Diktat Homiletika (declaring The Kingdom) 2019

  • Uploaded by: Stefanus Suheru Andika Santoso
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Diktat Homiletika (declaring The Kingdom) 2019 as PDF for free.

More details

  • Words: 10,415
  • Pages: 40
Loading documents preview...
HOMILETIKA (Declaring The Kingdom)

Disusun oleh: Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI KINGDOM Jl. Antasura – Nangka Utara, Kom. Lembah Pujian Blok A I Denpasar - Bali

2019

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

DAFTAR ISI No 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16

Pokok Bahasan Daftar Isi Pengertian & Hakekat Homiletika Kedudukan Homiletika Dalam Teologi Teologi Pemberitaan Firman Ibadah Jemaat dan Khotbah Khotbah yang Baik Kepribadian Pengkhotbah Khotbah dan Nats Persiapan-persiapan Dasar Untuk Berkhotbah Pembagian Khotbah Macam-macam Khotbah Menulis Khotbah Teknik Menyampaikan Khotbah Perlunya Berlatih Berkhotbah Bagaimana Kita Berlatih Berkhotbah Beberapa Hal Bagi Pengkhotbah Untuk Meningkatkan Khotbahnya Evaluasi Praktek Khotbah Daftar Pustaka

2

Halaman 2 3 3 4 7 8 9 11 13 14 20 27 34 37 37 37 39 40

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

Homiletika 1. Pengertian & Hakekat Homiletika Istilah Homiletika berasal dari kata Yunani “Homilein”, yang mempunyai arti dasar “bercakap-cakap” (dalam Perjanjian Baru, istilah ini dipakai sebanyak empat kali: Lukas 24:14-15, Kisah Para Rasul 20:11, 24:26). Dari istilah inilah timbul kata sifat homiletika, yang dapat diartikan sebagai ilmu (seni) berbicara di hadapan orang banyak supaya pokok bahasan yang disampaikan dapat disajikan dengan cara yang jelas dan berkuasa. Dalam perkembangan berikutnya, ilmu ini kemudian dihubungkan dengan khotbah gerejawi. Dengan demikian, secara sederhana dapatlah diberikan definisi dari Homiletika, sebagai berikut. Homiletika adalah Ilmu pengetahuan dan kecakapan dalam menguraikan khotbah berdasarkan Firman Allah (Alkitab). Ke dalam Homiletika ini kemudian dimasukkan juga tentang: a. Kepribadian seorang pengkhotbah. b. Persiapan menyusun khotbah. c. Penyajian khotbah. 2. Kedudukan Homiletika Dalam Teologi Secara umum Teologi dibagi ke dalam empat rumpun sebagaimana terbaca dari tabel berikut. BIBLIKA Pengetahuan PL Pengetahuan PB Bahasa Ibrani Bahasa Yunani Hermeneutika Tafsir PL Tafsir PB Teologi PL Teologi PB

SISTIMATIKA Dogmatika Etika

HISTORIKA SGU SGA SGI Oikumeneka Missiologi Agama Suku Hindu & Buddha Islamologi

PRAKTIKA PAK PWG Kateketika Liturgika Homiletika Musik Gerejawi Pastoralia Manajemen Gereja

Teologi Biblika bertugas menggali arti dan makna yang benar serta kebenaran-kebenaran yang ada di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai pegangan iman.Teologi Sistimatika bertugas menemukan, merumuskan dan mempertahankan dasar iman sambil menyelidiki cara dan pengalaman iman, dalam berpikir dan bertindak terhadap obyek yang bersifat dogmatis.Teologi Historika bertugas mengikuti dan menyelidiki perkembangan pengajaran dan sejarahnya, gereja dan sejarahnya. Teologi Praktika bertugas memikirkan dan melancarkan cara penyampaian iman dalam usaha pemberitaan

3

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

agar relevan dan mengena. Pendeknya, teologi ini bertugas untuk memikirkan bagaimana ketiga rumpun teologi tersebut (Biblika, Sistimatika, Historika) dapat memaknai hidup manusia. Dari pembacaan tabel tersebut di atas, jelaslah posisi Homiletika (ilmu berkhotbah) ada di bawah rumpun (disiplin) teologi praktika. 3. Teologi Pemberitaan Firman Dasar-dasar teologis dalam Alkitab, yang berhubungan dengan berkhotbah (dan mengajar): a. Perjanjian Lama Ada enam kata Perjanjian Lama yang berkaitan dengan pemberitaan (khotbah). (1)

dm;l' (LAMAD) Kata ini umumnya digunakan untuk mengajar yang awalnya mengacu pada menarik atau mendorong lembu. Ini dilakukan dengan gagasan disiplin dan hukuman. Kemudian kata ini digunakan dalam arti mengajar (lihat Ezra 7:10; Yeremia 32:33). Dari kata ini, maka fokus khotbah adalah menghalau atau melecut ke dalam aktivitas yang benar.

(2)

(3)

hr'y"

(YARA) Kata ini secara harfiah berarti melemparkan atau menaburkan. Itu bisa dengan mudah diterapkan pada gerakan penabur benih yang akan menanam tanaman baru. Kata ini juga diterapkan pada proses pengajaran (lihat Yesaya 30:20-21). Dari kata ini fokus khotbah adalah menaburkan benih ke dalam ladang pikiran umat Tuhan bagi tujuan menghasilkan buah.

!yBi (BIN) Kata ini berarti memisahkan atau membedakan. Kata ini paling sering diterjemahkan pemahaman yang diberlakukan untuk konsep mengajar karena peran guru untuk membantu orang-orang membedakan antara ide-ide dan konsep-konsep sehingga mereka dapat memiliki pemahaman Alkitab (lihat Nehemia 8:8; Ayub 6:24; Daniel 11:33). Dari kata ini fokus khotbah adalah membantu orang memahami apa yang Allah sedang komunikasikan kepada mereka melalui firman-Nya

(4)

lk;f' (SAKAL) Kata ini berarti menjadi bijaksana. Kata ini sering diterjemahkan melihat, lihatlah atau memandang dan menggambarkan proses di mana seseorang dimampukan untuk melihat diri sendiri apa yang belum pernah masuk ke dalam ladang kesadaran fisik atau intelektual (lihat 2 Tawarikh 30:22; Mazmur 32:8; Amsal 21:11). Dari kata ini fokus khotbah adalah membantu 4

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

orang melihat segala sesuatu dengan jelas, yang belum mereka lihat sebelumnya. (5)

(6)

rhz

(ZAHAR) Kata ini secara harfiah berarti bersinar. Kata ini paling sering diterjemahkan memperingatkan. Gagasan yang digambarkan adalah senter yang menerangi jalur berbahaya. Penerangan membantu untuk memberikan perhatian dan kehati-hatian dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan (lihat Keluaran 18:20; Mazmur 19:12; Yehezkiel 3:17-21). Dari kata ini fokus khotbah adalah memperingatkan orang-orang tentang penghakiman Allah.

!n:v'

(SHANAN) Kata ini berasal dari kata yang berarti titik. Kata ini membawa gagasan membawa sesuatu ke titik yang tajam. Sehingga kata ini dapat diterjemahkan tusukan, mempertajam, mengasah atau mengajar. Pengajaran dan berkhotbah melibatkan membentuk dan mengasah orang (lihat Ulangan 6:6-7). Dari kata ini fokus khotbah adalah mempertajam orang dengan pengingat berulang sehingga mereka dapat mencapai target seperti anak panah di tangan Tuhan.

b. Perjanjian Baru Ada tiga kata dalam Perjanjian Baru yang berhubungan dengan khotbah. (1)

khru,ssw

(KERUSSO) Kata ini merupakan bentuk kata kerja dari kata benda kerux yang berarti pemberita. Dalam budaya Alkitab pemberita menunjuk kepada pejabat resmi yang berwenang, yang diutus dengan pesan penting untuk disampaikan kepada orang-orang yang dituju. Sang pemberita harus menjadi orang yang bertanggung jawab, yang setia mengirimkan pesan sebagaimana telah diberikan. Bentuk kerja kata ini berarti memberitakan sebagai pemberita. Sebagai pengkhotbah, kita telah dipercayakan dengan proklamasi suci atau kerugma yang harus kita kabarkan atas nama Raja segala raja (lihat Matius 4:17, 10:7, 24:14, Markus 16:20, Kisah Para Rasul 8:5, 28:30-31). Dengan demikian, khotbah adalah memproklamirkan suatu peristiwa dari Kerajaan Allah yang sedang berlangsung.

(2)

euvaggeli,zw

(EUANGGELIZO) Kata ini secara harfiah berarti mengumumkan kabar baik atau memberitakan Injil. Selalu ada hubungannya dengan membawa kabar baik bagi mereka yang tidak menyadarinya. Orang yang membawa berita tersebut disebut sebagai penginjil. Lihat Lukas 4:18a, 4:43, 9:6, Kisah Para Rasul 8:4, Wahyu 14;6). Berkhotbah menekankan aktivitas pemberita, sedangkan Kabar Baik menekankan sifat mulia dari pesan yang diproklamirkan (Ern Baxter).

5

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

Dengan demikian, khotbah adalah memberitakan kabar kesukaan tentang Kristus yang melepaskan manusia dari dosanya dengan jalan tersalib di Golgota (bersifat menawarkan keselamatan). (3)

dida,skw

(DIDASKO) Ini adalah kata yang paling umum dalam Perjanjian Baru untuk proses mengajar. Ini menunjuk jauh lebih banyak daripada kata lain untuk komunikasi dan relasi spiritual dengan apa yang sering kita sebut berkhotbah. Lihat Matius 4:23, 5:2, 7:29, 9:35, 11:1, 13:54, 28:19-20. Dengan demikian, khotbah adalah mengajarkan kebenaran Firman Allah di dalam rumah ibadah (berbeda dengan kerusso, yang dilaksanakan di luar tempat ibadah).

Dari istilah-istilah di dalam Alkitab tersebut di atas, kita dapat merumuskan khotbah sebagai berikut. Khotbah adalah Uraian yang diucapkan kepada orang banyak tentang Firman Allah, yang dikerjakan dengan cermat dan dengan tujuan untuk meyakinkan orang. Dari rumusan tersebut, kita melihat adanya unsur-unsur khotbah sebagai berikut. 3.1. Uraian yang diucapkan Berarti harus terdengar jelas, memakai kata-kata yang tepat, dan mudah dimengerti. Bandingkan dengan Nehemia 8:9. 3.2. Kepada orang banyak Berarti ditujukan kepada alam pikiran banyak orang, yang berbeda latar belakangnya. Bandingkan dengan Nehemia 8:3-4, 1 Korintus 14:9. 3.3. Tentang Firman Allah Hal ini berarti khotbah bukanlah pembicaraan politik, ilmiah, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Khotbah berisi Firman Allah yang menerangkan jalan keselamatan manusia (Kisah Para Rasul 20:24). Mengenai hal ini perlu diperhatikan ciri-ciri dari sebuah khotbah: a. Kabar Sukacita (Lukas 2:10). Khotbah bukanlah untuk mengintimidasi. Oleh karena itu, jangan berkhotbah dengan marah atau sedih. b. Khotbah adalah untuk jemaat, maka pengkhotbah harus berusaha menemukan hal-hal baru, sehingga khotbahnya tidak menjemukan (Matius 13:52). c. Khotbah harus memiliki kaitan dengan kehidupan sehari-hari. Firman Allah adalah berita untuk manusia yang bergumul dengan kehidupan sehari-hari yang penuh suka dan duka. Khotbah harus dapat memberikan petunjuk kepada jemaat dalam menghadapi berbagai problema kehidupan. Khotbah yang tidak realistis kurang mengena.

