Loading documents preview...
PEMERIKSAAN FISIK NEUROMUSKULAR I.
PENDAHULUAN Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data objektif secara sistematik.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan secara menyeluruh atau terfokus. Pemeriksaan fisik menyeluruh adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk seluruh bagian dan atau system tubuh. Terdapat dua pendekatan dasar yang digunakan untuk pemeriksaan fisik menyeluruh, yaitu pendekatan dari kepala hingga kaki dan pendekatan system. Pada umumnya pemeriksaan fisik yang dilakukan perawat adalah pemeriksaan fisik menyeluruh. Namun, pada saat klien merasakan nyeri hebat, perawat menggunakan pemeriksaan fisik terfokus sehingga perawat hanya melakukan pemeriksaan pada bagian tertentu. II.
ISI Pemeriksaan fisik neuromuskuloskeletal merupakan serangkaian pemeriksaan dalam tahap pengkajian
keperawatan terfokus untuk mengumpulkan data objektif secara sistematis dalam rangka mengambil keputusan tentang status kesehatan klien berhubungan dengan system neurologi dan musculoskeletal. Pemeriksaan neurologic adalah suatu proses yang membutuhkan ketelitian dan pengalaman, yang terdiri dari sejumlah pemeriksaan pada fungsi yang sangat spesifik. Otak dan medulla spinalis tidak dapat dilihat, diperkusi, palpasi dan auskultasi secara langsung seperti system lain pada tubuh. Pemeriksaan neurologic dibagi dalam lima komponen, yaitu fungsi serebral, saraf-saraf cranial, system motorik, system sensorik dan status reflex. 1. Fungsi serebral Serebral yang tidak normal dapat menyebabkan gangguan dalam komunikasi, fungsi intelektual, dan dalam pola tingkah laku emosional. 2. Saraf-saraf cranial Duabelas pasang saraf cranial muncul dari bagian bawah otak. Saraf-saraf cranial sering dikaji pada saat pengkajian lengkap leher dan kepala. 3. System motorik Pemeriksaan yang teliti pada system motorik mencakup pengkajian pada ukuran otot, tonus otot, kekuatan otot, koordinasi dan keseimbangan. 4. System sensorik System sensorik lebih kompleks dari system motorik karena modal sensori mempunyai perbedaan traktus, lokasi pada bagian yang berbeda pada medulla spinalis. Pengkajian sensori adalah pengakajian secara subjektif, sehingga membutuhkan kerjasama pasien. 5. Status reflex Reflex motorik merupakan kontraksi yang tidak disadari dari respon otot atau kelompok otot yang meregang tiba-tiba dekat daerah otot yang dirangsang. Uji reflex memungkinkan orang yang menguji dapat mengkaji lengkung reflex yang tidak disadari, yang bergantung pada adanya reseptor bagian aferen, sinaps spinal, serabut eferen motorik dan adanya beberapa pengaruh perubahan yang bervariasi pada tingkat yang lebih tinggi. Anatomi system persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Otak dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu serebrum, batang otak dan serebelum. Medulla spinalis dan batang otak membentuk struktur kontinu yang keluar dari hemisfer serebral dan memberikan tugas penghubung otak dan sarag perifer, seperti kulit dan otot. Peran perawat dalam pemeriksaan neurologic adalah untuk menolong pasien dalam mengidentifikasi masalah, membuat tujuan bersama, menjalankan kegiatan langsung, menggunakan intervensi keperawatan yang tepat, dan mengevaluasi hasil keperawatan. System musculoskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursa. Pemeriksaan system musculoskeletal berkisar dari pengkajian dasar kemampuan fungsional sampai maneuver pemeriksaan fisik canggih yang dapat menegakkan diagnosa kelainan khusus tulang, otot dan sendi. Pengkajian keperawatan terutama merupakan evaluasi fungsional. Teknik inspeksi dan palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas
tulang, postur, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Anatomi system skelet ada 206 tulang dalam tubuh manusia, terbagi dalam empat kategori, yaitu tulang panjang (missal femur), tulang pendek (missal tulang tarsalia), tulang pipih (missal sternum), tulang tak teratur (missal vertebra). Tujuan pelaksaan pemeriksaan fisik neuromusculoskeletal adalah 1. Memeperoleh data dasar tentang system neurologi dan musculoskeletal 2. Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan system neurologi dan musculoskeletal 3. Mampu memberikan gambaran mengenai rancangan intervensi pada klien dengan gangguan system neuromuskuloskeletal. 4. Mengevaluasi perkembangan klien dengan masalah keperawatan system neuromuskuloslkeletal. Komponen dasar lain yang harus dimiliki dalam melakukan pemeriksaan fisik neuromuskuloskeletal adalah 1. Keterampilan komunikasi terapeutik: membina hubungan saling percaya antara perawat klien sehingga dapat diperoleh kerjasama yang baik. 2. Distraksi: membantu mnegurangi rasa trauma, rasa sakit atau ketidaknyamanan akibat prosedur tindakan pemeriksaan. Indikasi, kontraindikasi dan komplikasi tindakan pemeriksaan fisik neuromuskuloskeletal. 1. Indikasi - Gangguan system persarafan (neurologis, missal sindrom otak organic, kerusakan saraf perifer, -
hipoalgesia) Gangguan system musculoskeletal (missal, immobilisasi, klien dengan terapi RPS/ masa pemulihan
gerak) 2. Kontraindikasi - Cidera spinal - Fraktur - Luka operasi Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan pemeriksaan fisik neuromuskuloskeletal adalah stetoskop, stigmomanometer, thermometer, garpu tala, snellen chart, pen light (senter kecil), lidi, kapas dan peniti, reflex hammer, meteran, oroskop dan optalmoskop. Askep keamanan dan keselamatan yang diperhatikan dalam Tindakan Pemeriksaan Fisik Neuromuskuloskeletal: a. Penjelasan mengenai prosedur tindakan sebelum pemeriksaan fisik (neuromuskuloskeletal) dimulai dengan tujuan mengurangi kecemasan klien, klien mampu bekerjasama dengan baik selama pemeriksaan berlangsung b. Mempertahankan privacy klien dengan menutup tirai dan hanya membuka bagian yang akan diperiksa c. Selama pemeriksaan fisik (terutama prosedur yang menggunakan alat) sebisa mungkin tidak mencidrai klien, perelatan kesehatan diletakkan pada tempat yang sesuai dan digunakan seperlunya d. Setting lingkungan rawat mendukung pasien untuk meminimalisisr terjadinya cidera (jatuh,dsb), termasuk ruang pemeriksaan dalam keadaan cukup cahaya serta suhu ruang nyaman untuk pasien dan perawat e. Terkait proses pemeriksaan, menanyakan tingkat kesakitan klien (respon terhadap tindakan pada waktu itu) terutama pada prosedur palpasi dan perkusi yang membutuhkan tindakan tekanan dan ketukan f. Memberikan pendidikan kesehatan terkait dengan keselamatan klien (misal pada pasien dengan gangguan mobilisasi dengan diagnose medis paralisis yang diharuskan untuk memakai alat bantu ketika ingin bermobilisasi, maka perawat perlu untuk memberikan penegtahuan terkait dengan penggunaan alat bantu jalan) g. Perubahan posisi (terutama pada klien bedrest) enjadi tanggung jawab perawat selama masa perawatan untuk mencegah terjadinya cidera seperti dekubitus
Prosedur pemeriksaan fisik neuromuskular
Pengkajian
Hasil normal orang dewasa
Keterangan/variasi pada usia lanjut
Fungsi Serebral Evaluasi penampilan umum dan perilaku
Individu berpakaian sesuai
Pada sindrom otak organik
pasien
dengan musim dan
dan gangguan psikiatrik,
kesempatan; perilaku yang
individu dapat berpakaian
benar untuk situasi tertentu
tidak sesuai dengan jenis
Nilai status mental dalam hubungannya
Berorientasi pada orang,
kelamin, peristiwa/ musim Waspadai terhadap respon
dengan:
tempat dan waktu
tidak tepat, kekacauan mental
-
Orang Tempat Waktu
dan perubahan pada tingkat kesadaran (letargi, stupor atau
Kaji kemampuan kognitif
