Skenario 1 Edited

  • Uploaded by: Anis Talitha
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Skenario 1 Edited as PDF for free.

More details

  • Words: 8,139
  • Pages: 51
Loading documents preview...
RESUME KOMPILASI SKENARIO 1 “EKSPRESI WAJAH” Maaf hanya 2 klp saja A&G karena hanya itu yang bersedia mengumpulkan kepadaku maafkan daku ya kawan’’

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2014

Skenario 1 Ekspresi Wajah Tn Parto 35 tahun adalah seorang artis yang terkenal karena keahliannya berekspresi wajah. Dia bisa menirukan wajah seperti orang tua, anak kecil dan beberapa binatang, ekspresi sedih serta gembira. Malam itu Didit, seorang mahasiswa FK UJ melihat pertunjukannya di televisi, sambil terpingkal-pingkal karena kelucuan Parto. Terlintas di pikiran Didit apa saja proses yang terjadi sehingga wajah artis tersebut mampu berubah-ubah. KLARIFIKASI ISTILAH Ekspresi wajah : penampilan atau penampakan wajah yang ditentukan oleh keadaan fisik atau emosional seseorang. (sumber : kamus Dorland Edisi 28) RUMUSAN MASALAH 1. 2. 3. 4.

Apa yang menyebabkan orang bisa berekspresi? Saraf apa yang memengaruhi terjadinya ekspresi wajah? Apa hubungan kontraksi otot dan ekspresi wajah? Bagaimana cara membedakan ekspresi alami dan ekspresi yang dibuat-buat? RUMUSAN MASALAH 1. Otot apa saja yang digunakan hingga dapat menghasilkan ekspresi wajah? (otot dan tulang beserta fungsinya) Rangka kepala (caput/cephalon), yakni tengkorak (cranium), terdiri dari 2 bagian : tulang-tulang wajah (viscerocranium) dan tengkorak bagian atas (neurocranium). a. Neurocranium terdiri dari : 1. Calvaria Os occipital, Os parietale, Os frontale, Os temporal, Os sphenoidale. 2. Basis Cranii dibagi menjadi basis cranii eksterna dan interna.  Basis cranii interna dibagi menjadi 3 : Basis cranii anterior, basis crania 

media dan basis cranii posterior. Basis cranii eksterna terdiri dari :  Tulang : Os temporal, Os palatinum, ala major Os sphenoidale, Os occipital.  Foramina : foramen ovale, spinosum, lacerum, jugularis, magnum,

hypoglossus, stylomastoideus, mastoideus.  Canalis caroticus b. Splanchocranium/Viscerocranium



Tulang : Os maxillaries, pars pterygoid os sphenoidalis, Os palatinum, Os

zygomaticum, Os nasale, Os frontale, Os lacrimale, Os mandibularis. c. Musculi Regio Facei  M. Occipitofronatalis  mengangkat alis  M. Orbicularis oculli  menutup mata kuat-kuat  M. Zygomaticus mayor dan minor  menarik sudut bibir ke sisi lateral atas  M. Levator labii superior  elevasi bibir atas  M. Levator anguli oris  elevasi sudut mulut  M. Buccinator  mempertahankan pipi, mengencangkan bibir, meningkatkan tekanan dalam rongga mulut misal ketika meniup dan      

mengunyah. M. Orbicularis oris  menutup mulut M. Depressor anguli oris  depresi sudut mulut M. Depressor labii inferior  depresi bibir bawah M. Platisma  menarik sudut mulut ke bawah dan menegangkan kulit leher M. Auricularis anterior  menggerakkan daun telinga ke atas dan ke depan M. Auricularis superior  menggerakkan daun telinga ke atas dan ke

 

belakang M. Auricularis posterior  menggerakkan daun telinga ke belakang Otot-otot pengunyah yang terdiri dari : M. masseter, M. Temporalis, M. Pterygoideus lateralis dan M. Pterygoideus medialis yang berfungsi

menutup mulut, menggeretakkan gigi dan memajukan mandibula. 2. Bagaimana mekanisme terjadinya ekspresi wajah? Mekanisme umum kontraksi otot : 1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya pada serabut otot. 2. Di setiap ujung, saraf menyekresi substansi neurotransmitter yaitu asetilkolin dalam jumlah sedikit. 3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk membuka banyak kanal ‘’bergerbang asetilkolin’’ melalui molekul-molekul 4.

protein yang terapung pada membran. Terbukanya kanal bergerbang asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium berdifusi ke bagian dalam membrane serabut otot. Peristiwa ini akan

menimbulkan suatu potensial aksi pada membrane. 5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membrane serabut otot dengan cara yang sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut saraf. 6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membrane otot, dan banyak aliran listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi menyebabkan reticulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium yang telah tersimpan di dalam reticulum ini.

7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filament aktin dan miosin yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain dan menghasilkan proses kontraksi. 8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali dalam reticulum sarkoplasma oleh pompa membrane Ca++ dan ion-ion ini tetap disimpan dalam reticulum sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi. Pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti. 3. Energi apa saja yang dibutuhkan dalam mekanisme kontraksi otot? Kontraksi otot bergantung pada energy yang disediakan oleh ATP. Sebagian besar energy ini digunakan untuk menjalankan ‘’walk-along mechanism’’ ketika jembatan silang menarik filament-filamen aktin, tetapi sejumlah kecil energy dibutuhkan untuk: memompa ion kalsium dari sarkoplasma ke dalam reticulum sarkoplasma setelah kontraksi berakhir dan memompa ion-ion natrium dan kalium melalui membrane serabut otot untuk mempertahankan lingkungan ionik yang cocok untuk pembentukan potensial aksi serabut otot. ATP akan dipecah menjadi ADP yang memindahkan energy dari molekul ATP ke perangkat kontraksi otot. ADP mengalami refosforilasi untuk membentuk molekul ATP baru. Terdapat beberapa sumber energy untuk proses refosforilasi ini, yaitu : 1. Substansi keratin fosfat, keratin fosfat akan dipecah dan pelepasan energinya akan menyebabkan terikatnya sebuah ion fosfat baru pada ADP untuk membentuk ATP. Jumlah total keratin fosfat pada serabut otot juga sangat kecil sehingga kombinasi energy ATP cadangan dan keratin fosfat hanya dapat menimbulkan kontraksi otot selama 5-8 detik saja. 2. Glikolisis dari glikogen yang sebelumnya tersimpan dalam sel otot. Pemecahan glikogen secara enzimatik menjadi asam piruvat dan asam laktat yang berlangsung dengan cepat membebaskan sejumlah energy yang digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP; kemudian ATP digunakan langsung untuk kontraksi otot dan membentuk kembali simpanan keratin fosfat. 3. Metabolisme oksidatif, yaitu mengkombinasikan oksigen dengan produk akhir glikolisis dan berbagai zat makanan sel untuk membebaskan ATP. 4. Saraf-saraf yang berperan dalam ekspresi wajah? a. N. Facialis (VII) serabut motorik dan sensorik mempersarafi otot wajah, kelenjar ludah dan lakrimal. Untuk fungsi motoriknya menggerakkan otot-otot facei. b. N. trigeminus (V) memiliki 3 cabang : - V1  N.Opthalmicus

- V2  N.Maxillaris - V3  N.Mandibularis Untuk sensasi di kepala dan otot pengunyah. 1) 2) 3) 4)

TUJUAN BELAJAR Mengetahui Anatomi dan histologi facei & colli (otot, tulang dan vaskularisasi) Fisiologi kontraksi otot dan potensial Aksi Biokimia kontraksi otot Kelainan pada kinerja otot

1. ANATOMI DAN HISTOLOGI REGIO FACEI & COLLI Calvarium Calvarium terdiri atas tulang – tulang lempeng, masing – masing terdiri dua lapisan tulang padat yang dipisahkan oleh dua lapisan tulang berongga (diploe) yang mengandung sumsum merah serta sejumlah vena diploika.Tulang – tulang ini adalah os frontal, os parietal, os oksipital, os temporal squamosa, dan ala mayor os spheenoidale. Pada bagian calvarium ini tulang – tulang tengkorak dipisahkan oleh sutura – sutura yang menyatukan tulang ini pada tengkorak dewasa. Sutura adalah sendi fibrosa yang tidak bergerak yang berada di antara tulang calvaria. Ada tiga macam sutura yaitu : 1. Sutura serrata, dimana tepi dari masing-masing tulang berbentuk sebagai 2.

gigi-gigi gergaji dan gigi-gigi ini saling berapitan. Sutura skualosa, dimana tepi dari masing-masing tulang menipis dan

3.

saling menutupi. Sutura harmoniana atau sutura plana, dimana tepi dari masing-masing tulang lurus dan saling tepi menepi.

terdiri atas: sutura coronalis : membatasi os.frontal dan os. pariental

sutura sagittalis : membatasi antara os. parientalsinestradandextra sutura squamosa : membatasi os pariental dan os. temporal sutura lambdoidea : membatasi os. Pariental dan ocipital titik pertemuan : Lambda, Bregma, Pterion, Asterion a) ANATOMI - Basis Cranii  Basis cranii externa o Tulang : Os temporal, Os palatinum ala major Os sphenoidal, Os occipital o Foramina (lubang)  F. Ovale : dilewati oleh N. Mandibularis  F. Spinosum :  F. Lacerum : dilewati oleh N. Facialis, N. Vestibulocochlearis, N.



