Loading documents preview...
i
ii
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP Dr. KARIADI TAHUN 2018
RSUP Dr. KARIADI SEMARANG 2018
iii
DAFTAR ISI
Hal BAB I
PENDAHULUAN .................................................................. A. Latar Belakang ............................................................... B. Ruang Lingkup Pelayanan .............................................. C. Batasan Operasional ...................................................... D. Landasan Hukum ...........................................................
1 1 1 2 4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN ................................................... A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia .................................. B. Distribusi Ketenagaan .................................................... C. Pengaturan Jaga ............................................................
5 5 5 6
BAB III
STANDAR FASILITAS .......................................................... A. Denah Ruang ................................................................. B. Standar Fasititas ............................................................
10 10 10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN ............................................. A. Tata Laksana Pendaftaran Pasien ... .............................. B. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD ............................. C. Tata Laksana Pelayanan Triase ...................................... D. Tata Laksana Pengisian Informed Consent .................... E. Tata Laksana Transfer Pasien ........................................ F. Tata Laksana Pelayanan False Emergency ................... G. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum ................ H. Tata Laksana Pelayanan Death On Arrival (DOA) .......... I. Tata Laksana Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit J. Tata Laksana Sistem Rujukan ........................................
18 19 19 20 20 21 23 23 24 25 26
BAB V
LOGISTIK .............................................................................
27
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN ..................................................... A. Pengertian ...................................................................... B. Tujuan ............................................................................ C. Keselamatan Pasien di IGD ............................................ D. Tata Laksana ..................................................................
28 28 28 28 30
BAB VII
KESELAMATAN KERJA ....................................................... A. Pengertian ...................................................................... B. Tujuan ............................................................................ C. Jenis Resiko Kerja .......................................................... D. Perlindungan Terhadap Resiko Kerja .............................
35 35 35 36 36
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU ...................................................... A. Indikator Mutu .................................................................
37 37
BAB IX
PENUTUP ............................................................................
39
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan dan gawat darurat. Peningkatan upaya penanggulangan penderita gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari, maupun dalam keadaan musibah masal / bencana pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mencegah kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi, sejak ditempat kejadian, selama perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit. Dalam struktur organisasi RSUP.Dr.Kariadi Semarang, Instalasi Gawat Darurat memiliki 2 ruang pelayanan yaitu ruang gawat darurat dimana memberikan pelayanan bagi pasien dengan kasus true emergency maupun false emergency. Sedangkan ruang pendaftaran pasien rawat inap adalah tempat dimana pasien / keluarga pasien melakukan pendaftaran agar dapat memperoleh ruang rawat inap sesuai dengan kebutuhan medik pasien. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat pedoman pelayanan yang merupakan acuan bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr Kariadi pada khususnya. B. Ruang Lingkup Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi : 1.
Ketenagaan
2.
Fasilitas
3.
Tata laksana pelayanan
4.
Logistik
5.
Keselamatan pasien
6.
Manajemen Risiko
7.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
8.
Pengendalian Mutu
1
C. Batasan Operasional 1. Instalasi Gawat Darurat Adalah instalasi pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin. 2. Triase Adalah suatu sistem seleksi dan pemilihan
pasien / korban yang
berdasarkan atas berat ringannya trauma / penyakit untuk menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan / pemindahan pasien. 3. Prioritas Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul. 4. Survey Primer Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam kecacatan dan / atau mengancam jiwa. 5. Survey Sekunder Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi. 6. Pasien Gawat darurat Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya. 7. Pasien Gawat Tidak Darurat Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut 8. Pasien Darurat Tidak Gawat Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal. 9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya 10. Kecelakaan ( Accident ) Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan
sosial. Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut : a.
Tempat kejadian :
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
Kecelakaan di sekolah
2
Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain. b.
Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c.
Waktu kejadian
Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
11. Cidera Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan. 12. Bencana Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan. Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu system / organ di bawah ini, yaitu : 1.
Susunan saraf pusat
2.
Pernafasan
3.
Kardiovaskuler
4.
Hati
5.
Ginjal
6.
Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh : 1.
Trauma / cedera
2.
Infeksi
3.
Keracunan ( poisoning )
4.
Degerenerasi ( failure)
5.
Asfiksi
6.
Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water and electrolit )
7.
Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler,
pernafasan dan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 – 6 ), sedangkan
kegagalan
dalam waktu yang
lama.
Penderita Gawat Darurat
sistim / organ yang lain dapat menyebabkan kematian Dengan (PPGD)
demikian
keberhasilan
Penanggulangan
dalam mencegah kematian dan cacat
ditentukan oleh :
3
1.
Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2.
Kecepatan meminta pertolongan
3.
Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan a.
Ditempat kejadian
b.
Dalam perjalanan ke rumah sakit
c.
Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
D. Landasan Hukum 1.
Undang - Undang
Republik
Indonesia
Nomor 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan 2.
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit 3.
Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4.
Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
6.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
7.
Peraturan Menteri Kesehatan RI no 44/PMK/05/2009 tentang rencana bisnis anggaran serta pelaksanaan anggaran BLU.
8.
SOTK
4
BAB II STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah : No
Nama Jabatan
Kualifikasi Pendidikan
1
Kepala Instalasi
Dokter spesialis
pelatihan Bersertifikat PPGD atau sejenisnya
2
Penanggung Jawab Mutu
S1 Kep. Ners / dokter
Pelayanan
Bersertifikat BLS/PPGD atau Sejenisnya
3
Penanggung Jawab Sarana
Minimal S1. Ners
dan Prasarana
Bersertifikat BLS/PPGD atau Sejenisnya
4
Kepala ruang
S1.Kep. Ners / S2
Bersertifikat PPGD/
Keperawatan
Emergency Nursing/ BTLS-BCLS Sertifikat manajemen
5
Perawat Pelaksana IGD
D III / S1/ S2
Bersertifikat PPGD/
Keperawatan
Emergency Nursing/ BTLS-BCLS
6
Dokter Penanggung Jawab
Dokter spesialis
Pasien 7
Dokter IGD
Bersertifikat PPGD/ATLS-ACLS
Dokter Umum
Bersertifikat PPGD/ACLS/ATLS
8
Administrasi Umum
DIII/ S1
Bersertifikat BLS
9
Pembantu Orang Sakit/
SLTA/DIII
Bersertifikat BLS
caraka
5
B. Distribusi Ketenagaan Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
Jenis ketenagaan
Shief pagi
Shief siang
Shief malam
Ka. Instalasi
1
0
0
Penanggung
2
0
0
Jawab
Keterangan
1 Mutu Pelayanan 1 Sarpras
Ka ruang
2
0
0
1 Ruang IGD 1 RPPRI
DPJP (on site)
5
5
5
1 Anestesi 1 Bedah 1 Interna 1 Anak 1 Obs Gin
Dokter umum
2
2
2
Ketua Shif
2
2
2
1 Ruang IGD 1 RPPRI
Perawat
15
14
14
3
1
1
1
0
0
6
4
4
pelaksana Administrasi Umum Pelaksana Logistik POS/ Caraka
a.
