Nstemi Ppt

  • Uploaded by: Enrico Josua
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Nstemi Ppt as PDF for free.

More details

  • Words: 2,391
  • Pages: 50
Loading documents preview...
B A BI

PENDAHULUAN

2

LATAR BELAKANG 1

Berdasarkan data dari American Heart Association (AHA), penyakit kardiovaskular menduduki peringkat pertama penyebab kematian di dunia, yang membunuh lebih dari 840,678 penduduk pada tahun 2016.

2

Infark miokard akut merupakan suatu kejadian nekrosis pada miokard akibat sindroma iskemik yang tidak stabil.

3

Menurut data Riskesdas tahun 2018, prevalensi Penyakit Jantung di Indonesia sebanyak 1,5%.

4

Prevalensi penyakit NSTEMI diperkirakan mencapai 15-20% diantara pasien dengan nyeri dada akut yang datang ke unit gawat darurat www.yourcompanylogo.com

/ Slide /

3

B A BI I

TINJAUAN PUSTAKA

4

ANATOMI JANTUNG DAN SIRKULASI KORONER

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

4

ANATOMI JANTUNG DAN SIRKULASI KORONER

©AMBOSS www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

5

ANATOMI JANTUNG DAN SIRKULASI KORONER

©AMBOSS www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

6

FISIOLOGI JANTUNG

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

7

FISIOLOGI JANTUNG

©AMBOSS

www.yourcompanylogo.com

Slide /

/

8

Definisi SINDROMA KORONER Akut Sindrom koroner akut adalah merupakan kondisi klinis yang mengancam jiwa akibat iskemi dan/atau infark miokard akut yang disebabkan oleh penurunan aliran darah koroner atau peningkatan kebutuhan miokard yang terjadi secara tiba tiba

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

9

SPEKTRUM KLINIS SKA

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

1 0

Klasifikasi IMA

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

1 1

• Infark Miokard tipe 3 IMA dikategorikan sebagai tipe 3 jika terjadi kematian mendadak dengan gejala sugestif iskemi miokard disertai perubahan ekg iskemi baru atau atrial fibrillasi tanpa adanya bukti pemeriksaan marka jantung4 • Infark Miokard tipe 4a Infark miokard yang terjadi periprosedural intervensi perkutan (PCI)8. • Infark Miokard tipe 4b Infark miokard yang terjadi akibat thrombosis pada stent8. • Infark Miokard tipe 4c Infark miokard yang terjadi akibat restenosis pada stent atau setelah balloon angioplasty8. • Infark Miokard tipe 5 Infark miokard yang terjadi periprosedural operasi pintas jantung (CABG)4. www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

1 2

PATOFISIOLOGI ATHEROSCLEROSI S

www.yourcompanylogo.com

VanMeter, KC. 2016. Gould Pathophysiology of Health Professional. Elsevier.

Sli

/

de /

1 4

PATOFISIOLOGI (mekanisme pembentukan trombus)

Lilly LS. 2016. Pathophysiology of Heart Disease 6th edition. Wolters Kluwer. Pp 163-191.

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

1 4

Patofisiologi (thrombus  MI)

Lilly LS. 2016. Pathophysiology of Heart Disease 6th edition. Wolters Kluwer. Pp 163-191.

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

1 5

Komplikasi

Lilly LS. 2016. Pathophysiology of Heart Disease 6th edition. Wolters Kluwer. Pp 163-191.

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

1 6

Gejala Klinis Gejala klinis NSTEMI berupa nyeri dada angina dengan kriteria sebagai berikut: 1. Nyeri dada khas angina yang muncul saat istirahat selama > 20 menit 2. Nyeri dada angina dengan onset baru (de novo) dengan canadian class II atau III 3. Terjadi perburukan nyeri dada angina yang semula stabil (crescendo angina) 4. Angina post infark miokard www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

1 8

DIAGNOSIS ACS

ESC 2015 Guidelines for the management of Acute Coronary Syndromes in patients presenting without persistent ST-Segment Elevation. European Heart Journal 37:267-315.

