A. Latar Belakang: Bab I Pendahuluan

  • Uploaded by: Rezki Ishar
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View A. Latar Belakang: Bab I Pendahuluan as PDF for free.

More details

  • Words: 4,469
  • Pages: 30
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hewan percobaan adalah setiap hewan yang dipergunakan pada sebuah penelitian biologis dan biomedis yang dipilih berdasarkan syarat atau standar dasar yang diperlukan dalam penelitian tersebut.Dalam menggunakan hewan percobaan untuk penelitian diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai berbagai aspek tentang sarana biologis, dalam hal penggunaan hewan percobaan laboratorium. Pengelolaan hewan percobaan diawali dengan pengadaan hewan, meliputi pemilihan dan seleksi jenis hewan yang cocok terhadap materi penelitian (Ridwan, Endi,2013, hal: 113). Peningkatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan dibarengi dengan peningkatan kebutuhan akan hewan uji terutama mencit. Penggunaan mencit ini dikarenakan relatif mudah dalam penanganannya, ukurannya yang relatif kecil, harganya relatif murah, jumlah peranakannya banyak yaitu sekali melahirkan bisa mencapai 16-18 ekor, hewan ini memiliki sistem sirkulasi darah yang hampir sama dengan manusia serta tidak memiliki kemampuan untuk muntah karena memiliki katup di lambung, sehingga banyak digunakan untuk penelitian obat (Marbawati, Dewi dan Ikawati,2009, hal: 1). Beberapa hal yang berkaitan dengan teknik perlakuan tergadap mencit sesuai tujuan penelitian adalah cara memegang mencit, idealnya dalam memegang mencit, ekor mencit dipegang di daerah tengah ekor dengan tangan kiri, leher dipegang dengan tangan kanan dan jangan terlalu menggencet, jari telunjuk dan ibu jari memegang kuduk dan jari kelingking menjepit ekor. Adapun prosedur handlingnya adalah mencit atau tikus dipegang dengan benar, diletakkan di atas

meja/ram kawat, punggung sedikit ditekan kemudian mencit (ekor diangkat dan dilengkungkan ke belakang) (Marbawati, Dewi dan Ikawati,2009, hal: 2). B. Maksud dan Tujuan Percobaan 1. Maksud a. Mengetahui karakteristik hewan coba b. Mengetahui pemberian dari setiap hewan coba c.

Mengetahui cara pemberian obat hewab coba

d. Mengetahui cara mengkonversi dosis obat pada hewan coba 2. Tujuan a. Untuk mengetahui karakteristik hewan coba b. Untuk mengetahui pemberian dari setiap hewan coba c. Untuk mengetahui cara pemberian obat hewab coba d. Untuk mengetahui cara mengkonversi dosis obat pada hewan coba C. Prinsip Percobaan penentuan hewan coba dilakukan dengan cara menandai bagian ekor hewan dengan menggunakan label dengan bentuk-bentuk tertentu. Dengan membandingkan berbagai rute pemberian obat (oral dan intraperitonial), sehingga dapat diperoleh intensitas dari suatu obat Dengan ditimbulkan

membandingkan

peningkatan

dosis

terhadap

efek

yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori umum Penelitian yang memanfaatkan hewan coba, harus menggunakan hewan percobaan yang sehat dan berkualitas sesuai dengan materi penelitian.Hewan tersebut dikembangbiakkan dan dipelihara secara khusus dalam lingkungan yang diawasi dan dikontrol dengan ketat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan defined laboratory animalssehingga sifat genotipe, fenotipe (efek maternal), dan sifat dramatipe (efek lingkungan terhadap fenotipe) menjadi konstan. Hal itu diperlukan agar penelitian bersifat reproducible, yaitu memberikan hasil yang sama apabila diulangi pada waktu lain, bahkan oleh peneliti lain.8 Penggunaan hewan yang berkualitas dapat mencegah pemborosan waktu, kesempatan,dan biaya. Berbagai hewan kecil memiliki karakteristik tertentu yang relatif serupa dengan manusia, sementara hewan lainnya mempunyai kesamaan dengan aspek fisiologismetabolis manusia. Tikus putih sering digunakan dalam menilai mutu protein, toksisitas, karsinogenik, dan kandungan pestisida dari suatu produk bahan pangan hasil pertanian (Ridwan, Endi,2013, hal: 114). Dalam pelaksanan penelitian, peneliti harus membuat dan menyesuaikan protokol dengan standar yang berlaku secara ilmiah dan etik penelitian kesehatan. Etik penelitian kesehatan secara umum tercantum dalam World Medical Association 12, yaitu: respect (menghormati hak dan martabat makhluk hidup, kebebasan memilih dan berkeinginan, serta bertanggung jawab terhadap dirinya, termasuk di dalamnya hewan coba), beneficiary (bermanfaat bagi manusia dan makhluk lain, manfaat yang didapatkan harus lebih besar dibandingkan dengan risiko yang diterima), dan justice (bersikap adil dalam memanfaatkan hewan percobaan). Contoh sikap tidak adil, antara lain: hewan disuntik/ dibedah berulang