  

Glossopharyngeus F. Magnum : F. Hipoglosus : dilewati oleh N. Hypoglossy F. Jugularis : dilewati oleh N. Glossopharingeus, N. Vagus, N.



Accessorius Canalis caroticus

Basis crania interna mempunyai 3 fossa: 1. Fossa cranii anterior 

Tulang:Pars orbitalis os frontalis, ala minor os sphenoidalis, pars cribriformis os etmoidalis



Foramina: Pars cribriformisNn.olfactorius, Canalis opticus  N.opticus



Struktur lain: Processus clinoideus anterior

2. Fossa cranii medius 

Tulang: Ala mayor os sphenoidalis, Os temporal



Foramina:  Fissura orbitalis superior: N.III, IV, V-1,VI  Foramen rotundum: N.Maxillariscab.N.V  Foramen ovale: N.Mandibulariscab.N.V  Foramen spinosum: A.meningea media  Foramen lacerum: A.carotis interna

3. Fossa cranii posterior 

Tulang:Os temporale pars petrosa, Os occipitale



Foramina:  Foramen magnum: medulla spinalis,a.vertebra,n.accesorius spinalis  Meatus acusticus Internus: N.VII, VIII  Foramen jugularis: N.IX, X, XI, v.jugularis interna  Canalis hypoglosus N.XII

Basis Cranii Externa

Splancho-Cranium  Tulang:  Os Maxillaris  Sinus maxillaris  Pars pterygoid os sphenoidalis  Os palatinum, membentuk palatum durum bersamamaxilla  Os Zygomaticum  Os nasale  Os frontale  Os lacrimale  Os mandibularis, terdiri dari corpus dan ramus.  

Ramus: proc.coronoideus dan caput, foramen mandibularisa.v.n. alveolaris inferior Foramina:  Supraorbitalis  Infraorbitalis  Mentalis  Palatina mayor et minor  Incisivus a.v.n. nasopalatinus

Mandibula

Gbr. regio Cranii tampak samping

Vaskularisasi Arteri Carotis Communis

Tidak ada cabang sebelum masu Arteri Carotis Interna

Arteri Carotis Externa

Cabang langsung

Bagian anterior

superior

Arteri lingualis Arteri facialis

Jantung

Arteri maxillaris

Arteri temporalis superficial

Bagian posterior Arteri pharingea ascenden

Arteri occipitalis

Arteri auricularis posterior

Arteri Subclavia

Dextra

Sinistra

Cabang dari truncus brachiocephalicus

Dari arkus aorta

Arteri utama: 1

A.Carotis Communis Setinggi artic. Sternoclavicularis (CIII/IV) pecah menjadi (?): •

A. Carotis interna tidak mengeluarkan percabangannya selama perjalanannya menuju cranii



A. Carotis Externa Cabang langsung : a.tyroidea sup./ ima Bagian anterior: - a.lingualis - a. facialis    

labialis inferior labialis superior Angularis mentalis masuk ke foramen mentalis berhubungan denga A. maxillaris interna

- a. maxillaries 

Pars mandibularis Bagian a.maxillaris interna setelah dipercabang (pada collum mandibulae) sampai dengan lig. sphenomandibulare,

berjalan sepanjang inferior

m.pterygoideus externa. Cabang-cabang : -

a.auricularis profunda

-

a.tympanica anterior

-

a.meningea media

-

alveolaris inferior : mucosa pipi, dagu, gigi bawah - a. temporalis superficialis sebagai cabang terminal 

A. temporalis superficialis, R. Frontalis



A. temporalis superficialis, R. parietalis

Bagian posterior: – a.pharingea ascenden – a.occipitalis

– a.auricularis posterior 2

A. Subclavia Dextra cabang dari truncus brachioCranialicus Sinistra dari arcus aorta Dibagi 3 oleh M. scaleni anterior •

A. Vertebralis terdiri atas 3 bagian: - pars vertebralis - pars cervicalis - pars intercranialis



A. Thoracica interna



Truncus Tyrocervicalis



Truncus costocervicalis

Regio Colli

Regio 1

Regio cervicalis anterior, terdapat: trigonum submandibular • Batas-batas: - Cranial : corpus mandibula - Anterocaudal : M.Digastricus anterior - Posterocaudal : M.Digastricus post. dan M.Stylohyoid 2.Trigonum caroticum



Batas-batas: - Cranial

:M.Digastricus post. dan M.Stylohyoid - Caudal : M.Omohyoid Superior - Posterior : M.Sternocleidomastoid 3.Trigonum Submentale/Suprahyoid • Batas-batas: - Lateral : M.Digastricus Anterior - Caudal : Corpus Os Hyoid - Medial : Midline 4.Trigonum Musculare • Batas-batas: - Post. Caudal : M.Sternocleidomastoid - Post.cranial : M.Omohyoid venter sup. - Medial : Midline dr os hyoid ke sternum 5. Trigonum Cervicalis Posterior 

Batas-batas: - Anterior: M.sternocleidomastoideus - Posterior: M. Trapezius - Caudal : Clavicula

b. HISTOLOGI Jenis Tulang 1. Tulang Rawan (Kartilago) Jaringan tulang rawan terdiri dari : 1. Sel tulang rawan (Kondrosit)  Berasal dari sel mesenkim → kondroblast → kondrosit.  Bersifat basofil  Berada dalam lakuna, jika dalam satu lakuna terdapat lebih dari satu kondrosit maka disebut Cell Nest.

CELL NEST 2. B.A.S (matriks tulang rawan)  B.A.S.B : sabut kolagen dan sabut elastis.  B.A.S.A : basofil mengandung proteoglikans.

 Cartilage capsule : daerah kebiruan di sekeliling lakuna. 3. Perikondrium  Merupakan jaringan ikat yang membungkus tulang rawan.  Tidak ditemukan pada tulang rawan fibrous.  Terdiri atas 2 lapisan, yaitu  Fibrous layer, bagian luar terdiri atas jaringan ikat padat  Chondrogenic layer,bagian dalam terdiri atas jaringan ikat lebih kendor mengandung sel-sel chondrogenic. Jenis tulang rawan : 1. Tulang rawan Hyalin

 Indeks bias BASB (sabut kolagen halus) = BASA.  Terdiri dari serabut kolagen halus yipe II yang terbenam di matriks amorf yang kaya proteoglikan dan glikoprotein structural.Proteoglikan disini kebanyakan dalam bentuk agregat proteoglikan besar yang mengandung glikosaminoglikan sulfat dan asam hialuronat glikosaminoglikan tidak bersulfat.Terdapat pada sendi, ujung iga, hidung laring, trakea, bronki.  Matriks tampak homogen.  Pada embrio berfungsi sebagai model kerangka bagi kebanyakan tulang yang nantinya seiring pertumbuhan akan digantikan oleh tulang. Sedangkan pada orang dewasa, kebanyakan model tulang rawan hialin telah diganti dengan tulang, kecuali di beberapa tempat untuk menetap seumur hidup dan tidak mengalami penulangan  Contoh : tulang rawan persendian, ujung tulang kosta, ujung hidung, tulang iga. 2. Tulang rawan Elastis

 BASB : sabut elastis (arah tidak teratur), sabut kolagen sedikit.  Serupa dengan kartilago hialin, namun memiliki lebih banyak serat elastic bercabang di dalam matriksnya  Contoh : tulang rawan daun telinga, epiglotis. 3. Tulang rawan Fibrous