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

1 9

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

2 0

DIAGNOSIS NSTEMI

ESC 2015 Guidelines for the management of Acute Coronary Syndromes in patients presenting without persistent ST-Segment Elevation. European Heart Journal 37:267-315.

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

2 0

DIAGNOSIS BANDING

ESC 2015 Guidelines for the management of Acute Coronary Syndromes in patients presenting without persistent ST-Segment Elevation. European Heart Journal 37:267-315.

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

2 1

Stratifikasi RISIKO TIMI

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

2 3

STRATIFIKASI RISIKO TIMI

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

Stratifikasi RISIKO GRACE

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

2 4

KELAS KILLIP

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

2 5

SKOR RISIKO PERDARAHAN CRUSADE

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

2 6

Tindakan umum dan langkah awal Rekomendasi

Kelas

level

Tirah baring

I

C

Pengukuran saturasi oksigen perifer pada kasus SKA

I

C

Oksigen diindikasikan pada pasien dengan hipoksemia (SaO2 < 90% atau PaO2 <60 mmHg)

I

C

Oksigen rutin tidak direkomendasikan pada pasien dengan SaO2 ≥ 90%

III

Aspirin 160-320 mg diberikan segera kepada semua pasien yang tidak diketahui intoleransinya terhadap aspirin

I

A

Aspirin tidak bersalut lebih terpilih mengingat absorpsi sublingual lebih cepat Dosis awal ticagrelol yang dianjurkan adalah 180 mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 2 x 90 mg/hari kecuali pada pasien IMA-EST yang direncanakan untuk reperfusi menggunakan agen fibrinolitik

I

C

I

B

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

Tindakan umum dan langkah awal (lanjutan) Rekomendasi

Kelas

level

Dosis awal clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 75mg/hari (pada pasien yang direncanakan untuk terapi reperfusi menggunakan agen fibrinolitik, penghampat reseptor ADP yang dianjurkan adalah clopidogrel)

I

C

Nitrofliserin (NTG) spray/tablet sublingual untuk pasien dengan nyeri dada yang masih berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat

I

C

Nitrogliserin intravena diberikan kepada pasien yang tidak responsif dengan terapi 3 dosis NTG sublingual

I

C

Iia

C

Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang 10-30 menit, bagi pasien yang tidak responsif dengan terapi 3 dosis NTG sublingual

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

Kriteria risiko untuk menentukan strategi invasif pada IMA-NEST Risiko sangat tinggi • Instabilitas hemodinamik atau syok kardiogenik • Nyeri dada rekuren atau sedang berlangsung • Aritmia atau henti jantung yang mengancam jiwa • Komplikasi mekasis IM • Gagal jantung akut • Perubahan gelombang ST-T yang dinamis rekuren, terutama dengan elevasi ST intermiten Risiko tinggi • Peningkatan atau penurunan troponin • Perubahan gelombang ST atau T yang dinamis (simtomatis atau asimtomatis) • Skor GRACE > 140 Risiko intermediet • DM Insufisiensi ginjal (eGFR < 60 mL/menit/1.73 m2) • LVEF < 40% atau gagal jantung kongestif • Angina pasca infark dini • IKP atau BPAK • Skor risiko GRACE >109 dan < 140 Risiko rendah • Karakteristik lain yang tidak disebutkan di atas www.yourcom

panylogo.c om

/ Slide /

Rekomendasi waktu melakukan strategi invasif Risiko Risiko sangat tinggi Risiko tinggi Risiko intermediate Risiko rendah

Strategi Invasif

Kelas

level

Strategi invasif segera (< 2 jam)

I

C

Strategi invasif dini (<24 jam)

I

A

Strategi invasif (≤ 72 jam)

I

A

Tes stress non-invasif

I

A

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

Pemilihan strategi terapi dan waktu berdasarkan stratifikasi risiko pada IMA-NEST Awitan gejala

Kontak medis pertama

Diagnosis IMA-NEST Faskes non-IKP atau LMD

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Stratifikasi Risiko

Faskes dengan IKP

Tinggi

Tinggi intermediat

intermediat

Strategi Terapetik

Rendah Invasif segera (<2 jam)

