Diktat Penanaman Jemaat.docx

  • Uploaded by: Duta shinta
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Diktat Penanaman Jemaat.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,891
  • Pages: 26
Loading documents preview...
1

1 Apa yang Dimaksud Dengan Jemaat? Dalam perjanjian lama ada dua istilah yang menunjukkan jemaat yaitu “Qahal” dan “Edah”. Istilah Qahal berarti “jemaah” dan “Edah” berarti “bertemu atau datang berkumpul bersama-sama ditempat yang telah ditunjukkan”. Oleh sebab itu, bilamana istilah “Qahal” dan “Edah” dipergunakan dalam perjanjian Lama, maka hal itu berarti menunjukkan pada jemaah Israel yang sedang berkumpul. Dalam perjanjian lama, bangsa Israel juga disebut “Qahal Jahweh” yang berarti “umat atau jemaat Tuhan”. Karena mereka dipanggil keluar dari antara bangsa-bangsa kafir untuk menjadi suatu bangsa yang suci. Istilah “Qahal Jahweh” diambil alih oleh jemaat perjanjian Baru dan menyebutkan dirinya “Ekklesia Tou Theon”, yang berarti “Jemaat atau umat Allah”. Karena itu, di dalam perjanjian baru istilah “Ekklesia” pada umumnya menunjukkan kepada gereja atau jemaat perjanjian baru, walaupun dalam beberapa tempat istilah itu menunjukkan pada perhimpunan umum. Dengan demikian penanaman jemaat ialah suatu proses membentuk suatu komunitas yang terpisah dari kekafiran dan beribadah kepada Allah. Persekutuan gereja perjanjian baru yang didemonstrasikan pada hari pentakosta (Kis. 2:42-47), dimana mereka belajar Firman, bersekutu, menyembah dan melayani serta mengalami banyak tanda-tanda dan mujizat yang menyebabkan komunitas di sekitar mereka menjadi takut kepada Allah. Persekutuan gereja perjanjian baru menampakkan kekuatan sentrifugal (yang bergerak keluar) yang berlandaskan kasih kepada dunia, yang oleh keberadaannya ia menajdi pembawa berkat bagi masyarakat banyak (sentrifugal). Dengan mengasihi, terciptalah kehidupan gereja yang misioner (I Tesalonika 1:2-10; Kis. 2:16-17). Kehidupan gereja yang misioner ini membawa pertumbuhan yang merupakan reproduksi kualitas, kuantitas, dan fungsional dari kehidupan gereja. Kehidupan gereja yang misioner menyebabkan ia berkembang menjadi komunitas syalom yang membawa berkat yang bertumbuh pada konteks dimana ia berada, yang di dalamnya ada dinamika sentripetal yang menarik orang datang kepada Allah (Kis. 2:47). Kekristenan pada abad mula-mula memiliki perkembangan yang sangat pesat. Mengapa banyak orang masuk kristen, terutama pada abad-abad atau tahun-tahun pertama tarikh masehi? Jawaban terhadap pertanyaan ini tidaklah mudah. Mula-mula kehidupan persekutuan kristen itu lebih bersifat pribadi, dari rumah tangga yang satu ke rumah tangga yang lain, tidak resmi, dan bergerak secara diam-diam. Upacara-upacaranya pun banyak menimbulkan pertanyaan, karena banyak memberikan kesan rahasia. Para pemeluknya pun

2

kebanyakan orang-orang dari kelas bawah. Tetapi mengapa banyak orang masuk Kristen? Salah satu daya tarik kekristenan waktu itu sebagaiamana disaksikan oleh Tertulianus, adalah

bahwa

orang-orang

kristen

itu

benar-benar

saling

mengasihi;

mereka

memberlakukan kasih satu terhadap yang lain, terlebih terhadap orang-orang miskin, rendah dan hina. Dengan kekuatan kasih itu mereka berhasil memberlakukan kesamaan derajat antara sesama manusia. Pembangunan jemaat dalam perjanjian baru dipusatkan pada empat aktivitas utama, yaitu ketekunan dalam pengajaran para rasul-rasul, persekutuan, pemecahan roti, dan doa (Kis.2:42). Gambaran dari persekutuan mula-mula itu menjelaskan bahwa studi (ketekunan dalam pengajaran para rasul-rasul) merupakan unsur penting dalam pembangunan jemaat. Dalam suasana ini, studi juga mencakup dialog. Perhatian diberikan pada permasalahan-permasalahan utama dalam kehidupan masyarakat, dan diskusi dalam jemaat menjadi faktor penting dalam pembangunan identitas bersama dan pribadi. Persekutuan melibatkan interaksi. Kata Yunani Koinonia, yang digunakan dalam naskah kisah para rasul 2:42, mencakup pembangunan hubungan yang akrab atau mesra. Persekutuan merupakan tanda solidaritas, yaitu partisipasi dan saling berbagi dengan orang lain. Karena itu, jemaat bisa jadi sumber daya utama untuk suatu relasi yang penuh perhatian dan pemeliharaan.

2 Mengapa Perlu Penanaman Jemaat ?

1. Penanaman Gereja itu Alkitabiah Penanaman gereja merupakan cara perjanjian Baru dalam memperluas pekabaran Injil. Telusuri jejak ekspansi gereja melalui Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai seluruh bumi maka anda akan melihat bahwa para penanam gereja mempeloporinya. Amanat agung Yesus Kristus dengan jelas mengatakan bahwa kita harus pergi keseluruh dunia menjadikan segala bangsa murid-Nya, membaptis, serta mengajar mereka. Dalam arah mengajar inilah diperlukan wadah atau lembaga supaya jemaat dapat memahami kebenaran Allah melalui kitab suci yang tentunya akan diajar oleh hamba-hamba Tuhan yang meayani dalam penanaman jemaat. 2. Penanaman gereja berarti mempertahankan kelangsungan Denominasi. Walaupun beberapa orang mungkin tidak menganggap kelangsungan institusi sebagai motif yang pantas, jauh di dalam lubuk hati pemimpin-pemimpin gereja gereja