untuk menghemat jumlah hewan, memakai obat euthanasia yang menimbulkan rasa nyeri karena harga yang lebih murah (Ridwan, Endi,2013, hal: 114). Peningkatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan dibarengi dengan peningkatan kebutuhan akan hewan uji terutama mencit. Penggunaan mencit ini dikarenakan relatif mudah dalam penanganannya, ukurannya yang relatif kecil, harganya relatif murah, jumlah peranakannya banyak yaitu sekali melahirkan bisa mencapai 16-18 ekor, hewan ini memiliki sistem sirkulasi darah yang hampir sama dengan manusia serta tidak memiliki kemampuan untuk muntah karena memiliki katup di lambung, sehingga banyak digunakan untuk penelitian obat (Marbawati, Dewi dan Ikawati,2009, hal: 1). Mencit rumah (Mus musculus) termasuk family Muridae, sub familia Murinae, ordo Rodentia, kelas Mammalia.Mencit berukuran kecil (panjang totalnya kurang dari 180 mm) dengan berat 10 - 21 gr, hidung runcing, ekor sama atau sedikit lebih panjang dari kepala, berambut 70-110 mm, telinga berukuran 15 mm/kurang. Secara alamiah mencit (Mus muculus) melakukan aktivitas hidupnya (terutama mencari makan, berlindung, bersarang, dan berkembang biak) di dalamrumah. Jenis ini dikenal pula sebagai tikus komensal (commensal rodent) atau synanthropic, karena hidupnya di lingkungan pemukiman manusia. Di sekitar kita mencit banyak dijumpai di berbagai bagian lingkungan rumah (atap, selaseladinding, dapur, almari), gudang, kantor, pasar, selokan, dan lainlain(Marbawati, Dewi dan Ikawati,2009, hal: 1). Beberapa hal yang berkaitan dengan teknik perlakuan terhadap mencit sesuai tujuan penelitian adalah cara memegang mencit, idealnya dalam memegang mencit, ekor mencit dipegang di daerah tengah ekor dengan tangan kiri, leher dipegang dengan tangan kanan dan jangan terlalu menggencet, jari telunjuk dan ibu jari memegang kuduk dan jari kelingking menjepit ekor. Adapun prosedur

handlingnya adalah mencit atau tikus dipegang dengan benar, diletakkan di atas meja / ram kawat, punggung sedikit ditekan kemudian mencit (ekor diangkat dan dilengkungkan ke belakang) (Marbawati, Dewi dan Ikawati,2009, hal: 2). Hewan coba digunakan di dalam setiap tahap uji vaksin, baik pada tahap pengembangan, pembuatan dan kontrol kualitas.Pada tahap pengembangan, hewan digunakan untuk menyeleksi ajuvan, uji imunogenitas dan keamanan, uji metode aplikasi dan dosis formula vaksin.Pada tahap pembuatan, hewan hanya digunakan untuk menyeleksi vaksin viral. Pada tahap kontrol kualitas, hewan digunakan untuk uji nomor batch yang merupakan tahap terpenting untuk uji toksisitas dan potensi. Pemakaian hewan coba pertama kali dilakukan oleh Robert Koch yang menggunakan hewan coba berupa tikus.Terdapat berbagai hewan coba yang sering digunakan di dalam percobaan, diantaranya tikus, mencit, marmut, kelinci, anjing, dan kera. Pemakaian hewan coba dalam uji kandidat vaksin Tuberculosis (TB) memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan pemakaian hewan coba adalah : (1) mudah diinfeksi melalui rute paru-paru dan dengan dosis kecil Mycobacterium sudah cukup infektif di alveolus, sama seperti infeksi alami di manusia, (2) mudah untuk mempelajari berbagai tahapan perkembangan TB, seperti granuloma, liquifikasi, badan kavitas dan hemostasis di berbagai hewan coba kecuali di mencit, (3) gejala klinis TB seperti demam, penurunan berat badan, abnormalitas gambaran X-ray dan gangguan pernafasan mudah terlihat di hewan coba, (4) hewan coba dapat mengalami kematian akibat insufiensi pulmonari apabila tidak diterapi, sama halnya di manusia. Karena memiliki banyak kesamaan antara hewan coba dan manusia dalam hal resistensi terhadap TB, perkembangan penyakit yang berakhir dengan kematian sehingga hewan coba dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai kandidat vaksin TB.Pemilihan

