Loading documents preview...
SINDROMATOLOGI DEMAM
OLEH : Maria Megilda Bosri,S.Ked
PEMBIMBING : dr. Alexander M.J. Saudale, Sp.PD. FINASM
SMF/BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM BLUD RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANNES FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2015
PENDAHULUAN
Suhu tubuh bagian dalam yaitu “inti” dari tubuh dipertahankan sangat konstant sekitar ± 0,6° C Suhu kulit berbeda dengan suhu inti, dapat naik dan turun sesuai dengan suhu lingkungan
Suhu kulit merupakan suhu yang penting apabila kita merujuk pada kemampuan kulit untuk melepaskan panas ke lingkungan Suhu kulit mempengaruhi reseptor pengaturan suhu dimana diatas set-point menyebabkan fase berkeringat (peningkatan pengeluaran panas) dan dibawah menyebabkan fase menggigil (peningkatan produksi panas)
PERANAN HIPOTALAMUS Peranan area preoptik-hipotalamik anterior dalam mendeteksi suhu termostatik Keseimbangan produksi dan pengeluaran panas
Suhu inti normal 36,5°C – 37,2°C Suhu tubuh pasien biasanya diukur dengan termometer air raksa dan tempat pengukurannya : aksila, oral dan rektal Biasanya terdapat perbedaan antara pengukuran suhu di aksila, oral maupun rektal.
DEMAM Definisi : Suatu keadaan yang ditandai dengan kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior (3)
Mekanisme Demam(4)
Tipe Demam (2) Demam Remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tapi tidak mencapai suhu normal
Demam Intermiten Suhu tubuh turun ketingkat yang normal dalam beberapa jam
Demam Kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak lebih 1°C Pada demam typhoid
Demam Quotidian Ganda Memiliki dua puncak dalam 12 jam
Demam Berulang Demam tinggi mendadak, yang berulang secara tiba-tiba berlangsung selama 3-6hari. Diikuti oleh periode bebas demam dengan durasi yang hampir sama
Klasifikasi demam(2) • Demam Akut : Demam dalam waktu singkat, jarang melebihi satu atau dua minggu sebelum diagnosis ditegakan. Misalnya influenza burung (avian influenza), malaria, dan demam berdarah dengue. • Demam Kronik : Demam intermiten atau kontinyu selama waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan tanpa banyak indikasi yang menunjukan etiologinya. Misalnya malaria, demam tifoid, demam rematik dam neoplasia, dll.
Etiologi Demam • • • • •
Infeksi Toksemia Keganasan Reaksi terhadap pemakaian obat Gengguan pusat regulasi tubuh sentral
Pengukur Suhu Tubuh(5) Insturumen : Termometer kaca atau elektronik Tempat pengukuran : pral, aksila dan rektal Jika menggunakan termometer kaca,pemeriksa harus mengguncangkan termometer agar garis air raksanya turun hingga 35° C. Kemudian letakkan ujung termometer pada lipatan aksila dan tunggu selama 3-5 menit untuk melihat hasilnya pada termometer.
DEMAM AKUT
Demam Berdarah Dengue(6) Etiologi : • Virus dengue (genus : flavivirus). • Penularan melalui vektro nyamuk genus Aedes (terutama A.aegypty dan A.albopictus).
Gambaran klinis Kriteria WHO 1997 untuk menegakan diagnosis DBD bila semua hal dibawah ini : 1. Demam atau riwayat dema akut antara 2-7 hari biasanya bifasik (diikuti oleh fase kritis 2-3 hari) 2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahn berikut : • Uji bendung positif • Petekie, ekimosi atau purpura • Perdarahan mukosa (epitaksis atau perdarahn gusi) atau perdarahan di tempat lain. • Hematemesis atau melena
3. Tromobositopenia 4. Terdapat minimal 1 dari tanda-tanda plasma leakge sebagai berikut : • Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin • Penurunan hematokrit >20% setelah mendapatkan terapi cairan dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya • Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites, atau hipoprotenemia
Klasifikasi Derajat Infeksi Virus Dengue DD/DBD
Derajat
DD
Gejala
Laboratorium
Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala,nyeri retroorbital,mialgia,ar tralgia
Leukopenia Trombositopenia,tida k ditemukan bukti kebocoran plasma
Serologi Dengue (+)
DBD
I
Gejala diatas + uji bendung (+)
Trombositopenia (<100.000/ul), bukti ada kebocoran plasma
“
DBD
II
Gejala diatas + perdarahan spontan
“
“
DBD
III
Gejala diatas + kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah)
“
“
DBD
IV
Syok berat disertai tekanan darah dan nadi tidak terukur
“
“
