Critical Review Jurnal Akuntansi.docx

  • Uploaded by: Septilia w.a
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Critical Review Jurnal Akuntansi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,250
  • Pages: 20
Loading documents preview...
A. Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur By: Syeldila Sandy dan N. Lukviarman. (2015) 1. Latar Belakang Masalah Penerimaan sektor pajak memainkan peran penting dalam pembiayaan belanja negara. Mayoritas pembiayaan belanja Indonesia di biayai dari penerimaan pajak. Berdasarkan data sekunder tahun 2011-2013 ditemukan rata-rata kontribusi penerimaan pajak terhadap APBN adalah 69,38%, kontribusi penerimaan non-pajak adalah 30,38%, hibah sebesar 0,24% (www.fiskal.depkeu.go.id). Fakta yang ditemukan selama tahun 2011-2013 memperlihatkan bahwa peran penting pajak tidak berbanding lurus dengan realisasi penerimaan pajak. Realisasi penerimaan pajak tidak pernah mencapai target yang ditetapkan dan bahkan mengalami penurunan secara terus menerus. Kondisi ini merupakan indikasi tingginya praktik penghindaran pajak (tax avoidance) oleh wajib pajak. Praktik penghindaran pajak membuka peluang bagi manajer untuk bersikap oportunis untuk tujuan keuntungan jangka pendek yang kemungkinan besar akan merugikan pemegang saham dalam jangka panjang (Minnick dan Noga 2010). Corporate Governance (CG) berperan penting dalam mengendalikan akibat dari permasalah agensi dalam praktik penghindaran pajak. 2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh corporate governance pada penghindaran pajak. Data sekunder untuk penelitian ini dikumpulkan dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2013.

3. Perumusan Hipotesis Penelitian a. Kepemilikan Institutional dan Tax Avoidance Perusahaan yang kepemilikan sahamnya lebih besar dimiliki oleh institusi perusahaan lain maupun pemerintah, maka kinerja dari manajemen perusahaan untuk dapat memperoleh laba sesuai dengan yang diinginkan akan cenderung di awasi oleh investor institusi tersebut. Hal tersebut mendorong manajemen untuk dapat meminimalkan nilai pajak yang terutang oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Shafer dan Simmons (2006) menemukan bahwa Kepemilikan Institusional memainkan peran penting dalam memantau, mendisiplinkan dan mempengaruhi manajer dalam manajemen pajak. Argumentasi di atas didukung oleh penelitian Khurana dan Moser (2009) yang menemukan besar atau kecilnya konsentrasi kepemilikan Institusional akan mempengaruhi kebijakan penghindaran pajak oleh perusahaan, dimana apabila semakin besarnya konsentrasi kepemilikan saham jangka pendek (short-term Shareholder) institusional, maka akan meningkatkan penghindaran pajak, tetapi apabila semakin besar konsentrasi kepemilikan saham jangka panjang (long-term shareholder) maka akan semakin mengurangi tindakan kebijakan penghindaran pajak. H1: Kepemilikan Institutional berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. b. Proporsi Komisaris Independen dan Tax Avoidance Berdasarkan perspektif teori agensi, anggota Dewan Komisaris yang berasal dari luar perusahaan (Komisaris Independen) berperan untuk mengawasi jalannya peran eksekutif yang lain (Solomon 2007). Apabila tidak ada pengawasan dari Komisaris Independen, maka akan semakin besar kemungkinan eksekutif yang lain