hewan coba yang sesuai sangat penting agar dapat tercapai tujuan penelitian. Tulisan ini menguraikan berbagai macam hewan coba yang dapat digunakan dalam penelitian pengembangan vaksin TB beserta kelebihan dan kekurangan, sehingga pembaca dapat menentukan hewan coba yang sesuai untuk dipakai dalam penelitian TB (Novita,2015, hal: 14-15). Tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai jenis hewan dan manusia Hewan

Mencit

Tikus

Marmut

Kelinci

Kucing

Kera

Anjing

Manusia

percobaan

20 g

200 g

400 g

1,5 kg

2 kg

4 kg

12 kg

70 kg

1,0

7,0

12,25

27,8

29,7

64,1

124,2

387,9

0,14

1,0

1,74

3,9

4,2

9,2

17,8

56,0

0,08

0,57

1,0

2,25

2,4

5,2

10,2

31,5

0,04

0,25

0,44

1,0

1,08

2,4

4,5

14,2

0,03

0,23

0,41

0,92

1,0

2,2

4,1

13,2

0,016

0,11

0,19

0,42

0,45

1,0

1,9

6,1

0,008

0,06

0,10

0,22

0,24

0,52

1,0

3,1

0,0026

0,018

0,031

0,07

0,076

0,16

0,32

1,0

Mencit 20 g Tikus 200 g Marmut 400 g Kelinci 1,5 kg Kucing 2 kg Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg

(Modul praktikum, 2017 : 10)

B. Klasifikasi Hewan Coba a. Mencit (Mus musculus) (Harmita, 2008: 67) Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Sub Filum

: Vertebrata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Rodentia

Sub Ordo

: Myoimorphia

Famili

: Muridae

Genus

: Mus

Spesies

: Mus musculus

Karena masih termasuk dalam kingdom animalia dan kelas mamalia (kelas yang sama dengan manusia), maka mencit ini memiliki beberapa ciri-ciri yang sama dengan manusia dan mamalia lainnya. o memiliki tulang belakang (back bone) o

Jantung terdiri dari 4 ruang

o

Badan dilitupi oleh bulu

o

Mempunyai cuping telinga

o

Mempunyai kelenjar peluh

o

Mamalia betina melahirkan dan menyusi

o

Memiliki paru-paru untuk bernapas

o

Berdarah panas Reproduksi mencit yang cepat membuat hewan ini menjadi mudah

ditemukan dan dikembang biakan.Oleh karena itulah mencit sering sekali menjadi hewan percobaan oleh para peneliti atau ahli biologi. Mencit juga memiliki julukan lain yaitu hewan eksperimen(Alim,Tanri,2013: 1).

Secara alamiah mencit (Mus muculus) memiliki sifat yaitu melakukan aktivitas hidupnya (terutama mencari makan, berlindung, bersarang, dan berkembang biak) di dalam rumah. Jenis ini dikenal pula sebagai tikus komensal (commensal rodent) atau synanthropic, karena hidupnya di lingkungan pemukiman manusia. Di sekitar kita mencit banyak dijumpai di berbagai bagian lingkungan rumah (atap, sela-sela dinding, dapur, almari), gudang, kantor, pasar, selokan, dan lain-lain (Marbawati, Dewi dan Ikawati,2009 : 1). b. Kelinci (Oryctogalus cuniculus) (Harmita, 2008: 67) Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Sub Filum

: Vertebrata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Legomorpha

Family

: Leporidae

Genus

: Oryctogalus

Spesies

: Oryctogalus cuniculus

Karakteristik dari kelinci di antaranya : Bobot badan

: 58 hari : 1,8 kg/dewasa : 3.6 kg

Jumlah anak

: 48 sampai 74 ekor/tahun

Konversi daging

: 29%

Kandungan lemak

: 8%

Kadar kolestrol

: 164 mg/100 gram

c. Tikus (Rattus norvergicus) (Harmita,2008: 67) Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Rodensia

Family

: Muridae

Sub family

: Murinae

Genus

: Rattus

Spesiaes

: Rattus norvergicus

Tikus merupakan salah satu hewan pengerat yang memiliki karakteristik sebagai berikut : Berat tikus dewasa

