Komplementer - Hipnoterapi Bab 1 - 5 Fixx

  • Uploaded by: Aldila Kurnia P
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Komplementer - Hipnoterapi Bab 1 - 5 Fixx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,964
  • Pages: 35
Loading documents preview...
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pada umumnya, setiap orang pernah mengalami perasaan tertekan atau mengalami ketegangan yang dalam bahasa populernya dikenal dengan istilah stress. Stres adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Persaingan yang banyak, tuntutan, dan tantangan dalam dunia modern ini, menjadi tekanan dan beban stres (ketegangan) bagi semua orang. Tekanan stres yang terlampau besar hingga melampaui daya tahan individu, maka akan timbul gejala-gejala seperti sakit kepala, gampang marah, dan tidak bisa tidur. Acevedo dan Ekkekakis (2006) menyatakan bahwa stress dapat ditimbulkan oleh karakteristik bawaan yang merupakan predisposisi keturunan dan keterbatasan pikologis individu. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kondisi dan situasi tempat tinggal serta pengalaman masa lalu individu. Dengan banyaknya problematika yang muncul, menyebabkan tidak sedikit masyarakat yang pada akhirnya memiliki tingkat frustasi, depresi dan stres yang tinggi hingga menimbulkan masalah kesehatan jiwa. Penderita stres sekarang ini semakin banyak, Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita gangguan jiwa di dunia pada 2001 adalah 450 juta jiwa. Dengan mengacu data tersebut, kini jumlah itu diperkirakan sudah meningkat. Diperkirakan dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 50 juta atau 22 persennya, mengidap gangguan kejiwaan (Hawari, 2009). Data menurut Kementerian Kesehatan tahun 2011 didapatkan bahwa dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi. Dari data Riskesdas Departemen Kesehatan tahun 2013 menyebutkan, terdapat 1 juta jiwa pasien gangguan jiwa berat dan 19 juta pasien gangguan jiwa ringan di Indonesia.

2

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres yang dialami, salah satunya yaitu dengan hipnoterapi. Hipnoterapi merupakan salah satu terapi komplementer yang terbukti dan sangat efektif untuk mengatasi stres. Ada beberapa metode selain hipnoterapi yang digunakan untuk mengatasi stres namun kurang efektif dan butuh waktu yang lama untuk bisa merasakan perubahan yang signifikan. Kurang efektif karena metode yang lain tidak menyentuh akar permasalahan dan hanya bermain di level pikiran sadar. Padahal sumber stres pada seseorang itu tersimpan di pikiran bawah sadar (Zain, 2011). Dengan latar belakang tersebut maka penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang hipnoterapi sebagai salah satu terapi komplementer untuk mengatasi stres serta mekanisme kerjanya untuk menurunkan tingkat stress pada seseorang.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa definisi Hipnoterapi? 1.2.2 Apa saja tujuan Hipnoterapi? 1.2.3 Bagaimana mekanisme kerja dari Hipnoterapi? 1.2.4 Apa saja tahapan proses Hipnoterapi? 1.2.5 Apa saja indikasi Hipnoterapi? 1.2.6 Apa saja kontraindikasi Hipnoterapi? 1.2.7 Bagaimana konsep stres serta manajamen stres? 1.2.8 Bagaimana penerapan hipnoterapi untuk mengatasi stress berdasarkan literatur (picot framework) ?

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui konsep hipnoterapi sebagai terapi komplementer untuk menurunkan tingkat stress.

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui definisi hipnoterapi 2. Mengetahui tujuan dan manfaat hipnoterapi

3

3. Mengetahui mekanisme dan tahapan proses hipnoterapi 4. Mengetahui penerapan hipnoterapi dalam bidang keperawatan

1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan tentang konsep hipnoterapi

sebagai

terapi

komplementer

dan penerapannya di

bidang

keperawatan

1.4.2 Manfaat bagi tenaga kesehatan Sebagai wawasan ilmu bagi tenaga kesehatan serta sebagai tambahan referensi sehingga dapat diterapkan di bidang kesehatan khususnya di keperawatan sebagai salah satu terapi komplementer.