Kondrosit  BASB : sabut kolagen (lebih kasar dari tulang rawan hyalin) tersusun sejajar.  Kondrosit pipih, terjepit di antara sabut kolagen.  Berbeda dengan tulang rawan hialin dan elastic, fibrokartilago terdiri atas lapisan matriks tulang rawan diselingi lapisan serat kolagen tipe I padat. Serat kolagen ini berorientasi sesuai arah tegangan fungsional  Distribusi di tubuh terbatas  Jarang ditemukan Cell Nest.  Tidak ada perikondrium. Contoh : diskus invertebralis, tulang rawan fibrous penghubung 2 tulang simphisis. 2. Tulang Keras (Osteon) Tulang ini tersusun atas sel, serat dan matriks ekstraseluler. Disini juga terdapat osteoblas, osteoklas, dan osteosit. Bisa dibedakan menjadi tulang kompak dan tulang kanselosa.Tulang kompak memiliki serat kolagen tersusun dalam lapisan-lapisan tulang yang tipis yang dinamakan lamella. Disini terdapat 3 macam lamella : 1. Lamella sirkumferensial luar : di dalam periosteum 2. lamella sirkumferensial dalam : mengelilingi rongga sumsum tulang

3. lamella konsentrik : mengelilingi osteon Merupakan jaringan ikat penyangga. Terdiri atas : 1. Sel-sel tulang  Osteoblast

Ciri-ciri : 1. Berderet secara epithelial di permukaan trabekula tulang muda. 2. Bentuk kuboid dan piramid. 3. Inti besar dan tampak nukleolus. 4. Sitoplasma bersifat basofil. ii. Fungsi : sintesis komponen organik matriks tulang (kolagen dan 

glikoprotein)  Osteoclast

i. Ciri-ciri : 1. Sel motil (dapat bergerak) 2. Sel besar. 3. Sitoplasma bersifat asidofilik, tampak berbuih karena banyak vakuola. 4. Terletak pada lakuna Howship.  Osteosit

i. Merupakan sel osteoblast yang terpendam dalam matriks tulang. ii. Ciri-ciri : 1. Sitoplasma bersifat basofil. 2. Bentuk pipih dan berbentuk buah badan. 3. Inti gelap. 4. Terdapat dalam lakuna dengan juluran sitoplasma dalam kanalikuli. iii. Fungsi : menghimpun kalsium fosfat di dalam sitoplasmanya. Matriks tulang  Unsur organik (35%) i. Serat osteokolagen, dibungkus oleh glikosaminoglikans. ii. Tampak asidofil karena kondroitin sulfat sedikit.  Unsur anorganik (65%) i. Kalsium fosfat dan sedikit kalsium karbonat. Jenis Jaringan Tulang 1. Jaringan tulang muda / Immature Bone

     

Terdiri atas trabekula. Tidak ada sistem Havers, serat kolagen kasar. Sel osteoblast berada di permukaan trabekula. Sel osteosit terbenam di dalam matriks, ada di dalam lakuna. Sel osteoklast ada di lakuna Howship. Periosteum tebal.

3. Jaringan tulang dewasa / Mature Bone

 Terdapat sistem havers :  Saluran Havers, jaringan ikat kendor dan berisi pembuluh darah, berbentuk tabung, dinding tebal, dan lumen sempit.  Lamela Havers, mengelilingi saluran Havers secara konsentris.  Lakuna, ruang berisi osteosit di sela-sela lamela Havers.  Kanalikuli, saluran halus yang menghubungkan lakuna-lakuna, lakunasaluran Havers, dan lakuna-permukaan tulang.

Keterangan : 1. lamel Havers 2. canal Havers 3. lamel interstitial 4. lamel outer circumferential ` 5. Periosteum 6. lakuna  Jenis-jenis lamela :  Lamel Havers : melingkupi saluran Havers secara konsentris.  Lamel interstitial : antara sistem Havers satu dengan yang lain.  Outer circumferential lamel : dekat dengan periosteum.

    

 Inner circumferential lamel : dekat dengan endosteum. Periosteum tipis Memiliki ruang sumsum tulang. Sedikit osteoblast, jarang osteoclast, banyak osteosit. Terdapat saluran Volkman, mengandung pembuluh darah, menghubungkan antar sistem Havers, dan tidak dilingkupi lamela. Jaringan pembungkus tulang dewasa :  Periosteum, jaringan ikat yang membungkus tulang. Terdiri atas : A. Fibrous layer, terdiri dari sabut kolagen. B. Osteogenik layer, terdiri atas sel-sel yang bersifat osteogenik.  Endosteum, jaringan ikat yang lebih tipis dari periosteum melingkupi ruang sumsum tulang, bersifat osteogenik dan hemopoietik.

2. OTOT 1.1. Pengaturan serabut otot



Aktin Molekul aktin terdiri dari tiga protein a F-aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-aktin yang berpilin satu sama b

lain Molekul tropomiosin merupakan suatu molekul halus yang membentuk filament yang berjalan di atas sub-unit aktin di sepanjang tepian luar alur yang berada di

c

antara dua untai rantai yang terpilin. Molekul troponin merupakan kompleks dari 3 unit: 1 TnT: melekat pada tropomiosin

2 3



TnC: terikat pada ion Ca2+ TnI: menghambat interaksi aktin-miosin

Miosin Terdiri dari 2 rantai berat identic dan 2 pasang rantai ringan.Tonjolan globulus kecil pada setiap rantai berat membentuk kepala yang memiliki tempat penggabungan ATP, kapasitas enzimatik untuk menghidrolisis ATP dan kemampuan untuk mengikat aktin.

Working along : mekanisme kerja gerak bersama yang dilakukan oleh filamen aktin dan miosin dimana jembatan silang mengkait atau menggerakkan filamen aktin Power stroke : tenaga saat jembatan silang bergerak mengkait filamen aktin



Myofibril  Benang-benang parallel, dengan diameter 1-3 mikron(mikrometer). Dan tdd satuan yang lebih kecil: mifilamen  Filament yang lebih tebal mengandung myosin. Dengan diameter 12-15 nm dengan panjang 1,5 mikron dan menempati sarkomer sebagai Pita A.  Filament yang lebih tipis menganding aktin, diameter 5 nm dengan panjang 1 mikron dan terikat pada kedua belah garis Z. Ujung-ujung bebasnya menyelip diantara Pita A.  Gurat H, bagian Pita A yang tidak mengandung filament tipis dan lebarnya tergantung derajat kontraksi  Garis M merupakan garis yang membagi pita A menjadi 2, fungsinya untuk memelihara susunan dan jarak yang teratur dari filament tebal pada sarkomer.

 Tiap filament tebal(miosin) dikelilingi 6 filamen tipis(aktin). Dalam mikroskop cahaya, sel atau serabut otot yang dipotong secara longitudinal, memperlihatkan garis-garis melintang yang terdiri dari pita terang gelap yang berselang-seling 1

Pita yang berwarna gelap disebut PITA A (anisotropic yaitu bersifat bias ganda dalam cahaya terpolarisasi). PITA A berwarna gelap karena ada

2

filamen tebal. Pita yang lebih terang disebut PITA I ( Isotropic yaitu tidak mengubah cahaya terpolarisasi ). PITA I berwarna terang karena terdapat filament

3

tipis. Tiap PITA I dibagi 2 oleh garis gelap disebut garis Z. Pada PITA A terlihat adanya daerah lebih terang di bagian tengahnya disebut PITA H. PITA H dibagi 2 oleh garis gelap yang disebut garis M.

4

Filamen tebal pada pita A mengandung myosin. Filamen tipis terdapat

diantara dan sejajar dengan filamen tebal dan 1 ujungnya melekat pada garis Z mengandung Aktin, Troponin, dan Tropomiosin. Dimana Troponin terdiri dari TnC, TnI, dan TnT. TnC yang mengikat ion kalsium. TnT yang melekat erat pada tropomiosin dan TnI yang menghambat interaksi aktin dan myosin.

INSERTI

NO

MUSCULUS

ORIGO

1.

Platysma

Fascia deltoidea Kulit

O

& pectoralis

ACTION

& Membuka

mandibula

INNERVASI N. VII (N. Fasialis)

mulut dan menarik sudut mulut

2.

Sternocleidomas

Sternum

& Processus

Menengok

N.

toideus

clavicula

XI

(N.

mastoideu

,

aksesorius) , c2 &c 3

s

mengangk at dagu ke samping/d epan

3.

Trapezius

Linea

nuchae Clavicula

superior,

prot

Mengangk

N.

XI

(N.

at scapula aksesorius) , c2 &c 3

occ ext

dan clavicula

4.

Sternohyoid

Man sterni & Os hyoid

Menekan

clavicul

os

C1-3

via

ansa

hyoid hypoglossi

ke bawah 5.

Sternothyroid

Man sterni

Linea

Menekan

C1-3,

via

obliqua

cartilago

hypoglossi

lamina

thyroid ke

cart

bawah

ansa

thyroid 6.

Venter superior Tendon omohyoid

7.

