Plf Tortitolis Pada Anak

  • Uploaded by: Nes Tri
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Plf Tortitolis Pada Anak as PDF for free.

More details

  • Words: 1,640
  • Pages: 37
Loading documents preview...
Latar belakang  Jika

ada orang tua bayi yang mengalami gangguan keterlambatan tumbuh kembang anak dan mengeluhkan bahwa posisi dari kepala bayinya cenderung miring pada satu sisi, maka biasanya orang awam menyebutnya dengan istilah tengeng tetapi didalam fisioterapi dikenal dengan istilah development delayed pada anak dengan kondisi torticollis .

PREVALENSI Data Statistik di Indonesia menunjukkan 1 dari 300 bayi lahir dengan tortikolis bawaan. Kelainan ini lebih sering terjadi pada anak pertama. Tortikolis terjadi pada 0,4 % dari seluruh kelahiran. Sekitar 90% bayi dengan tortikollis bila diterapi sedini mungkin akan memberikan hasil yang signifikan.

Anatomi cervical Sistem tulang Sistem otot

cervical

Sistem sendi Sistem persarafa n Sistem pembuluh darah

anatomi

(Paulsen, 2000)

Definisi  Development

delayed disertai torticollis adalah apabila perbedaan kemampuan berjalan anak terpaut satu tahun atau lebih dari patokan pada masanya dan disertai cidera pada otot sternocleidomastoideus yang mengakibatkan leher anak akan miring kearah yang sakit. Misalnya, pada saat mencapai usia 11 bulan anak belum dapat bediri dengan pegang, seharusnya kemampuan tersebut harus sudah dikuasai pada usia 9 bulan dan leher anak miring pada sisi yang sakit dan kesulitan untuk menengok ke sisi yang sehat

Etiologi Faktor Internal : 1. 2.

Faktor Keturunan Kondisi Anak

Faktor External : Faktor external : 1. Kehamilan gizi 2. Faktor kelahiran yang sulit yang mengakit batkan cidera pada otot sternocleidomastoideus 3. Pola asuh



PENYEBAB PADA BAYI  kerusakan

otot leher pada proses

persalinan  Ketidakseimbangan otot mata dan tulang atau kelainan bentuk otot tulang belakang bagian atas bisa menyebabkan tortikolis pada anak-anak.

Patofisiologi Posisi kepala yang tidak normal dalam kandungan

Persalinan sulit

Torticolis

Menggunakan alat bantu kelahiran (forcep)

Cidera pada otot sternocleidomastoideus

Tanda dan gejala 1.

2.

3. 4. 5.

Keterlambatan perkembangan sesuai tahapan perkembangan pada usianya seperti anak terlambat untuk bisa duduk, berdiri, berjalan. Keterlambatan kemampuan motorik halus atau kasar Rendahnya kemampuan social Spasme pada otot sternocleidomastoideus Kepala miring pada sisi yang sakit

Contoh KASUS TORTIKOLIS PADA ANAK kasus yg di ambil Diwiky

Identitas pasien Nama : An.M R A Umur : 11 bulan 2 hari (Pekalongan , 7 Maret 2014). Jenis Kelamin : Laki-laki. Agama : Islam. Pekerjaan : Alamat : Poncol Timur. No. RM : 10.90.71 1.

Diagnosis Medis

: ( 9-2-2015) Development Delayed dengan kondisi Torticollis

Pemeriksaan subjektif ( Hetero anamnesis) Riwayat Penyakit Sekarang Pre Natal: Pada saat kehamilan menginjak usia 8 minggu pasien di diagnosis oleh dr. spA tidak berkembang dan di beri obat peluntur kandungan namun tidak berhasil Natal : Pasien lahir dengan jalan normal dengan usia kandungan 9 bulan dan BBL 3,8 kg. Post Natal: Saat pasien usia 2 bulan pasien sudah ada tanda- tanda Development delayed namun orang tua pasien tidak memeriksakan nya. Pada saat umur 4 bulan pasien belum mampu untuk berguling, miring kanan, kiri dan pada saat tidur pasien hanya miring pada posisi kiri yang mengakibatkan otot sternocleidomastoideus dan otot upper trapezius mengalami spasme dan mengakibatkan torticollis.

RPD : Jantung (-), thyroid (-), paru (-)

RPP : Tidak ada penyakit penyerta

RPS : Pasien merupakan anak pertam yang tinggal bersama ayah dan ibunya. Orang tua pasien sanggat kooperatif sehingga membantu fisioterapi dalam melancarkan proses terapi berlangsung

RPK : Tidak ada keluarga yang menderita sakit yang sama

Anamnesis System : Kepala dan leher : terdapat spasme pada otot Sternocleidomastoideus dan upper trapezius

Muskuloskeletal : Adanya kelemahan pada otot- otot perut dan terdapat spasme pada otot sternocleidomastoideus dan upper trapezius

Nervorum : Pasien memiliki keseimbangan yang kurang bagus karena pada saat dari posisi tengkurap ke duduk pasien masih sering jatuh.