dapat memanipulasi posisi mereka dengan mendapatkan kontrol yang penuh atas remunerasi mereka sendiri dan mengamankan jabatan mereka (Solomon 2007), sehingga dapat merugikan pemegang saham. Sebaliknya, semakin besar Proporsi Komisaris Independen, maka akan dapat meningkatkan kinerja dan kekayaan pemegang saham (Minnick dan Noga 2010). Sedangkan dari perspektif stakeholder, keberadaan Komisaris Independen dalam perusahaan merupakan strategi stakeholder untuk ikut memberi pengaruh dan mengawasi perusahaan sehingga memberi keuntungan bagi stakeholder. Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa Proporsi Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap tax avoidance (Timothy 2010; Lanis dan Richardson 2011; Setiana dan Setyowati 2014; Maharani dan Suardana 2014; Prakosa 2014). H2: Proporsi Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap tax avoidance c. Kualitas Audit dan Tax Avoidance Auditor yang memiliki kemampuan dan kualitas kerja yang tinggi akan mempertahankan reputasinya dengan memberikan kualitas audit yang tinggi pula. Perusahaan yang memilih menggunakan jasa auditor yang berkualitas dapat menjamin informasi keuangan yang dilaporkan kepada investor. Konsekuensinya investor akan lebih percaya atas informasi tersebut (Tuanakotta 2007) dan tentu nya akan dapat mencegah perilaku penghindaran pajak. Perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) The Big Four biasanya menghasilkan kualitas audit yang semakin baik, dan akan semakin sulit melakukan kebijakan penghindaran pajak. Dengan demikian, apabila semakin berkualitas audit suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut cenderung tidak melakukan manipulasi laba untuk kepentingan perpajakan (Chai dan Liu 2009). Secara empiris, para peneliti terdahulu telah membuktikan bahwa Kualitas Audit

memiliki pengaruh yang negatif terhadap tax avoidance (Annisa dan Kurniasih 2012; Maharani dan Suardana 2014; Dewi dan Jati 2014). H3: Kualitas Audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance d. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance Komite Audit berfungsi memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian internal perusahaan (Mayangsari 2003). Sementara BEI mensyaratkan paling sedikit Komite Audit harus tiga orang. Jadi jika kurang dari tiga orang maka tidak sesuai dengan peraturan BEI. Dengan demikian, apabila jumlah komite audit dalam suatu perusahaan tidak sesuai dengan peraturan BEI maka akan meningkatkan tindakan manajemen dalam melakukan minimalisasi laba untuk kepentingan penghindaran pajak (tax avoidance). Secara empiris, para peneliti terdahulu telah membuktikan bahwa Komite Audit memiliki pengaruh yang bermakna terhadap pengindaran pajak atau tax avoidance (Maharani dan Suardana 2014; Dewi dan Jati 2014; Annisa dan Kurniasih 2012). H4: Komite Audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. 4. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksplanatori dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder untuk penelitian ini dikumpulkan dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek

Indonesia

pada

periode

2011-2013

dengan

menggunakan

teknik

purposive sampling. Penelitian ini dilakukan analisis regresi ganda untuk menguji hipotesis.

5. Hasil Penelitian H1: Kepemilikan Institutional berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama (H1) diperoleh koefisien regresi variabel Kepemilikan Institutional (X1) sebesar -0,220 dan signifikan 0,052. Nilai signifikan tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

variabel Kepemilikan Institutional (X1) tidak berpengaruh terhadap tax avoidance (Y). Temuan penelitian ini bermakna bahwa tinggi atau rendahnya variasi penghindaran pajak (tax avoidance) tidak ditentukan oleh variabel Kepemilikan Intitutional. Dengan kata lain tinggi atau rendahnya persentase saham yang dimiliki institusi dibandingkan dengan jumlah saham yang diterbitkan atau saham beredar tidak akan memberikan dampak yang berarti terhadap perilaku penghindaran pajak. H2: Proporsi Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap tax avoidance Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua (H2) diperoleh koefisien regresi variabel proporsi komisaris independen (X2) sebesar -0,598 dan signifikan 0,000 dimana nilai signifikan tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel proporsi komisaris independen (X2) berpengaruh negatif terhadap tax avoidance (Y). Temuan penelitian ini bermakna bahwa tinggi atau rendahnya variasi penghindaran pajak (tax avoidance) ditentukan oleh variasi variabel proporsi komisaris independen. Dengan kata lain, apabila semakin besar proporsi komisaris independen maka akan semakin rendah tax avoidance. Namun sebaliknya, apabila semakin kecil proporsi komisaris independen maka akan semakin tinggi tax avoidance.