Untuk Dinas Pagi : Jam kerja
b.
Untuk Dinas Sore : Jam kerja
c.
: 07.00 – 14.00 WIB
: 14.00 – 21.00 WIB
Untuk Dinas Malam : Jam kerja
: 21.00 – 07.00 WIB
6
C. Pengaturan Jaga 1. Pengaturan Jaga Perawat IGD a.
Pengaturan jadwal dinas perawat Ruang Gawat Darurat dan Ruang Pendaftaran Pasien Rawat Inap dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh Kepala Ruang dan disetujui oleh Penanggung Jawab serta diketahui oleh Ka Instalasi Gawat Darurat
b.
Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat pelaksana IGD setiap satu bulan..
c.
Apabila dalam
pelaksanaannya ada perawat yang memiliki kepentingan
mendadak yang tidak dapat ditinggalkan, maka dapat bertukar jaga sesuai dengan Standar Operasional Prosedur tukar jaga pegawai yang belaku d.
Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( Ka Tim) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 5 tahun, serta memiliki sertifikat kegawatdaruratan seperti PPGD, Emergency Nursing, atau sejenisnya.
e.
Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur dan cuti.
2. Pengaturan Jaga Dokter IGD a.
Pengaturan jadwal DPJP jaga IGD (on site / on call ) menjadi tanggung jawab Ka KSM masing-masing keilmuan dan diinformasikan pada Ka Instalasi Gawat Darurat.
b.
Jadwal DPJP jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
c.
Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga pengganti.(mengisi form tukar jaga).
Untuk
yang
tidak
terencana,
dokter
yang
bersangkutan
harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti dari kelompok staf medisnya.
7
Penugasan Perawat IGD
No
Penugasan Ka Shif
Jumlah 2
Keterangan Katim terdiri dari : 1 orang ka shif ruang gawat darurat 1 orang ka shif RPPRI.
Oleh karena sesuatu hal , sehingga katim tidak bisa dinas dan tidak ada petugas pengganti, maka perawat jaga senior yang satu level dan atau pernah menjadi katim bertugas
sebagai
katim
dengan
sepengetahuan kepala ruang. Triase
1
Oleh karena sesuatu hal , sehingga petugas triage tidak bisa dinas dan tidak ada petugas pengganti, maka tugas triage dilaksanakan oleh petugas ambulan. Pengaturan operasional dilakukan oleh katim jaga
Sisrute
1
Oleh karena sesuatu hal , sehingga petugas sisrute tidak bisa dinas dan tidak ada petugas pengganti, maka tugas sisrute dilaksanakan oleh petugas triase.
Ambulan
1
Apabila tidak ada kegiatan ambulan, maka petugas ambulan bertugas di kategori 1dan 2. Oleh karena sesuatu hal, sehingga petugas ambulan tidak bisa dinas dan tidak ada petugas pengganti, maka tugas ambulan dilaksanakan oleh petugas kategori 3. Pengaturan operasional dilakukan oleh katim jaga
Kategori 1dan 2
2
Oleh karena sesuatu hal, sehingga petugas yang bertugas di kategori 1dan 2 tidak bisa dinas dan tidak ada petugas pengganti, maka tugas di kategori 1dan 2 dilaksanakan oleh petugas kategori 3 atau ketua tim. Pengaturan operasional dilakukan oleh katim
8
No
Penugasan
Jumlah
Keterangan jaga.
Kategori 3 : * Bedah
2
* Non Bedah
3
* Obs Gyn
1
* Anak
2
Petugas kategori 3 bersifat fleksibel, saling membantu. Pengaturan operasional dilakukan oleh ka shift
Kategori 4 dan 5
2
Oleh karena sesuatu hal sehingga petugas kategori 4 dan 5 tidak bisa dinas dan tidak ada petugas pengganti, maka tugas kategori 4 dan 5 ambulan/triase/sisrute Pengaturan operasional dilakukan oleh katim
RPPRI
2
Oleh karena sesuatu hal , sehingga petugas RPPRI tidak bisa dinas dan tidak ada petugas pengganti, maka tugas RPPRI dilaksanakan oleh katim RPPRI Pengaturan operasional dilakukan oleh katim jaga
9
BAB III STANDAR FASILITAS A. Denah Ruangan 1. Persyaratan fisik bangunan a. Luas bangunan IGD sesuai dengan beban kerja RS dengan memperhitungkan kemungkinan penanganan korban masal / bencana b.
Lokasi gedung berada dibagian depan RS, mudah dijangkau oleh masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan dari luar Rumah Sakit
c.
Mempunyai akses masuk dan keluar yang berbeda menuju pintu utama (alur masuk kendaraan/pasien tidak sama dengan alur keluar)
d. Ambulance / kendaraan yang membawa pasien dapat sampai didepan pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan e. Pintu IGD dapat dilalui oleh brancard f.
Memiliki area khusus parkir ambulance yang biasa menampung lebih dari 2 ambulance (sesuai dengan beban RS),
g. Susunan ruang diatur sehingga arus pasien dapat lancar dan tidak ada “cross infection”, dapat menampung korban bencana sesuai dengan kemampuan RS, mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol kegiatan oleh perawat kepala jaga h.
Ruang triase dapat memuat 3 (brancard) brancard
i.
Memiliki ruang untuk istirahat petugas (Dokter dan Perawat).