3

memilikinya. Sebagian besar dari kita merasa sudah sepantasnya bila denominasi kita menekankan untuk menyumbangkan sesuatu yang penting bagi keseluruhan tubuh Kristus secara universal. Namun bila kecepatan penurunan yang terjadi dewasa ini di banyak denominasi terus berlanjut sampai 25 sampai 30 tahun mendatang, dikuatkan dengan peningkatan nyata dalam profil usia keanggotaan saat ini, maka masa depan setidaknya akan suram. Salah satu unsur penting yang mutlak untuk menembalikan penurunan ini adalah menanam gereja-gereja baru dengan penuh semangat. 3. Penanaman gereja mengembangkan kepemimpinan Baru. Banyak studi telah mengkonfirmasikan fakta bahwa variabel institusi yang paling penting untuk pertumbuhan dan ekspansi gereja lokal adalah kepemimpinan. Dalam suatu gereja lokal, tidak ada individu yang lebih penting bagi pertumbuhan selain gembala senior, tetapi gembala-gembala senior yang efektif juga melihat pentingnya pemimpinpemimpin awam ikut mengambil tanggung jawab dalam posisi-posisi pelayanan di Gereja. Dengan adanya perintisan gereja baru, membuat kepemimpinan semakin baik dan akan muncul banyak pemimpin-pemimpin baru. 4. Penanaman Gereja menstimulasi Gereja-gereja yang sudah ada. Beberapa orang enggan memulai gereja-gereja baru karena takut merugikan gerejagereja yang saat ini telah ada di daerah sasaran komunitas. Mereka berpikir bahwa dengan melakukannya, dapat menimbulkan kompetisi yang tidak diharapkan di antara saudarasaudara seiman dalam Kristus. Justru dengan keberadaan gereja yang baru akan membuat gereja yang sudah ada mengembangkan diri, tentu saja bukan untuk persaingan tetapi untuk memberdayakan kemampuan yang ada. 5. Penanaman gereja itu Efisien Tidak ada cara yang lebih praktis atau lebih berharga untuk membawa orang-orang yang belum percaya kepada Kristus dalam suatu area geografis tertentu selain menanam gereja-gereja baru. Ini berlaku untuk “daerah baru” dan juga untuk “daerah lama”. Dengan munculnya gereja anak atau gereja baru, akan membuat kekristenan semakin tersebar, dengan demikian semakin banyak orang yang mendengarkan Injil dan beroleh keselamatan. Tentu saja pendirian jemaat baru ini membuat lebih banyak jiwa terjangkau dan jiwa baru dapat terlayani dengan baik.

4

3 Mengenal Dunia Dimana Gereja Serta Jemaat Berada

1. Abad Permulaan (100-300) Kekaisaran Romawi & Persia

Komunitas Yahudi

Politheisme

Monotheisme

Orang Yunani

Zoroaster

Barbar Skit

Budak

Orang Merdeka

Budaya Helenis

Penganiayaan

Penganiayaan

Nero

Decius, dll

Diocletianus

Katakombe

Katakombe

5

Proselitisme

Sinkretisme

Bidat Bidat

2. Abad Pertengahan (300-1200) Kristenisasi, Akomodasi, Adaptasi.

Medieval Church/Medieval Mission Kekaisaran Romawi Kaisar Konstantin Gereja + Negara/Politik

Jaman Filsafat Stoa

Plato Neo-Platonisme

Bidat-Bidat Gnostik

Arius

Monofisit

Montanisme Nestorius

Docetisme

Pelagius

Manikaisme

Askese

6

Islam Lahir (600)

Perang Salib (I-V)

Konsili Nicea Inggris

Bohemia

Polandia Rusia

Konsili Chalcedon Hungaria

Skandinavia

Bulgaria

China-Beiji

3. Abad Reformasi (1300-1600) Kristenisasi, Church Renewal, Pempribumian.

Gereja Reformasi/Reform/Protestant Mission Gereja Katolik

Jaman Rasionalisme Spinoza

Leibniz

Protestan

Jaman Rasionalisme Blaise

Pascal

John Locke

Katolik

Berkeley

7

Martin Luther Calivinis

Asia Timur

S. Melayu

Anabaptis

Pietisme

Maluku

Jepang

Puritanisme

Amerika Selatan

4. Abad Paska Moderen (1900-2000) Pendekatan Kontekstualisasi, Sinkretisme, Etika Global Post Modern Church/Mission

Perang Dunia I & II:

8

Pluralisme Agama2

Revolusi Kebudayaan Ending Colonialism Diktatorisme

Ledakan Penduduk

Tekhnologi Informasi

Kemiskinan

Sakit Penyakit

Krisis Krisis Terrorisme

Urbanisasi

Moral

Massa

Perang Suku Generasi Muda

Globalisasi

Paranormal

Krisis Timur Tengah Narkoba

Sinkretisme

Bencana Alam

Pentakosta

Karismatik

Revivalism

Pengungsi

Supremasi Barat

Neo Orthodoks Pluralisme

Amerikanisasi

Etika Global

9

5. Kondisi Dunia Abad 21 Megatrend 2000 Konteks perubahan dunia masa kini secara global: Globalisasi seringkali dilihat hanya dalam kategori kecil dunia politik dan ekonomi, tapi sebenarnya lebih dari itu. Disini kita melihat ada dua hal dalam konteks: Globalisasi; dan Perubahan dunia. Perubahan dunia mengakibatkan perubahan dalam pendekatan misi. Konteks Globalisasi dan Perubahan Perubahan: 1. Abad ini adalah abad informasi. Terjadi perubahan sebelumnya dari masyarakat agriculture ke industri dan ke masyarakat informasi, yang tidak siap ketinggalan. 2. Tekhnologi komputerisasi, komunikasi dan transportasi yang luar biasa. Jarak tidak menjadi halangan bagi pasar business. Kapitalisme pindah ke dunia business. 3. Kejayaan pindah dari negara-negara OPEC pada 1970an ke Pacific Rim pada 1980an dan ke negara-negara yang ditemui ladang minyak Pasar modalpun menurun di Asia pada 1996/97 dan ke negara-negara yang bangkit ekonominya seperti China. 4. Negara-negara barat berjuang untuk New World Order. 5. Bangkitnya sekularisasi diikuti oleh bangkitnya agama-agama (Islam, Kristen, Hindu, Islam) dan juga kepercayaan-kepercayaan mistik dan para normal khususnya New Age di Amerika.

Agama-agama mulai hidup berdampingan

bahkan bercampur (sinkretisme, katolik abad ke 20). 6. Ledakan penduduk dunia: 6,232 miliar (2000); 8,312 miliar (2025), dimana 4,939 ada di Asia, 706 juta di Amerika Latin, 375 Juta di Amerika Utara, 39 juta di Oceania. 20% penduduk dunia ada di China, 50 juta Chinese diluar, 150 ribu di Amerika. 10 miliar orang akan membutuhkan Injil lintas budaya. Pada tahun 2000 jumlah orang miskin yang terbesar ada di dunia ketiga yakni 2/3 dari penduduk dunia. 200 juta orang diantaranya adalah orang miskin. 7. Gap antara kaya dan miskin, Jepang menguasai 20% income dunia. 8. Perang dingin berlalu (runtuhnya komunis) diganti dengan perang ethnic, ada 47 juta jiwa yang menjadi pengungsi.