H3: Kualitas Audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) diperoleh koefisien regresi variabel Kualitas Audit (X3) sebesar -0,086 dan signifikan 0,000 dimana nilai signifikan tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Kualitas Audit (X3) berpengaruh negatif terhadap tax avoidance (Y). Temuan penelitian ini bermakna bahwa tinggi atau rendahnya variasi penghindaran pajak (tax avoidance) ditentukan oleh Kualitas Audit. Dengan kata lain, apabila semakin banyak perusahaan sampel terpilih diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) The Big Four maka akan semakin rendah tax avoidance. Namun sebaliknya, apabila semakin sedikit

perusahaan sampel terpilih diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) The Big Four maka akan semakin tinggi tax avoidance. H4: Komite Audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis keempat (H4) diperoleh koefisien regresi variabel Komite Audit (X4) sebesar -0,132 dan signifikan 0,000 dimana nilai signifikan tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Komite Audit (X4) berpengaruh negatif terhadap tax avoidance (Y). Temuan penelitian ini bermakna bahwa tinggi atau rendahnya variasi penghindaran pajak (tax avoidance) ditentukan oleh Komite Audit. Dengan kata lain, apabila semakin banyak jumlah anggota Komite Audit maka akan semakin rendah tax avoidance. Namun sebaliknya, apabila semakin sedikit jumlah anggota Komite Audit maka akan semakin tinggi tax avoidance. 6. Kritik terhadap Jurnal a. Pada latar belakang belum terlihat menggunakan teori apa, hanya menjelaskan masing-masing variabel dan penelitian terdahulu. b. Pada bab tinjauan pustaka tidak memasukkan teori yang digunakan dalam penelitian. c. Pada perumusan H1, H3, dan H4 tidak menjelaskan menggunakan teori apa dalam merumuskan hipotesis tersebut. Penjelasan penggunaan teori sebagai dasar perumusan hipotesis hanya dijelaskan pada H2 saja. d. Sebaiknya tidak menggunakan kata “berpengaruh signifikan” pada perumusan hipotesis, karena ketika variabel tersebut berpengaruh maka sudah pasti signifikan.

e. Pada analisis data sebaiknya tidak menggunakan Multiple Regression Analysis, karena MRA lebih tepat digunakan ketika penelitian yang dilakukan memasukkan variabel moderasi. 7. Kemungkinan Replikasi Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal ini variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Oleh karena itu, variabel kepemilikan institusional sebaiknya di hapus. Hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2018), Dewi dan Jati (2014), dan Amelia et. al (2017) dalam menguji pengaruh hubungan kepemilikan institusional terhadap tax avoidance, dan hasil dari penelitian tersebut adalah kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Kemungkinan replikasi lainnya adalah dengan mengganti variabel kepemilikan institusional dengan variabel kepemilikan manajerial. Hal tersebut berdasarkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadhila et. al (2017) dimana hasilnya menunjukkan bahwa dengan meningkatnya jumlah kepemilikan manajerial kecenderungan untuk melakukan tax avoidance akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena kepemilikan saham oleh manajerial akan membuat manajer untuk mempertimbangkan kelangsungan perusahaan sehingga membuatnya sadar untuk membayar kewajibannya yaitu pajak terhutang perusahaan.

B. Pengaruh Kompensasi Bonus, Leverage, dan Pajak terhadap Earning Management Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013 1. Latar Belakang Masalah Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui hipotesis dalam positive accounting theory yang dirumuskan oleh Watts & Zimmerman (1986). Hipotesis

