218618_laporan Field Trip Karangsambung Kelompok 3

  • Uploaded by: Ridho Irsyad
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 218618_laporan Field Trip Karangsambung Kelompok 3 as PDF for free.

More details

  • Words: 4,988
  • Pages: 39
Loading documents preview...
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOLOGI KARANGSAMBUNG

DISUSUN OLEH: Abraham Rashid Haikal Amallia Nadhiaratna Oki Fimansyah Muhairiyati Yunanta Adriel Wardhana

PEMINATAN GEOFISIKA EKSPLORASI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA 2018

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas kehendak-Nya kuliah lapangan dan laporan ini dapat terlaksana dengan baik. Adapun penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Geologi Struktur. Serta, dengan tersusunnya laporan ini penulis ingin menyampaikan terkait objek-objek geoogi yang ditemukan di beberapa lokasi dan memahami keterkaitannya dengan teori yang telah dipelajari. Dalam penyusunan laporan ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Kris Hendardjo M.M, selaku dosen pembimbing mata kuliah Geologi Struktur, Gabriellla Eka Putri, M Fauzi Reza, Rizky Achmad Kurnia, dan Rizky Adityo Prastama selaku asisten kuliah lapangan, serta teman-teman yang telah memberi dukungan dan masukan kepada penulis. Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang dapat menjadi evaluasi kami dala menyempurnakan laporan ini. Demikian semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Karangsambung, 30 Juni 2018

Tim Penulis

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………1 DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...2 BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...4 1.1

Latar Belakang ………………………………………………………………..………...4

1.2

Tujuan Penulisan...……………………………………………………………...……….4

1.3

Manfaat Penulisan………………………………………………………………...……..5

BAB II ISI………………………………………………………………………………………...6 2.1

Kampus LIPI………………………………………………………………………..…...6

2.2

Formasi Karangsambung Desa Banjarsari……………………………………………....7

2.3

Formasi Totogan Gunung Bujil………………………………………………………… 8

2.4

Bukit Konglomerat Pesanggrahan……………………………………………………….8

2.5

Sungai Luk Ulo……………………………………………………………………….…9

2.6

Batu Duit Kampus Lipi ……………………………………………………………......10

2.7

Formasi Karangsambung Watu Tumpang……………………………………………...11

2.8

Columnar Joint Gunung Parang………………………………………………………..12

2.9

Batas Formasi Kali Mandala…………………………………………………………...13

2.10 Penampang Geologi Kalimandala-Kampus LIPI………………………………………14 2.11 Batuan Mica Schist Kali Brengkok……………………………………………………..15 2.12 Perselingan Rijang-Gamping Kali Muncar…………………………………………….16 2.13 Batuan Serpentinit Pucangan…………………………………………………………...17 2.14 Morfologi Formasi Melange-Waturanda-Totogan……………………………………..18 2.15 Pertambangan Marmer Totogan………………………………………………………..19 2.16 Singkapan Batuan Filit Bukit Cipako…………………………………………………..20 2.17 Batuan Tuff Desa Wonotirto…………………………………………………………...21 2.18 Perselingan Rijang-Gamping Bukit Wagirsambeng……………………………………22 2.19 Amphitheater Wagirsambeng…………………………………………………………..23

2

2.20 Batas Formasi Waturanda-Panosogan di Kali Gending………………………………...24 BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..27 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………..28 BIODATA……………………………………………………………………………………….29 LAMPIRAN……………………………………………………………………………………..34

3

BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Ilmu geofisika tidak dapat terlepas dengan fenomena-fenomena geologi. Hasil yang diperoleh dengan metode geofisika kemudian akan diinterpretasikan dengan menggunakan ilmu geologi. Diperlukan daerah observasi yang dapat menunjang proses pemahaman objek-objek geologi. Dan melakukan pemetaan geologi untuk mendapatkan informasi yang terdapat dalam suatu daerah penelitian yang menggambarkan penyebaran batuan, struktur, dan penampakan morfologi bentang alam. Daerah karangsambung berada di daerah kebumen Jawa Tengah. Batas wilayah daerah ini adalah utara berbatasan dengan wilayah Banjarnegara, di timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kebumen dan disebelah barat berbatasan dengan wilayah Gombong. Daerah Karangsambung ini merupakan salah satu tempat tersingkapnya batuan campuran, yaitu kompleks Melange Luk Ulo yang berumr kapur akhir sampai paleosen. Satuan batuan ini dianggap sebagai produk jalur subduksi purba Pre-Tersier yang memiliki umur kapur, yang diamati mulai dari jawa barat selatan (Ciletuh). Komplek Melange Luk Ulo ditutupi oleh sedimen-sedimen paleogen yang terdiri dari formasi Karangsambung dan formasi Totogan. Kedua satuan batuan ini terdiri dari batu lempung dengan fragmen-fragmen atau bongkahan batuan asing yang tercampur didalamnya, yang dianggap sebagai olistostrom. Daerah ini juga dipilih sebagai lokasi kuliah kapangan karena adanya sarana dan fasilitas yang memadai yang disediakan oleh Kampus LIPI Karangsambung. 1.5 Tujuan Penulisan Penulisan laporan ini bertujuan untuk menyampaikan informasi yang diperoleh mengenai objek-objek geologi yang ditemukan di lokasi, melihat keterkaitan objek-objek pada beberapa lokasi yang menyusun suatu formasi yang komlpleks, serta mengaitkan fenomena-fenomena ini dengan teori yang telah dipahami.