Inspeksi Dinamis

Statis 1.

2.

Posisi kepala pasien lateral fleksi kearah kiri Shoulder tampak simetris untuk shoulder kanan dan kiri

Palpasi: 1. Terdapat spasme pada otot sternocleidomastoideus dan upper trapezius 2. terdapat kelemahan otot abdoment, trunk dan cervical 3. Tidak terdapat perbedaan suhu antara extremitas dan kepala



Pada saat di tidurkan pasien mampu berguling sendiri namun pasien belum mampu untuk merangkak dan masih di bantu terapis saat duduk.

Perkusi : Reflek tendon

Dekstra

Sinistra

Triceps

(+)

(+)

Biceps

(+)

(+)

Patella

(+)

(+)

Achilles

(+)

(+)

Pemeriksaan Gerak Dasar Aktif

Pasif

Fisioterapi mengamati gerak pasien saat posisi tidur dan di dudukkan  Kesan tidak tampak kelemahan dan keterbatasan lingkup gerak sendi



Semua gerakan full ROM, kecuali rotasi cervical, koordinasi gerakan baik.

Isometrik 

Tidak dilakukan karena pasien belum memahami instruksi dari terapis secara kooperatif

Pemeriksaan Spesifik Pemeriksaan DDST 11 bulan 2 hari

Kesimpulan : 1. Sektor motorik kasar (8 aspek L) ( 6 aspek TL) 2. Sektor bahasa ( 12 aspek L) ( 0 aspek TL) 3. Sektor personal sosial (7 aspek L) (0 aspek TL)  Kesan : anak mengalami keterlambatan tumbang terutama pada motorik kasar yaitu sebanyak 6 Aspek TL anak tersebut mengalami keterbatasan.

Kelompok otot

Dekstra

Sinistra

Shoulder

X

X

Elbow

Pemeriksaan kekuatan otot X

X

Wrist

X

X

Trunk

T

T

Hip

X

X

Knee

X

X

Ankle

X

X

Abdoment

T

T

Cervical

T

T

Kesan : kekuatan otot masih di dominasi dengan nilai x namun pada grup otot abdomen, trunk dan cervical nilia T yaitu ada kontraksi tapi setengah bisa melawan gravitasi.

Kekuatan otot  “X”

adalah kekuatan otot normal  “O” adalah tidak ada kontraksi otot  “T” adalah terdapat kontraksi otot dan sedikit gerakan  “R” adalah terdapat reflex (Bambang, 2012)

Toronto western spasmodic torticollis rating scale (TWSTRS) 



TWSTRS adalah skala penilaian yang digunakan untuk mengukur dampak dari cervical dystonia atau torticollis pada pasien, divalidasi oleh Consky et all in 1990,14. Skala ini sering digunakan dalam uji klinis untuk cervical dystonia atau torticollis. Skala ini terdiri dari 3 sub-skala yaitu Severity, Cacat dan Sakit. Yang masing masing mempunyai nilai maksimum sendiri severity nilai maximum (0-35), cacat nilai maximum (030) dan sakit nilai maximum (0-20), (We move, 2002)

Pemeriksaan spesifk Torticollis A. Maximal Excursion

Nilai

1. rotasi

2

2. Latero collis

2

3. Anterio collis

0

4 Lateral shift

2

5. sagittal shift

0

B. Duration Factor

2

C. Shoulder elevation

0

D. Range of Motion

2

E. Time

2

Keterangan : 0 : Normal. (00) 1 : Ringan. (10-220) 2 : Sedang (230-450) 3 : Cukup parah (460-670) 4 : Parah (680-900)

Kesan : Hasil didominasi dengan nilai 2 yaitu sedang.

Pemeriksaan GMFM Dimensi A (Berbaring dan Berguling) Dimensi B (Duduk) Dimensi C (Merangkak dan Berlutut) Dimensi D (Berdiri) Dimensi E (Berjalan, Berlari, dan Melompat) 

Total



Kesimpulan yaitu Duduk.

: 100 % : 70 % : 0% : 0% : 0%

: 100%A + 86,6%B + 0%C + 0%D + 0%E 5 : 36,2% : Perkembangan pasien berada pada dimensi B,

Pemeriksaan spasme Nama otot

Nilai

Pemeriksaan spasme Sternocleidomastoideus

1

Upper Trapezius

1

Keterangan : 0 TIDAK Terdapat Spasme 1 Terdapat Spamse Kesan: terdapat spasme pada otot sternocleidomastoideus dan otot upper trapezius

Pemeriksaan lingkup gerak sendi Pasif S: 400-00-400 R: 00-300-500 T: 50-300-50

Diagnosa Fisioterapi Impairment : 1.