yang mempengaruhi manajemen laba tersebut adalah hipotesis Bonus Plan Hypothesis, dimana bahwa perusahaan dengan bonus yang sudah direncanakan akan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income dengan metode ini, kemudian debt covenant hypothesis bahwa semakin perusahaan mendekati arah pelanggaran terhadap syarat-syarat utang yang didasarkan pada angka akuntansi, maka agent atau manajer akan lebih cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yaitu memindahkan laba periode yang akan datang ke periode berjalan, dan yang terakhir adalah Political Cost Hypotesis yaitu untuk perusahaan yang besar dimana kegiatan operasinya hampir dikenal oleh seluruh kalangan masyarakat luas maka perusahaan akan cenderung mengurangi laba yang akan dilaporkan. 2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh kompensasi bonus, leverage, dan pajak terhadap praktik manajemen laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Perumusan Hipotesis Penelitian a. Kompensasi Bonus dengan Earning Management Kompensasi bonus merupakan suatu kebijakan yang diberikan kepada manajer yang didasarkan pada hasil kinerjanya demi mencapai tujuan perusahaan. Menurut Tanomi (2012) perusahaan yang memiliki rencana bonus yang akan membuat manajer cenderung untuk melakukan tindakan menaikkan laba guna mendapatkan bonus untuk kepentingan pribadinya sendiri. Dengan adanya kompensasi bonus tersebut, pihak manajemen akan terus berusaha meningkatkan profit atau laba perusahaan semaksimal mungkin sehingga laporan keuangan yang dihasilkan akan terlihat bagus. Dengan demikian maka pihak manajemen

akan mendapatkan bonus atas kerja kerasnya tersebut. Manajer sebagai pihak internal, memiliki informasi atas laba bersih pada perusahaan cenderung untuk bertindak oportunis dalam melakukan praktik manajemen laba guna mendapatkan bonus yang tinggi (Pujiati & Arfan, 2013). H1 : Kompensasi Bonus berpengaruh positif terhadap Earning Management b. Leverage dengan Earning Management Besar atau kecilnya hutang dari perusahaan yang dinilai dari jumlah aktiva perusahaan akan dapat mempengaruhi earning management. Tingkat leverage yang rendah atau tinggi dipengaruhi oleh pihak manajemen sendiri dalam mengelola tingkat hutang dari perusahaan tersebut. Pihak manajemen harus bisa mengelola tingkat hutang tersebut dengan cermat sesuai dengan perjanjian kontrak yang sudah diatur agar perusahaan tidak mengalami default. Perusahaan akan berusaha menghindari hal tersebut dengan membuat kebijaksanaan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Sesuai dengan hipotesis yang melandasi manajemen laba itu sendiri yaitu debt covenant hypothesis dimana perusahaan yang memiliki kontrak hutang dan melanggar kontrak tersebut maka kecenderungan pihak manajemen dalam memilih prosedur akuntansi dengan memindahkan laba periode yang akan datang ke periode sekarang (Watts & Zimmerman,1986). H2 : Leverage berpengaruh positif terhadap Earning Management c. Pajak dengan Earning Management Pajak merupakan suatu beban bagi perusahaan, sehingga perusahaan akan berusaha untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayarkan semaksimal mungkin. Alim (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa salah satu motivasi dilakukannya manajemen laba adalah untuk meminimalisasi pajak,

maka manajemen akan berusaha untuk menggeser laba untuk mengurangi beban pajak perusahaan. Sesuai dengan motivasi dilakukannya manajemen laba yaitu motivasi pajak, maka manajemen sebagai wajib pajak berhak untuk menentukan metode yang akan digunakan untuk mengurangi beban pajak (Dewi & Ulupui, 2014). Sehingga celah tersebut dapat menjadi peluang bagi manajemen untuk melakukan upaya-upaya penundaan atau mempercepat pengakuan pendapatan dan biaya, sehingga dapat menekan jumlah pajak yang akan dibayarkan (Setiawati, 2001). H3 : Pajak berpengaruh positif terhadap Earning Management 4. Metode Penelitian Model analisis dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif dengan tiga variabel independen yaitu kompensasi bonus, leverage, dan pajak serta satu variabel dependen yaitu manajemen laba. Sampel penelitian ini adalah 515 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. Setelah outlier sampel direduksi, sampel penelitian menjadi 380 perusahaan. Rasio non keuangan yang diukur adalah kompensasi bonus, sedangkan dua rasio keuangan yang diukur adalah leverage dan pajak terhadap praktik manajemen laba perusahaan manufaktur. 5. Hasil Penelitian H1 : Kompensasi Bonus berpengaruh positif terhadap Earning Management Hasil penelitian menyatakan bahwa kompensasi bonus yang merupakan reward atas pekerjaan yang telah dilakukan oleh pihak manajemen tidak dapat mempengaruhi adanya praktik manajemen laba. Walaupun pihak manajemen termotivasi untuk meningkatkan laba guna mendapat bonus namun kompensasi bonus tidak dapat dijadikan sebagai faktor yang mempengaruhi praktik manajemen