Venter

Menekan

penghubung

os

dari clavicula

ke bawah

inferior Scapula

omohyoid

Os hyoid

Menekan

penghubu

os

C1-3,

via

hyoid hypoglossi

dari ke bawah

clavicula

via

ansa

hyoid hypoglossi

Tendon ng

C1-3,

ansa

8.

Thyrohyoid

9.

Linea

obliqua Os hyoid

Menekan

lamina cartilago

os

thyroid

ke bawah

C1-2

hyoid

Scalenus

Processus

Tuberculu

Mengangk

anterior

transversus c3-6

m scaleni at costa 1

C5-8

costa 1 10.

Scalenus medius

Processus

Costa

1 Mengangk

transversus c2-7

dibelakan

C5-8

at costa 1

gcekungan sulcussubc lavius 11.

12.

Scalenus

Processus

posterior

transversus c5-7

Oblique superior Processus longus colli

Costa 2

Mengangk

C6-8

at costa 2 Atlas

Flexi leher

C2-7

transversus c3-5

 Jenis Otot Menurut pekerjaannya : a.Otot sinergis, yaitu otot bekerja bersama-sama. b. Otot antagonis, yaitu otot yang bekerjanya berlawanan. c.Otot abductor, yaitu otot yang menggerakkan anggota menjauhi tubuh. d. Otot adductor, yaitu otot yang menggerakkan anggota mendekati tubuh. e.Otot fleksor, yaitu otot yang membengkokkan sendi tulang atau melipat sendi. f. Otot ekstensor, yaitu otot yang meluruskan kembali sendi tulang pada kedudukan semula. g. Otot pronator, ketika ulna dan radial dalam keadaan sejajar. h. Otot supinator, ulna dan radial dalam keadaan menyilang. i. Endorotasi, memutar ke dalam. j. Eksorotasi, memutar ke luar. k. Dilatasi, memanjangkan otot. l. Kontraksi, memendekkan otot.

MEKANISME KONTRAKSI OTOT

Kontraksi otot merupakan mekanisme pergeseran filamen antara filamen aktin dan filamen miosin. Pergeseran filamen aktin kedalam filamen miosin disebabkan oleh kekuatan yang dibentuk oleh interaksi jembatan silang dari filamen miosin ke filamen aktin. Filamen aktin terdiri dari tiga komponen protein yaitu aktin, tropomiosin, dan troponin. Troponin terbagi lagi menjadi 3 sub unit yaitu troponin I, troponin T, troponin C. Kepala jembatan silang berikatan dengan ATP kemudian ATP dipecah oleh ATPase menjadi ADP dan fosfat dan terikat pada kepala. Bila kompleks troponin-tropomiosin berikatan dengan ion-ion kalsium, bagian aktif pada filamen aktin menjadi tersingkap, kepala miosin kemudian berikatan dengan filamen aktin. Kepala kemudian menekuk ke arah lengan jembatan silang dengan menarik

filamen aktin. Energi yang digunakan untuk menarik filamen aktin adalah molekul ATP yang telah dipecah sebelumnya. Ketika jembatan silang menekuk menyebabkan pelepasan ADP dan ion fosfat yang sebelumnya melekat di kepala. Ditempat pelepasan ADP terikat molekul ATP yang baru. Pelepasan ikatan baru ini menyebabkan terlepasnya kepala dari aktin. Proses akan berlangsung terus sampai

filamen aktin menarik membran Z menyentuh ujung akhir filamen miosin atau sampai beban pada otot menjadi terlalu besar untuk tarikan lebih lanjut.

Potensial Aksi (ambil dari guyton and hall) Sinyal saraf dihantarkan oleh potensial aksi, yang merupakan perubahan cepat pada potensial membrane yang menyebar secara cepat di sepanjang membrane serabut saraf. Setiap potensial aksi dimulai dengan perubahan mendadak dari potensial membrane negatif istirahat normal menjadi potensial positif dan kemudian berakhir dengan kecepatan yang hamper sama dan kembali ke potensial negatif. Terdapat beberapa tahap dari potensial aksi : 1. Tahap istirahat Ini adalah potensial membrane istirahat sebelum terjadinya potensial aksi. Membrane dikatakan menjadi ‘’terpolarisasi’’ selama tahap ini karena adanya potensial membrane negative sebesar -90 milivolt. 2. Tahap Depolarisasi Membran tiba-tiba menjadi sangat permeable terhadap ion natrium, sehingga sejumlah besar ion natrium bermuatan positif berdifusi ke dalam akson. Potensial meningkat

secara cepat ke arah positif. Pada serabut saraf besar, sejumlah ion natrium yang bergerak ke dalam membuat potensial membrane secara nyata melampaui nilai nol dan menjadi sedikit positif. 3. Tahap Repolarisasi Dalam waktu seperberapa puluh ribu detik, sesuadah membrane menjadi sangat permeable terhadap ion natrium, kanal natrium mulai tertutup dank anal kalium terbuka lebih dari biasanya. Selanjutnya, difusi ion kalium ke bagian luar akan membentuk kembali membrane istirahat negatif yang normal. Ada 2 tipe kontraksi, isotonik & isometrik : 1. Isotonik : kontraksi yang disertai pemendekan otot dengan tegangan otot yang tetap selama kontraksi. Gambaran khas bergantung pada beban yang dilawan & inersia beban. Contoh : mengangkat sebuah buku

2. Isometrik : kontraksi tanpa pemendekan otot. Contohnya misalkan ketika kita berdiri tegak, otot kaki berkontraksi tapi tidak memendek. Sistem isometrik paling sering digunakan untuk melihat gambaran khas fungsional suatu otot. Contoh : otot mata punya lama kontraksi isometrik 1/40 detik. Menunjukan bahwa gerakan mata sangat cepat agar mata dapat mempertahankan fiksasi dengan objek.

Proses Relaksasi 

Pada saat relaksasi berarti rangsangan telah hilang dan konsentrasi Calsium pada sarkoplasma akan menurun pada tingkat normal dengan mekanisme :

1) Calsium yang aktif tadi akan menuju keluar sel melalui transpor membrane 2) Kemudian Ca akan kembali menuju ke reticulum sarkoplasma. 

Kemudian tropomiosin kembali pada posisi perifer menutupi active-site.



Jadi, tropomiosin dan troponin merupakan pengatur mekanisme pengunci kontraksi dan Calsium sebagai kunci terbukanya mekanisme kontraksi. Sel otot tidak dapat berkontraksi selain sampai kapasitas maksimal yaitu hukum “all or none” dan kekuatan otot bergantung pada jumlah satuan otot yang berkontraksi.

 Jenis – Jenis Kontraksi Otot 1. KONTRAKSI SUMASI Satu bentuk kontraksi otot yang dihasilkan dari pemberian >1 stimulus kepada otot, dimana stimulus kedua diberikan pada periode relaksasi. Stimulus kedua ini akan menghasilkan puncak kontraksi kedua di atas puncak kontraksi pertama. Sumasi kontraksi ada dua macam : a. Sumasi temporal Disebut juga sumasi gelombang karena bentuknya seperti gelombang. Sumasi temporal dapat terjadi dengan cara mengubah interval rangsangan (waktu istirahat antara rangsangan pertama dan kedua diperpendek sehingga rangsangan kedua tepat saat kontraksi pertama akan relaksasi). Akibatnya kontraksi pertama dan a

kedua bersatu menjadi satu kontraksi yang lebih besar (sumasi kontraksi). Sumasi spasial Disebut juga multiple motor unit summation karena pertambahan besar/amplitudo kontraksi akibat pertambahan intensitas rangsangan. Dengan meningkatkan

intensitas rangsangan maka makin banyak motor unit yang terangsang, akibatnya kontraksi akan semakin besar. Pada umumnya sumasi dapat terjadi dengan cara meningkatkan jumlah unit motorik yang berkontraksi secara serentak dan dengan meningkatkan kecepatan kontraksi tiap unit motorik. 2. KONTRAKSI TETANUS Suatu bentuk kontraksi otot terus menerus yang dihasilkan dari pemberian stimuli dengan sangat cepat sehingga otot tidak ada kesempatan relaksasi di antara dua stimuli. 3. KONTRAKSI ISOMETRIK Kontraksi otot dikatakan isometric bila otot tidak memendek selama kontraksi. Kontraksi isometric tidak membutuhkan “Sliding” miofibril-miofibril satu sama lainnya, tetapi terjadi paksaan. Kontraksi isometrik selain dikarenakan beban yang terlalu besar, bisa juga terjadi apabila ketegangan yang terbentuk di otot sengaja dibuat lebih kecil dari yang diperlukan untuk menggerakkan badan. Dalam hal ini, tujuannya adalah untuk menahan otot pada panjang tertentu walaupun otot mampu menciptakan ketegangan yang lebih besar. Kontraksi isometrik submaksimum ini penting untuk mempertahankan postur tubuh (misalnya menjaga tungkai tetap kaku sementara berdiri) dan untuk menunjang benda pada posisi tertentu. 4. KONTRAKSI ISOTONIK Isotonik bila otot memendek tetapi tegangan pada otot tetap konstan. Kontraksi isotonic beban di gerakan memungkinkan terlihatnya kerja dari luar, suatu efek, dengan alasan yang tidak diketahui. Menyebabkan lebih besar kebutuhan energy kimia untuk otot. Sebenarnya terdapat dua jenis kontraksi isotonik, yaitu : konsentrik dan eksentrik. Pada keduanya otot tetap mengalami perubahan panjang pada ketegangan tetap. Namun pada kontraksi konsentrik otot memendek, sedangkan konsentrasi eksentrik otot memanjang. Pada konsentrasi eksentrik aktivitas kontraktil melawan peregangan. Contohnya menurunkan sebuah beban ke tanah. Selama tindakan ini, serat-serat otot bisep memanjangtetapi tetap berkontraksi melawan peregangan. Ketegangan ini menahan berat benda. 