4

1.6 Manfaat Penulisan Manfaat yang diproleh dari kuliah lapangan ini adalah: 1. Dapat mempelajari dan menambah ilmu pengetahuan tentang geomorfologi daerah Karangsambung. 2. Dapat mengenali dan mengidentifikasi berbagai jenis batuan di daerah Karangsambung. 3. Meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT.

5

BAB II ISI 2.1 Kampus LIPI Lokasi

: Kampus LIPI

Hari, tanggal : Minggu, 24 Juni 2018 Pukul

: 08.13 WIB

Cuaca

: Cerah

Pada lokasi pertama ini, bertujuan untuk

menentukan

posisi

pengamat

terhadap objek acuan pada peta topografi dengan menggunakan kompas geologi. Bagian-bagian

dari

kompas

geologi

terlihat pada Gambar 2.1. Peta topografi yang

digunakan

adalah

peta Gambar 2.1 Kompas Geologi

Karangsambung skala 1:30000.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah : 1. Menentukan objek bentang alam yang berbeda pada peta topografi, dalam pengamatan ini ditentukan objek yang terlihat adalah Gunung Paras dan Gunung Brujul. 2. Kompas dikondisikan sedemikian rupa agar posisinya horizontal dengan mempertahankan bull’s eye pada keadaan seimbang 3. Cermin diatur sehingga lubang pembidik terlihat puncak gunung yang menjadi acuan. 4. Membaca jarum utara kompas, setelah jarum kompas berada pada keadaan seimbang. Hasil penembakkan Gunung Brujul yaitu 200°North East dan pada Gunung Paras yaitu 63°North East. Kemudian arah-arah tersebut ditarik pada peta dengan menggunakan busur derajat dan mistar. Titik potong dari kedua garis tersebut akan berpotongan di satu titik yaitu lokasi pengamat.

6

2.2 Formasi Karangsambung Desa Banjarsari Lokasi

: Desa Banjarsari

Hari, tanggal : Minggu, 24 Juni 2018 Pukul

: 10.27

Cuaca

: Cerah Pada lokasi ini dilakukan untuk melihat formasi Karangsambung Desa Banjarsari.

Untuk melihat batas lithologi dilakukan dengan mengamati keadaan morfologi, vegetasi, dan warna pelapukannya. Pada titik pertama menuju desa Banjarsari, terdapat sungai yang memisahkan jalan. Secara morfologi, terlihat adanya perbedaan dimana pada bagian sebrang sungai menjadi tanjakkan, sedangkan sisi lainnya cenderung datar. Tetapi secara lithologi keduanya sama, secara vegetasi keduanya terdapat pohon jati dan pohon pisang, dan secara pelapukan keduanya sama. Sehingga disimpulkan keduanya masih satu formasi Karangsambung. Selanjutnya, di sungai desa Banjarsari terlihat adanya batuan lempung. Lempung Karangsambung ini lingkungan pengendapannya adalah laut dalam, hal ini terlihat dari lempungnya yang berwarna hitam akibat reduksi. Sedangkan bagian atas lempung hitam terdapat lempung yang berwarna cokelat, hal ini disebabkan adanya pengangkatan muka air laut sehingga kemudian tererosi dan mengalami pelapukan kimia (oksidasi). Terlihat pula bongkah-bongkah batupasir dan batuan beku turbidit. Intrusi batuan beku ini fragmenfragmennya halus sehingga tergolong hipokristalin. Intrusi ini mengakibatkan baking effect sehingga batuan sekitarnya menjadi terkompaksi. Sehingga semakin jauh dari intrusi tersebut, lempungnya semakin halus.

Gambar 2.2 Sungai Desa Banjarsari

7

2.3 Formasi Totogan Gunung Bujil Lokasi

: Gunung Bujil

Hari, tanggal : Minggu, 24 Juni 2018 Pukul

: 15.03 WIB

Cuaca

: Cerah Untuk sampai ke lokasi Gunung Bujil perlu melewati area pematang sawah. Di

lokasi ini tergolong formasi totogan yang memiliki batuan tuff, dimana batuan ini tidak terdapat di formasi karangsambung. Berdasarkan keterangan para asisten dan Ridho, batuan di dinding Gunung Bujil sangat keras ketika dipukul dengan palu geologi, sehingga dapat disimpulkan batuan ini berasal dari intrusi magma yang membeku.

2.4 Bukit Konglomerat Pesanggrahan Lokasi

: Bukit Pesanggrahan

Hari, tanggal : Senin, 25 Juni 2018 Pukul

: 09.38 WIB

Koordinat

: (0353355;91655119)

Cuaca

: Berawan Lokasi ini disebut juga bukit konglomerat, dimana pembentukkan mineral

batuannya bergantung pada batuan yang berada di hulu sungai. Semakin ke bawah terbawa arus, batuannya semakin terkikis sehingga matriks batuannya rounded halus. Secara umum, batu konglomerat ini terdiri dari fragmen dan matriks. Matriks yang mengikat fragmen besar dapat berupa campuran pasir, lumpur, dan semen kimia. Lingkungan pengendapan batuan ini berada pada sepanjang aliran sungai, hal ini karena dibutuhkan air yang kuat untuk mengangkut partikel fragmen yang mengakumulasi batuan konglomerat ini. Bentuk rounded dari fragmen ini mengindikasikan terjadinya pengikisan dan sortas oleh aliran air selama proses transportasi. Selain itu terdapat pula singkapan konglomerat di Bukit Pesanggrahan yang sudah terkena pelapukan fisik dan kimia. Serta batuan konglomerat yang telah terdeposisi sehingga menjadi hancur dan tersisa fragmen-fragmen saja. Ketika diteteskan larutan HCl, batuan konglomerat ini tidak bereaksi karena merupakan batuan sedimen klastik.