10

9. Amoralisme bangkit: pornography melalui internet dan CD, narkoba,dll. 10. Abad ini melibatkan peran generasi muda, selamat tinggal generasi tua, isu-isu ABG, dll. 11. Amerika Serikat berusaha menjadi negara superpower tunggal. 12. Perpindahan kekayaan dari OPEC 1970an, ke Pacific 1980an, dan ke Guinea 96/97 karena penemuan ladang minyak. Dan kini setelah jatuhnya Irak ke tangan Amerika, maka business dunia perminyakan akan berubah. 13. Dunia ketiga menjadi Urban, konflik dan perpecahan/perpisahan suku akan meningkat, plurarisme di kota-kota meningkat. 14. Gelombang immigrasi yang mengakibatkan terciptanya masyarakat yang pluralis dan pertikaian antar sipil karena agama. 15. Runtuhnya sosialisme telah meninggalkan pasar-pasar kapitalismenya, tapi di Barat telah dibentuk gabungan mata uang (Euro), NAFTA, Asia Timur, China, dan dunia Islam, sehingga pertumbuhan ekonomi lebih daripada politik. 16. Jatuhnya komunisme melahirkan: 1) Tridharma di China, Mongolia, Cambodia, dan Vietnam, bahkan di Amerika, 2) animisme dalam kehidupan bekas negaranegara Soviet Union, 3). US superpower tunggal 4) Perang dingin diganti dengan perang suku, 47 juta manusia menjadi pengungsi 5) keinginan mencari paranormal, dan membawa ajaran2 spiritisme lainnya. 17. Perubahan-perubahan demografi, technologi, ekonomi, politik dan sosial menuntun bangsa-bangsa kepada ketidakpastian, informasi yang berlebihan, menimbulkan keraguan untuk membuat komitmen jangka panjang dan perencanaan. 18. Perubahan kultural secara global karena dampak budaya barat seperti: makanan (Fast Food), mode pakaian, acara televisi, radio, bahasa Inggris menjadi menjadi kegemaran utama di dunia ketiga, musik dan hiburan, penerbitan buku-buku terjemahan, kultur kaum muda, kasus Islam, budaya berhak asasi manusia. 19. Dunia ketiga memasuki era globalisasi ekonomi bisnis/perdagangan. Pada tahun 1990an disebutkan oleh Naisbitt bahwa ada empat macan ekonomi, dan negaranegara Asia memasuki era keberhasilan dalam ekonomi, namun memasuki abad ke 21 justru telah terjadi kehancuran ekonomi di Asia, kecuali Jepang, China dan Singapore. 20. Kepemimpinan wanita menonjol dan dimulai di dunia ketiga.

11

21. Terrorisme international yang diwakili oleh kelompok Osama Bin Laden, peristiwa WTC, perang Amerika terhadap Afganistan dan Irak yang telah menimbulkan gejolak dan gelombang reaksi dari dunia Islam dan Barat. Krisis terrorisme mempengaruhi politik, ekonomi, budaya, dan agama di dunia ketiga dan barat. Ada pula usaha Eropa mewujudkan sekutu sendiri kecuali Inggris sebagai reaksi ketidaksetujuan terhadap serangan Amerika terhadap Irak. 22. Munculnya penyakit SARS yang diperkirakan dimulai dari China dan merebak hingga ke seluruh dunia dan memakan korban. SARS mempengaruhi sosial, politik, ekonomi, dan agama di dunia. Apabila dilihat dari perubahan-perubahan ini, dunia makin menuju kepada kondisi yang kritis. Adanya banyak perubahan paradigma politik dan ekonomi di dunia ini. Kejadian-kejadian dunia di abad 21 ini memang telah gagal diramalkan oleh pakarpakar politik, ekonomi, dan keamanan.

6. Konteks Perubahan Misi Dan Kekristenan: 1. Lokasi-lokasi pusat Kristen pindah dari Europa ke Barat/Amerika 1970an, kemudian pindah ke Asia dan Afrika. Pada tahun 2000, 2/3 (dua per-tiga) orang kristen ada di Asia. 2. Mundurnya gereja-gereja protestant pusat di Eropa, bangkitnya karismatik, pentakosta, dan kaum injili. 3. Badan misi muncul di Asia (Korea, Filipina, Jepang), Brazil (ada 5000 missionaris diutus), dan Afrika. 4. Mundurnya tekanan model misi tradisionil ke model misi yang baru yakni fokus pada konteks lokal. Model misi dialog menjadi kedaluarsa. 5. Melimpahnya ahli-ahli misi di seminari-seminari Injili sedangkan seminari protestan menemukan kesulitan untuk mencari professor-professor misi. 6. Missionari-missionari sulit masuk ke negara-negara tertentu. Tapi justru dari Hongkong masuk ke China.

7.

Kondisi Sosial, Politik, Ekonomi, Spiritual Dan Kultural di Dunia Ketiga Sejarah perkembangan dunia atau jaman telah diwarnai berbagai perubahanperubahan dan mengkategorikan negara-negara dunia ini dalam tingkat-tingkat

12

kemajuannya. Negara-negara barat contohnya, sejak dahulu karena kemajuannya, telah menempatkan mereka sebagai bangsa yang lebih unggul dan mengangkat jati diri mereka atas bangsa-bangsa lain. Kondisi ini telah melahirkan jaman imperialisme, kolonialisme, kapitalisme pada jaman pencerahan. Setelah kemerdekaan terjadi neo-kolonialisme terhadap negara-negara kecil yang baru mengecap kemerdekaannya ataupun terhadap negara yang sedang. Pada masa kini, negara-negara kecil atau negara yang sedang berkembang tidak lepas juga dari julukan yang diberikan negara-negara barat sebagai “third world country,” negara dunia ketiga, yakni Asia (kecuali Jepang), Afrika, dan Amerika Latin. Kata “African” (Afrikan, orang Afrika), juga bukan istilah yang berasal dari orang-orang Afrika, tapi merupakan julukan dari barat untuk bangsa-bangsa yang berwarna kulit seperti: black atau hitam, negritos atau bangsa budak, white atau putih, Yellow, atau kuning, dll. Julukan ini merupakan suatu usaha membandingkan orang-orang barat dengan dunia ketiga yang berada pada garis tingkat sosial yang rendah. Kalau dilihat dari istilah “third world country”, maka Indonesia adalah bagian darinya, menurut kacamata barat. Gereja-gereja hadir di tengah-tengah dunia ketiga dikelilingi situasi dan kondisi yang begitu kompleks. Gereja perlu melihat konteksnya secara jelas dari kaca mata budaya dunia ketiga, bukan dari kacamata barat untuk melihat dengan jelas kebutuhan-kebutuhan dan mendengar jeritan-jeritannya. Kondisi yang sangat minim ini merupakan suatu kenyataan yang sedang terjadi di dunia ketiga secara umum dan banyak persoalan dan gejolak serta sistim pemerintahan yang sangat menyedihkan. Konteks dunia ketiga dapat dilihat sebagai berikut:

8.