B. Standar Fasilitas 1. Fasilitas & Sarana IGD RSUP Dr. Kariadi terletak di lantai dasar yang mudah akses ke ICU, kamar operasi, laboratorium, radiologi dan terdiri dari ruangan Triase, ruang resusitasi, ruang tindakan bedah , ruangan tindakan non bedah, ruangan observasi dan ruang isolasi airborn desease, serta ruang RPPRI. IGD juga dilengkapi dengan :
Ambulan On Site 24 jam
Gedung ber AC
Ruang tunggu pasien luas
Depo Farmasi 24 jam
ATM
Kamar mandi / WC umum
Kantin umum
2. PERSARATAN SARANA a.
RUANG TRIASE Kit pemeriksaan sederhana
Brancard penerimaan pasien , Rasio (Crossesctional)
Pembuatan rekam medis khusus
10
b.
RUANG TINDAKAN
1) RUANG RESUSITASI a) Peralatan medis
NA minimal 1
OPA minimal 1 setiap nomor
Laryngoscope set anak minimal 1 setiap nomor
Laryngoscope dewasa minimal 1 setiap nomor
ETT Minimal 1 setiap nomor
Suction catheter
Tracheostomy tube Minimal 1 setiap nomor
Bag Valve mask (dewasa/anak) Minimal@ 1
Canule Oxygen (binasal dan nasal) Minimal 1 setiap nomor
Oksigen sungkup Minimal 1 setiap nomor
Chest tube Minimal 1 setiap nomor
Kriko / tracheostomy Minimal 1
Ventilator transport Minimal 1
Vital sign monitor Sesuai jumlah TT
Infusion Pump 2-3 tiap TT
Syringe pump 2-2 tiap TT
Infusion set Minimal 10
IV Transparan dressing Minimal 10
IV Needle Minimal 10
EKG Minimal 1
Vena sectie Minimal 1
Defibrilator Minimal 1
Gluko stick Minimal 1
Stethoscope Minimal 1
Termometer Minimal 1
Nebulizer Minimal 1
Oksigen medis/consentrator Rasio 1 banding 1 TT di IGD
Warmer Minimal 1
b) Immobilisation Set
Neck collar Minimal 1
Splint Minimal 1
Long spine board Minimal 1
Scoopstrecher Minimal 1
KED (Kendrick ExtricationDevice), Minimal 1
Urine bag , Minimal 1 set/TT
NGT , Minimal 1
Wound toilet set , Minimal 1
11
c) Obat-obatan dan Alat Habis Pakai
Cairan koloid , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus diresepkan
Kristaloid , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus diresepkan
Dektrose , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus diresepkan
Adrenalin , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus diresepkan
SA , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus diresepkan
Lidokain 2 % , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus diresepkan
Dextrose 50 % , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus diresepkan
Aminophilin ,Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus diresepkan
Trombolitik / fibrinolitik , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus diresepkan
Amiodaron dan Inotropik ,Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus diresepkan
Manitol , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus diresepkan
Furosemide , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpaharus diresepkan
2)
RUANG TINDAKAN BEDAH a) Alat medis Dressing set 10 Infusion set 10 IV Transparan dressing 20 IV Needle 10 Vena sectie set 1 Thoracosintesis set 1 Film viewer 1 Tiang infus 6 Lampu operasi 3 Stethoscope 1 Suction 1 Bidai 1 Splint 1 Analgetika Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus diresepkan
12
Antiseptik Lidokain 2 % Wound dressing ATS ABU Benang jarum APD : apron, masker,sarung tangan,kacamata/google 3
3) RUANG TINDAKAN MEDIS a) Peralatan Medis EKG Min 1 Kursi periksa Min 1 Oksigen medis Min 1 NGT Min 1 Syringe pump Min 2 Infusion pump Min 2 Infusion set Min 10 IV Transparan dressing Min 10 IV Needle Min 10 Jarum spinal Min 1 Lampu kepala Min 1 Opthalmoscopy Min 1 Otoscope set Min 1 Slit lamp Min 1 Tiang infus Min 1 Tempat tidur Min 1 Film viewer Min 1
b)
Obat-obat, bahan medis habis pakai Koloid, Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan tidak harus diresepkan Kristaloid Dextrose Adrenalin SA Kortikosteroid Lidokain Aminophilin/beta 2 blocker Pethidine Morphin Anti confulsion
13
Dopamin Dobutamin ATS Trombolitik/ fibrinolitik APD Monitol Furosemid
4) RUANG TINDAKAN BAYI DAN ANAK Peralatan Medis
Inkubator 1
Tiang infuse 1
TT 1
Film Viewer 1
Suction 1
Oksigen 1
Obat-obatan, Bahan Medis Habis Pakai
Stesolid, Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan tidak harus diresepkan
Infusion set-Mikrodrip set
IV Transparan dressing
IV Needle
Intra osseus set
5) RUANG TINDAKAN KEBIDANAN Peralatan Medis
Kuret set Min 1
Partus set Min 1
Suction bayi Min 1
Meja Gynekologi Min 1
Meja partus Min 1
Vacum set Min 1
Forceps set Min 1
Resusitasi set Min 1
Doppler Min 1
Suction bayi baru lahir Min 1
Leannec Min 1
Tiang infuse Min 1
TT Min 1
Film viewer Min 1
14
Obat-obatan
Uterotonika
Prostaglandin
6) RUANG OPERASI Ruang operasi untuk pasien yang akan dioprasi cito dari IGD menjadi satu pengelolaannya di Instalasi Bedah Sentral. Akses mudah, terdapat pintu perantara ruang Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Bedah Sentral.