8

2.5 Sungai Luk Ulo Lokasi

Gambar 2.3 Batu Konglomerat Banjarsari

: Sungai Luk Ulo

Hari, tanggal : Senin, 25 Juni 2018 Pukul

: 10.02 WIB

Koordinat

: (0353256;9165562)

Cuaca

: Berawan Sungai Luk Ulo merupakan sungai utama yang mengalir dari utara ke selatan pada

daerah Karangsambung. Pembelokkan sungai Luk Ulo ini disebabkan adanya bukit Pesanggrahan yang merupakan batu konglomerat. Diperoleh beberapa batuan konglomerat yang masi utuh dan belum mengalami fragmen yang mendominasi adalah fragmen berwarna putih yaitu mineral feldspar dan fragmen berwarna hitam dari batuan beku seperti andesit. Terdapat pula batu dasit yang merupakan batuan beku berwarna putih keabu abuan dengan fragmen- fragmen mineral berwarna putih besar, hal ini disebabkan pengaruh mineral mafic yang kecil dan plagioklas yang dominan.

9

Gambar 2.4 Batu Konglomerat di Sungai Luk Ulo Banjarsari

2.6 Batu Duit Kampus LIPI Lokasi

: Kampus LIPI

Hari, tanggal : Senin, 25 Juni 2018 Pukul

: 10.30 WIB

Koordinat

: (0353518;9165651)

Cuaca

: Cerah Pada lokasi ini yang diamati adalah bati gamping (batu Duit) yag berada didepan

kampus lipi, namun keadaannya sudah mengalami pelapukan dan tertutu lumut. Batu gamping ini tergolong batuan sedimen non klastik. Hal ini karena pembentukannya berasal dari pengendapan foraminifera atau kerangka binatang dilaut dalam. Adapun ciri yang terlihat dari batuan ini adalah berwarna putih, keras , dan berongga. Ketika diteteskan dengan HCL batu ini beraksi karena mengandung karbonat, reaksinya antara lain + 2 HCl

O+

Reaksi ini telihat berlangsung cukup cepat dipemukaan. Fosil batuan terdiri dari dua yaitu bentonik dan planktonic. Pada fosil planktonic berasal dari organisme ringan dan mengendap dipermukaan. Sedangkan, fosil bentonik berasal dai organisme berat seperti coral dan alga sehingga pengendapannya di laut dalam. Fosil bentonik ini menyusun batu duit. Batu gamping ini merupakan jenis batu gamping nummulitas yang pembentukannya juga dipengaruhi oleh naik turun muka air laut dan gaya endogen.

10

Gambar 2.5 Batu Duit

2.7 Formasi Karangsambung Watu Tumpang Lokasi

: Watu Tumpang

Hari, tanggal : Senin, 25 Juni 2018 Pukul

: 10.45 WIB

Koordinat

: (0353626;9166045)

Cuaca

: Cerah Pada lokasi Watu Tumpang ini, terdapat tumpukkan batu alam berukuran besar

yang merupakan batuan beku. Batuan beku ini berasal dari magma yang keluar dan terkena kontak dengan batuan local sedimen. Batuan beku besar ini berada di aliran sungai, dimana aliran sungai mengikuti aliran sungai. Hal ini dimungkinkan karena area ini sebelumnya merupakan patahan atau area rendah yang memudahkan aliran fluida. Pada lokasi ini terjadi pula fenomena baking effect seperti di Desa Banjarsari. Fenomena ini yaitu ketika lempung lunak terkena kontak panas kemudian menjadi lebih kompak. Terlihat bahwa batuan beku ini menumpang pada batuan sedimen lempung.

11

Gambar 2.6 Batu Duit

2.8 Columnar Joint Gunung Parang Lokasi : Gunung Parang Hari, tanggal : Senin, 25 Juni 2018 Pukul : 11.25 WIB Koordinat

: (0353256;9166236)

Cuaca : Cerah Pada lokasi ini objek yang diamati adalah struktur geologi berupa columnar joint.Columnar joint ini umumnya terbentuk pada batuan basalt atau batuan beku ekstrusif. Ketika lava tererpusi pada permukaan bumi, maka lava akan mengalami pendinginan. Ketika proses pendinginan ini terjadi gradien temperature. Umumnya bagian aliran lava lebih dingin dari bagian bawahnya. Ketika lava tersebut mendingin akan terjadi pengerutan, sehingga menyebabkan retakan atau patahan. Bentuk alami rekahannya adalah hexagonal atau polygon. Pendinginan ini menyebabkan bentuk yang berbeda-beda karena tergantung pada komposisi dari jenis aliran lava. Sehingga terbentuklah kolom-kolom tiang tersebut. Terdapat pula bagian beku yang berwarna merah, hal ini akibat teroksidasi di permukaan. Jenis batuan beku kolom tiang ini adalah batuan beku diabas.