Pergolakan Sosial 1. Pergolakan ini nampak dalam gejolak kemiskinan, perjuangan hidup dan mati dari masyarakat miskin yang diikuti oleh perjuangan untuk mendapat keadilan, usaha untuk menemukan identitas diri yang selama ini penuh dengan tekanan dalam sejarah bangsa. 2. Pengalaman-pengalaman kolonialisme di masa lalu dan neo-kolonialisme dimasa kini serta tantangan modernitas dunia global yang tidak kunjung untuk diantisipasi. 3. Kenyataan dari situasi politik yang tidak menentu, perjuangan untuk ideologi yang tepat, gerakan-gerakan masa, politik dan sosial masyarakat mewarnai kehidupan dunia ketiga tanpa henti-hentinya.

13

9. Perbedaan Kompleks Masyarakat Dunia Ketiga 1. Adanya “Sosio-Ekonomic Diversity”, sosial ekonomi yang pluralis. Perbedaan ekonomi dalam masyarakat dunia ketiga nampak begitu besar bagai jurang yang tak terseberangi. Antara Bangladesh dan Jepang, antara Afrika dan Amerika, antara Amerika Latin, dan antara Eropa Timur dan Eropa Barat. Dan bahkan perbedaan tingkat ekonomi dalam lingkungan lokal di dunia ketiga tak kalah persaingannya. Jurang dari golongan kaya dan miskin begitu lebar yang dikarenakan monopoli usaha oleh kaum elite. 2. Adanya “Cultural Diversity”, budaya yang pluralis. Kemiskinan di dunia-dunia ketiga juga diimbangi oleh kekayaan budaya yang luar biasa dan tidak dimiliki oleh negara-negara yang sudah maju. Inilah kekayaan satu-satunya yang memperindah dunia ketiga di mata dunia-dunia barat. Kretifitas budaya memperlihatkan kepada bangsa-bangsa kreatifitas dan kemuliaan Allah. Keindahan perbedaan inilah yang justru mempersatukan negara-negara ketiga walaupun memiliki potensi untuk menuju kepada disintegrasi bangsa. Namun disintegrasi ini bukan berasal dari kemajemukan budaya, tetapi berasal dari krisis politik dan individu-individu pemecah bangsa. 3. Adanya “Political Diversity”, politik yang pluralis. Ada suatu perbedaan dalam kehidupan politik antara dunia ketiga dengan negaranegara yang sudah berkembang dan moderen. Di dunia ketiga kehidupan politik selalu diwarnai oleh kekuatan elite yang mendominasi pemerintahan sehingga terjadilah diktatorisme yang tidak memhiraukan demokrasi dan hak-hak asasi manusia. Hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dan akhirnya membangkitkan kekuatan dari lapisan bawah (people movement) seperti yang terjadi di Filipina, Indonesia, dan negara-negara dunia ketiga lainnya untuk menuntut reformasi dan bahkan revolusi. Negara-negara Timur juga diwarnai oleh politik sosialisme dan komunisme yang kuat sehingga membuat kebudayaan lokal statis dan tertekan. 4. Adanya “Religious Diversity”, agama-agama yang pluralis. Asia merupakan tuan rumah dari agama-agama besar seperti: Hindu, Buddha, Islam, Judaisme, dan Kristen, juga termasuk Kong fu Tse, Shintoisme, dan Taoisme

14

serta kemajemukan dari kepercayaan animisme. Pengikut Hindu dan Buddha yang terbanyak terdapat di Bangladesh, India, Sri Langka, Bhutan, Nepal, Afganistan, dan Pakistan, Sedangkan Kon Fu Tse, Shinto dan Taoisme ada di China, Hongkong, Jepang, Korea, Mongol, dan Macau. Kristen dan Islam banyak terdapat di Malaysia, Indonesia, Filipina, Singapore.

Dan terakhir Kristen, Islam dan

Judaisme mendominasi Cyprus, Iraq, Kuwait, Lebanon, Oman, Qatar, Arabia, Syria, Turki, dan Yemen.

10. Penderitaan di Asia 1. Lebih dari 85 persen penduduk Asia menderita karena kemiskinan dan tekanan. Jurang pemisah antara kaya dan miskin bukanlah berkurang melainkan bertambahtambah. 2. Jepang juga merupakan sumber dari penderitaan untuk negara lain sebelum perang dunuia II (kolonialis), dan mengalami penderitaan itu sendiri setelah perang dunia II (hancurnya Nagasaki dan Hirosima). 3. Korea (Utara dan Selatan), Laos, Vietnam, Kamboja, juga mengalami nasib penderitaan yang sama karrena peperangan.

11. Gerakan Gerakan Masa 1. Gerakan-Gerakan keagamaan acap kali mewarnai pergerakan masa seperti dari kelompok-kelompok Islam, Buddha, dan Hindu yang disertai peperangan antar kelompok beragama. 2. Gerakan-gerakan masa yang menuntut kemerdekaan dan nasionalisme. Hal ini terjadi karena masyarakat yang tertindas sudah tidak kuat lagi menahan penderitaannya dan ada dukungan yang kuat dari mereka untuk menuntut kemerdekaan berdasarkan hak-hak sebagai warga negara.] 3. Gerakan-gerakan untuk kepentingan keadilan sosial, perubahan nasib, dan kebebasan sipil. 4. Gerakan-gereakan karena keprihatinan akan kedamaian, pembangunan, dan isu-isu hak asasi manusia. 5. Gerakan-gerakan terjadi dalam kolompok-kelompok suku yang mengakibatkan peperangan antar suku (Ethnic War).