Mampu mengingat kejadian
koma) Waspadai kehilangan memori
-
saat ini, kejadian lalu tanpa
dan konfabulasi sehubungan
kesulitan. Data diyakinkan
dengan sindrom otak organic
Memori saat ini Memori yang lalu Alas an abstrak
oleh keluarga Evaluasi stabilitas emosi -
Afek dan mood Proses pikir dan ekspresi ide
Perhatikan ide terbang, mood Pikiran terorganisir baik,
berubah-ubahm kesulitan
bentuk ekspresi tepat selama
dalam mengekspresikan ide,
Perhatikan keterampilan komunikasi pasien,
bicara. Bicara lancar dan
ilusi, halusinasi/ delusi Observasi terhadap afasia,
baik ekspresif dan reseptif
berartikulasi, mampu
agnosia, apraksia, disartria,
menyampaikan pikiran dengan disfemia, atau disprosodi jelas
(ditambah pemeliharaan)
Tutup 1 lubang hidung minta pasien
Mampu menentukan bau pada
Trauma, flu atau alergi dapat
mencium bau yang dikenal Saraf cranial II: optic
masing-masing lubang hidung
mempengaruhi hasil
Lapang pandangan dapat dikaji dengan
Penglihatan lapang pandang
Lesi pada kiasma optik dapat
menutup semua mata, terlihat kedepan dan
penuh
mengakibatkan kehilangan
Saraf cranial Saraf cranial 1: olfaktori
mengidentifikasi pada saat jari pemeriksa
penglihatan pada lapang
didekatkan dalam jarak penglihatan perifer
pandang
pasien Ketajaman penglihatan dikaji dengan
Penglihatan 20/20
Ini adalah pengukuran kasar
menggunakan kartu Snellen atau kartu
ketajaman penglihatan; bila
Rosenbaum (untuk pandangan dekat)
abnormal perlu pemeriksaan lanjut
Saraf cranial III: saraf okulomotor Saraf cranial IV: saraf troklear Saraf cranial VI: saraf abdusen Pengukuran saraf cranial III, IV, VI
Mampu untuk bergerak
Peningkatan intracranial
dilakukan dengan makna dibawah ini:
mengikuti enam batas pokok
adalah penyebab umum
-
pandangan, pupil dilatasi
kehilangan fungsi, penurunan
Enam batas pokok dari pandangan
-
Ukuran dan bentuk pupil Respon pupil langsung dan umum Akomodasi Pembukaan kelopak mata
untuk melihat jauh dan
kelopak mata terlihat pada
konstriksi untuk melihat
sindrom Horner’s dan
dekat, mempunyai respon
miastenia gravis
langsung dan umum Untuk mengkaji fungsi batang otak pasien koma, 2 tes dapat digunakan: 1. Reflex okulovestioular (tes kalori
Fungsi batang otak utuh
Reflex tak akan ada pada lesi
dingin). Setelah meyakinkan bahwa
apabila deviasi mata ke sisi
batang otak, mengindikasikan
membrane timpani utuh, irigasi air
yang diirigasi
prognosis buruk
Mata harus bergerak kearah
Bila reflex tak ada pada lesi
yang tepat
batang otak, mengindikasikan
dingin diinjeksikan kedalam saluran telinga 2. Reflex okulosefalik (reflek mata boneka): Dengan cepat menggerakkan kepala dari samping ke samping atau
prognosis buruk
refleksi dan ekstensi leher ringan Saraf cranial V: saraf trigeminal Sensori: Dengan mata tertutup, sentuh dahi, rahang dan pipi secara bilateral dengan kasa, selang
Sensasi sama pada seluruh
penguji berisi air hangat dan dingin dan
area wajah
sebuah peniti yang tajam Tes reflex kornea dengan menyentuh kornea
Kedipan bilateral diharapkan
dengan kasa atau kapas Motor: Dengan gigi pasien mencengkeram, palpasi
Lihat asimetri pada sensasi
Lensa kontak akan mengurangi reflex ini
Tonus otot utuh
otot masseter dan otot temporal Saraf cranial VII: saraf fasial
Perhatikan atrofi dan penurunan tonus otot
Pada bagian anterior lidah, letakkan gula,
Mampu membedakan manis,
Bell’s palcy adalah disfungsi
cuka, garam dan quinine pada waktu yang
asam, asin dan pahit
paling umum pada saraf fasial
Evaluasi kekuatan dan simetri dari
Gerakan lembut dan simetri
Perhatikan spasme, tremor
ototfasialis dengan meminta pasien
secara bilateral
atau asimetri
bersamaan Motor:
menaikkan alis mata, mengerutkan dahi, menggembungkan pipi, tersenyum, menutup mata dengan rapat dan memperlihatkan gigi Saraf cranial VIII: saraf akustik
