIN. Melodi yang asyik untuk berdansa langsung tersuguh lewat Only Human dan dilanjutkan Sucker dengan chorus yang catchy serta funky. Penggemar juga diajak bernostalgia dengan Lovebug yang populer lebih dari satu dekade lalu. Anna Sofia

Broken Perfection Di usia ke-17, Anna Sofia menandai pencapaian karier menakjubkan dengan rentetan kolaborasi bersama para bintang, seperti Drake hingga Taylor Swift. Kini, ia menunjukkan bakatnya dengan album terbaru, Broken Perfection. Penikmat musik diajak berpetualang ke berbagai genre dari indie hingga R&B. Karyanya yang bebas menunjukkan kepercayaan dirinya dalam bermusik dan siap menjelajah lebih jauh. Taylor Swift

Folklore Melesat ke chart teratas, Folklore membawa warna baru ke perjalanan musik Taylor Swift. Lebih tenang dan menghanyutkan, itu kesan yang bisa ditangkap ketika mendengarkan 16 lagu yang tersaji di dalamnya. Mirrorball menjadi tembang unik dengan sentuhan tamborin lembut dan petikan gitar yang mengiringi vokal Swift. The Devil All the Time

Kekuatan Jahat di Kota Terpencil Film terbaru besutan Antonio Campos, The Devil All the Time akan tayang di Netflix pada 16 September. Berdasarkan novel dengan judul yang sama karya Donald Ray Pollock, film drama thriller ini akan menceritakan kejadian menyeramkan yang terjadi di sekitar Arvin Russel (Tom Holland) saat berada kota kecil Knockemstiff, Ohio. Arvin dikelilingi berbagai karakter misterius seperti Preston Teagardin (Robert Pattinson), seorang pendeta tak suci, pasangan sejoli berwatak buruk (Riley Keough dan Jason Clarke), serta kepala polisi yang licik (Sebastian Stan). Di sisi lain, Arvin juga harus berusaha melawan kekuatan jahat yang mengancam dirinya dan keluarganya.

| September 2020

Oleh Clara Ermaningtiastuti, Estu Dian Maranti

MBA_21x27,5.pdf

1

27/08/20

16.56

HOSTED BY STRATEGIC MARKETING EXECUTIVE MBA

OVERVIEW Forum ini merupakan sarana praktis untuk mendapatkan informasi dan pemahaman konsep terkini bagi para progressive leaders yang mempunyai minat besar dalam bidang strategic marketing. Dikemas secara singkat dan padat dengan menampilkan sejumlah narasumber terkemuka yang akan memaparkan cutting-edge strategic marketing framework yang sangat relevan dipergunakan dalam memperkuat keunggulan bersaing perusahaan. C

SCHEDULE & AGENDA

M

Y

29 AUGUST 2020 10.00—12.00 WIB

5 SEPTEMBER 2020 10.00—12.00 WIB

12 SEPTEMBER 2020 10.00—12.00 WIB

PROF. DR. KUNTORO MANGKUSUBROTO

PROF. DR. UTOMO SARJONO PUTRO

PROF. DR. AURIK GUSTOMO

Founder and Chairman of School Advisory Council School of Business and Management Institut Teknologi Bandung

Dean School of Business and Management Institut Teknologi Bandung

Vice Dean of Academic School of Business and Management Institut Teknologi Bandung

CM

MY

CY

KEYNOTE SPEECH

CMY

K

FACULTY MEMBERS

FACULTY MEMBERS FACILITATORS TEAM

FACILITATORS TEAM

TOP ACADEMICIANS OF SBM-ITB

TOP ACADEMICIANS OF OF EXPERIENCED CONSULTANTS SBM-ITB INC. MARKPLUS,

EXPERIENCED CONSULTANTS OF MARKPLUS, INC.

STRATEGIC MARKETING IN ACTION:

ALUMNI SESSION

PRIVATE SECTOR PERSPECTIVE

INFO SESSION

STRATEGIC MARKETING IN ACTION:

SOE PERSPECTIVE

MULTINATIONAL PERSPECTIVE

THE MAKING OF STRATEGIC MARKETING EXECUTIVE MBA OF SBM-ITB

KNOWLEDGE SESSION

FACULTY MEMBERS FACILITATORS TEAM FACULTYPROF. MEMBERS MEGA MARKETING 5.0 ENTREPRENEURIAL PROF. KUNTORO MANGKUSUBROTO DR.(H.C.) HERMAWAN KARTAJAYA KUNTOROMARKETING MANGKUSUBROTO DR.(H.C.) HERMAWAN KARTAJAYAMARKETING TOP ACADEMICIANS OF EXPERIENCED CONSULTANTS OFChairman of Founder and Founder and ChairmanKARTAJAYA of Founder and Chairman DR.(H.C.) HERMAWAN DR. JACKY MUSSRY SBM-ITB MARKPLUS, INC. School Advisory Council SBM ITB

School Advisory Council SBM ITB

of MarkPlus, Inc.