6

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

3.4. Yang dikerjakan dengan cermat dan seksama Ini mencakup: a. Hermeneutika: menyelidiki ayat-ayat, menemukan maknanya, menafsirkannya dan menghayati kebenarannya. b. Retorika: seni berbicara dengan mempergunakan istilah-istilah yang tepat dan menarik. c. Tata Bahasa: pemilihan dan penggunaan kata-kata yang tepat, susunan kalimat yang baik dan benar. d. Logika: jalur-jalur pemikiran yang jelas dan logis (masuk akal). 3.5. Dengan tujuan untuk meyakinkan orang Ini berarti di dalam sebuah khotbah harus: a. Mengandung ajakan (bukan sekedar pengetahuan). b. Untuk itu, khotbah harus menyentuh kepribadian para pendengarnya: 1. Pikiran hingga mengerti, Mazmur 119:130. 2. Perasaan hingga tergugah (terharu, senang, bersyukur, …), Kisah Para Rasul 2:38. 3. Kemauan hingga mengambil keputusan untuk langkah kehidupan selanjutnya. Bacalah Kisah Para Rasul 8:35-37, 17:14, 18:4. 4. Ibadah Jemaat dan Khotbah Khotbah adalah suatu unsur yang esensial dalam ibadah jemaat, dengan mengingat: 4.1. Dalam khotbah terdapatlah komunikasi yang nyata antara Allah dengan umat-Nya secara keseluruhan. 4.2. Tujuan khotbah terarah kepada kemajuan iman dan buah iman dari para pendengarnya. 4.3. Khotbah adalah suatu bentuk yang telah ditentukan oleh Allah sendiri (Roma 10:6-17, yang disusun oleh rasul Paulus secara terbalik - Hasilnya dikemukakan terlebih dahulu, baru kemudian melihat ke belakang untuk menemukan sebabsebabnya). a. b. c. d. e. f.

Seseorang mengakui Kristus sebagai Tuhannya. Mengapa? Karena ia telah diselamatkan. Bagaimana? Dengan berseru kepada Tuhan. Mengapa? Karena ia mempercayai beritanya. Bagaimana? Ia sudah mendengar Firman Kebenaran itu. Bagaimana? Ada orang yang memberitakannya. Apa yang menyebabkan si pemberita itu membawakan berita itu? g. Karena ia diutus oleh Allah.

7

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

4.4. Ditinjau dari sudut para pendengarnya, maka pastikanlah bahwa waktu yang telah disediakan oleh mereka, tidak terbuang secara sia-sia. Misalnya jumlah yang hadir dalam khotbah anda adalah 100 orang, dan lamanya anda berkhotbah 45 menit. Maka anda mendapatkan bahwa jemaat yang hadir tersebut, telah menyediakan waktu 4.500 menit (75 jam) untuk mendapatkan makanan rohani. Ini baru satu kali khotbah dengan 100 jemaat yang hadir. Nah, bila lebih??! 5. Khotbah yang baik Khotbah yang baik adalah khotbah yang berhasil, mendatangkan transformasi atau perubahan/pembaharuan di pihak para pendengarnya. Untuk tercapainya khotbah yang baik, diperlukan syarat-syarat tertentu, yakni: 5.1. Disampaikan dengan kuasa Roh Kudus (Kisah Para Rasul 4:31, 1 Korintus 2:4-5, 2 Korintus 3:6, 2 Korintus 4:3-4, 1 Tesalonika 1:15). Roh Kudus-lah yang dapat menyadarkan orang (Yohanes 16:8), memimpin orang kepada kebenaran (Yohanes 16:13), dan memberi hikmat untuk mengenal kehendak Allah secara benar (Efesus 1:17). Kita dapat melihat peranan Roh Kudus: a. Terhadap Pengkhotbah: 1. Mengarahkan perhatian si pengkhotbah kepada Kristus dan karya penyelamatan-Nya (Yohanes 14:26). 2. Memimpin kepada kebenaran (Yohanes 16:13-14), menjelaskan Firman, menciptakan iman, menguatkan, dan memberi keberanian. b. Terhadap Para Pendengar: Bekerja untuk memimpin, menguduskan, dan mengaruniakan iman. Tanpa Roh Kudus, para pendengar tidak akan mengerti Firman yang diberitakan itu. 5.2. Alkitabiah (Kisah Para Rasul 20:27) Untuk itu, si pengkhotbah harus mahir dalam Alkitab. 5.3. Disajikan dengan kuat Lima puluh prosen keberhasilan khotbah terletak pada penyajiannya yang baik. Khotbah yang baik dapat dirusakkan oleh penyajian yang lemah. Sebaliknya, khotbah yang lemah dapat tertolong oleh penyajian yang kuat. Lihat Kisah Para Rasul 2:38. 5.4. Menarik Isinya berbobot, relevan dengan kebutuhan para pendengar, sistimatis, logis, contoh-contohnya tepat, dan penerapannya jitu.

8

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

5.5. Terarah kepada kemauan para pendengar Khotbah yang baik akan menggugah kemauan (Lukas 11:28). 5.6. Dapat dimengerti oleh berbagai golongan pendengar Batu ujiannya adalah pendengar yang paling sederhana. 6. Kepribadian Pengkhotbah Berkhotbah adalah suatu pekerjaan yang mulia dan terhormat (1 Timotius 5:17, Ibrani 13:7). Oleh karena itu, untuk menjadi seorang pengkhotbah yang baik, dituntut persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 6.1. Harus sudah dilahirkan kembali: a. Matius 15:14 - jangan menjadi orang buta menuntun orang buta. b. 1 Korintus 2:14 - orang duniawi tidak akan mengerti c. 1 Korintus 4:13 - percaya, maka berkata-kata. d. 2 Petrus 2:17 - Jangan menjadi mata air yang kering. 6.2. Haruslah seorang yang mengasihi Tuhan Inilah yang menggerakkan hati dan menjadi pendorong utama dalam pelayanan, sehingga khotbah itu berharga (Yohanes 21:15-19, 2 Korintus 5:14-15). 6.3. Harus mengasihi jiwa-jiwa Ini sesuai dengan sifat pelayanan Yesus sendiri (Matius 14:14, 15:32, 20:34, Markus 1:41, 5:19, Lukas 7:13, Kisah Para Rasul 20:20,21,28,31). 6.4. Terpanggil Pada dasarnya setiap orang yang telah diselamatkan wajib bersaksi (memberitakan Injil). Namun untuk menjadi seorang pengkhotbah professional, kita harus terpanggil oleh Allah (Kisah Para Rasul 13:2-3), yang kemudian disahkan oleh majelis/pengurus gereja (1 Timotius 1:18, 4:14). Hasilnya akan timbul kepercayaan orang banyak untuk mendengarkan pemberitaannya. 6.5. Mahir Alkitab Seorang pengkhotbah harus bersedia menjadi pelajar abadi dalam mempelajari Alkitab, mengingat isi Alkitab-lah yang menjadi pokok pemberitaannya (Mazmur 119:97-100, Matius 13:52, Lukas 24:27, Kisah Para Rasul 20:27, 1 Timotius 4:16, 2 Timotius 3:15). 6.6. Kehidupan doa Pelayanan rohani tanpa doa, tiada memiliki kuasa dan tidak akan menghasilkan sesuatu. Seseorang yang akan berbicara tentang Allah, harus berbicara banyak kepada Allah tentang manusia (Keluaran 34:34, Lukas 4:42, Efesus 1:16-19).

9

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

6.7. Bersih hidupnya Seorang penghotbah harus memiliki kehidupan yang selaras dengan apa yang dikhotbahkannya. Pemberitaannya harus ditopang dengan kehidupan yang baik (1 Timotius 3:6-7, Titus 2:10). Pengkhotbah adalah khotbahnya! Bila tidak demikian, maka ia akan menjadi cemoohan maupun hujatan terhadap Allah dan Firman-Nya, 2 Samuel 12:14, Roma 2:21-24, 1 Timotius 6:1, Titus 2:5. 6.8. Berwatak Memiliki kepribadian yang kuat, yang berakar pada kebenaran, dan tidak menjadi Plagiator (menjadi sosok orang lain yang sedang terkenal/populer). 6.9. Terdidik Seorang pengkhotbah seharusnya memiliki pendidikan yang memadai, apalagi mengingat perkembangan jaman di mana orang harus terus belajar sepanjang hidupnya. Hal ini penting sekali agar si pengkhotbah tetap dapat get in touch dengan perkembangan dunia post-modern yang kian kompleks, sehingga khotbahkhotbahnya tidak menjadi kering, melainkan tetap up to date. Kristus sendiri mendidik para murid-Nya selama kurang lebih 3 tahun, sebelum Ia mengutus mereka untuk keluar mengajar, Markus 3:14, Kisah Para Rasul 4:13. Dengan demikian, metode improvisasi atau pun semboyan Let The Holy Spirit Teaches Us tidaklah tepat untuk diterapkan secara umum. Sebab bila demikian, dapat mendatangkan kemalasan. Lihatlah kepada Kristus! Ia belajar tentang Firman Allah, bukan sekedar menerima saja dari Bapa-Nya. 6.10. Harus memelihara kesehatan tubuhnya Berkhotbah merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan banyak tenaga dan pikiran. Perhatikanlah data-data berikut di bawah ini! No. 1 2 3 4

Aktivitas Berdiri Sedikit gerakan tubuh Mengeluarkan suara biasa Mimik dan sedikit emosi Jumlah tenaga yang dibutuhkan

Tenaga yang dibutuhkan 75 kalori 25 kalori 100 kalori 25 kalori 225 kalori/jam

Bila ia melakukan banyak gerakan, berkhotbah dengan semangat, maka : No. 1 2 3 4

Aktivitas Berdiri Sedikit gerakan tubuh Mengeluarkan suara biasa Mimik dan sedikit emosi Jumlah tenaga yang dibutuhkan