laba. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kompensasi bonus berpengaruh positif tidak terbukti, hal ini ditandai dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,016. H2 : Leverage berpengaruh positif terhadap Earning Management Hipotesis awal dalam variabel leverage adalah berpengaruh positif terhadap earning management yang diproksikan dengan menggunakan discretionary accruals modified jones model pada perusahaan. Setelah penelitian dilakukan, hipotesis tersebut terbukti kebenarannya

yakni

leverage memiliki

pengaruh positif terhadap

earning

management. Variabel ini memiliki nilai nilai koefisien regresi 0,016 dan nilai signifikansi 0,015. Koefisien regresi bernilai positif memberikan informasi bahwa semakin tinggi leverage, maka earning management juga akan semakin meningkat. Dengan

demikian

hipotesis

penelitian

yang

menyatakan

bahwa

leverage

berpengaruh positif terhadap earning management terbukti kebenarannya. H3 : Pajak berpengaruh positif terhadap Earning Management Hipotesis awal dalam variabel pajak adalah berpengaruh positif terhadap earning management yang diproksikan dengan menggunakan discretionary accruals modified jones model pada perusahaan. Setelah penelitian dilakukan, hipotesis tersebut terbukti kebenarannya yakni pajak memiliki pengaruh positif terhadap earning management. Variabel ini menghasilkan nilai koefisien regresi 0,221 dan nilai signifikansi 0,017. Koefisien regresi bernilai positif memberikan informasi bahwa semakin tinggi pajak, maka earning management juga akan semakin meningkat. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa pajak berpengaruh positif terhadap earning management terbukti kebenarannya. 6. Kritik terhadap Jurnal a. Pada latar belakang belum terlihat menggunakan teori apa, hanya menjelaskan masing-masing variabel dan penelitian terdahulu.

b. Pada perumusan hipotesis, peneliti tidak memasukkan teori yang sebelumnya telah di munculkan pada bab tinjauan pustaka dalam merumuskan hipotesis. Peneliti hanya menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar variabel berdasarkan penelitian terdahulu. c. Pada metodelogi penelitian, peneliti hanya menyebutkan bahwa dalam penentuan jumlah sampel menggunakan purposive sampling, tetapi tidak menyebutkan kriteria-kriteria yang digunakan dalam menyeleksi jumlah sampelnya. 7. Kemungkinan Replikasi Replikasi yang bisa dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menambah variabel Good Corporate Governance sebagai variabel moderasi. Hal ini berdasarkan pada teori keagenan, dimana tindakan manajemen dapat diatasi atau diminimalisir melalui mekanisme Good Corporate Governance. Penambahkan variabel moderasi GCG diharapkan bisa memperlemah pengaruh kompensasi bonus, laverage, dan pajak terhadap earning management. Penambahan variabel moderasi GCG selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Naftalia (2013) yang membuktikan bahwa mekanisme GCG dapat memperlemah praktik manajemen laba. Replikasi lainnya adalah dengan menggunakan sampel perusahaan yang lebih banyak, bukan hanya perusahaan sektor manufaktur saja tetapi juga mempertimbangkan sektor lainnya.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient 1. Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan yang baik dan menghasilkan laba yang tinggi akan menguntungkan para investor yang menanamkan modalnya dalam memperoleh pengembalian (return) tiap kepemilikan saham yang dimilikinya. Salah satu penelitian membuktikan adanya hubungan sangat erat antara laba perusahaan

