Bibliologi_stefanus Suheru, M.a.

  • Uploaded by: Stefanus
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bibliologi_stefanus Suheru, M.a. as PDF for free.

More details

  • Words: 22,101
  • Pages: 69
Loading documents preview...
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

DAFTAR ISI 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14

Daftar Isi Pendahuluan Bibliologi Inspirasi ( Pengilhaman ) Alkitab Inerransi ( Ketidak-keliruan ) Alkitab Otensitas & Kredibilitas Alkitab Kanonitas Alkitab Apocrypha Terjemahan-terjemahan Alkitab Beberapa Data Berkaitan Dengan Alkitab Kesaksian Gulungan Laut Mati Bagaimana Alkitab Sampai Kepada Pembacanya Keunikan Alkitab Dibandingkan Kitab Suci Yang Lain Isue-isue Kontemporer Tentang Status Alkitab Manfaat Alkitab Dalam Kehidupan Manusia Daftar Pustaka

1

1 2 6 12 17 19 23 32 36 42 43 46 47 53 66 68

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

PEMBIMBING TEOLOGI SISTIMATIKA 1. Pendahuluan Untuk jangka waktu yang cukup lama, Teologi telah diakui sebagai ratu dari segala ilmu pengetahuan dan Teologi Sistimatika sebagai mahkotanya. a. Definisi Teologi Sistimatika Istilah “teologi” diturunkan dari kata Yunani “theos”, yang berarti “Allah”, dan “logos”, yang berarti “uraian”, “perkataan”, atau “pengajaran”. Dengan demikian, teologi dapat diartikan “pengajaran tentang penyataan Allah dan karya-karya-Nya”. Sedangkan kata “sistimatika” berasal dari kata kerja Yunani “sunistano”, yang berarti “berdiri bersama” atau “mengorganisir”, karena itu, Teologi Sistimatika menekankan sistimatisasi/pengaturan teologi. Chafer menyediakan sebuah definisi yang tepat tentang teologi sistimatika. “Teologi Sistimatika dapat ditegaskan sebagai pengumpulan, penyusunan secara ilmiah, membandingkan, memperlihatkan, dan mempertahankan semua fakta dari mana pun dan setiap sumber berkenaan dengan Allah dan pekerjaan-Nya”. 1 Dengan demikian, Teologi Sistimatika merupakan sajian teratur dari hasil penelitian teologi. b. Perlunya Teologi Sistimatika 1. Sebagai Sebuah Penjelasan Tentang Kekristenan Teologi sistematika diperlukan sebagai penjelasan yang dapat dipelajari dan diteliti seperti halnya suatu penyusunan sistematis doktrin-doktrin yang mendasar dan diperlukan bagi Kekristenan. Sebagai hasil teologi sistematika, orang-orang bisa mempunyai suatu pemahaman yang jelas tentang kepercayaan-kepercayaan pokok Iman Kristen. 2. Sebagai Suatu Apologi Bagi Kekristenan Teologi sistematika memungkinkan orang-orang Kristen untuk mempertahankan kepercayaan mereka secara rasional melawan terhadap para musuh iman. Pada awalnya orang-orang beriman pada jaman gereja mulamula menggunakan kepercayaan sistimatis mereka untuk menghadapi para lawan mereka yang tidak percaya. Lebih penting lagi sekarang dengan 1. Enns, Paul, The Moody Handbook of Theology, (Chicago, Ill.: Moody Press) 1996. 2

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

kemunculan humanisme, komunisme, penyembahan berhala, dan agamaagama timur. Ajaran-ajaran iman Kristen yang disusun secara teratur harus diteliti, dilukiskan, dan diperkenalkan sebagai sebuah pertahanan dari Kekristenan yang historis. 3. Sebagai Sarana Kedewasaan Bagi Orang-orang Kristen Teologi sistematika adalah suatu pernyataan Kebenaran Kristen; kebenaran yang sama ini adalah penting bagi kedewasaan orang-orang percaya ( 2 Timotius 3:16-17 ). Tulisan-tulisan Paulus membuatnya jelas bahwa doktrin ( teologi ) adalah dasar bagi Kedewasaan Kristen. Itu sebabnya Paulus secara normal membangun suatu dasar berkenaan dengan doktrin di dalam suratsuratnya ( misalnya Efesus 1-3 ) sebelum ia mendesak orang-orang percaya untuk hidup dengan benar ( misalnya Efesus 4-6 ). Juga banyak orang-orang Kristen sudah dengan setia menghadiri ibadah-ibadah di gereja selama puluhan tahun namun demikian hanya mempunyai sedikit pemahaman tentang ajaran-ajaran iman Kristen yang utama. Padahal, suatu pengetahuan tentang ajaran yang benar adalah penting di dalam Kedewasaan Kristen; lebih dari itu, ajaran itu melindungi orang-orang percaya dari kesalahan ( bd 1 Yohanes 4:1, 6; Yudas 4 ). c. Sumber-sumber Teologi Sistimatika 1. Sumber-sumber Primer Alkitab merupakan sumber teologi yang utama di dalam pewahyuan Allah dan persekutuan manusia dengan-Nya. Bila Allah telah mengungkapkan diri-Nya ( dan Ia telah melakukannya ), dan bila penyataan diri itu dengan teliti disandikan di dalam 66 kitab dari Alkitab ( dan itulah yang terjadi ), maka Alkitab adalah sumber utama dari pengetahuan manusia tentang Allah. Alam juga sumber utama tentang pengetahuan akan Allah ( Mazmur 19 ). Alam, di dalam penyataan harmonisnya, adalah suatu saksi yang tetap mengenai atribut , kuasa yang kekal, dan sifat ilahi ( Roma 1:20 ). 2. Sumber-sumber Sekunder Pengakuan doktrinal, seperti pengakuan iman Nicea, pengakuan iman Westminster, dan banyak lagi yang lain, adalah penting di dalam pemahaman bagaimana orang-orang Kristen lain selama berabad-abad telah memahami konsep-konsep teologis yang dapat dimengerti. Tradisi, kendati ada kemungkinan kekeliruannya, adalah penting di dalam pemahaman penegasan tentang Iman Kristen. Apa yang individu, gereja, dan denominasi telah ajarkan adalah suatu pertimbangan yang perlu di dalam merumuskan pernyataan-pernyataan teologis.

3

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Akal budi ( pertimbangan yang sehat ), ketika dipandu oleh Roh Kudus, adalah juga suatu sumber teologi. Akal budi, bagaimana pun, harus tunduk kepada Allah, lebih daripada berusaha untuk mendefinisikannya d. Rumpun Teologi Adapun bidang kajian teologi yang sangat luas itu, pada umumnya terbagi menjadi empat rumpun, yakni : No Nama Rumpun Keterangan Langsung berurusan dengan penelaahan naskah 1. Biblika Alkitabiah dan pokok-pokok bahasan yang berkaitan dengannya, yang meliputi penelitian bahasa-bahasa, arkeologi, pengantar, hermeneutika, dan teologi Alkitabiah. Merunut sejarah umat Allah dalam Alkitab dan gereja 2. Historika sejak jaman Kristus. Di dalamnya ditelaah sejarah Alkitab, sejarah gereja, sejarah ajaran, dan sejarah credo. Mempergunakan bahan-bahan yang disajikan oleh 3. Sistimatika rumpun Biblika dan Historika, lalu menatanya menurut suatu tatanan yang logis sesuai dengan para tokoh besar dalam penelitian teologis. Membahas penerapan teologi terhadap pembaharuan, 4. Praktika pengudusan, pembinaan, pendidikan, dan pelayanan manusia. Rumpun ini berusaha menerapkan pokokpokok yang disumbangkan oleh ketiga rumpun teologi lainnya kepada kehidupan praktis.

4

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Sedangkan pengelompokan mata kuliah-mata kuliah di Sekolah Tinggi Teologi adalah sebagaimana tertera dalam tabel di bawah ini : No BIBLIKA Pengetahuan & 1

Pembimbing Perjanjian Lama Pengetahuan & Pembimbing Perjanjian Baru Bahasa Ibrani

2 3 4 5 6 7 8

Bahasa Yunani

9

Teologi Perjanjian Baru

SISTIMATIKA

HISTORIKA

PRAKTIKA

Pembimbing Teologi Sistimatika

Sejarah Gereja Umum

PAK

Dogmatika

Sejarah Gereja Asia

PWG

Etika Kristen

Sejarah Gereja Indonesia Oikumeneka Missiologi Agama Suku Hindu & Budha Islamologi

Kateketika

Hermeneutika Eksegese Perjanjian Lama Eksegese Perjanjian Baru Teologi Perjanjian Lama

Liturgika Homiletika Musik Gereja Pastoralia Manajemen Gereja

Dengan memperhatikan tabel tersebut di atas, maka Pembimbing Teologi Sistimatika termasuk dalam rumpun Sistimatika, dan merupakan pengantar untuk masuk ke dalam Teologi Sistimatika ( Dogmatika ). Teologi Sistimatika ( Dogmatika ) membahas tentang : No Thema 1. Teologi Proper

2.

Anthropologi

3.

Hamartologi

4

Kristologi

Pokok Bahasan Pembahasan tentang konsep Allah dalam berbagai agama/kepercayaan/ideologi, argumentasi tentang keberadaan Tuhan, atribut Allah, Ketritunggalan Allah, nama-nama Allah, dan cara Allah mengkomunikasikan diri-Nya dengan ciptaan-Nya Pembahasan tentang asal-usul manusia, makna ungkapan manusia diciptakan menurut Gambar Rupa Allah, dan keuniversalan masalah kemanusiaan Pembahasan berkisar pada dosa, istilah & definisi dosa, sumber dosa, akibat-akibat dosa, dan dimensi sosial dari dosa Pembahasan mengenai pribadi Kristus, pekerjaanNya dari inkarnasi, kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke Surga, peranan Kristus selaku Nabi, Imam, Raja, dan Penebus Dosa. Pada bagian ini juga dibahas tentang nama-nama julukan Kristus

5

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

5

Soteriologi

6

Angelologi

7

Pneumatologi

8

Eklesiologi

9

Eskatologi

Pembimbing Teologi Sistimatika

Pembahasan seputar keselamatan, teori-teori utama tentang penebusan, proses penyelamatan dilihat dari sudut pandang Tuhan dan dari pihak manusia, hal keselamatan bayi yang meninggal, perihal orangorang mati yang belum sempat mendengar Injil, dan predestinasi vs takdir Pembahasan tentang Malaikat, Setan ( Malaikat yang jatuh ), dan roh-roh jahat Pembahasan tentang Pribadi Roh Kudus, sifat-sifat dan karya-karya-Nya, termasuk berbagai macam karunia-karunia rohani Pembahasan mengenai definisi gereja, gambaran tentang gereja mula-mula, atribut-atribut gereja, dan tanda-tanda khusus gereja. Pada bagian ini dibahas pula hal sistim pemerintahan gereja, kepemimpinan gereja, dan sakramen Pembahasan mengenai akhir jaman, termasuk di dalamnya dikupas kehidupan setelah kematian sebelum hari kiamat, tanda-tanda akhir jaman, perihal kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, masa Milenium, kebangkitan orang mati; penghakiman, Surga, dan Neraka

Sedangkan Pembimbing Teologi Sistimatika secara khusus membahas tentang status Alkitab ( Bibliologi ). 2. Bibliologi Alkitab adalah Sumber Teologi yang paling menentukan. Gereja yang benar sepanjang sejarahnya senantiasa memandang Alkitab selaku wujud penyataan ilahi dan bahwa pencatatan penyataan yang terdapat di dalamnya itu asli, dapat dipercaya, berkenaan dengan kanon, diilhami secara adikodrati. Bibliologi meneliti Alkitab untuk melihat kebenaran dari kepercayaan tersebut. Istilah “Bibliologi” secara etimologis merupakan gabungan dari dua kata Yunani, yaitu : “Biblos” ( yang menunjuk pada tanaman Papirus yang tumbuh di rawa-rawa atau tepi sungai, khususnya di sepanjang sungai Nil ) diterjemahkan : “kitab”, “buku” atau “gulungan” dan “Logos” diterjemahkan “uraian”, “perkataan”, atau “pengajaran”. Dengan demikian, Bibliologi adalah pengajaran tentang Alkitab. Sedangkan istilah “Alkitab” diambil dari sebuah kata Arab, “Al-kitab”, artinya “wahyu yang tertulis”.Istilah ini dalam bahasa Inggris disebut “Bible”, berasal dari kata “Biblia”, artinya “kitab-kitab”, yang bagi orang-orang Kristen mula-mula, berbahasa Latin, dipakai untuk menyebut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Sebutan lainnya dalam bahasa Inggris adalah “Scripture”, berasal dari kata Yunani

6

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

“Grafe”, artinya “Tulisan” ( 2 Timotius 3:16 ). Tulisan-tulisan dalam Perjanjian Lama dikelompokkan dalam kitab Taurat, Nabi-nabi, dan Mazmur ( 2 Raja-raja 14:6, 2 Tawarikh 23:18, Ezra 3:2, Nehemia 10:34 ). Dalam Perjanjian Baru, kata kerja Yunani “Grafo” digunakan sekitar 50 kali, yang secara khusus menunjuk kepada Alkitab. Istilah Yunani lainnya yang dipakai pada “Kitab Suci” adalah “hiera grammata”, yang secara harfiah berarti “huruf-huruf suci”. Dalam Perjanjian Baru, istilah ini hanya sekali digunakan dan khusus untuk menyebutkan “Kitab Suci”. Tulisantulisan itu bukan tulisan biasa melainkan “diilhamkan Allah” ( 2 Timotius 3:16 ). 2.1. Pengertian Bahwa Alkitab Adalah Firman Allah Umat Kristen tidak akan meragukan lagi bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Lebih jauh, pengakuan semacam ini sudah lama dikumandangkan oleh para Reformator yang menyatakan “Sacra Scriptura Verbum Dei”, yang artinya “Kitab Suci adalah Firman Allah”. Bahkan, kemudian pengakuan ini bersifat oikumenis setelah konferensi di New Delhi ( 1961 ) dari Dewan Gereja-gereja Se-Dunia menjadikan pengakuan ini sebagai asasnya. Apa alasan umat Kristen menyatakan bahwa Alkitab adalah Firman Allah ? Sebab seluruh isi Alkitab, dari kitab Kejadian sampai kitab Wahyu, diinspirasikan oleh Roh Allah dan memberitakan tentang Yesus Kristus. Namun, serentak itu pula semua gereja di seluruh dunia mengakui bahwa Alkitab itu ditulis oleh manusia, bukan langsung diturunkan dari langit. Apa yang ditulis di dalamnya bukan didiktekan oleh Allah kepada para penulisnya. Alkitab adalah kumpulan dari 66 kitab, yang ditulis oleh 40 orang penulis, yang hidup pada masing-masing jamannya, yang masing-masing menggunakan bahasa jamannya; yang cara penulisannya dipengaruhi oleh bentukbentuk sastra dari jamannya - bangsanya - dan lingkungannya. Pengakuan “Kitab Suci Adalah Firman Allah” sekali-kali tidak bermaksud untuk menyangkal segi insani Alkitab. Umat Kristen mengakui dengan sepenuhnya bahwa Alkitab itu sebuah kitab manusia. Serentak itu pula umat Kristen mengakui sebagaimana Alkitab itu sendiri menyatakannya, bahwa para penulis Alkitab itu adalah mereka yang dipakai dan didorong dari dalam oleh Roh Kudus, sehingga apa yang dituliskan oleh mereka adalah pemberitaan yang berotoritas dan tetap berotoritas tentang keselamatan bagi segala bangsa dalam segala abad ( bandingkan dengan Kisah Para Rasul 1:16, 2 Petrus 1:21, 2 Timotius 3:16 ). Dengan demikian, dapatlah disimpulkan di sini bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang dituliskan dengan bahasa manusia yang digerakkan oleh Roh Kudus !!! Kedua segi Alkitab ini ( segi insani & segi ilahi ) terpaut erat satu sama lain dalam setiap halaman Alkitab. Setiap orang yang mempelajari Alkitab harus tetap memperhitungkan kedua segi ini !

7

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

2.2. Bukti-bukti Bahwa Alkitab Adalah Firman Allah Pengakuan iman Kristen bahwa Alkitab adalah Firman Allah didasarkan : 2.2.1. Dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kita mendengar suara Allah yang berbicara kepada manusia. Hal ini dapat terlihat dari penyataan-penyataan Tuhan dalam Alkitab. 1.

Allah berfirman

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Kata Tuhan Sabda Tuhan Suara Tuhan Nasehat Tuhan Tuhan menegur Tuhan memerintahkan

Kejadian 1:3,6,9,11,14,20,24,26,28,29, 46:2, Yosua 1:1, Yesaya 1:2 Yesaya 45:19 Mazmur 68:12 Bilangan 14:12, Ulangan 8:20 Mazmur 16:7, 73:24, Epesus 6:4 Ibrani 8:8, Wahyu 3:19 Kejadian 6:22, Keluaran 39:32, Ulangan 4:2, Yosua 1:9.

2.2.2. Tampak dari pernyataan-pernyataan sebagai berikut : [1] Pentateuch adalah Firman Allah, sebagaimana diakui pada : a. Jaman para Hakim, Yosua 1:8, 8:31, 23:3. b. Jaman para Raja : 1. 2. 3. 4.

Raja Daud Raja Yosia Nabi Yesaya Nabi Yeremia

Mazmur 19:8 2 Raja-raja 22:8 - 23:3 Yesaya 34:16 Yeremia 31:33

c. Sesudah Pembuangan, Ezra 7:10, Nehemia 8:10. d. Jaman Tuhan Yesus & Para Rasul, Matius 5:17-19, 11:13, Lukas 24:44, Roma 7:14. [2] Kitab-kitab Para Nabi & Mazmur adalah Firman Allah berdasarkan pengakuan : 1. 2.

Daniel Tuhan Yesus & Para Rasul

Daniel 9:2 - Kitab Yeremia Matius 5:17, Lukas 24:44

[3] Injil & Pengajaran Para Rasul adalah Firman Allah sebagaimana diterima oleh Gereja mula-mula, misalnya oleh Ireneus & Athanasius. 2.2.3. Pernyataan-pernyataan di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dapat dipegang dan nubuat-nubuat yang ada di dalamnya pasti terjadi. Misalnya :

8

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

[1] Dalam diri Tuhan Yesus : a.

Kelahiran

b.

Tempat Lahir

c.

Kematian

d.

Cara Kematian

* Dari benih Hawa, Kejadian 3:15 * Diperjelas oleh Yesaya, Yesaya 7:14 * Digenapi dalam diri Maria, Lukas 1:26-38 * Nabi Mikha menyatakan di Betlehem, Mikha 5:1 * Digenapi dalam Matius 2:5. * Di antara para penjahat, Yesaya 53:9 * Digenapi dalam Lukas 23:32 * Tak ada tulang yang dipatahkan, Keluaran 12:46 * Digenapi dalam Yohanes 19:36

[2] Nubuat tentang keruntuhan Yerusalem dan kehancuran bait Allah serta kebangkitan Israel, Lukas 21:20-33. Nubuat itu telah digenapi : a> Pada tahun 70 M., Yerusalem dikepung oleh jendral Titus dan dihancurkan pula bait Allah, serta negara Israel lenyap. b> Pada tanggal 14 Mei 1948 negara Israel kembali muncul sebagai negara merdeka. 2.2.4. Adanya Harmonisasi ( Persesuaian ) Di Dalam Alkitab [1] Meskipun Alkitab terdiri atas 66 kitab, yang ditulis oleh 40 orang penulis, yang tentunya berbeda tempat dan latar belakang, di dalam periode waktu lebih dari 1.500 tahun, namun isi beritanya menjurus kepada pokok yang sama, yaitu rencana keselamatan manusia melalui Kristus. [2] Perjanjian Baru mengandung kutipan 600 bagian dari Perjanjian Lama. [3] Semuanya ini membuktikan bahwa para penulis Alkitab dipimpin ( diilhami ) oleh Roh yang sama; ibarat seorang Arsitek yang merencanakan serta melaksanakan sebuah bangunan ( perumahan ). Bandingkan dengan karya Allah di dalam membangun bait Allah, yang ditulis dalam 1 Raja-raja 6:7 --membangun gedung tanpa adanya suara ribut, menunjukkan bahwa bahanbahan bangunannya telah dipersiapkan secara tepat oleh para tukang yang ahli namun tentu saja dipimpin oleh seorang Arsitek yang hebat. 2.2.5. Alkitab berada di atas Ilmu Pengetahuan [1] Pembagian Waktu : sebelum manusia mengetahui bahwa di bumi ini terdapat perbedaan waktu, Tuhan Yesus sudah mengatakan bahwa tatkala Ia datang kedua kali kelak, di satu tempat bisa malam, sementara di tempat lain bisa pagi atau siang ( Lukas 17:34-36 ).

9

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

[2] Bahwa Bumi itu bulat sudah dinyatakan oleh nabi Yesaya pada tahun 800 sM ( Yesaya 40:22 ), sebelum Columbus menyatakannya pada abad XV. [3] Bumi ini melayang di kehampaan telah dinyatakan oleh Ayub dan baru diteguhkan kebenarannya kurang lebih pada tahun 1960 setelah pesawat dari bumi mengelilingi ruang angkasa. [4] Prof. Taten menghadapi tantangan dari para ahli NASA bahwa dunia ini kehilangan waktu 24 jam ( Kesaksian Mutakhir : “The Sun Did Stand Still” ). Hal ini dibuktikannya dengan : * Yosua 10:13 - Perputaran waktu mundur 23 jam, 40 menit. * 2 Raja-raja 20:10 - Perputaran waktu mundur 20 menit. 2.2.6. Alkitab menjadi Sumber Idea Ilmu Pengetahuan [1] Arkeologi : Alkitab merupakan kunci pembuka sukses ilmu Arkeologi. [2] Musik : para musisi ternama seperti Bethoven, Mozard, Handel mendapat inspirasi dari Alkitab. [3] Politik : Mahatma Gandhi mencetuskan idea politik Ahimsa dilandasi oleh Khotbah di atas Bukit ( Matius 5:39 ). [4] Intelejen : Dunia Intelejen tertolong dengan adanya pengertian adanya perbedaan-perbedaan antara ciptaan Tuhan ( 1 Korintus 15:3844 ). [5] Kedokteran : Tranfusi darah diilhami oleh Kejadian 9:4-7. 2.2.7. Perlindungan & Pemeliharaan Tuhan terhadap naskah Alkitab Banyak buku-buku yang dikarang oleh manusia, namun sedikit sekali yang bertahan hingga sekarang ini. Misalnya : [1] Luzirus membuat 142 buku yang berisi tentang sejarah Roma. Ditulis antara tahun 59 sM sampai 17 M. Sampai saat ini tinggal 35 buku yang masih bisa dikenali dan ada 20 buku yang memuat buku III dan IV. [2] Bagi sejarah Indonesia, surat “Supersemar” adalah data historis Orba yang amat penting, namun hanya dalam kurun waktu 1/4 abad sudah tidak dapat ditemukan lagi. Akan tetapi, Alkitab sampai saat ini masih memiliki kurang lebih 500 naskah Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, baik lengkap maupun sebagian-sebagian Yang sudah ditemukan dan masih terus diketemukan.