4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipnoterapi 2.1.1 Definisi Hipnoterapi Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku (Setiawan, 2009). Hipnosis adalah pendekatan psikologis di mana terapis menunjukkan bahwa klien akan mengalami perubahan dalam sensasi, pikiran persepsi, dan perilaku. Menurut Batbual (2010), hipnoterapi adalah salah satu jenis hipnosis sebagai sarana penyembuhan gangguan psikologis maupun fisik (psikomatis). Selain itu, hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran menggunakan hipnotis (Setiawan, 2009). Menurut Gunawan (2007) hipnoterapi, sesuai dengan namanya, adalah terapi yang menggunakan hipnosis sebagai sarana untuk menjangkau pikiran bawah sadar klien. Karena yang diotakatik adalah pikiran. Manusia mempunyai dua macam pikiran yaitu pikiran sadar dan pikiranbawah sadar. Peran dan pengaruh pikiran sadar terhadap diri kita adalah sebesar 12%, sedangkan pikiran bawah sadar mencapai 88%. Induksi merupakan tahap sebelum memberikan sugesti untuk meningkatkan daya relaksasi. Sugesti seseorang tampaknya menjadi variabel penting dalam efektivitas hipnosis dan dalam jangka panjang efek pengobatan (Patterson & Jensen 2003).

2.1.2 Tujuan dan Manfaat Hipnoterapi Menurut Hakim (2010) hipnoterapi memiliki tujuan dan manfaat yaitu : a. Mengatasi Penurunan Kualitas Diri Perbaikan diri merupakan hal yang sangat iinginkan hampir oleh setiap manusia karena setiap manusia menginginkan perubahan. Hipnoterapi mengatasi permasalahan-permasalahan dengan mencarikan sebuah solusi inti yang paling efektif.

Dengan dipandu memasuki kondisi hipnosis atau

ketenangan yang sangat dalam, seseorang bisa menemukan sebuah pilihan

5

baru, yaitu pilihan yang terbaik untuk melakukan sebuah langkah perbaikan dan peningkatan kualitas diri. b. Meningkatkan kualitas kesehatan Hipnoterapi merupakan cara yang sudah terbukti bisa memasuki jalur komunikasi pikiran, tubuh, dan jiwa guna mempengaruhi berbagai fungsi tubuh misalnya kekebalan tubuh, tekanan darah, dan sistem pencernaan. c. Manajemen terhadap rasa sakit Hipnoterapi telah digunakan untuk menghilangkan rasa sakit selama berabadabad. Bahkan, saat ini hipnosis bisa diaplikasikan dalam prosedur pembedahan (hypno-anaesthesi). Bagi para penerita penyakit yang angat membutuhkan teknik menurunkan rasa nyeri, hipnoterapi telah terbukti bekerja dengan menurunkan respon otak terhadap sinyal rasa sakit. Hal ini memungkinkan individu penderita bisa mempelajari bagaimana mengelola rasa sakit tersebut secara cepat. d. Mengatasi fobia atau trauma Hipnoterapi memberikan teknik penyembuhan yang sangat efektif untuk masalah-masalh fobia karena hipnoterapi menawarkan sebuah teknik relaksasi sebagai lawan atau kebalikan dari ketakutan berlebih tersebut. Berikut ini prosedur hipnoterapi untuk mengatasi terjadinya fobia : -

Memisahkan stimulus (pemicu objek) dari respons emosionalnya.

-

Mengenali dan memahami kronologis stimulus (pemicu objek)

-

Melakukan “updating”/menginformasikan ulang pikiran dengan hal yang lebih baru dan lebih realistis untuk direspon.

e. Mengatasi stres Hipnoterapi memberikan sebuah teknik relaksasi baru dan pemrograman pikiran dalam menurunkan stres. Dalam hipnoterapi, dilakukan pendekatan dan modifikasi terhadap gaya berpikir seseorang ketika kondisi hipnosis bisa mengatur dan mengelola tingkat stres seseorang. f. Manajemen terhadap berat badan Self-hypnosis for weight (hipnosis untuk penurunan berat badan) adalah teknik yang sempurna untuk

mendidik ulang pikiran bawah sadar.

6

Hipnoterapi memungkinkan anda untuk melepaskan diri dari jebakan makanan yang bisa menyebabkan penambahan berat badan. g. Mencegah dan mengatasi depresi Hipnoterapi berpandangan bahwa

setiap manusia memiliki masalah dan

setiap masalah ada yang bisa ditangani sendiri , ada yang membutuhkan bantuan maupun arahan atau saran dari orang lain. Hipnoterapi membirakan arahan, saran , dan sugesti yang membangkitkan kekuatan diri, mencerahkan pemikiran, dan memberikan kekuatan.