dengan return saham (Febrianto, 2005). Pada intinya naik turunnya laba akan berpengaruh terhadap naik turunnya return saham secara searah. Besaran yang menunjukkan pengukuran kekuatan hubungan antara return saham dan laba perusahaan disebut earning response coefficient (ERC). Earnings response coefficient dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, persistensi laba, beta (resiko), profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, struktur modal, kualitas audit, konservatisme, dan accrual accounting. Penelitian ini hanya mengambil empat faktor sebagai variabel bebas yaitu ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, struktur modal, dan kualitas audit dikarenakan keempat

faktor

tersebut

dari

penelitian-penelitian

terdahulu

terdapat

ketidakkonsistenan antara hasil penelitian satu dengan yang lain dengan variabel yang sama. 2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, struktur modal, dan kualitas audit terhadap earnings response coefficient. 3. Perumusan Hipotesis Penelitian a. Ukuran Perusahaan dengan Koefisien Respon Laba

Perusahaan yang besar akan lebih menarik para investor untuk berinvestasi, karena dari laba perusahaan yang berkembang akan mempengarungi besarnya respon pasar kaitannya dengan return saham. Semakin luas informasi yang tersedia mengenai perusahaan besar memberikan bentuk yang konsesus yang lebih baik mengenai laba ekonomis, sehingga besarnya ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap earnings response coefficient (Mulyani, 2007). Namun Collins dan Kothari (1989) menggunakan ukuran sebagai variabel

tambahan dalam regresinya, mendapatkan bukti bahwa ukuran perusahaan tidak memberikan tambahan kekuatan penjelas atas perbedaan koefisien respon laba. H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh secara positif terhadap Koefisien Respon Laba. b. Pertumbuhan Perusahaan dengan Koefisien Respon Laba

Semakin besar peluang pertumbuhan perusahaan maka semakin tinggi kesempatan perusahaan mendapatkan atau menambah laba yang diperoleh perusahaan pada masa mendatang, sehingga akan meningkatkan harga saham dan respon pasar pula. Perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan yang lebih besar akan memiliki earnings response coefficient tinggi (Collins dan Kothari, 1989). Berbeda dengan hasil penelitian Sulistiyono (2010) yang menyatakan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap ERC. H2 : Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh secara positif terhadap Koefisien Respon Laba. c. Struktur Modal dengan Koefisien Respon Laba

Struktur modal berbeda dengan struktur keuangan, dimana struktur modal merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, sedangkan struktur keuangan mencerminkan perimbangan antara seluruh hutang dengan modal sendiri (Weston dan Brigham, 1994). Perusahaan yang mempunyai struktur modal yang besar artinya perusahaan tersebut dalam kondisi kurang baik karena perusahaan menggunakan hutang yang besar sebagai sumber pendanaan dibandingkan modal sendiri. Kondisi semacam ini akan menjadikan beban yang berat bagi perusahaan, sehingga akan berpengaruh pada perolehan laba perusahaan. Dengan demikian,

struktur modal berpengaruh negatif terhadap ERC (Sulistiyono, 2010) dikarenkan investor akan beranggapan bahwa laba yang dihasilkan perusahaan akan lebih menguntungkan para debtholder jika perusahaan memiliki hutang jangka panjang yang besar. H3 : Struktur Modal berpengaruh secara negatif terhadap Koefisien Respon Laba. d. Kualitas Audit dengan Koefisien Respon Laba

Menurut Mulyani (2007), laporan keuangan auditan yang berkualitas, relevan dan dapat dipercaya dihasilkan dari audit yang dilakukan secara efektif oleh auditor yang berkualitas. Kualitas auditor yang tinggi tentu akan menghasilkan pengujian yang berkualitas pula termasuk yang didalamnya laba yang dilaporkan. Secara intuitif, besar ERC mencerminkan kualitas laba yang tinggi pula (Scott, 2000 dalam Mayangsari (2004). H4 : Kualitas Audit berpengaruh secara positif terhadap Koefisien Respon Laba. 4. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melaporkan laporan keuangan dan dipublikasikan pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2009-2011. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 147 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2011. Teknik pemilihan sampel berdasarkan purposive sampling dengan menetapkan kriteria-kriteria tertentu sehingga mendapatkan jumlah sampel sebanyak 102 unit analisis.