a. Ruang Persiapan
Ruang ganti Tindakan/operasi yang dilakukan terutama untuk keadaan cito, bukan elektif
Brancard
Oksigen
Suction
Linen
( Pengelolaan oleh Instalasi Bedah Sentral ) b. Kamar operasi
Meja operasi Min 1 Tindakan/ operasi yang dilakukan terutama untuk keadaan cito, bukan elektif
Mesin anesthesi Min 1
Alat regional anesthesi Min 1
Lampu (mobile/statis) Min 1
Pulse oxymetri Min 1
Vital sign monitor Min 1
Meja instrumen Min 1
Suction Min 1
C-arm Min 1
Film viewer Min 1
Set bedah dasar Min 1
Laparatomy set Min 1
Appendictomy set Min 1
Sectiocaesaria set Min 1
Set bedah anak Min 1
Vascular set Min 1 Min
Torakosintesis set Min 1
Neurosurgery set Min 1
Set orthopaedik Min 1
Set urologi emergensi Min 1
Set bedah plastik emergensi Min 1
15
Laparascopy set Min 1
Endoscopy surgery Min 1
Laryngoscope Min 1
Defibrilator Min 1
( Pengelolaan oleh Instalasi Bedah Sentral ) c. Recovery Room
Infuse pump Min 2
Bed side monitor Min 1
Suction Min
Tiang infus Min 1
Infus set Min 1
IV Transparan dressing Min 2
IV Needle Min 2
Oxygen line Min 1 ( Pengelolaan oleh Instalasi Bedah Sentral )
7) RUANG PENUNJANG MEDIS 1. Ruang Radiologi
X Ray mobile 1 Bisa digabung/tersendiri dan dapat diakses 24 jam
USG mobile 1
Apron timbal Min 2
CT Scan Min 1
MRI Tersedia 1
Automatic film processor Min 1
Film viewer Min 1
2. Ruang Laboratorium
Lab. Pedoman
Lab. Rutin, tersendiri dan dapat diakses 24 jam Elektrolit termasuk pemeriksaan Kimia, AGD, CKMB (jantung), dan Lab. Khusus
3. Bank Darah (BDRS)
Dapat diakses 24 jam
BMHP (Bahan Medis Habis Pakai)
4. Ruang Sterilisasi
Basah Minimal 1
Autoclave Minimal 1
( Untuk sterilisasi alat-alat IGD dilakukan di Instalasi Laundry dan CSSD )
16
5. Gas Medis :
N2O
Tabung gas sentral
8) RUANG PENUNJANG NON MEDIS 1. Alat Komunikasi Internal
Mobile telephon
Telephon
2. Alat komunikasi eksternal
Radio medis
Mobile
3. Alat rumah tangga (Tersedia)
4. Alat Administrasi
Computer (PC & HMIS, printer
Mesin tik
Alat kantor
Meubelair
Papan tulis
9)
RUANG DEKONTAMINASI
1.
Letak Gedung
Didepan gedung Instalasi Gawat Darurat 2.
Fasilitas
Wastafel
Shower
Eye Washer
Korden
APD ( Baju pelindung, Google, Masker, Topi, Sepatu Boot, Handsoon )
Tempat Sampah Medis
Tempat APD Kotor
Tempat Sampah Bahan Kimia
17
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan medis dan non medis IGD berfokus pada pasien. Pelayanan medis disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan pasien. Penatalaksanaan pelayanan dilakukan sejak pasien datang hingga pasien keluar dari IGD (pulang, rawat inap, rujuk, atau meninggal dunia). Selama perawatan di IGD, pasien dilakukan observasi/ reasesmen terhadap perkembangan kesehatannya. Reasesmen terhadap pasien dilakukan menggunakan jangka waktu tertentu sesuai tingkat kegawatan atau kategori pasien.
A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN I. Petugas Penanggung Jawab
Petugas Admission
II. Perangkat Kerja Status Medis Computer Telepon III.
Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD Unit
No
Kegiatan
Kerja
SPO/KEBIJAKAN
terkait 1
Pasien diterima di Instalasi gawat darurat untuk dilakukan triase.
2
Rekam
Keluarga pasien diarahkan untuk mendaftar Medis di Tempat Pendaftaran Pasien Gawat Darurat (TPPGD).
3
Pendaftaran keluarga
pasien
dilakukan
yang oleh
tidak
petugas
ada Rekam IGD Medis
sesuai kasus 4
IGD
Untuk pasien baru dibuatkan dokumen rekam medis baru, Kartu Identitas berobat (KIB dan kartu indeks utama pasien (KIUP)
5
Untuk pasien lama rekam
medis
dicetakan formulir
gawat
darurat.
Apabila
dibutuhkan dokumen rekam medis lama, Rekam petugas admission menghubungi petugas Medis filing untuk mengambil dokumen rekam medis lama. 6
Pasien dengan fasilitas jaminan BPJS (PBI/Non PBI) ,petugas pendaftaran pasien gawat
darurat
mengecek
kartu
18
HK.00.01/I.IV.1/77/2012
Unit No
Kegiatan
Kerja
SPO/KEBIJAKAN
terkait kepesertaan, Jika pasien tidak membawa kartu
kepesertaan,
pendaftaran
maka
petugas
menyarankan
untuk
melengkapi persyaratan tersebut dalam waktu 2x24 jam. 7
Pasien BPJS dibuatkan surat Eligibilitas Peserta
(SEP),
dan
form
kendali
14
variabel oleh petugas pendaftaran IGD. 8
Rekam Medis
(RM) pasien beserta SEP
dan form kendali 14 variabel
diantar ke
bagian triase oleh petugas pendaftaran IGD, selanjutnya oleh petugas triase RM dilengkapi dengan form asesmen triase dan diantar ke label dimana pasien berada.
B. TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI IGD I. Petugas Penanggung Jawab Petugas Operator Dokter / perawat IGD II.
Perangkat Kerja
Pesawat telpon
Hand phone
III. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD Unit Kerja
No
Kegiatan
1
Komunikasi antara IGD dengan unit lain
IGD, IRNA,
didalam RSUP Dr.Kariadi adalah dengan
IRIN, IRJA,
nomor extension masing-masing unit
penunjang
2
terkait
Komunikasi antara IGD dari dan ke dokter
IGD
konsulen / rumah sakit lain / yang terkait dengan pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat telephone langsung dari IGD No. 8414281
atau
melalui bagian operator. 3
Komunikasi
didalam
ambulance IGD, Bagian
menggunakan pesawat telepon petugas Umum ambulan
19
SPO
HK.00.01/I.IV.1/519/2012
C. TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE I. Petugas Penanggung Jawab
Dokter jaga IGD
Perawat terlatih: minimal PK I
II. Perangkat Kerja -
Stetoscope
-
Tensimeter
-
Senter
-
Brankar
III. Tata Laksana Pelayanan Triase IGD Tata laksana pelayanan Triase di IGD dituangkan dalam panduan pelayanan triase.
D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT I. Petugas Penanggung Jawab II.
Perangkat Kerja -
III.
Dokter jaga IGD
Formulir Persetujuan Tindakan medis
Tata Laksana Informed Consent
No 1
Unit Kerja
Kegiatan
terkait
SPO / KEBIJAKAN
Dokter IGD memberikan informasi tentang penyakit/tindakan (informed
medis/pemeriksaan
consent)
kepada
pasien
atau
keluarga pasien didampingi saksi 2
Apabila pasien menyetujui / menolak tindakan medis/pemeriksaan, lembar informed consent diisi dengan lengkap, dan ditanda tangani oleh dokter, pasien/ keluarga, dan saksi
3
Informed consent diisi dan ditanda tangani oleh pasien yang bersangkutan, kecuali pasien belum dewasa (belum berumur 21 tahun) atau belum pernah menikah atau tidak sehat akalnya dilakukan oleh orang tuanya atau keluarga dekat atau walinya.