10

Tenaga yang dibutuhkan 75 kalori 100 kalori 200 kalori 75 kalori 450 kalori/jam

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

Oleh karena itu, seorang pengkhotbah harus memelihara kesehatan tubuhnya (3 Yohanes 1:2) dengan cara: a. Menjaga makan: - teratur jam makannya, - makanan yang bergizi tinggi dengan menu yang seimbang. b. Istirahat/tidur yang teratur: 6 sampai 8 jam sehari. c. Mengendalikan nafsu dan kesehatan pada umumnya: - olah raga, - menjaga kebersihan lingkungan d. Minum air putih sedikitnya 5 - 8 gelas sehari atau 30 cc per kilo berat badan kita. Perlu kita camkan betul, bahwa memelihara tubuh dengan baik tidak identik dengan memanjakannya!!! Rasul Paulus menekankan bahwa kita wajib mempersembahkan tubuh kita sebagai kurban yang kudus di hadapan Allah (Roma 12:1-2, 1 Korintus 9:27). Demikianlah 10 syarat umum bagi seorang pengkhotbah. Semuanya memang tidak mudah, namun selaku orang beriman, kita harus mempunyai suatu patokan yang harus kita capai, sementara itu Roh Kudus akan menolong kita (Zakaria 4:6, 2 Korintus 3:56, Filipi 4:13). 7. Khotbah dan Nats Kita telah mengetahui bahwa untuk sebuah khotbah biasanya dipakai bagian-bagian tertentu dari Alkitab. Hal ini sesuai dengan pengertian bahwa khotbah itu terikat pada Alkitab. Kebiasaan untuk mendasarkan khotbah atas bagian-bagian Alkitab juga sudah ada di dalam Sinagoge Yahudi (Lukas 4:16-22, Kisah Para Rasul 13:15). Cara tersebut kemudian diambil-alih oleh gereja purba. Dari seorang penulis, Yustinus Martyr, kita mengetahui bahwa dalam ibadah-ibadah biasa diadakan pembacaan kenang-kenangan dari para rasul dan kitab para nabi. Juga para bapa gereja yang lain seperti Origenes dan Chrysostomos serta Augustinus menekankan bahwa khotbah harus sepenuhnya berdasarkan Alkitab ! Lalu, timbul masalah: Alkitab terdiri atas 1.189 pasal, 31.000 ayat. Bagaimana caranya kita memilih nats untuk khotbah kita??? Dalam hal ini ada dua pandangan. 7.1. Gereja menyerahkan pilihan nats kepada si pengkhotbah. Artinya, pengkhotbah harus memilih di antara 1.189 pasal, 31.000 ayat itu, mana bagian yang akan dikhotbahkannya. Kelemahan cara ini adalah si pengkhotbah menolak bagian-

11

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

bagian yang kurang disukainya atau dipahaminya. Bila hal ini terjadi, maka para pendengar dirugikan. Mereka hanya mendengar pemberitaan Alkitab yang tidak lengkap dan subyektivitas pengkhotbah mewarnai khotbah-khotbahnya. 7.2. Gereja menentukan pemilihan nats, dan pengkhotbah tinggal mengikutinya saja. Hal ini banyak dilakukan oleh gereja-gereja yang bercorak Protestan (misalnya HKBP dan GPIB). Sistim ini berasal dari Sinagoge, dengan maksud agar jemaat dapat mendengar Alkitab diberitakan secara sistimatis dan menyeluruh. Kelemahan cara ini adalah terlalu mengikat bagi para pengkhotbah, sebab seakanakan mereka itu tidak mempunyai kebebasan apa-apa dalam pelayanannya. Juga sangat diragukan apakah dengan cara ini seluruh Alkitab dapat diberitakan, sebab pada prakteknya yang diberitakan adalah pilihan-pilihan pada bagian tertentu. Pemecahan masalah ini: yang baik untuk dipakai adalah cara pertama, dengan kesadaran penuh akan adanya bahaya subyektivisme. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi bahaya tersebut, haruslah ditaati asas-asas khusus sebagai berikut. a. Adakanlah pembacaan Alkitab dengan teliti dan teratur Jangan membaca hanya bagian-bagian yang disukai saja. Seluruh Alkitab perlu dipahami dengan baik, sebab dari sinilah akan muncul ide-ide untuk khotbah. b. Sediakanlah selalu buku/kertas catatan Bila dalam pembacaan itu ada ilham-ilham tertentu, segeralah catat dalam buku/kertas itu. Mungkin nats/ilham itu tidak dipakai dalam seminggu mendatang, namun bila lain waktu diperlukan, kita sudah siap sedia. c. Bacalah buku-buku yang berfaedah Maksudnya agar pengkhotbah dapat memperoleh inspirasi daripadanya. Buku-buku itu misalnya: biografi para hamba Tuhan, buku-buku tafsir, majalah-majalah Kristen, jurnal teologi, buku-buku khotbah, dan buku-buku ilustrasi. d. Mencari pimpinan Roh Kudus di dalam doa Hanya dengan pimpinan-Nyalah, pengkhotbah dapat memilih nats khotbah yang sesuai dengan kehendak Allah sendiri. Dengan ditaatinya prinsip-prinsip tersebut di atas, pengalaman rohani si pengkhotbah diperkaya, sehingga tidak akan pernah berkata, “Saya tidak siap, kurang waktu, dan kehabisan bahan”. Masih ada satu hal lagi, nats yang bagaimanakah yang harus dipilih, yang panjang atau pendek? Dalam sejarah gereja dapat kita ketahui bahwa panjang-pendeknya nats itu berubah-ubah. Gereja Purba menyenangi nats yang panjang, misalnya Origenes suka memilih satu perikop atau bahkan satu pasal. Kemudian gereja pada abad XVII dan XVIII ada kecenderungan ke arah nats yang pendek, satu atau dua ayat, bahkan ada yang memilih sebagian saja dari satu ayat. Lalu, pada abad XIX, orang mulai

12

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

menyukai lagi teks-teks yang panjang. Masa sekarang ini, kita lihat bahwa pada umumnya orang lebih menyenangi nats-nats yang pendek. Solusi: sebenarnya panjang-pendeknya nats tidaklah merupakan soal yang serius, sebab hal ini bergantung kepada bentuk khotbahnya dan juga kebiasaan si pengkhotbah. Hanya saja, pemakaian nats yang panjang (satu pasal) bila tidak diuraikan secara menarik, akan terasa sangat membosankan. Apakah sebenarnya faedah pemakaian nats di dalam sebuah khotbah? a. Menimbulkan kepercayaan di dalam hati jemaat, sebab nats tersebut berasal dari Alkitab, bukan pidato karangan manusia. b. Memberikan kewibawaan dan keberanian kepada si pengkhotbah, sebab di belakang dia adalah Tuhan sendiri yang bersabda. c. Mencegah agar uraian tidak menyeleweng atau menyimpang ke mana-mana. 8. Persiapan-persiapan Dasar Untuk Berkhotbah 8.1. Naik ke atas Dewan Musyawarah Ilahi (Yeremia 23:21-24) Ini berarti khotbah-khotbah kita: a. Berdasarkan wahyu ilahi, bukan berdasarkan emosi, pikiran manusia, maupun filsafat si pengkhotbah. b. Tidak akan pernah kehabisan stok, sebab kita datang kepada Allah yang tidak pernah kehabisan pesan bagi umat-Nya. c. Tanpa itu, pelayanan khotbah kita bagaikan menggali kolam sendiri (bandingkan dengan Yeremia 2:13):  meninggalkan Tuhan, Sumber Air Hidup,  menggali kolam sendiri - kolam yang bocor,  suatu kejahatan di hadapan Tuhan,  Gejala: kering, mudah tersinggung, ketidakpuasan, perselisihan, dan iri hati. d. Untuk mengantisipasinya, peliharalah kehidupan saat teduh bersama Allah secara teratur (bandingkan dengan Kidung Agung 7:12-13, Markus 1:35). 8.2. Menyusun Garis Besar (Kerangka/Outline) Khotbah Khotbah yang baik adalah khotbah yang tersusun secara teratur, sehingga para pendengarnya mudah mengikuti alur pemikiran khotbah tersebut. Bagi si pengkhotbah sendiri pun mudah menguraikannya. Dengan demikian, dapatlah dicatat di sini keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan membuat outline khotbah, yaitu: a. Menolong pengkhotbah dalam mengembangkan ide/pikirannya. b. Menjaga pengkhotbah untuk tidak menyimpang dari jalur pemberitaannya.

13

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

c. Menjaga bagian-bagian dari khotbah dalam proporsi yang benar, sehingga tidak hanya satu bagian saja yang ditekankan atau diuraikan. Secara sederhana, setiap outline khotbah mencakup segi:  Apa atau siapa,  Mengapa,  Bagaimana,  Apa akibatnya (hasilnya). 9. Pembagian Khotbah Pada umumnya sebuah khotbah dapat dibagi dalam empat bagian, yaitu: 9.1. Tema Tema adalah intisari dari suatu khotbah. Dapat juga dikatakan bahwa tema adalah khotbah yang diperas, sedangkan khotbah adalah tema yang diperluas. Tema itu memang tidak mutlak perlu, namun baik juga bila tema dapat dibuat, mengingat keuntungan-keuntungannya sebagai berikut. a. Merupakan suatu daya tarik bagi para pendengar, mengenai berita apa yang hendak disampaikan dengan tema tersebut. b. Memasok para pendengar pada pokok pikiran itu, sehingga mereka mengetahui apa yang akan mereka terima dari khotbah itu. c. Mencegah pengkhotbah melantur ke sana ke mari. Syarat-syarat Tema yang baik: (1) Sebaiknya singkat, menarik, dan mudah diingat. (2) Harus selaras dengan isi khotbah. Contoh-contoh Tema Khotbah:  Beku di dalam Perapian  Agama Bukan Candu  Berapakah Harga Manusia?  Tiket ke Surga  Orang Saleh di Tempat Salah  Sikap Hidup Berkemenangan  Rahasia Hidup yang Berhasil 9.2. Pendahuluan Sebagaimana halnya sebuah rumah tampak janggal bila tidak berpintu, demikian pula halnya dengan sebuah khotbah tanpa pendahuluan. Setiap khotbah harus ada 14

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

bagian pendahuluannya. Bagian Pendahuluan mempunyai arti yang sangat penting karena berfungsi: a. Membangkitkan minat para pendengar Ingatlah, tidak semua orang yang datang ke gereja dengan hati yang siap. Seringkali pikiran mereka masih menerawang jauh dari gereja. Melalui pendahuluan yang menarik, perhatian mereka dapat diikat. b. Menghantar para pendengar masuk ke dalam Isi Khotbah Pendahuluan berfungsi sebagai pembimbing untuk lebih mengenal tema khotbah. Berkenaan dengan hal ini, maka sebuah pendahuluan jangan terlalu panjang, bertele-tele, atau terlalu pendek. Pendahuluan harus menarik sifatnya. Jangan biarkan tamu anda terlalu lama berdiri di muka pintu ! Syarat-syarat Pendahuluan yang baik:     

Jangan menyimpang dari pokok khotbah Singkat, maksimal 10% dari keseluruhan waktu khotbah Hanya terdiri atas satu ide/pikiran saja Tidak perlu menyampaikan maaf apapun juga dalam pendahuluan Jangan mendeskreditkan para pendengar dalam pendahuluan. Misalnya: “Saya akan berkhotbah hari ini khusus bagi kaum muda”, padahal kita berkhotbah dalam kebaktian umum, sehingga jemaat yang lebih tua akan merasa disingkirkan.