12

Gambar 2.7 Columnar Joint

2.9 Batas Formasi Kali Mandala Lokasi

: Kali Mandala

Hari, tanggal : Senin, 25 Juni 2018 Pukul

: 11. 46 WIB

Koordinat

: (0353110;9166283)

Cuaca

: Cerah Pada lokasi ini terlihat adanya batas perbedaan formasi dan umur batuan. Pada

sebelah selatan jembatan secara vegetasi terlihat tumbuh-tumbuhan seperti kelapa dan tumbuhan dikotil, sedangkan pada sisi utara terdapa pohon-pohon pinus. Secara morfologi, terlihat perbedaan pada ketinggian permukaan tanah dimana sebelah selatan jembatan cenderung menanjak, secara warna pelapukan pun terlihat berbeda dimana sebelah utara jembatan cenderung gelap, begitu pula secara lithologi. Kedua formasi ini menunjukkan bahwa pada sebelah utara jembatan terbentuk pada masa pra tersier dan seblah selatan pada masa tersier. Sementara seharusnya tersier berada di atas pra tersier. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya endogen. Untuk mengetahui arah gaya endogen, yang bekerja pada formasi ini, dilakukan pengukuran strike menggunakan kompas geologi. Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan papan pada rekahan atau fracture batuan di kali mandala, kemudian menempelkan arah atau sisi east kompas pada papan tersebut. Setelah itu, menyeimbangkan bull’s eye nya, dan mencatat arah dari strike tersebut. Data yang diambil adalah 50 data per orang, sehingga diperoleh 250 data. Hasil yang diperoleh gaya endogen yang bekerja di lokasi ini yaitu 22° North West. Diagram Roset terdapat pada lampiran. 13

2.10 Penampang Geologi Kalimandala-Kampus LIPI Lokasi

: Kalimandala-Kampus LIPI

Hari, tanggal : Selasa, 26 Juni 2018 Pukul

: 08. 11 WIB

Koordinat

: (0353140;9166349) sampai (0353543;91655265)

Cuaca

: Cerah Lintasan geologi merupakan rangkaian

pengamatan yang didapatkan dengan cara melintasi suatu wilayah, yang hasilnya akan disajikan kedalam penampang geologi atau lintasan geologi. Langkah-langkah yang dilakukan untuk memperoleh lintasan memerlukan kompas geologi 2 buah untuk mengukur sudut naik-turun dan beloknya jalan, serta menggunakan aplikasi viewranger.

Gambar 2.8 Peta Lintasan Batu Duit

Pengukuran lintasan dilakukan secara terbuka, artinya titik pengamatan berakhir pada lokasi yang berbeda dengan lokasi awalnya. Untuk mengukur kemiringan jalan, langkah yang dilakukan pertama kali, yaitu memegang kompas dengan posisi vertikal dengan posisi cermin di sebelah kanan. Melalui lubang pembidik dan jendela pandang, bidik titik yang dituju dan menjadi acuan. Kemudian atur klinometer dengan memutar pengatur di bagian belakang kompas sehingga gelembung udara pada clinometer level berada tepat di tengah, kemudian

membaca

skala

yang

ditunjukkan. Untuk mengukur sudut belok memiliki langkah-langkah

yang sama

seperti ketika mencari posisi pengamat terhadap

acuan

tertentu

pada

lokasi

Kampus LIPI hari pertama. Selain itu juga dilakukan pengamatan vegetas lithologi dan warna pelapukan.

Gambar 2.9 Penampang Geologi 14

2.11 Batuan Mica Schist Kali Brengkok Lokasi

: Kali Brengkok

Hari/Tanggal: Rabu, 27 Juni 2018 Pukul

: 09.00 WIB

Cuaca

: Cerah Pada kuliah lapangan hari ke-5 kami melakukan pengamatan di Kali Brengkok,

pada lokasi ini dilakukan identifikasi jenis batuan dan berdasarkan pengamatan terlihat bahwa lithologinya mengkilap dan berfoliasi (pensejajaran mineral). Jenis foliasinya adalah sekistosic dimana adanya susunan paralel mineral-mineral pipih, prismatic atau lenticular yang berukuran butir sedang sampai kasar. Berdasarkan ini diidentifikasi batuannya adalah sekis mika, namun perlu parameter-parameter lainnya. Mineral pada batuan ini adalah antara lain mineral kuarsa dan feldspar serta mika. Adanya mineral mika ini karena kemungkinan adalah memiliki lingkungan pengendapan batu pasir yang banyak mengandung mika. Batuan sekis mika ini masih tergolong Melange (bukan mélange oliostrom) karena berada pada zona subduksi sehingga terkena proses tektonik. Selain mika schist terdapat juga batuan gneiss namun didominasi oleh batuan mika schist. Perbedaannya adalah batuan gneiss memiliki mineral granuler dan mineral tabular (mineral ferromagnetism). Penjajaran ini umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus sehingga lebih kasar dari batu sekis mika. Batuan ini adalah batuan tertua yang tersingkap di Pulau Jawa, umurnya sekitar kurang lebih 117 Juta tahun. Pada lokasi ini juga terlihat kekar-kekar intensif pada batuannya, sehingga bisa diketahui arah gaya dan waktu tektonik. Apabila hal ini ditemukan di mélange, ketika di ukur strikenya tidak bisa diketahui gayanya karena batuannya sudah transportasi. Mika schist ini juga mengandung emas sangat sedikit, terlihat dari kuarsanya.