2.1.3 Mekanisme Hipnoterapi Menurut Budi dan Ervin (2010), proses hipnosis dapat berlangsung karena adanya gap duration dalam berlangsungnya perjalanan impuls, penalaran atas suatu impuls yang diterima dan perjalanan respons sebagai reaksi terhadap suatu impuls serta terjadi atau muculnya reaksi, yang diakibatkan oleh adanya kelambatan berlangsungnya proses tersebut. Kelambatan proses tersebut yang menyebabkan adanya gap duration dapat tejadi sebagai akibat dari: a. Perjalanan masing-masing rangsangan yang melalui jejas serabut saraf mengalami perbedaan kecepatan. b. Rangsangan yang timbul memiliki perbedaan dalam kejelasan, jenis, lokasi, dan kekuatannya. c. Selama melewati jejas serabut saraf, rangsangan dapat mengalami modifikasi baik pembelokan maupun penguatan bahkan blocing atau inhibiasi (penghambatan). d. Kelambatan alur impuls tersebut dapat menyebabkan kelambatan loading otak di dalam memersepsikan semua impuls yang masuk, yaitu kelambatan dalam perjalanan impuls untuk dipersepsikan atau diolah. e. Dapat pula sebagai akibat dalam kelambatan alur respons saraf setelah dipersepsikan di dalam otak. Saat dimana seseorang telah terfokus kepada suatu hal maka pada saat itulah terjadi gap duration yang memungkinkan dilakukan sugesti suatu kalimatkalimat perintah yang disebut afirmasi sehingga obyek akan masuk ke alam pikir

7

bawah sadar dan akan mengikuti apapun yang diperintahkan subyek pemberi hipnosis. Menurut Wong (2010) pola pendekatan perilaku pikiran sadar (conscious) sebagai kerja hemisfer dominan pada otak (otak kiri), sedangkan perilaku bawah sadar (unconscious) identik dengan perilaku kerja otak yang nondominan (otak kanan). Menurut Heller (2005) kedua belahan otak selalu melekat pada setiap proses sistem pikiran sadar dan bawah sadar, berinteraksi, bekerja sama, serta bersinergi secara harmonis dan bukannya bekerja secara terpisah dan berlawanan. Dengan demikian terjadinya proses hipnosis terhadap seorang subjek atau klien merupakan hasil interaksi fungsi verbal dan analitis yang dilakukan oleh hemisfer otak bagian kiri dan fungsi kreatif dan nonverbal yang dilakukan oleh hemisfer otak bagian kanan.

2.1.4 Tahapan Proses Hipnoterapi Menurut Wong & Andri (2009) dan Setiawan (2009), kondisi hipnoterapi dapat dicapai dalam beberapa proses, yaitu tahap Pre Induction, Induction, Deepening, Suggestion dan Termination.

1) Pre induction Pre induction merupakan suatu proses mempersiapkan suatu situasi dan kondisi yang bersifat kondusif antara terapis dengan orang yang akan dihipnosis (klien). Agar proses pre induction berlangsung dengan baik maka sebelumnya terapis harus dapat mengenali aspek-aspek psikologis dari klien, antara lain hal yang diminati, hal yang tidak diminati, apa yang diketahui klien terhadap proses hipnoterapi. Pre induction dapat berupa percakapan ringan, saling berkenalan, serta hal-hal lain yang bersifat mendekatkan seorang terapis secara mental terhadap seorang klien. Pre induction merupakan tahapan yang bersifat kritis, seringkali kegagalan proses hipnoterapi diawali dari proses pre induction yang tidak tepat. Salah satu yang harus dilakukan pada pre induction adalah suggestivity test yang harus dilakukan untuk mengetahui tingkat suggestivitas alamiah

8

dari klien. Tes ini merupakan standar yang harus dilakukan setiap menghipnoterapi pada saat melakukan hipnoterapi kepada orang yang belum pernah merasakan hipnosis langsung.

2) Induction Induction (induksi) merupakan teknik untuk membawa subjek berada dalam kondisi hipnosis. Induksi ini dilakukan dengan memberikan suatu kejutan kepada subjek sehingga critical area terbuka secara tiba-tiba dan terjadi masa tegang (blank). Pada masa tegang tersebut, kita berikan perintah sederhana kepada subjek.

3) Deepening Deepening merupakan suatu teknik yang bertujuan membawa subjek memasuki kondisi hipnosis yang lebih dalam lagi dengan memberikan suatu sentuhan imajinasi. Konsep dasar dari deepening ini adalah membimbing subyek klien untuk berimajinasi melakukan sesuatu kegiatan atau berada di suatu tempat yang mudah dirasakan oleh subyek. Rasa mengalami secara dalam ini akan membimbing subyek memasuki trance level lebih dalam.