15

12. Kehidupan Moral di Asia Orang-orang di dunia ketiga pada umumnya di kenal sebagai masyarakat yang tidak individualistis jika dibandingkan dengan negara-negara barat. Dilihat dari segi moralpun masyarakat di Asia juga disebut sebagai orang-orang yang ramah dan tidak kenal basa basi. Di sisi lain kehidupan moral juga dipengaruhi adanya pergumulan monopoli kekuasaan di tangan penguasa ke arah demokrasi rakkyat. Dan di tengah-tengah proses demokrasi inilah maka kehidupan moral masyarakat Asia mulai terangkat dan mendapat respons yang positif karena demokrasi akan memperjuangkan moral yang bobrok yang pernah dilakoni oleh banyak penguasa seperti lazimnya disebut Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Negara-negara dunia ketiga seringkali menghadapi badai ekonomi yang berat karena jalan keluar dari pemulihan ekonomi terhalang oleh kasus KKN tersebut.

4 Sembilan Pokok Dasar Bagi Keberhasilan Perintisan Gereja Donald A. McGavran dalam bukunya yang berjudul "Understanding Church Growth" (Memahami Pertumbuhan Gereja) dan Howard Snyder dalam bukunya yang berjudul "Orientations for Starting Urban Churches" (Orientasi untuk Merintis Gereja di Daerah Perkotaan) mengemukakan pokok-pokok dasar bagi keberhasilan perintisan gereja. Prinsip- prinsip ini universal sifatnya dan dapat diterapkan di negara mana saja di dunia ini. Prinsip-prinsip ini dapat berfungsi di kota besar ataupun kecil. 1. Carilah orang yang mempunyai karunia untuk merintis ladang baru. Setiap gereja mempunyai kaum awam dan penginjil yang mempunyai karunia untuk memberitakan Injil dan membuka ladang baru. Menurut Efesus 4:11,12, pekerjaan seorang pemimpin para perintis penginjilan dan utusan Injil ialah memperlengkapi orang-orang kudus (kaum awam) untuk melaksanakan pelayanan mereka. 2. Mengembangkan kepemimpinan kaum awam. Mengembangkan kepemimpinan kaum awam adalah dasar utama untuk merintis jemaat baru di daerah dimana tidak ada gereja. Tidak ada cukup banyak pendeta untuk mencapai sasaran ini, maka diperlukan peranan dan usaha kaum awam. Pekerjaan utama seorang pemimpin para perintis ialah memperlengkapi kaum awam dalam pelayanan. Efesus 4:11,12 mengatakan bahwa Allah memberi gereja setempat "rasul-

16

rasul (utusan Injil], nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala- gembala, dan pengajar-pengajar untuk memperlengkapi umat Allah bagi pekerjaan-pelayanan dalam membangun tubuh Kristus." Seorang pendeta gereja setempat pernah berkata, "Kalau Anda mengizinkan kaum awam membaptis, dsb. apa yang akan saya lakukan? Pendeta yang berkata begitu hanya sedikit pengetahuannya tentang peranan Alkitabiah seorang pendeta. Para pendeta, utusan Injil, dan pemimpin perlu memusatkan perhatian pada dua peranan utama mereka yang penting: a. Latihlah kaum awam untuk menjadi penginjil. Para penginjil ini akan mempunyai kedewasaan rohani untuk menjadi perintis. b. Latihlah para pemimpin setempat dan/atau para penginjil yang akan sesegera mungkin melaksanakan kepemimpinan pekerjaan pelayanan itu. Penting sekali bagi para pemimpin setempat untuk dilatih melakukan doktrin-doktrin Alkitabiah, seperti misalnya bagaimana mengadakan saat teduh, bagaimana mengalami pertumbuhan iman, dan bagaimana berpartisipasi dalam kepemimpinan gereja. 3. Miliki pengertian Alkitabiah yang mendalam tentang sifat gereja. Tidak mungkin kita dapat merintis sesuatu kalau Anda tidak mengetahui apa yang Anda rintis. Apakah yang dinamakan gereja? Gereja adalah sekelompok orang Kristen yang sudah dibaptis, yang dipersatukan untuk mewujudkan tujuan-tujuan berikut ini: a. Pujian dan Penyembahan (ini mencakup pelaksanaan baptisan dan perjamuan Tuhan) b. Penginjilan c. Pemuridan d. Pelayanan e. Persekutuan Apakah sifat sebuah gereja? Apa ciri-cirinya? f. Mengelola sendiri di bawah kepemimpinan Tuhan. g. Mendukung sendiri di bawah kepemimpinan Tuhan. h. Melipatgandakan sendiri di bawah kepemimpinan Tuhan. 4. Mengenali daerah-daerah yang terbuka.

17

Salah satu cara untuk menentukan daerah mana yang akan lebih terbuka ialah dengan mengamati di mana sedang terjadi perubahan besar dalam bidang sosial. Di daerahdaerah itu, penginjil perintis akan mampu menemukan orang-orang yang akan bersikap terbuka terhadap Injil. Cara lain untuk menemukan orang-orang yang bersikap terbuka ialah dengan jalan mencari mereka yang karena tertimpa krisis merasa sangat memerlukan Tuhan. Ini dapat terjadi pada siapa saja, apa pun kelas sosialnya. Kadang-kadang, mereka yang kaya mempunyai konflik yang lebih besar dengan anak-anaknya mengenai masalah obat-obatan terlarang dan berbagai persoalan sosial lainnya. Injil mempunyai jawaban bagi kebutuhan orang-orang dalam semua lapisan masyarakat di dunia ini. Pekerjaan kita ialah menemukan orang-orang itu dan memberitakan kabar tentang Kristus pada mereka. 5. Dengan gencar sampaikanlah berita tentang iman di dalam Kristus. Tidak ada yang lebih penting daripada itu. Rasul-rasul mempunyai berita tentang pertobatan dan keselamatan di dalam Kristus. Mereka menyampaikan berita itu dengan gencar sekali, sehingga mereka menjangkau seluruh dunia. Pada zaman sekarang ini, kita perlu melakukan hal yang sama! Mazmur 126:6 berkata, "Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya." Kalau Anda tidak menuai dalam pelayanan Anda, mungkin Anda tidak menabur dengan benar. Bertanyalah kepada diri sendiri, berapa banyak orang yang mendengar kesaksian Anda tentang Kristus minggu lalu dan menerima undangan untuk diselamatkan? Penginjilan melalui kehadiran kita (hanya hadir) tidaklah cukup. Penginjilan melalui pemberitaan (hanya memberitakan Injil) tidaklah cukup. Harus ada penginjilan yang meyakinkan. Penginjilan yang meyakinkan terjadi ketika Anda berusaha meyakinkan seseorang, sehingga ia menyerahkan kehidupannya kepada Yesus Kristus yang menjadi Tuhan dan Juruselamatnya. Kapan Anda terakhir kali berdoa, menangisi jiwa-jiwa yang tersesat, dan memohon agar mereka diselamatkan? 6. Tekankan pembentukan jemaat baru di rumah-rumah. Paulus berkhotbah tentang Injil kepada kaum Yahudi dan non-Yahudi. Sesudah ia berkhotbah tentang Injil di kota, petobat-petobat baru bersekutu di tempat yang tepat. Kadang-kadang mereka bersekutu di rumah orang-orang yang baru Menjadi Kristen.