Sumber-sumber Untuk Membuat Pendahuluan: (1) Dari Nats Itu Sendiri Misalnya: o Mazmur 23 (jelaskan sifat hidup seorang gembala pada zaman itu) o Yohanes 8:12 (uraikan fungsi terang dalam hidup manusia) (2) Dari Konteks Ayat Tersebut Misalnya: o Matius 6:9-13 (uraian arti & peranan khotbah di bukit) o Yohanes 3:16 (jelaskan latar belakang tokoh Nikodemus) (3) Dari Latar Belakang Nats Misalnya: o 1 Raja-raja 19 (uraikan gunung Karmel secara geografis) o Yesaya 6 (sejarah sekitar waktu itu, 2 Tawarikh 26) (4) Dari Situasi Setempat Misalnya: o Natal (suasana di seputar Natal)

15

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

o Kematian (pertanyaan yang menggelitik: “Orang beriman dan tidak beriman akan mati. Apa bedanya?”). o Pernikahan (fase-fase penting dalam kehidupan manusia) (5) Dari Bacaan-bacaan (Koran, Majalah, Buku, dan sebagainya) Misalnya: o Kejahatan yang meningkat (tanda akhir jaman?) o Proyek angkasa luar (sepandai-pandainya tupai melompat, …..). (6) Dari Kutipan, Kata-kata Mutiara, Puisi, atau Peribahasa Misalnya:  Life is struggle (1 Samuel 1:1-2).  Sorrow looks back, worry looks around, but faith looks up. So be strong and courage your heart, all ye that hope in The Lord.  Allah mungkin tidak selalu memberi kita jawaban, tetapi Dia senantiasa memberi kita kasih karunia.  Sajak dari seorang gadis berusia 19 tahun, yang pekerjaannya sebagai seorang asisten rumah tangga: TUHAN dari Poci & Panci Tuhan dari setiap poci dan panci, Aku tidak punya cukup waktu, bukan pula seorang ahli, Untuk menjadi anak-Mu dengan mengerjakan yang suci-suci, Tapi jadikanlah aku anak-Mu melalui makanan yang kusaji, Jadikanlah aku anak-Mu melalui piring-piring yang kucuci, Hangatilah dapur ini dengan kasih-Mu, Terangilah dapur ini dengan sinar-Mu, Sama seperti ketika Dikau menyajikan makanan di tepi danau, Atau ketika Perjamuan Malam, Dan terimalah pekerjaanku yang sehari-hari ini, Yang kukerjakan bagi Dikau Sendiri. (7) Dari Benda-benda Sekitar Kita (Objective Lessons) Tuhan Yesus di dalam memproklamirkan Kerajaan Allah mempergunakan Objective Lessons yang ada di sekitar-Nya, seperti: bunga bakung, burung di udara, domba, merpati, ular, srigala, ragi, pelita, gantang, dan sebagainya. Misalnya: ARLOJI o Permukaannya jelas terlihat - 2 Korintus 3:3, Kolose 3:17. o Terdiri atas bagian-bagian yang kecil, semuanya penting. Hilang satu, tidak berfungsi - 1 Korintus 12:12. o Harus aktif (tepat waktu) sehingga berguna - Yohanes 9:4. o Harus ada tenaga penggeraknya - Yohanes 6:31-3.5 o Jaminan/garansi yang dimilikinya: waterproof, stainless steel - Kisah Para Rasul 7:55-60, 2 Korintus 11:22-31, Galatia 5:22-23.

16

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

(8) Dari Pengalaman Hidup Kita Sehari-hari Misalnya: o Melewati sebuah rumah yang sedang dibangun; melihat batu-batu bata yang sedang disusun dengan dilapisi semen, muncul ide dari 1 Petrus 2:5. o Menyaksikan kecelakaan lalu lintas dan ada yang tewas, mengingatkan kita betapa fananya hidup manusia di dunia (Amsal 27:1, Amos 4:12). (9) Dengan Pertanyaan Yang Menggelitik Misalnya: o Sejuta tahun mendatang, di manakah anda berada? o Pernahkah anda perhatikan kelopak dan tangkai bunga Mawar? 9.3. Isi (Tubuh) Khotbah Inilah bagian terpenting dari sebuah khotbah. Di sinilah isi keseluruhan khotbah itu dituangkan. Isi Khotbah memakan 80% dari keseluruhan waktu khotbah. Gagal menguraikan bagian ini, berarti juga merusak seluruh khotbah. Pikiran manusia tidak menyukai keruwetan, melainkan menyenangi alur pemikiran yang runtut dan teratur (1 Korintus 14:33,40). Oleh karena itu, pedoman dalam melakukan pembagian isi (tubuh) khotbah harus diperhatikan. a. Tiap bagian harus merupakan perkembangan dari bagian sebelumnya, namun tetap berada dalam kesatuan pikiran dan tema. b. Bagian-bagian jangan terlalu banyak, sebab dapat membosankan, membingungkan, dan akhirnya mudah dilupakan. c. Jumlah bagian-bagian jangan dipaksakan. Bila memang hanya ada 3 bagian, jangan diulur menjadi 5 bagian. d. Bagian yang negatif harus didahulukan, bagian yang positif menyusul, sehingga makin lama makin memuncak (mencapai klimaks). Bandingkan dengan Mazmur 1. Dalam Isi/Tubuh Khotbah ini mencakup: 

Eksegese Homiletis yaitu menafsir/menyelidiki nats yang akan dikhotbahkan. Perlu diingat bahwa nats yang kita hadapi adalah berita yang telah diberikan kepada para hamba Tuhan pada masa lampau. Oleh karena itu, perlu sekali dicari makna/arti yang sebenarnya untuk masa kini dan di sini. Inilah pekerjaan Eksegese Homiletis! Untuk melakukan tugas tersebut, diperlukan beberapa perlengkapan, sebagai berikut: a. Mempelajari bahasa asli Alkitab (Ibrani & Yunani), sehingga dapat menafsir langsung dari naskah aslinya. Hal ini penting mengingat bahwa dalam bahasa asli itu ada kata-kata tertentu yang khas, yang

17

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

dapat memberikan arti yang lebih tepat dan indah. Misalnya: Biblia Hebraica Stuttgartensia (BHS), The Greek New Testament (GNT). b. Mempelajari buku-buku tafsir dan buku-buku komentar yang ada. Misalnya: Sejarah Kerajaan Allah (2 jilid), Menggali Isi Alkitab (4 jilid), Commentary On The Whole Bible (6 volume). c. Konkordansi Alkitab: untuk menghimpun ayat-ayat yang paralel atau sejajar. Misalnya: Exhaustive Concordance of The Bible (Strong) dan Analytical Concordance To The Bible (Young). d. Kamus Alkitab: sangat berguna untuk mencari data-data sejarah, geografi, adat-istiadat, arti nama, tempat, dan orang. Misalnya: Ensiklopedia Alkitab Praktis dan Unger’s Bible Dictionary. e. Atlas Alkitab: di samping memuat peta Alkitab, juga memuat informasi tentang tempat, kota, suku, daerah lingkungan dan sebagainya. f. Membandingkan terjemahan-terjemahan yang ada, seperti: Terjemahan Lama, Terjemahan Baru, Bahasa Indonesia Sehari-hari, Today English Version, Revised Standard Version, King James Version, dan sebagainya. g. Buku Penuntun Alkitab: membantu memahami isi dan susunan tiap kitab dalam Alkitab secara menyeluruh. Misalnya: Pengantar Kepada Perjanjian Lama dan Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru. Tugas Eksegese Homiletis ini tidak berhenti hanya pada penafsiran yang baik saja, melainkan juga sesuai dengan namanya “Homiletis”, maka hasil dari penafsiran ayat-ayat tersebut harus dituangkan/diarahkan sedemikian rupa, sehingga ada penerapannya untuk keadaan jaman sekarang ini (relevansinya untuk kehidupan saat sekarang ini). 

Ilustrasi: cerita yang dapat memperjelas berita Firman Allah. Cerita ini biasanya bersifat sederhana dan popular. Ada yang berpendapat bahwa ilustrasi ini bagaikan sebuah jendela yang membiarkan sinar masuk ke dalam kamar yang gelap. Syarat-syarat Ilustrasi: o o o

Bersifat sederhana sehingga mudah dimengerti. Tidak terlampau panjang, sehingga mengaburkan Firman Tuhan. Harus betul-betul bersangkut paut dengan Firman yang sedang disampaikan, bukan sekedar tambahan.

18

Homiletika (Declaring The Kingdom) o

o o o o o

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

Harus berfungsi melayani khotbah, bukan menjadi bagian utama dalam khotbah, sehingga perhatian para pendengar tertuju kepada ilustrasi, bukan Firman Tuhan. Jangan dipakai berulang-ulang, sehingga menjemukan para pendengar (menjadi tawar dan kehilangan artinya). Jangan terlalu banyak menggunakan ilustrasi dalam sebuah khotbah (cukup 2 - 3 ilustrasi saja). Jangan dipaksakan memakai ilustrasi, bila dirasakan tidak perlu (sebab uraian sudah cukup jelas). Jangan berdusta, bila ilustrasi itu bukan pengalaman sendiri. Katakanlah terus terang. Jangan memberikan ilustrasi yang tidak enak didengar atau menyindir atau mencela golongan tertentu.

Sumber-sumber Ilustrasi: a. b. c. d. e. f. g.

Dari Alkitab Dari pengalaman hidup pribadi Dari peristiwa alam Dari buku-buku sejarah Dari warta berita Dari ilmu pengetahuan Dari buku-buku ilustrasi.

9.4. Kesimpulan Bagian akhir dari sebuah khotbah adalah kesimpulan, yang juga merupakan bagian yang sangat penting. Para pakar pidato Yunani kuno menyebutnya, suatu bantingan terakhir yang menentukan dalam pergulatan. Mengapa? Sebab ini adalah detik-detik terakhir di mana pengkhotbah harus berhenti berbicara tepat pada waktunya. Apakah sebenarnya kesimpulan itu? Dalam bahasa Indonesia, kata itu berasal dari akar kata simpul, yaitu bila kita mengikatkan dua ujung tali menjadi satu ikatan, maksudnya agar kedua ujung tali tersebut jangan sampai terurai lagi. Dengan demikian, kesimpulan adalah ikatan dari segala bagian khotbah yang telah diuraikan, dengan maksud agar para pendengar dapat benar-benar mengerti tujuan/sasaran khotbah itu, lalu para pendengar diajak untuk menanggapi Firman Allah yang telah diberitakan itu. Syarat-syarat Kesimpulan: (a) Kesimpulan bukanlah mengulangi isi khotbah, melainkan pengenaan yang jitu dari khotbah. (b) Jangan bertele-tele; waktunya jangan terlalu lama (maksimal 10% dari seluruh waktu khotbah). Klimaks harus dicapai dahulu, setelah itu

19

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

STOP BERBICARA. Lebih baik meninggalkan para pendengar dalam keadaan longing daripada loathing. (c) Kesimpulan harus sesuai dengan isi khotbah, jangan menyimpang artinya dengan membuat gagasan baru. (d) Kesimpulan mengandung ajakan untuk mengambil keputusan atau melaksanakan Firman Allah itu. (e) Jangan memasukkan humor dalam kesimpulan. Hal ini akan membuyarkan keseriusan yang dibutuhkan dalam bagian ini. Bentuk-bentuk Kesimpulan: (1) (2) (3) (4) (5)

Pertanyaan yang menantang Nyanyian yang sesuai Ayat yang tepat (ini yang terbaik) Kutipan ucapan dari seorang tokoh yang terkenal Cerita pendek yang cocok.