4
Pasien tidak sadar, tidak ada keluarga, dan harus mendapatkan pelayanan medis untuk menyelamatkan
nyawa,
maka
informed
consent bisa tidak dilakukan 5
Penarikan kembali (pencabutan) persetujuan
20
KSM
HK.00.01/IV.1/868/2014
tindakan medis yang telah diberikan secara tertulis harus dilakukan secara tertulis pula 6
Informed consent yang sudah diisi dijadikan Rekam satu dengan dokumen rekam medis.
Medis
E. TATA LAKSANA TRANSFER PASIEN I. Petugas Penanggung Jawab -
Dokter (bila diperlukan)
-
Perawat IGD
-
Pembantu Orang Sakit ( POS)/ Caraka
-
Supir Ambulan
II. Perangkat Kerja
Ambulance
Obat dan Alkes
Brankard
Lembar serah terima
III. Tata Laksana Transfer Pasien IGD No
Unit Kerja
Kegiatan
terkait
Transfer pasien IGD yang akan dirawat inap IGD,IRNA, (transfer internal) :
IRIN
1. Pasien yang akan dilakukan transfer dalam keadaan stabil. 2. Perawat IGD melengkapi persyaratan transfer ( kelengkapan RM termasuk lembar transfer ) 3. Perawat IGD menghubungi petugas RPPRI untuk transfer pasien. 4. Petugas RPPRI menjemput pasien di IGD dan melakukan serah terima dengan perawat IGD. 5. Petugas RPPRI mengantar pasien ke ruang yang dituju dan melakukan serah
terima
dengan
perawat
ruangan. 6. Pasien IGD yang akan dirawat di IRIN,
diantar
oleh
dokter
dan
perawat jaga IGD.
21
SPO / KEBIJAKAN HK.00.01/1.IV.1/125/2013
No
Unit Kerja
Kegiatan
terkait
Transfer pasien yang akan alih rawat ke RS
SPO / KEBIJAKAN HK.00.01/1.IV.1/125/2013
lain (transfer external) : 1. Perawat
ruang
asal
pasien
menghubungi RS yang dituju . 2. Perawat asal pasien diluar IGD, menghubungi perawat IGD. 3. Perawat IGD konfirmasi ulang ke RS yang dituju. 4. Perawat IGD menyiapkan Obat & Alkes sesuai kondisi pasien 5. Perawat
IGD
menghubungi
sopir
ambulan 6. Bila
pasien
gawat
mengancam nyawa
darurat
maka petugas
yang mengantar adalah dokter sesuai kasus, perawat dan sopir. 7. Bila pasien bukan gawat darurat mengancam nyawa diantar perawat dan sopir. 8. Dokter / perawat IGD melakukan serah terima.
F. TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY I. Petugas Penanggung Jawab
Dokter jaga IGD
Perawat
II. Perangkat Kerja
Stetoscope
Tensi meter
Alat Tulis
III. Tata Laksana Pelayanan False Emergency No 1
Unit Kerja
Kegiatan Pelayanan
False
Emergency
terkait dilakukan
pasien kategori 5 2
3
Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian Rekam admission
Medis
Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan fisik
KSM
22
SPO / KEBIJAKAN
No 4
Unit Kerja
Kegiatan
SPO / KEBIJAKAN
terkait
Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada KSM keluarga / penanggung jawab pasien
5
Bila ditemukan perubahan tingkat kegawatan, pasien dapat dialihkan ke kategori 1, 2, 3, 4
6
Bila tidak ada kegawatan pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang
7
Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter
8
Perawat menyarankan pasien / keluarga Keuangan pasien untuk menyelesaikan administrasi
G. TATA LAKSANA PELAYANAN VISUM ET REPERTUM I. Petugas Penanggung Jawab
Petugas Rekam Medis
Dokter jaga IGD
II. Perangkat Kerja
Formulir Visum Et Repertum IGD
III. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum No
Kegiatan
Unit Kerja
SPO / KEBIJAKAN
terkait 1
Pasien datang ke IGD dengan membawa
HK.00.01/I.IV.4.5/15/2014
surat permintaan visum dari kepolisian 2
Dokter
jaga
IGD
menghubungi
dokter
KSM
forensic 3
Dokter
forensic
melakukan
pemeriksaan KSM
pada korban. 4
Apabila diperlukan melakukan konsultasi KSM dengan DPJP sesuai kasus
H. TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL ( DOA ) I.
II.
Petugas Penanggung Jawab
Dokter jaga IGD
Perawat
Petugas Satpam
Perangkat Kerja
Senter
Stetoscope
Surat Kematian (kartu AB)
23
III.
Tata Laksana Death On Arrival IGD ( DOA )
No
Kegiatan
1
Unit Kerja terkait
Pasien datang dalam keadaan tidak ada
tanda-tanda
kehidupan
SPO / KEBIJAKAN HK.00.01/I.IV.1/519/2012
(henti
nafas, henti jantung, pupil midriasis maximal) oleh petugas trias dibawa ke kategori 1. 2
Oleh dokter jaga kategori 1 diperiksa dan ditentukan kondisinya.
3
Bila
pasien
dipastikan
meninggal,
maka dilakukan perawatan jenazah, dibuatkan surat keterangan meninggal KSM
( kartu AB) oleh dr. Jaga kategori 1, selanjutnya jenazah dibawa ke kamar mayat IGD. 4
Jenazah di observasi di kamar mayat IGD, dan keluarga (jika ada) mengurus penyelesaian administrasi.
5
Setelah administrasi selesai, Perawat Inst.Pemulasaraan IGD
menghubungi
petugas
kamar Jenazah
mayat Inst. Pemulasaraan Jenazah. 6
Petugas
kamar
Pemulasaraan
mayat
Jenazah
Inst. Inst.Pemulasaraan mengambil Jenazah
jenazah di kamar mayat IGD
dan
melakukan serah terima.
I.
TATA LAKSANA SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT II.