15

2.12 Perselingan Rijang-Gamping Kali Muncar Lokasi

: Kali Muncar

Hari/Tanggal : Rabu, 27 Juni 2018 Pukul

: 09.35 WIB

Koordinat

: (0353435;4165778)

Cuaca

: Cerah Pada destinasi berikutnya kami menuju Kali Muncar, lokasi ini disebut juga Watu

Kelir oleh masyarakat, karena kenampakannya seperti pagelaran wayang kulit dengan lava bantal sebagai gong dan perselingan rijang-gamping sebagai layarnya. Batu rijang adalah batu sedimen mikrokristalin yang tersusun atas silika. Sedangkan batu gamping adalah batuan sedimen yang komponen utamanya adalah kalsium karbonat (CaCO 3) dalam bentuk kalsit. Umumnya batu gamping terbentuk di laut dangkal pada perairan hangat, sehingga ideal untuk organisme membentuk kalsium karbonat sebagai sumber bahan pembentuk batu gamping. Sedangkan pada rijang, bahan silika dioksidasinya berasal dari organisme dengan lingkungan pengendapan laut dalam, dimana organisme tersebut adalah radiolaria. Organisme ini memiliki cangkang kaca silika yang licin. Batuan yang mengandung karbonat akan larut jika berada di zona CCD (Carbonate Composition Depth), dan batuan non-karbonat akan dapat melewati zona CCD. Maka, batuan di atas zona CCD adalah gamping (merah terang) dan batuab di bawah zona CCD adalah batu rijang (merah gelap). Kedalaman CCD itu berbeda-beda sekitar 2000m, tetapi komposisi air lautnya juga mempengaruhi. Perselingan rijang-gamping ini secara vertical, hal ini disebabkan oleh adanya gaya atau struktur dengan begitu hukum superposisi dan asas horizontal (pengendapan terjadi secara horizontal kecuali pada cekungan). Pada bagian atau perselingan ini, terdapat juga lava bantal dengan jenis batuan beku basalt. Ketika lava naik ke atas, lava panas terkena kontak gradien temperature dengan air laut, sehingga suhu turun secara drastic sehingga berbentuk bantal. Karena posisi perselingan yang cenderung vertical hampir 90 derajat, untuk mengetahui susunan bawah dan atasnya dapat dilihat dari ofiolit. Ofiolit merupakan series batuan yang diinterpretasikan menyusun kerak samudera. Susunan ofiolit paling atas adalah sedimen laut dalam (batu rijang atau chert) dan dilanjutkan oleh lava bantal, basalt 16

(struktur terang), plagrogranit gabro massif berlapis dan peridotit. Maka dapat disimpulkan perselingan ini yang paling bawah adalah rijang dan diikuti oleh gamping. Selain itu peyebab kerak samudera ini bisa ada di permukaan, bisa disebabkan oleh adanya patahan yang sangat besar, patahan ini adalah patahan Kebumen-Muria sebagai arah sinistral dan Jatibarang dekstral. Pada lokasi ini jugua terdapat batu eclogyte yaitu batuan metamorf terbentuk dari temperature dan tekanan tinggi, selain itu juga ditemuka batu mika schist dan green schist.

Gambar 2.10 Watu Kelir

2.13 Batuan Serpentinit Pucangan Lokasi

: Pucangan

Hari/Tanggal : Rabu, 27 Juni 2018 Pukul

: 11.17 WIB

Koordinat

: (0355760;4168403)

Cuaca

: Berawan Pada lokasi ini dijumpai singkapan batuan serpentinite bewarna gelap kehijauan,

dengan kandungan silikat yang rendah dan suhunya rendah. Batuan serpentinite kaya akan olivine dan merupakan batuan metamorf. Batuan metamorf ini berasal dari ubahan batuan beku ultrabasa hasil pembekuan magma dari dalam bumi. Pada rekahan batuan serpentinite sering dijumpai urat-urat bewarna hijau yang biasa disebut asbes.

17

2.14 Morfologi Formasi Melange-Waturanda-Totogan Lokasi: Totogan Hari/Tanggal: Rabu, 27 Juni 2018 Pukul: 12.39 WIB Koordinat: (0353804;91686633) Cuaca: Cerah Pada lokasi pengamatan ini dilakukan pengamatan berupa formasi, untuk melihat perbedaan morfologi pada daerah Melange, Waturanda, dan Totogan. Untuk membedakannya dapat dilihat dari beberapa factor yaitu lithologi, iklim, dan aktivitas manusia. Pada formasi Melange terlihat bahwa perbukitannya tajam, hal ini karena blokblok batuan yang membentuk tiap-tiap bukit tersusun dari batuan yang berbeda-beda (heterogen), selain itu pembentukannya adalah pada zaman pra-tersier. Pada formasi Waturanda, terlihat bahwa perbukitannya landau, hal ini karena batuan-batuan pada perbukitannya cenderung homogen seperti pasir dan breksi. Pada daerah Totogan terlihat sekilas satu morfologis dengan Waturanda, tetapi terlihat datarannya lebih rendah. Selain itu batuannya lebih resisten pada formasi Waturanda disbanding Totogan. Pada daerah Totogan ini lithologi batuannya lebih lunak, yaitu lempung. Selain itu pada daerah ini terdapat batuan metamorf berupa marmer yang merupakan ubahan dari batu gamping akibat suhu yang tinggi. Secara iklim dan factor aktivitas manusia tidak berbeda jauh.

