Uretritis Non Spesifik

  • Uploaded by: PuspoYunawanDwi
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Uretritis Non Spesifik as PDF for free.

More details

  • Words: 1,804
  • Pages: 15
Loading documents preview...
REFERAT MID TEST URETRITIS NON SPESIFIK

Referat ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti kepaniteraan klinik senior (KKS) di bagian ilmu kedokteran kulit dan kelamin di RSUD Dr.RM. Djoelham Binjai

Disusun Oleh: BANI AMIR IKHSAN 102119079 Pembimbing : dr. Hj. Hervina, Sp. KK, FINSDV, MKM

KKS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUD.Dr.R.M. DJOELHAM BINJAI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM 2020

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala hikmat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Refarat dengan judul “URETRITIS NON SPESIFIK” yang diajukan sebagai persyarat untuk mengikuti KKS Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Hj. Hervina, Sp.KK FINSDV,MKM selaku pembimbing saya sehingga refarat ini dapat

selesai pada waktunya. Mohon

maaf

jika

dalam

penulisan

Refarat

ini

masih

terdapat

kesalahan.Kritikan dan saran sangat saya harapkan sebagai penyempurnaan laporan kasus ini.Atas perhatian dan sarannya saya ucapkan terima kasih.

Binjai, Desember 2020

Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................................i KATA PENGATAR..........................................................................................................ii DAFTAR ISI....................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1 1.1 Latar Belakang......................................................................................................1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3 2.1 Definisi................................................................................................................3 2.2 Etiologi................................................................................................................3 2.3Epidemiologi ........................................................................................................4 2.4 Faktor Resiko........................................................................................................5 2.5 Diagnosis..............................................................................................................6 2.6 Patogenesis ..........................................................................................................9 2.7 Patofisiologi .......................................................................................................10 2.8 Diagnosis Banding..............................................................................................11 2.9 Penatalaksanaan ................................................................................................12 2.10 Edukasi dan Komunikasi..................................................................................13 2.11 Komplikasi........................................................................................................13 2.12 Prognosis..........................................................................................................14 2.13 Profesionalisme.................................................................................................14 BAB III KESIMPULAN .................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Infeksi genital non spesifik (IGNS) merupakan penyakit infeksi menular seksual (IMS) berupa peradangan di uretra, rektum, atau servik yang disebabkan oleh kuman nonspesifik.Penyebab IGNS yang terbanyak Chlamydia trachomatis (CT) sekitar 30-50%, sedangkan 10-20% kasus disebabkan oleh Ureaplasma urealyticum dan atau Mycoplasma genitalium. Penyebab IGNS lainnya walaupun jarang termasuk Haemophilus sp, M. hominis, virus Herpes simplex (2 – 3 %) dan lainnya(Bima, 2015). Gejala klinis dari IGNS yang disebabkan CT dapat berupa uretritis, servisitis, endometritis, salpingitis, perihepatitis.Tanda – tanda infeksi pada uretra termasuk disuria serta dijumpainya pewarnaan Gram pada uretra >10 polimorfonuklear (PMN) per lapangan pandang besar (LPB).8 Berntson M, dkk. (Swedia, 2013) melaporkan penelitian pada 53 kasus IGNS yang disebabkan Chlamydia trachomatis pada wanita dijumpai dengan gejala disuria 21,2% dan gejala duh genital 42,3%(Satryo, 2017).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Uretritis non-gonore atau juga disebut uretritis non-spesifik adalah penyakit uretritis atau peradangan pada bagian uretra (saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar)(Palenewen et al., 2016)

2.2

Etiologi Penyebabnya paling sering adalah Chlamydia trachomatis (3050%).Kemudian

disusul

oleh

Ureaplasma

urealyticum

(10-

40%).Trichomonas vaginalis, yeast, Virus herpes simplex, Adenovirus, danHaemophilus sp. Sekitar (20-30%). Selain itu ada beberapa yang lainnya, tetapi sangat jarang, antara lain; Mycoplasma genitalium,

Mycoplasma hominis, Bacteroides ureolyticus, Gardnerella vaginalis(Aji, 2018). 2.3

Epidemiologi Di dunia, WHO memperkirakan terdapat 140 juta kasus yang terjadi akibat infeksi Chlamydia trachomatis. Terdapat 1,1 juta kasus dilaporkan di Amerika Serikat dengan prevalensi tertinggi terjadi pada wanita di usia 1524 tahun. Sedangkan di Indonesia, dari data yang diambil dari poliklinik IMS RS dr.Pirngadi Medan didapatkan prevalensi UNG (Uretritis Non Gonore) sebesar 54%. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan terhadap kelompok pramuwaria di Jakarta mendapatkan data prevalensi klamidia sebesar 35,48% dari 62 orang yang diperiksa sedangkan pada pemeriksaan terhadap WTS di Medan menunjukkan prevalensi sebesar 45%(Ndriatmi, 2015).