Tiga Catatan Penting Tentang Kesimpulan: a. Siapkan kesimpulan dengan seksama. Gagal dalam kesimpulan berarti gagal total dalam menyajikan khotbah yang baik. b. Setelah memberikan kesimpulan, perlu sekali pengkhotbah memberikan saat teduh agar para pendengar dapat merenungkan serta meresapi khotbah yang baru saja mereka nikmati. c. Bentuk saat teduh dapat berupa: hening, permainan organ/piano/keyboard, menyanyi solo, atau vocal group. 10. Macam-macam Khotbah Pada dasarnya, khotbah dapat diklarifikasi ke dalam dua bagian besar, yaitu berdasarkan isinya dan berdasarkan bentuknya. 10.1. Khotbah Berdasarkan Isi Berdasarkan isinya, khotbah dapat dibagi menjadi tujuh (7) macam, yaitu: 10.1.1. Khotbah Kesaksian Pribadi Yaitu khotbah yang menceritakan pengalaman pribadi mengenai keselamatan yang telah dialaminya (Mazmur 107:1-2, Markus 5:19, Kisah Para Rasul 22:26) Misalnya: kesaksian Eku M. Hidayat danYusuf Roni. Keuntungannya: a. Menarik, apalagi bila disampaikan dengan rendah hati dan serius. b. Seringkali dipakai Tuhan untuk memenangkan jiwa. c. Kesaksian tidak dapat dibantah.

20

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

Bahayanya: a. Membuat kesaksian melebihi Firman Allah (iman berdasarkan pengalaman pribadi orang lain). b. Hanya bertumpu pada pengalaman masa lalu saja. 10.1.2. Khotbah Peristiwa (Nyata atau Perumpamaan) Yaitu khotbah berdasarkan suatu peristiwa yang pernah terjadi di dalam Alkitab. Sementara kisah dibeberkan, makna rohaninya dikemukakan dan diterapkan. Misalnya: Kejadian 4:1-16, Yeremia 24:1-10, Lukas 17:11-19. Keuntungannya: a. Menarik, sebab pada dasarnya setiap orang senang mendengar cerita. b. Membuat para pendengar mengenal banyak kisah Alkitab. c. Kisah-kisah itu memang mengandung banyak pelajaran yang bervariasi (Roma 15:4, 1 Korintus 10:11). d. Menyediakan bahan yang cukup banyak. Bahayanya: a. Mengrohanikan secara berlebihan bagian-bagian kisah itu (alegoris). b. Penyajian kisah bisa keluar dari batas-batas yang tidak dijamin oleh Alkitab, untuk mendramalisirnya. 10.1.3. Khotbah Biografi Yaitu khotbah yang menyajikan kehidupan seorang tokoh Alkitab (Character Study) dan menarik pelajaran daripadanya. Misalnya: Biografi Daud (Kisah Para Rasul 13:22). Keuntungannya: a. Studi terbaik bagi manusia adalah manusia. b. Memikat. c. Memberi dorongan rohani. d. Memberi keteladanan (1 Korintus 11:1). e. Menjadi cermin. Bahayanya: Mengkultus-individukan seseorang. 10.1.4. Khotbah Doktrin Yaitu menyampaikan ajaran-ajaran pokok yang menjadi dasar kepercayaan Kristen. Misalnya: khotbah tentang Kedatangan Kristus Kedua Kali (Eskatologi). Keuntungannya: Memberikan pengetahuan tentang doktrin-doktrin Alkitab kepada para pendengar, dengan tujuan untuk menguatkan mereka.

21

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

Bahayanya: Kering, sebab kurang/sedikit penerapan. 10.1.5. Khotbah Penginjilan Yaitu khotbah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum percaya, dengan maksud membawa mereka kepada Kristus. Misalnya: Yohanes 1:29. Pedoman Membuat Khotbah Penginjilan: a. Jangan menggunakan banyak ayat. b. Jangan menafsirkan ayat per ayat. c. Uraikan nats yang telah dipilih dengan jelas. d. Bila pendengar sedikit, bisa diadakan dialog. e. Sertai dengan kesaksian atau ilustrasi. f. Jangan menyinggung perasaan mereka (dengan membandingkan Kekristenan dengan kepercayaan mereka). g. Hindari pokok-pokok yang bisa menimbulkan perdebatan Misalnya: Trinitas dan Anak Allah. 10.1.6. Khotbah Etika Yaitu khotbah yang mengajarkan perilaku sebagai seorang Kristen di dalam pelbagai bidang kehidupan. Misalnya: Berpacaran dan Memilih Jodoh. Keuntungannya: Khotbah Etika ini menarik, sebab bersifat praktis, menyangkut kehidupan seharihari. Bahayanya: a. Bisa terjerumus ke dalam moralisme; membanggakan moral yang tinggi, lalu berpuas diri. b. Yang lemah bisa dilanda putus asa. Alkitab memang banyak berisi ajaran etika, namun ini didahului oleh doktrin. Misalnya Roma 1-11 berisi doktrin, lalu disusul pasal 12-15 yang berisi etika. 10.1.7. Khotbah Insidental (Situasional) Yaitu khotbah yang disampaikan berdasarkan keadaan-keadaan tertentu yang sedang berlangsung. Khotbah Insidental ini terdiri atas: a. Khotbah Berdasarkan Tahun Gerejawi: Natal, Old & New, Jum’at Agung, Paskah, Kenaikan Isa Almasih, dan Pentakosta. b. Ibadah Peristiwa Khusus: Pertunangan, Pernikahan, Kematian, Pentahbisan Gedung Gereja, Pentahbisan Hamba Tuhan, Ibadah Ucapan Syukur, Ibadah Ulang Tahun, Ibadah Perjamuan Kudus, dan Ibadah Baptisan Air.

22

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

10.2. Khotbah Berdasarkan Bentuk Berdasarkan bentuknya, khotbah dapat dibagi menjadi tiga (3) macam, yakni: 10.2.1. Khotbah Topikal (Khotbah Sintetis) Yang dimaksudkan dengan Khotbah Topikal adalah menguraikan beberapa ayat Alkitab yang berkisar pada suatu topik/pokok masalah tertentu (eksposisi tema/topik). Persiapan yang diperlukan adalah: a. Mencari sebuah topik yang tepat. b. Menghimpun ayat-ayat yang paralel/sejajar. c. Konkordansi Alkitab sangat dibutuhkan. Keuntungan Khotbah Topikal: (1) Jemaat bisa mengenal berbagai topik di dalam Alkitab. (2) Memberi kesan Alkitab sebagai suatu kesatuan. (3) Memungkinkan khotbah berangkai selama beberapa minggu. Kelemahan Khotbah Topikal: Jumlah topik terbatas, sehingga pengkhotbah bisa kehabisan bahan. Contoh Outline Khotbah Topikal: Tema: Sahabat yang terbaik Nats : Yohanes 11:1-6, 39-44 1. Yesus, Sahabat yang penuh kasih, ayat 3-5 a. Ia mengasihi Lazarus, Maria, dan Marta b. Sekalipun demikian, Ia mengijinkan malapetaka menimpa mereka, ayat 3. 2. Yesus, Sahabat yang penuh pengertian, ayat 21-36 a. Ia memahami kesengsaraan mereka, ayat 21-26, 32. b. Ia ikut ambil bagian dalam kesedihan mereka, ayat 33-36. c. Sungguh, Yesus, Sabahat yang penuh pengertian. 3. Yesus, Sahabat yang penuh kuasa, ayat 37-44 a. Ia mengerjakan hal-hal yang ajaib, ayat 37 b. Ia mengadakan mujizat, ayat 38-44. 10.2.2. Khotbah Tekstual (Khotbah Analitis) Yang dimaksudkan dengan Khotbah Tekstual adalah khotbah yang berkisar pada ayat atau ayat-ayat (nats) tertentu. Tema ditentukan, kemudian ayat diuraikan (eksposisi satu ayat atau ayat-ayat tertentu).

23

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

Persiapan yang diperlukan adalah: a. Mencari ayat-ayat yang pendek. b. Di dalam ayat yang pendek tersebut mengandung pernyataan yang jelas dan pengertian yang utuh/lengkap/sempurna. Keuntungan Khotbah Tekstual: (1) Kata-kata asli Alkitab sering mendapat sorotan. (2) Ayat-ayat ini lebih mudah diingat karena singkat/pendek. Kelemahan Khotbah Tekstual: Keutuhan Alkitab kurang tampak. Ayat-ayat yang diambil dari sana sini, berkesan Alkitab kurang utuh. Khotbah Tekstual ini ada empat (4) macam, yaitu: (a) Menguraikan Kata Lepas Kata Dari Satu Ayat Contoh: Yohanes 3:16 - Allah (Siapakah Dia) - Mengasihi (Apa artinya) - Dunia (Apa maksudnya) - Anak yang tunggal (Bagaimana maknanya). (b) Menguraikan Sebagian Saja Dari Satu Ayat Contoh: Lukas 4:16 (menurut kebiasan-Nya). (c) Menguraikan Beberapa Ayat Bila demikian, ada baiknya kita membuat lebih dahulu bagan dari ayat-ayat tersebut. Misalnya: 1 Tesalonika 1:9b-10a. Berbalik daripada berhala -- Sikap Terhadap Masa Lalu Mengabdi kepada Tuhan -- Sikap Terhadap Masa Kini Menantikan Kedatangan-Nya -- Sikap Terhadap Masa Depan (d) Menguraikan Ayat Emas Yang dimaksudkan di sini adalah menguraikan satu ayat penuh, biasanya dilatar-belakangi dengan pembacaan yang diambil dari perikop yang sama atau bahkan diambil dari bagian lain. Misalnya : Mazmur 37:5 --- Pembacaan: 1 Samuel 16:10-13. Ibrani 11:24-25 - Pembacaan: Keluaran 2. Dalam hal ini, fungsi dari pembacaan adalah memberikan penjelasan lebih lanjut dari ayat emas.

24

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

10.2.3. Khotbah Ekspositori (Khotbah Analitis-Sintetis) Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary mengatakan bahwa suatu eksposisi adalah “a discourse to convey information or explain what is difficult to understand”. Selanjutnya, Mayhue juga mengatakan bahwa ekspositori adalah menjelaskan Alkitab dengan membukakan teks kepada pandangan publik, untuk memaparkan maknanya, menjelaskan apa yang sulit untuk dimengerti dan membuat aplikasi yang tepat. Haddon W. Robinson, seorang pakar khotbah ekspositori mengatakan khotbah ekspositori adalah mengkomunikasikan suatu konsep alkitabiah, yang diperoleh dari dan disampaikan melalui penyelidikan historis, gramatikal, dan kesusastraan suatu teks di dalam konteksnya, di mana Roh Kudus pertama-tama menerapkannya kepada kepribadian dan pengalaman pengkhotbah, kemudian melalui pengkhotbah, menerapkannya kepada para pendengar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa khotbah ekspositori adalah khotbah yang menguraikan secara rinci Alkitab sebagai wadah kebenaran yang diungkapkan secara koheren dan terkoordinasi. Ada pun langkah-langkah dalam Proses Menyusun Khotbah Ekspositori adalah sebagai berikut: 1. Mempelajari Teks. Dengan mempelajari detail teks, kita memperoleh daging teks tersebut. 2. Membuat Kerangka Teks. Dalam menyusun kerangka teks, kita mendapat gambaran rangka penyusun teks. Daging dan rangka membentuk bahan mentah teks. 3. Pernyataan Pokok Teks Dari rangka itu, kita melihat pernyataan pokok teks, jantung, pokok dari khotbah itu. 4. Jembatan Tujuan Dari jantung teks kita mengembangkan tujuan bagi jemaat. Tujuan khotbah ini adalah otak yang melaluinya pada akhirnya khotbah dirancang dan disampaikan. 5. Pernyataan Pokok Khotbah Otak akan memberi arah dan bentuk bagi jantung khotbah.