Petugas Penanggung Jawab Petugas Customer cervis Perawat IGD
II. Perangkat Kerja
Alat tulis kantor
Telephone
III. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit No 1
Unit Kerja terkait Petugas RS asal pasien memberikan SIM, HUKMAS, Kegiatan
informasi kepada petugas customer cervis IGD RSUP Dr. Kariadi, mengenai keadaan pasien yang akan dirujuk.
24
SPO / KEBIJAKAN
No 2
Unit Kerja terkait
Kegiatan Isi Informasi mencakup :
Keadaan
umum
SPO / KEBIJAKAN HK.00.01/I.IV.3/01/2016
(kesadaran
dan
tanda– tanda vital )
Peralatan yang diperlukan di IGD (ventilator, monitor, defibrillator )
3
Kebutuhan ruang rawat ( IRIN / IRNA)
Petugas customer cervis mencatat pada form
yang
telah
selanjutnya
disediakan
dan
menyerahkan
menyampaikan
kepada
&
petugas
jaga
triase. 3
Petugas triase menyampaikan kepada dokter jaga sesusi kasus & perawat, serta menyiapkan
sarana
yang
diperlukan
sesuai dengan informasi yang diterima.
J. TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN I. Petugas Penanggung Jawab
Dokter IGD
Perawat IGD
Sopir ambulan
II. Perangkat Kerja
Ambulan
Formulir persetujuan tindakan
Formulir rujukan
Lembar serah terima
IV. Tata Laksana Sistim Rujukan IGD No 1
Kegiatan
Unit Kerja terkait
SPO / KEBIJAKAN
Alih Rawat
Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dituju sebagai rujukan untuk
HK.00.01/IV.1/428/2013
menanyakan ketersedianan tempat dan menginformasikan
mengenai
keadaan
umum pasien.
Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan,
perawat
IGD
menghubungi
petugas ambulan dan menyiapkan berkas kelengkapan rujukan.
25
HK.00.01/I.IV.1/17/2014
Bila semua sudah siap, maka pasien diantar ke rumah sakit yang dituju dengan menggunakan ambulan.
Selama proses transfer, kondisi pasien harus dinilai dan dipantau setiap 60 menit atau sesuai kondisi pasien, dan dicatat dilembar transfer eksternal.
Setelah sampai di rumah sakit penerima, lakukan operan dengan dokter/perawat penerima.
Surat pengantar rujukan dibuat rangkap dua, lembar pertama diberikan ke RS yang dituju, lembar kedua dijadikan satu dengan berkas rekam medik pasien.
26
BAB V LOGISTIK
Logistik Instalasi gawat darurat meliputi :
Barang Habis Pakai ( BHP )
Alat Rumah Tangga ( ART )
Alat Tulis Kantor ( ATK )
I.
Mekanisme permintaan barang habis pakai ( BHP ) :
Permintaan obat / alkes dilakukan pada jam kerja ( 07.30 s/d 15.30 )
Permintaan obat / alkes dibuat oleh apoteker depo farmasi IGD
Pengambilan obat / alkes di gudang farmasi bisa dilakukan setiap hari kerja.
Obat / alkes yang sudah diambil dari gudang farmasi, ditempatkan di depo farmasi IGD, dan menjadi tanggung jawab depo farmasi IGD.
II.
Mekanisme permintaan barang ART & ATK :
Permintaan barang ART & ATK dilakukan pada hari kerja
Permintaan dibuat oleh kepala ruang IGD diketahui Penanggung Jawab sarana dan prasarana IGD.
Permintaan diajukan kepada bagian rumah tangga, setelah permintaan disetujui selanjutnya barang diambil oleh petugas logistik IGD.
Barang ART & ATK yang sudah diambil menjadi tanggung jawab logistik IGD.
27
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
A.
Pengertian Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
Asesmen resiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
B.
Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
Tujuan
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
Terlaksananya
program-program
pencegahan
sehingga
tidak
terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
C.
Keselamatan Pasien Di IGD Keselamatan pasien di IGD sejalan dengan melaksanankan 6 standar International Patien sefty goal, yaitu : 1. Ketepatan identifikasi pasien a. Identifiksi pasien dengan menggunakan 2 identitas utama, yaitu nama pasien dan nomer rekam medis. b. Proses identifikasi dilakukan pada saat : -
Pemberian obat, darah atau produk darah.
-
Pengambilan darah / spesimen pemeriksaan
-
Sebelum melakukan tindakan / prosedeur tindakan
2. Peningkatan komunikasi efektif c. Komunikasi verbal / lisan atau melalui telepon hanya dilakukan pada kondisi yang mendesak dimana komunikasi pelayanan secara tertulis tidak bisa dilakukan. d. Lakukan SBAR (Situation – Background – Analysis – Recomendation ) untuk pelaporan pelayanan informasi verbal melalui telephon. e. Lakukan TBK ( Tulis – Baca – Konfirmasi ) untuk setiap perintah verbal / atau lisan, lalu berikan tanda “TBK” pada setiap dokumentasinya.