18

Adakalanya juga mereka memakai tempat umum seperti di sebuah gedung atau sekolah.

Berikut ini adalah tempat pertemuan mereka: 1. Kisah Para Rasul 16:40 ==> di rumah Lidia, di Filipi 2. Kisah Para Rasul 17:5,6 ==> di rumah Yason, di Tesalonika 3. Kisah Para Rasul 18:7 ==> di rumah Titus Yustus, di Korintus 4. Kisah Para Rasul 19:9 ==> di sekolah Tiranus, di Efesus 5. Kisah Para Rasul 20:20 ==> Paulus mengajar di muka umum dan juga dari rumah ke rumah Paulus berkhotbah di Tesalonika hanya untuk beberapa minggu, tetapi bagaimanapun juga ia berhasil membentuk jemaat yang kuat di kota itu dan menyerahkannya ke dalam tangan kaum awam di Tesalonika. Ia tinggal di Efesus selama dua tahun, mengajar di ruang kuliah di Tiranus (Kisah Para Rasul 19:9). Apa hasilnya? Semua orang di seluruh daerah Asia Kecil mendengar Firman Allah (Kisah Para Rasul 19:10,20). Paulus tidak melakukan hal itu seorang diri! Ia selalu memuridkan kaum awam untuk menggenapi pesan Tuhan. Surat 2Timotius 2:2 berkata, "Apa yang telah engkau dengar daripadaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain." Ayat ini dengan jelas menyingkapkan rahasia keberhasilan Paulus. Ia menggenapi amanat Yesus yang memerintahkan kita untuk menjadikan orang-orang murid-Nya. Karena tingginya harga tanah dan bangunan, maka dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, khususnya di kota-kota besar, perlu sekali ditekankan pentingnya memulai jemaat baru di rumah-rumah. Di mana-mana orang-orang Kristen merasa perlu bersatu untuk memuji Tuhan dan bersekutu dengan satu sama lain. Ini tidak memerlukan sebuah gedung atau pusat peribadahan, apalagi bila masih pada tahap permulaan. Dengan memakai rumah-rumah, gereja dapat bertumbuh tanpa dibebani biaya untuk menyewa atau membeli gedung.

19

Masalah yang timbul bila hendak menyewa ataupun membeli gedung ialah masalah harga. Di kota-kota kecil, harga untuk sebuah tempat pertemuan masih dapat terjangkau. Tetapi di kota-kota besar, seringkali tidak demikian halnya. Oleh karena itulah, baik sekali bila kita menggunakan rumah-rumah, halaman belakang, atau tempat- tempat serupa lainnya sejak mula. Dari pengalaman, diketahui bahwa orang-orang yang menjadi percaya berlipat ganda kalau sebuah gereja bertempat di lingkungan yang biasa, dimana orang-orang yang hadir dapat berperan serta tanpa merasa terancam. Juga penting untuk diperhatikan bahwa dengan memakai metode ini kita akan lebih mudah menerobos daerah-daerah dan kota-kota. Salah satu masalah terbesar dari gereja (jemaat) yang berkumpul di rumah-rumah ialah: Hal itu dipandang sebagai kegiatan yang sementara. Tetapi jemaat yang baru terbentuk ini dapat memanfaatkan masa-masa permulaan itu untuk menabung uang, sehingga dikemudian hari dapat menyewa sebuah ruangan atau membeli gedung. Sasaran kita ialah mempersiapkan ladang baru untuk memakai sumber- sumbernya sendiri tanpa mengandalkan bantuan dari luar. 7. Adakanlah kebaktian yang dapat dinikmati, dimana orang percaya akan bersukacita. Ketika kita berada di hadapan Tuhan, kita mendekat kepadaNya dengan hati yang tulus. Dalam Matius 6:9-13, Allah mengatakan agar kita mendekati takhta-Nya dengan puji-pujian. Oleh karena itu, puji- pujian adalah tanggapan kita terhadap kebenaran dan kebaikan Allah. Kita memusatkan seluruh perhatian kita pada sifat-sifat Allah, siapa Dia (ucapan syukur adalah tanggapan terhadap apa yang sudah dilakukan Allah bagi kita). Ia kekal, Mahakuasa, Mahahadir, dan Mahatahu. Ia adalah EL-SHADDAI (EL=kebenaran, SHADDAI=mahakuasa). Ia adalah JEHOVAH JIREH (Allah menyediakan). Ia adalah JEHOVAH ROPHE (Tuhan yang menyembuhkan). Ada banyak sifat lainnya yang dimiliki Allah. Puji-pujian merupakan suatu penyembahan atas siapa Allah. Ini adalah sesuatu yang terjadi di dalam hati seseorang dan dapat dinyatakan melalui berbagai cara. 8. Jangan menaruh beban "materi" pada orang-orang.

20

Lebih baik sebuah nukleus orang-orang Kristen terbentuk dengan kuat sebelum membicarakan hal-hal seperti honor pengkhotbah, properti, dan proyek pembangunan gedung ibadah. 9. Sejak awal, miliki prioritas untuk melipatgandakan jemaat. Merintis beberapa gereja pada waktu yang bersamaan melalui pelatihan kaum awam.Latihlah orang-orang percaya di ladang yang baru itu supaya mereka mempunyai visi untuk merintis jemaat-jemaat baru. Ini dapat diajarkan dengan jalan memakai metode yang tidak langsung, yaitu pemahaman Alkitab atau melalui pelatihan yang diberikan kepada mereka untuk menyampaikan cerita Alkitab atau melalui metode lainnya. 5. Kendala –Kendala Dalam Penanaman Jemaat 1. Kesukaran Pribadi Sesungguhnya banyak yang dimaksud dengan kesukaran adalah datangnya dari diri sendiri. Karena tidak tahu asal-usulnya, sehingga kerap kali menyalahkan orang lain. Sesungguhnya apa kesukaran yang datang dari diri sendiri? a. Kesukaran karena keterbatasan diri sendiri Setiap manusia memiliki keterbatasan dan kelemahan. Semua keterbatasan itu membuat ia merasa selalu ada kesukaran. Keterbatasan dalam hal talenta, atau kemampuan serta kecakapan tertentu. b. Kesukaran karena tidak mau mengakui keterbatasannya sendiri. Manusia itu sifatnya terbatas, tetapi selalu tidak mau mengakui bahwa dirinya terbatas. Melainkan menganggap yang terbatas itu itu tidak terbatas, tidak mawas diri, sehingga hanya mendatangkan kesukaran saja baginya. Di dalam pelayanan, di bidang pemberitaan Injil, kalau seseorang sukar bekerjasama dengan orang lain, sebab utamanya iaah karena tidak mau mengakui keterbatasan dirinya. Bila seseorang merasa dirinya sanggup mengerjakan segala sesuatu tanpa disertai orang lain, maka ia akan selalu berusaha menggeser rekan kerja, menyerang orang yang tidak sependapat dengan dirinya, mendirikan oposisi, berselisih paham, dal lain-lain. Tetapi bila seseorang rela dengan rendah hati dan mengakui keterbatasan dirinya, maka ia akan mudah bekerja sama dengan orang lain. 2. Kesukaran Masyarakat