25

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

6. Membuat Kerangka Khotbah Dalam tahap ini khotbah membentuk citra dan kerangkanya sendiri. Kerangka pesan akan terlihat. 7. Menyampaikan Khotbah Pada akhirnya, kita akan mengisi detail-detail daging sewaktu kita selesai menyusun khotbah yang unik dan istimewa bagi jemaat secara khusus. Contoh Kerangka Khotbah Ekspositori PERTOLONGAN DARI ATAS (Mazmur 124:1-8) Pendahuluan: Mazmur 124 berisi perenungan berbagai pengalaman hidup bangsa Israel masa lalu. Hidup yang telah dilalui selalu dibayang-bayangi dengan bahaya. Namun mereka menyadari bahwa Allah berkarya secara terus menerus sepanjang sejarah hidup mereka. Pernyataan: Pertolongan Dari Atas adalah prinsip iman, yang memberi pengharapan, semangat hidup, dan jaminan bagi umat Allah. 



GAMBARAN SANG PENOLONG o

Dia adalah Pencipta langit dan bumi (ayat 8) Sebagai Pencipta, Allah adalah Pengada, Pemilik, dan Pengatur segala sesuatu.

o

Dia adalah Penguasa mutlak atas alam semesta. Mazmur 121:1 – segala kekuatan dan kekuasaan tunduk kepada-Nya

BENTUK-BENTUK PERTOLONGAN o

Keberpihakan (ayat 1-2) Dalam situasi-situasi khusus, Allah menolong dengan cara memihak atau berdiri di pihak umat-Nya.  Tatkala Israel menghadapi perlawanan dan ancaman, Allah tampil memihak mereka (Keluaran 14:13-14)  Ketika Israel mengalami penindasan, Allah bertindak keras membela mereka (Keluaran 14:30-31).  Ketika wabah maut merenggut nyawa ribuan orang, Allah menyelamatkan umat-Nya (Mazmur 91:5-8).

26

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

Mengapa Allah berpihak? Allah sebagai Penguasa mutlak, bebas menentukan apa yang Dia akan lakukan. Dan apa pun yang dilakukannya selalu benar (Roma 9:13). o

Perlakuan Secara Khusus (ayat 4-6) Allah selalu memperlakukan umat-Nya berbeda dari semua.  Allah mengangkat mereka saat jatuh (Mazmur 37:23-24)  Allah mencukupi supaya tidak mengemis (Mazmur 121:5-8)  Allah menjaga dengan setia (Mazmur 121:5-8)  Allah mengampuni dan tidak menghukum (Mazmur 32:5, 103:3)



PERTOLONGAN BERSYARAT

Pertolongan dari Tuhan – memang berdasarkan kehendak-Nya, tetapi bukan tanpa syarat. Alkitab menunjukkan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menerima pertolongan dari atas: Takut akan Tuhan (Mazmur 128:1-6) – suami yang takut akan Tuhan, keluarganya diberkati.  Tulus hati (Mazmur 24:4-5) – orang yang tulus akan menerima berkat dan pembelaan.  Setia seumur hidup (Mazmur 27:4-5) – orang yang setia akan dilindungi dari bahaya-bahaya maut. 

Kesimpulan: Kita hanya mengharapkan pertolongan dari Tuhan. Pertolongan dari Tuhan menuntut sikap: takut akan Tuhan, tulus hati, dan setia sampai akhir. Amin. 11. Menulis Naskah Khotbah Apakah naskah khotbah itu? Naskah khotbah adalah menulis khotbah kita kata demi kata Mengapa kita perlu membuat naskah khotbah? A. Membuat naskah khotbah akan memaksa kita untuk memilih kata yang terbaik. 9 Selain Pengkhotbah berhikmat, ia mengajarkan juga kepada umat itu pengetahuan. Ia menimbang, menguji dan menyusun banyak amsal. 10 Pengkhotbah berusaha mendapat kata-kata yang menyenangkan dan menulis kata-kata kebenaran secara jujur. 11 Kata-kata orang berhikmat seperti kusa dan kumpulan-kumpulannya seperti paku-paku yang tertancap, diberikan oleh satu gembala. 12 Lagipula, anakku, waspadalah! Membuat banyak buku tak akan ada akhirnya, dan banyak belajar melelahkan badan (Pengkhotbah 12:9-12).

27

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

B. Kata-kata tidak datang begitu saja bagi kebanyakan dari kita. Naskah Khotbah menjaga kita supaya tidak terlihat buruk. C. Kita dapat memakai khotbah kita di lain waktu. Naskah Khotbah dapat kita arsipkan untuk dipergunakan pada kesempatan dan waktu yang lain. D. Hal tersebut menolong anda untuk membatasi waktu anda. Sebuah naskah menjaga anda dari kebiasaan melewati waktu yang diberikan. Menulis naskah khotbah menjaga kita dari menggigit lebih daripada apa yang dapat kita kunyah. E. Hal tersebut menolong anda berkhotbah lebih baik. Contoh Naskah Khotbah BERANI LAKSANA KSATRIA Oleh Stefanus Suheru PENDAHULUAN : Hidup adalah Sebuah Perjuangan Entah kapan dan siapa yang memulai mengucapkan kata-kata tersebut, yang jelas semua dari kita tidak hanya seringkali mendengar, tidak hanya sering kali membaca, namun sengaja atau tidak, mengerti atau tidak, menyadari atau tidak, kita sendiri telah mengalami dan merasakan bahwa memang Hidup adalah perjuangan. Berbagai macam perjuangan telah kita jalani antara lain perjuangan dalam mengatasi setiap kelemahan dan kesulitan yang selalu hadir di tengah kehidupan ini dan perjuangan dalam merealisasikan cita-cita yang didambakan. Untuk bisa tampil sebagai pemenang dan sukses di setiap perjuangan ini, sudah tentu kita harus memiliki berbagai macam faktor sebagai kekuatan yang dapat diandalkan. Di antara sekian banyak faktor sebagai penunjang, ada satu faktor yang mutlak kita miliki yaitu KEBERANIAN!  

Berani yang bagaimana? Baca: 1 Korintus 16:13 c.

Perintah Bersikaplah sebagai laki-laki dalam nats tersebut di atas ditulis dalam bahasa Yunani hanya dengan satu kata saja, yaitu andrizesthe. Kata ini berasal dari kata andrizomai. Di dalam beberapa Kamus Yunani, kata andrizomai diartikan: a. Memperlihatkan keberanian b. Menjadi berani c. Menunjukkan dirinya sebagai Ksatria

28

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

Dengan demikian, kata andrizesthe dapat diterjemahkan: Hendaklah kalian bersikap berani laksana KSATRIA! Sikap berani yang bagaimanakah, yang semestinya ada pada diri seorang KSATRIA? 1. Berani Menghadapi Tantangan Pantang Mundur, 1 Korintus 16:8-9 Dalam pelayanannya di Efesus, rasul Paulus menghadapi TANTANGAN. Namun, tanggapan Paulus terhadap TANTANGAN/banyak penentangnya luar biasa. Ia melihat TANTANGAN itu sebagai kesempatan yang banyak baginya untuk melakukan pekerjaan yang besar dan penting (dalam bahasa Yunani dipakai kata megale dan energes, yang berarti great and effective; BESAR & EFEKTIF). Pada umumnya orang cenderung memilih yang mudah. Mudah berarti tidak memerlukan banyak tenaga atau pikiran untuk mengerjakannya. Mudah berarti tidak berat, tidak sukar, tidak ada tantangan, dan tidak melelahkan, dan tidak beresiko. Hal ini bisa kita lihat, misalnya di sekolah para murid lebih menyukai mendapat soal-soal yang mudah daripada soal-soal yang sulit. Begitu pula di tempat kerja seseorang lebih suka memilih tugas yang mudah daripada tugas yang menantang. Memang kemudahan terasa begitu menyenangkan. Itulah sebabnya didambakan oleh setiap orang. Kemudahan terasa sebagai berkat. Namun dalam jangka panjang, apakah kemudahan itu berkat ataukah malapetaka? Para Penulis Perjanjian Lama bersaksi bahwa meskipun Allah mengasihi umat pilihan-Nya, namun Allah tidak memberikan kemudahan kepada umat-Nya. Sebaliknya, Allah bahkan membawa umat-Nya berjalan melalui kesukaran/tantangan. Hal ini tampak mencolok pada peristiwa keluarnya mereka dari Mesir. Umat menempuh perjalanan dari delta Nil ke Kanaan yang berjarak sekitar 250 Km (Solo – Tegal: 265 Km). Secara wajar perjalanan itu dapat ditempuh dalam beberapa minggu saja. Namun Allah membawa umat-Nya ke jalur yang lebih jauh dan lebih sulit, sehingga akibatnya perjalanan mereka memakan waktu 40 tahun. Selama 40 tahun itu umat Allah bukan menghadapi kemudahan melainkan justru tantangan. Umat mengira bahwa mereka tidak dikasihi Allah ! Tetapi sebenarnya justru karena Allah mengasihi umat-Nya maka Ia membawa mereka berjalan melalui berbagai tantangan, dengan maksud agar dengan tantangan itu umat-Nya bertumbuh menjadi umat Allah yang tangguh! Kemudahan membuat orang menjadi rapuh, namun kesulitan/tantangan membuat orang menjadi tangguh.

29

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

Kesulitan-kesulitan/TANTANGAN adalah gejala wajar dari sebuah kehidupan yang bermakna. Siapa yang ingin berada di puncak bukit, dia harus menaiki lereng bukit. Siapa yang ingin berada di puncak gunung, maka dia harus menaiki lereng gunung. Siapa yang yang ingin berada di puncak kehidupan, maka dia harus mau mendaki lereng-lereng kehidupan. Tanpa mendaki, kita akan tetap berada di bawah. Seberapa besar hidup yang Anda inginkan, akan sama halnya dengan seberapa besar resiko dan tantangan yang berani anda ambil dalam kehidupan. Dan keberanian yang sebenarnya adalah bagaikan layang-layang: sentakan angin yang menentangnya bukannya melemparkannya ke bawah, bahkan justru sebaliknya menaikkannya. Oleh karena itu, jangan takut terhadap tantangan/krisis/kesulitan yang menghadang kita!!! 2. Berani Menghadapi Kritikan Tanpa Tawar Hati, 2 Korintus 10:9-11. Paulus, seorang rasul yang dipakai oleh Allah secara luar biasa, tidak terlepas dari kritikan. Paulus dikiritik sebagai seorang rasul yang plin-plan, tidak konsisten, dan munafik. Kehidupan orang-orang beriman digambarkan oleh Tuhan Yesus laksana kota yang terletak di atas bukit (Matius 5:14). Itu berarti tidak ada seorang Kristen pun, yang tidak pernah menghadapi sorotan dan kritikan. Hal serupa juga dialami oleh Nehemia. Ia mempunyai satu tugas untuk membangun tembok Yerusalem. Di dalam proses melaksanakan tugas itu, Nehemia dipimpin oleh Allah untuk menetapkan beberapa pekerja yang menangani beberapa jenis pekerjaan di dalam proyek itu (Nehemia 3). Sebelum pembangunan tembok itu mencapai separuhnya, para pekerja yang menangani pembangunan tembok tersebut dihujani dengan kata-kata pedas, kasar, dan kritikan-kritikan tajam (Nehemia 4:3). Tanggapan Nehemia – 4:6! Setiap orang Kristen harus belajar mengembangkan kemampuan untuk dapat menilai dan mempertimbangkan kritikan-kritikan yang dilontarkan kepadanya. 1. Kritik membangun sangat berguna dan penyelamat hidup dari lembah kelemahan juga kekurangan kita sebagai manusia yang tidak sempurna. Dengan adanya kritikan membangun kita bisa segera memperbaiki kekurangan dan kelemahan kita sehingga kualitas hidup akan lebih bernilai serta penuh makna. Begitu banyak keuntungan kita mendapat kritik membangun selain kita dapat ilmu dan wawasan yang luas juga bisa belajar dari kesalahan dan bisa lebih memahami hidup dari berbagai sisi. KELEMAHAN YANG DISADARI ADALAH SUATU KEKUATAN.