10

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

2.2.8. Alkitab Tidak Dapat Dimusnahkan [1] Kaisar Diocletianus ( Romawi ) mengeluarkan undang-undang untuk memusnahkan Alkitab ( 303 M ), bahkan ia telah membuat medali yang bertuliskan, “Agama Kristen telah musnah & penyembahan para dewa telah dipulihkan”. Akan tetapi seperti kata Alkitab, “Tuhan tertawa dari Surga melihat perlawanan manusia”, demikianlah yang terjadi karena bukannya Alkitab dan Kekristenan yang lenyap, malahan yang terjadi adalah Romawi menjadi negara Kristen di bawah Constantinus, hanya beberapa tahun kemudian. [2] Voltaire meramalkan kemusnahan Alkitab, dengan berkata, “Seratus tahun lagi Kitab Suci tak lagi dikenal di Perancis”. Yang terjadi adalah sekarang ini bekas rumahnya telah menjadi tempat percetakan Alkitab ! [3] Lenin & Stalin berkata, “Dalam kurun waktu 80 tahun, Rusia tak akan mengenal Tuhan dan Alkitab”. Yang terjadi adalah sebelum 80 tahun, masih 70 tahun komunis sudah tumbang dan kini statistik mengatakan bahwa banyak orang Rusia yang mencari Tuhan. 2.3. Banyak Para Musuh Alkitab Yang Membakar & Berusaha Memusnahkan Alkitab, Akhirnya Bertobat. Misalnya : Sadhu Sundar Sing, Yusuf Rony, Moh. Filemon. 2.4. Di Dunia Ini Tidak Ada Satu Buku Yang Dimusuhi & Dikasihi Melebihi Alkitab Emery H. Bancroft dalam bukunya, “Christian Theology”, menyatakan, “Bukan saja Alkitab lebih dimuliakan dan dicintai daripada buku lain mana pun juga, tetapi Alkitab juga merupakan kitab yang paling banyak menjadi sasaran penganiayaan dan perlawanan”. Banyaknya musuh dan yang mencintai Alkitab tidak tertandingi oleh kitab apa pun juga di bumi ini. 2.5. Alkitab Adalah Buku Terlaris Di Dunia Alkitab adalah buku yang paling banyak diterjemahkan, dicetak, dan yang paling laris dibandingkan dengan buku-buku yang lain. Alkitab telah dicetak 1.330.231.815 buah dan tiap tahun sekitar 30 juta copy dijual & dibagikan.

11

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

3. Inspirasi ( Pengilhaman ) Alkitab Ajaran Inspirasi ( pengilhaman ) bukanlah sesuatu yang dipaksakan oleh para teolog terhadap Alkitab, melainkan merupakan pengajaran Alkitab sendiri; suatu kesimpulan yang didapat dari data-data yang ada di dalamnya. 3.1. Dari 2 Timotius 3:16 Dalam 2 Timotius 3:16 disebutkan bahwa segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

pa/sa grafh. qeo,pneustoj kai. wvfe,limoj pro.j didaskali,an( pro.j evlegmo,n( pro.j evpano,rqwsin( pro.j paidei,an th.n evn dikaiosu,nh|( ( pasa grafe theopneustos kai ofelimos pros didaskalian, pros elegmon, pros epanorthosin, pros paideian ten en dikaiosune, ... ) Kata yang diterjemahkan dengan “diilhamkan” adalah Theopneustos, yang secara harfiah berarti : “dihembuskan nafas Allah”. Teolog Reformed, Benjamin B. Warfield mengatakan bahwa kata ini hanyalah berbentuk pasif. 2 Artinya kitabkitab itu dalam keadaan pasif diberikan otoritas dari Allah yang secara aktif menghembuskan atau menghasilkan karya kitab suci itu. Dengan nafas & kuasa Ilahi, Roh Kudus menggerakkan para penulis Alkitab dengan begitu teliti sehingga hasilnya dengan tepat mencerminkan tujuan Allah sendiri. Bentuk pasif menunjukkan bahwa Alkitab adalah hasil dari nafas Allah. Ada pun tujuan dari pengilhaman adalah untuk mengajar, menegur, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan melatih orang dalam kebenaran, agar orang percaya siap, cakap atau mampu dan diperlengkapi dengan sempurna dalam setiap segi kehidupannya. Pendek kata, Alkitab datang dari Allah untuk menunjukkan kepada kita bagaimana kita harus hidup. 3.2. Dari 2 Petrus 1:21

ouv ga.r qelh,mati avnqrw,pou hvne,cqh profhtei,a pote,( avlla. u`po. pneu,matoj a`gi,ou fero,menoi evla,lhsan avpo. qeou/ a;nqrwpoiÅ ( ou gar thelemati anthropou enekhthe profhteia pote, alla hupo pneumatos hagiou feromenoi elalesan apo theou anthropoi )

2

Lihat Karl Bath, Church Dogmatics. Trans. G.T. Thompson (New York: Scribener's Sons, 1936), hal. 504. Bandingkan dengan pernyataan John Albert Bengel bahwa: "Scripture was divinely inspired not merely while it was being written God breathing throught the writters, but also while it was being read. God breathing trought the Scripture". William Childs Robinson, "The Inspiration of Holy Scripture", Christianity Today 13, No. 1 (Oct 11, 1968), hal. 7.

12

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Ayat ini memberitahukan dengan jelas bagaimana Allah memakai penulis insani untuk menghasilkan Alkitab. Roh Kudus mendorong ( "feromenoi" ) atau mengangkat mereka. Kata "feromenoi" ini harus dibedakan dengan pimpinan Roh Kudus ( a;gontai , "agontai" ), sebagaimana disebutkan dalam Roma 8:4, yang diberikan kepada setiap orang beriman. Didorong oleh Roh Kudus, "feromenoi" di sini menunjuk kepada suatu tindakan Roh Kudus secara khusus. Pemakaian kata kerja yang sama dalam Kisah Para Rasul 27:15 ( evfero,meqa , "eferometha" ) menerangi pemikiran kita mengenai apa yang dimaksudkan dengan “mendorong, mengangkat, menggerakkan” para penulis. Sama seperti kapal yang dihanyutkan, dibawa atau diseret angin, Allah memimpin dan menggerakkan para penulis untuk menghasilkan kitab-kitab dalam Alkitab. Meskipun angin itu suatu kekuatan besar yang menggerakkan/menghanyutkan kapal, para awak kapal itu tidak tidur dan tidak pasif. Demikianlah Roh Kudus adalah Pribadi yang memimpin, yang mengarahkan para penulis, namun mereka juga memainkan peranan sendiri secara aktif dalam menuliskan Alkitab. Namun ayat ini juga memiliki nilai penting lainnya. Ayat ini menyatakan bahwa kemauan para penulis tidak mengarahkan penulisan Alkitab ( ouv ga.r qelh,mati avnqrw,pou – ou gar thelemati anthropou ). Dengan demikian, nubuat tidak dihasilkan oleh kehendak manusia. Penyataan ini mengandung penjelasan penting mengenai ketidak-keliruan Alkitab. Kemauan manusia, termasuk kemauan untuk berbuat salah, tidak menghasilkan Alkitab, melainkan Roh Kudus yang tidak pernah keliru itulah yang menghasilkan Alkitab. Memang para penulis itu aktif dalam penulisan, namun apa yang mereka tuliskan dipimpin bukan oleh kemampuannya yang mungkin salah, melainkan oleh Roh Kudus yang adalah benar dan tidak bisa salah. Pendek kata, 2 Petrus 1:21 menyatakan bahwa Allah memakai manusia dan memberikan kepada kita sebuah Alkitab yang seluruhnya benar. 3.3. Dari 1 Korintus 2:13

a] kai. lalou/men ouvk evn didaktoi/j avnqrwpi,nhj sofi,aj lo,goij avllV evn didaktoi/j pneu,matoj( pneumatikoi/j pneumatika. sugkri,nontejÅ ( ha kai laloumen ouk en didaktois anthropines sofias logois all’ en didaktois pneumatos, pneumatikois pneumatika sugkrinontes ) Di sini Paulus menyatakan bahwa wahyu Allah datang kepada kita dalam katakata. Ini menjawab persoalan bahwa pengilhaman hanya berhubungan dengan pikiran Allah yang ingin kita mengetahuinya, namun tidak menyangkut kata-kata bagaimana pikiran itu dinyatakan. Pandangan demikian tidak mengharuskan untuk mempercayai ketidak-keliruan teks, karena bisa saja seseorang mempunyai

13

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

pikiran-pikiran yang benar dari Allah yang dibungkus dalam kata-kata manusia yang tidak luput dari kesalahan. Namun Paulus menegaskan bahwa pesan dari Allah datang melalui kata-kata dalam teks. Dengan demikian, ayat ini mengajarkan bahwa kata-kata yang dipakai dalam Alkitab adalah diilhami. 3.4. Dari Macam-macam Data Lainnya [1] Bahan Yang Langsung Dari Allah Dua Loh Batu yang bertuliskan Dasa Titah adalah langsung dari Allah ( Ulangan 9:10 ). [2] Bahan Hasil Penyelidikan Meskipun beberapa bagian Alkitab dituliskan secara langsung ( seperti surat Paulus ), beberapa bagian adalah hasil penyelidikan sebelum dituliskan. Injil Lukas adalah sebuah contoh ( Lukas 1:1-4 ). Lukas bukanlah seorang saksi mata dari kisah-kisah kehidupan Yesus. Allah bisa saja memberikan wahyu langsung mengenai kisah-kisah itu atau Allah menggerakkan Lukas untuk mendapatkannya melalui penyelidikan. Dalam pendahuluannya, Lukas memberitahukan bahwa : Ia berkonsultasi terlebih dahulu dengan para saksi mata dari kehidupan & pelayanan Yesus. Ia memakai kisah tertulis yang ada mengenai pelayanan Yesus. Ia menyelidiki dengan teliti & memilihnya dari bahan-bahan itu. Ia menyusun dengan teratur & membukukannya. <e> Roh Kudus menggerakkan & memimpinnya dalam penulisan itu sehingga semua tulisannya teliti & benar. [3] Bahan Nubuat Sekitar seperempat dari isi Alkitab adalah nubuat ketika dituliskan. Nubuat sejati hanya datang dari Allah yang mahatahu. Tidak seorang penulis pun dapat mengarang nubuat yang 100 % benar. [4] Bahan Sejarah Begitu banyak bagian Alkitab mencatat sejarah dengan begitu teliti. Sebagian besar dari sejarah Alkitab ditulis oleh mereka yang mengalaminya sendiri kisah-kisah itu. Misalnya, Lukas adalah teman seperjalanan Paulus dalam banyak kisahnya, Kisah Para Rasul 16:10-13, 20:5 - 21:18, 27:1 - 28:6, atau Yosua yang mengalami & kemudian menuliskan tentang penaklukan Kanaan dalam kitab Yosua. Kisah Penciptaan tentu saja haruslah diwahyukan Allah kepada Musa karena tidak seorang manusia pun menjadi saksi mata dan juga Musa menuliskannya lama setelah peristiwa itu terjadi.

14

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

[5] Bahan Lainnya Alkitab mencatat pula hal-hal yang tidak benar, seperti dusta Iblis dalam Kejadian 3:4-5, namun Alkitab mencatatnya dengan teliti. Alkitab juga memuat beberapa kutipan dari tulisan orang-orang yang belum diselamatkan ( Titus 1:12 ). Ada juga beberapa pasal yang jelas bersifat pribadi & emosional ( Roma 9:1-3 ). Namun bahan-bahan yang beraneka ragam itu dicatat dengan teliti. Dengan demikian, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa bahan tulisan yang beraneka ragam ini menunjukkan bahwa Allah kadangkala mewahyukan secara adikodrati dan langsung; ada kalanya Ia mengijinkan para penulis untuk menyusun pesan-Nya dengan memakai kebebasan untuk berekspresi. Namun Allah menghembuskan semua hasil akhir tulisan itu, dengan memimpin para penulis itu dengan berbagai cara untuk menyampaikan pesan-Nya dengan kata-kata dalam Alkitab. 3.5. Definisi Pengilhaman Berdasarkan data-data Alkitab mengenai pengilhaman tersebut di atas, maka dapatlah disusun definisi pengilhaman sebagai berikut : Pengilhaman adalah Allah mengawasi sedemikian rupa sehingga para penulis Alkitab itu menyusun dan mencatat tanpa kekeliruan pesan-Nya kepada manusia. Mengacu pada definisi tersebut di atas, maka ada beberapa kata kunci berkaitan dengan pengilhaman, yaitu : [1] Kata “mengawasi” memberikan peluang adanya warna warni hubungan antara Allah dengan para penulis dan bahan yang beragam. Pengawasan-Nya kadangkala langsung dan ada kalanya tidak langsung, namun selalu meliputi penjagaan agar para penulis menulisnya dengan teliti dan benar. [2] Kata “menyusun” menunjukkan bahwa para penulis bukanlah penulis steno yang pasif, yang sekedar mencatat apa yang Allah diktekan, melainkan justru sebagai penulis yang aktif menyusun. [3] “Tanpa kekeliruan” menyatakan penegasan Alkitab sendiri selaku kebenaran ( bandingkan dengan Yohanes 17:17 ). Akhirnya, kita tidak seharusnya menutup mata terhadap penegasan Alkitab terhadap dirinya sendiri dalam hal pengilhaman. Tiada kitab lainnya yang sebanding : Allah meniupkannya, manusia menuliskannya, dan kita memilikinya.

15

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

3.6. Bukti-bukti Pengilhaman Yesus telah menerima inspirasi penuh seluruh Perjanjian Lama ketika Ia mengucapkan deklarasi-Nya yang luas, “Kitab Suci tidak dapat dibatalkan” ( Matius 5:18, Yohanes 10:35 ). Pandangan ini kita sebut pengilhaman plenary ( menyeluruh ) dan verbal ( sampai kepada kata-kata ). Roma 3:2 adalah sesuai dengan pandangan ini ketika menyebutkan Perjanjian Lama adalah “Firman Allah”. Demikian juga Ibrani 3:7-11 ketika mengutip Mazmur 95:7-11 tidak mengemukakan penulis manusia, namun memperkenalkan kutipan itu dengan kata pendahuluan, “seperti yang dikatakan Roh Kudus”. Bagaimana dengan Perjanjian Baru ? Yesus pergi dari satu desa ke desa lainnya untuk mengajar. Sudah pasti Ia mengulangi banyak hal ketika Ia berjalan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Akibatnya, Ia meninggalkan suatu kumpulan pengajaran, serta berjanji kepada para murid-Nya, “Roh Kudus ... akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” ( Yohanes 14:26 ). Kumpulan pengajaran ini diteruskan oleh para rasul kepada Gereja ( Kisah Para Rasul 2:42 ). Roh Kudus memimpin para penulis kitab-kitab Injil untuk memilih dari kumpulan pengajaran tersebut materi yang akan bermanfaat bagi orang-orang yang kepadanya kitab Injil itu ditulis. Sebagai contoh, Lukas mengatakan kepada kita bahwa ia “menyelidiki segala peristiwa ini dengan seksama” ( Lukas 1:3 ), kita dapat yakin bahwa ia melakukan hal ini karena digerakkan oleh Roh Kudus. Jadi, pada jaman para rasul, proses penyataan ini sedang berlangsung. Kristus merupakan penggenapan nubuat-nubuat Perjanjian Lama. Generasi-generasi yang akan datang memerlukan catatan tentang kelahiranNya dari seorang perawan, ajaran-ajaran-Nya, kematian & kebangkitan-Nya ( yang ditulis dalam kitab-kitab Injil ); kisah tentang pendirian Gereja dengan pola-pola normatif untuk seluruh jaman Gereja ( terdapat dalam Kisah Para Rasul ); sebuah penjelasan tentang arti dari kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus, dengan bantuan praktis bagi gereja-gereja ( tercatat dalam Surat-surat Kiriman ) dan sekilas pandang tentang akhir jaman ( tercatat dalam kitab Wahyu ). Para rasul mengakui ketepatan suatu Perjanjian Baru. Hal ini dibuktikan oleh ayatayat, seperti 2 Petrus 3:15-16. Perhatikan ungkapan “tulisan-tulisan yang lain”. Di sini terdapat kesaksian yang jelas kepada kepercayaan Petrus pada dasawarsa ke-7 abad pertama bahwa Paulus sedang menulis materi yang setingkat dengan kitab suci Perjanjian Lama. Paulus juga menyatakan di beberapa tempat bahwa ia mempunyai Firman dari Tuhan, yaitu perkataan Yesus, untuk menyokong apa yang ia tulis ( Lihat 1 Korintus 11:23, 1 Tesalonika 4:1-2,15 ). Namun sekali pun ia tidak selalu mengatakan hal ini, itu bukan berarti bahwa apa yang ditulisnya tidak diilhamkan Roh Kudus ( bandingkan dengan 1 Korintus 7:12 ).

16

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Alkitab mengajar kita bahwa Roh Kudus bekerja sedemikian rupa pada para nabi dan rasul sehingga kata-kata dalam naskah pun penuh dengan kuasa. Apabila kata-kata itu tidak diilhamkan, maka orang-orang dengan leluasa dapat mengubahnya agar sesuai dengan gagasan mereka. Oleh karena itu, pengilhaman sangat perlu untuk melindungi kebenaran. Yesus menunjukkan pentingnya tiap kata dengan mengatakan, “Selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, ..... ” ( Matius 5:18 ). 4. Inerransi ( Ketidak-keliruan ) Alkitab Menurut Feinberg istilah “inerrancy” adalah kata yang relatif baru dalam bahasa Inggris. Ia mengatakan bahwa istilah ini seolah-olah merupakan transliterasi dari kata Latin “inerratia,” bentuk partisip dari kata kerja “inerro,” tapi sebenarnya bukan. 3 Feinberg menyelidiki istilah ini dari kamus yang baginya cukup memadai, Oxford English-Dictionary. Di dalamnya disebutkan bahwa Boethius, yang hidup pada akhir abad keenam dan permulaan abad ketujuh, telah menggunakan istilah Latin ‘inerratum’ dalam pengertian “ketidak-adaan salah.” Disebutkan juga Thomas Hardwell Horne telah menggunakan kata benda ‘inerrancy’ pada bukunya yang berjudul Introduction to the Critical Study and Knowledge of the Holy Scriptures. Buku ini terbit pertama kali pada tahun 1818. 4 Dalam kamus Oxford, istilah ‘inerrancy’ diberi definisi sebagai berikut: “kualitas atau kondisi dari keberadaan yang tanpa salah atau tidak salah; bebas dari kesalahan.” Sedangkan ‘inerrant’ berarti “tidak berbuat kesalahan.” Sebaliknya istilah ‘errant’ didefinisikan sebagai “tindakan atau keadaan yang salah”; “keadaan salah dalam pandangan”; “suatu yang dilakukan secara tidak tepat karena ketidaktahuan atau karena tidak hati-hati; suatu kesalahan”. 5 Beberapa teolog Injili, tidak setuju dengan penggunaan istilah ‘inerrancy.’ Misalnya Lasor tidak setuju karena istilah ini meniadakan konsep negatif. Ridderbos dan Piepkorn mengatakan bahwa istilah ini tidak Alkitabiah. Pinnock mengatakan bahwa istilah ini hanya dihubungkan dengan naskah asli dan tidak menegaskan kewibawaan teks Alkitab yang kita gunakan. 6 Istilah-istilah yang mereka usulkan mengenai diskusi ini ialah ‘inspirasi’, ‘ketiadaan cacat’, ‘tak dapat keliru’, dan ‘tak terdapat penipuan’. Tapi Feinberg menganggap bahwa istilah ‘inerrancy’ yang lebih tepat, sesuai dengan gambaran data Alkitab. Sebab sisi positif dari istilah ini mengatakan bahwa Alkitab benar seluruhnya. Data Alkitab dapat dilihat dalam Mazmur 119, “Taurat-Mu benar” ( ayat 142 ): “Segala perintah-Mu adalah benar” 3

4 5 6

Paul D. Feinberg, “The Meaning of Innerancy” Innerancy, ed. Norman L. Geisler (Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 1980), h. 291. Ibid., h. 291-292. Ibid. Ridderbos dan Piepkorn, sebagaimana dikutip oleh Feinberg dalam “The Meaning of Innerancy” Innerancy, h. 292-293.

17

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

( ayat 151 ); “Firman-Mu adalah kebenaran” ( ayat 160 ). Juga dalam Amsal 30:5, “Firman Allah adalah kebenaran.” Dengan dasar ini pula Feinberg memberi definisi sebagai berikut : Ketaksalahan berarti bahwa bila semua fakta Alkitab dalam tulisan aslinya diketahui dan ditafsirkan dengan semestinya, segala sesuatu akan terbukti benar seluruhnya dan dikokohkan, apakah menyangkut doktrin atau moralitas atau sosial, fisik atau ilmu pengetahun. 7 Bagi Lindsell, istilah ‘infallible’ ( tak dapat keliru ) dan ‘inerrant’ ( tak dapat salah ) adalah dua kata bersinonim, yang dapat dipertukarkan. Ia menggunakan kedua kata itu secara bergantian untuk membicarakan pokok mengenai Alkitab, dalam hal dapat dipercaya, berwibawa, dan sebagainya. 8 Kalau pun ada beberapa orang membuat perbedaan antara Inerrant dan Infallible, maka perbedaan itu terletak pada nuansa pengertian di antara kedua istilah tersebut. Inerrant menekankan sifat Alkitab yang selalu mengatakan yang sebenarnya, sedangkan Infallible menekankan sifat layak dipercaya dari Alkitab. Sifat bebas dari kesalahan dan sifat tidak mungkin bersalah ini berlaku untuk seluruh isi Alkitab dan termasuk wahyunya serta fakta-faktanya yang bebas dari kesalahan. Alkitab adalah kebenaran ( 2 Samuel 7:28, Mazmur 119:43, 160, Yohanes 17:17,19, Kolose 1:5 ). Dengan demikian, Inerransi dapat disimpulkan sebagai kualitas bebas dari kesalahan yang dimiliki Alkitab. Doktrin inerransi mengajarkan bahwa Alkitab bebas dari kesalahan. Firman Allah tidak dapat salah dan tidak menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan fakta. Doktrin inerransi tidak mengajarkan bahwa masing-masing terjemahan Alkitab itu sempurna dalam terjemahannya. Doktrin ini juga tidak mengajarkan bahwa tidak ada kesalahan yang kadang-kadang dilakukan penyalin, yang dapat ditemukan di dalam teks yang telah dilindungi demi kita. Pada saat kita berbicara tentang inerransi/infallibilitas Alkitab berarti kita membicarakan tentang manuskrip yang asli. Terjemahan-terjemahan yang berbeda digunakan, sehingga orang-orang di seluruh dunia dapat membaca Alkitab dalam bahasa mereka sendiri. Kritik teks setuju bahwa, dalam terjemahan yang baik, tidak sampai satu dalam seribu kata yang dipertanyakan selama teks asli diperhatikan. Oleh karena itu, ketika seseorang membaca Alkitab dengan terjemahan yang baik, ia dapat membaca dengan keyakinan bahwa terjemahan tersebut menyampaikan Firman Allah dengan derajat akurasi yang tertinggi.

7 8

Ibid., h. 294. Harold Lindsell, The Battle for the Bible (Grand Rapids: Zondervan, 1976.), h.27.