21

Manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia perlu hidup bersama, perlu hidup berkelompok. Masyarakat terbentuk dari berbagaimacam keluarga dan suku yang berbeda, mereka itu masing-masing mencari dan berusaha untuk kepentingannya dirinya sendiri. Dalam hal ini jika kepentingan-kepentingan itu tidak terpenuhi, maka akan timbul berbagai macam kesukaran. Misalnya:

a. Kesukaran karena menuntut keadilan. Sejak manusia mendirikan keluarga mulailah timbul tragedi pertentangan antara saudara sendiri karena menuntut keadilan. Pertentangan itu meluas diantara keluarga dengan keluarga, di dantara suku dengan suku yang berbeda sehingga terjadi pembunuhan dan peperangan di beberapa tempat. b. Kesukaran karena masalah urbanisasi Manusia selalu menikmati ke atas, untuk ingin naik ke atas, ingin mendapat pengetahuan yang lebih luas, ingin kedudukan yang lebih tinggi, dan ingin menjadi lebih kaya. Kota merupakan tempat yang memberi fasilitas untuk menuntut pengetahuan, mencari pekerjaan, dan mengembangkan usaha. Sebab itu urbanisasi mer upakan akibat yang wajar. Menurut statistik, pada tahun 1900 seluruh dunia hanya ada 11 kota yang berpenduduk jutaan jiwa, tahun 1925 meningkat menjadi 56 buah, tahun 1955 menjadi 83 buah, dan tahun 1975 menjadi 170 buah. Tahun 1995 menjadi 200 buah. Penduduk terus mengalir ke kota, menimbulkan bermacam-macam kesukaran dalam hal perumahan, lalu lintas, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, polusi, keamanan, moral dan lain-lain. c. Kesukaran karena kesibukan tiap-tiap orang. Di dalam kota, siswa sibuk dengan studinya, pegawai sibuk dengan pekerjaannya, usahawan sibuk dengan usahanya, ibu rumah tangga sibuk dengan urusan rumah tangganya. Masing-masing sibuk dengan kesibukannya. Juga banyak orang yang sibuk mencari waktu luang dan ketenangan. Untuk mendapatkan upah yang lebih tinggi, harus memilik pengetahuan dan kemampuan yang lebih tinggi pula. Seperti yang dikatakan oleh orang dahulu “ rumah emas terdapat di dalam buku” (berarti kekayaan itu dengan sendirinya akan diperoleh melalui penuntutan pengetahuan). Sebab itu setiap orang sibuk belajar, sibuk dengan urusannya masing-masing, maka kalau setiap anggota jemaat dapat setiap minggu mengikuti

22

satu kali kebaktian umum itu sudah merupakan hal yang sangat baik. Mana mungkin membicarakan lagi tentang menuntut kemajuan rohani atau memikirkan penebarluasan Injil atau pertumbuhan gereja?. d. Kesukaran karena menurunnya standar moral. Apabila seorang mengejar kenikmatan materi secara membabibuta, maka pasti akan timbul 2 macam akibat : pertama ialah mengorbankan kebenaran demi keuntungan,

demi

keuntungan

pribadi

tidak

segan-segan

mengorbankan

kepentingan umum, kepentingan orang lain. Hal ini tidak saja terjadi di masyarakat, bahkan di gereja pun demikian, ini merupakan kesukaran yang amat besar bagi pertumbuhan gereja dan penanaman jemaat baru. 3. Kesukaran yang berasal dari peraturan pemerintah Kesukaran juga terdapat dari pemerintahan yaitu: SKB (surat keputusan bersama) dua pasal 14 yaitu: 1. Pendirian Rumah ibadat harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung. 2. Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan khusus meliputi: a. Daftar nama dan kartu tanda penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (3); b. Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh lurah / kepala desa; c. Rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota; dan d. Rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota. Disamping keputusan bersama dua menteri di atas, kesulitan juga terdapat pada pendirian gedung yang juga di atur dalam poin selanjutnya dalam SKB tersebut yaitu pada fasal 16 yang berbunyi: 1. Permohonan Pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud dalam fasal 14 diajukan oleh panitia pembangunan rumah ibadat kepada bupati/walikota untuk memperoleh IMB rumah ibadat.

23

2. Bupati/walikota memberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak permohonan pendirian rumah ibadat diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 6. Merencanakan Penanaman Jemaat Penanaman jemaat sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan gereja. Jika kita ingin merencanakan penanaman jemaat atau pertumbuhan gereja ada banyak pokok-pokok penting yang harus kita perhatikan. Hal ini aka dibahas dari tiga aspek, yaitu : Penelitian, Perencanaan, dan penilaian. 1. Penelitian a. Hendaklah kita mencari dan mengetahui kehendak Tuhan Allah atas pelayanan kita dalam gereja. Jika Tuhan Yesus telah memanggil kita untuk melayani Dia, tentu Ia mempunyai kehendak khusus kepada diri kita, pekerjaan khusus yang mau kita kerjakan. Ia menyerahkan sebuah jemaat dalam tangan kita dan meletakkan kita dalam sebuah masyarakat. Pasti Ia mempunyai pekerjaan penting yang harus kita kerjakan. Sebab itu hendaklah kita berdoa mencari kehendak Tuhan Yesus bagi pelayanan kita di tempat itu. b. Mengenal susunan dan bentuk Masyarakat Bila kita memahami dan mengerti kultur, budaya serta world view dalam suatu masyarakat maka Injil akan mudah disebarkan di setiap lapisan masyarakat. 2. SWOT Analysis

24

Strengths

: Kekuatan

Weaknesses

: Kelemahan

Opportunities : Kesempatan Threats

: Ancaman

a. Kekuatan yang dimaksud ialah, kemampuan seorang “penanam jemaat”, dapat juga berupa orang-orang yang dapat diajak bekerja sama, kemampuan dana dll. b. Kelemahan dapat berupa ketidakmampuan atau kelemahan diri sendiri, dapat juga berupa kelemahan ekonomi dll. c. Kesempatan dapat berupa prospek kedepan yang kemungkinan dakan didapatkan. d. Ancaman bisa dari luar, baik lingkungan, ataupun pemerintah dll. Tugas pribadi: membuat perencanaan penanaman jemaat dengan memperhatikan analysis SWOT sesuai dengan asal daerah masing-masing.