Bila ada riwayat vertigo,
Kaji pendengaran dengan menggerakkan
Mampu untuk mendengar jam
gangguan keseimbangan/mual
detik jam pada jarak tertentu pada masing-
atau bisikan pada jarak yang
dan muntah, cabang vestibular
masing telinga, suara bisikan juga dapat
kurang lebih sama pada tiap
mungkin disfungsi, pengkajian
digunakan Tes Weber’s: menggunakan garpu tala,
telinga Bunyi diterima dengan sama
lanjut diperlukan Gangguan saraf koklear
getarkan dan letakkan dengan ringan diatas
pada kedua telinga
menyebabkan penurunan
kepala Tes Rinne’s: menggunakan garpu tala,
Konduksi udara lebih besar
pendengaran Kehilangan pendengaran
getarkan garpu dan tempatkan pada
dari konduksi tulang
prosessus mastoideus, jika tidak dapat
konduktif diduga pada hasil tes Rinne’s negatif
mendengar tempatkan didepan telinga Saraf cranial IX: saraf glosofaring Saraf cranial X: saraf vagus Dengan mulut terbuka, minta pasien
Uvula dan palatum kecil akan
Cedera pada batang otak atau
mengatakan ‘ah’
meningkat
trauma dapat menyebabkan
Tes selanjutnya adalah reflex muntah dan
Reflex gag terangsang,
disfungsi
menelan Saraf cranial XI: saraf asesori spinal
koordinasi menelan halus
Palpasi otot trapezius, minta pasien
Ukuran dan kekuatan otot
Trotikolis adalah kondisi
meninggikan bahu melawan tahanan
trapezius secara bilateral sama
dimana kepala ditinggikan
Evaluasi otot sternokleido dengan meminta
pada gerakan kedepan
kesatu sisi karena kontraksi
pasien memutar kepala melawan tahanan
Memutar kepala dengan
otot sternokleidomastoid
pemeriksa Saraf cranial XII:saraf hipoglosal
tahanan
Dengan pasien menjulurkan lidah, inspeksi
Tonjolan pada lidah tengah,
Kerusakan saraf perifer
terhadap atrofi, fasikulasi dan posisi.
tak ada faskulasi atau atrofi,
unilateral terlihat pada deviasi
Evaluasi kekuatan dengan menekan dagu
otot bilateral kuat
sisi yang sakit
Pasien diminta untuk secara cepat mengganti
Gerakkan halus dan dilakukan
Hasil abnormal berupa
posisi tangan dengan meletakkan
tanpa kesulitan
gerakan tak terkoordinasi dan
sementara lidah pasien ditekan melawan dagu dalam Fungsi Serebral Tes untuk diadokokinesia (tes pronasisupinasi)
pergelangan pada posisi telungkup,
pasien menjadi kekecauan
kemudian posisi telentang vertikal Tes jari ke hidung
mental
Pasien diminta menyentuh ujung hidung
Gerakan halus, posisi baik saat Bila disfungsi, tremor akan
dengan cepat menggunakan ujung jari
mata tertutup
tampak dan ada
telunjuk masing-masing tangan, pada waktu
ketidakakuratan posisi saat
yang bersamaan, ini dilakukan dengan mata
mata tertutup
terbuka dan kemudian tertutup Tes tumit-lutut Pada posisi terlentang, pasien diminta untuk
Gerakan halus
Disfungsi terlihat bila gerakan
meluruskan tekukan kaki dilutut dengan
menyentak atau disertai
tumit tegak pada tiap kaki Tes Romberg’s
dengan tremor
Dengan kaki bersamaan, pasien menutup
Mampu mempertahankan
Pada hasil tes romberg’s
matanya dan berdiri selama 5 detik
posisi hanya dengan sedikit
positif, keseimbangan hilang
goyangan
saat mata tertutup
Berjalan tanpa bantuan,
Perhatikan sudut penyokong
mempertahankan postur,
&koordinasi gerakan. Pada
Fungsi motorik Evaluasi gaya jalan pasien
gerakan halus ekstremitas
pengkajian neurologi,
Kaji otot-otot mengenai tonus, ukuran,
mskipun pada penurunan berat keterbatasan sendi Massa otot konsisten dengan Gerakan involunter dievaluasi
kekuatan, dan gerakan involunter
bangun tubuh, kekuatan setara
sesuai dengan laju distribusi,
secara bilateral
bila ada peningkatan /penurunan gerakan Postur mungkin fleksi&
Jika pasien tidak sadar, kaji postur yang tak normal System sensori
ekstensi abnormal
System sensori dievaluasi secara bilaterall
Hipoalgesia adalah penurunan
dengan kedua mata tertutup
sensasi, hiperaglesia adalah
Nyeri
peningkatan sensasi.