18

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Pada saat kita mempelajari doktrin inerransi kita juga harus menyadari bahwa karakter Allah sendiri dipertaruhkan. Allah mengklaim sebagai Penulis Alkitab dan Ia menegaskan bahwa Firman-Nya adalah kebenaran ( Yohanes 17:17, Mazmur 119:160 ). Serangan terhadap doktrin inerransi Alkitab merupakan serangan terhadap karakter Allah. Menyangkal inerransi berarti menjuluki Allah Pendusta, namun Allah tidak dapat berdusta ( Titus 1:2 ). Rasul Paulus menyimpulkan hal ini ketika ia menyatakan, “Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong” ( Roma 3:4 ). Seluruh Alkitab memperlihatkan bahwa Ia dapat dipercaya serta dapat diandalkan, dan bahwa sifat-Nya menjamin wibawa, sifat bebas dari kesalahan dan sifat tidak mungkin bersalah dari Firman-Nya. 5. Otensitas & Kredibilitas Alkitab Bila kita telah menerima kenyataan bahwa Alkitab adalah wujud penyataan ilahi, maka dengan segera kita akan tertarik untuk mengetahui sifat dokumen-dokumen yang berisi penyataan tersebut. 5.1. Otensitas Alkitab Kitab-kitab di dalam Alkitab, yang seluruhnya berjumlah 66 kitab itu, datang kepada kita dalam bentuk salinan-salinan yang beribu-ribu banyaknya. Naskahnaskah asli yang ditulis dengan tulisan tangan ( autographa ) telah tercecer, namun kita memiliki salinan-salinan dari naskah asli tersebut. Di antara salinan-salinan itu terdapat salinan-salinan yang sudah sangat tua. Salinan-salinan ini memperlihatkan perbedaan-perbedaan kecil yang disebut variant-variant. Dalam ilmu pengetahuan teologi terdapat suatu bidang tersendiri yang disebut teks-kritik, yang tugasnya adalah meneliti naskah-naskah ini serta memeriksa naskah-naskah mana yang paling dapat dipercaya. Jadi teks-kritik ini bertujuan membuat rekonstruksi yang setepat mungkin dari teks asli naskah-naskah itu. Tentu saja ilmu pengetahuan ini tidak dapat menghasilkan ketepatan 100 %. Namun satu hal tidak dapat disangkal, yakni ilmu pengetahuan tersebut telah berhasil memastikan bahwa tidak ada perbedaan dalam amanat yang sebenarnya dari berbagai kitab dalam Alkitab itu. Esensi dari amanat itu dalam setiap kitab ternyata telah diteruskan secara cermat benar dari abad ke abad. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan variant ( kecil & tidak berarti ) dalam teks naskahnaskah itu, namun isi dan maksudnya yang sebenarnya senantiasa menonjol dengan amat jelas dalam semua naskah itu. Dengan kata lain, “benang merah” tentang karya keselamatan dari Allah tetap konsisten diberitakan dari setiap kitab dalam Alkitab tersebut !

19

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

5.2. Kredibilitas Alkitab Yang dimaksudkan dengan kredibilitas di sini adalah meliputi baik kebenaran apa yang dicatat, maupun kemurnian naskah. Berikut secara singkat akan dibahas hal kredibilitas Alkitab. 5.2.1. Kredibilitas Perjanjian Lama Kredibilitas kitab-kitab Perjanjian Lama ditetapkan oleh kedua kenyataan besar : [1] Berdasarkan Pengakuan Kristus Terhadap Perjanjian Lama Kristus menerima Perjanjian Lama selaku naskah yang secara benar mencatat peristiwa-peristiwa dan ajaran-ajaran yang tercantum di dalamnya ( Matius 5:17-18, Lukas 24:27,44-45, Yohanes 10:34-36 ). Dengan tegas Yesus menerima berbagai ajaran Perjanjian Lama adalah benar, misalnya : penciptaan alam semesta oleh Allah ( Markus 13:19 ), penciptaan manusia secara langsung ( Matius 19:4-5 ), pembinasaan dunia dengan air bah pada jaman Nuh ( Lukas 17:26-27 ), penghancuran Sodom & Gomora serta pelepasan keluarga Lot ( Lukas 17:28-30 ), Musa selaku penulis Pentateuch ( Lukas 24:27 ), pemberian Manna di padang gurun ( Yohanes 6:32 ), adanya Kemah Suci ( Lukas 6:3-4 ), pengalaman Yunus di dalam perut ikan ( Matius 12:39-40 ). Bila Yesus adalah Allah yang dinyatakan dalam keadaan manusia, maka pastilah Ia mengetahui semua fakta dalam sejarah Perjanjian Lama. Dengan demikian, kesaksian-Nya harus diterima selaku kebenaran. [2] Berdasarkan Sejarah & Arkeologi Sejarah memberikan banyak bukti bahwa gambaran Alkitab tentang kehidupan di Mesir, Asyur, Babilonia, Media-Persia, dan lain-lain itu sesuai dengan kenyataan. Beberapa raja dari berbagai bangsa ini disebutkan dalam Alkitab, dan tidak seorang pun yang ditampilkan secara tidak sesuai dengan fakta sejarah yang diketahui tentang raja tersebut. Arkeologi juga menyajikan banyak bukti yang menguatkan catatan Alkitab. Lembaran tanah liat yang ditemukan di Babilonia berisi kisah air bah yang mengandung banyak sekali kemiripan dengan kisah Alkitab. Lembaranlembaran Nuzi menjelaskan tindakan Sara & Rahel memberikan hamba perempuan mereka kepada suami masing-masing. Tulisan & abjad Mesir kuno menunjukkan bahwa orang sudah dapat menulis lebih dari seribu tahun sebelum masa hidup Abraham. Arkeologi juga menguatkan bahwa umat Israel tinggal di Mesir, bahwa mereka diperbudak di sana, dan bahwa akhirnya mereka meninggalkan Mesir. Lembaran-lembaran Tel-el-Amarna membuktikan bahwa kitab Hakim-hakim dapat dipercayai.

20

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Sangat penting untuk diperhatikan bahwa tidak ada penemuan Arkeologi yang pernah membuktikan kesalahan dari suatu keterangan Alkitab. Kenyataannya, lebih dari 25.000 lokasi telah ditemukan dan dokumen-dokumen yang memperkuat ketepatan dan dapat dipercayainya catatan Alkitab tentang peristiwa-peristiwa, kelompok-kelompok masyarakat, kronologis peristiwa, dan sebagainya. Penelitian Arkeologi terus berlanjut sekarang, dan banyak Arkeolog sebenarnya menggunakan teks dari Alkitab untuk menolong mereka menemukan suatu tempat sejarah ! 5.2.2. Kredibilitas Perjanjian Baru Kredibilitas kitab-kitab Perjanjian Baru dapat ditetapkan oleh empat (4) fakta yang besar, yakni : [1] Para Penulis Kitab-kitab Perjanjian Baru Adalah Mereka Yang Mengetahui Betul Apa Yang Ditulisnya Mereka berkualifikasi untuk memberikan kesaksian serta mengajarkan kebenaran Ilahi. Matius, Yohanes, dan Petrus merupakan murid-murid Yesus dan saksi mata atas setiap perbuatan & ajaran-Nya ( 2 Petrus 1:18, 1 Yohanes 1:1-3 ). Markus, menurut catatan Papias, adalah pengikut Petrus dan ia telah menulis secara teliti apa yang diingatnya dari ajaran Petrus. Lukas merupakan rekan seperjalanan Paulus dan menurut catatan Ireneus, ia mencatat dalam sebuah kitab Injil yang diberitakan oleh Paulus. Paulus jelas sekali telah dipanggil dan ditugaskan oleh Kristus dan ia sendiri mengakui bahwa ia menerima Injil dari Kristus sendiri ( Galatia 1:11-17 ). Yakobus & Yudas adalah saudara sekandung Yesus, dan amanat mereka sampai kepada kita dengan berlatar-belakangkan kenyataan ini. Mereka semua telah diurapi Roh Kudus sehingga dengan demikian mereka menulis bukan sekedar berdasarkan ingatan mereka sendiri, melainkan sebagai orang-orang yang diberi kemampuan khusus oleh Roh Kudus untuk tugas itu. [2] Para Penulis Kitab-kitab Perjanjian Baru Adalah Orang-orang Jujur Nada moral dalam tulisan mereka, sikap yang jelas menjunjung tinggi kebenaran, serta sifat teliti dan terinci dari kisah-kisah yang mereka tulis menunjukkan bahwa mereka bukanlah para penipu, melainkan orangorang yang jujur. Kejujuran mereka juga tampak dari kenyataan bahwa kesaksian mereka sebenarnya membahayakan status moral, harta kekayaan, dan bahkan nyawa mereka sendiri. [3] Tulisan-tulisan Mereka Saling Melengkapi Injil-injil Sinoptis tidak memberikan kesaksian yang saling berlawanan namun justru saling melengkapi. Injil Yohanes melengkapi kesaksian 21

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Injil-injil Sinoptis. Kisah Para Rasul menyediakan latar belakang historis untuk 13 Surat Kiriman Rasul Paulus. Surat Ibrani, Surat-surat Umum lainnya, maupun kitab Wahyu dapat dimasukkan dalam periode abad pertama Masehi. Dari segi doktrin, kitab-kitab Perjanjian Baru ini juga saling melengkapi. Keilahian Kristus disebut dalam Injil-injil Sinoptis dan Injil Yohanes. Paulus dan Yakobus tidak saling bertentangan, namun mereka berdua menyajikan masalah iman dan perbuatan baik dari sudut pandang yang berbeda. Keduapuluh tujuh kitab Perjanjian Baru menyajikan suatu gambaran yang sangat harmonis tentang diri dan karya Yesus Kristus. Kenyataan ini ikut mendukung kredibilitas kitab-kitab tersebut. [4] Isi Kitab-kitab Perjanjian Baru Sesuai Dengan Sejarah & Pengalaman Dalam Perjanjian Baru terdapat banyak sekali catatan tentang sejarah pada jaman itu, misalnya sensus penduduk yang diselenggarakan ketika Kirenius menjadi gubernur di Siria ( Lukas 2:2 ), perbuatan Herodes Agung ( Matius 2:16-18 ), tindakan Herodes Antipas ( Matius 14:1-12 ), tindakan Herodes Agripa II ( Kisah Para Rasul 25:13 - 26:32 ), dan sampai sejauh ini tidak seorang pun sanggup menunjukkan bahwa apa yang dinyatakan oleh Alkitab bertolak belakang dengan kenyataan sejarah yang diperoleh dari naskah-naskah lain yang dapat dipercaya. Mengenai pengalaman, bila kita mempercayai adanya Allah yang berkepribadian, mahakuasa, dan penuh kasih, maka mujizat menjadi sangat tidak mustahil. Kalaupun mujizat-mujizat sekarang ini tidak muncul sesering dahulu, karena memang tidak diperlukan sebagaimana diperlukan pada masa itu. Mujizat-mujizat tersebut dimaksudkan untuk memperkuat penyataan Allah ketika disampaikan untuk pertama kalinya. Namun karena sekarang Kekristenan sudah diterima, maka mujizatmujizat itu tidak lagi muncul sebanyak dahulu. Dengan demikian, tidak ada sesuatu pun dalam sejarah atau pengalaman yang bertolak belakang dengan apa yang terdapat dalam Perjanjian Baru.

22

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

6. Kanonitas Alkitab Kekristenan bukanlah agama kitab. Seseorang menjadi Kristen karena Roh Kudus menanamkan iman di dalam hatinya. Oleh karena itu, orang Kristen tidak menyembah Alkitab, tetapi menyembah Juru Selamat mereka yang hidup, yang ada di Surga. Dialah yang kedatangan-Nya mereka nantikan. Kekristenan seringkali digolongkan ke dalam agama-agama kitab. Akibatnya, keunikan Kekristenan kian memudar. Orang Kristen memang mempunyai Alkitab, namun mereka percaya kepada satu Pribadi. Yang amat mencolok, Pengakuan Iman Rasuli yang terdiri atas 12 pokok itu mampu menguraikan apa yang dipercaya orang Kristen tanpa menyebutkan Alkitab. Hal ini tidak berarti bahwa Kekristenan tidak mempunyai Kitab Suci. Gereja Tuhan di sepanjang masa mempunyai Rajanya di Surga, Roh Kudus di hatinya, dan Alkitab di tangannya. Dengan demikian, yang pertama-tama dilihat dari luar adalah Alkitab sehingga dapat dimengerti bahwa bila dilihat dari permukaan, Kekristenan disebut agama kitab. 6.1. Arti Istilah “Kanon” Istilah “Kanon” berasal dari bahasa Yunani Klasik, yang berarti sebatang tongkat ( rod ), penggaris ( ruler ), atau kayu pengukur ( measuring rod ). Kata Ibrani yang dekat dengan istilah Yunani Klasik ini adalah “Kaneh” yang berarti kayu pengukur, atau tombak pengukur ( Yehezkiel 40:3, 42:16 ). Dari konsep arti itu kemudian berkembang menjadi dasar pengertian secara metafor, yakni standar atau Norma. Pada jaman Gerika ( Pre-Christian ), kata “Kanon” ini sudah dipakai dengan arti metafor, misalnya untuk melukiskan standar di dalam hal etika, seni, dan literatur. Pada jaman Kekristenan mula-mula, istilah “Kanon” ini dipakai untuk peraturan iman, tulisan yang memenuhi standar atau Alkitab yang berotoritas. Paulus pun telah memakai kata ini di dalam surat kirimannya ( 2 Korintus 10:13-16, Galatia 6:16 ). Diperkirakan kata “Kanon” yang pertama kali dipakai dalam hubungan dengan Alkitab adalah pada tahun 350 Masehi oleh Athanasius, di mana artinya dari sudut positif berarti “Standar” dan dari sudut negatif - Kanonisasi - berarti : pengenalan atau penerimaan gereja terhadap Alkitab adalah Firman Allah. Dengan demikian dapat disimpulkan, arti “Kanon” adalah kitab-kitab yang telah diselidiki, dan dinyatakan memenuhi syarat ( diterima & mencapai Standar yang seharusnya ), serta diakui telah diilhamkan oleh Allah sendiri.

23

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

6.2. Persyaratan-persyaratan Kanonisasi Alkitab [1] Bukan Berdasarkan Tuanya ( Antiknya ) Banyak kitab kuno yang tidak termasuk kanon, misalnya : a. Kitab Peperangan Tuhan, Bilangan 21:14. b. Kitab Orang Jujur, Yosua 10:13. Sebaliknya ada kitab-kitab yang termasuk baru ( pada jamannya ) namun telah termasuk kanon, Ulangan 31:24-26, Daniel 9:2, 2 Petrus 3:15-16. [2] Bukan Disebabkan Kitab Itu Bersesuaian Dengan Taurat. Misalnya : - Tulisan Elia, 2 Tawarikh 21:12 - Tulisan Ido, 2 Tawarikh 12:15 - Surat Kepada Orang Laodekia, Kolose 4:16 - Surat Kepada Orang Korintus, 1 Korintus 5:9. [3] Bukan Disebabkan Kitab itu Ditulis Dalam Bahasa Ibrani Banyak kitab yang ditulis dalam bahasa Ibrani, misalnya Apocrypha Perjanjian Lama, namun ditolak, sedangkan bagian kitab yang ditulis dalam bahasa Aram, misalnya Daniel 2:4b-7, Ezra 4:8 - 6:18, 7:12-26 diterima. [4] Bukan Disebabkan Bernilai Religius Misalnya : Lukas 1:1, Yohanes 21:25 - kesaksian ada literatur agama. Jadi termasuk atau tidaknya sebuah kitab ke dalam Kanon sama sekali bukan ditentukan oleh manusia, melainkan oleh Allah sendiri. Hal ini bergantung pada otoritas kitab tersebut dan otoritas itu ada sebab adanya ilham Allah. Dan ilham Allah itu dikenali oleh men of God ! 6.3. Prinsip-prinsip Kanonikal Alkitab [1] Otoritas : Apakah kitab itu diilhamkan oleh Allah ( 2 Timotius 3:16 ) ? [2] Prophetic : Apakah kitab itu ditulis oleh men of God ( Ibrani 1:1 ) ? [3] Original : Apakah kitab itu mengisahkan hal yang benar tentang Allah, manusia, dan sebagainya ( 2 Petrus 2:1 ) ? [4] Dinamis : Apakah kitab itu mempunyai kuasa Allah yang dapat mengubahkan hidup manusia ( Ibrani 4:12, 2 Timotius 3:16 ) ? [5] Diterima : Apakah kitab itu diterima secara luas oleh umat Allah ( Gereja ) ?

24

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

6.4. Kanon Perjanjian Lama 6.4.1. Sejarah Kanon Perjanjian Lama Alkitab sendiri memiliki catatan yang jelas tentang sejarah pembentukan Kanon, sebagaimana dapat diketahui melalui fakta-fakta sebagai berikut : [01] Loh Batu yang berisi 10 Hukum ( Dasa Titah ) ditaruh dalam tabut Perjanjian, Keluaran 40:20. Loh Batu itu masih berada dalam Tabut Perjanjian ketika Salomo membawa Tabut itu ke dalam Bait Allah yang baru saja didirikan ( 1 Raja-raja 8:9 ). [02] Kitab Taurat yang ditulis oleh Musa diletakkan di samping Tabut Tuhan sebagai saksi atas kesalahan Israel ( Ulangan 31:24-36, bandingkan dengan Keluaran 24:7 ). Hal ini menunjukkan bahwa kitab-kitab itu berotoritas dan menjadi inti/pusat dari umat Israel atau Firman Allah menjadi Patokan atau Kanon atas kehidupan umat-Nya. [03] Yosua menulis sebuah kitab yang melanjutkan kitab Taurat ( Yosua 24:26 ). [04] Samuel menulis sebuah kitab lalu diletakkan di hadapan Tuhan ( 1 Samuel 10:25 ). Ini berarti di dalam atau di samping Tabut Perjanjian dan kitab-kitab yang lain. [05] Allah menggerakkan orang lain untuk melanjutkan mencatat, misalnya : * Kisah Daud oleh Natan & Gad, 1 Tawarikh 29:29. * Kisah Salomo oleh Natan, Ahia, dan Ido, 2 Tawarikh 9:29. * Kisah Manasye oleh para nabi & Yesaya, 2 Tawarikh 33:19. * Kitab Tawarikh selesai ditulis pada jaman Ezra, sebab di dalamnya mencatat dekrit yang dikeluarkan oleh raja Koresy yang mengijinkan orang Israel untuk kembali, 2 Tawarikh 36:22. Dan Ezra menulisnya berdasarkan catatan yang telah ada, yang ditulis oleh para imam dan nabi. [06] Banyak Mazmur yang ditulis oleh Daud ( 73 pasal ) dan kitab-kitab para nabi yang memakai nama para nabi itu. [07] Di dalam Yeremia 36:1-32 dikisahkan bagaimana Yeremia setelah bernubuat selama 23 tahun , baru Allah memerintahkannya untuk menuliskan berita tersebut. Setelah menuliskannya, maka gulungan kitab itu dibawa dan dibacakan di hadapan raja Yoyakhim. Namun raja ini membakar gulungan kitab tersebut. Kemudian Allah menggerakkan Yeremia untuk menuliskan lagi dan memberikan Yeremia banyak berita lagi ( Yeremia 36:32 ). Ada kemungkinan bahwa apa yang ditulis oleh Yeremia melalui juru tulisnya, Barukh, untuk kedua kalinya, inilah apa yang kita miliki sekarang ( Yeremia 1 - 36 ). Kita tidak mengetahui kapan kitab ini diterima selaku

25

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

penyataan Allah, namun di Yeremia 36:25 ada orang-orang yang memohon kepada raja agar raja tidak membakar gulungan kitab tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mereka percaya bahwa gulungan kitab tersebut adalah Firman Allah. [08] Ketika orang-orang Israel ditawan ke Babel, mereka membawa serta kitab Taurat. Hal ini dapat diketahui sebab Ezra menyelidiki Taurat di Babel dan membawa Taurat itu kembali bersamanya ke Yerusalem ( Ezra 7:6,14, Nehemia 8:1-2 ). Bisa jadi yang dimaksudkan dengan kitab Taurat adalah seluruh Perjanjian Lama yang telah ditulis pada waktu itu, sebab istilah ini kemudian dipakai untuk menyebut seluruh Perjanjian Lama. [09] Seluruh Perjanjian Lama diperkirakan telah lengkap pada jaman Ezra. Kitab Para Nabi yang terakhir yang mencatat tahun di dalamnya adalah Hagai & Zakharia ( Zakharia 1:1, 7:1, dan Hagai 1:1 ). Kitab Maleakhi tidak diketahui tahunnya, namun mungkin sekali ditulis pada masa itu juga. Tentu saja kitab Ezra, Nehemia, dan Ester juga ditulis pada waktu itu. Inilah kitabkitab yang paling akhir ditulis. Banyak orang berpendapat bahwa Ezra yang mengumpulkan semua kitab-kitab ini dan menyatukannya menjadi Kanon Perjanjian Lama yang lengkap ( sekitar tahun 400 sM ). [10] Pada sekitar tahun 200 sM, Perjanjian Lama diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, yang disebut Septuaginta ( LXX ). Terjemahan ini dilakukan oleh 70 orang Ahli Tarurat Yahudi di kota Alexandria, Mesir dalam waktu 70 hari. Pada waktu itu banyak orang Yahudi yang tinggal di Mesir. Mereka tidak mengerti bahasa Ibrani sedangkan bahasa Yunani adalah bahasa umum. Fakta bahwa pada waktu itu Perjanjian Lama telah diterjemahkan, berarti Kanon Perjanjian Lama telah lengkap dan semua kitab tersebut telah diakui otoritasnya. 6.4.2. Isi Kanon Perjanjian Lama [1] Catatan paling awal mengenai Isi Kanon Perjanjian Lama ditulis oleh Melito, uskup dari Sardis pada sekitar tahun 170 Masehi. Melito mengatakan bahwa ia mendapatkan daftar tersebut setelah mengadakan penyelidikan yang seksama tatkala sedang mengadakan perjalanan di Siria. Daftar tersebut dicantumkan oleh Eusebius dalam bukunya, Ecclesiastical History, Volume IV sebagai berikut :

26

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

1. 2.

3.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan. Yosua bin Nun, Hakim-hakim & Rut, Kitab-kitab Lain Empat Kitab Kerajaan & 2 Tawarikh, Mazmur Daud, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Ayub. Kitab-kitab Para Yesaya, Yeremia, 12 Kitab Nabi, Daniel, Yehezkiel, Ezra. Nabi Lima Kitab Musa

Rupanya Melito menggabungkan kitab Ratapan dengan Yeremia dan kitab Nehemia dengan Kitab Ezra. Daftarnya mengenai semua kitab Perjanjian Lama, kecuali kitab Ester. [2] Pada tahun yang kira-kira sama dengan Daftar Kanon Perjanjian Lama Melito, didapati suatu daftar kitab Perjanjian Lama dalam sebuah manuskrip di perpustakaan seorang Greek Patriakh di Yerusalem. Daftar ini baru muncul sekitar abad IV Masehi melalui tulisan Epiphanius, uskup Selamis di Cyprus. Dalam daftar tersebut terdapat seluruh kitab Perjanjian Lama. [3] Origenes ( 185 - 254 Masehi ) mencatat daftar Perjanjian Lama sebanyak 22 kitab, dengan pembagian sebagai berikut : 1-5 6 7 8-9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Kitab Musa Yosua Hakim-hakim & Rut 4 Kitab Kerajaan 1 & 2 Tawarikh Ezra & Nehemia Mazmur Amsal Pengkhotbah Kidung Agung Yesaya Yeremia, Ratapan, dan Surat Yeremia Daniel Yehezkiel Ayub Ester 12 Kitab Nabi Kecil

[4] Athanasius, uskup dari Alexandria, yang mendiskusikan kanon Alkitab pada tahun 367 Masehi dalam Easter Letter menyebut jumlah kitab Perjanjian Lama sebanyak 22 kitab. Ke-22 kitab tersebut sama dengan kitab-kitab Perjanjian Lama kita, kecuali kitab Ester. Dan kitab Yeremia selain ada tambahan kitab Ratapan, juga Surat Yeremia.