18

Gambar 2.11 Panorama Formasi Melange-Totogan-Waturanda

2.15 Pertambangan Marmer Totogan Lokasi

: Tambang Marmer

Hari/Tanggal : Rabu, 27 Juni 2018 Waktu

: 12.39 WIB

Koordinat

: (0353804;9168633)

Cuaca

: Cerah Pada destinasi selanjutnya di hari ini, dilakukan pengamatan jenis batuan metamorf

marmer. Batuan metamorf ini memiliki protolit atau hasil ubahan batu gamping akibat pengaruh temperature yang tinggi. Gamping pada lempeng samudera yang terendapkan masuk ke zona subduksi sehingga dipengaruhi tekanan tinggi dan bermetamorfosis menjadi marmer dan tersingkap ke permukaan. Ciri-ciri batuan marmer terlihat dari strukturnya yang kompak. Marmer juga memiliki gugusan kristal yang relative sama. Tekstur batuannya juga halus, tetapi ada juga yang kasar. Batu marmer tersusun dari mineral kalsit yang memiliki mineral kuarsa, tremolite, mika, dan mineral silikat lainnya. Proses metamorfosa yang bersifat kontak dari batuan intrusi magma yang menerobos batu lempung. Pada metamorphosis regional, berada pada skala luas dan tekanan yang besar. Pada metamorphosis dinamotermal disebabkan pergerakan yang menghasilkan panas maka batuan sekitarnya akan terubahkan. Berdasarkan pengamatan, ditemuka dua jenis marmer yaitu marmer yang belum matang dan marmer yang telah matang. Marmer yang 19

sudah matang ketika diteteskan HCl tidak akan bereaksi. Maka batuan marmer ini tergolong metamorphosis dinamotermal. 2.16 Singkapan Batuan Filit Bukit Cipako Lokasi

: Sungai Lukulo – Bukit Cipako

Hari/Tanggal : Rabu, 27 Juni 2018 Waktu

: 13.57 WIB

Koordinat

: (03529857;9166544)

Cuaca

: Cerah Pada lokasi berikutnya ini ditemukan singkapan batuan Filit, yang tergolong batuan

metamorf. Batuan ini adalah batuan metamorf derajat rendah, batuan ini secara visual dapat dilihat pada bagian atas berwarna hitam dan bagian bawahnya berwarna putih karena adanya pengaruh sungai. Batuan ini masih termasuk zona Melange yang protolitnya adalah batuan sedimen lempung. Pada pembentukan batuan ini, factor tekanan lebih dominan. Sungai ini dari Wonosobo ke Laut Selatan Jawa membelah kota Kebumen. Dengan adanya sungai ini menggeres batuan tua sehingga tersingkap. Perbatasannya di Kali Mandala.

Gambar 2.12 Sungai Luk Ulo Bukit CIpako

20

2.17 Batuan Tuff Desa Wonotirto Lokasi

: Desa Wonotirto

Hari, tanggal : Kamis, 28 Juni 2018 Pukul

: 08.47 WIB

Koordinat

: (0353110;9166283)

Cuaca

: Cerah Pada lokasi ini diamati batuan yang tidak

ada di formasi Karangsambung, yaitu batuan

Gambar 2.13 Batuan Tuff

tuff. Berdasarkan proses pengamatan, batuan ini memiliki tekstur yang fragmental, dengan struktur berlapis kristalisasinya diduga tergolong holohyaline (mineral penyusunnya dominan glass). Teksturnya yang fragmental ini diasumsikan tergolong fine grained (<2mm). Selain itu, juga dilakukan identifikasi dengan menaruh batu tuff di ujung lidah, jika benar maka batu tersebut tidak akan jatuh. Melalui hal ini diperoleh bahwa pori-pori batuan tersebut sangat kecil sehingga bisa menempel di lidah, serta menunjukkan bahwa batuan ini terbentuk dari proses abu gunung api. Sebagaimana diketahui batuan tuff petrogenedanya adalah hasil letusan gunung api dan kemudian terendapkan. Tuff adalah jenis batu yang terdiri dari kosolidasi abu vulkanik yang di keluarkan selama letusan gunung berapi. Produk dari letusan gunung api adalah gas vulkanik, lava, uap dan tephra. Magma meledak ketika berinteraksi massif dengan gad vulkanik dan uap. Hasil yang bersifat padat akan dilemparkan ke udara oleh letusan gunung berapi seperti tephra, puing-uing batuan, debu, dan material lainnya dari dalam ventilasi vulkanik. Material-material ini disebut ejecta. Jika potongan-potongan yang dihasilkan ejecta cukup kecil, materi ini disebut abu vulkanik (partikel-partikel ini kurang dari 2mm). dalam pembentukkan batu tuff, ejecta akan terlempar ke udara dan jatuh ke permukaan bumi di sekitar area gunung berapi tersebut. Jika ejecta ini mengalami kompaksi dan sementasi membentuk batuan, maka batuan tersebutlah yang biasa disebut tuff.

21

Berdasarkan struktur dan tekstur batuan tuff terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain : 

Weldered Tuff :merupakan tufa yang identik memiliki aliran tang sama dengan aliran lavanya. Hal ini disebabkan karena fosil yang berjalan ke seluruh bagian pada tufa saat pengendapan.



Sindered Tuff :terbentuk karena adanya pencampuran dari bahan-bahan tufa panas yang berasal dari aliran lava saat pengendapan



Pumiceous:suatu jenis tufa yang memiliki pori-pori vesikuler yang bersifat halus

2.18 Perselingan Rijang-Gamping Bukit Wagirsambeng Lokasi

: Bukit Wagirsambeng

Hari, tanggal : Kamis, 28 Juni 2018 Pukul

: 09.34 WIB

Koordinat

: (0353110;9166283)

Cuaca

: Cerah Gunung Wagirsambeng ini berada di sebelah

batar sungai Luk Ulo. Lokasi ini memiliki beberapa singkapan yang terdiri dari dua batuan, yaitu perlapisan rijang dan gamping merah. Perlapisan ini ada yang hamper tegak lurus, maupun menunjukkan struktur. Batu rijang adalah batuan sedimen mikrokristalin atau kriptokristalin yang tersusun atas silika, dengan permukaan yang licin. Mineral silika ini berasal dari