28
3. Penanganan obat yang perlu diwaspadai / High Alert medikation ( HAM ) f. Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang beresiko tinggi dapat menyebabkan terjadinya kejadian KTD ( Kejadian Tidak Diinginkan ) atau sentinel, serta obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan. g. Yang termasuk dalam obat HAM yaitu antara lain elektrolit konsentrat serta obat-obat yang terlihat mirip atau namanya kedengaran mirip (nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM atau Look Alike Sound Alaike / LASA ). h. Pemberian obat HAM harus dilakukan dengan doubel cek, serta dilakukan verifikasi yang melipui 7 benar, yaitu : benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar cara pemberian (rute), benar informasi, dan benar dokumentasi. 4. Kepastian tepat prosedur – tepat lokasi – tepat pembedahan Dilakukan dengan mengikuti prosedur verifikasi dan pemberian penandaan / marking pra pembedahan. i. Verifikasi dilakukan untuk mengidentifikasi hal-hal yang harus tersedia pada saat tindakan, meliputi dokumen rekam medis ( Asesmen, Informed cosent), hasil pemeriksaan penunjang, dan kebutuhan khusus / implant / darah. j. Marking - Dilakukan pada saat pra operasi dan melibatkan pasien secara aktif sebelum jadwal oprasi. - Dilakukan oleh DPJP / operator yang akan melakukan prosedur bedah. - Tanda yang digunakan : Lingkaran (O) , garis ( - ), atau tanda panah (↑) - Dilakukan bila : a. Terdapat lebih dari satu kemungkinan lokasi oprasi termasuk sisi (laterality). b. Multipel strutur ( jari tangan, jari kaki) c. Multipel level (tulang belakang) d. Bila melakukan prosedur pada tempat yang salah akan mencederai pasien. 5. Menurunkan resiko infeksi nosokomial k. Semua orang yang berada di IGD RSUP Dr. Kariadi wajib menjaga dan melaksanakan kebersihan tangan dengan cara cuci tangan dengan air mengalir dan sabun selama40-60 detik atau cuci tangan dengan antiseptik berbasis alkohol (hand rub) selama 20-30 detik. l. Kebersihan tangan wajib dilakukan pada 5 keadaan ( 5 moment ), yaitu : 1. Sebelum kontak dengan pasien 2. Setelah kontak dengan pasien 3. Sebelum tindakan aseptik 4. Setelak kontak dengan cairan tubuh pasien 5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
29
6. Menurunkan resiko jatuh pada pasien Skrining faktor resiko jatuh di IGD RSUP Dr. Kariadi dengan menggunakan Timed Up and Go. Identifikasi pasien dengan faktor resiko jatuh sedang dan tinggi dilakukan dengan menggunakan klip berwarna kuning pada gelang identitas pasien, papan penanda resiko jatuh pada brankard, dan rekam medis pasien. D. TATA LAKSANA Dalam tatalaksana keselamatan pasien dengan menerapkan manajemen resiko.
30
VII. MANAJEMEN RESIKO I.
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan di IGD. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) yaitu : Keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” yang terkait dengan kelangsungan hidup . Kelima aspek keselamatan tersebut sangat penting untuk dilaksanakan dan harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi. Di IGD terdapat bermacam-macam obat, berbagai bahan berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan . Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik, berisiko menimbulkan insiden. Karena itu IGD perlu melakukan pengelolaan risiko dalam suatu manajemen risiko yang professional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.
B. TUJUAN: Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di IGD RSUP Dr. Kariadi.semarang.
II.
PENGERTIAN Definisi: Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan asset, dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer, mekanisme pengendalian dan pencegahan. Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan menerapkan secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak diharapkan.
31
III.
RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO Program manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi, menilai, mencegah dan mengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada pegawai, kewajiban pembayaran hutang, properti, kepatuhan terhadap peraturan dan kerugian lain yang timbul dalam proses kegiatan. Program manajemen risiko mencakup pencegahan kehilangan, kontrol dan kegiatan peningkatan mutu berkesinambungan. Upaya tim untuk melaksanakan program manajemen risiko mencakup dokter, administrator, manajemen, pengawas dan karyawan front line untuk mengidentifikasi, meninjau, mengevaluasi dan pengendalian risiko yang mengganggu mutu pelayanan pasien, keselamatan. Layanan diberikan untuk melakukan tindakan korektif dan pencegahan tepat yang diperlukan. Cakupan/ ruang lingkup manajemen risiko: 1. Risiko terkait pelayanan pasien:
Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.
Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai.
Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan
Pasien diberitahu tentang risiko
Pengobatan yang nondiskriminatif.
Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau kerusakan
2. Risiko terkait pegawai.
Menjaga lingkungan yang aman.
Kebijakan kesehatan pegawai.
3. Risiko terkait property.
Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll
Catatan rekam medik pasien non-elektronik , dan catatan keuangan, dilindungi dari kerusakan atau perusakan.
IV.
Ikatan kerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari kerugian
PROSES MANAJEMEN RISIKO Manajemen risiko adalah proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Risiko mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan organisasi yang terusmenerus berubah dan harus diidentifikasi. Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu: 1. Tetapkan konteks. 2. Identifikasi risiko. 3. Analisis risiko. 4. Evaluasi risiko.
32
5. Kelola risiko.
1.
TETAPKAN KONTEKS. Pada tahapan ini: Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan IGD dan strategi program manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif. Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses manajemen risiko harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan konsekuensi potensial yang dapat timbul dari pengaruh internal dan eksternal. Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan, atau bagian dari organisasi dimana proses manajemen risiko sedang diterapkan, harus ditetapkan. Proses harus
dipertimbangkan
dengan
seksama
sesuai
kebutuhan
untuk
menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang. Perlu ditentukan pula kebutuhan sumberdaya dan catatan yang harus didokumentasikan dan dipelihara. 2.
IDENTIFIKASI RISIKO. Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman sistem kesehatan, organisasi ,unit pelayanan, atau pasien. Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola menggunakan proses sistematis yang terstruktur dengan baik, karena potensi risiko yang tidak diidentifikasi pada tahap ini akan dikecualikan dari analisis dan pelayanan lebih lanjut. Semua materi risiko harus diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah kontrol organisasi manajemen risiko.
3.
ANALISIS RISIKO. Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi manajemen risiko harus melakukan analisa secara sistematis terhadap system kesehatan, organisasi, dan semua unit pelayanan, untuk memahami risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut. Perlu proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat risiko, memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta menyediakan data untuk membantu evaluasi dan pelayanan. Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan menjadi prioritas intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin segera tindakan harus dilakukan. Analisis dilakukan dengan melakukan risk grading/ tingkatan risiko untuk menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa kecenderungan terjadinya risiko dan akibatnya bila hal ini terjadi. Analisis risiko harus mempertimbangkan bahwa telah ada kontrol atas risiko saat ini, termasuk kemungkinan keparahan apabila risiko tersebut muncul menjadi
33
sebuah insiden (risiko yang potensial menjadi insiden), dan kemungkinan terjadinya insiden. 4.
EVALUASI DAN RANGKING RISIKO. Mengevaluasi risiko dan membandingkan kriteria risiko yang diterima untuk dikembangkan dalam daftar prioritas risiko yang akan ditindak lanjuti. Melakukan evaluasi risiko dan prioritas risiko dengan cara membandingkan tingkat risiko yang ditemukan selama analisis dengan kriteria risiko yang ditentukan sebelumnya, dan mengembangkan daftar prioritas risiko untuk menentukan tindak lanjut.
5.