4) Sugestion Sugestion merupakan suatu kalimat-kalimat saran yanng disampaikan oleh hipnotis ke bawah sadar obyak. Dalam hal ini, sugesti tersebutlah yang menjadi tujuan kegiatan hipnosis. 5) Temination Temination merupakan tahap pengakhiran untuk mengembalikan subyek pada keadaan semula. Sebuah terminasi dilakukan dengan memberikan kalimat lanjutan setelah kalimat-kalimat sugesti.

2.1.5 Indikasi Hipnoterapi Indikasi penggunaan hipnoterapi apabila : a. Seseorang responsif terhadap metode hipnoterapi. b. Klien memiliki hubungan positif terhadap terapis. c. Individu memiliki motivasi untuk memecahkan masalah baik sadar maupun tidak sadar. d. Penggunaan hipnoterapi tidak merugikan bagi klien maupun orang lain.

9

2.1.6 Kontraindikasi Hipnoterapi Kontraindikasi penggunaan hipnoterapi yaitu : a. Hipnosis oleh operator yang tidak terlatih dengan baik. b. Penggunaan hipnosis untuk tujuan yang tidak baik.

2.2 Konsep Stres 2.2.1 Definisi Stres Stres adalah segala situasi berupa tuntutan non-spesifik mengharuskan seseorang individu untuk berespon dan melakukan tindakan (Potter & Perry, 2005). Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut. Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor psikososial atau terhadap tekanan mental atau beban kehidupan (Hawari, 2001). Stres adalah fenomena yang mempengaruhi semua dimensi dalam kehidupan seseorang. Stres dapat mengganggu cara seseorang dalam menyelesaikan masalah, berpikir secara umum, dapat mengganggu pandangan seseorang terhadap hidup, dan status kesehatan (Potter & Perry, 2005). Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah respon atau reaksi tubuh manusia yang bersifat tidak spesifik karena adanya tuntutan kebutuhan sehari-hari baik sehingga dapat menimbulkan keadaan yang mencekam dan ketegangan hidup seseorang serta ketidakseimbangan dalam tubuh manusia.

2.2.2 Jenis Stres Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Alimul (2006), dapat digolongkan sebagai berikut: a. stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik. b. stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormon, atau gas.

10

c. stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang menimbulkan penyakit. d. stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal. e. stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua. f. stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan.

2.2.3 Sumber Stres (Stresor) Stresor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon stres. Stresor adalah stimuli yang mengawali atau mencetuskan terjadinya stres. Stresor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual dan kebutuhan kultural (Potter & Perry, 2005). Stresor secara umum dapat diklasifikasikan menjadi stresor internal dan eksternal. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang, misalnya seseorang dalam keadaan sakit, kehamilan, menopause, atau keadaan emosi seperti rasa bersalah. Sedangkan stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang, misalnya perubahan bermakna dalam suatu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan (Potter & Perry, 2005).

2.2.4. Jenis Stressor Jenis stresor meliputi fisik, psikologis, dan sosial kultural. Stresor fisik berasal dari luar diri individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa. Pada stresor psikologis tekanan dari dalam diri individu biasanya yang bersifat negatif yang menimbulkan frustasi, kecemasan, rasa bersalah, khawatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri, sedangkan stresor sosial kultural yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh interaksi individu dengan lingkungannya. Banyak stresor sosial kultural yang bersifat traumatik yang tak dapat dihindari,

11

seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah, dipenjara dan lain-lain.