Gambar 2.14 Batu RijangGamping

organisme di lingkungan pengendapan laut dalam organisme ini adalah radiolaria yang memiliki cangkang kaca mengandung silika yang licin. Rijang ini ditunjukkan pada batuan yang berwarna merah gelap. Batu gamping merupakan batuan sedimen organik yang terbentuk dari akumulasi cangkang, karang, alga, dan pecahan sisa organisme. Batu gamping ini enyusun utamanya adalah kalsim karbnat (CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit. Umumnya batuan gamping terbentu di laut dangkal, tenang, dan perairan yang hangat. Lingkungan ini merupakan lingkungan ideal dimana

22

organisme mampu membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton sebagai sumber batuan pembentuk batu gamping. Dalam geologi, batu gamping pelagic diendapkan secara baik pada masa mesozoik dan kenozoik, namun tidak pada paleozoik, karena kemungkinan sudah mengalami subduksi lempeng samudera. Salah satu hal penting yang mengontrol pengendapan batuan karbonat pelagic adalah adannya zona CCD. Pada kedalaman tertentu (sekitar >2000m), kalsium karbonat tidak dapat terendapkan karena kecepatan pengendapan kalsit seimbang dengan kecepatan pelarutnya. Proses pelarutan ini dipengaruhi oleh pengurangan suhu, peningkatan tekanan, dan penambahan karbon dioksida pada kedalaman air laut yang besar. Serta silika lah yang dapat bertahan di bawah zona CCD. Sehingga, perselingan ini diawali oleh rijang dan dilanjutkan dengan gamping dan seterusnya. Berselang-selingnya batuan rijang dengan gamping merah ini menunjukkan adanya perubahan tinggi muka air laut. Fakta ini mengarah pada dua teori utama yaitu tinggi muka air laut dipengaruhi oleh proses pengangkatan lapisan batuan yang terjadi dalam beberapa tahapan, serta proses glasiasi atau pergeseran benua yang menyebabkan surut dan naiknya muka air laut.

2.19 Amphitheater Wagirsambeng Lokasi

: Bukit Wagirsambeng

Hari, tanggal : Kamis, 28 Juni 2018 Pukul

: 11. 21 WIB

Koordinat

: (0353110;9166283)

Cuaca

: Cerah Sebgaiamana telah disebutkan di atas, Gunung Wagirsambeng berada disebelah

barat sungai Luk Ulo, dari lokasi ini dapat disaksikan bentang alam amphitheater, yaitu bentang alam berupa bentukkan seperti ladam kuda dengan lembah memanjang ditengahnya. Puncak gunung yang terlihat adalah puncak Gunung Paras dan Gunung Bujil. Berdasarkan literatur dan pengamatan struktur lipatan utama, yang ada di daerah Karangsambung ini, adalah lembah antiklin. Meskipun kedudukan lapisan yang mencerminkan struktur antiklin ini hanya bisa diukur pada formasi batuan teratas, tetapi struktur antiklin ini juga melibatkan formasi-formasi yang lebih tua. Hal ini berdasarkan 23

konsep bahwa jika suatu batuan terletak lebih atas dari batuan lainnya terkena pengaruh gaya, maka batuan yang terletak di bawahnya juga terpengaruh oleh gaya tersebut. Selain itu, puncak dari gunung Paras merupakan bagian dari struktur lembah antiklin tersebut. Berdasarkan sumbu arah barat-timur, terlihat bahwa gaya yang menyebabkan terbentukknya lipatan berarah utara-selatan. Dengan menghubungkan teori tektonik lempeng, maka gaya iniberasal dari tumbukkan antara lempeng Hindia-Australia dengan lempeng Eurasia. Sebelum menyebabkan terbentuknya lipatan, gaya ini telah menyebabkan terbentuknya cekungan tempat diendapkannya formasi-formasi yang terlipat tersebut. Pada saat ini, struktur lipatan yang ada telah berubah menjadi lembah antiklin (Karangsambung) dan punggungan sinklin (Gunung Paras). Hilangnya antiklin ini akibat erosi.

Gambar 2.15 Amphitheater Bukit Wagirsambeng

2.20 Batas Formasi Waturanda-Panosogan di Kali Gending Lokasi: Kali Gending Hari/Tanggal: Jumat & Sabtu, 29 & 30 Juni Pukul: 09.02 Koordinat: (035446,9161578) Cuaca: Cerah Di lokasi ini kami melakukan pengamatan pada perbatuanan antara formasi Waturanda dengan formasi Panosogan. Ketika menuju lokasi, dilakukan penyusuran sungai karena sebagaimana diketahui pada daerah tropis memiliki tempat pengendapan di sungai sedangkan jika menyebrangi sungai akan menuju ke lokasi pelapukan. Terlihat bahwa selama perjalanan mulai ditemui boulder-boulder besar, hal ini menunjukkan bahwa 24