PENGELOLAAN RISIKO. Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya memperbaiki alat yang rusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkan edukasi tentang prosedur pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu dicari teknik lain untuk menurunkan risiko kerugian. Setelah dilakukan identifikasi dan analisa risiko, maka satuan tugas manajemen resiko harus menangani dan mengendalikan risiko tersebut. Ada dua pendekatan dasar : 1. Mengendalikan risiko (risk control). Risiko sedapat mungkin dihindari 2. Menanggung risiko (risk retention). Risiko diterima dan ditangani sendiri, artinya mentolerir terjadinya kerugian untuk mencegah terganggunya kegiatan operasional dengan menyediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya.
V.
PEMANTAUAN DAN TINJAUAN Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk memastikan bahwa rencana organisasi manajemen risiko tetap relevan. Mengingat bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan “kemungkinan dan dampak risiko” setiap saat, maka manajemen risiko harus melakukan pemantauan berulang kali, serta meninjau kembali setiap langkah dalam proses manajemen risiko. Tujuan utama pemantauan adalah: 1. Untuk mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara komprehensif yang diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan terhadap risiko yang signifikan dan moderat. 2. Untuk mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatan untuk semua iunit layanan. 3. Untuk mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang mungkin timbul dari kegiatan serta untuk menganalisis risiko yang berdampak terhadap keuangan,
34
kemungkinan risiko yang mungkin muncul menjadi insiden dan kemungkinan untuk mengontrol. VI.
SISTEM PELAPORAN INSIDEN Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak konsisten dengan kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung terutama untuk pelayanan kepada pasien. Saat ini laporan insiden diwajibkan bagi setiap RS seperti tercantum dalam UU RS no 44 tahun 2009 pasal 43 dan Standar Akreditasi RS - KARS. Secara umum maksud laporan insiden adalah untuk mengingatkan kepada manajemen risiko bahwa ada keadaan yang mengancam terjadinya klaim. Identifikasi akan membantu langkah - langkah yang akan diambil terhadap risiko tersebut.
35
BAB VIII KESEHATAN dan KESELAMATAN KERJA
I.
Pendahuluan HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai. Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll). Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua
penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis
karena tidak memberikan gejala. Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”. Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
II.
Tujuan a.
Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri sendiri, pasien, pengunjung, dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Standard Precaution”.
36
III.
Tindakan yang beresiko menyebabkan kecelakaan kerja di IGD a. Cuci tangan yang kurang benar. b. Penggunaan sarung tangan dan alat pelindung diri yang kurang tepat. c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman. d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman. e. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
IV.
Prinsip Keselamatan Kerja Prinsip utama prosedur Standard Precaution dalam kaitan kesehatan dan keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu : a.
Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b.
Pemakaian alat pelindung diri diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c.
Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d.
Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e.
Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
37
BAB IX PENGENDALIAN MUTU
I.
PENDAHULUAN Sesuai dengan visi dan misi rumah sakit umum pusat dr. Kariadi Semarang , yaitu menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan nasional yang unggul, maka dalam menjaga dan meningkatkan mutu dan keselamatan pasien menjadi hal yang sangat penting. Hal tersebut sesui dengan Undang-undang RI No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit, dijelaskan bahwa penyelenggaraan rumah sakit bertujuan memberi perlindungan terhadap keselamatan pasien , masyarakat, lingkungan rumah sakit, dan sumber daya manusia di rumah sakit, serta meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu RSUP DR. Kariadi berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan
yang
aman,
bermutu,
anti
diskriminasi,
dan
efektif
dengan
mengutamakan kepentingan sesuai standar pelayanan rumah sakit. Untuk dapat tercapainya tujuan tersebut perlu adanya pedoman sebagai pegangan atau dasar penyelenggaraan pelayanan di instalasi Gawat darurat.
II.
TUJUAN A. Tujuan Umum Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di Instalasi Gawat Darurat. B. Tujuan Khusus Tercapainya mutu pelayanan sesuai dengan standar indikator, antara lain : 1. Angka kematian kurang dari 8 jam : ≤2% 2. Angka kematian kurang dari 24 jam : ≤2% 3. “respon time” penanganan kegawat daruratan : ≤ 5 menit 4. Angka pasien pulang sebelum diputuskan pulang oleh dokter : ≤ 5% 5. Asesmen resiko jatuh : 100 % 6. Ketepatan level transfer : 75 %
III.
STANDAR INDIKATOR MUTU INSTALASI GAWAT DARURAt A. Indikator mutu NO INDIKAROR MUTU 1 Angka kematian kurang dari 8 jam
2
Angka kematian kurang dari 24 jam
DEFINISI OPERASIONAL Kematian pasien IGD sejak pasien datang sampai dengan 8 jam.
TARGET
RUMUS
≤2%
∑(No. 1 /∑ kunjungan IGD) x 100%
Kematian pasien IGD sejak pasien datang sampai dengan 24 jam.
≤2%
∑(No. 2 /∑ kunjungan IGD) x 100%
38
NO INDIKAROR MUTU 3 “respon time” penanganan kegawat daruratan 4 Angka pasien pulang sebelum diputuskan pulang oleh dokter 5 Asesmen resiko jatuh 6 Ketepatan level transfer
DEFINISI OPERASIONAL Waktu dari sejpak pasien masuk pintu IGD sampai di periksa oleh dokter. Pasien IGD yang pulang sebelum diputuskan pulang oleh dokter.
TARGET
RUMUS
≤ 5 menit
≤5%
∑(No. 4 /∑ kunjungan IGD) x 100%
100% 75%
B. Sumber data No 1
Indikator Angka kematian kurang dari 8 jam
Sumber Data Laporan PPJP & Rekam Medis
2
Angka kematian kurang dari 24 jam
Laporan PPJP & Rekam Medis
3
“respon time” penanganan kegawat daruratan
Rekam Medis
4
Angka pasien pulang sebelum diputuskan pulang oleh dokter
Laporan PPJP & Rekam Medis
5
Asesmen resiko jatuh
Rekam medis
6
Ketepatan level transfer
Laporan TPPRI
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan format tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada tim pengendalian mutu rumah sakit.
39
BAB X PENUTUP
Demikian pedoman pelayanan gawat darurat ini dibuat, diharapkan dengan disusunnya pedoman ini kegiatan pelayanan di Instalasi gawat darurat dapat berjalan dengan baik dan lancar. Harapan lain adalah semoga Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Kariadi dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan berorientasi terhadap keselamatan pasien. Untuk itu tentu saja diperlukan dukungan dari seluruh pihak terkait demi mencapai tujuan tersebut. Semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
40