5. Hasil Penelitian H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh secara positif terhadap Koefisien Respon Laba. Variabel ukuran perusahaan (LNSIZE) memiliki nilai sig sebesar 0,025 dengan arah positif. Nilai sig sebesar 0,025 < α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan signifikan pada level 5% yang berarti ukuran perusahaan (LNSIZE) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap earnings response coefficient (ERC). Dengan demikian, H1 : “Ukuran Perusahaan berpengaruh secara positif terhadap Koefisien Respon Laba” diterima. Menurut Chan dan Chen dalam Poetri (2009), prospek return yang diterima investor berhubungan dengan suatu faktor resiko dalam besar kecilnya ukuran perusahaan. H2 : Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh secara positif terhadap Koefisien Respon Laba Variabel petumbuhan perusahaan (GROWTH) memiliki nilai sig sebesar 0,298 dengan arah negatif. Nilai sig sebesar 0,298 > α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak signifikan pada level 5% yang berarti pertumbuhan perusahaan

(GROWTH)

tidak

berpengaruh

secara

signifikan

terhadap

earnings response coefficient. Dengan demikian, H2 : “Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh secara positif terhadap Koefisien Respon Laba” ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan Palupi (2006) yang tidak dapat membuktikan pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap ERC dan menjelaskan bahwa hubungan negatif dan tidak signifikan ini bisa terjadi karena motivasi investor dalam investasinya bukan

untuk

mendapatkan

mendapatkan capital gain.

keuntungan

jangka

panjang

melainkan

untuk

H3 : Struktur Modal berpengaruh secara negatif terhadap Koefisien Respon Laba. Variabel struktur modal (SM) memiliki nilai sig sebesar 0,498. Nilai sig sebesar 0,498 > α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa struktur modal (SM) tidak signifikan pada level 5% yang berarti bahwa struktur modal (SM) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap earnings response coefficient. Dengan demikian, H3 : “Struktur modal (SM) akan berpengaruh positif terhadap earnings response coefficient (ERC)” ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sulistiyono (2010) yang tidak dapat membuktikan pengaruh signifikan struktur modal terhadap ERC. Menurutnya tidak berpengaruhnya struktur modal terhadap ERC dikarenakan struktur modal diukur dengan rasio hutang jangka panjang, tidak menggunkan total hutang yang terdiri dari hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Secara teori kewajiban hutang jangka panjang memiliki umur lebih dari periode akuntansi, sehingga penggunaan hutang jangka panjang tidak akan berpengaruh pada laba yang diperoleh perusahaan. H4 : Kualitas Audit berpengaruh secara positif terhadap Koefisien Respon Laba. Variabel kualitas audit (KA) memiliki nilai sig sebesar 0,437. Nilai sig sebesar 0,437> α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kulitas audit tidak signifikan pada level 5% yang berarti bahwa kualitas audit (KA) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap earnings response coefficient (ERC). Dengan demikian, H4 : “Kualitas audit akan berpengaruh positif terhadap earnings response coefficient (ERC)” ditolak. Lebih dari setengah perusahaan sampel belum memiliki kualitas audit yang baik yang dapat dilihat pada analisis kelas interval kualitas audit, sehingga hasil penelitian ini belum

dapat

menunjukkan

bahwa

dengan

semakin

berkualitasnya

audit

dalam suatu perusahaan, maka pandangan investor terhadap nilai ERC perusahaan akan meningkat.

6. Kritik terhadap Jurnal a. Pada latar belakang belum terlihat menggunakan teori apa, hanya menjelaskan masing-masing variabel dan penelitian terdahulu. b. Pada bab tinjauan pustaka tidak memasukkan teori yang digunakan dalam penelitian. c. Pada perumusan H1, H2, H3, dan H4 tidak menjelaskan menggunakan teori apa dalam merumuskan hipotesis tersebut. Perumusan hipotesis yang dilakukan oleh peneliti hanya berdasarkan pada penelitian terdahulu. d. Pada metodelogi penelitian, peneliti hanya menyebutkan bahwa dalam penentuan jumlah sampel menggunakan purposive sampling, tetapi tidak menyebutkan kriteria-kriteria yang digunakan dalam menyeleksi jumlah sampelnya.