Invasif dini (<24 Jam)

Invasif (<72 Jam)

Tes non invasif (jika sesuai)

----- > : Perlu dipertimbagkan www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

Terapi anti-iskemia pada IMA-NEST Rekomendasi

Kelas Level

Penyekat beta (beta blocker) Penyekat beta direkomendasikan pada APTS atau IMA-NEST, terutama jika terdapat hipertensi dan/atau takikardia, dan selama tidak terdapat kontraindikasi

I

B

Penyekat beta oral hendaknya diberikan dalam 24 jam pertama

I

B

Penyekat beta juga diindikasikan untuk semua pasien dengan disfungsi ventrikel kiri selama tidak ada kontraindikasi Pemberian penyekat beta pada pasien dengan riwayat pengobatan penyekat beta kronis yang datang dengan SKA tetap dilanjutkan kecuali bila termasuk klasifikasi Killip ≥ III

I

B

I

B

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

Terapi anti-iskemia pada IMA-NEST (lanjutan) Rekomendasi

Kelas

Level

Nitrat Nitrat oral atau intravena efektif menghilangkan keluhan dalam fase akut dari episode angina Pasien denga APTS/IMA-NEST yang mengalami nyeri dada berlanjut sebaiknya mendapat nitrat sublingual setiap 5 menit sampai maksimal 3 kali pemberian, setelah itu harus dipertimbangkan penggunaan nitrat intravena jika tidak ada kontraindikasi

I

C

I

C

Nitrat intravena diindikasikan pada iskemia yang persisten, gagal jantung, atau hipertensi dalam 48 jam petama APTS/IMA-NEST. Keputusan menggunakan nitrat intravena tidak boleh menghalangi pengobatan yang terbukti menurunkan mortalitas seperti penyekat beta atau penghambat ACE

I

B

Nitrat tidak diberikan kepada pasien dengan tekanan darah sistolik < 90 mmHg atau > 30 mmHg di bawah nilai awal, bradikardia berat (<50 kal permenit), takikardia tanpa gejala gagal jantung, atau infark ventrike kanan

III

C

Nitrat tidak boleh diberikan kepada pasien yang telah mengonsumsi penghambat fosfodiesterase: sidenafil dalam 24 jam, tadalafil dalam 48 jam. Waktu yang tepat untuk terapi nitrat setelah pemberian vardenafil belum dapat ditentukan

III

C

www. ourcompany o.co y log m

/ Slide /

Terapi anti-iskemia pada IMA-NEST (lanjutan) Rekomendasi

Kelas

Level

CCB dihidropiridin direkomendasikan untuk mengurangi gejala bagi pasien yang telah mendapatkan nitrat dan penyekat beta

I

B

CCB non-dihidropiridin direkomendasikan untuk pasien IMA-NEST dengan kontraindikasi terhadap penyekat beta

I

B

CCB non-dihidropiridin (long-acting) dapat dipertimbangkan sebagai pengganti terapi penyekat beta CCB direkomendasikan bagi pasien dengan angina vasospastik

Iib

B

I

C

Penggunaan CCB dihidropiridin kerja cepat (immediate-release) tidak direkomendasikan kecuali bila dikombinasi dengan penyekat beta

III

B

Penyekat kanal kalsium (CCB)

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

Terapi antiplatelet pada IMA-NEST Rekomendasi

Kelas

Level

Aspirin harus diberikan kepada semua pasien tanpa kontraindikasi dengan dosis loading 150-300 mg dan dosis pemeliharaan 75-100 mg setiap harinya untuk jangka panjang, tanpa memandang strategi pengobatan yang diberikan

I

A

Penghambat reseptor ADP perlu diberikan bersama aspirin sesegera mungkin dan dipertahankan selama 12 bulan kecuali ada kontraindikasi seperti risiko perdarahan berlebih

I

A

Penghambat pompa proton (sebaiknya bukan omeprazole) diberikan bersama DAPT direkomendasikan pada pasien dengan riwayat perdarahan saluran cerna atau ulkus peptikum, dan perlu diberikan kepada pasien dengan beragam faktor seperti infeksi H.pylori, usia 65 tahun, serta konsumsi bersama dengan antikoagulan atau steroid

I

A

Penghentian penghambat reseptor ADP lama atau permanen dalam 12 bulan sejak kejadian indeks tidak disarankan kecuali ada indikasi klinis

I

C

Clopidogrel direkomendasikan untuk pasien yang tidak bisa menggunakan ticagrelor. Dosis loading clopidogrel adalah 300 mg, dilanjutkan 75 mg/hari.