30

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

2. Untuk kritik yang berbau iri, dengki dan sejenisnya sebaiknya kita pun tidak perlu merasa down, juga tidak perlu mendendam terhadap yang mengkritik  Biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. 3. Sebagai penghiburan bagi kita, bahwa kritikan-kritikan tersebut dapat menunjukkan bahwa kita adalah VIP (Very Important Person). Jadi, janganlah tawar hati karena kritikan-kritikan yang dilontarkan kepada kita! 3. Berani Menghadapi Kegagalan Tanpa Putus Asa, 2 Korintus 12 : 7 – 10 Di dalam kehidupan pribadinya, rasul Paulus pernah mengalami kegagalan. Sebagai seorang rasul Tuhan, ia banyak melakukan tanda-tanda dan mujizatmujizat yang besar. Namun, ketika ia berdoa memohon kepada Tuhan agar duri dalam dagingnya disingkirkan dari hidupnya, Tuhan tidak mengabulkannya (2 Korintus 12:7-9). Dan rasul Paulus tidak menjadi frustrasi. Sebaliknya, ia berkata, “Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku” (2 Korintus 12:9)  rasul terbesar – 13 Kitab (kl. 50%). Kegagalan ditakuti oleh banyak orang. Biasanya, orang yang mengalami kegagalan pasti merasa kecewa dan menjadi takut untuk memulai sesuatu yang baru. Seorang Kristen yang dewasa tidak akan frustrasi ketika menghadapi kegagalan. Kita menyadari bahwa di dalam kehidupan ini tidak semua berjalan sesuai dengan harapan-harapan kita. Kita mengetahui apa artinya ketika target yang tidak tercapai, cita-cita yang tak terealisir, impian kita menjadi berantakan dan rencana-rencana kita berubah. Setiap orang Kristen yang dewasa harus berani menghadapi kegagalan di dalam hidupnya. Sejarah membuktikan bahwa semua orang yang telah meraih sukses adalah mereka yang pernah gagal. Bila semua orang yang berhasil itu pernah mengalami kegagalan, lalu apa yang menjadikan mereka berhasil? Kuncinya adalah berani menghadapi kegagalan sebagai suatu proses untuk meraih keberhasilan yang lebih besar. Kegagalan tidak berarti Tuhan mengabaikan kita, melainkan berarti Tuhan memiliki sesuatu yang lebih baik. Thomas Alfa Edison (1847 - 1931) adalah salah seorang ilmuwan Amerika dan salah seorang penemu terbesar sepanjang masa. Masa kecilnya sangat suram. Suatu hari, seorang bocah berusia 4 tahun, agak tuli dan bodoh di sekolah, pulang ke rumahnya membawa secarik kertas dari gurunya. ibunya membaca kertas tersebut, ”Tommy, anak ibu, sangat bodoh. kami minta ibu untuk mengeluarkannya dari sekolah”.

31

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

Sang ibu terhenyak membaca surat ini, namun ia segera membuat tekad yang teguh, ”Anak saya Tommy, bukan anak bodoh. Saya sendiri yang akan mendidik dan mengajar dia.” Tommy bertumbuh menjadi Thomas Alva Edison, salah satu penemu terbesar di dunia. Dia hanya bersekolah sekitar 3 bulan, dan secara fisik agak tuli, namun itu semua ternyata bukan penghalang untuk terus maju. Selama karirnya Edison telah mendapatkan hak paten untuk lebih dari 1.000 penemuan. Salah satu penemuannya adalah lampu pijar listrik. Setelah melakukan hampir 1.000 kali eksperimen di laboratoriumnya dan lebih dari satu tahun bekerja secara terus-menerus, Edison akhirnya berhasil mengembangkan serat kawat pijar dari Carbon yang memiliki daya tahan tinggi sehingga menyala secara terus menerus selama lebih dari 40 Jam! Luar biasa!!! Kegagalannya yang hampir 1.000 kali di dalam melakukan eksperimennya itu tidak membuatnya kehilangan tujuannya, yaitu membuat lampu pijar listrik. Sejarah mencatat namanya sebagai penemu lampu listrik. Pecinta makanan cepat saji, pasti mengenal Colonel Harland Sanders. Karena racikan bumbunya, produk Kentucky Fried Chicken (KFC) menjadi dikenal. Tak heran jika dokumen berisi racikan bumbunya, berstatus rahasia negara. Dokumen tersebut berisi resep bumbu campuran yang digunakan untuk menggoreng ayam. Bahan didapat dari bumbu dan rempah-rempah. Perusahaan ini bahkan menyewa kepolisian dan pihak keamanan swasta untuk mengawal dokumen. Bahkan disediakan mobil khusus bersenjata untuk memindahkannya. Dia memulainya di usia 66 tahun. Pensiunan angkatan darat Amerika ini tidak memiliki uang sepeser pun kecuali dari tunjangan sosial hari tuanya sebesar $105, yang semakin menipis. Dia memiliki keahlian dalam memasak dan menawarkan gagasan menjual ayam goreng dengan resep khususnya kepada 1.009 restoran di negaranya. Namun semua restoran itu menolaknya. Akhirnya resepnya dipakai sendiri untuk memasak bagi orang-orang yang bepergian, yang singgah di bengkelnya. Kolonel Sanders belum punya restoran pada saat itu. Ia menyajikan makanannya di ruang makan di bengkel tersebut. Karena semakin banyak orang yang datang ke tempatnya untuk makan, akhirnya ia pindah ke seberang jalan dekat penginapan dan restoran bisa menampung 142 orang. KFC berkembang pesat. Kini, lebih dari satu miliar ayam goreng hasil resep Kolonel ini dinikmati setiap tahunnya, bukan hanya di Amerika Utara, bahkan tersedia hampir di 80 negara di seluruh dunia. Tapi Kolonel Sanders tidak lagi bisa menyaksikannya. Pada 1980, di usia 90 tahun, ia terserang leukemia. Ia

32

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

meninggal seusai melakukan perjalanan 250.000 mil dalam satu tahun kunjungannya ke restoran KFC di seluruh dunia. Sosok Kolonel Sanders, bahkan kini menjadi simbol dari semangat kewirausahaan. Kegigihannya dalam mengembangkan resep menjadi ikon utama dalam pemasaran produk KFC. “Impian meraih sukses tidak harus di masa kecil. Impian bisa juga di saat usia senja.” - Kolonel Sanders, pendiri KFC. Jangan mudah menyerah! Lihatlah dulunya Colonel Sanders ini bukanlah siapasiapa, dan lihatlah apa yang sudah dia hasilkan sekarang ini. Bukankah ini contoh bagaimana kegagalan yang pedih dan memilukan dapat diolah menjadi kemenangan??!!! Kekalahan hanyalah sikap berpikir saja! Jika kita gagal, itulah bukan akhir dari segala sesuatu. Ada dalam Alkitab,”TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya” (Mazmur 37:23-24). Orang baik pun bisa gagal. Ada dalam Alkitab,”Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu” (Mazmur 34:20). Janganlah kegagalan membuat anda putus asa. Ada dalam Alkitab,”Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi” (Yosua 1:9). Anda dapat berhasil di saat berikut. Ada dalam Alkitab,”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13). Hanya orang yang mempunyai keberanian yang sejati, yang mampu menanggung beban dari pengalaman yang seburuk-buruknya yang bisa dialaminya dengan bijaksana. Baginya, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda!!! PENUTUP •

Ukuran hidup kita ditentukan oleh tingkat keberanian kita – ukuran hidup kita berbanding lurus dengan tingkat keberanian kita.



Beranilah Untuk Hidup Agar Hidup Lebih Berarti!!

Inilah cara orang-orang percaya harus hidup. Berani bersikap seperti laki-laki sejati, jangan seperti anak-anak. Bersikaplah sebagai Ksatria! Hiduplah seperti manusia Allah yang berani secara terus-menerus setiap hari.

33

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

Bersama dengan Kristus, tidak ada alasan bagi kita untuk takut. Ketakutan hanya akan merampok, memukul dan melumpuhkan kita ! Amin.

APA YANG KITA LAKUKAN DENGAN NASKAH KHOTBAH? Ada empat pilihan: • • • •

Bawalah ke mimbar Kurangi menjadi satu halaman kerangka khotbah Hafalkan lalu berbicaralah kata-demi-kata Berkhotbahlah dengan persiapan namun tanpa catatan

12. Teknik Menyampaikan Khotbah Sesudah memikirkan signifikansi dan aspek khotbah, sekarang kita akan memikirkan teknik berkhotbah. Khotbah yang terpenting bukan transfer data akademis yang kita dapatkan di sekolah/seminari teologi dan bukan teknik berkhotbah yang bagus, tetapi khotbah yang terpenting adalah khotbah yang memberitakan Firman Allah. Konsep ini benar, tetapi ada tendensi lain di balik konsep ini yaitu tidak mementingkan teknik khotbah. Ada beberapa pengkhotbah yang karena terlalu mementingkan berita di dalam Firman Allah, lalu tidak memperhatikan teknik berkhotbah. Saya menyetujui bahwa teknik berkhotbah itu adalah hal sekunder, namun tidak berarti teknik berkhotbah tidak perlu sama sekali. Teknik khotbah tetap perlu sebagai implikasi signifikansi dan aspek khotbah yang telah kita pelajari di atas. Khotbah yang baik tetap memperhatikan teknik berkhotbah. Apa arti teknik berkhotbah? Teknik berkhotbah berarti cara yang digunakan oleh si pengkhotbah di dalam menyampaikan khotbah. Cara yang dipakai si pengkhotbah ini beraneka ragam, ada yang terlalu akademis, di sisi lain ada yang tidak karuan. Supaya kita tidak terjebak ke dalam kedua ekstrim ini, kita perlu memperhatikan keterampilan sebagai berikut. 