2.2.5 Respon terhadap Stressor Penilaian terhadap stresor atau respon terhadap stresor yaitu evaluasi tentang makna stresor bagi seorang individu yang didalam stresor tersebut memiliki arti, intensitas dan kepentingan, penilaian atau respon tersebut antara lain sebagai berikut (Stuart & Laraia, 2005): a. kognitif, respon yang ditandai dengan gangguan daya ingat (menurunnya daya ingat, mudah lupa dengan suatu hal), perhatian dan konsentrasi yang berkurang sehingga seseorang tidak fokus dalam melakukan suatu hal. b. afektif, respon yang ditunjukan berupa mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, cemas, gelisah, mudah menangis, depresi, putus asa dan ide bunuh diri. c. fisiologis, ada beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang sedang mengalami stres, diantaranya adalah sakit kepala yang berlebihan, gangguan pola tidur, gangguan pencernaan, maag, mual, muntah, hilangnya nafsu makan, gangguan kulit, dan produksi keringat yang berlebihan di seluruh tubuh, jantung berdebar-debar, keringat dingin, lesu, letih, kaku leher belakang sampai punggung, nyeri dada, rasa tersumbat di kerongkongan, gangguan psikoseksual, gangguan menstruasi (amenorhea), keputihan, kegagalan ovulasi pada wanita, gairah seks menurun, kejang-kejang dan pingsan. d. perilaku, berupa tingkah laku negatif yang muncul ketika seseorang mengalami stres pada aspek gejala perilaku antara lain suka melanggar norma karena tidak bisa mengontrol perbuatannya kurang koordinasi dan suka melakukan penundaan pekerjaan. e. sosial, ditandai dengan mudah menyalahkan orang lain dan mencari kesalahan orang lain dan bersikap tak acuh pada lingkungan.

12

2.2.6 Faktor yang Mempengaruhi Respon terhadap Stres Respon terhadap stres yang diberikan pada individu akan berbeda. Hal tersebut tergantung dari faktor stresor dan kemampuan koping yang dimiliki individu. Hal yang dapat memengaruhi respon tubuh terhadap stresor antara lain sebagai berikut (Alimul, 2006): 1. Sifat stresor. Sifat stresor dapat berubah secara tiba-tiba atau berangsurangsur dan dapat memengaruhi respons seseorang dalam menghadapi stres, tergantung mekanisme yang dimilikinya 2. Durasi

stresor.

Lamanya

stresor

yang

dialami

seseorang

dapat

mempengaruhi respon tubuh. Apabila stresor yang dialami lebih lama, maka respons juga akan lebih lama dan tentunya dapat mempengaruhi fungsi tubuh 3. Jumlah stresor. Semakin banyak stresor yang dialami seseorang, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh 4. Pengalaman masa lalu. Pengalaman masa lalu seseorang dalam menghadapi stres dapat menjadi bekal dalam menghadapi stres berikutnya karena individu memiliki kemampuan beradaptasi atau mekanisme koping yang lebih baik 5. Tipe kepribadian. Tipe kepribadian seseorang diyakini juga dapat mempengaruhi respon terhadap stresor. Misalnya seseorang yang agresif dan ambisius akan berbeda responnya terhadap stresor dengan seseorang yang memiliki sifat lebih santai dan tenang 6. Tahap perkembangan. Tahap perkembangan inidvidu dapat membentuk kemampuan adaptasi yang berbeda.

2.2.7 Klasifikasi Tingkat Stres Sarafino (2008) mengklasifikasikan 3 tingkatan stres, antara lain sebagai berikut: 1. Stres tingkat ringan, terjadi ketika seseorang dengan kemampuan lebih dari cukup untuk menghadapi situasi yang sulit, maka seseorang akan merasakan sedikit stres dan merasa tidak memiliki tantangan

13

2. Stres tingkat sedang, terjadi ketika seseorang merasa cukup mungkin akan kemampuannya untuk menghadapi suatu kejadian tetapi dia harus berusaha keras, maka seseorang akan merasakan perasaan stres dengan tingkatan menengah atau sedang. Pada tahap ini, seseorang masih bisa beradaptasi terhadap stresor yang dihadapi 3. Stres

tingkat

tinggi,

terjadi

ketika

seseorang

merasakan

bahwa

kemampuannya mungkin tidak akan mencukupi pada saat berurusan dengan stresor dari dalam diri dan lingkungannya, maka akibatnya seseorang akan mengalami perasaan stres yang besar.

2.2.8 Tahapan Stres Dr. Robert J. An Amberg dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut (Hawari, 2001) : 1. Stres tahap I Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan semangat bekerja besar, berlebihan (over acting), penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya dan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis. 2. Stres tahap II Dalam tahapan ini dampak atau respon terhadap stresor yang semula menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II antara lain merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas merasa lelah menjelang sore hari, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), detakan jantung lebih

14

keras dari biasanya (berdebar debar), otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai. 3. Stres tahap III Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan

keluhan-keluhan

pada

stress

tahap

II,

maka

akan

menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu antara lain gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag, buang air besar tidak teratur (diare), ketegangan otot-otot semakin terasa, perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia) atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia) atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia) dan koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh dan serasa mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit. 4. Stres tahap IV Gejala stres tahap IV, akan muncul antara lain penderita stres merasa sulit untuk

bertahan

sepanjang

hari,

aktivitas

pekerjaan

yang

semula

menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit, semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate), ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan, seringkali menolak ajakan (negativism) karena tidak ada semangat dan gairah, daya konsentrasi dan daya ingat menurun dan timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya. 5. Stres tahap V Bila keadaan berlanjut, maka seseorang individu akan jatuh dalam stres tahap V, yang ditandai dengan hal-hal antara lain kelelahan fisik dan mental