7. Kemungkinan Replikasi Hasil penelitian pada jurnal ini yaitu hanya variabel ukuran perusahaan yang berpengaruh positif terhadap Earnings Response Coefficient (ERC). Ketiga variabel bebas lainnya yaitu pertumbuhan perusahaan, struktur modal dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient (ERC). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka replikasi yang bisa dilakukan yaitu dengan mengganti variabel pertumbuhan perusahaan dengan profitabilitas. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahendra dan Wirama (2017) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif pada Earnings Response Coefficient. Hasil ini mendukung teori sinyal yang menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki laba tinggi mempunyai prospek bagus dimasa yang akan datang. Apabila profitabilitas ini dihubungkan dengan Earnings Response Coefficient maka dapat dikatakan bahwa jika profitabilitas tinggi maka laba yang dihasilkan perusahaan juga meningkat, sehingga hal tersebut dapat menarik para investor untuk berinvestasi.

Replikasi selanjutnya yaitu dengan mengganti variabel struktur modal dengan variabel leverage. Berdasarkan teori signaling bahwa sinyal berupa kabar baik atau kabar buruk yang diberikan perusahaan kepada investor. Sinyal tersebut berupa informasi laba perusahaan, karena laba yang dihasilkan dari perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi akan menurunkan respon investor dalam menerima sinyal berupa good news dari perusahaan, begitu juga sebaliknya jika perusahaan tersebut memiliki tingkat leverage yang rendah maka akan meningkatkan respon investor dalam menerima sinyal berupa good news dari perusahaan, dengan demikian semakin besar tingkat leverage maka semakin rendah kualitas laba suatu perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Putra (2017) yang menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap ERC. Replikasi lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan mengganti variabel kualitas audit dengan variabel ukuran perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Putra (2017) dimana Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ERC atau dengan kata lain semakin tinggi ukuran perusahaan, maka semakin rendah tingkat ERC pada perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Mella Virgi., D. Pratomo dan Kurnia. (2017). Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Manajerial dengan Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Penghindaran Pajak. E- Proceeding of Management. Vol. 4. No. 2, hal. 1511-1515. Dewi, A. A. P. Kusuma dan I. M. P. D. Putra. (2017). Pengaruh Laverage dan Ukuran Perusahaan pada Earnings Response Coefficient. E-Jurnal Akuntansi Udayana. Vol. 19. No.1, hal. 367-391. Dewi, Kristiana dan I. K. Jati. (2014). Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan, dan Corporate Governance pada Tax Avoidance di Bursa Efek Indonesia. E-Journal Akuntansi. Vol. 6. No. 2, hal. 249-260. Fadhila, N.S., D. Pratomo., dan S. P. Yudowati. (2017). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Komisaris Independen dan Komite Audit terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 21. No. 3, hal. 1803-1820. Mahendra, I Putu Yuda dan D. G. Wirama. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal, dan Ukuran Perusahaan pada Earnings Response Coefficient. E-Jurnal Akuntansi Udayana. Vol. 20. No. 3, hal. 2566-2594. Naftalia, V. C. (2013). Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 2. No. 3, hal. 1-8. Pratiwi, Adhitya Putri. (2018). Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kinerja Keuangan terhadap Penghindaran Pajak dengan CSR sebagai Pemediasi. Jurnal Ilmu Manajemen dan Bisnis. Vol. 9. No. 2, hal. 58-66. Sandi, Khoerul Umam. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient. Accounting Analysis Journal. Vol. 2, No. 3, hal. 337-344. Sandy, Syeldila dan N. Lukviarman. (2015). Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur. Accounting Analysis Journal. Vol. 19, No. 2, hal. 85-98. Wijaya, Veronika Abdi dan Y. J. Christiawan. (2014). Pengaruh Kompensasi Bonus, Leverage, dan Pajak terhadap Earning Management pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013. Tax & Accounting Review. Vo. 4, No. 1.

Related Documents


More Documents from "endang sutreni"