2.4

Faktor Resiko Faktor-faktor tertentu yang meningkatkan risiko Anda mengalami uretritis non-gonore yaitu sebagai berikut (Bayu, 2015) a. Sering berganti-ganti pasangan saat berhubungan seksual dan tidak menggunakan kondom. b. Sistem kekebalan tubuh lemah. c. Pemasangan kateter urine, saluran pembantu keluarnya urine yang dipasang di uretra pasca operasi.

2.5

Cara Menegakkan Diagnosis

2.5.1 Anamnesis Pada wanita umumnya asimtomatik, lebih sering terjadi di serviks, bila disertai dengan gejala, maka gejala yang ditimbulkan sangat ringan.Apabila ada keluhan, bisanya berupa keluarnya duh tubuh vagina berwarna kekuningan, disuria ringan & sering berkemih, nyeri daerah pelvis, dyspareunia. Dalam melakukan anamnesis harus didapatkan informasi antara lain: Adanya riwayat pasangan seksual dengan keluhan urethritis, Faktor Resiko dan Adanya riwayat infertilitas, aborfus, kelahiran BB rendah, kematian bayi. Anamnesis faktor resiko merupakan hal penting dalam menegakkan diagnosis pasien terduga IGNS.Faktor yang dimaksud antara lain : a.

mempunyai lebih dari satupasangan seksual dalam 3 bulan terakhir,

b.

memiliki pasangan seksual baru dalam 3 bulan terakhir,

c.

pasangan seksual terduga IMS, terdiagnosis IMS atau berisiko tirggi mendapat IMS

d.

mengalami

1

atau

lebih

episode

IMS

dalam

1

bulanterakhirataupasangan seksual mempunyai riwayat yang diatas. 2.5.2 Pemeriksaan Fisik Tanda klinis yang dapat ditemukan pada kasus uretritis non-gonore adalah adanya duh tubuh uretra dan eritema pada orifisium uretra

eksterna.Pada beberapa kasus, hasil pemeriksaan bisa normal.Uretritis nongonore cenderung memiliki duh tubuh mukoid atau jernih dan lebih sedikit dibandingkan dengan uretritis gonorrhea yang lebih purulen dan menghasilkan lebih banyak duh.Gambaran klinis lain yang lebih jarang mencakup nyeri testis, pembengkakan testis, atau duh tubuh rektal(Tuntun, 2018). 2.5.3 Pemeriksaan Penunjang

a. Pewarnaan Gram Diagnosis uretitis pada laki-laki ditegakkan bila ditemukan jurnlah PMN lebih dari 5 per lapangan pandang besar.Sedangkan diagnosis servisitis pada perempuan, apabila ditemukan PMN 10 hingga 30 PMN perlapangan pandang besar.Kelompok studi infeksi menular indosensia (KSIMSI PERDOSKI) menggunakan kesepakatan untuk menggunakan perhitungan jumlah PMN >30/LPB pada spesimen serviks yang terduga IGNS(Satryo, 2017).

b. Idenffikasi penyebab lain :

1. Pemeriksaan

mikroskop langsung Pada pemerilsaan ini dapat dilihat

badan elementer (BE) dan badan retikulat (BR) dengan menggunakan pewamaan Giemsa. pemeriksaan ini memberikan hasil sensitivitas yang rendah dibandingkan dengan kultur, dan tidak dianjurkan pada infeksi asimtomatis dan infeksi subakut.

2. Biakan

chlamydia trachomatis adalah parasit obligat intaselular,

sehingga untuk perfumbuhannya membutuhkan sel hidup. sel hidup ini

dibiakan dalam gelas kaca yang disebut biakan monolayer seperti Mc Coy,BHK-2L,Hela-229. Tes ini tidak 100 % sensitif dan hasil pertumbuhannya dilihat pada hari ke tiga.