kita sudah mendekati hilir sungai. Tetapi belum terlihat benjolan-benjolan breksi, karena masih di formasi Panosogan yang batuannya halus-halus. Pada formasi batuan panosogan menunjukkan batuan pasir gampingan lokasi ini berada di selatan, sedangkan di bagian utara, pada formasi Waturanda berupa breksi yang mempunyai ciri khusus dimana fragmennya runcing yaitu andesit dan mengandung mineral di dalamnya yaitu piroksin dan plagioklas. Ciri khas Waturanda adalah batuannya breksi, formasai panosogan terdiri dari pasir-gamping, Karang Sambung berupa lempung shaly clay, formasi totogan berupa lempung abu-abu, dan formasi mélange memiliki berbagai jenis batuan baik beku, sedimen, maupun metamorf. Karenanya pada daerah mélange, hukum superposisi tidak berlaku, sehingga umur batuan tidak dapat diketahui. Formasi Waturanda, Karang Sambung, Totogan dan Panosogan umurnya dibawah 60 juta tahun dan tergolong batuan tersier. Pada formasi Waturanda ini, ditemukan singkapan besar dimana fragmennya terdapat yang berukuran 5 mm sampai kira-kira 40 cm. Bentuk fragmen yang runcingruncing diakibatkan oleh pembentukannya yang dekat dengan sumbernya. Batuan ini tergolong batuan klastik kerana berasal dari material vulkanik. Ketika ditetesi HCl, batuan breksi ini tidak bereaksi karena tidak ada kandungan kalsium karbonat CaCO 3, melainkan silika dioksida SiO2. Semakin kebawah terlihat perbatasan formasinya, diketahui bagian bawah arah selatan merupakan formasi Panosogan yang umurnya lebih muda dibandingkaan formasi Waturanda. Hal ini disebabkan gaya tektonik pada zona subduksi yang membuat formasi Waturanda yang lebih tua berada di atas. Selain itu diperolah pula dip formasi tersebut kearah selatan. Batuan di formasi Waturanda memiliki fragmen andesit dan matriks pasir. Selain itu ditemukan laminasi dari pasir yang ber-interbedding serta terdapat juga boulder yang merupakan struktur kaku dan teratur yang mengalami peregangan

dan

penggembungan.

Struktur

yang

mengalami

penggembungan kemudian pecah membentuk bentukkan seperti sosis.

25

peregangan

dan

Gambar 2.15 Batas Formasi Waturanda-Panosogan

26

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Daerah Karangsambung ini merupakan salah satu tempat tersingkapnya batuan campuran, yaitu kompleks Melange Luk Ulo yang berumur kapur akhir sampai paleosen. Satuan batuan ini dianggap sebagai produk jalur subduksi purba Pre-Tersier yang memiliki umur kapur, yang diamati mulai dari jawa barat selatan. Komplek Melange Luk Ulo ditutupi oleh sedimen-sedimen paleogen yang terdiri dari formasi Karangsambung dan formasi Totogan. Kedua satuan batuan ini terdiri dari batu lempung dengan fragmenfragmen atau bongkahan batuan asing yang tercampur didalamnya, yang dianggap sebagai olistostrom. Berbagai fenomena dan objek-objek geologi yang ditemukan di daerah Karangsambung ini menjadi miniature dan dasar bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi dan menjaga kekayaan alam.

3.2 Saran Laporan kuliah lapangan daerah Karangsambung ini terbatas pada pengalaman dan pemahaman penulis. Tentunya masih terdapat beberapa lokasi dan objek-objek geologi di dalamnya yang perlu diobservasi lebih lanjut.

27

DAFTAR PUSTAKA Harsolumakso, Agus Handoyo dan Dardji Neoradi, 1996 , Deformasi pada Formasi Karangsambung, di daerah Luk Ulo, Kebumen, Jawa Tengah. BuletinGeologi 26, 45-54 Hendardjo, Kris. 2014. Buku Panduan Kuliah Lapangan Geologi. Jakarta : Universitas Indonesia. Lobeck , A. k., 1939, Geomorphology, an Introduction to Study of Landscapes. McGarw-Hill Book Co., New York. McGraw-Hill. 2003. Dictionary of Earth Science. USA : McGraw-Hill Companies. Srijono, Ir. Dan Salahuddin. 2007. Geomorfologi : Proses dan Klasifikasi Bentang Alam. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

28

BIODATA Nama

Amallia Nadhiaratna

NPM

1506670124

Peminatan

Geofisika 2017

TTL

Jakarta, 21 Oktober 1997

Agama

Islam

Alamat

Kp. Areman RT 006 RW 008 Jl. Gotong Royong No. 62 Kel. Tugu Cimanggis Depok

Contact Person No. Hp

085776381123

ID LINE

amalliandrt

E-mail

[email protected]

29

Nama

Abraham Rashid Haikal

NPM

1506669690

Peminatan

Geofisika 2017

TTL

Depok, 6 Mei 1997

Agama

Islam

Alamat

New Serpong Estate Bloke C21

Motto

It does not do to dwell on dreams and forget to live

Contact Person No. Hp

089618136574

ID LINE

Haikalabe

E-mail

[email protected]

30

Nama

Muhairiyati

NPM

1506796126

Peminatan

Geofisika 2017

TTL

Binjai, 20 May 1997

Agama

Islam

Alamat

Asrama mahasiswa ui depok

Contact Person No. Hp

081275860634

ID LINE

Riyati20

E-mail

[email protected]

31

Nama

Yunanta Adriel Wardhana

NPM

1506721503

Peminatan

Geofisika 2017

TTL

Depok, 27 Januari 1997

Agama

Kristen Protestan

Alamat

Gema Pesona Estate Blok AE11 SUkmajaya Depok

Contact Person No. Hp

081219633921

ID LINE

Adriel27wardhana

E-mail

[email protected]

32

Nama

Oki Fimansyah Wiyatno

NPM

1506741575

Peminatan

Geofisika 2017

TTL

Jakarta, 4 Desember 1996

Agama

Islam

Alamat

Emerald view blok B19

Motto Contact Person No. Hp ID LINE

Okifw

E-mail

[email protected]

33

LAMPIRAN

34

35

36

37

38

Related Documents


More Documents from "Almustafa Sabeeh"