27

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

[5] Jerome ( 347 - 420 Masehi ) menulis dalam kata pengantarnya di Tafsiran Kitab Daniel, “... kitab Daniel tidak dikelompokkan dalam kumpulan kitab Nabi-nabi, melainkan dalam Hagiographa ( The Sacred Writtings ). Orang Yahudi membagi Perjanjian Lama dalam tiga bagian yakni : Kitab Taurat, Nabi-nabi, dan Hagiographa yang terdiri atas : 5, 8, dan 11 kitab”. Jerome menyebut 24 kitab, sebab kitab Rut dilepaskan dari kitab Hakimhakim, dan kitab Ratapan dari kitab Yeremia. [6] Terakhir, yang terpenting, kanon Ibrani ( Perjanjian Lama ) ini diterima selaku otoritas tertinggi oleh Tuhan Yesus dan para rasul-Nya. Tuhan Yesus menerima Perjanjian Lama sebab Ia mengenali kitab-kitab tersebut memiliki divine quality ! Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani berisi kitab-kitab yang sama dengan kitab yang kita miliki, hanya pembagian dan susunan kitabnya berbeda. Ketika Perjanjian Lama Bahasa Ibrani diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani ( Septuaginta ), kitab-kitabnya disusun kembali dan dibagi sebagaimana Alkitab Perjanjian Lama kita. Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani terdiri atas 24 kitab, yang dibagi menjadi tiga (3) kelompok, yaitu : 1. 2.

3.

TORAH ( Pentateuch ) NEBHIIM ( Nabi-nabi ) KETUBHIM ( Tulisan-tulisan )

Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan ( 5 Kitab ) Yosua, Hakim-hakim, 1 & 2 Samuel, 1 & 2 Raja-raja ( 4 kitab - Nabi-nabi Terdahulu ) Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Ke-12 Kitab Nabi Kecil ( 4 kitab Nabi-nabi Terkemudian ) Mazmur, Amsal, Ayub ( 3 kitab Syair ) Kidung Agung, Rut, Ratapan, Pengkhotbah, Ester ( 5 kitab - Megiloth ) Daniel, Ezra & Nehemia, 1 & 2 Tawarikh ( 3 kitab Sejarah )

Pada jaman Perjanjian Baru, Perjanjian Lama dibagi dalam 22 kitab yang merupakan jumlah abjad dalam bahasa Ibrani, yakni dengan mempersatukan kitab Rut dengan Hakim-hakim, dan kitab Ratapan dengan kitab Yeremia. Biasanya seluruh Perjanjian Lama mereka sebut Kitab Nabi-nabi, kecuali kitab Musa ( Matius 5:17, Lukas 22:44 ). Pembagian Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani ini didasarkan atas status penulisnya ( Official Order ), sedangkan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani ( Septuaginta ) dibagi menurut isi kitab ( Topical Order ).

28

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Adapun pembagian Perjanjian Lama Septuaginta adalah sebagai berikut : 1. 2.

Taurat ( Hukum ) Sejarah

5 Kitab 12 Kitab

3.

Syair

5 Kitab

4.

Nubuat a. Nabi Besar b. Nabi Kecil

17 Kitab

Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan. Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1 Samuel, 2 Samuel, 1 Raja-raja, 2 Raja-raja, 1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester. Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung. Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, Daniel ( 5 kitab ) Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi ( 12 kitab ).

Pembagian menurut Septuaginta ini kemudian diikuti oleh Jerome untuk Vulgata ( Alkitab berbahasa Latin ), yang berlangsung terus selama 1.000 tahun, sampai terjemahan Alkitab bahasa Inggris pertama, Wycliffe, bahkan sampai sekarang ini 6.5. Kanon Perjanjian Baru [1] Setelah kenaikan Yesus ke Surga, sekitar 20 tahun berlalu di mana pada tahuntahun itu Injil diberitakan melalui para rasul dan tidak sebuah kitab pun pada waktu itu ditulis. Tampaknya selama saksi mata tentang keselamatan yang telah dilaksanakan oleh Yesus itu masih hidup, belum dirasakan perlunya membuat catatan yang resmi. [2] Yakobus diperkirakan menulis surat kirimannya pada tahun 46 AD. Bila ini benar, maka Surat Yakobus adalah yang paling awal ditulis. [3] Paulus menulis 1 & 2 Tesalonika pada perjalanan pekabaran Injilnya yang kedua ( tahun 52 AD ). [4] Berangsur-angsur surat-surat kiriman yang lain, Kisah Para Rasul, dan Wahyu ditulis. [5] Pada saat surat-surat ini menjadi terkenal, maka berangsur-angsur dibuat salinan-salinan untuk berbagai gereja. Banyak dari surat kiriman, juga Injil Lukas dan Kisah Para Rasul ditulis untuk seseorang. Ada pula yang untuk gereja atau umum. Namun yang lain meminta salinan-salinannya maka dibuat salinan-salinan untuk mereka dan tidak dapat diragukan lagi bahwa salinansalinan tersebut dibacakan di dalam pertemuan-pertemuan mereka ( Kolose 4:16, 1 Tesalonika 5:27, Wahyu 1:3 ). [6] Pada waktu yang bersamaan dan sesudahnya ada orang-orang yang menulis kitab-kitab tentang Yesus dan surat-surat ke gereja-gereja, yang tidak termasuk dalam Kanon ( lihat Lukas 1:1 ). Beberapa kitab yang lain ditulis pada abad II dan III, yang dikenal dengan Apocrypha Perjanjian Baru.

29

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

[7] Lambat laun gereja-gereja mulai jelas mengenai kitab-kitab mana yang diinspirasikan oleh Roh Kudus. Secara keseluruhan gereja-gereja mengakui ke27 kitab Perjanjian Baru, sebagaimana yang kita miliki saat ini. [8] Pada abad II, Kanon Perjanjian Baru telah lengkap. Hal ini dapat kita ketahui dari :
The Old Syriac - Terjemahan Perjanjian Baru pada abad II dalam bahasa Siria. Semua kitab Perjanjian Baru, kecuali 2 Petrus, 2 & 3 Yohanes, Yudas, dan Wahyu. The Old Latin - Sebuah terjemahan sebelum tahun 200 AD. Terkenal sebagai Alkitab dari gereja Barat. Semua kitab Perjanjian Baru ada kecuali Ibrani, Yakobus, 1 &2 Petrus. The Muratorian Canon ( 170 AD ) : sama isinya dengan The Old Latin. Codex Barococcio ( 206 AD ) : semua Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ada kecuali Ester & Wahyu. <e> Policarpus pernah mengutip dari Matius, Yohanes, 10 Surat Paulus, 1 Petrus, 1 & 2 Yohanes ( 150 AD ). Justinus Martyr ( 140 AD ) : semua Perjanjian Baru, kecuali Filipi & 1 Timotius. Irenaeus ( 170 AD ), murid Policarpus : semua Perjanjian Baru, kecuali Filemon, Yakobus, 2 Petrus, dan 3 Yohanes. Origenes pada tahun 230 AD menulis Daftar Kitab-kitab Perjanjian Baru sebagai berikut : 4 Injil, Kisah Para Rasul, 13 Surat Paulus, 1 Petrus, 1 Yohanes, dan Wahyu. Semua kitab-kitab ini diakui oleh semua orang Kristen. Hanya Surat Ibrani 2 Petrus, 2 & 3 Yohanes, Yakobus, dan Yudas masih diragukan oleh sebagian orang. Eusebius pada awal abad IV menyebut semua kitab Perjanjian Baru diakui oleh orang-orang Kristen kecuali Yakobus, Yudas, 2 Petrus, 2 & 3 Yohanes masih diragukan oleh sebagian orang. <j> Dalam Festal Letter yang ditulis oleh Athanasius, bishop Alexandria, pada tahun 367 AD, ia mencantumkan Daftar 27 Kitab Perjanjian Baru. Tak lama setelah ini Jerome & Augustinus juga mencatat Kanon Perjanjian Baru sebanyak 27 kitab.

30

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

[9] Akhirnya setelah diadakan beberapa kali Konsili Gereja, yakni : a. Konsili Hippo pada tahun 393 AD, b. Konsili Cartago pada tahun 397 AD, c. Konsili Cartago pada tahun 419 AD, diumumkan Daftar 27 Kitab yang diterima sebagai Kanon Perjanjian Baru. Pada waktu yang bersamaan, mereka juga mengakui ke-39 kitab Perjanjian Lama. Dengan demikian, susunan kanon Alkitab Kristen secara lengkapnya adalah sebagai berikut : Perjanjian Lama

Perjanjian Baru

Pentateuch - 5 kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan Sejarah - 12 kitab Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1 Samuel, 2 Samuel, 1 Raja-raja, 2 Raja-raja, 1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester. Puisi - 5 kitab Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung

Sejarah - 5 kitab Matius, Markus, Lukas, Yohanes, Kisah Para Rasul Surat-surat Paulus - 13 kitab Roman, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika. 1 Timotius, 2 Timotius, Titus, Filemon Surat-surat Non-Paulus - 9 kitab Ibrani, Yakobus, 1 Petrus, 2 Petrus, 1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes, Yudas, Wahyu

Nubuat - 17 kitab Nabi Besar - Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, Daniel Catatan : ada yang berpendapat bahwa Nabi Kecil - Hosea, Yoel, Amos, Ibrani ditulis oleh Paulus Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakaria, Maleakhi

31

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

7. Apocrypha [1] Pengertian Apocrypha Apocrypha berasal dari kata Yunani, berarti “tersembunyi”, “tertutup”. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan kitab-kitab Apocrypha adalah kitab-kitab yang ditulis di tempat-tempat yang disebutkan Alkitab ( Bible Lands ) pada waktu yang bersamaan, atau tidak lama kemudian dengan waktu Alkitab ditulis, namun tidak dianggap sah, baik oleh perhimpunan orang Yahudi, maupun oleh jemaat yang mula-mula. Jemaat yang mula-mula menerima kanon dari orang-orang Yahudi di Palestina, bukan kanon dari orang-orang Yahudi di Alexandria. Gereja Katholik Roma mengakui sah Apocrypha itu dalam perhimpunan Trent pada tahun 1546 ( dan menyebutnya sebagai kitab-kitab deuterokanonikal ). . Jemaat Protestan, sama seperti Jemaat Mula-mula, tetap menolak kitab-kitab Apocrypa itu dan tidak menganggapnya sebagai bagian dari Alkitab ( dan menyebutnya sebagai kitab-kitab pseudepigrapha ). . Tuhan Yesus Kristus sendiri tidak pernah mengakui Apocrypha. Dalam Perjanjian Baru, tidak ada kutipan-kutipan yang diambil dari kitab-kitab Apocrypha itu. Apocrypha tidak diterima dalam kanonisasi Perjanjian Baru. [2] Apocrypha Perjanjian Lama Kitab-kitab ini ditulis antara tahun 300 sM - 100 AD. Kebanyakan dalam bahasa Yunani, namun ada juga sebagian dalam bahasa Ibrani atau Aram. Para penulisnya kebanyakan tidak diketahui, namun diperkirakan orang-orang Yahudi yang tinggal di Mesir. Dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru terjemahan baru ( TB ), ada tambahan kitab-kitab Apocrypha Perjanjian Lama yang disebut Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia.

32

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Apocrypha Perjanjian Lama dapat dibagi ke dalam lima ( 5 ) jenis : 1.

Didactic

2.

Religious Romance

3.

Historical

4.

Prophetic

5.

Legendary

Kebijaksanaan Salomo ( 30 sM ) Yesus bin Sirakh ( 180 sM ) Tobit ( berupa fragmen, ditulis tahun 200 sM ) Yudit ( berupa fiksi, ditulis tahun 150 sM ) 1 Esdras ( 150 - 100 sM ) Makabe Pertama ( 110 sM ) Makabe Kedua ( 110 - 70 sM ) Barukh ( 150 - 50 sM ) Surat Nabi Yeremia ( 300 - 100 sM ) 2 Esdras ( 100 AD ) Tambahan-tambahan Pada Kitab Ester ( 140 130 sM ), Doa Azarya & Lagu Pujian Ketiga Pemuda Dalam Perapian ( abad II - I sM ), Kisah Susana & Daniel ( Abad II atau I sM ), Daniel dengan Dewa Bel & Naga Babel ( 100 sM ), Doa Manaseh ( abad II atau I sM )

[3] Alasan-alasan Kita Menolak Apocrypha Perjanjian Lama a> Kitab-kitab ini tidak terdapat dalam Perjanjian Lama Ibrani. b> Para penulis Perjanjian Baru tidak ada yang pernah mengutipnya sedangkan kitab-kitab Perjanjian Lama yang termasuk dalam kanon terus-menerus dikutip. c> Tuhan Yesus sering mengutip Perjanjian Lama, namun tidak pernah mengutip Apocrypha. d> Terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani dibuat sekitar 2 abad sM. Namun manuskrip Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani yang memasukkan apocrypha ke dalamnya adalah salinan dari abad IV AD dan tidak ada bukti bahwa Septuaginta yang berasal dari abad I AD mengandung apocrypha. e> Konsili-konsili Gereja dari abad I - IV tidak ada yang memberi dukungan terhadap Apocrypha. f> Para bapa Gereja seperti Athanasius, Cyril dari Yerusalem, Origenes dan Jerome menentang Apocrypha. g> Gereja Siria pada abad IV AD menerima Alkitab dengan Apocrypha. Tetapi Alkitab dalam bahasa Siria ( Peshitta ) abad II AD tidak berisi Apocrypha.

33

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

h> Gereja Yunani tidak konsisten dalam penerimaannya terhadap Apocrypha. Dalam sidang Sinode di Konstantinopel ( 1638 ), Jeffa ( 1642 ) dan Yerusalem ( 1672 ), Apocrypha diterima. Namun pada tahun 1839, dalam Larger Catechism mereka, Apocrypha ditolak, dengan dasar : Tidak tercantum dalam Alkitab Ibrani. i> Dalam konsili Trent ( 1546 ) barulah Gereja Katholik Roma secara resmi menerima Apocrypha, padahal Apocrypha tersebut sudah ada sejak 15 abad sebelumnya. j> Penerimaan Gereja Katholik Roma terhadap Apocrypha adalah karena ada 2 ajaran Gereja Katholik Roma pada waktu itu yang didukung oleh Apocrypha yakni : * Doa untuk orang mati ( 2 Makabe 12:44-45 - bertentangan dengan Ibrani 9:27, Lukas 16:25-26, 2 Samuel 12:19-23 ). * Keselamatan melalui perbuatan ( Tobit 12:9 - bertentangan dengan Kejadian 15:6, Roma 4:5, Galatia 3:11 ). k> Para sarjana Katholik Roma pada jaman Reformasi masih memisahkan kitab-kitab Apocrypha dengan kitab-kitab Kanon ( tidak membuat tafsiran dari kitab-kitab Apocrypha tersebut ). l> Dalam penemuan Qumran didapati banyak literatur agama, termasuk beberapa kitab Apocrypha Perjanjian Lama. Namun sejauh ini tidak pernah diberitakan bahwa di antara penemuan tersebut terdapat tafsiran dari kitabkitab Apocrypha. m> Kisah-kisah dari beberapa kitab Apocrypha bersifat khayal dan extrabiblical. n> Ajaran moral kitab Apocrypha lebih rendah daripada Alkitab ( lihat Yudit 9:10,13 ). o> Adanya kesalahan-kesalahan di bidang sejarah, kronologi dan peta bumi. Misalnya : Yudit 1:1,7,11, 2:1,4, 4:3-4,6-8, Tobit 1:3-5, 14:11. p> Tidak ada klaim, “Inilah Firman Tuhan” dalam kitab-kitab Apocrypha. q> Kesaksian Yosephus, “Para nabi menulis dari jaman Musa sampai Arthasasta. Sejak itu tidak ada tulisan-tulisan yang berotoritas seperti jaman sebelumnya, yang ditulis oleh para nabi”. r> Kesaksian Talmud, “Setelah nabi Hagai, Zakharia, dan Maleakhi, Roh Kudus meninggalkan Israel”. s> Penyataan Alkitab : Zakharia 1:5-6, Maleakhi 4:5. 34

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

[4] Apocrypha Perjanjian Baru Apocrypha Perjanjian Baru berjumlah 15 kitab, yang dimasukkan dalam Perjanjian Lama versi Septuaginta dan Vulgata. Namun tidak ada daftar yang pasti mengenainya. Kitab-kitab ini tidak pernah secara sah disatukan. Pada umumnya kitab-kitab Apocrypha Perjanjian Baru dapat digolongkan pada kitab-kitab Fiksi Religius. 1. Surat Kiriman Pseudo-Barnabas ( 70-79 AD ) 2. Surat Kiriman kepada Orang-orang Korintus ( 96 AD ) 3. Homili Kuno, juga disebut Surat Kedua Klemen ( 120-140 AD ) 4. Gembala Hermas ( 115-140 AD ) 5. Didakhe, Pengajaran Dua Belas Rasul ( 100-120 AD ) 6. Wahyu Petrus ( 150 AD ) 7. Kisah Paulus dan Thekla ( 170 AD ) 8. Surat kepada Jemaat Laodikea ( abad ke-4 ? ) 9. Injil menurut Orang Ibrani ( 65-100 AD ) 10. Surat Polikarpus kepada Orang-orang Filipi ( 108 AD ) 11. Tujuh Surat Kiriman Ignatius ( 100 AD ) 12. Dan masih banyak lagi lainnya. [5] Alasan-alasan Kita Menolak Apocrypha Perjanjian Baru : a> Kitab-kitab Apocrypha Perjanjian Baru ini hanya dikenal secara lokal & temporer. b> Status tertinggi bagi kitab-kitab ini hanya Semi-kanon. c> Tidak ada Konsili Gereja yang menggolongkannya dengan Kanon Perjanjian Baru. d> Sebagian orang menerimanya sebab menghubungkan kitab-kitab tersebut dengan kitab-kitab Kanon ( bandingkan dengan Kolose 4:16 ).

35

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

8. Terjemahan-terjemahan Alkitab Tujuan Allah ketika memanggil Abraham dan memilih Israel sebagai hamba-Nya adalah untuk memberkati semua bangsa di bumi ( Kejadian 12:3, 22:18, Yesaya 44:1 ). Oleh karena itu pentinglah bahwa Alkitab diterjemahkan dalam berbagai bahasa dari bangsa-bangsa lain. Semua bangsa membutuhkan Alkitab karena Alkitab merupakan pedang Roh ( Epesus 6:17 ); Alkitab adalah sarana satusatunya untuk meraih kemenangan rohani. Alkitab juga adalah palu Allah, alat untuk menghancurkan perlawanan dan membangun bait Allah ( Yeremia 23:29 ). Alkitab adalah lampu untuk menerangi jalan kehidupan ( Mazmur 119:105 ). Bahkan ketika orang telah dibutakan oleh dosa, dan tampaknya Alkitab merupakan kebodohan bagi mereka, “kebodohan” seperti itu masih memberikan isi yang bijaksana dan berkuasa pada pemberitaan Injil yang dipakai oleh Roh Kudus untuk menyelamatkan orang-orang yang percaya ( 1 Korintus 1:18-21 ). Alkitab juga diperlukan bagi kelanjutan pertumbuhan orang-orang percaya. Oleh karena itu, secepatnya gereja mulai memasuki negara-negara yang penduduknya tidak dapat berbicara bahasa Yunani dan Ibrani dari Alkitab, orang-orang Kristen menginginkan Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa mereka sendiri. Kisah tentang versi-versi ( terjemahan ) Alkitab benar-benar menggetarkan hati. Sebenarnya kisah itu dimulai sebelum jaman Yesus. Perlu diketahui bahwa bahasa Ibrani berkembang, baik kata-kata, gramatika, maupun kegunaannya, namun ada kalanya menjadi bahasa ‘mati’ ( tidak digunakan dalam percakapan ) dan kemudian digunakan sebagai bahasa ‘hidup’ ( percakapan ). Ketika Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani sudah tidak dimengerti umat Allah, Ezra menerjemahkannya ke dalam bahasa Aram ( Targum, Nehemia 8:2-9 ). Kemudian pada masa Perjanjian Baru, ketika Alexander The Great menaklukkan Timur Tengah, bahasa Yunani menjadi bahasa perdagangan dan pendidikan di Timur Tengah. Kota Alexandria di Mesir menjadi pusat bahasa, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan Yunani. Orang-orang Yahudi yang tinggal di Alexandria menginginkan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani. Imam Besar Eliezer merestui dan mengirimkan penerjemah untuk menerjemahkan naskah Perjanjian Lama Ibrani ke dalam bahasa Yunani ( Septuaginta - LXX ). Versi ini seringkali digunakan oleh orang-orang Kristen yang mula-mula untuk memberitakan Injil selama generasi pertama setelah Pentakosta. Ketika hari Pentakosta, Roh Kudus sendiri menerjemahkan Firman Tuhan ke banyak bahasa ( Kisah Para Rasul 2:4 ). dan Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani dan bukan Ibrani. Firman Tuhan adalah hidup dan tidak dibatasi bahasa manusia. Pada waktu bersamaan, Roh Kudus memimpin para penulis Perjanjian Baru untuk menulis kitab-kitab mereka, bukan dalam bahasa Ibrani atau pun bahasa Yunani Klasik yang digunakan beberapa ratus tahun sebelumnya oleh para filsuf Yunani terkenal, melainkan dalam bahasa Yunani sehari-hari ( Yunani Koine ) yang digunakan oleh rakyat jelata di jalan-jalan dan di pasar.