3. Metode

pemeriksaan antigen Pemeriksaan antigen bersifat tidak

langsung yaitu melalui pemeriksaan hasil biakan. Dikenal dua cara pemeriksaan yaitu :



Pewamaan imnofluoresen langsung dengan antibodi monoklonal. (DFE)



Penentuan antigen klamidia dari hapusan ureta dilakukan dengan pemeriksaan ELISA (EIA)

2.6

Patogenesis Patogenesis yang dibahas hanya mengenai Chlamydia trachomatis karena

mikroorganisme

ini

yang

paling

sering

menyebabkan

IGNS.Chlamydia trachomatis merupakan bakteri obligat intraselular. Menyerupai bakteri gram (-), mempunyai dua fase perkembangan, yaitu (Bima, 2015): a. Fase noninfeksiosa:Intraselular, di dalam vakuol, melekat pada inti sel hospes, disebut badan inklusi. b. Fase penularan:Vakuola pecah keluar dalam bentuk badan elementer menginfeksi sel hospes yang baru. 2.7

Patofisiologi

Patofisiologi uretritis non-gonore utamanya melibatkan infeksi.Infeksi pada uretritis non-gonore ditularkan secara seksual, tersering akibat Chlamydia trachomatis. Namun, juga bisa disebabkan oleh Mycoplasma genitalium, Ureaplasma urealyticum, Trichomonas vaginalis, virus herpes simpleks, dan adenovirus(Harningtyas, 2017). Agen-agen infeksius masuk ke dalam uretra melalui hubungan seksual dengan individu yang terinfeksi. Agen infeksius akan melakukan invasi melalui sekret atau duh tubuh terhadap sel epitel kolumnar mukosa uretra. Hal

ini

memicu

sitokin-sitokin

proinflamasi

setempat,

sehingga

menyebabkan radang pada uretra. Gejala yang muncul berupa duh tubuh uretra, disuria, dan rasa tidak nyaman pada uretra(Ndriatmi, 2015) 2.8

Diagnosis Banding

1. Gonore Gonorea dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang sering menyerang membran mukosa uretra pada pria dan endoservik pada wanita. Gonore sering ditularkan melalui kontak seksual (Ahmad, 2018).

2. Infeksi Saluran Kemih Infeksi pada salah satu bagian dari sistem urine, ginjal, kandung kemih, atau uretra.Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada wanita.Infeksi ini biasanya terjadi pada kandung kemih atau uretra, sedangkan infeksi yang lebih serius memengaruhi ginjal.Infeksi kandung kemih dapat menyebabkan nyeri panggul, meningkatkan dorongan buang air kecil, nyeri saat buang air kecil, dan ada darah dalam urine. Infeksi ginjal

dapat

menyebabkan

sakit

punggung, mual,

muntah,

dan

demam(Pardede, 2016). 2.9

Penatalaksanaan

2.9.1 Non Farmakologi Tidak ada 9.2

Farmakologi Karena penyakit ini disebabkan oleh bakteri, tujuan pengobatan tentunya adalah untuk membasmi bakteri. Maka dari itu memberikan obatobatan antibiotik seperti doxycycline atau azitromisin(Harningtyas, 2017). Azithromycin 1 gr per oral dosis tunggal atau Doksisiklin 2x 100 mg per oral selama 7 hari. Obat pilihan lain: Erythromycin base 4x500 mg per oral selama 7 hari Atau Erythromycin ethyl succinate 4x800 mg per oral selama 7 hari Atau Levofloxacin 1x500 mg per oral selama 7 hari Atau Ofloxacin 2x 200 mg per oral selama 7 hari.Terkadang gejala urethritis dapat menimbulkan rasa nyeri, bisa diberikan acetaminophen dan ibuprofen(Harningtyas, 2017).

2.10 Edukasi dan Komunikasi 1. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, terutama organ pencernaan dan reproduksi. 2. Hindari berhubungan seksual dengan banyak pasangan atau gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual. 3. Perbanyak konsumsi cairan. 4. Usahakan untuk buang air kecil setelah melakukan hubungan seksual. 5. Hindari atau kurangi makanan yang bersifat asam. 6. Hindari paparan bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada uretra, seperti deterjen. 7. Lindungi pasangan Anda. Jika Anda telah terdiagnosis infeksi menular

seksual, beri tahu pasangan atau pihak lain yang berisiko terkena infeksi(Satryo, 2017).