Avian Influenza(9) Etiologi : Virus Influenza tipe dengan strain H5N1 (famili orthomyxviruses) yang bisa mengenai unggas. Gambran Klinis : Masa Inkubasi : 2-4 hari Demam >38° C, batuk, pilek, sealgia, nyeri tenggorokan, mialgia dan malaise Ada riwayat kontak dengan unggas
• Pemeriksaan penunjangan : – Pem. Hematologi : Hb, leukosit (leukopenia), trombosit ( trombositopenia), hitung jenis leukosit, total limfosit (limfositopenia atau relatif) – Kimia darah : penurunan albumin, peningkatan SGOT/SGPT, ureum dan kreatinin – Radiologi : foro toraks PA untuk lihat adanya pneumonia – Uji serologi : rapid tesr H5N1s
Demam Kuning (Yellow Fever) • Etiologi : – Virus Yellow Fever – Genus Flavivirus – Vektor utama nyamuk aedes aegypti, africanus – Virus ini dapat diinaktivkan dengan kloroform, ether dan sinar uv sedangkan pada suhu 4°C virus dapat bertahan selama 1 bulan dan dalam keadaan beku kering virus dapat bertahan selama bertahun-tahun
• Masa inkubasi 3-6hari, • Gejala : – – – – –
Timbul demam mendadak dan menggigil Sakit kepala, sakit punggung, mialgia, nausea dan muntah bisa disertai muka dan konjungtiva merah, tanda faget dan bradikardi relatif Gejala dan demam menghilang selama beberapa jam sampai 1-2hari dan hanya berulang pada pasien yang berkembang menjadi intoksikasi fulminan
• Tipe demam bifasik. • Penyakit berkembang menjadi demam berdarah multisistem ditandai dengan : – badan jadi kuning, – disfungsi renal, – manifestai perdarahan yang menyebabkan hipotensi dan renjatan yang fatal – Pendarahan mukosa, pendarahan GI sebagai akibat sintesis faktor pembekuan oleh sel hati menurun – Disfungsi platelet – Koagulasi intravaskuler diseminata (KID) – Oligouri terjadi akibat adanya muntah dan ekstravasasi cairan
• Pemeriksaan laboratorium : – Lekopeni – Trombositopeni – Peningkatan hematokrit – Waktu trombin yang memanjang – Peningkatan bilirubin direk dan indirek – BUN – Kreatinin Pemeriksaan Serologi serum : peningkatan titer antibodi Pemeriksaan dengan capture enzyme immunoassay : memeriksa titer IgM spesifik
DEMAM KRONIK
MALARIA (8) • Etiologi Plasmodium vivax Plasmodium ovale Plasmodium flaciparum Plasmodium malariae Pembiakan seksual ditubuh nyamuk anopheles betina Pembiakan aseksual didalam tubuh manusia
Gambaran Klinis • Keluhan prodormal dapat terjadi sebelum terjadinya demam y.i lesu,malaise, sakit kepala, sakit belakang, rasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang,anoreksia, perut tidak enak dan diare ringan.
• Gejala klasik ‘Trias Malaria’ – Periode dingin (15-60 menit) – Periode panas : muka merah dan nadi cepat – Periode berkeringat
• Tipe panas tiap plasmodium : – P.Falciparum (12-24jam) – P.vivax dan ovale (48jam) – P. malariae (72 jam)
• Pemeriksaan fisik: – Anemia akibat perusakan eritrosit dan hambatan eritropoesis, – Splenomegali – Hepatomegali menyebabkan ikterus dan kelainan urin : albuminemia dan kristal
• Pemeriksaan Laboratorium : – Tes hapusan darah tepi : tetesan darah tebal dan tipis. – Tes antigen : deteksi sangat cepat hanya 3-5menit, antigen dari P.falcifarum (histidin rich protein II) – Tes serologi : deteksi antibodi spesifik malaria pada keadaan dimana parasit sangat minimal, biasanya untuk keperluan penelitian epidemiologi/alat uji saring donor darah – Pemeriksaan PCR : dgn teknologi amplifikasi DNA, cepat dan sensitif serta spesifik, tes ini baru digunakan sebagai saran penelitian
Demam Tifoid(7) Etiologi : Salmonella typhi dan Salmonells para typhi Gambaran Klinis : Minggu I : Demam stepladder (sifatnya meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hari dan malam hari) Nyeri kepala Pusing Nyeri otot Anoreksia Mual dan muntah Obstipasi atau diare Perasaan tidak enak di perut Batuk Epistaksis
Minggu II : Demam Bradikardia relatif (peningkatan suhu 1°C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit) Lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung) Hepatomegali Splenomegali Meterorismus Gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis
Pemeriksaan Laboratorium Darah lengkap Uji widal Uji tubex Uji thypidot Uji igM dipstick Kultur darah
Demam Reumatik (10) Etiologi Streptokokus beta hemolitikus grup A Diagnosis Ditegakan bila ada infeksi Streptokokus sebelumnya (ASTO+) dan ditambah adanya 2 gejala mayor atau 1 gejala + gejala minor
Gejala Mayor
Gejala Minor