Saraf dan otot yang mengontrol ekspresi wajah Sloane (2003) menyebutkan sistem tubuh manusia memiliki dua macam alat gerak yaitu pasif dan aktif. Alat gerak pasif adalah tulang sementara alat aktif diantaranya adalah otot. Wajah manusia pun memiliki berbagai macam komponen

penyusun diantaranya otot, saraf, pembuluh darah, dan tulang sebagai rangka awal. Otot – otot pada wajah terdiri dari otot pengunyah dan otot ekspresi wajah. Otot-otot akan bekerja ketika mendapat rangsang dari sistem saraf. Otot ekspresi wajah secara anatomi terbagi menjadi enam region yaitu region dahi, mata, hidung, pipi, mulut, bibir, dan dagu. Gibson (2002) menyebutkan sistem saraf yang diketahui membentuk ekspresi wajah diantaranya Nervus Trigeminus dan Nervus Facialis. Nervus trigeminus pada umumnya merupakan pars sensorik dan pars motorik sementara nervus facialis hanya merupakan pars motorik. Nervus facialis ini berjalan melalui saluran sempit pada os temporal melalui lubang kecil pada dasar tengkorak tepat di belakang kelenjar parotis. Nervus ini memiliki lima percabangan yang berjalan melalui kelenjar untuk mencapai otot – otot wajah. Cabang – cabang tersebut diantaranya :  rami zygomatici  rami temporalis  rami buccalis  rami marginal mandibularis, dan  rami cervicalis. Moore (2002) menjelaskan nervus trigeminus keluar dari otak di sisi pons melalui radix sensoris dan motoris. Nervus ini sebelum keluar dari cranium terpecah menjadi tiga cabang utamaya itu oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis dimana nama nervus disesuaikan dengan daerah akhir utama masing-masing cabang. Kedua cabang pertama muri bersifat sensoris sementara nervus mandibularis utamanya bersifat sensoris namun mengandung serabut akar motoris nervus trigeminus.

FISIOLOGI KONTRAKSI OTOT 

Potensial aksi saraf Sinyal saraf dihantarkan melalui potensial aksi, yang merupakan perubahan cepat

pada membran. Setiap potensial aksi merupakan perubahan mendadak dari potensial negative istirahat normal menjadi potensial membrane positif dan kembali ke potensial negative. Untuk menghantarkan sinyal saraf, potensial aksi bergerak di sepanjang serat saraf sampai tiba di ujung serat. (guyton)

Urutan tahap potensial aksi adalah sebagai berikut : 1. Tahap Istirahat Merupakan keadaan sebelum terjadinya potensial aksi. Membran dikatakan menjadi terpolarisasi selama tahap ini karena adanya potensial membrane negative yang cukup besar 2. Tahap Depolarisasi Pada tahap ini, membrane menjadi permeable terhadap ion natrium, sehingga banyak sekali ion natrium yang bermuatan positif mengalir ke dalam akson. Keadaan polarisasi normal -90 mV akan hilang dan potensial meningkat dengan cepat dalam arah positif. Keadaan ini disebut depolarisasi. Pada serat saraf besar, potensial membrane melampaui nilai nol dan menjadi sedikit positif, namun pada saraf yang lebih kecil, potensial hanya mendekati nilai nol dan tidak melampaui positif. 3. Tahap Repolarisasi Dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik, sesudah membrane menjadi sangat permeable terhadap ion natrium, saluran natrium mulai tertutup dan saluran kalium

terbuka lebih daripada normal. Selanjutnya, difusi ion kalium yang cepat ke bagian luar akan membentuk kembali potensial membrane istirahat negative yang normal. Peristiwa ini disebut repolarisasi membrane. 3.2 Kontraksi Otot Penggabungan Eksitasi-Kontraksi (alhamdulillah mudeng ) -

Penyampaian potensial aksi oleh neuron motorik ke serat otot rangka menyebabkan neuron melepaskan asetilkolin (ACh) ke taut neuromuskular, kemudian ACh berdifusi

-

ke end plate dan berikatan dengan receptor. Pengikatan ini menyebabkan channel Na terbuka sehingga ion-ion Na masuk kedalam sel dan menimbulkan depolarisasi lalu terjadi potensial aksi, kemudian disalurkan ke serat otot sehingga terjadi depolarisasi serat otot. Lalu, menyebar ke serat via tubulus

-

transversus yg berjalan antara pita A & I. Bila bagian dalam sel positif maka ion-ion Ca dibebaskan dari kompartemen intrasel (retikulum sarkoplasma) sehingga kadar Ca intra sel meningkat. Akibatnya, terjadi

-

kontraksi otot. Sewaktu serat otot rangka berada dalam keadaan istirahat maka kepala miosin

-

dihambat untuk berikatan dengan filamen aktin. Tanpa mengikat aktin, ATP miosin tidak dapat diuraikan dan otot tidak dapat

-

berkontraksi. Kepala miosin dihambat untuk berikatan dengan molekul aktin karena adanya dua

-

protein lain yang membentuk filamen tipis : tropomiosin dan troponin. Tropomiosin diperkirakan terletak di atas molekul aktin pada keadaan istirahat dan menghambat pengikatan jembatan silang miosin(suatu tempat di aktin).Sedangkan, troponin melekat ke molekul aktin.Tropomiosin serta troponin memiliki tempat ikatan

-

untuk Ca. Bila konsentrasi Ca intrasel meningkat maka akan berikatan dengan troponin sehingga terjadi pergesaran posisi troponin pada molekul tropomiosin yang menyebabkan

-

pergeseran posisi tropomiosin terhadap aktin. Hal ini menyebabkan terbukanya zona aktif untuk mengikat miosin sehingga terjadi

-

pengikatan miosin dengan zona aktif aktin dan ATPase miosin diaktifkan. ATP ini kemudian diuraikan untuk menghasilkan energi sehingga jembatan silang terayun. Apabila jembatan silang terayun maka filamen-filamen bergeser satu sama

-

lain yang menyebabkan otot berkontraksi. Semakin banyak jumlah jembatan silang yang berhubungan dan terayun pada suatu saat maka semakin besar pula tegangan yang dihasilkan oleh otot.

-

Setelah ayunan jembatan silang maka molukel ADP yang tadi dibebaskan dari miosin digunakan untuk membentuk molukel ATP kedua yang berikatan dengan kepala

-

miosin. Sewaktu ATP baru terikat maka jembatan silang dibebaskan dari aktin. Apabila kalsium intrasel masih tetap tinggi maka ATP baru akan diuraikan dan jembatan silang kembali terayun.