: 250 – 520 gram

Kebutuhan makan

: 5-10 gram/100 gram berat badan

Jangka hidup

: 3-4 tahun

Detak jantung

: 250-450 kali/ menit

d. Kera (Macaca fascicularis) (Napier, 1967: 9) Phylum

: Chordata

Sub phylum

: Vertebrata

Class

: Mamalia

Ordo

: Primata

Sub ordo

: Anthropoidae

Family

: Cerchopithecidae

Genus

: Macaca

Spesies

: Macaca fascicularis

Karakteristik dari kera yaitu : Monyet ekor panjang tergolong monyet kecil yang berwarna coklat dengan bagianperut lebih muda dan disertai rambut keputih-putihan yang jelas pada bagianmuka.Dalam

perkembangannya

rambut

yang tumbuh pada

muka

tersebut.berbeda-beda antara individu satu dengan individu lainnya. Adapun

perilaku pada kera yaitu: Monyet ekor panjang tidur di atas pohon secara berpindah-pindah untuk menghindar dari pemangsa C. Uraian Bahan 1. Aquadest (Dirjen POM, 2014 : 63) Nama resmi

:

AQUADEST

Nama lain

:

Air murni, H2O, aquadest

Berat molekul

:

18,02

Rumus molekul

:

O H

H

Pemerian

:

Airan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

Kegunaan

:

Sebagai pelarut

Penyimpanan

:

Dalam wadah tertutup rapat

2. Amoksisilin (Dirjen POM,2014 : 120) Nama resmi

:

AMOKSISILIN

Nama lain

:

Amoksilin, amoxicillin, hidroksifenil

Berat molekul

:

419,45

Rumus molekul

:

C16H19N3O5.3H2O

Rumus struktur

:

Pemerian

:

Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau,

Kelarutan

:

Sukar larut dalam air, dan dalam methanol, tidak larut dalam benzen, dalam tetraklorida, dalam kloroform.

Penyimpanan

:

Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

:

Antibiotik

3. Captopril (Dirjen POM, 2014 : 612) Nama resmi

:

KAPTOPRIL

Nama lain

:

Captopril, kaptopril,

Rumus molekul

:

C9H15NO3S

Berat molekul

:

217.28

Rumus struktur

:

Pemerian

:

Serbuk hablur, putih atau hampir putih, bau khas seperti sulfida, melebur pada suhu 1040-1100 kelarutan.

Kelarutan

:

Mudah larut dalam air, methanol, etanol dan Kloroform

Penyimpanan

:

Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

:

Anti hipertensi

4. Diazepam (Dirjen POM,2014 : 303) Nama resmi

:

DIAZEPAM

Nama lain

:

Diazepam, DZP

Rumus molekul

:

C16H12CIN2O

Rumus struktur

:

Berat molekul

:

Pemerian:

284,75 Serbuk hablur, hampir putih sampai kuning, praktis tidak berbau.

Kelarutan

:

Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol, mudah larut dalam kloroform.

Penyimpanan

:

Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Kegunaan

:

Sedativum

5. Glibenklamid (Dirjen POM, 2014: 496) Nama resmi

:

GLIBENKLAMIDA

Nama lain

:

Glibenklamid, glibenclamide

Rumus molekul

:

C23H28CIN3O5S

Rumus struktur

:

Berat molekul

:

494,0

Pemerian

:

Serbuk hablur, putih atau hampir putih

Kelarutan

:

Agak sukar larut dalam metilen klorida, sukar larut dalam etanol dan methanol, praktis tidak larut dalam air.

Penyimpanan

:

Dalam wadah tertutup rapat

6. Paracetamol (Dirjen POM,2014 : 998) Nama resmi

:

PARASETAMOL

Nama lain

:

Acetaminophen, paracetamol, PCT

Rumus molekul

:

C8H9NO2

Rumus struktur

:

Berat molekul

:

151,16

Pemerian

:

Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit

kelarutan

:

Larut dalan air mendidih dan dalam natrium klorida 1 N, mudah larut dalam etanol

penyimpanan

:

Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya, simpan dalam suhu ruang yang terhindar dari panas

kegunaan

:

Analgetik dan antiseptik

7. Alkohol (Dirjen POM, 2014 : 399) Nama resmi

:

ETANOL

Nama lain

:

Alkohol

Berat molekul

:

46,07

Rumus molekul

:

C2H6O

Rumus struktur

:

CH3-CH2-OH

Pemerian

:

Cairan

medah

menguap,

jernih,

tidak

berwarna, bau khas, dan menyebabkan rasa terbakar, pada lidah Kelarutan

:

Bercampur

dengan

air

dan

praktis

bercampur dengan semua bahan organik Penyimpanan

:

Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

:

Sebagai pelarut

8. Na CMC (Dirjen POM, 2014: 401) Nama resmi

:

NATRII CARBOXYMETHYL CELLULOSUM

Nama lain

:

Natrium carboxymetil selulosa

Berat molekul

:

694.85

Rumus molekul

:

C23H46N2O6.H2SO4.H2O

Rumus struktur

:

OH OH OH CH2OCH2COONa O CH2OCH2COONa O

O

ON Pemerian

:

Serbuk atau butiran putih atau putih kuning, hampir tidak berbau, higroskopik

Kelarutan

:

Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi

koloidal,

tidak

larut

dalam

methanol (95%), dalam eter dan dalam pelarut organik Penyimpanan

:

Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

:

Sebagai pensuspensi/sampel

BAB III METODE KERJA A. Alat dan Bahan 1. Alat Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu spoit injeksi, spoit oral (kanula), kapas dan seperangkat alat bedah 2. Bahan Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu air suling, alkohol, dan Na-CMC 1%, paracetamol, diazepam, glibenklamid, amoksisilin, captopril. B. Prosedur kerja 1. Penanganan mencit Adapun cara kerja dalam percobaan penanganan hewan coba yaitu pertama: siapkan alat dan bahan, lakukan terlebih dahulu pengenceran obat yang akan digunakan kemudian dilakukan penanganan pada hewan coba yang ingin digunakan. Untuk hewan coba mencit yaitu : dengan cara dipegang ekornya sampai pangkal ekor mencit, kemudian bagian belakang tubuh digenggam dengan telapak tangan dan dengan jari telunjuk dan ibu jari secara perlahan, lalu diletakkan disamping kiri dan kanan leher mencit, tangan yang lainnya digunakan untuk menyuntik. 2. Penanganan Tikus Adapun penanganan pada hewan coba tikus yaitu : Dengan cara perlakuan Tikus (Rattus novergicus) diambil tikus pada pangkal ekornya dengan tangan kanan. Lalu diletakkan tangan kiri di belakang punggung ke arah kepala, lalu disisipkan kepala antara jari telunjuk dan jari tengah. Sedangkan jari lain diselipkan di sekitar perut, sehingga kaki depan, kiri dan kanan berselip di antara

jari-jari. Tikus juga dapat dipegang dengan cara menjepit kulit kepala pada tengkuknya. 3. Rute pemberian obat Setelah penaganan hewan dengan baik, selanjutnya dilakukan rute pemberian obat pada hewan coba antara lain : pertama secara per oral yaitu Sebelum memasukkan sande oral, posisi kepala dan keadaan mulut harus diperhatikan. Ketika hewan dipegang dengan posisi terbalik pastikan posisi kepala menengadah atau posisi dagu sejajar dengan tubuh dan mulut terbuka sedikit. Yang kedua secara intramuscular yaitu :suntikkan pada otot paha bagian belakang.suntikan tidak boleh terlalu dalam agar tidak terkena pembuluh darah.sebelum

melakukan

suntikan,

suntikkan

pada

otot

paha

bagian

belakang.suntikan tidak boleh terlalu dalam agar tidak terkena pembuluh darah. Yang ketiga secara subkutan yaitu : Arah suntikan dari depan.Usahakan lokasi suntikan pada daerah kulit tipis dengan terlebih dahulu membersihkannya dengan alkoho 70%.Melakukan suntikan dengan cepat agar tidak terjadi pendarahan. Yang terakhir secara intraperitonial yaitu : Lokasi suntikan pada bagian tengah abdomen, pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi agar tidak terkena penyuntikan pada hati.Suntikan di bawah kulit dengan terlebih dahulu membersihkan lokasi suntikan dengan alkoho 70%.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tabel Pengamatan Hasil pengamatan Nama Obat