36

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Allah selalu ingin agar Firman-Nya disampaikan dalam bahasa yang digunakan oleh orang yang mendengarkannya. Musa menulis Hukum Taurat, bukan dalam tulisan Hieroglif yang digunakan oleh para sarjana Mesir, melainkan dalam bahasa Ibrani sehari-hari yang digunakan dalam kemah-kemah Israel, Yesus berkhotbah dan mengajar dengan bahasa yang sederhana sehingga orang-orang biasa mendengar Dia dengan penuh minat ( Markus 12:37 ). Ketika Injil disebar-luaskan, orang-orang dengan sendirinya mulai menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa mereka sendiri. Empat (4) abad setelah Kristus, ketika baik bahasa Yunani maupun bahasa Latin kuno tidak dipakai lagi di wilayah kekaisaran Roma Bagian Timur, Hieronimus membuat terjemahan baru ke dalam bahasa Latin yang “kasar” atau “umum” yang dipakai pada masanya. Versi ini menjadi terkenal sebagai Vulgata. Sayangnya, Alkitab Vulgata ini dijadikan versi resmi di Eropa Barat & Inggris. Berbagai usaha selanjutnya untuk menterjemahkan Alkitab dicegah, bahkan ketika rakyat jelata sama sekali tidak berbicara dalam bahasa Latin. Ketika pada tahun 1380 Wycliffe menterjemahkan Alkitab Vulgata ke dalam bahasa Inggris, banyak orang bertobat kepada Kristus. Namun setelah kematiannya pada tahun 1384, terjadi penganiayaan terhadap para pengikutnya karena mereka menolak sebagian doktrin gereja Katholik Roma. Pada tahun 1415 Konsili Gereja Katholik Roma tidak mengakui ajarannya. Kemudian pada tahun 1428, uskup Richard Fleming menyuruh menggali tulang-tulang John Wycliffe, membakarnya, dan abunya dibuang ke dalam sungai. Sebagian besar salinan Alkitabnya yang ditulis dengan tangan juga dibakar. Akan tetapi, Allah sedang berkarya. Penemuan mesin cetak sangat penting. Antara tahun 1462 dan 1522 sekurang-kurangnya 17 versi dan edisi Alkitab terbit dalam bahasa Jerman. Versi-versi ini membantu menyiapkan jalan untuk Reformasi di bawah pimpinan Martin Luther, yang membawa pemahaman Alkitabiah tentang keselamatan oleh kasih karunia melalui iman. Martin Luther sendiri kemudian meneliti versi Ibrani dan Yunani untuk mengadakan terjemahan baru yang lebih baik dalam bahasa Jerman. Sebagai akibat pengaruh Luther, William Tyndale mencetak Perjanjian Baru yang pertama ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1525. Banyak salinan dibakar, namun percetakan terus menghasilkan Alkitab secara berlimpah. Karena mereka tidak mungkin membakar semua Alkitab itu, mereka menangkap Tyndale dan membakarnya pada tiang pancang. Meskipun demikian, terjemahan-terjemahan lain segera terbit. Setelah Raja Henry VIII memutuskan hubungan dengan gereja Katholik Roma, suatu terjemahan yang terkenal seperti Alkitab Bishop menjadi versi yang sah di Gereja Inggris. Namun, Alkitab tersebut tidak populer, dan sebagian besar orang lebih menyukai Alkitab Jenewa, suatu versi yang diterjemahkan para pengungsi Inggris yang melarikan diri dari penganiayaan Katholik ke Swiss. Versi inilah yang dibawa ke Amerika oleh kaum Pilgrim & kaum Puritan pada tahun 1620 dan 1630.

37

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Banyak pemimpin Inggris mengakui perlunya terjemahan yang lebih baik, karena itu Raja James I menunjuk beberapa kelompok sarjana untuk merevisi Alkitab Bishop. Ini merupakan saat yang tepat : Bahasa Inggris, di bawah pengaruh Shakespeare dan tokoh-tokoh besar lainnya di bidang kesusasteraan, telah mencapai puncak baru. Semua bahasa Inggris baku dimasukkan ke dalam versi ini, yang akhirnya diselesaikan pada tahun 1611 dan disahkan oleh Raja James untuk dibaca di gereja-gereja Inggris; terjemahan ini pada akhirnya terkenal sebagai Versi King James ( KJV ). Sebagai sebuah terjemahan yang baru, KJV pada awalnya tidak diterima oleh banyak orang. Para rohaniwan menolaknya. Seorang yang bernama Hugh Broughton bahkan mengatakan bahwa “terjemahannya begitu buruk sehingga akan menyedihkan hatinya sepanjang hidupnya. Ia menegaskan bahwa ia lebih baik diikat di antara kuda-kuda liar dan tercabik ketimbang membiarkan versi tersebut beredar di antara orang banyak”. Selama 50 tahun banyak orang terus menolaknya, tetapi lama kelamaan terjemahan tersebut mulai disukai karena merupakan terjemahan yang unggul. Akhirnya versi ini mendapat tempat di hati banyak orang. Sayangnya, semua bahasa terus-menerus mengalami perubahan. Kita tidak lagi berbicara bahasa Inggris Shakespeare dengan pronomena “thee” dan “thou”. Oleh karena itu para misionaris menginginkan agar Alkitab terbit dalam bahasa yang benar-benar dipakai oleh orang banyak. Orang-orang percaya di segala tempat merasa diberkati ketika mereka membaca versi yang mudah dimengerti dalam bahasa mereka sendiri. Dunia, termasuk bagian dunia yang berbahasa Inggris, adalah sebuah ladang misi sekarang ini. Kenyataan inilah yang mengakibatkan terbitnya banyak versi baru dalam bahasa Inggris Modern. Beberapa versi modern, seperti New Berkeley Version, menggunakan gaya bahasa Inggris tinggi sehingga tampaknya ditujukan kepada para profesor perguruan tinggi. Sebaliknya, New Century Version diarahkan kepada pembaca kelas 3 Sekolah Dasar. Yang lainnya, seperti The Good News Bible, The Living Bible, terjemahan Phillips, dan The New English Bible, merupakan parafrase, yang lebih banyak menafsirkan daripada semata-mata menterjemahkan. The Revised Standard Version ( RSV ) agak baik dalam Perjanjian Baru, namun Perjanjian Lama versi ini terlalu subyektif dalam cara mengubah vokal-vokal bahasa Ibrani dan pembagian kata-kata Ibrani, jadi kurang bermanfaat sebagai Alkitab untuk penelitian. The New Revised Standard Version merupakan perbaikan dari RSV yang lebih awal. The New American Standard Bible tetap mengikuti bahasa-bahasa yang semula, namun kadangkala terjemahannya terlalu harfiah dan tidak terlalu menarik. Di antaranya terdapat New International Version ( NIV ), yang merupakan terjemahan yang bagus dan sangat mudah dimengerti.

38

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Sementara itu, proses penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Indonesia dapat kita lihat pada Timeline Penerjemahan Alkitab9 di bawah ini : Kurun Waktu 1600-1699

1612 1629 1638 1638 1651 1652 1662 1668 1691

A.C. Ruyl selesai menerjemahkan Injil Matius dalam bahasa Melayu. Injil Matius terjemahan Ruyl dicetak oleh J.J. Pelenstein di Enkhizen, Belanda. Buku Markus terjemahan Ruyl diterbitkan bersama buku Matiusnya. Brouwerius cetak Kitab Injil Markus. Keempat Injil dan Kisah Para Rasul karya Ruyl diterbitkan. Buku Mazmur terjemahan Jan van Hasel dan Justus Heurnius diterbitkan. Terjemahan kitab Kejadian oleh Brouwerius diterbitkan. Perjanjian Baru terjemahan Brouwerius terbit. Leydekker ditugaskan menterjemahkan Alkitab.

Kurun Waktu 1700-1799

1706 1731 1733 1735 1758

Terjemahan Leydekker selesai. Perjanjian Baru terjemahan Leydekker diterbitkan. Alkitab secara keseluruhan terjemahan Leydekker selesai dicetak. Buku Mazmur gubahan Werndly terbit. Alkitab Leydekker edisi huruf Arab dicetak di Batavia.

Kurun Waktu 1800-1899

1814 1815 1817

Lembaga Alkitab didirikan di Batavia. William Robinson menerbitkan Buku Matius dalam bahasa Melayu Rendah. Revisi Perjanjian Baru terjemahan Leydekker selesai dan dicetak di Serampore, India oleh Robert Hutchings dan J. McGinnis. 1821 Revisi Perjanjian Lama terjemahan Leydekker selesai dan dicetak di Serampore, India oleh Robert Hutchings dan J. McGinnis. 1821 Thomsen selesai dalam membuat revisi Matius. 1832 Dengan bantuan Robert Burns, Thomsen selesaikan revisi 4 Injil dan Kisah rasul-rasul. 1835 Johannes Emde, dkk menerbitkan Perjanjian Baru dalam bahasa Melayu Rendah dialek Surabaya. 1835 Roskott membuka SPG di Batumerah, Ambon. 1843-1856 W.H. Medhurst turut mengerjakan terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Tionghoa. 1850 Kitab Injil Matius terjemahan C.T. Hermann dari Minahasa terbit. 1852 Perjanjian Baru lengkap oleh Keasberry dicetak di Singapura dengan aksara Latin. 1856 Kitab Injil Markus diterbitkan oleh J.G. Bierhaus. 1856 Perjanjian Baru lengkap oleh Keasberry dicetak dengan aksara Arab (Jawi). 1861 Klinkert selesai menerjemahkan buku 4 Injil dan dicetak. 1863 Perjanjian Baru lengkap selesai diterjemahkan Klinkert dan dicetak di Semarang. 9

Sumber : —Situs Sejarah Alkitab Indonesia: (Online) "http://www.sabda.org/sejarah/"

39

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

1868 18701877 1879 1897 1899

Pembimbing Teologi Sistimatika

Buku Matius terjemahan Klinkert selesai. 1899 Klinkert menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Melayu (PB 1870, PL 1879, revisi 1899). Perjanjian Baru terjemahan Roskott diterbitkan. Alkitab terjemahan Klinkert terbit. Shellabear bersama Uskup Hose dan W.H. Gomes menyelesaikan buku Matius dan dicetak. Shellabear mendapat tugas menjadi penerjemah utama Perjanjian Baru dalam bahasa Melayu.

Kurun Waktu 1900-1999

1904 1907

Shellabear menyelesaikan terjemahan Perjanjian Baru. Shellabear setuju mengusahakan terjemahan Perjanjian Baru dalam bahasa Melayu Baba. 1909 Shellabear menyelesaikan pembuatan terjemahan baru untuk merevisi Perjanjian Lama Klinkert. 1910 Perjanjian Baru Shellabear dicetak. 1912 Terjemahan baru Shellabear diterbitkan dalam huruf Arab (Jawi). 1913 Terjemahan Perjanjian Baru dalam bahasa Melayu Baba diterbitkan. 1927-1928 Terjemahan baru Shellabear dicetak dalam edisi huruf Latin. 1929 W.A. Bode ditugaskan untuk menggubah terjemahan baru Alkitab. 1935 Terjemahan Perjanjian Baru Bode selesai. 1938 Perjanjian Baru Bode diterbitkan. 1947 Salinan naskah Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Yosua, Hakim-hakim, Rut, Mazmur diterbitkan oleh Ny. Bode. 1952 Proyek penerjemahan Terjemahan Baru bahasa Indonesia dimulai oleh Lembaga Alkitab Belanda (NBG). 1952-1959 Dr. J.L. Swellengrebel menjadi ketua panitia penerjemahan Terjemahan Baru bahasa Indonesia. 1953 J. Wismar Saragih menerjemahkan Perjanjian Baru dan sebagian Perjanjian Lama. 1953 P.S.Naipospos ikut serta dalam persiapan Terjemahan Baru Alkitab. 1954 Lembaga Alkitab Indonesia didirikan. Universitas Nommensen berdiri. 1958 Perjanjian Baru Bode digabungkan dengan Perjanjian Lama Klinkert dicetak dan dikenal sebagai Alkitab Terjemahan Lama ( TL ) 1959 Proyek penerjemahan Terjemahan Baru bahasa Indonesia diserahkan kepada Lembaga Alkitab Indonesia ( LAI ). 1959 Edisi percobaan karya panitia penerjemahan Alkitab Terjemahan Baru mulai diterbitkan secara bertahap. 1962 Dr. J.L. Abineno melanjutkan Swellengrebel menjadi ketua panitia penerjemahan Alkitab Terjemahan Baru bahasa Indonesia. 1964 Edisi PB terjemahan Pastor J. Bouma diterbitkan oleh Penerbit Arnoldus Ende Flores. 1968 PB Ende direvisi. 1968 Proyek penerjemahan PL Ende oleh P.C. Groenen dihentikan. 1971 Perjanjian Baru Lembaga Alkitab Indonesia diterbitkan.

40

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

1974 1974 1976 1976 1977 1978 1981 1985 1986 1987 1989 1996 1997

Pembimbing Teologi Sistimatika

Alkitab dalam Terjemahan Baru Lembaga Alkitab Indonesia terbit. Lembaga Alkitab Singapura, Malaysia, dan Brunei menerbitkan PB dalam Bahasa Malaysia sehari-hari. Terjemahan Perjanjian Baru bahasa Malaysia sehari-hari direvisi dan diterbitkan. Penerbit Kalam Hidup mengeluarkan PB "Firman Allah Yang Hidup". Perjanjian Baru Bahasa Indonesia Sehari-Hari ( BIS ) diterbitkan dengan judul Kabar Baik Untuk Masa Kini. Perjanjian Baru Bahasa Indonesia Sehari-Hari ( BIS ) edisi kedua diterbitkan. Perjanjian Lama terjemahan bahasa Malaysia sehari-hari selesai. Perjanjian Lama Bahasa Indonesia Sehari-Hari ( BIS ) diterbitkan bersama edisi ketiga Perjanjian Baru Bahasa Indonesia Sehari-Hari ( BIS ) menjadi Alkitab Kabar Baik Untuk Masa Kini. Perjanjian Baru kisah tentang Yesus Kristus Kabar Baik Untuk Anak-anak diterbitkan LAI. Alkitab secara lengkap dalam terjemahan bahasa Malaysia sehari-hari diterbitkan. Alkitab Firman Allah Yang Hidup diterbitkan. Pertubuhan Bible Malaysia menerbitkan revisi lengkap Alkitab terjemahan bahasa Malaysia sehari-hari. Perjanjian Baru Terjemahan Baru Revisi selesai dan diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.

Kurun Waktu 2000-2099

2000 2002

LAI menerbitkan Kitab Suci Injil dalam bahasa Indonesia. Kitab Suci Komunitas Kristiani edisi Pastoral Katolik dicetak oleh OBOR.

Sejarah dari versi-versi Alkitab dalam beberapa bahasa daerah di Indonesia.

Bahasa Jawa (1854) Bahasa Dayak Ngaju (1858) Bahasa Siau/Sangihe (1883) Bahasa Sunda (1891) Bahasa Batak Toba (1894) Bahasa Bugis-Makasar (1900) Bahasa Nias (1911) Bahasa Sangir (1942) Bahasa Mori (1948) Bahasa Kambera (1961) Bahasa Wewewa (1970) Bahasa Batak Karo (1987) Bahasa Batak Angkola (1991) Bahasa Madura (1994) Bahasa Mentawai (1996) Bahasa Pamona (2000)

Versi apa pun yang kita pilih, pentinglah untuk mencari arti penuh dari bahasabahasa yang semula dipakai ( Ibrani, Aram, dan Yunani ) dengan menggunakan konkordansi, buku tafsiran, Kamus Alkitab, dan membandingkannya dengan versiversi yang lain. 41

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

9. Beberapa Data Berkaitan Dengan Alkitab •

Alkitab telah diterjemahkan sebagian atau keseluruhan pada tahun 1964 ke dalam lebih dari 1.200 bahasa & dialek yang berbeda. Encyclopaedia Britannica mengatakan bahwa “pada tahun 1966 seluruh Alkitab telah ada dalam 240 bahasa dan dialek . . . salah satu kitab atau lebih yang menjadi bagian Alkitab itu diterbitkan dalam 739 bahasa lain, sehingga jumlah penerbitannya ada dalam 1.280 bahasa.” Ada 3.000 penerjemah Alkitab yang menerjemahkan Kitab Suci pada kurun waktu 1950-1960.



Alkitab dibagi ke dalam pasal-pasal oleh Stephen Langton sekitar tahun 1228.



Perjanjian Lama dibagi ke dalam ayat-ayat oleh R. Nathan pada tahun 1448 dan Perjanjian Baru oleh Robert Stephanus pada tahun 1551.



Ada 66 kitab di dalam Alkitab, 39 di Perjanjian Lama dan 27 di Perjanjian Baru ( Catatan : 3 x 9 = 27 ).



Perjanjian Lama terdiri atas 929 pasal dan 23.214 ayat. Perjanjian Baru terdiri atas 260 pasal dan 7.959 ayat. Untuk membaca seluruh Perjanjian Lama dibutuhkan waktu sekitar 38 jam, sedangkan untuk Perjanjian Baru membutuhkan waktu 11 jam.



Di Perjanjian Lama, kitab terpanjang adalah Mazmur, dan terpendek adalah Obaja.



Di Perjanjian Baru, kitab terpanjang adalah Kisah Para Rasul, dan terpendek adalah 3 Yohanes.



Kata "Allah" dipakai sebanyak 4.379 kali, dan kata "Tuhan" dipakai sebanyak 7.738 kali.



Yesaya dikutip 419 kali di 23 kitab Perjanjian Baru, Mazmur 414 kali di 23 kitab Perjanjian Baru, dan Kejadian 260 kali di 21 kitab Perjanjian Baru.

42

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

10. Kesaksian Gulungan Laut Mati Pertanyaan besar itu pertama-tama diajukan oleh Sir Frederic Kenyon, “Apakah teks Ibrani, yang kita beri nama Massoretis dan yang telah kita tunjukkan bahwa teks ini berasal dari sebuah teks yang direkonstruksi sekitar tahun 100 M. itu, dengan setia mewakili Teks Ibrani asli yang ditulis oleh para penulis kitab-kitab Perjanjian Lama ?” Gulungan Laut Mati memberikan kepada kita jawaban langsung dan positif. Masalah yang ada sebelum penemuan Gulungan Laut Mati itu adalah, “Sampai di manakah tingkat ketepatan naskah-naskah yang kita miliki saat ini jika dibandingkan dengan teks asli yang ada pada abad pertama itu ?” Karena teks itu telah disalin berulang kali, masih dapatkah kita percayai ? Apakah Gulungan Laut Mati itu ? Gulungan kitab itu terdiri dari sekitar 40.000 serpihan dengan tulisan di atas masing-masing. Berdasarkan serpihan-serpihan ini telah dihasilkan rekonstruksi lebih dari 500 kitab. Ditemukan banyak buku dan serpihan di luar Alkitab yang memberikan titik-titik terang tentang masyarakat Qumran yang demikian religius. Tulisan seperti “Dokumen-dokumen Zadok,” sebuah “Peraturan Masyarakat Qumran” dan “Buku Penuntun Ketertiban” menolong kita untuk memahami tujuan kehidupan sehari-hari masyarakat Qumran. Dalam pelbagai gua ditemukan sejumlah tafsiran Kitab Suci yang sangat bermanfaat. Bagaimana Gulungan Laut Mati itu ditemukan ? Ralph Earle memberikan jawaban sangat jelas dan padat terhadap pertanyaan tentang bagaimana Gulungan Kitab itu ditemukan : “Kisah tentang penemuan ini adalah salah satu di antara kisah-kisah yang paling menarik tentang jaman modern. Pada bulan Februari atau Maret 1947 seorang anak Badui yang pekerjaannya sebagai gembala bernama Muhammad sedang mencari seekor kambingnya yang hilang. Kakinya menyentuh batu yang kemudian terjatuh ke dalam lubang pada bukit karang yang ada di pantai barat Laut Mati, yang terletak sekitar delapan mil di selatan Yerikho. Ia terkejut karena sebagai akibatnya ia mendengar suara guci pecah. Sesudah memeriksanya, ia menemukan pemandangan yang menakjubkan. Pada lantai sebuah gua ada beberapa guci besar berisi gulungan kitab dari kulit, yang dibungkus kain lenan. Karena guci-guci itu ditutup dengan sangat hati-hati, maka gulungan-gulungan kitab itu terpelihara dalam keadaan yang sangat baik selama hampir 1.900 tahun ( Terbukti bahwa gulungan-gulungan kitab itu diletakkan di sana pada tahun 68 M. ).

43

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

“Lima buah Gulungan Kitab yang ditemukan di dalam Gua Laut Mati I, sesuai dengan nama yang diberikan saat ini, dibeli oleh bisop agung Biara Ortodoks Syria di Yerusalem. Sementara itu, tiga gulungan kitab lainnya dibeli oleh Profesor Sukenik dari Universitas Ibrani di kota yang sama. “Ketika gulungan kitab itu ditemukan pertama kali, tidak ada berita yang disiarkan tentang benda-benda itu. Pada bulan November 1947, dua hari sesudah Profesor Sukenik membeli tiga gulungan kitab itu serta dua guci dari gua itu, ia menulis dalam buku hariannya : ‘Mungkin saja ini adalah salah satu dari penemuan terbesar yang telah terjadi di Palestina, suatu penemuan yang tidak pernah terlalu kita harapkan.’ Namun, kata-kata yang berarti ini belum disebarluaskan kala itu. “Untungnya, pada bulan Februari 1948, bishop agung yang tidak mampu membaca tulisan Ibrani itu, menelphone Sekolah Amerika untuk Penelitian Oriental di Yerusalem dan memberitahukan tentang gulungan kitab itu. Dalam rencana Allah yang baik, pimpinan sementara sekolah yang bertugas saat itu adalah cendekiawan muda yang bernama John Trever, yang juga adalah seorang fotografer amatir yang handal. Dengan usaha yang tidak mengenal lelah dan penuh penyerahan, ia memotret setiap kolom dalam gulungan besar kitab Yesaya, yang berukuran panjang 24 kaki dan tinggi 10 inci itu. Ia memproses sendiri lempengan negatifnya dan mengirimkan beberapa lembar di antara fotofoto yang dihasilkannya itu kepada Dr. W. F. Albright dari Universitas John Hopkins, yang dikenal luas sebagai pimpinan para arkeolog dalam bidang penelitian tentang peninggalan sejarah berdasarkan Alkitab. Ia menulis surat balasan yang juga dikirimnya dengan pos udara sebagai berikut: ‘Saya sampaikan ucapan selamat dari dalam lubuk hati saya atas penemuan naskah sebagai penemuan terbesar jaman modern ini ! . . . Suatu penemuan yang sungguh-sungguh menakjubkan ! Dan dengan rasa gembira kita nyatakan bahwa tidak akan ada lagi sedikit pun keragu-raguan di dunia ini tentang keaslian naskah itu.’ Ia memberikan pandangannya bahwa naskah itu berasal dari sekitar tahun 100 sM.” Trever mengutip lebih lanjut pandangan-pandangan Albright: “Tidak ada lagi keragu-raguan di dalam pikiranku bahwa tulisan naskah-naskah itu lebih kuno dibandingkan papirus Nash . . . saya harus lebih menyukai tahun sekitar 100 sM” Nilai Gulungan-gulungan Kitab itu Naskah-naskah Ibrani lengkap tertua yang kita miliki berasal dari tahun 900 M. dan sesudahnya. Bagaimana kita dapat memiliki kepastian bahwa penyalurannya dilakukan dengan tepat sejak zaman Kristus pada tahun 32 M. itu ? Berkat arkeologi dan Gulungan Laut Mati, kita sekarang benar-benar mengetahuinya. Salah satu naskah yang ditemukan adalah sebuah naskah lengkap teks kitab Yesaya dalam bahasa Ibrani. Oleh para ahli paleografi ditetapkan bahwa naskah tersebut berasal