Q&A SESSION

FACULTY MEMBERS

STRATEGIC MARKETING IN ACTION:

FACILITATORS TEAM

TOP ACADEMICIANS OF

EXPERIENCED CONSULTANTS OF MARKPLUS, INC.

DR. JACKY MUSSRY COO, MarkPlus, Inc. Dean, MarkPlus Institute

PROF. KUNTORO MANGKUSUBROTO Founder and Chairman of School Advisory Council SBM ITB

DR.(H.C.) HERMAWAN KARTAJAYA Founder and Chairman of MarkPlus, Inc.

IWAN SETIAWAN, MBA Chief Executive Officer MarkPlus, Inc.

DR. AGUNG WICAKSONO Academic Committee SBM-ITB Jakarta Campus

DR. JACKY MUSSRY COO, MarkPlus, Inc. Dean, MarkPlus Institute

DR. YOS SUNITIYOSO

IWAN SETIAWAN, MBA

Founder and Chairman IWAN of MarkPlus, Inc.

SETIAWAN, MBA SBM-ITB

Q&A

FACILITATORS TEAM PROF. KUNTORO MANGKUSUBROTO

DR. AGUNG WICAKSONO

TOP ACADEMICIANS OF SBM-ITB

EXPERIENCED CONSULTANTS OF Founder and Chairman of Academic Committee MARKPLUS, INC.

PROF. KUNTORO MANGKUSUBROTO Founder and Chairman of School Advisory Council SBM ITB

DR.(H.C.) HERMAWAN KARTAJAYA DR. AGUNG WICAKSONO DR. YOS SUNITIYOSO Founder and ChairmanAcademic Committee Director SBM-ITB Jakarta Campus MarkPlus, Inc. SBM ITB Jakarta Campus

School Advisory Council ITB SBMSBM ITB Jakarta Campus

Live streaming via

DR. AGUNG WICAKSONO Academic Committee SBM ITB Jakarta Campus

DR. JACKY MUSSRYDR. YOS SUNITIYOSO PRIYANTONO RUDITO, PH.D Director C-Level Marketer and COO, MarkPlus, Inc. SBM ITB Jakarta CampusAcademia Dean, MarkPlus Institute

DR. YOS SUNITIYOSO Director SBM ITB Jakarta Campus

IWAN SETIAWAN,PRIYANTONO MBA RUDITO, PH.D WIBOWO, MBA SATYA ADITYA C-Level Marketer Marketing and Practitioner Academia MarkPlus, Inc.

LINE UP HOST:

DR. AGUNG WICAKSONO DR.(H.C.) HERMAWAN KARTAJAYA DR. JACKY MUSSRY Academic Committee Founder and Chairman COO, MarkPlus, Inc. ITB MarkPlus Jakarta Campus of MarkPlus,SBM Inc. Dean, Institute

DR. YOSSETIAWAN, SUNITIYOSO DR. JACKY MUSSRY YUDO ANGGORO, PH.D IWAN MBA Director CEO & Dean Deputy Director SBM ITB Jakarta MarkPlus Institute SBM-ITB Jakarta Campus MarkPlus,Campus Inc.

Registration link:

PRIYANTONO IWAN SETIAWAN, MBA RUDITO, PH.D C-Level Marketer and

MarkPlus, Inc. Academia HTTP://BIT.LY/SMFORUM2020

SATYA ADITYA WIBOWO, MBA

WWW.SBM.ITB.AC.ID Director SBM ITB Jakarta Campus WWW.SMEMBA.MARKPLUSINC.COM

PRIYANTONO RUDITO, PH.D C-Level Marketer and Academia

INFORMATION Naya: +62 812 1847Marketing 066 Practitioner | [email protected]

MarkPlus, Inc.

VIRTUAL UNTUK KEDELAPAN KALINYA, INDONESIA MARKETEERS FESTIVAL HADIR, KALI INI DENGAN TEMA:

Live streaming via

FOR THE NEXT INDONESIA

Hermawan Kartajaya Founder & Chairman MarkPlus, Inc

Jacky Mussry CEO & Dean MarkPlus Institute

AGENDA ACARA INDUSTRY MARKETING CHAMPION 2020

“IDEA” 12 GROWTH STRATEGIES

SOLO RAYA 5 SEPTEMBER 2020

PUBLIC SERVICES OF THE YEAR “INSPIRATION” BELAJAR DARI KISAH SUKSES

EAST JAVA 12 SEPTEMBER 2020

“INSIGHT” INDUSTRY OUTLOOK 2020-2021

HARGA TIKET: RP.120.000/ORANG RP.800.000/10 PESERTA ONLINE REGISTRATION: MARKPLUSINSTITUTE.COM

JABAR JUARA 19 SEPTEMBER 2020

Key Partners :

Partners:

BALI 26 SEPTEMBER 2020

Media Partners :

Supported by :

Strategic Partner :

Organized by :

Related Documents


More Documents from "Muhammad Nur Rahiim"