2.11 Komplikasi 1.

Bartholinitis.

2.

Proktitis.

3.

Salpingitis, menyebabkan Kehamilan Ektopik (KE), infertilitas.

4.

Sistitis(Pardede, 2016)

2.12 Prognosis Prognosis uretritis non-gonore umumnya baik.Beberapa kasus dapat sembuh sendiri walaupun tanpa pengobatan. Komplikasi uretritis nongonore jarang terjadi (Ahmad, 2018)

2.13 Profesionalisme



Membantu mengontrolkesembuhan pasien dengan pemberian obat dan dosis yang tepat.



Kontrol ulang, bila keadaan tidak membaik bisa dirujuk ke dokter spesialiskulit dan kelamin.

BAB III KESIMPULAN Uretritis non-gonore atau juga disebut uretritis non-spesifik adalah penyakit uretritis atau peradangan pada bagian uretra (saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar).Pada wanita umumnya asimtomatik, lebih sering terjadi di serviks, bila disertai dengan gejala, maka gejala yang ditimbulkan sangat ringan.Apabila ada keluhan, bisanya berupa keluarnya duh tubuh vagina berwarna kekuningan, disuria ringan & sering berkemih, nyeri daerah pelvis, dyspareunia. Karena penyakit ini disebabkan oleh bakteri, tujuan pengobatan tentunya adalah untuk membasmi bakteri.Maka dari itu memberikan obat-obatan antibiotik seperti doxycycline atau azitromisin.Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, terutama organ pencernaan dan reproduksi, Hindari berhubungan seksual dengan banyak pasangan atau gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual., Perbanyak konsumsi cairan., Usahakan untuk buang air kecil setelah melakukan hubungan seksual, Hindari atau kurangi makanan yang bersifat asam., Hindari paparan bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada uretra, seperti deterjen., Lindungi pasangan Anda. Jika Anda telah terdiagnosis infeksi menular seksual, beri tahu pasangan atau pihak lain yang berisiko terkena infeksi. Komplikasi yang terjadi Bartholinitis, Proktitis.,Salpingitis, menyebabkan Kehamilan Ektopik (KE), infertilitas, Sistitis. Prognosis uretritis non-gonore umumnya

baik.Beberapa

kasus

dapat

sembuh

sendiri

pengobatan.Komplikasi uretritis non-gonore jarang terjadi.

walaupun

tanpa

DAFTAR PUSTAKA 1.

Ahmad. (2018). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Menular Seksual 2.

2.

Aji, P. (2018). infeksi menular seksual. E-Conversion - Proposal for a Cluster of Excellence.

3.

Bayu. (2015). infeksi menular seksual. In Dk.

4.

Bima. (2015). uretritis non spesifik. Hilos Tensados, 1, 1–476.

5.

Harningtyas, C. D. (2017). Pemberian Terapi Oral Untuk Pasien Uretritis Gonore Dengan Komplikasi Lokal Pada Pria : Laporan Kasus. Journal of Agromedicine and Medical Sciences, 3(3), 1–6.

6.

Ndriatmi, W. (2015). Infeksi Menular Seksual Diagnosis dan Tatalaksana. Angsa

Merah,

15.

http://angsamerah.com/pdf/Angsamerah-

IMS_Diagnosis_&_Tatalaksana.pdf 7.

Palenewen, J., Mawu, F. O., & Niode, N. J. (2016). Profil uretritis gonokokus dan uretritis non gonokokus di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari – Desember 2013. E-CliniC, 4(2). https://doi.org/10.35790/ecl.4.2.2016.13648

8.

Pardede, S. O. (2016). Vulvovaginitis pada anak. Sari Pediatri, 8(1), 75. https://doi.org/10.14238/sp8.1.2006.75-83

9.

Satryo. (2017). uretritis non gonore. 139(c), 66–89.

10.

Tuntun, M. (2018). Faktor Resiko Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Jurnal Kesehatan. https://doi.org/10.26630/jk.v9i3.1109

Related Documents

Uretritis Non Spesifik
February 2021 0
Uretritis
February 2021 1
Uretritis
February 2021 0
Uretritis
February 2021 1

More Documents from "H Manuel Padilla Caamal"

Uretritis Non Spesifik
February 2021 0