44

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

dari sekitar tahun 125 sM. Naskah ini berumur lebih tua 1.000 tahun lebih dibandingkan naskah lain yang manapun yang kita miliki sebelumnya. Dampak penemuan ini berupa konfirmasi pada ketepatan gulungan kitab Yesaya (125 sM.) pada saat dibandingkan dengan teks Massoretis kitab Yesaya (916 M.) dari masa 1.000 tahun kemudian. Ini menunjukkan ketepatan luar biasa yang dipertahankan para penyalin Kitab Suci selama lebih dari kurun waktu seribu tahun. “Dari 166 kata dalam Yesaya 53, hanya ada tujuh belas huruf yang dipertanyakan. Sepuluh huruf di antaranya berhubungan hanya dengan masalah ejaan, yang tidak mempengaruhi arti teks itu. Empat huruf lagi adalah perubahan sedikit gaya penulisan, seperti kata depan. Sisanya yang tiga lagi membentuk kata ‘terang,’ yang ditambahkan pada ayat 11, dan tidak banyak mempengaruhi arti ayat itu. Selanjutnya, kata ini didukung oleh Septuaginta dan naskah IQ Is. Jadi, dalam sebuah bab yang terdiri dari 166 kata, hanya ada sebuah kata ( terdiri dari tiga huruf ) yang dipertanyakan sesudah mengalami penyalinan selama seribu tahun – dan kata ini tidak memberikan perubahan berarti pada arti ayat yang memuatnya.” F. F. Bruce mengatakan, “Sebuah gulungan kitab Yesaya yang tidak lengkap, yang ditemukan bersama-sama dengan naskah lain dalam gua Qumran pertama, dan dengan mudah dikenal sebagai ‘Yesaya B,’ bahkan memiliki persesuaian yang lebih dekat lagi dengan teks Massoretis.” Gleason Archer menyatakan bahwa naskah-naskah Yesaya dari masyarakat Qumran itu “dibuktikan memiliki persamaan dengan teks Alkitab Ibrani baku kita kata per kata mencapai lebih dari 95 persen. Perbedaan yang 5 persen terutama terdiri dari kekeliruan yang nampak dengan jelas dalam menggoreskan alat tulis dan perbedaan dalam ejaan.” Millar Burrows, yang dikutip oleh Geisler dan Nix, menyimpulkan: “Adalah suatu keajaiban bahwa teks yang melalui masa sekitar seribu tahun itu mengalami perubahan demikian kecil. Seperti yang telah saya katakan dalam artikel pertama saya tentang gulungan kitab itu, ‘Di sini terletak nilai terpentingnya, yang mendukung kesetiaan tradisi Massoretis.’ ”

45

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

11. Bagaimana Alkitab Sampai Kepada Pembacanya Gagasan Dalam Pikiran Allah

Pewahyuan

Pikiran Penulis Insani

Pengilhaman

Naskah Asli Alkitab

Kanonisasi

Terjemahan Bahasa Indonesia Modern

Terjemahan

Alkitab Ibrani dan Yunani

Kritik Teks

Kumpulan 66 Kitab ( Alkitab )

Iluminasi dan Penafsiran

Gagasan Dalam Pikiran Pembaca

Aplikasi

Perubahan dalam Kehidupan Pembaca

Komunikasi

46

Orang Lain

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

12. KEUNIKAN ALKITAB DIBANDINGKAN KITAB SUCI YANG LAIN Setelah penyelidikan selama bertahun-tahun, Josh McDowell dalam bukunya yang berjudul “Apologetika, Bukti yang meneguhkan kebenaran Alkitab, Vol 1“ dalam pembahasan Unit I tentang “ALKITAB – Aku Mempercayainya“ 10 menyimpulkan Alkitab dengan satu kata “UNIK !“ Josh McDowell mengutip Webster menjelaskan apa yang dimaksud dengan kata “unique” atau unik dalam bahasa Indonesia sebagai berikut : “1. one and only; single; sole. 2. Different from all Others; having no like or equal. “ ( 1. Satu-satunya; tunggal; hanya satu. 2. berbeda dari yang lain, tidak ada yang seperti dia padanannya ). Selanjutnya Josh McDowell menjelaskan Alkitab itu unik dan berbeda dengan kitab-kitab suci yang lainnya sebagai berikut : A. UNIK DALAM KESINAMBUNGANNYA 1. Ditulis selama kurun waktu lebih dari 1500 tahun. 2. Ditulis selama lebih dari 40 generasi. 3. Ditulis lebih dari 40 orang dari segala lapisan masyarakat yang berbeda dalam pendidikan dan latar belakang, di mana selain nabi adalah mereka yang bisa disebut sebagai : raja, petani, ahli filsafat, nelayan, pujangga, negarawan, cendekiawan, dan lain-lain. Contohnya : a. Musa seorang pemimpin politik, sebagai pangeran Mesir, Musa pasti mendapatkan pendidikan terbaik dari “Universitas” di Mesir. b. Petrus seorang nelayan c. Amos seorang gembala d. Yosua seorang panglima perang e. Nehemia, seorang pembawa minuman raja f. Daniel, seorang perdana menteri g. Lukas, seorang dokter h. Daud dan Salomo yang adalah Raja i. Matius, seorang penagih pajak j. Paulus, seorang Rabbi. 4. Ditulis di berbagai tempat yang berbeda : a. Musa di padang gurun. b. Yeremia di rumah tahanan c. Daniel, di istana dan di lereng-lereng gunung d. Paulus di balik sel penjara e. Lukas di dalam perjalanan 10

Dirangkum dari Josh McDowell, Apologetika, Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab, Vol. 1 ( Malang : Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2002 ).

47

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

f. Yohanes di pulau Patmos. g. Dan banyak yang menulis di tengah – tengah berkecamuknya perang. 5. Ditulis pada masa yang berbeda : Daud pada masa perang dan pelarian dari kejaran raja Saul, Salomo pada masa perdamaian dan kejayaan. 6. Ditulis dalam suasana hati yang berbeda : ada yang ditulis dalam suasana sukacita, ada yang ditulis dalam penderitaan yang paling dalam dan keputusasaan. 7. Ditulis di tiga benua : Asia, Eropa, Afrika. 8. Ditulis dalam tiga bahasa yang berbeda : a. Ibrani yang adalah bahasa Perjanjian Lama, yang di 2 Raja-Raja disebut bahasa Yehuda dan dalam Yesaya 19:18 disebut bahasa Kanaan. b. Aram yang adalah bahasa umum di Timur Dekat sampai jaman Aleksander Agung ( abad 6 Sebelum Masehi – Abad ke 4 Sebelum Masehi ). c. Yunani yang merupakan bahasa Perjanjian Baru dan merupakan bahasa Internasional ketika Tuhan Yesus hidup di muka bumi. 9. Temanya meliputi berbagai masalah yang kontroversial. Masalah kontroversial adalah masalah yang dapat memancing perbedaan pendapat bila dilontarkan atau dibicarakan, tetapi walaupun kontroversial, para penulis Alkitab menguraikan secara harmonis dan berkesimambungan dengan satu tujuan utama : “Penebusan Manusia oleh Allah ( YHWH Elohim / Allah dalam Alkitab ). Geisler dan Nix menyatakan demikian : “ Taman Firdaus yang Hilang” dalam kitab Kejadian menjadi “Taman Firdaus yang ditemukan Kembali, dalam kitab Wahyu, Sementara F.F. Bruce berpendapat bahwa : “Setiap bagian tubuh manusia hanya dapat dijelaskan dengan benar dalam hubungannya dengan tubuh secara keseluruhan. Dan setiap bagian Alkitab hanya dapat dijelaskan dengan baik dalam kaitannya dengan Alkitab secara keseluruhan. “ B. UNIK DALAM SIRKULASINYA Berdasarkan informasi dari Encyclopedia Britannica, Encyclopedia Americana, One Thousand Wonderful Things About the Bible (Pickering), All about Bible (Colet), dan sebagainya, Alkitab telah didistribusikan lebih dari 1,5 milyar eksemplar di seluruh dunia ( pada tahun 1979 ). Informasi yang lebih up to date dapat dilihat dari Wikipedia, free encyclopedia di dunia maya, yang berjudul “The best selling Books in the world”, per November 2008, jumlah Alkitab yang telah terjual di seluruh dunia lebih dari 2,5 milyar eksemplar ( Jumlah tersebut baik versi Alkitab penuh, salah satu bagian, entah Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, atau salah satu kitab dari Alkitab, misalnya hanya kitab Matius atau Lukas ) dan menduduki peringkat No. 1 sepanjang masa, 48

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

sementara perbandingannya dengan Alquran berada di urutan No. 6 dengan jumlah penjualan sejumlah 200 juta eksemplar ! The Cambridge History of The Bible : “Tidak ada buku lain yang dapat menyaingi Alkitab dalam kemantapan sirkulasinya“. Hy Pickering mengatakan ( sekitar tahun 1950-an ) untuk memenuhi permintaan yang mengalir atas kebutuhan Alkitab, British & Foreign Bible Society harus menerbitkan “Satu Eksemplar per 3 detik siang maupun malam; 22 eksemplar setiap menit, 1.369 eksemplar setiap jam dan 32.876 eksemplar setiap hari siang dan malam sepanjang tahun ! C. UNIK DALAM PENERJEMAHANNYA Alkitab adalah salah satu buku di antara buku-buku utama yang pertama kali diterjemahkan, yaitu Septuaginta ( terjemahan Perjanjian Lama dari bahasa Ibrani ke Bahasa Yunani ) pada tahun 250 Sebelum Masehi ! Alkitab telah diterjemahkan dan diterjemahkan ulang dan ditafsirkan lebih banyak dari buku mana pun. Dalam Encylopedia Britannica dikatakan bahwa, “ Sampai tahun 1969 Alkitab secara keseluruhan telah tersaji … dalam 240 bahasa dan dialek, satu atau keseluruhan telah diterbitkan dalam 739 bahasa lain, di mana secara keseluruhan telah diterbitkan dalam 1280 bahasa. Berdasarkan informasi Wikipedia, November 2008, dalam keterangan “Bible Translation By Language”, Alkitab secara keseluruhan telah diterjemahkan ke dalam 438 bahasa, Salah satu bagian Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru telah diterjemahkan ke dalam 1.168 bahasa, dan salah satu dari Kitab telah diterjemahkan ke dalam 2.458 bahasa. Inilah uniknya Alkitab, adakah kitab-kitab suci lain yang sudah diterjemahkan menandingi Alkitab ? D. UNIK DALAM KEMAMPUANNYA BERTAHAN 1. Bertahan Melawan Waktu Meskipun ditulis di atas bahan-bahan yang mudah rusak, harus disalin dan disalin ulang selama ratusan tahun sebelum tehnik pencetakan ditemukan, gaya, ketepatan dan keberadaannya tetap dipertahankan, Alkitab dibandingkan dengan karya sastra kuno lainnya, didukung oleh lebih banyak bukti naskah daripada 10 karya sastra digabungkan menjadi satu. Bernard Ramm berbicara tentang ketepatan dan jumlah naskahNaskah Alkitabiah : “Orang-orang Yahudi melindunginya dengan cara yang lebih baik dari pada perlindungan terhadap naskah mana pun. Dengan massora ( parva, magna, finalis ) mereka mengawasi setiap huruf, suku kata, kata, dan paragraf. Ada kelas-kelas khusus di dalam masyarakat mereka yang semata-mata bertugas melindungi dan menyalin 49

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

dokumen-dokumen ini dengan ketelitian yang nyaris sempurna – Ahli kitab, ahli Taurat dan ahli naskah (masoret). Siapakah yang pernah menghitung jumlah huruf dan suku kata dan kata dalam karya Plato atau Aristoteles ? Cicero atau Seneca ?“ 2. Bertahan Terhadap Penindasan Alkitab telah bertahan terhadap penindasan keji dari musuh-musuhnya Lebih dari buku mana pun. Sudah banyak yang berusaha membakarnya, Mencekalnya dan “membasminya sejak jaman Kekaisaran Roma sampai hari ini di banyak negara yang menentang Kekristenan“. Sydney Collett dalam All About the Bible mengatakan, “Voltaire, seorang kafir dari Perancis yang meninggal dunia dalam tahun 1778, mengatakan bahwa dalam 100 tahun dalam jamannya, agama Kristen akan musnah dari muka bumi dan hanya menjadi bagian dari sejarah. Tetapi apakah yang terjadi ? Voltaire telah menjadi sejarah, sedang permintaan Alkitab terus meningkat di seluruh dunia seiring meningkatnya jumlah orang-orang Kristen di seluruh dunia“. Mengenai bualan Voltaire tentang kepunahan Alkitab dan Kekristenan Dalam seratus tahun, Geisler dan Nix menunjukkan bahwa, “Hanya 50 Tahun setelah kematiannya Lembaga Alkitab Genewa telah memakai Percetakan dan rumahnya untuk memproduksi bertumpuk-tumpuk Alkitab. “SUNGGUH SUATU IRONI SEJARAH !” 3. Bertahan Terhadap Pelbagai Kritik, Serangan dan Tuduhan H.L. Hastings, sebagaimana dikutip oleh John W. Lea, telah Menggambarkan bagaimana Alkitab bertahan menghadapi serangan dan Ketidakpercayaan orang-orang skeptis dan mereka yang menolak pesanpesan dalam Alkitab : Selama delapan belas abad orang-orang kafir menolak Kristus dan telah berusaha menolak dan menumbangkan buku ini, ternyata Alkitab masih bertahan sampai hari ini seteguh batu karang. Peredarannya makin meningkat dan Alkitab lebih dicintai dan dihormati hari Ini daripada sebelumnya. Orang-orang kafir, dengan segala serangannya, adalah seperti seorang lelaki yang berusaha menghancurkan piramida Mesir dengan palu kecil. Bernard Ramm menambahkan : “Sudah ribuan kali lonceng kematian Alkitab dibunyikan, arak-arakan penguburannya diadakan, batu nisannya diukir, dan pidato pengantar janazah dibacakan. Tetapi entah kenapa jenasahnya tidak pernah muncul”. “Tidak pernah ada buku lain yang telah dirajam, dikoyak-koyak, diperiksa, diinterogasi serta dihina dan dinista sehebat Alkitab. Adakah buku filsafat atau kitab suci agama lain, atau buku-buku modern lain yang telah 50

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

menerima serangan masal sebanyak Alkitab ? Dengan kebencian dan skeptisisme sebesar itu ? Dengan ketelitian dan kecermatan seperti itu pada setiap bab, kalimat dan prinsipnya ? “Alkitab masih dicintai oleh jutaan orang, dibaca oleh jutaan orang, dan dipelajari oleh jutaan orang. “ E. UNIK DALAM AJARANNYA 1. Nubuat Wilbur Smith yang mempunyai koleksi perpustakaan pribadi sebanyak 25.000 buku berpendapat bahwa : “Apa pun pendapat orang tentang otoritas dan amanat yang disajikan di dalam buku yang kita sebut Alkitab, ada suatu kesepakatan di seluruh dunia bahwa dalam banyak hal ini merupakan buku paling istimewa yang pernah dihasilkan oleh bangsa manusia selama lima ribu tahun“. “Alkitab satu-satunya buku yang pernah ditulis oleh seseorang, atau sekelompok orang, yang di dalamnya, terdapat sejumlah besar nubuat tentang bangsa-bangsa tertentu, tentang Israel, tentang semua orang di bumi, tentang kota-kota tertentu dan tentang kedatangan Dia yang akan menjadi Mesias. Dunia purba mengenal berbagai cara untuk melihat ke masa depan, yang disebut ilmu ramal, tetapi kita tidak pernah mendapatkan satu pun ramalan yang spesifik tentang suatu peristiwa sejarah besar yang akan terjadi di masa yang jauh ke depan, atau nubuat tentang seorang Juruselamat yang akan muncul dari umat manusia…” “Penganut nabi dari agama tertentu tidak dapat menunjukkan adanya nubuatan khusus tentang kedatangan nabinya yang diucapkan ratusan tahun sebelum kelahirannya. Begitu pun tidak ada pendiri aliran kepercayaan yang dapat menunjukkan dengan tepat suatu naskah kuno yang meramalkan kemunculan mereka”. 2. Sejarah Dari I Samuel sampai II Tawarikh kita menemukan sejarah Israel, meliputi lebih kurang lima abad. The Cambridge Ancient History (Vol. 1, hlm. 222), mengatakan : “Bangsa Israel, telah menunjukkan kejeniusannya dalam menyusun sejarah, dan Perjanjian Lama merupakan sejarah tertulis paling tua yang masih ada“. “Daftar Bangsa-Bangsa” dalam kitab Kejadian pasal 10, ternyata merupakan catatan sejarah yang sangat akurat. Menurut Albright : “Daftar itu sama sekali tidak ada padanannya dalam kesusasteraan kuno dunia, tidak dapat disamakan sedikitpun dengan kesusasteraan Yunani…’Daftar Bangsa-Bangsa’ tetap merupakan dokumen yang paling menakjubkan 51

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

ketepatannya…yang menunjukkan pengertian “modern” tentang situasi etnik dan lingustik dunia modern, meskipun kelihatannya rumit, para ahli tidak habis-habisnya mengagumi pengetahuan penulisnya tentang masalah itu. “ 3. Kepribadian Lewis S. Chafer, pendiri dan mantan presiden Seminari Teologi Dallas, menyatakan demikian ; “Alkitab bukanlah sebuah buku yang akan ditulis seorang kalau dia bisa, atau yang akan ditulisnya kalau dia mau“. Alkitab mengupas semua dosa para tokohnya secara amat jujur. Baca saja biografi-biografi jaman sekarang, dan lihatlah bagaimana mereka berusaha menutupi, mengabaikan atau menghilangkan sisi-sisi gelap dari orang yang mereka tulis, Tetapi Alkitab tidak seperti itu. Ia mengatakan sesuatu apa adanya : a. Dosa bangsa Israel dikecam – Ulangan 9:24. b. Dosa-dosa para leluhur – Kejadian 12:11-13; 49:5-7 c. Para Penginjil mengakui kesalahan mereka dan kesalahan para rasul – Matius 8:1026; 26:31-56; Markus 6:52; 8:18; Lukas 8:24, 25; 9:40-45, Yohanes 10;6; 16:32 d. Kekacauan di dalam gereja-gereja – I Korintus 1:11; 15:12; II Korintus 2:4; dan lain-lain. e. Mungkin banyak orang akan mengatakan, “Mengapa mereka harus menulis tentang Daud dan Batsyeba ? “Ya, memang begitulah cara Alkitab menceritakan sesuatu. F. UNIK DLM PENGARUHNYA TERHADAP KESUSTERAAN DI SEKITARNYA Cleland B. McAfee menulis dalam The Greatest English Classic : “Bila semua Alkitab dalam suatu kota dimusnahkan, kitab itu dapat disusun kembali dari bagian-bagian pentingnya yang dikutip oleh buku-buku di atas rak-rak perpustakaan umum kota. Banyak karya tulis, dari hampir semua penulis kesusasteraan besar, yang menunjukkan khusus bagaimana Alkitab telah mempengaruhi mereka“. Sejarawan Philip Schaff (The Person of Christ, American Tract Society, 1913) dengan jelas menggambarkan keunikan Alkitab sekaligus keunikan sang Juru Selamat sendiri : “Yesus dari Nazareth ini, tanpa uang maupun senjata, telah menaklukkan lebih banyak orang daripada Aleksander, Caesar dan Napoleon; tanpa pendidikan dan ilmu pengetahuan Dia telah menguakkan pengertian tentang manusia dan Allah lebih daripada seluruh ahli filsafat dan kaum cerdik pandai; tanpa kata-kata yang muluk-muluk Dia berbicara tentang kehidupan sebagaimana yang belum pernah dikatakan sebelumnya atau sesudahnya, dan yang memberikan pengaruh yang jauh melebihi seorang 52

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

ahli pidato atau penyair; tanpa menuliskan sepatah kata pun, Dia menggerakkan lebih banyak pena, dan mengilhami lebih banyak tema khotbah, ceramah, diskusi, buku pendidikan, karya seni, dan lagu pujian daripada seluruh orang besar baik dari jaman purba maupun modern“. Jelaslah sudah bagi Josh McDowell ( dan kita semua orang-orang Kristen ) semua hal yang sudah dijabarkan di atas membuktikan bahwa Alkitab adalah unik; “berbeda dari yang lainnya; tidak ada kembaran atau padanannya“, walaupun banyak yang mengatakan bahwa Alkitab itu bukan Firman Tuhan, isinya sudah dipalsukan, banyak kesalahan dan ketidak akuratan, dan sebagainya. Seorang Professor mengatakan : “Kalau engkau adalah orang cerdas, dan rendah hati, engkau pasti akan membaca buku yang menarik ini lebih banyak perhatian dari pada buku mana pun, kalau engkau mencari kebenaran, dan bukan mencari-cari kesalahan untuk menguatkan berbagai tuduhan dan serangan yang tidak pernah terbukti kebenarannya“. 13. Isue-isue Kontemporer Tentang Status Alkitab Sejak mula-mula hingga abad XVI, gereja secara resmi menerima dan mengakui status Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, selaku ineransi, otentik, kanonik, kredibel, berotoritas, revelasi dan inspirasi Allah. Namun seiring dengan tumbuhnya berbagai denominasi gereja, kebebasan dalam interpretasi, dan pergeseran paradigma ilmu pengetahuan maupun teologi pada abad-abad selanjutnya, maka penerimaan dan pengakuan status Alkitab tersebut menjadi bervariasi. Sebagian besar orang Kristen, khususnya para teolog evangelikal, tetap konsisten pada pandangan konservatif sebagaimana yang diakui selama kurang lebih 16 abad sebelumnya. Hanya sebagian kecil, khususnya para teolog liberal, yang sesuai dengan nama liberalnya, telah membebaskan diri dari paradigma teologi tradisional konservatif dan menapak kepada paradigma teologi modern yang secara radikal dan gencar menggugat status Alkitab tersebut. 12.1. Inerransi Alkitab Gugatan terhadap inerransi Alkitab diajukan oleh para teolog akhir abad XIX hingga sekarang ini. Terutama sejak dilancarkannya Kritik Historis, yang jelas sangat merendahkan status Alkitab selaku Firman Allah. Pada akhir abad ke 19 Kritik Historis, yang dikenal juga dengan Kritik Tinggi Liberal, mencapai puncaknya. Misalnya dengan Kritik Sastra terhadap kelima kitab Musa (Pentateukh) yang dikumandangkan oleh Julius Welhausan dalam bukunya berjudul Die Composition des Hexateuchs (1876) dan Prolegomena zur Geschichte Israels (1878). 11 Secara khusus yang menjadi perdebatan hingga kini adalah, apakah 11

Ronald Youngblood, “Introduction,” The Higher Criticism of the Pentateuch By William Henry

53

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Alkitab berstatus “mungkin salah” atau “tidak mungkin salah”. Pandangan yang menganggap Alkitab bisa salah dan bahkan bukan Firman Allah, telah meluas di beberapa Sekolah Tinggi Teologi yang cukup terkenal di Indonesia. Sekalipun pandangan ini belum menjemaat, namun dapat dibayangkan masa depan Gereja di Indonesia, bila sebagian besar dari pimpinan gereja-gereja besar dan yang cukup berpengaruh di Indonesia telah menganut dan mulai mengajarkannya kepada jemaat. Para pimpinan dan anggota-anggota jemaat yang kurang memahami perkembangan teologi dewasa ini, tanpa sadar telah terkelabui dengan pandangan ini. Mereka turut mengakui bahwa Alkitab berisi firman Allah, sebab sepintas lalu pernyataan ini nampaknya benar. Mereka tidak tahu bahwa pernyataan ini dikemukakan oleh mereka yang menyangkal bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Dengan perkataan ‘berisi’, mereka mengakui bahwa sebagian di antaranya bukanlah firman Allah. Menurut Lindsell, pandangan seperti itu berarti menyangkal doktrindoktrin utama mengenai iman Kristen, misalnya kelahiran Kristus dari anak dara, keilahian Kristus, mujizat-mujizat, penebusan pengganti dan kebangkitan tubuh. 12 Di Indonesia sudah beredar buku-buku, yang dalam pembahasannya sangat merendahkan nilai Alkitab selaku firman Allah. Buku-buku tersebut di antaranya adalah Alkitab di Dunia Modern, terjemahan dari buku The Bible in the Modern World, karangan James Barr dan Di Sini Kutemukan, karangan Wismoadi Wahono. Barr, dalam tulisannya, menyangkal relevansi Alkitab dengan dunia modern, dan menganggap Alkitab sudah kadaluarsa. Buku ini mendapat kritikan keras ketika mula-mula dipakai dalam seminar teologi Perjanjian Lama di STT Duta Wacana Yogyakarta. Namun akhirnya mendapat sambutan yang hangat dari para mahasiswa. Cairns menjelaskan bagaimana penerimaan para mahasiswa pada waktu itu, sebagai berikut : Tanggapan mahasiswa terhadap buku ini adalah menarik : Waktu baru mulai berkenalan dengan isinya ada yang mencapnya ‘radikal’, atau merupakan “serangan terhadap kekudusan Alkitab”, atau “kurang relevan dalam konteks situasi teologi di Indonesia”. Akan tetapi di dalam proses pembahasannya, timbullah dua kesan : yang pertama ialah bahwa gereja-gereja kita justru terancam bahaya, kalau kita ( terutama Pendeta dan teolog ) tidak ikut menggumuli masalah-masalah yang memikat perhatian James Barr dalam buku ini, dan kesan kedua ialah bahwa cara pemecahan masalah status Alkitab yang digariskan James Barr, justru dapat membuka kemungkinan bagi kita mencapai keyakinan dan keberanian yang lebih kokoh, dalam menggunakan Alkitab sebagai landasan kebaktian, pemberitaan, dan pelayanan Kristen. 13

12

13

Green (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1978), h. v. Harold Lindsell, A Handbook of Christian Truth (Westwood, N.J.: Fleming H. Revell Company, n.d.), h. 22-23. I.J. Cairns, “Kata Pengantar” Alkitab di Dunia Modern, oleh James Barr (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), h. 5.