Tikus

Mencit

200 gram 20 gram Captropril 25 mg

Kera

Kelinci

Mencit 18

4 kg

1,5 kg

gram

0,065

0,065

4

1,75

0,0585

9

1,3

80

35

0,27

0,036

0,0052

0,36

0,14

0,0108

0,09

0,013

0,8

0,8

0,027

Amoksisilin 500 mg Diazepam 2 mg Glibenklamid 5 mg

B. Pembahasan Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam

laboratorium.Hewan

ini

mudah

ditangani

dan

bersifat

penakut

fotofobik.Menangani hewan coba pada mencit, dengan mengambil ekornya dan ditarik kemudian antara ibu jari dan jari telunjuk memegang leher mencit. Angkat dan sentuh pada bagian dada hewan coba mencit untuk memastikan tidak terjadi lagi pergerakan (cara memegang mencit dengan benar). Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini, diantaranya yaitu spoit injeksi, spoit oral (kanula), kapas dan seperangkat alat bedah. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu air suling, alkohol, dan Na-CMC 1%, paracetamol, diazepam, glibenklamid, amoksisilin, captopril

Adapun metode yang digunakan pada praktikum mengenai penanganan hewan coba ini adalah yang pertama yaitu handling : ekor dipegang di daerah tengah ekor dengan tangan kiri, lalu leher dipegang dengan tangan kanan, dan telunjuk dan ibu jari kelingking menjepit ekor. Selanjutnya hewan coba tikus yaitu : Dengan cara perlakuan Tikus (Rattus novergicus) diambil tikus pada pangkal ekornya dengan tangan kanan. Lalu diletakkan tangan kiri di belakang punggung kea rah kepala, lalu disisipkan kepala antara jari telunjuk dan jari tengah. Sedangkan jari lain diselipkan di sekitar perut, sehingga kaki depan, kiri dan kanan berselip di antara jari-jari. Tikus juga dapat dipegang dengan cara menjepit kulit kepala pada tengkuknya. Rute yang kedua yaitu per oral : mencit diletakkan di atas ram kawat, ekor ditarik. Jarum suntik yang berisi cairan dimasukkan ke dalam mulut mencit dan tarik kembali dengan perlahan. Yang ketiga yaitu Intramuscular : penyuntik memegang paha kiri depan dengan tangan kiri. Lalu jarum ditudukkan dari balik dengan sudut tegak lurus terhadap permukaan kulit sekitar ditengah paha lalu suntikkan dan tarik jarum dengan perlahan dipijat pelan-pelan. Yang keempat yaitu Intraperitonial : Mencit dihandling dengan benar lalu tusukkan jarum disisi dekat umbilicus disamping garis tengah antara 2 puting susu paling belakang, lalu tarik jarum lalu lepaskan mencit. Yang terkahir yaitu Subkutan : Obat/bahan disuntikkan dibawah kulit di daerah punggung, terasa longgar bila jarum digerak-gerakkan, berarti suntikan sudah benar. Adapun hasil dari percobaan pengenalan hewan coba yaitu: pada perhitungan konversi dosis manusia kehewan coba dengan menggunakan rumus Dosis.E x Dosis.K x

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑏𝑎 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

. Untuk konversi dosis dengan menggunakan

obat Captropril 25 mg yang dikonversikan pada tikus dengan bobot 200 gram sebesar 0,065.Untuk konversis dosis mencit dengan bobot 20 gram sebesar 0,065.

Untuk konversi dosis pada kelinci dengan bobot 1,5 kg sebesar 1,75. Umtuk konversi dosis pada kera dengan bobo 4 kg sebesar 4 kg, sedangkan untuk konversi dosis pada mencit dengan bobot 18 gram sebesar 0,0585 gram. Selanjutnya untuk konversi dosis dengan menggunakan obat Amoksisilin 500 mg yang dikonversikan pada tikus dengan bobot 200 gram sebesar 9 gram.Untuk konversi dosis pada kera dengan bobot 4 kg sebesar 4 kg. untuk konversi dosis pada kelinci dengan bobot 1,5 sebesar 35 kg, sedangkan untuk konversi dosis pada mencit dengan bobot 18 gram sebesar 0,27. Selanjutnta untuk konversi dosis dengan menggunakan Diazepam 2 yang akan dikonversikan pada tikus dengan bobot 200 gram sebesar 0,036 gram. Untuk konversi dosis pada mencit dengan bobot 20 gram sebesar 0,0052 gram. Untuk konversi dosis pada kera dengan bobot 4 kg sebesar 0,36 kg, untuk konversi dosis kelinci dengan bobot 1,5 kg sebesar 0,8 kg. dan untuk mencit dengan bobot 18 gram konversi dosisnya yaitu 0,0108 gram. Kemudian untuk konversi dosis dengan menggunakan obat Glibenklamid 5 mg yang akan dikonversi dosis pada tikus yang mmiliki bobot 200 gram dengan hasil dosis konversinya yaitu 0,036. Untuk konversi dosis pada mencit yang mmiliki bobot 20 gram dengan hasil dosis konversinya yaitu 0,0052. Untuk konversi dosis pada kera yang mmiliki bobot 4 kg dengan hasil dosis konversinya yaitu 0,36. Untuk konversi dosis pada kelinci yang mmiliki bobot 1,5 kg dengan hasil dosis konversinya yaitu 0,14 kg. Untuk konversi dosis pada mencit yang mmiliki bobot 18 gram dengan hasil dosis konversinya yaitu 0,027. Adapun hubungan penanganan hewan coba dalam dunia farmasi yaitu dapat diketahui konversi dosis manusia ke hewan.Maksudnya kita dapat melakukan uji coba yang hamir mirip fisiologi anatomi manusia pada hewan coba tersebut sehingga nantinya, setelah kita mengetahui sebagai seorang farmasis