Keterampilan Berbicara Keterampilan ini merupakan hal yang mutlak diperlukan oleh seorang pengkhotbah. Jika seorang ingin belajar berkhotbah, maka ia tidak boleh putus asa dalam meningkatkan keterampilan berbicara. Keterampilan dapat diperoleh dengan memintanya kepada Tuhan, kemudian melatih diri (ora et labora). Tatkala Musa dipanggil oleh Allah, ia berkata, “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hambaMu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah. Tetapi Tuhan berfirman kepadanya: Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat 34

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni Tuhan? (Keluaran 4:10-11). Tuhan memanggil orang untuk memberitakan Firman-Nya dan karena itu sebagai konsekuensinya, Ia pun akan memperlengkapi orang tersebut. Allah dapat memberikan karunia khusus untuk berbicara, namun dalam banyak hal, Ia juga senang jika manusia mempersembahkan yang terbaik bagi Allah dengan melatih diri untuk memperoleh keterampilan berbicara dan Ia memberkati dan memperlengkapinya. Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pengkhotbah meliputi segi-segi teknik yang harus dikuasai oleh seorang pengkhotbah, sehingga dapat menghasilkan bunyi atau suara yang baik. Ingatlah prinsip ini: “Setiap orang bisa berbicara tetapi seorang pengkhotbah harus berbicara lebih baik dan lebih indah”. Segi-segi tersebut menyangkut: 

Volume suara. Volume suara harus wajar. Volume suara yang terlalu kecil atau lemah menyatakan rasa malu atau takut. Volume suara yang terlalu keras menyatakan rasa tegang, gugup dan gelisah. Karena itu setiap kali mulai berbicara, adalah penting untuk mendengar suara sendiri, apakah suaranya cukup, perlu dipertahankan atau ditingkatkan atau direndahkan sesuai kebutuhan disertai kontrol terus-menerus agar tetap stabil.



Sifat suara. Setiap orang mempunyai sifat suara/warna suara yang khas. Jadi tidak perlu menirukan orang lain.



Irama suara. Irama suara harus bervariasi agar lebih enak didengar, lebih mudah dipahami dan tidak membosankan. Irama suara meliputi: kapan harus bicara keras dan kapan harus bicara pelan, kapan dengan kalimat panjang dan kapan dengan kalimat pendek, kapan cepat dan kapan lambat, kapan turun dan kapan naik, kapan harus diam sejenak dan kapan dipenggal, dan sebagainya.



Panjang pendeknya kalimat. Panjang pendeknya kalimat harus melihat kebutuhan. Hal ini berkaitan dengan tempo bicara. Bagi orang yang cenderung bicara lambat, lebih baik menggunakan kalimat yang pendek, singkat dan ekspresif sehingga bicara terasa lebih cepat. Bagi orang yang cenderung bicara cepat, sebaiknya menggunakan kalimat yang panjang sehingga pendengar dapat mengikuti dengan baik dan memahami maksud kalimat tersebut.



Diam sejenak dan pemenggalan kalimat . Diam sejenak adalah perhentian sejenak (jeda) yang menjembatani peralihan dari tahap yang satu ke tahap yang lain. Diam sejenak dan pemenggalan kalimat yang benar, penting sekali untuk menekankan gagasan-gagasan yang perlu.

35

Homiletika (Declaring The Kingdom) 

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

Keterampilan Olah Vokal Pengaturan pernafasan dalam berbicara sangat penting. Oleh karena itu perlu latihan pernafasan agar mampu bernafas lebih panjang dan kemudian mampu berbicara dengan lebih baik.



Keterampilan Olah Tubuh Untuk memperoleh sikap tubuh yang baik dalam penampilan tidaklah mudah. Keseluruhan sikap tubuh seperti: tatapan mata, ekspresi wajah dan gerakangerakan tubuh yang lain merupakan suatu bahasa tanpa kata. Oleh sebab itu, apabila setiap gerakan digabungkan dengan kata-kata secara keseluruhan akan sangat bermanfaat bagi para pendengar. Namun demikian harus sesuai dengan berita yang dibawakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan: 1. Pandangan Mata Pandanglah semua orang secara seimbang, sehingga interaksi berjalan dengan hangat dan baik. Hindarilah tatapan liar, tatapan yang hanya terfokus pada satu arah, tatapan ke atas, atau muka menunduk. Pandanglah semua orang secara merata. Apabila ada orang terlihat, atau sedang berjalan di luar jendela, jangan sekali-sekali kita meliriknya, karena akan mengganggu konsentrasi, baik bagi pengkhotbah maupun bagi pendengar. 2. Ekspresi Wajah Ekspresi wajah (mimik) sangat dibutuhkan untuk membahasakan maksud dari kata-kata khotbah yang disampaikan. Jika ingin membawa suasana sukacita, bersukacitalah. Sebaliknya jika ingin menunjukkan kesedihan tunjukkanlah muka yang sedih atau prihatin. Misalnya, percuma jika jemaat diajak bersukacita padahal muka pengkhotbah sedang cemberut. Hindarilah mimik yang tegang dan dingin, tetapi jangan mengobral tawa dan sebagainya yang bisa menimbulkan kesan murahan (Bandingkan dengan 2 Timotius 1:7). Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.

36

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

13. Perlunya Berlatih Berkhotbah Mengapa kita perlu berlatih berkhotbah? Latihan membuat kita: A. Mengetahui khotbah dengan baik B. Mengkomunikasikan khotbah dengan baik C. Menyeleksi materi untuk menjaga waktu kita 14. Bagaimana Kita Berlatih Berkhotbah RABU Naskah Khotbah selesai

KAMIS Bacakan 2 kali dengan suara keras

JUM’AT Khotbah dengan melihat sekejap

4 hari sebelumnya

3 hari sebelumnya

2 hari sebelumnya

SABTU Khotbah tanpa melihat teks atau melihat Kerangka khotbah 1 hari sebelumnya

MINGGU Khotbah 1-3 kali atau lebih

Siap Tampil

Rangkuman:  Hanya ada satu cara untuk menggabungkan ketepatan bahasa dengan kecepatan penyampaian, yaitu dengan menuliskan khotbah kita dalam studi kita, tetapi hindari untuk membacanya di atas mimbar.  Proses keseluruhan dari persiapan khotbah, dari awal hingga akhir, secara mengagumkan dirangkum oleh pengkhotbah Amerika berkulit hitam yang mengatakan, ‘Pertama, saya membaca seluruhnya, kemudian saya berpikir dengan jelas, lalu saya berdoa dengan bersemangat, akhirnya saya berkhotbah’. 15. Beberapa Hal Bagi Pengkhotbah Untuk Meningkatkan Khotbahnya 1. Banyak membaca/mendengarkan khotbah-khotbah dari para pengkhotbah terkenal (bila berbesar hati, juga dari berbagai aliran). Semua ini akan memperkaya metode khotbah kita. 2. Memperhatikan cara-cara mereka menyelidiki, menyampaikan, struktur, bahasa dan lain-lain. Setelah itu evaluasilah; perhatikan kelebihan dan kekurangan mereka. 3. Banyak membaca dan mendengar riwayat orang-orang terkenal, bagaimana cara mereka meningkatkan kemampuan mereka dan sikap mereka ketika berkhotbah dan setelah berkhotbah. 37

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

4. Banyak membaca buku Psikologi Kristen dan Psikologi pada umumnya yang dipandang dari sudut iman Kristen. Hal ini akan menolong untuk mengetahui pergumulan manusia dan karakter serta kebutuhan manusia. Pengetahuan ini akan menolong pengkhotbah untuk dapat berkhotbah yang menjawab kebutuhan pendengar. 5. Mintalah seorang teman untuk memberitahukan kelemahan kita. Tidak ada orang yang sempurna karena itu evaluasi sangatlah penting peranannya. 6. Bersyukurlah karena di dalam Alkitab banyak sekali ajaran dan contoh kebenaran. Oleh karena itu, mintalah pada Tuhan untuk mempunyai hati yang tidak cepat puas setelah menyelesaikan satu penggalian/khotbah yang baik (Keluaran 4:1011). 7. Catatlah peristiwa-peristiwa yang menarik dan mengesankan, apakah itu peristiwa yang lucu atau yang menyedihkan atau yang mendatangkan semangat. Catatlah kata-kata yang menarik yang mungkin kita temukan. Semua catatan ini akan sangat membantu kita dalam mempersiapkan khotbah. 8. Harus diingat, berkhotbah adalah pelayanan yang Tuhan berikan kepada seorang hamba Tuhan (pengkhotbah) sepanjang umur, sehingga harus memacu diri untuk selalu meningkatkan mutu khotbah (Inovatif).

38

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

16. EVALUASI PRAKTEK KHOTBAH

Nama Mahasiswa Program Nats Tema Khotbah

: : S-1 Teologi/S-1 PAK/S-2 Teologi/Pendengar : :

Kriteria Penilaian No Unsur-unsur Khotbah 1. Pendahuluan 2. Isi Khotbah a. Tafsir b. Penerapan c. Illustrasi ( bila ada ) d. Pembuktian Gagasan Pokok e. Wawasan Khotbah 3. Kesimpulan 4. Sistimatika 5. Bahasa 6. Penampilan/Penyajian a. Sikap b. Suara c. Ekspresi NILAI AKHIR

Nilai

Prosentasi Nilai Rata-rata : Prosentasi = 70 % x =

Nilai Rata-rata : Prosentasi = 30 % x = + =

Catatan : [1] Penilaian setiap bagian ditulis dengan angka dari 30 - 100. [2] Nilai Akhir adalah jumlah nilai dari point 1 - 5 yang diambil 70% dan point 6 yang diambil 30%. [3] Penilai dapat memberikan komentar untuk penilaiannya di balik lembaran ini.

Denpasar, ........................................... Penilai,

( ………………………………………. )

39

Homiletika (Declaring The Kingdom)

2019

Stefanus Suheru, M.Si.Teol.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abineno, J.L. Ch. Pemberitaan Firman Pada Hari-hari Raya Gerejani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985. 2. -----, Jemaat, Ujud, Peraturan, Susunan. Pelayanan dan Pelayan-pelayannya. Jakarta: BPK Gunung Mulia,1981. 3. Andreas. Sabda dalam Kata. Bandung. Yayasan Kalam Hidup, 2000. 4. Anggraito, Noor. Menyiapkan Khotbah Ekspositori Secara Praktis. Yogyakarta: Yayasan Andi, 2001. 5. Braga, James. Cara Mempersiapkan Khotbah, Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1996. 6. de Jong, S. Khotbah, Persiapan, Isi dan Bentuk. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989. 7. Evans, William. Cara mempersiapkan Khotbah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998. 8. Ginting, E. P. Khotbah dan Pengkhotbah Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998. 9. Gollwitzer, Helmut. Khotbah Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003. 10. Gulleson, J. Bagaimana Berkhotbah. Surabaya: Yakin, 2004. 11. Kinlaw, F. Dennis. Berkhotbah Dalam Roh. Malang: Gandum Mas, 1997. 12. Koller, W. Charles. Khotbah Ekspositori Tanpa Catatan. Bandung: Kalam Hidup, 1997. 13. Lane, D. J.V. Beritakanlah Firman. Jakarta: Bina Kasih, 1981. 14. Lee, D.W. Khotbah Ekspositori Yang Membangunkan Pendengar. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2002. 15. Pouw, P.H. Homiletika. Bandung:Yayasan Kalam Hidup , 1994. 16. Robinson, Haddon. Cara Berkhotbah Yang Baik. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Andi 2002. 17. Rothlisberger, H. Homiletika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997. 18. Sutanto, Hasan. Homiletik: Prinsip dan Metode Berkhotbah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.

40

Related Documents


More Documents from "HarryKaneLop"