54

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Buku ini sudah mengalami cetak ulang oleh BPK Gunung Mulia. Cetakan pertama pada tahun 1979 dan kedua tahun 1983 dan terus dicetak ulang. Ini menunjukkan adanya sambutan baik dari umat Kristen di Indonesia, khususnya para mahasiswa Perguruan Tinggi Teologi dan para teolog yang mengutamakan rasio dan menganggap sepi campur tangan Roh Kudus secara istimewa kepada para penulis kitab dalam Alkitab. Kaum Injili menganggap pokok ini penting untuk diperhatikan secara khusus, karena itu pada bulan Oktober 1979 di Chicago berkumpullah kira-kira 300 sarjana Injili untuk membicarakannya bersama-sama. Konferensi ini disebut “The International Conference on Biblical Inerrancy” (ICBI), yang berhasil merumuskan 19 pasal “Chicago Statement.” Makalah-makalah dibahas, dikumpulkan dan diterbitkan pada tahun 1980, dengan judul Inerrancy. Pada tanggal 23-31 Agustus 1982, kurang lebih 85 teolog Injili dari 17 negara di Asia, mengadakan pertemuan di Seoul, Korea, untuk mendiskusikan bagaimana menerapkan Alkitab dalam konteks yang berbeda di Asia. Pada pertemuan ini, pandangan “kemungkinan salah” dan “ketaksalahan” Alkitab turut dibahas. Sekalipun kaum Fundamentalis dan kaum Injili begitu kokoh mempertahankan pandangan tradisionalnya mengenai Alkitab, yang tak dapat salah dan tak mungkin keliru, terdapat juga di antaranya yang sudah meninggalkan pandangan ini. Sedikit demi sedikit baik organisasi maupun secara individu, yang mulanya mengakui ketaksalahan Alkitab, beralih kepada pandangan yang menganggap bahwa Alkitab memiliki kesalahan-kesalahan dan bahkan mereka turut mempropagandakannya. 14 Misalnya G.G. Berkouwer dan para pengikutnya telah mengubah posisi Princeton dari pengakuan yang kokoh mengenai ketaksalahan Alkitab, sebagaimana yang dipertahankan B.B. Warfield sebelumnya, kepada penyangkalan terhadapnya. Nampaknya yang menjadi harapan dewasa ini adalah kesediaan dari para teolog rasionalis, naturalis, modernis, liberalis atau ekumenis untuk memberi tempat pada aspek adikodrati ketika memahami Alkitab dengan suatu metode pendekatan tertentu. Di pihak lain, para teolog konservatif, tradisional, fundamentalis atau evangelikalis perlu secara bertanggungjawab dalam pengungkapan kebenaran Alkitab tanpa mengabaikan pertimbangan rasio, sebab Alkitab meliputi kodrati dan adikodrati. Paham Errancy Alkitab tidak dapat diterima karena bukti internal ( Mazmur 119:142,151,160, Amsal 30:5 ) dan eksternal ( penemuan-penemuan termodern dalam ilmu pengetahuan menunjukkan kesesuaian & pengukuhan catatan-catatan Alkitab tentang sains ) bahwa Alkitab itu ineransi. Selama bertahun-tahun para pengeritik yang tidak percaya telah membuat daftar yang penting tentang apa yang mereka sebut ketidaksesuaian dalam Alkitab, dan beberapa di antara mereka telah menyatakan bahwa Alkitab mengandung kesalahan 14

Harold Lindsell, The Battle for the Bible (Grand Rapids: Zondervan, 1976.), h. 19.

55

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

yang tidak bisa dipungkiri lagi. Pada tahun 1874 J.W. Haley mengadakan sebuah telaah yang teliti, yang masih berguna untuk dibaca ( John W. Haley, Alleged Discrepancies of The Bible , Grand Rapids : Baker Bokk House, 1988 ). Ia mengklasifikasikan ketidaksesuaian yang dinyatakan ini dan menemukan bahwa itu timbul dari beberapa penyebab : [1] Mereka gagal membaca dengan tepat apa yang sebenarnya dikatakan Alkitab. [2] Interpretasi-interpretasi yang salah tentang Alkitab, khususnya mereka yang lalai memperhitungkan adat istiadat dan cara berbicara pada jaman kuno. [3] Pikiran-pikiran yang keliru mengenai Alkitab secara keseluruhan dan gagal untuk mengakui bahwa ada kalanya Alkitab mencatat perkataan Iblis dan orang jahat. Tetapi Alkitab memberikan laporan yang benar tentang apa yang mereka katakan, sekalipun mereka itu salah. [4] Lalai menyadari bahwa beberapa kisah merupakan penyingkatan dari apa yang telah dikatakan atau dilakukan. [5] Kesulitan-kesulitan kronologis karena kenyataan bahwa orang Babel, orang Yunani, dan orang Romawi telah menggunakan sistem yang berbeda untuk mengukur waktu atau menetapkan tanggal. Bahkan Israel dan Yehuda kadangkala mempunyai metode yang berbeda dalam menghitung pemerintahan raja-raja ( lihat Edwin R. Thiele, The Mysterious Numbers of The Hebrew Kings, Grand Rapids : Zondervan Publishing House, 1983 ). [6] Ketidaksesuaian yang nyata dalam bilangan-bilangan karena kenyataan bahwa beberapa bagian Kitab Suci menggunakan bilangan bulat, sedangkan yang lainnya memberikan bilangan yang lebih tepat, bergantung pada tujuan penulis. [7] Di beberapa tempat kesalahan-kesalahan para penyalin telah masuk ke dalam naskah-naskah purbakala tertentu. Sebuah perbandingan antara naskah-naskah telah mengoreksi sebagian besar kesalahan-kesalahan ini ( nyatanya, sebagian besar sarjana setuju tentang bacaan asli dari kebanyakan kasus ini. Lagipula, kasus-kasus di mana kita tidak dapat yakin sama sekali tidak mempengaruhi pengajaran-pengajaran Alkitab. [8] Akhirnya, beberapa hal yang dinamakan ketidaksesuaian hanyalah merupakan sebuah kata Ibrani atau Yunani yang memiliki lebih dari satu arti, seperti beberapa kata dalam bahasa Inggris. Satu lepas satu, apa yang dinyatakan sebagai kesalahan dan ketidaksesuaian telah terbukti palsu. Berulang-ulang penemuan-penemuan baru oleh para arkeolog dan para sarjana serta ilmuwan lainnya telah memperlihatkan bahwa yang dinamakan kesalahan itu adalah kesalahan para kritikus oleh sebab ketidakpercayaan dan pengetahuan mereka yang tidak cukup. Misalnya, DR. Stanley Horton mendengar 56

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

tentang Guru Besar Harvard berkata bahwa lampu bercabang tujuh tidak ada pada jaman Musa, oleh karena itu Alkitab keliru ketika mengatakan bahwa lampu itu telah dibuat dan diletakkan dalam Tabernakel ( Keluaran 37:17-24 ). Akan tetapi, pada suatu ekspedisi arkeologis di Dotan pada tahun 1962 dengan DR. Yoseph Free dari Wheaton College, DR. Horton memperhatikan para pekerja menggali sebuah lampu bercabang tujuh yang berasal dari tahun 1.400 sM tepat dari jaman Musa ( Stanley M. Horton, Why The Bible Is Reliable, Pentecostal Evangel, 14 January 1973, halaman 8-11 ). 12.2. Otensitas Alkitab Isue-isue Kontemporer juga menggugat otensirtas Alkitab. Banyak catatan sejarah Alkitab yang fakta historisnya ditolak karena tidak otentik. Hipotesa dalam kritik sumber menggeser Musa sebagai penulis Pentateuch, dan menempatkan waktu penulisan Perjanjian Lama dimulai sesudah umat Israel kembali dari pembuangan di Babel. Karena itu tulisan-tulisan bentuk sejarah dalam Kejadian 1:1-11 dianggap mitos pinjaman dari Mesopotamia. Adam dianggap bukan sosok pribadi sejarah, dan karena itu fakta historis terjadinya dosa dalam Kejadian 3 harus ditolak ( Brunner, 1889-1966 ). Dosa memang riil namun cerita tentang kejatuhan manusia dalam dosa dan tentang penciptaan adalah mitos ( Niebuhr ). Abraham, Ishak dan Yakub tidak ada hubungan darah ( Wahono ). Lukas melapisi pandangannya sendiri mengenai perkembangan orang Kristen mula-mula dalam Injilnya ( Bauer, 1792-1860 ). Perkataan-perkataan langsung ( Ipsissima verba ) dari Tuhan Yesus dan para rasul, baik dalam kitab Injil maupun dalam Kisah Para Rasul tidak otentik, karena semuanya telah diubah oleh penyunting ( Barr ). Berita tentang Yesus dalam Injil Sinoptis sebagian besar tidak otentik. Hampir semua diciptakan oleh gereja mula-mula ( Bultmann, 1884-1976 ). Kesaksian dari Alkitab sendiri bahwa kitab-kitab Taurat adalah tulisan Musa ( Keluaran 17:14, 24:4, 34:27, Bilangan 33:2, Ulangan 31:9,22, Roma 10:5 ), bukan tulisan para penyunting setelah bangsa Israel kembali dari pembuangan, sebagaimana yang diajukan oleh para penganjur kritik sumber. Adam adalah manusia riil yang pernah hidup dalam sejarah, betul-betul sebagai asal dari manusia turun-temurun, dan karena itu tercatat dalam silsilah Yesus ( Lukas 3:38 ). Tulisan-tulisan Perjanjian Baru, khususnya perkataan-perkataan langsung ( Ipsissima verba ) dari Tuhan Yesus dan para rasul dalam kitab-kitab Injil maupun Kisah Para Rasul adalah otentik. James Barr sendiri tidak dapat menunjukkan bagian mana yang tidak otentik dan bagian mana tulisan-tulisan atau perkataanperkataan yang otentik.

57

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

12.3. Kanonisasi Alkitab Gugatan terhadap kanonisasi Alkitab dilancarkan melalui penambahan kitab-kitab Apocrypha pada permulaan sejarah, publikasi kurang lebih 100 teks pseudepigrapha yang dikaitkan dengan Perjanjian Lama, dan Injil Barnabas, Injil Thomas, bahkan III Korintus yang dikaitkan dengan Perjanjian Baru belakangan ini. Ke-66 kitab Alkitab diakui selaku kanonik. Perjanjian Lama adalah kanonik, karena Allah mengakui kitab Taurat Musa ketika Ia memperingatkan Yosua agar merenungkannya siang dan malam dan “bertindak hati-hati sesuai dengan yang tertulis di dalamnya” ( Yosua 1:8 ). Penulis kitab 1 Raja-raja mengakui bahwa kitab Yosua adalah kanonik ( 1 Raja-raja 16:34, bandingkan dengan Yosua 6:26 ). Ada indikasi bahwa tidak ada lagi kesaksian nubuat setelah Maleakhi hingga kedatangan Yohanes Pembaptis, karena pada bagian akhir periode Perjanjian Lama ini, Allah berfirman, “... Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu” ( Maleakhi 4:5, bandingkan dengan Matius 17:11-13 ). Penyataan Yesus dalam Lukas 11:51, bahwa mulai dari darah Habel ( Kejadian 4:8 ) sampai kepada darah Zakharia ( 2 Tawarikh 24:20-22 ), yang telah dibunuh akan dituntut, memberi indikasi bahwa Tuhan Yesus mengakui kanonisasi ke-39 kitab Perjanjian Lama. Urutan ke-39 kitab Perjanjian Lama Ibrani dimulai dari kitab Kejadian dan berakhir pada kitab 2 Tawarikh. Pengakuan Tuhan Yesus juga nyata dalam perkataan-Nya bahwa Ia datang untuk menggenapi “Hukum Taurat dan kitab Para Nabi” ( Matius 5:17 ), suatu sebutan yang umum pada masa itu untuk menunjukkan ke-39 kitab Perjanjian Lama. Buktibukti di luar Alkitab, seperti pada penemuan naskah Laut Mati dan tulisan-tulisan bapa-bapa gereja mula-mula, memberi dukungan kuat terhadap sifat kanonik Perjanjian Lama, kurang lebih 175 dari 500 naskah tersebut adalah kitab-kitab kanonik, kecuali kitab Ester. Sisanya yang bukan kanonik memberi dukungan, karena bersifat tafsir atau komentar tentang kitab-kitab kanonik. Bapa-bapa gereja, kecuali Agustinus yang mengikutsertakan kitab-kitab apocrypha, mengakui kanonisasi Perjanjian Lama, bahkan Gereja Katholik baru pada konsili Trente tahun 1546, menerima secara resmi apocrypha tersebut. Bukti-bukti tersebut di atas menunjukkan bahwa kanonisasi kitab-kitab Perjanjian Lama bukan baru diputuskan oleh rabi-rabi dalam pertemuan di Jamnia tahun 90 M, namun sejak tulisan-tulisan itu diilhamkan Allah. Teks Perjanjian Lama telah mengalami terobosan yang dramatis dalam abad ini. Dengan penemuan Naskah-naskah Laut Mati pada tahun 1947, telah ditemukan manuskrip dari seluruh atau sebagian dari tiap kitab Perjanjian Lama kecuali kitab Ester. Naskah-naskah tersebut berasal dari tahun 250 sM, yang membawa kita balik ke 1.000 tahun lebih awal daripada naskah-naskah terbaik yang sebelumnya tersedia dalam teks Ibrani. Sebenarnya, kontribusi terpenting dari Naskah-naskah Laut Mati adalah keterangan yang diberikan mengenai teks kitab-kitab Perjanjian Lama. Kesimpulannya adalah bahwa kita diberikan kepastian yang kokoh mengenai ketepatan Alkitab. Naskah-naskah tersebut memungkinkan diadakan perbandingan

58

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

sejumlah besar teks-teks yang memberitahu kepada kita bahwa Perjanjian Lama benar-benar tidak berubah selama 2.000 tahun terakhir. Sifat Kanonik ke-27 kitab Perjanjian Baru teruji melalui test of authority, test of uniqueness, dan test of acceptance by the churches. Para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru adalah para saksi mata atau murid mereka, karena itu otoritas tulisan mereka tidak dapat diragukan. Masing-masing kitab mempunyai keunikan internal. Kitab-kitab tersebut beredar di jemaat-jemaat mula-mula ( Kolose 4:16 ) dan tidak satu pun yang diragukan oleh jemaat. Para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru mengakui tulisan mereka adalah Firman Allah ( 2 Petrus 3:15-16, 1 Timotius 5:18 ). Bukti-bukti lain adalah bapa-bapa gereja, dalam tulisan mereka antara tahun 70 - 170 M, mengutip dari ke-27 kitab Perjanjian Baru. Dalam beberapa versi kanonisasi Perjanjian Baru sejak tahun 140 - 397 M, hanya kitab 2 Petrus yang tidak diikutsertakan. Pada konsili di Carthage tahun 397 M, Gereja secara resmi mengakui ke-27 kitab tersebut sebagai kitab-kitab kanonik. Sungguh luar biasa bahwa ada lebih dari 5.300 salinan ( manuskrip ) kuno Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani yang asli ditulis dengan tangan. Beberapa naskah berasal dari abad III dan abad IV. Satu fragmen Injil Yohanes berasal dari kira-kira tahun 125, dalam waktu 30 tahun ketika fragmen itu ditulis. Ini berbeda dengan naskah-naskah kuno lainnya. Manuskrip yang paling kuno yang kita miliki dari Virgilius ditulis kira-kira berusia 350 tahun setelah kematiannya. Sedangkan naskah paling kuno dari Horatius adalah 900 tahun setelah kematiannya. Sebagian besar naskah Plato berasal dari 1.300 tahun setelah kematiannya. Sir Frederick Kenyon, seorang sarjana Alkitab yang terkemuka, berbicara tentang berbagai penemuan modern dalam arkeologi yang berhubungan dengan Alkitab, berkata, “Mereka telah menetapkan, dengan amat banyak bukti yang tidak dimiliki karya kepustakaan kuno lainnya, keaslian dan integritas yang nyata dari teks Alkitab seperti yang kita miliki sekarang ini” ( Sir Frederick Kenyon, Our Bible And The Ancient Manuscripts, ed. rev. V, London : Eyre & Spottiswoods, 1958, 318-319 ). Isue-isue Kontemporer memberi sifat kanonik tulisan-tulisan lain, seperti Injil Thomas, Injil Barnabas, dan III Korintus. Injil Thomas tidak terdapat di dalam Alkitab, khususnya di antara ke-27 kitab Perjanjian Baru, karena itu jelas tidak termasuk kanonik. Injil Thomas, menurut terjemahan Stephen Patterson dan Marvin Meyer serta sumber terbatas yang ada, nampaknya mengungkapkan kisah kanakkanak Yesus, kemampuannya mengadakan mujizat dan pengajaran-pengajaran-Nya yang mengagumkan. Namun tulisan tentang karya penebusan-Nya atau pernyataanNya bahwa Dia datang ke dunia untuk menebus dosa manusia tidak ditemukan. Pada umumnya pengajaran Tuhan Yesus dalam Injil Thomas memiliki kesamaan dengan pengjaran Tuhan Yesus dalam keempat Injil dari Perjanjian Baru. Oleh karena itu, ada kesan bahwa Injil Thomas tersebut merupakan rekayasa teologis, yang diupayakan untuk menunjukkan kesejajarannya dengan keempat Injil, namun sekaligus juga menunjukkan “dosa-dosa-Nya” pada masa kanak-kanak. Misalnya, karena Ia marah dan membunuh anak lain hanya karena anak itu menepuk punggung-Nya dari belakang. 59

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Sifat kanonik Injil Thomas tidak dapat diterima meskipun dapat teruji oleh test of authority, seandainya betul ditulis oleh Thomas Didimus, murid Tuhan Yesus, sebagaimana dikemukakan oleh permulaan Injil Thomas ( bandingkan dengan Yohanes 1:16, 20:24 ). Injil Thomas tidak lolos melalui test of uniqueness dan test of acceptance by the churches, karena selama kurang lebih 300 tahun dalam proses pengenalan kitab-kitab kanonik Perjanjian Baru hingga konsili Carthage, Injil Thomas tidak pernah disebut. Kemungkinan besar ketika itu Injil Thomas, seperti juga Injil Barnabas, belum ditulis, sehingga tidak mungkin Thomas Didimus yang menulisnya. Berbagai versi kanonitas, baik dalam kanon Marcion ( tahun 140 ), kanon Muratorion ( tahun 170 ), versi Syria Kuno ( abad II ), versi Latin Kuno ( tahun 200 ), kanon Agustinus ( tahun 400 ) maupun Konsili Trente ( 1546 ), Injil Thomas tidak pernah disebut. Jadi terbukti bahwa Injil Thomas yang mulai dipublikasikan belakangan bukan kitab kanonik. Sementara itu, kitab yang dikenal sebagai “Injil Barnabas” sama sekali tidak berkaitan dengan Kekristenan, sebab kitab itu adalah suatu kesaksian palsu dan merupakan suatu upaya untuk menyatakan hal-hal yang sangat keliru tentang Injil Kristus. Tak terbilang banyaknya bukti yang memperlihatkan bahwa penulis Injil Barnabas ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan para rasul Kristus atau murid-murid-Nya yang menuliskan kitab mereka di bawah ilham Roh Kudus. Berikut ini beberapa bukti-bukti tersebut : Bukti pertama adalah ketidaktahuan penulisnya tentang geografi Palestina dan negara tempat terjadinya kisah-kisah yang bersifat religius ini. Misalnya, Dia berkata, “Yesus pergi ke laut Galilea, dan naik ke dalam sebuah perahu berlayar ke kotanya Nazareth, dalam pada itu terjadi suatu topan di laut, sampai akhirnya perahu itu hampir tenggelam” ( 20 alenia 1 ). Sudah lama diketahui dengan baik bahwa Nazareth terletak di atas bukit di Galilea dan bukan sebuah kota di pesisir pantai, seperti dikatakan penulis. Bukti kedua adalah ketidakpahaman penulis tentang sejarah kehidupan Yesus Kristus. Dalam pasal 142 alenia kedua bagian tengah dituliskan bahwa Mesiah tidak akan datang dari keturunan Daud tetapi dari keturunan Ismail dan bahwa Perjanjian itu diberikan kepada Ismail dan bukan kepada Ishaq ( 124:14 ). Ini merupakan kesalahan yang besar karena setiap orang yang membaca silsilah Kristus dalam Kitab Injil yang benar akan melihat bahwa silsilah itu, menurut daging, Dia berasal dari keturunan Daud, dari suku Yehuda. Bukti ketiga, pengarangnya memasukkan kisah-kisah yang sama sekali tidak berakar pada Kekristenan. Misalnya, pada pasal 35 alenia 9,10,12 berkata, “Lalu firman Allah kepada pengikut Satan, “Bertobatlah kamu dan bersyahadatlah kepada aku karena Akulah Pencipta kalian”. Mereka menjawab, “Kami telah berpaling dari melaksanakan sujud kepada Engkau, karena Engkau tidak adil, hanya Satan adalah adil dan tidak berdosa dan dia adalah Tuhan kami. “Kemudian Satan, pergi sambil meludah pada tanah bumi itu dan Malaikat Jibril mengangkatkan ludah itu beserta sedikit tanah, sehingga sekarang manusia mempunyai pusar pada perutnya”.. 60