Poliarthritis
Suhu tubuh meningkat
Karditis
Arthralgia
Korea
Riwayat pernah menderita Demam Rematik/Penyakit Jantung Rematik
Nodul subkutaneus
Lab : “Fase Akut”
Eritema marginatum
• Pemeriksaan Penunjang : – Tes serologi ASTO : mendeteksi antibodi terhadap streptokokus grup A, terdetektif pada minggu ke 2 – 3 setelah fase akut demam rematik. – Hapusan tenggorok : dilakukan pada fase akut, hapusan kemudian di kultur, namun tes ini kurang sensitif – Pada fase akut ditemukan leukositosis, LED meningkat, protein C-reaktif dan mukuprotein serum
Leptospirosis • Etiologi : – Genus leptospira (t.d 2 spesies : L.Interrogans yang patogen dan L.Biflexa yang non-patogen) , famili treponemataceae – Yang sering menginfeksi manusia y.i : • L.Icterohaemorrhagica dengan reserevoir tikus • L.Canicola dengan resevoir anjing • L.Pomona dengan resevoir sapi dan babi
• Ditularkan ke manusia melalui air, tanah dan lumpur yang telah terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi leptospira • Organ – organ yang sering dikenai leptospira : – Ginjal – Hati – Otot – Pembuluh darah
Gambaran Klinis : • Masa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dan rata-rata 10 hari • Mempunyai 2 fase penyakit yang khas yaitu fase leptospiremia dan fase imun
Sering
Jarang
• Demam • Menggigil • Sakit kepala • Meningismus • Anoreksia • Mialgia • Mual dan muntah • Nyeri abdomen • Ikterus • Hepatomegali • Ruam kulit • Fotofobia
•Pneumonitis •Hemoptoe •Delirium •Pendarahan •Udem •Splenomegali •Atragia •Gagal Ginjal •Pankreatitis •Parotitis •Hematemesis •Asites •Miokarditis
TUBERKULOSIS • Etiologi : Mycobacterium tuberculosis • GK : – Demam bisa subfebril, tapi bisa tinggi mencapai (40-41°C) , pada fase lanjut bisa terjadi demam dengan pola Tipus Inversus y.i suhu pagi tinggi dan siang-sore suhu turun. – Batuk > 2 minggu, awal batuk non-produktif menjadi batuk produktif lendir kekuningan, dan pada fase lanjut menjadi batuk darah – Sesak napas pada fase lanjut dimana sudah terjadi infiltrasi di setengah lapangan paru – Nyeri dada bila infiltrasi sudah mengenai pleura – Malaise, anoreksia, BB menurun, keringat malam
Neoplasia • Etiologi : – Infeksi – tumor (paraneoplastic fever), – Alergi atau hipersensitivitas obat – Tranfusi darah – Graft-versus-host disease, and thrombosis. – Other less common causes include malignant bowel syndrome, tumor embolization, CNS hemorrhage, and coexisting connective tissue disorders.
Demam Belum Terdiagnosis (Fever Of Unknown Origin = FUO) • Suatu keadaan dimana pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan diatas 38,3°C dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang lainnya
• Penyebab demam belum terdiagnosis : – 40% karena infeksi – 20% karena neoplasma – 10% karena penyakit kolagen – 10% karena lingkungan
Klasik
Demam slma 3 hari berturut-turut atau > 3 minggu Sudah dilakukan pemeriksaan selama 1 minggu tapi tidak diketahui penyebabnya
Nosokomial
Penderita yang awalnya dirawat tanpa infeksi di RS kemudian menderita demam > 38°C dan sudah diperiksa secara intensif tapi tidak didapatkan penyebabnya
Netropenik
Penderita yang memiliki hitung jenis neutrofil <500uL dengan demam > 38,3°C Dilakukan pemeriksaan selama 3 hari tanpa diketahui penyebabnya
HIV
Penderita HIV yang menderita demam > 38,3°C selama 4 minggu pada rawat jalan atau di RS selama >3 hari telah dilakukan pemeriksaan tapi tidak diketahui hasilnya
Daftar pustaka 1.
Guyton C.A Hall E.J. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Hal: 936-947 2. Nelwan R H H. 2009. Demam: Tipe Dan Pendekatannya. Jakarta: EGC Hal: 2767 3. Longo L D. Harrison Principle Of Internal Medicine. 18 th edition. 2012. The Mcgraw-hill Compaines Inc. 4. Dubois, E.F. Fever and the regulation of body temparature. 1948. Courtesy Of Charles C. Thoma, Publisher, Ltd., Spingfield,IL 5. Bickley L S 2009. BATES Buku Ajar Pemerikdaan Fisik Dan Riwayat Kesehatan 8th Edition. Jakarta: EGC 6. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan H.T 2009. Demam Berdarah Dengu. Jakarta: EGC 7. Widodo J. 2009. Malaria. Jakarta: EGC 8. Harijanto P.N. 2009. Malaria. Jakarta: EGC 9. Nainggolan L, Rumende C L, Pohan H.T. 2009. Influenza Burung (Avian Influenza). Jakarta: EGC 10. Leman,. 2009. Demam Reumatik Dan Penyakit Jantung Rematik. Jakarta: EGC
TERIMA KASIH