Hubungan Potensial Aksi dengan Kontraksi Otot

Terdapat sambungan neuromuscular antara neuron motorik dan otot yang disebut endplate motorik. Memiliki fungsi yang sama dengan Sinaps. Potensial aksi terjadi ketika keadaan dalam intrasel menjadi lebih positif. Peningkatan muatan positif ini terjadi karena terbukanya kanal – kanal/ saluran Na yang terbuka akibat adanya asetilkolin yang di transport dengan cara eksitosis oleh vesikel – vesikel yang ada di serabut eferen. Potensial Aksi ini kemudian menyebar di sepanjang endplate, hingga mencapai ambang. Ketika sudah mencapai ambang, potensial aksi ini akan menyebar di sebuah saluran lain di serat saraf yaitu sistem T (tubulus transversal). Ketika terjadi penyebaran AP (Potensial Aksi) pada sistem T, maka reticulum sarkoplasma yang ditata dalam sebuah sistem bernama tubulus longitudinal akan menjadi permeabel terhadap Ca2+ yang dikandungnya (reticulum sarkoplasma merupakan tempat menyimpanan ion – ion Ca2+). Kandungan Ca2+ yang tinggi kemudian terikat pada Troponin, menyebabkan menyebabkan tropomiosin akan kehilangan sifat menghambat terikatnya miosin terhadap aktin. Sebelumnya, Miosin akan mengikat ATP pada masing – masing kepala nya. Ketika terjadi ikatan antara miosin dengan aktin, aktin akan mengaktivasi ATP yang ada di kepala miosin, jadi ATP terurai menjadi ADP + Pi (fosfat anorganik). Akan terbentuk sebuah kompleks A-M-ADP-Pi (proses ini dibantu juga oleh 3 mmol/l Mg2+). Ketika Pi lepas dari kompleks, kepala miosin yang pada awalnya tergntung 900 berubah menjadi 500, kemudian diikuti oleh lepasnya ADP dari kompleks itu menyebabkan perubahan kepala miosin, dari 500 – 450 . Hal ini yang menyebabkan terjadi kontraksi otot/ pergeseran aktin-miosin otot. Kompleks yang tersisa adalah Aktin dan Miosin. Kompleks ini disebut dengan kompleks kaku dan hanya bisa diurai dengan pengikatan ATP lagi pada kepala Miosin. Jika kandungan Ca2+ masih tinggi, maka proses ini akan terjadi lagi, jika kadarnya rendah, maka akan berhenti. Hal ini juga menjelaskan terjadi nya rigor mortis yang terjadi pada orang yang sudah meninggal karena terhentinya produksi ATP.



I.

Tahapan relaksasi -

Ca2+ dipompa kembali ke dalam reticulum sarcoplasma

-

Ca2+ membebaskan diri dari ikatan dengan troponin

-

Tropomyosin menutup

-

Miosin berikatan dengan ATP lain

-

Terbentuk kompleks aktin-miosin-ATP

-

Kompleks miosin-ATP memiliki afinitas rendah terhadap aktin

-

Ikatan aktin-miosin terlepas

-

“FASE RELAKSASI”

BIOKIMIA (PEMBENTUKAN ATP DAN PERAN ATP) Pembentukan ATP Glikolisis

Reaksi glikolisis Gambar 2.7 Reaksiglikolisis Rangkaian Rangkaian I Reaksi Glikolisis (pelepasan energi) berlangsung di dalam sitoplasma (dalam kondisi anaerob) yaitu diawali dari reaksi penguraian molekul glukosa menjadi glukosa-6-fosfat yang membutuhkan (-1) energy dari ATP dan melepas 1 P. Jika glukosa-6-fosfat mendapat tambahan 1 P menjadi fruktosa-6-fosfat kemudian

menjadi fruktosa 1,6 fosfat yang membutuhkan (-1) energy dari ATP yang melepas 1 P. Jadi untuk mengubah glukosa menjadi fruktosa 1,6 fosfat, energi yang dibutuhkan sebanyak (-2) ATP. Selanjutnya fruktosa 1,6 fosfat masuk ke mitokondria dan mengalami lisis (pecah) menjadi dehidroksikaseton fosfat dan fosfogliseraldehid. Rangkaian II Rangkaian II Reaksi Glikolisis (membutuhkan oksigen) berlangsung di dalam mitokondria (dalam kondisi awal), molekul fosfogliseraldehid yang mengalami reaksi fosforilasi (penambahan gugus fosfat) dan dalam waktu yang bersamaan, juga terjadi reaksi dehidrogenasi (pelepasan atom H) yang ditangkap oleh akseptor hidrogen, yaitu koenzim NAD. Dengan lepasnya 2 atom H, fosfogliseraldehid berubah menjadi 2×1,3-asam difosfogliseral kemudian berubah menjadi 2×3-asam fosfogliseral yang menghasilkan (+2) energi ATP. Selanjutnya 2×3-asam fosfogliseral tersebut berubah menjadi 2 x asam piruvat dengan menghasilkan (+2) energi ATP serta H2O (sebagai hasil sisa). Jadi, energy hasil akhir bersih untuk mengubah glukosa menjadi 2 x asam piruvat, adalah: Energi yang dibutuhkan Tahap I : (-2) ATP Energi yang dihasilkan Tahap II : (+4) ATP Energi hasil akhir bersih : -

2 ATP

Dekarboksilasi oksidatif Dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi mengubah asam piruvat yang beratom 3 C menjadi senyawa baru yang beratom 2 C. Reaksi ini berlangsung di inti membrane mitokondria. Piruvat + NAD+ + koenzim A

asetilko A + NADH + CO2

Merupakan reaksi irreversible. Hasil akhir dari proses DO ini adalah asetilkoenzim A, CO2, dan 2 NADH. -

Siklus krebs Siklus krebs adalah reaksi pemecahan glukosa. Terjadi di matriks mitokondria. Siklus krebs menghasilkan senyawa yang memiliki 3 gugus karboksil, maka disebut juga reaksi asam trikarboksilat.

Hasil bersih dari siklus krebs adalah 2 ATP, 4 CO 2, dan 8 pasang atom H yang akan digunakan pada system transport elektron. Untuk tiap 1 molekul glukosa. Karena DO menghasilkan 2 molekul asetil koenzim A, maka hasil bersih dari siklus krebs harus dikalikan 2 untuk tiap hasil dari dekarboksilasi oksidatif. -

Transpor elektron Sebelum proses transport elektron, 8 pasang atom hydrogen akan diikat oleh NAD dan FAD menjadi NADH dan FADH. Dalam rantai transport elektron, molekul tadi akan mengalami reaksi oksidasi-reduksi yang berlangsung secara berantai dengan zat perantara seperti H2O. Untuk 1 molekul NADH2 yang masuk ke dalam rantai, dihasilkan 3 molekul ATP. Untuk 1 FADH2, dihasilkan 2 molekul ATP.

Hasil bersih dari respirasi keseluruhan adalah : 1) Energi ATP berasal dari 10 NADH2 selama 3 kali = 3 x (2+2+6) = 34 2) Energi ATP berasaldari 2 NADH2 selama 2 kali = 2 x 2 = 4 3) Dibutuhkan 2 energi ATP pada dekarboksilasi oksidatif = -2 Jadi keseluruhan dihasilkan 34 energi ATP Penggunaan ATP 1. Respirasi Aerob Glukosa dalam darah/Glikogen yang tersimpan  Gukolisis  Asam Piruvat dan 4 ATP (2 ATP dibebaskan dan 2 ATP digunakan dalam proses Hidrolisis) Jika Asam Piruvat sudah terbentuk dan bertemu dengan Oksigen  Reaksi Fosforilasi Oksidatif dimulai. Hasil : 36 ATP 2. Respirasi Anaerob Respirasi anaerob merupakan respirasi yang tidak menggunakan oksigen sebagai penerima akhir pada saat pembentukan ATP. Respirasi anaerob juga menggunakan glukosa sebagai substrat. Respirasi anaerob sering disebut juga fermentasi. Ada 2 macam fermentasi : a.

Fermentasi alkohol Fermentasi alkohol biasanya dilakukan oleh ragi dan bakteri yang banyak digunakan dalam pembuatan bir dan anggur. Pada Fermentasi alkohol, piruvat diubah menjadi etanol dalam dua langkah. Langkah pertama menghidrolisis piruvat dengan molekul air sehingga melepaskan karbondioksida dari piruvat dan

mengubahnya menjadi asetaldehida berkarbon dua. Dalam langkah kedua, asetaldehida direduksi oleh NADH menjadi etanol sehingga meregenerasi pasokan NAD+ yang dibutuhkan untuk glikolisis. b.

Fermentasi asam laktat Fermentasi asam laktat banyak dilakukan oleh fungi dan bakteri tertentu digunakan dalam industri susu untuk membuat keju dan yogurt. Aseton dan methanol merupakan beberapa produk samping fermentasi mikroba jenis lain yang penting secara komersil. Dalam fermentasi asam laktat, piruvat direduksi langsung oleh NADH untuk membentuk laktat sebagai produk limbahnya, tanpa melepaskan CO2. Pada sel otot manusia, fermentasi asam laktat dilakukan apabila suplay oksigen tubuh kurang. Laktat yang terakumulasi sebagai produk limbah dapat menyebabkan otot letih dan nyeri, namun secara perlahan diangkut oleh darah ke hati untuk diubah kembali menjadi piruvat.