I

A www.yourc panylogo.c om om

/ Slide /

Terapi antiplatelet pada IMA-NEST (lanjutan) Rekomendasi

Kelas

Level

Ticagrelor direkomendasikan untuk semua pasien dengan risiko kejadian iskemik sedang hingga tinggi (misalnya peningkatan troponin) dengan dosis loading 180 mg, dilanjutkan 2 x 90 mg/hari.

I

B

Pemberian dosis loading clopidogrel 600 mg(atau dosis loading 300 mg diikuti dosis tambahan 300 mg saat IKP) direkomendasikan untuk pasien yang dijadwalkan menerima strategi invasif ketika tidak bisa mendapatkan ticagrelor

I

B

Pada pasien yang telah menerima pengobatan penghambat reseptor ADP yang perlu menjalani pembedahan mayot non-emergensi (termasuk BPAK), perlu dipertimbangkan penundaan pembedahan selama 5 hari setelah penghentian pemberian ticagrelor atau clopidogrel bila secara klinis memungkinkan, kecuali bila terdapat risiko kejadian iskemik yang tinggi

Iia

C

Tidak disarankan memberikan aspirin bersama OAINS (penghambat COX-2 selektif dan NSAID non-selektif)

III

C

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

Target Terapi antiplatelet pada IMA-NEST

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

Terapi penghambat reseptor glikoprotein Iib/IIIa pada IMA-NEST Rekomendasi

Kelas

Level

Pemilihan kombinasi agen antiplatelet oral, agen penghambat reseptor glikoprotein IIb/IIIa dan antikoagulan dibuat berdasarkan risiko kejadian iskemik dan perdarahan

I

C

Penggunaan penghambat resepetor glikoprotein IIb/IIIa dapat diberikan pada pasien IKP yang telah mendapatkan DAPT dengan risiko tinggi (misalnya peningkatan troponin, trombus yang terlihat) apabila risiko perdarahan rendah

I

B

Agen ini tidak disarankan diberikan secara rutin sebelum angiografi atau pada pasien yang mendapatkan DAPT yang diterapi secara konservatif

III

A

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

Terapi antikoagulan pada IMA-NEST Rekomendasi

Kelas

Level

Pemberian antikoagulan disarankan untuk semua pasien yang mendapatkan terapi antiplatelet

I

A

Pemilihan antikoagulan dibuat berdasarkan risiko perdarahan dan iskemia, dan berdasarkan profil efikasi-keamanan agen tersebut Fondaparinux secara keseluruhan memiliki profil keamanan berbanding risiko yang paling baik. Dosis yang diberikan adalah 2.5 mg setiap hari scara subkutan.

I

C

I

B

Bila antikoagulan yang diberikan awal adalah fondaparinux, penambahan bolus UFH (85 IU/kg diadaptasi ke ACT, atau 60 IU untuk mereka yang mendapatkan penghambat reseptor GPIIB/IIIa) perlu diberikan saat IKP

I

B

Enoxaparin (1 mg/kb, 2x/hari) disarankan untuk pasien dengan risiko perdarahan rendah apabila fondaparinux tidak tersedia

I

B

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

Terapi antikoagulan pada IMA-NEST Rekomendasi

Kelas

Level

Heparin tidak terfraksi (UFH) dengan target aPTT 50-70 detik atau heparin berat molekul rendah (LMWH) lainnya (dengan dosis yang direkomendasikan) diindikasikan apabila fondaparinux atau enoxaparin tidak tersedia

I

C

Dalam strategi yang benar-benar konservatif, pemberian antikoagulasi perlu dilanjutkan hingga saat pasien dipulangkan dari rumah sakit