sudah mampu untuk melakukan pemberian obat sesuai dengan kebutuhan.Selain itu, jika kita membuat sediaan tidak terjadi kesalahan-kesalahan pada saat membuat sediaan-sediaan obat. Adapun perbandingan literatur pada percobaan ini yaitu Pada tahap pembuatan, hewan hanya digunakan untuk menyeleksi vaksin viral. Pada tahap kontrol kualitas, hewan digunakan untuk uji nomor batch yang merupakan tahap terpenting untuk uji toksisitas dan potensi. Sedangkan pada percobaan ini tidak dijelaskan mengenai tahap pembuatan digunakannya hewan coba tersebut. Adapun faktor kesalahan pada penanganan hewan coba tersebut yaitu pada saat melaksanakan praktikum mengenai percobaan ini, terdapat pada saat rute pemberian obat pada hewan coba mencit yaitu tidak semua cairan obat yang di masukkan melalui mulut mencit masuk karena pada saat pemberian obat, mencit tersebut goyang. Hal ini disebabkan juga karena cara memegang hewan coba tidak maksimal.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pada percobaan Penanganan Hewan Coba 1 (handling mencit), pertamatama hewan coba buat setenang mungkin, pegang ujung ekor dengan tangan kanan, kemudian jepit leher bagian belakang mencit menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri secara perlahan. Cengkram bagian perut mencit menggunakan jari tengah dan jari manis. Lilitkan ekor mencit pada jari kelingking agar mencit dapat dihandling secara sempurna, hewan coba telah siap diberikan perlakuan. Pada percobaan Penanganan Hewan Coba 2 (pemberian obat pada hewan coba), pada percobaan kali ini hewan coba diberikan perlakuan denganrute pemberian obat yaitu secara per oral (mulut), intraperintonial (abdomen perut), intravena (pembuluh darah daerah ekor), subkutan (bawah kulit punggung) dan intramuskular (paha ). Sebelum dilakukan perlakuan, mula-mula handling terlebih dahulu pada hewan coba agar pemberian obat dari masing-masing rute dapat dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. B. Saran 1. Asisten Tetaplah jadi asisten yang senantiasa membimbing dan mengarahkan kami dalam melakukan percobaan agar kami bisa melakukan percobaan dengan baik dan benar serta mengurangi kesalahan-kesalahan dalam percobaan. 2.

Laboratorium Sebaiknya

fasilitas

dalam laboratorium

lebih

memadai

terutama

perlengkapan alat yang digunakan agar menunjang kegiatan baik selama praktikum.

LAMPIRAN A. SKEMA KERJA 1.

Handling hewan coba Ambil hewan coba berupa mencit yang ada didalam kandang

Ambil dengan memegang bagian ekor

Letakkan pada kasa besi atau pada kain kasar

Jepit ekor mencit dengan menggunakan jari kelingking dan jari tengah

Cubit bagian leher pada mencit

Dan cek dengan menekan bagian perut mencit 2.

Pengambilan darah Lakukan handling mencit terlebih dahulu

Kemudian ambil spoit ukuran kecil

Ambil darah pada mencit pada bagian mata/ekor/telinga mencit 3.