Respirasi Anaerob o

Jalur anaerob atau jalur fermentasi yaitu jalur metabolisme yang tidak membutuhkan oksigen

o

Organisme yang menggunakan jalur fermentasi adalah sel apa saja yang terdedah dalam kondisi kekurangan atau bahkan tanpa oksigen, bisa bakteri, protista lain yang hidup dalam perut hewan, makanan kaleng, bahkan sel otot kita melakukan jalur anaerob ini.

o

Glikolisis juga adalah tahap pertama reaksi jalur anaerob.

o

Dalam anaerob, glukosa juga dipecah menjadi dua molekul piruvat, nettonya terbentukdua NADH dan dua ATP, tetapi reaksi anaerob tidak memecah glukosa menjadi CO2 dan air sepenuhnya, dan jalur anaerob tidak menghasilkan energi ATP lagi selain yang hasil tahap glikolisis.

o

Tahap terakhir atau finalnya hanya menghasilkan koenzim NAD+ yang penting untuk proses jalur anaerob.

o

Hasil energi jalur anaerob memang kecil, tetapi itu cukup untuk organisme sel tunggal anaerob. Bahkan dalam kondisi stress jalur anaerob juga terbukti cukup menyediakan energi yang diperlukan bagi sel hewan yang terdedah dalam kondisi anaerob atau kekurangan oksigen.

o

fermentasi laktat, yaitu tahapan utama reaksi penghasil energi yang disebut fermentasi laktat, piruvat yang terbentuk selama tahap pertama

glikolisis, menerima hidrogen dan elektron dari NADH, dan menyebabkan piruvat diubah menjadi molekul laktat. o

Seringkali molekul laktat disebut asam laktat.

o

Jalur fermentasi laktat umum pada jalur anaerob ini.

o

Beberapa sel hewan juga dapat melakukan fermentasi laktat untuk memperoleh energi ATP dengan cepat.

o

Contoh klasik adalah apabila pada atlit lari cepat, untuk pemenuhan energi yang cepat dan segera untuk lari cepat, sel otot atlit tersebut melakukan fermentasi laktat.

o

Jalur fermentasi alkohol, adalah jalur lain respirasi anaerob.

o

Dalam jalur ini masing-masing molekul pirivat hasil tahap glikolisis disusun menjadi senyawa intermedier yang disebut asetildehid.

o

Bila molekul asetildehid ini menerima hidrogen dan elektron dari NADH, maka akan diubah menjadi etanol, yaitu produk akhir jalur ini.

o

Yeast, organisme sel tunggal eukariot fungi menggunakan jalur anaerob fermentasi alkohol ini.

Proses – proses biokimia utama selama satu siklus kontraksi dan relaksasi otot dapat disajikan dalam 5 tahap, yaitu : 1

Dalam fase relaksasi kontraksi otot, kepala S-1 pada miosin menghidrolisis ATP menjadi ADP dan P, tetapi produk – produk ini tetap terikat. Kompleks ADP-P-miosin

2

yang terbentuk telah mengalami penguatan dan disebut konformasi berenergi tinggi. Ketika kontraksi otot distimulasi (melalui proses yang melibatkan Ca2+ , troponin, tropomiosin dan aktin), aktin dapat diakses dan kepala S-1 miosin menemukannya,

3

mengikatnya, dan membentuk kompleks aktin – miosin – ADP – P. Pembentukan kompleks ini mendorong pembebasan P, yang memicu power stroke. Hal ini diikuti oleh perubahan konformasi mencolok di kepala miosin dalam kaitannya dengan ekornya, yang menarik aktin sekitar 10 nm ke arah pusat sarkomer. Ini adalah power stroke (kayuhan bertenaga). Miosin sekarang dikatakan berada

4

dalam keadaan energi terendah yang ditunjukkan sebagai aktin – miosin. Molekul ATP lain mengikat kepala S-1 dan membentuk kompleks aktin – miosin – ATP.

5

Miosin ATP memiliki afinitas rendah terhadap aktin sehingga aktin terlepas. Langkah terakhir ini merupakan relaksasi dan bergantung pada pengikatan ATP dengan kompleks aktin – miosin.

Fungsi dari enzim ATPase ATPase mengaktifkan kepala myosin. Bagian lain dari kepala myosin yang penting dalam kontraksi otot adalah fungsi dari enzim ATPase. Enzim ini membuat kepala myosin untuk membebaskan ATP dan menggunakan energi yang diperoleh dari energi tinggi ATP berupa ikatan fosfat untuk memberi energi dalam proses kontraksi. Fungsi Kreatin Fosfat Sumber pertama untuk memasok ATP tambahan ketika olahraga dimulai. Karena hanya satu reaksi enzimatik yang berperan dalam pemindahan energy ini maka ATP dapat dibentuk dengan cepat dengan menggunakan keratin fosfat. Dampak Kekurangan ATP 

Osteoporosis, kekurangan ATP dalam tubuh sehingga mengakibatkan tubuh memproduksi phyrophospate yang bersifat merusak sel. Phyrophosphate ini diikat oleh Ca sehingga menjadi netral. Namun, hal ini berakibat buruh pada pertumbuhan tulang karena Ca yang seharusnya didepositkan untuk tulang tetapi digunakan untuk mengikat phyrophospate sehingga tulang menjadi mudah rapuh (Osteophorosis).



Kelebihan oksigen di dalam sel. Saat makan tubuh membutuhkan oksigen dalam jumlah banyak sebagai zat pembakar. Karena ATP yang ingin dibakar ini kurang,otomatis oksigen berlebih. Kelebihan oksigen ini akan menjadi radikal bebas yang merusak sel,sehingga memudahkan terjadinya berbagai penyakit degeneratif. Seperti kencing manis, asam urat dan kanker.

II.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPRESI WAJAH DAN KELAINAN YANG MENYEBABKAN WAJAH TIDAK DAPAT BEREKSPRESI Salah satu factor yang mempengaruhi ekspresi wajah adalah Emosi, berikut merupakan struktur anatomi otak untuk emosi : a. Bagian otak yang berkaitan dengan emosi adalah system limbik. b. Sistem limbic merupakan batas antara diensefalon (batang otak) dengan

-

cerebrum c. Bangunan utama system limbik antara lain : Amigdala Septum (dinding) Hipokampus Girus Singulatus Thalamus anterior dan hypothalamus d. Menurut Papez yang dikenal sebagai SIRKUIT PAPEZ, bagian otak yang mengurus emosi adalah hipokampus, amigdala, corpus mamillare, nuclei anteriorthalamus, dan girus singulatus.

KELAINAN OTOT 1. MYASTHENIA GRAVIS

Adalah penyakit autoimun kronis dari transmisi neuromuskular yang menghasilkan kelemahan otot. Istilah Myasthenia adalah bahasa Latin untuk kelemahan otot, dan Gravis untuk berat atau serius. Penyebab

: Belum ada kepastian, terbanyak karena kerusakan kelenjar thymus.

Gejala

: -

Kelopak mata turun sebelah atau layu (asimetrik ptosis)

-

Penglihatan ganda

-

Kelemahan otot pada jari-jari, tangan dan kaki (seperti gejala stroke tapi tidak disertai gejala stroke lainnya)

-

Gangguan menelan

-

Gangguan bicara

-

Dan gejala berat berupa melemahnya otot pernapasan (respiratory paralysis), yang biasanya menyerang bayi yang baru lahir

2. TORTIKOLIS SPASMODIK Adalah nyeri yang timbul terus menerus pada otot-otot leher sehingga mendorong kepala berputar dan miring kedepan, ke belakang, kesamping.

Penyebab : Hipertiroid, Tumor leher, atau Infeksi sistem syaraf. Gejala

: Kejang otot leher disertai nyeri saat memutar leher, biasanya pada salah satu sisi

3. CERVICAL SPINE Penyebab : Kepala tersentak keras, salah urat pada leher, atau benturan keras di kepala / leher. Gejala

: Nyeri pada leher.

4. TRIGERMINAL NEURALGIA Adalah penyakit saraf yang dicirikan rasa nyeri hebat pada wajah Penyebab : Penekanan pada saraf trigeminal oleh pembuluh darah di sekitarnya. Gejala

: Nyeri wajah di satu sisi, nyeri tajam, dan menganggu aktifitas.