7 Fenomena Penanaman Jemaat  Rick Warren menulis dalam buku “The Purpose Driven Church” bahwa untuk memulai jemaat baru diperlukan beberapa langkah salah satunya menambah kebaktian dengan gaya ibadah yang berbeda untuk mencapai orang-orang yang tidak dapat dijangkau dengan gaya ibadah anda sekarang ini. Bagaimanakah tanggapan anda terhadap pandangan tersebut?  Peter Wagner menjelaskan bahwa salah satu cara untuk penanaman sebuah gereja adalah penanaman gereja katalis, yaitu Allah mengaruniakan dan memanggil beberapa orang untuk pergi ke suatu daerah baru, mengembangkan sebuah kelompok inti bagi suatu jemaat baru, kemudian berpindah dan melakukannya lagi di tempat lain. Apakah seorang “penanam jemaat” harus memiliki karunia penggembalaan? Apakah model seperti ini masih ada di Indonesia? Sejauhmana relevansi model penanaman gereja katalis berlaku dalam konteks di indonesia?  Dalam tahun-tahun terakhir ini, sebuah model baru yang sangat efektif untuk penanaman gereja baru telah berkembang pesat di dalam gerakan kharismatik

25

independen. Banyak orang kharismatik percaya bahwa semua karunia-karunia roh dalam perjanjian baru, termasuk karunia rasul terus berlangsung saat ini. Mereka yang dikenali sebagai rasul-rasul berfungsi dalam kapasitas otoritas rohani yang sama seperti yang dilakukan rasul Paulus. Apakah dalam penanaman jemaat diperlukan karunia roh yang menghasilkan mujizat spektakuler?sejauhmana relevansi karunia roh para rasul dalam Alkitab untuk penanaman jemaat dalam konteks saat ini? 8. kualifikasi Seorang Penanam jemaat Profil seorang penanam gereja menurut C. Peter Wagner ialah: 1.

Seorang pekerja Kristen yang berkomitmen. Para penanam gereja perlu menjadi umat Allah. Mereka harus yakin dengan keselamatan mereka melalui Yesus Kristus. Mereka perlu mengetahui apa artinya mempercayai Allah pada waktu segala sesuatu berjalan baik atau sebaliknya. Maka perlu menjadi orang-orang yang berdoa.

2.

Seorang yang berinisiatif. Para penanam gereja adalah atasan mereka sendiri. Mereka tidak mempunyai jam kerja tertentu dan hanya menuruti perintah seseorang yang lain. Karena mereka mengatur jadwal mereka sendiri, produktifitas sehari-hari mereka tergantung dari kemampuan pribadi untuk bangun pagi, menjadwalkan pekerjaan hari itu dan tetap melakukannya sampai tugasnya selesai. Ini memerlukan disiplin pribadi.

3.

Mau bertahan dalam kesepian Memulai sebuah gereja baru seringkali merupakan pekerjaan dalam kesepian, penuh rasa frustasi. Karena itu para pennam gereja haruslah orang-orang yang tidak mudah patah semangat. Mereka perlu menerapkan pemikiran kemungkinan, seperti yang dikatakan Robert Schuller. Mereka perlu mengambil langkah-langkah mundur lebih dahulu, seperti bola kaki yang bergulir, menyadari bahwa pencetakan gol biasanya datang hanya setelah jatuh bangun berulang-ulang kali.

4.

Dapat beradaptasi Fleksibilitas sangat penting bagi penanaman gereja. Bagi banyak orang tahun-tahun pertama dari suatu pelayanan profesional adalah tahun-tahun yang paling fleksibel. Selanjutnya, ketegaran dibutuhkan. Keluarga turut serta, anak-anak perlu sekolah,

26

pembayaran rumah dan mobil menjadi kebutuhan hidup, dan berpindah adalah hal yang sama sekali tidak mudah. Namun orang-orang muda yang baru lulus dari seminari secara tipikal disiapkan untuk melayani Allah dalam hampir berbagai cara yang ia tunjukkan. Mereka, seperti rasul paulus, mau erendahkan diri dan bersedia menyerahkan banyak hal. Kualitas-kualitas ini dibutuhkan dalam menyokong dimulainya sebuag gereja baru yang berhasil. 5.

Tingkat iman yang tinggi Penanam gereja bukan hanya perlu percaya kepada Allah, tapi juga percaya pada diri mereka sendiri. Maksudnya, maksudnya mereka harus yakin bahwa Allah sanggup dan akan melakukan perkara-perkara besar bagi mereka.

6.

Suami/istri dan keluarga yang mendukung Dukungan keluarga/suami/istri sangat penting, karena kita menjalani pelayanan bersama dengan istri/suami. Dibutuhkan kesehatian dalam mengambil keputusan dan melakukan apa yang telah diputuskan.

7.

Kemauan dan kesanggupan memimpin Kepemimpinan itu penting. Sayang sekali jika hal ini berbalik menjadi area paling lemah dalam pelayanan pengembalaan.

8.

Kepribadian yang bersahabat Beberapa orang mempunyai kualitas dalam hal ini yang membuat orang-orang asing menyukai mereka dan hampir dengan segera mempercayai mereka. Karakteristik ini bermanfaat dalam memulai sebuah gereja.

9.

Dengan jelas dipanggil Allah untuk menanam sebuah gereja Panggilan khusus itu sangat penting dalam melakukan pelayanan penanaman jemaat. Karena panggilan yang melahirkan keyakinan itulah yang akan memampukan dan membuat seseorang bertahan bahkan berhasil mendirikan jemaat.

Related Documents

Diktat Hikmatuliman
February 2021 1
Diktat Hypnosis
February 2021 1
Diktat Misiologi
February 2021 1

More Documents from "Rina Galoenk"