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

“Yesus membalas, :Sesungguhnya aku berkata kepadamu, aku kasihan kepada Satan, ketika aku tahu kejatuhannya; dan aku kasihan kepada manusia yang digodanya kepada dosa. Karena itu aku telah berdoa dan puasa kepada Allah kita yang berbicara kepadaku dengan perantaraan Malaikat-Nya Jibril, “Apakah keinginan engkau Yesus, dan apakah permohonan engkau ? Aku menjawab, Allah, Engkau mengetahui tentang dosa yang disebabkan Satan dan lewat godaangodaannya banyak yang binasa, dia adalah ciptaan-Mu; karena itu Aku mohon ampunilah mereka Tuhan”. Allah menjawab, “Yesus perhatikanlah, Aku mau mengampuni dia, hanya kalau dia berkata, “Allah Tuhanku, aku telah berdosa, berilah ampunan kepadaku, dan Aku akan mengampuni dia dan mengembalikannya kepada kedudukannya semula. Kata Yesus, “Ketika aku mendengar ini, Aku sangat gembira dan percaya bahwa aku telah membuat perdamaian ini. Karena itu aku memanggil Satan, dan dia bertanya : “Apa yang harus aku perbuat untukmu, O Yesus ?” Aku menjawab, :Engkau akan melakukannya untuk dirimu sendiri, O Satan, karena aku tidak senang terhadap perbuatanmu, tetapi untuk kebaikanmu telah aku panggil engkau”. Satan membalas, :Jika kamu tidak berkeinginan kepada bantuanku, aku juga tidak menginginkan bantuanmu; karena aku lebih mulia daripada kamu. Kamu tidak layak untuk melayani aku, kamu adalah debu sedangkan aku adalah roh” ( 51 alenia 2-7 ). Tidak ada orang yang berpikiran sehat dapat percaya bahwa kisah tahayul ini berasal dari Injil yang diilhami Allah. Pertama, karena Allah tidak berkenan kepada Setan yang jatuh dan dibuang dari hadirat-Nya. Hal ini juga tidak sejalan dengan kesucian Allah yang ilahi itu untuk membicarakan perdamaian dengan Setan. Kedua, sejak mulanya Kristus, telah masuk dalam peperangan dengan sikap tidak pernah mengalah kepada Setan ( 1 Yohanes 3:8 ). Ketiga, dalam peperangannya dengan Kristus, Setan tidak berani berkata bahwa dia lebih hebat dari Kristus. Sebaliknya, di tengah-tengah orang banyak di Kapernaum ketika ia diperintahkan keluar dari seseorang, dengan suara keras ia berseru, “Hai Engkau,Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami ? Engkau datang hendak membinasakan kami ? Aku tahu siapa Engkau; Yang Kudus dari Allah” ( Lukas 4:34 ). Bukti Keempat, para sarjana yang meneliti dengan cermat tentang kitab ini secara bulat berpendapat bahwa kitab ini tidak pernah ada sebelum abad XV. Kitab Injil Barnabas ini muncul hampir 1.500 tahun sesudah kematian Barnabas. Suatu penelitian sejarah menunjukkan bahwa naskah asli dari Injil Palsu ini muncul untuk pertama kali pada tahun 1709 dalam barang antik milik Craemer, seorang penasehat raja Prusia. Naskah ini diambil daripadanya dan disimpan di Perpustakaan Wina pada tahun 1738. Semua sarjana yang menelitinya mencatat bahwa sampul buku ini terbuat dalam gaya Timur dan mempunyai catatan pinggir dalam bahasa Arab. Dari pengujian kertas dan tinta yang digunakan, nampak bahwa kitab itu ditulis pada abad XV atau XVI.

61

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Bukti Kelima, beberapa sarjana berpendapat bahwa penulis Injil Barnabas ini adalah biarawan dari Ukraina, bernama Marino, sesudah beralih memeluk agama Islam berganti nama menjadi Musatafa Al-Arandi. Setiap orang yang membaca kitab ini dapat menyadari bahwa penulisnya memiliki suatu pengetahuan Al-Qur’an yang luas dan hampir seluruh isinya merupakan terjemahan secara harafiah dari ayat-ayat Al-Qur’an ( bandingkan dengan Injil Barnabas 44 alenia 6, 97 alenia 1,9,10 ). 12.4. Penyataan Khusus Allah Isue-isue kontemporer mengemukakan bahwa Alkitab bukan penyataan Allah, bukan riwayat tindakan-tindakan Allah dalam sejarah, melainkan hanya merupakan riwayat pengalaman agamawi manusia ( Schleirmacher, 1768-1834 ). Alkitab bukan penyataan Allah, karena penyataan Allah adalah Yesus Kristus, dan Alkitab hanyalah saksi dari penyataan itu. Yesus Kristus adalah “Firman Allah yang dinyatakan”, Alkitab adalah “Firman Allah yang ditulis”, dan khotbah, teologi dalam sakramen adalah “Firman Allah yang diberitakan” ( Karl Barth, 1886-1968 ). Keyakinan tradisional konservatif mengakui bahwa Alkitab adalah penyataan khusus ( special revelation ) Allah, yang olehnya Allah transenden telah menyatakan diri-Nya kepada manusia. Penyataan-Nya itu bersifat Kristosentris, karena memberi penekanan utama pada pribadi dan karya penebusan Yesus Kristus ( Roma 16:25-26, 1 Yohanes 5:9-12, Wahyu 1:1 ). Dalam hubungan dengan terjadinya Alkitab, penyataan merupakan pengalihan pikiran Allah kepada pikiran para penulis insani. 12.5. Inspirasi Alkitab Inspirasi berkaitan dengan kepenulisan naskah-naskah asli ( original manuscripts ) Alkitab. Isue-isue Kontemporer menolak pandangan bahwa Alkitab adalah inspirasi Allah. Pembentukan Alkitab dianggap sebagai proses manusiawi semata, tidak ada intervensi Allah secara khusus ( James Barr, 1924 ). Beberapa Teori Tentang Pengilhaman Yang Menyimpang : [1] Pengilhaman Mekanis Pandangan ini menganggap para penulis Alkitab hanya berfungsi sebagai mekanik ( mesin ) belaka..Allah berbicara melalui manusia sampai kepribadian individualnya ditekan. Segala inisiatif & keaktifan pokok ada pada Allah. Dengan demikian :
Alkitab diilhamkan secara harafiah, kata demi kata didiktekan. Pandangan yang demikian terdapat juga di dalam agama Hindu, yang mengajarkan bahwa mantera-mantera di dalam kitab Weda dan juga isi 62

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

kitab-kitab Brahmana & Upanisad diterima sebagai dibisikkan oleh dewa tertinggi dengan perantaraan para Resi, para Brahmana, dan para Guru. Pengilhaman yang mekanis ini juga diajarkan oleh para ulama Islam. Bagi mereka Firman itu secara kekal tertulis di dalam lawh al mahfuz. Oleh Malaikat Jibril, Firman itu pada waktunya diturunkan kepada nabi Muhammad S.A.W. Sang nabi mengucapkan Firman itu, yang dicatat oleh yang mendengarnya, dan akhirnya dikumpulkan di dalam Al-Qur’an. Oleh karenanya bunyi Al-Qur’an sama dengan Firman yang tertulis di dalam lawh al mahfuz tadi. Pandangan ini adalah tidak sesuai dengan Alkitab. Kepribadian dan kosakata khusus dari berbagai penulis jelas dapat dibedakan; dari 40 penulis Alkitab, jelas kelihatan berbagai pekerjaan mereka - gembala,.negarawan, imam, penjala ikan, yang berpendidikan tinggi dan yang secara relatif tidak berpendidikan. Para penulis tidak didalangi, seperti robot, sementara mereka dalam keadaan trance; Allah tidak memilih mereka secara serampangan dan menyuruh mereka menulis. Sebagai contoh, Allah memisahkan Yeremia untuk menjadi seorang nabi dan mulai menyiapkan dia ketika ia masih berada di dalam rahim ibunya ( Yeremia 1:5 ). Allah membawa semua penulis Alkitab melalui berbagai pengalaman, menyiapkan mereka sedemikian rupa sehingga Ia dapat memakai mereka untuk menyatakan kebenaran dalam cara yang diinginkan-Nya. Dengan demikian, integritas para penulis sebagai kepribadian individual benar-benar terpelihara melalui tindakan khusus dari inspirasi & bimbingan Roh Kudus. Pada waktu yang sama, hasil tulisan mereka adalah jelas Firman Allah. Roh Kudus “membisikkan pemikiran yang orisinal ke dalam pikiran para penulis ( Amos 3:8 ). Kemudian Roh Kudus menuntun mereka memilih kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran itu ( Keluaran 4:12,15 ); dan akhirnya, Ia menerangi pikiran orang yang membaca kata-kata itu sedemikian rupa sehingga pembaca dapat memahami kebenaran yang sama yang semula ada dalam pikiran penulis ( 1 Korintus 2:12, Epesus 1:17-18 ). [2] Pengilhaman Dinamis Pandangan ini menganggap hati para penulis diperbaharui oleh Allah ( sehingga pengilhaman identik dengan kelahiran kembali ) dan bahwa Alkitab tidak dimaksudkan untuk menyampaikan “kebenaran yang bersifat proposisi” 15 tentang Allah sendiri. Allah tidak dapat dikenal. Alkitab tidak menyatakan apaapa tentang Allah, melainkan hanya menyingkapkan kebenaran tentang bagaimana kita harus hidup. Pandangan ini merupakan inti banyak sistem modernisme atau teologi liberal, yang menolak hal-hal adikodrati. Pandangan ini memungkinkan adanya gagasan bahwa Alkitab pada dasarnya adalah cerita dongeng. Akan tetapi, sejauh ia berbicara tentang cara hidup yang benar, Alkitab sangat berarti bagi banyak orang. Menurut pandangan ini, etika 15

Maksud dari Kebeanran yang bersifat proposisi adalah informasi yang nyata, obyektif, dan masuk akal.

63

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

menggantikan doktrin. Ia memberi peluang kepada relativisme, karena sebagian besar standar-standar obyektif tentang kebenaran telah ditiadakan. Jadi, orang menginterpretasi sendiri apa yang mereka anggap layak untuk diterima dan apa yang ingin mereka tolak sebagai dongeng ( bandingkan Hakim-hakim 17:6 ). Lihat juga Bilangan 24:17 dan Yohanes 11:50. [3] Pengilhaman Alamiah Pandangan ini menganggap para penulis Alkitab adalah para jenius yang tidak memerlukan bantuan adikodrati dalam menuliskan Alkitab. Dengan demikian : a. Para penulis itu sendiri menghasilkan apa yang mereka tulis. Allah tidak meniupkan kata-kata. b. Pengilhaman semacam ini dapat berlaku terhadap buku-buku lain di luar Alkitab. c. Tidak mempercayai ketidakbersalahan Alkitab. [4] Pengilhaman Negatif ( Pasif ) Pandangan ini mengajarkan bahwa para penulis Alkitab dijaga oleh Roh Kudus agar jangan sampai tersesat. Dengan demikian yang diilhami adalah para penulisnya. Mereka dibantu oleh Roh Kudus, sehingga apa yang diucapkan atau ditulis sesuai dengan kehendak Allah. Pandangan ini pernah dianut oleh Gereja Katholik Roma dan tidaks esuai dengan gagasan yang tercantum di dalam Alkitab ( 2 Timotius 3:16 ). [5] Pengilhaman Sebagian Pandangan ini mengajarkan bahwa memang sebagian Alkitab diilhami, namun ada bagian-bagian yang tidak diilhami. Biasanya bagian-bagian yang diilhami adalah yang memberikan informasi yang tidak mungkin dapat diketahui dengan cara lain. Misalnya kisah Kejadian atau nubuat, sedangkan bagian sejarah yang dapat diperoleh dari dokumen jaman itu tentunya tidak perlu pengilhaman. Pernyataan pandangan ini mengajarkan bahwa Alkitab diilhami dalam tujuannya. Ini berarti kita dapat mempercayai Alkitab bila menjelaskan mengenai keselamatan, namun kita dapat menemukan kesalahan dalam bagianbagian lainnya. [6] Pengilhaman Barthian Karl Barth ( 1886 - 1968 ), meskipun seorang teolog yang paling berpengaruh dalam sejarah terakhir, menganut pandangan pengilhaman yang menyimpang dan berbahaya, yang masih dipropagandakan oleh banyak orang.

64

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Pada umumnya golongan Barthian bersekutu dengan aliran kritik Alkitab yang liberal. Namun mereka sering berkhotbah seperti golongan Injili. Hal ini menjadikan golongan Barthian lebih berbahaya daripada golongan liberal sejati. Golongan Barthian mengatakan bahwa teks Alkitab adalah hasil kerja manusia yang penuh kekeliruan, namun dapat menjadi Firman Allah ketika menguasai hati kita. Dengan demikian, Alkitab menjadi Firman Allah ketika Firman Allah, Kristus, berbicara kepada kita melalui halaman-halaman Alkitab. Pengilhaman, seperti pewahyuan, menekankan perjumpaan eksistensial yang subyektif ! Menurut Barthian, kewibawaan Alkitab terletak di dalam perjumpaan iman dengan Kristus dari Alkitab. Alkitab, karena menunjuk kepada Kristus, mempunyai wibawa sebagai alat saja, bukannya wibawa yang melekat. Kaum Evangelikal mengakui intervensi Allah dalam kepenulisan Alkitab. Alkitab diinspirasikan oleh Allah secara keseluruhan, pa/sa grafh. qeo,pneustoj “pasa grafe theopneustos” ( 2 Timotius 3:16 ), bukan dihasilkan oleh kehendak manusia, “tetapi oleh dorongan Roh Kudus” ( avlla. u`po. pneu,matoj a`gi,ou fero,menoi , “alla hupo pneumatos hagiou feromenoi”, 2 Petrus 1:21 ), dan inspirasi verbal karena “satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan” ( ivw/ta e]n h' mi,a kerai,a ouv mh. pare,lqh| avpo. tou/ no,mou( Matius 5:18 ). Dalam pengilhaman, Allah mengawasi sedemikian rupa sehingga para penulis Alkitab itu menyusun dan mencatat tanpa kesalahan pesan-Nya kepada manusia dalam bentuk kata-kata pada naskah asli ( Ryrie ). Kesimpulan Isue-isue Kontemporer berkaitan dengan Bibliologi muncul karena orientasi subyektif dan bukan obyektif dalam pertimbangan. Penyataan Allah dipandang identik dengan apa yang diperoleh hanya dari pengalaman atau pengertian penafsir terhadap pengalaman orang lain. Kritik Sumber juga tidak dapat menyodorkan suatu kebenaran pasti, kecuali sebagai hipotesa yang melahirkan hipotesa baru secara berantai terus-menerus. Oleh karena itu, keyakinan tradisional konservatif tentang status Alkitab yang ineransi, otentik, berotoritas, penyataan dan ilham Allah, tetap merupakan pegangan yang benar. 13. Manfaat Alkitab Dalam Kehidupan Manusia Tuhan Yesus dalam menggambarkan pentingnya Alkitab, Firman yang kekal itu, berkata, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah” ( Matius 4:4 ). Tuhan Yesus mengutip ayat itu dari Ulangan 8:3 untuk menghadapi pencobaan yang dilancarkan Setan di padang gurun pada permulaan pelayanan-Nya. Saat yang dramatik dan sangat penting ini akan tetap 65

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

bertahan sebagai suatu pelajaran bagi kita dalam menggunakan Firman Allah selaku senjata yang ampuh dalam melawan pencobaan, dosa, dan Setan. Pada saat Tuhan Yesus mengucapkan kata-kata itu, sebenarnya Dia sedang membuat sebuah gambaran bagi kita. Tuhan Yesus menghubungkan pemikiran tentang roti dan Firman Allah, serta rasa lapar terhadap keduanya. Ini adalah konsep yang dapat ditangkap dalam sekejap, khususnya bila seseorang telah berpuasa selama 40 hari seperti Dia. Di kemudian hari dalam pelayanan-Nya, Tuhan Yesus yang adalah Firman Allah yang hidup, menyatakan bahwa Dia adalah Roti Hidup yang turun dari Surga, dan mereka yang memakannya akan hidup ( lihat Yohanes 6 ), Tuhan Yesus menggunakan semacam bahasa gambaran yang disebut “perumpamaan” untuk menolong orang-orang yang mendengarkannya lebih mudah mengerti - atau melihat dengan lebih jelas apa yang sedang Ia katakan. Dengan cara yang sama, Roh Kudus menggunakan bahasa gambaran di seluruh Alkitab dalam menggambarkan Firman yang diinspirasikan oleh Allah. Kadangkala kebenaran rohani dilukiskan lebih jelas dengan menggunakan lambang. Lambanglambang ini memberi sebuah gambaran di dalam pikiran manusia, sehingga kebenaran-kebenaran tertentu dapat lebih dimengerti. Ada beberapa lambang yang Allah pakai untuk menggambarkan perkataanperkataan-Nya. Lambang-lambang ini menolong kita untuk mengerti lebih dalam tentang sifat dari Firman Allah itu sendiri dan memahami bagaimana Roh Kudus menggunakan Firman Allah dalam kehidupan dan situasi orang percaya yang hidupnya diserahkan kepada-Nya. Adapun Lambang-lambang Firman Allah Itu Adalah : No

Lambang

01

API

02

PALU

03

MADU

04

PELITA

05

PAKU

Nats

Makna

Yeremia 23:29

a. Sebagai Pemurni, Mazmur 119:9,11. b. Sebagai Pembakar, Yeremia 20:9, 1 Samuel 30 c. Sebagai Pemberi Kekuatan, 2 Tawarikh 34 & 35 a. Untuk Menghancurkan, Yeremia 23:29 1 Yohanes 3:8 b. Untuk Membangun, Matius 16:18, 1 Korintus 3:10-13 Mazmur 19:10, Wahyu Berita Yang Manis, Mazmur 119:103, 10:10 Yehezkiel 3:1-3. Mazmur 119:105, 130 a. Alat penerang dalam Yohanes 1:5 kegelapan; b. Memberikan arah ( Iluminasi ) Pengkhotbah 12:11 a. Menguatkan; b. Tempat bergantung.

66

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

06

ROTI

Matius 4:4

07

MUTIARA

Matius 7:6

08

AIR

Epesus 5:26

09

PEDANG

Ibrani 4:12

10

JANGKAR

Ibrani 6:18

11

CERMIN

Yakobus 1:23

12

BENIH

1 Petrus 1:23, Lukas 8:11

13

SUSU

1 Petrus 2:2

14

BINTANG

2 Petrus 1:19

67

Sebagai makanan yang segar, dibutuhkan setiap hari. a. Indah walaupun dibentuk dalam kegelapan; b. Memberikan warna pelangi bila terkena cahaya. a. Memberikan kehidupan; b. Menyegarkan; c. Membersihkan ( Yohanes 15:3 ) a. Memisahkan yang daging dari roh, b. Bersenjata & siap tempur, Epesus 6:17, Matius 4:1-11. Dapat menahan orang percaya dalam angin topan pencobaan. a. Memberitahu siapa kita sebenarnya ( pengungkap hati manusia ), b. Menjadi serupa dengan Kristus, 2 Korintus 3:18 a. Memproduksi kehidupan baru; b. Mempunyai potensi kekekalan a. Murni & tak tercemar untuk memberi makanan bagi jiwa, b. Menumbuhkan yang masih bayi rohani. Membimbing orang percaya kepada Kristus..

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

Daftar Pustaka Alex Abraham Tanusaputra, Salvation - Keselamatan ( Surabaya : Bethany School Of Ministry ), t.th. Arnold Tindas, Bibliologi dan Isue-isue Kontemporer ( AKTUAL - Buletin Persekutuan Antar Sekolah Theologia Injili Indonesia ). Bath, Karl, Church Dogmatics. Trans. G.T. Thompson ( New York: Scribener's Sons ), 1936. Brill, J. Wesley, Dasar Yang Teguh ( Bandung : Kalam Hidup ), t.th, Bruggen. Jakob Van; Siapa Yang Membuat Alkitab ? ( Surabaya : Momentum Christian Literature ), Agustus 2002 ( Cetakan Pertama ). Cairns, I.J., “Kata Pengantar” Alkitab di Dunia Modern, oleh James Barr ( Jakarta: BPK Gunung Mulia ), 1983. Crampton, W. Gary; Verbum Dei ( Alkitab : Firman Allah ), ( Surabaya : Momentum Christian Literature ), Februari 2004 ( Cetakan Ketiga ). Enns, Paul, The Moody Handbook of Theology, ( Chicago, Ill.: Moody Press ), 1996. Feinberg, Paul D. , “The Meaning of Innerancy” Innerancy, ed. Norman L. Geisler ( Grand Rapids, Michigan: Zondervan ), 1980 Harun Hadiwijono, Iman Kristen ( Jakarta : BPK Gunung Mulia ), 1995. Hidup Dalam Kristus, Mengapa Alkitab ? , Volume 16, no. 3 ( Solo : Yayasan Pusat Hidup Baru ), 2000. ---------------------------, Sebuah Survey Dari Alkitab , Volume 16, no. 4 ( Solo : Yayasan Pusat Hidup Baru ), 2000. Jadeed, Iskander, “Injil” Barnabas - Suatu Kesaksian Palsu ( Jakarta : Jl. AlRachmat ) Lindsell, Harold, A Handbook of Christian Truth ( Westwood, N.J.: Fleming H. Revell Company ), t.th. ---------------------, The Battle for the Bible ( Grand Rapids: Zondervan ), 1976.

68

Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A.

Pembimbing Teologi Sistimatika

McDowell, Josh, Apologetika, Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab, Vol. 1 ( Malang : Yayasan Penerbit Gandum Mas ), 2002. Menzies, William W. & Stanley M. Horton, Doktrin Alkitab ( Malang : Gandum Mas ), 1998. Peter Wongso, Tafsiran Kitab Yehezkiel - Kanon Perjanjian Lama ( Malang : SAAT ), 1998. Robinson, William Childs, "The Inspiration of Holy Scripture", Christianity Today 13, No. 1 ( October 11, 1968 ). Ryrie, Charles C., Teologi Dasar - Buku 1 ( Yogyakarta : Andi Offset ), 1991. Thiessen, Henry C., Teologi Sistimatika ( Malang : Gandum Mas ), 1993. Verkuyl, J., Fragmenta Apologetika ( Jakarta : BPK Gunung Mulia ), 1966. Youngblood, Ronald, “Introduction,” The Higher Criticism of the Pentateuch By William Henry Green ( Grand Rapids, Michigan: Baker Book House ), 1978. http://www.sabda.org/sejarah

69

Related Documents

Ma Cd
January 2021 3
Ma-emc
February 2021 3
Ptk Biologi Ma
January 2021 1

More Documents from "Xly Xchmxdy"