Pemberian obat cara oral dan injeksi Lakukan handling terlebih dahulu

Kemudian ambil kanula untuk pemberian oral

Berikan sediaan pada mencit dengan hati-hati

Dan ambillah kanula ukuran kecil untuk injeksi

Berikan sediaan pada bagian intraperintonial

Lakukan dengan hati-hati

B. Perhitungan 1. Captropil 25 mg a. Mencit 20 gram Dosis mencit

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar = 25 x 0,0026 x 20/20 = 0,065 gram dalam 1 ml

b. Tikus 200 gram Dosis tikus

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar

= 25 x 0,018 x 200/200 = 0,45 gram dalam 1 ml c. Kera 4 kg Dosis kera

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar = 25 x 0,016 x 4/4 = 4 gram dalam 1 ml

d. Kelinci 1,5 kg Dosis kelinci

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar = 25 x 0,07 x 1,5/1,5 = 1,75 gram dalam 1 ml

e. Mencit 18 gram Dosis mencit

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar = 25 x 0,0026 x 18/20 = 0,0585 gram dalam 1 ml

2. Amoksisilin 500 mg a. Mencit 20 gram Dosis mencit

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar = 500 x 0,0026 x 20/20 = 1,3 gram dalam 1 ml

b. Tikus 200 gram Dosis tikus

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar

= 500 x 0,018 x 200/200 = 9 gram dalam 1 ml c. Kera 4 kg Dosis kera

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot standar = 500 x 0,016 x 4/4 = 4 gram dalam 1 ml

d. Kelinci 1,5 kg Dosis kelinci

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar = 500 x 0,07 x 1,5/1,5 = 35 gram dalam 1 ml

e. Mencit 18 gram Dosis mencit

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar = 500 x 0,0026 x 18/20 = 0,27 gram dalam 1 ml

3. Diazepam 2 mg a. Mencit 20 gram Dosis mencit

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar = 2 x 0,0026 x 20/20 = 0,036 gram dalam 1 ml

b. Tikus 200 gram Dosis tikus

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar

= 2 x 0,018 x 200/200 = 0,0052 gram dalam 1 ml c. Kera 4 kg Dosis kera

= Dosisetiketx konversi x bobot mencit/ bobot standar = 2 x 0,016 x 4/4 = 0,36 gram dalam 1 ml

d. Kelinci 1,5 kg Dosis kelinci

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar = 2 x 0,07 x 1,5/1,5 = 0,14 gram dalam 1 ml

e. Mencit 18 gram Dosis mencit

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar = 2 x 0,0026 x 18/20 = 0,0108 gram dalam 1 ml

4. Glibenklamid 5 mg a. Mencit 20 gram Dosis mencit

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar = 5 x 0,0026 x 20/20 = 0,09 gram dalam 1 ml

b. Tikus 200 gram Dosis tikus

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar

= 5 x 0,018 x 200/200 = 0,013 gram dalam 1 ml c. Kera 4 kg Dosis kera

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot standar = 5 x 0,016 x 4/4 = 0,8 gram dalam 1 ml

d. Kelinci 1,5 kg Dosis kelinci

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar = 5 x 0,07 x 1,5/1,5 = 0,8 gram dalam 1 ml

e. Mencit 18 gram Dosis mencit

= Dosis etiket x konversi x bobot mencit/ bobot Standar = 5 x 0,0026 x 18/20 = 0,027 gram dalam 1 ml

C. Lampiran gambar 1.

Handling hewan coba memegang bagian ekor

Mencubit bagian leher mencit

2.

3.

Rute pemberian obat Per oral

intramuscular

Intraperitonial

Pengambilan darah

Alat yang digunakan kanula

Spoit

jarum suntik

Kapas

4. Bahan yang digunakan Aquadest

Captropil

Amoxicillin

Paracetamol

Alkohol

Glibenclamide

KEPUSTAKAAN Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014 Dewi Marbawati dan Bina Ikawati.Jurnal Musmusculus Albino. Banjanegara: Laboratorium Loka Litbang P2B2, 2009 Endi Ridwan. Jurnal Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia, 2013 Harmita dan Radji, M. Jurnal Kepekaan Terhadap Antibiotik. Dalam: Buku Ajar Analisis Hayati, Ed.3. Jakarta: EGC, 2008

Muhibbuddin.2005. Studi Perilaku Satwaliar Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles, 1821) untuk Pengembangan Ekowisata di Kawasan Hutan Wisata Kaliurang Yogyakarta.[Tesis]. Yogyakarta:Program Studi Ilmu Kehutanan. Jurusan Ilmu-Ilmu Pertanian. Sekolah Pascasarjana UGM. Risqa Novita. Pemilihan Hewan Coba Pada Penelitian Pengembangan Vaksin Tuberculosis.

Pusat

Biomedis

Balitbangkes: Kemenkes RI, 2015

dan

Teknologi

Dasar

Kesehatan

Related Documents


More Documents from "Ksa'Tripada AntHo"