2.

3.

4.

Adanya keterlambatan tumbuh dan berkembang Spasme pada otot sternocleidomastoideus dan upper trapezius Adanya kelemahan otot rectus abdomius, trunk dan cervical Keterbatasan lingkup gerak sendi

Participant Restriction : Pasien belum mampu untuk duduk tanpa pegangan , berdiri dengan pegangan bangkit untuk berdiri, bangkit 2 detik dan pasien kesulitan untuk menegok kearah kiri.

Fungsional limitation : Pasien sudah bisa untuk tengkurap, rolling kanan kiri namun pasien belum bisa untuk duduk secara mandiri, merangkak, berdiri dan pasien tidak bisa untuk menengok kearah kanan.

Tujuan Fisioterapi Jangka pendek

Jangka panjang 1.

1. 2.

3.

4.

Tumbang Menurunkan spasme pada otot sternocleidomastoideus dan upper trapezius Meningkatkan Lingkup gerak sendi Meningkatkan kekuatan otot

2.

3.

Melanjutkan tujuan jangka pendek Meningkatkan aktivitas fungsional dasar pasien Menggembalikan atensi pasien meliputi kemandirian pasien di rumah dan lingkungan.

Tindakan Fisioterapi Teknologi yang Dilaksanakan Teknologi Alternatif 1. Infra Red 2. TENS 3. Electrical Stimulation 4. Manual Terapi 5. Terapi Latihan 6. Massage

1.

Infra Redbertujuan untuk meningkatkan proses metabolism, vasodilatasi pembuluh darah, mempengaruhi jaringan otot dan meningkatkan sisa-sisa metabolism. 2. Massagebertujuan untuk membantu relaksasi baik lokal maupun general, daerah yang dimassage secara refleks akan terjadi dilatasi pembuluh darah, dimana sirkulasi darah akan meningkat, selain itu massage juga bertujuan untuk menghilangkan perlengketan pada otot. 3. Terapi Latihanbertujuan untuk pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan kardiovaskuler, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, rileksasi, koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional.

Penatalaksanaan Fisioterapi

INFRA MERAH  infra

red bertujuan untuk meningkatkan proses metabolisme , vasodilatasi pembuluh darah mempengaruhi jaringan otot menghilangkan sisa-sisa metabolisme

Infra merah

neuro structure neuro

structure bertujuan untuk membuka gerbang sensoris anak, mengurangi spasme. Untuk gangguan tumbang

Neuro strucure

TERAPI LATIHAN Terapi

latihan bertujuan untuk pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, daya tahan otot, kemampuan kardiovaskuler, mobilitas, flexibilitas, stabilitas, rileksasi, koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional

TERAPI LATIHAN  exercises  Massage

Effelurage Friction Petrissage Tapotement Teknik vibrasi

 Stretching

otot

(pasif) hold rilex Stretching otot sternocleidomastoid eus

Terapi latihan

Edukasi dan Home Program Edukasi 1. Keluarga pasien diminta untuk mengganjal kepala pasien dengan bantal pada sisi kiri agar pasien terbiasa menengok ke kanan 2. Memposisikan lampu kamar pada posisi yang sehat dan mendisain kamar agar mau menengok kesisi yang sehat 3. Membiasakan memberikan minum dan saat bercanda dengan pasien disebalah kanan. Home Program Keluarga pasien diminta untuk melakukan latihan yang diajarkan terapis, seperti : kompres air hangat pada area leher 2-3 kali sehari sebelum latihan, massage pada otot leher dan stimulasi pada tangan kanan dengan friction lembut.

Rencana Evaluasi 1.

2. 3. 4.

Rencana Evaluasi Spasme dengan Palpasi Rencana Evaluasi LGS dengan Goniometer Rencana Evaluasi Kekuatan Otot dengan XOTR Rencana Evaluasi Aktivitas Fungsional dengan TWSRTS Prognosis

Quo ad Vitam Quo ad Sanam Quo ad fungsional Quo ad Cosmetical

: Baik : Baik : Baik : Baik

Daftar Pustaka • Hardjono, Retno Dumilah. 2007. Perbedaan Pengaruh Penambahan Exercise dalam Pencapaian Posisi Kepala yang Simetris Akibat Torticolis: Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No.1. • Nelson. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC. • Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi) Jakarta: PT. Rieka Cipt • Wong DL, Baker MC. 2008, Compresion of assesment Scale, Pediatric Nursing; 14;1-9.

Related Documents

Plf Tortitolis Pada Anak
January 2021 0
Lp Diare Pada Anak
January 2021 5
Kejang Demam Pada Anak
March 2021 0
Lp Diare Pada Anak
January 2021 1
Bronkitis Pada Anak
January 2021 1

More Documents from "arvindscribd90"