Menggunakan sebuah peniti, kulit ditusuk,
Mampu membedakan antara
pemilihan titik ketajaman peniti dengan sisi
tajam dan tumpul
Analgesia: tak ada sensasi
yang tumpul Suhu Tes 2 tabung yang diisi, satu air panas dan
Mampu membedakan antara
Siringomielia menyebabkan
satu lagi air dingin. Kemudian keduanya
panas dan dingin
kehilangan diskriminasi suhu
Mampu menerima sensasi
Pastikan derajat variasi
ditempatkan dalam waktu yang bersamaan pada kulit Sentuhan Menggunakan kasa & sentuh kulit dengan ringan Vibrasi
persepsi
Getarkan garpu tala, tempatkan pangkalnya
Mampu mengidentifikasi
pada berbagai tonjolan tulang Reflex kremasterik: untuk pria
berbagai perubahan arah Elevasi testis segera pada sisi
Tekan pada bagian dalam paha Reflex plantar
ipsilateral
Tekan bagian lateral telapak kaki dengan
Fleksi telapak kaki
Respon positif Babinski’s :
benda takam Reflex tendon dalam
dorso fleksi ibujari kaki dengan kibasan semua jempol
Evaluasi reflex tendon dalam dengan
2 + reflex simetri tendon
Lesi system pyramidal
menggunakan skala derajat
dalam
menyebabkan hiperkatif reflex
0 = tak ada, 1 + = menurun,
tendon dalam, kecuali syok
2 + = normal, 3 + = meningkat
spinal, dimana reflex ini tak
4+ = hiperaktif, klonus Fungsi kortikal
ada
Diskriminasi 2 titik Secara simultar tusuk bagian tubuh dengan 2
Mampu membedakan antara 1
peniti untuk melihat apakah pasien dapat
tusukan peniti atau 2 bila
membedakan antara 1 tusukan atau 2 tusukan Lokasi titik
ditusukkan pada kulit
Sentuh bagian tubuh dengan sebuah kwas
Mampu menamakan bagian
kayu Steriognosis
tubuh yg disentuh kwas Steriognosis adalah
Benda-benda yang dikenal diletakkan pada
Mengidentifikasi objek yang
ketidakmampuan untuk
tangan pasien Grafestesia
dikenal
membedakan objek
Sebuah huruf atau angka digambarkan pada
Mengidentifikasi gambaran
bagian tubuh Reflex
Disfungsi pada reflex dpt diindikasikan keabnormalan dini pd alur kortikospinal, sel tanduk anterior/proyeksi aksonalnya Penekanan melibatkan lesi
Reflex superficial
sistem piramidal Reflex kornea: kornea disentuh dengan kwas
Mata berkedip bila disentuh
kapas Reflex gag(faringeal): faring dirangsang
dengan kapas Reflex gag akan terangsang
dengan kwas kapas Reflex uvular: kwas kapas digunakan
Uvula meningkat karena
merangsang uvula Refleks abdominal: abdomen ditekan pd tiap
rangsangan Umbilukus bergerak pada arah
sisi dgn kayu Reflex anal: rangsangan kulit pada sisi anus
rangsangan Anus kontraksi bila ada
Reflex bisep Reflex trisep Reflex brakioradialis
rangsangan refleks Fleksi siku Ekstensi siku Fleksi siku dgn lengan atas
Reflex kuadrisep (patella)
supinasi Ekstensi pada fleksi lutut
Dapat menurun pada usia lanjut
Dapat menurun pada usia lanjut
Reflex achiles
Fleksi platar telapak kaki