5. HEMIFACIAL SPAMS Adalah gangguan fungsi saraf yang menyebabkan wajah penderita tidak terasa sakit pada satu sisi. Penyebab : Penekanan atau iritasi pada saraf fasialis (saraf ke-VII) oleh pembuluh darah disekitarnya. Gejala

: Kontraksi otot di wajah tidak bisa dikendalikan seperti otot wajah

kejang sendirinya di daerah wajah. 6. BELLS’S PALSY Adalah kelainan pada otot wajah yang menyebabkan kelumpuhan atau kelemahan tiba-tiba pada otot di salah satu sisi wajah. Penyebab : Angin yang masuk ke dalam tulang tengkorak atau foramen stilomastoideum Gejala : Ditandai dengan susahnya menggrakkan otot wajah di bagian yang terserang, seperti tidak bias menutup mata, tidak bias meniup, dsb. Bell’s Palsy Bell’s Palsy atau yang dikenal juga sebagai facial palsy adalah penyakit saraf yang mengenai saraf fasialis (wajah), menyebabkan kelumpuhan otot-otot salah satu sisi wajah, sehingga wajah menjadi asimetris, karena salah satu sisi wajah tampak melorot/ mencong. Hanya salah satu sisi wajah penderita saja yang dapat tersenyum, dan selain itu, hanya satu mata saja yang dapat menutup dengan sempurna.

Penyebab dari Bell’s Palsy belum diketahui secara pasti, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa penyebab Bell’s Palsy adalah proses peradangan saraf yang mengontrol otot-otot salah satu sisi wajah. Ada pula yang mengatakan bahwa kerusakan saraf ini merupakan akibat dari infeksi virus. Umumnya dapat dikelompokkan karena kongenital, trauma lahir (fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial), trauma,penyakit tulang tengkorak (osteomielitis), proses intrakranial (tumor, radang, perdarahan), proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoideus), infeksi tempat lain (otitis media, herpes zoster), sindroma paralisis n. fasialis familial. Pada anak 73% didahului infeksi saluran napas bagian atas yang erat hubungannya dengan cuaca dingin. Selain itu faktor-faktor yang diduga berperan menyebabkan BP antara lain : sesudah bepergian jauh dengan kendaraan, tidur di tempat terbuka, tidur di lantai, hipertensi, stres, hiperkolesterolemi, diabetes mellitus, penyakit vaskuler, gangguan imunologik dan faktor genetik. Bell’s Palsy dapat terjadi pada semua golongan usia, baik pria maupun wanita. Pada kebanyakan orang, kelumpuhan saraf tersebut bersifat sementara, yakni selama beberapa hari hingga beberapa minggu, serta dapat kembali pulih setelah kurang lebih 6 bulan. Walaupun demikian, ada juga beberapa kasus dimana kelumpuhan saraf wajah tersebut terjadi secara permanen seumur hidup. Gejala Gejala Bell’s Palsy secara umum: 

Terjadi secara tiba-tiba, berupa kelumpuhan ringan sampai total pada salah satu sisi wajah, menyebabkan pasien sulit tersenyum atau menutup salah satu kelopak mata



Wajah melorot menjadikan wajah sulit berekspresi



Dapat terjadi rasa nyeri di sekitar rahang atau di belakang telinga pada salah satu sisi wajah yang terpengaruh



Sensitivitas terhadap suara akan meningkat pada sisi wajah yang terpengaruh



Kadang timbul nyeri kepala



Penurunan kemampuan indera pengecap pada sisi yang lumpuh



Penurunan jumlah air mata dan liur yang diproduksi pada sisi yang terkena



Pada beberapa kasus, Bell’s Palsy dapat mempengaruhi saraf kedua sisi wajah, walaupun hal tersebut jarang terjadi

Pertolongan medis diperlukan sesegera mungkin jika Anda mengalami kelumpuhan apapun, karena bisa saja yang terjadi adalah kasus stroke. Perlu diingat, Bell’s Palsy bukan disebabkan oleh stroke. Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita Bell’s Palsy adalah: 

Kerusakan saraf wajah yang tidak dapat pulih kembali seperti semula



Pertumbuhan saraf yang tidak sesuai dengan yang seharusnya sehingga menyebabkan pergerakan yang tidak terkontrol pada wajah



Buta sebagian atau total akibat kekeringan pada mata yang tidak bisa menutup dan terjadinya kerusakan pada kornea mata yang kering

Pemeriksaan Umumnya dokter akan memeriksa wajah dan meminta pasien untuk melakukan gerakan seperti menutup mata, mengangkat alis, memperlihatkan gigi, dan mengerutkan wajah. Selain itu sebaiknya dilakukan pemeriksaan EMG untuk menentukan kerusakan saraf dan melihat seberapa parah saraf tersebut rusak, sekaligus menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang juga dapat menyebabkan kelemahan pada wajah, seperti stroke, infeksi, tumor, dll. Pasien juga disarankan melakukan pemeriksaan radiologi, seperti CT Scan atau MRI kepala untuk menyingkirkan penyebab kelumpuhan yang mungkin terjadi. Penanganan yang biasa dilakukan adalah melalui obat-obatan dan fisioterapi. Meskipun bisa sembuh dalam kurun waktu tertentu, dengan bantuan obat dan fisioterapi diharapkan proses pemulihan dapat berlangsung lebih cepat Kebanyakan pasien Bell’s Palsy dapat sembuh dengan atau tanpa pengobatan. Prognosis sangat bergantung kepada derajat kerusakan n. fasialis. Pada anak prognosis umumnya baik oleh karena jarang terjadi denervasi total. Penyembuhan spontan terlihat beberapa hari setelah onset penyakit dan pada anak 90% akan mengalami penyembuhan tanpa gejala sisa. Jika

dengan steroid dan fisioterapi selama 3 minggu belum mengalami penyembuhan, besar kemungkinan akan terjadi gejala sisa berupa kontraktur otot-otot wajah, sinkinesis, tikfasialis dan sindrom air mata buaya. Kurang lebih 2 dari 3 penderita Bell's Palsy dapat sembuh sempurna dalam beberapa minggu sampai 6 bulan. Biasanya dokter akan merekomendasikan terapi obat (kortikosteroid dan neurotropik seperti vitamin B12) dan terapi fisik untuk mempercepat pemulihan. Pada hari-hari pertama penderita Bell's Palsy dianjurkan tidak terlalu agresif melakukan terapi fisik untuk memberi kesempatan saraf memperbaiki diri. Beberapa cara terapi fisik misalnya dengan kompres hangat, pijat wajah dan latihan menggerakkan otot wajah di depan cermin selama 5 menit pagi-sore. Selain itu mata pada sisi wajah yang lumpuh harus diberikan perlindungan dari paparan yang berlebih karena kelopak mata tidak dapat menutup dengan sempurna. Biasanya dianjurkan pemberian air mata buatan untuk menjaga mata tetap lembab dan dianjurkan menggunakan kaca mata jika keluar rumah. Pembedahan jarang sekali menjadi pilihan untuk terapi Bell’s Palsy. indakan operatif dilakukan apabila tidak terdapat penyembuhan spontan, tidak terdapat perbaikan dengan pengobatan steroid, pada pemeriksaan elektrik terdapat denervasi total. Berikut adalah tips untuk pencegahan gangguan Bell' s Palsy ini : 

Hindari mandi di malam hari



Hindari kebiasaan langsung mandi atau mencuci muka sehabis berolahraga



Hindari terpaan angin langsung ke wajah

Moebidius syndrome Sindrom Mobius (juga dieja Moebius) adalah kelainan bawaan neurologis yang dicirikan oleh kelumpuhan wajah dan ketidakmampuan untuk menggerakkan mata. Kebanyakan penderita sindrom Möbius dilahirkan dengan wajah lengkap tapi tidak dapat menutup mata serta tidak memiliki ekspresi wajah. Kebanyakan orang dengan sindrom Mobius memiliki kecerdasan normal, meskipun ekspresi wajah mereka nampak kelihatan bodoh. Bayi dengan gangguan ini dapat diidentifikasi pada saat kelahiran dengan wajah mirip topeng yang terdeteksi pada saat menangis atau tertawa. Bayi juga tidak mampu untuk menghisap saat menyusu. Selain itu penderita tidak mampu melirik, sebagai gantinya

memalingkan mukanya. Gejala lain yang kadang-kadang terjadi adalah kelainan dinding dada, kesulitan bernafas dan atau menelan, serta kesulitan berkedip. Belum ditemukan pengobatan khusus untuk sindrom ini. Sampai kini pengobatan hanya ditujukan untuk meringankan gejala. Jika bayi mengalami sindrom ini sebaiknya dibantu dengan botol khusus supaya tetap mendapat asupan gizi.

Related Documents

Skenario 1 Edited
February 2021 0
Hemiparese Skenario 1
January 2021 1
Skenario 1 Blok 17
February 2021 1
Skenario 4
February 2021 1
Skenario 2
February 2021 1
Skenario Pembelajaran
January 2021 1

More Documents from "rositaratnasari"

Skenario 2
February 2021 0
Skenario 1 Edited
February 2021 0
Referat Tumor Serebri
February 2021 1
L'air Instrument
February 2021 1
Les Batteries
January 2021 1