I

A

Enoxaparin dipertimbangkan sebagai antikoagulan untuk IKP pada pasien – pasien yang sebelumnya mendapatkan enoxaparin subkutan Crossover heparin (UFH dan LMWH) tidak disarankan

IIa

B

III

b

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

Kombinasi antiplatelet antikoagulan pada IMA- NEST Rekomendasi

Kelas

Level

Penggunaan warfarin bersama aspirin dan/atau clopidogrel meningkatkan risiko perdarahan dan oleh karena itu harus dipantau ketat

I

A

Kombinasi aspirin, clopidogrel dan antagonis vitamin K jika terdapat indikasi dapat diberikan bersama-sama dalam waktu sesingkat mungkin dan dipilih target INR terendah yang masih efektir

Iia

C

Jika antikoagulan diberikan bersama aspirin dan clopidogrel, terutama pada penderita tua atau risiko tinggi perdarahan, target INR 2-2.5 lebih dianjurkan

IIb

B

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

Penggunaan ACEI dan ARB pada ACS-NEST Rekomendasi Pada pasien dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40%, pasien dengan diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit ginjal kronik (PGK), penghambat ACE diindikasikan penggunaan untuk jangka panjang, kecuali terdapat kontraindikasi. Penghambat reseptor angiotensin merupakan alternatif pada pasien yang intoleran terhadap penghambat ACE

Kelas

Level

I

A

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

Penggunaan statin pada ACS-NEST Rekomendasi

Kelas

Level

Tanpa melihat nilai awal kolesterol LDL dan tanpa mempertimbangkan modifikasi diet, penghambat hidroksimetilglutari-koenzim A reduktease (statin) harus diberikan kepada semua penderita APTS/IMA-NEST, termasuk mereka yang telah menjalani terapi revaskularisasi, jika tidak terdapat kontraindikasi

I

A

Terapi statin intensitas tinggi hendaknya dimulai sedini mungkin

I

A

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

Definisi In-Stent Restenosis In-Stent Restenosis (ISR) merupakan restenosis yang terjadi di dalam stent dan berdasarkan letaknya dibagi dua yaitu; (1) intra stent bila terletak di dalam stent dan (2) edge restenosis bila menjulur kurang dari 5 mm baik dari ujung proksimal ataupun distal stent.

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

4 4

Klasifikasi In-Stent Restenosis

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

4 5

Etiologi & Patofisiologi In-Stent Restenosis Mekanisme yang mempengaruhi terjadinya ISR ada tiga, yaitu: 1. elastic recoil, 2. negative arterial remodeling dan 3. neointimal hyperplasia (NIH).

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

4 6

Gejala Klinis In-Stent Restenosis • Gejala klinis biasanya muncul setelah diameter stenosis mencapai ≥50%. • Gejala dan tanda klinis menyerupai pada infark miokard atau unstable angina pectoris yaitu nyeri dada yang tidak dapat dilokalisir dan menjalar. Nyeri dada dapat timbul akut atau saat aktivitas berat. • Terdapat perubahan tampilan elektrokardiografi (EKG) berupa tanda-tanda iskemi.

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

4 7

Faktor Risiko In-Stent Restenosis 1. Faktor Genetik 2. Hipersensitivitas 3. Usia Lanjut 4. Diabetes Mellitus 5. Hipertensi 6. Dislipidemia 7. Merokok 8. Diameter Pembuluh darah 9. Lokasi Lesi 10. Faktor Stent

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

4 8

Tatalaksana In-Stent Restenosis 1. Angioplasti balon konvensional 2. Cutting and Scoring Balloon Therapy 3. Debulking Techniques 4. Vascular Brachytherapy 5. Pemasangan ulang stent

www.yourcompanylogo .com

/ Slide /

4 9

TERIM A KASI H

Related Documents

Nstemi Ppt
January 2021 1
Ppt Kasus Nstemi
January 2021 1
Nstemi
February 2021 2
Nstemi
February 2021 3
Nstemi
February 2021 4
Ppt
February 2021 3

More Documents from "nuraninarun"