15

yang semakin mendalam (physical dan psychological exhaustion), ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder) dan timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik. 6. stres tahap VI Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini antara lain debaran jantung teramat keras (takikardi), susah bernapas (sesak dan megap-megap), sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan dan pingsan atau kolaps (collapse). Keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan diatas bila dikaji lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

2.2.9 Teknik Manajemen Stres Manajemen stres merupakan upaya mengelola stres dengan baik, bertujuan untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak samapai ke tahap yang paling berat. Beberapa manajemen stres yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Mengatur diet dan nutrisi. Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau mengatasi 15tress. Ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan yang bergizi sesuai porsi dan jadwal yang teratur. Menu juga sebaiknya bervariasi agar timbul kebosanan. 2. Istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan kebugaran tubuh. Tidur yang cukup juga dapat memperbaiki sel-sel yang rusak.

16

3. Olahraga teratur. Olahraga yang teratur adalah salah satu cara meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olahraga yang dilakukan tidak harus sulit. Olahraga yang sederhana seperti jalan pagi atau lari pagi dilakukan paling tidak dua kali seminggu dan tidak harus sampai berjam-jam. Seusai berolahraga, diamkan tubuh yang berkeringat sejenak lalu mandi untuk memulihkan kesegarannya. 4. Berhenti

merokok.

Berhenti

merokok

adalah

bagian

dari

cara

menanggulangi stres karena dapat meningkatkan status kesehatan serta menjaga ketahanan dan kekebalan tubuh. 5. Menghindari minuman keras. Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres. Dengan menghindari minuman keras, individu dapat terhindar dari banyak penyakit yang disebabkan oleh pengaruh minuman keras yang mengandung alkohol. 6. Mengatur berat badan. Berat badan yang tidak seimbang (terlalu gemuk atau terlalu kurus) merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres. Keadaan tubuh yang tidak seimbang akan menurunkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres. 7. Mengatur waktu. Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres. Dengan mengatur waktu sebaik – baiknya, pekerjaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien, misalnya tidak membiarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan hal yang bermanfaat. 8. Terapi psikofarmaka. Terapi ini menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres yang dialami melalui pemutusan jaringan antara psiko, neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak memengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat yang biasanya digunakan adalah obat anticemas dan antidepresi. 9. Terapi somatik. Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak mengganggu sistem

17

tubuh yang lain. Contohnya, jika seseorang mengalami diare akibat stres, maka terapinya adalah dengan mengobati diarenya. 10. Psikoterapi.

Terapi ini menggunakan teknik psiko yang disesuaikan

dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi reedukatif. Psikoterapi suportif memberikan motivasi dan dukungan agar klien memiliki rasa percaya diri, sedangkan psikoterapi reedukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang. Selain itu, ada pula psikoterapi rekonstruktif dengan cara memperbaiki kembali kepribadian yang mengalami goncangan dan psikoterapi kognitif dengan memulihkan fungsi kognitif klien (kemampuan berpikir rasioal). 11. Terapi psikoreligius. Terapi ini menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahn psikologis. Terapi ini diperlukan karena dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan, seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual (Alimul, 2006) Manajemen stres yang lain adalah dengan cara meningkatkan strategi koping yang berfokus pada emosi dan strategi koping yang berfokus pada masalah. Koping yang berfokus pada emosi dilakukan antara lain dengan cara mengatur respons emosional terhadap stres melalui perilaku individu, misalnya meniadakan fakta yang tidak menyenangkan, mengendalikan diri, membuat jarak, penilaian secara positif, menerima tanggung jawab atau lari dari kenyataan (menghindar). Sedangkan strategi koping yang berfokus pada masalah dilakukan dengan mempelajari cara atau keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah, seperti keterampilan menetapkan prioritas pekerjaan, manajemen waktu, dan peningkatan dukungan sosial. Teknik lain dalam mengatasi stres adalah relaksasi, meditasi dan sebagainya (Hawari 2001).

18

BAB III. KERANGKA TEORI

Faktor predisposisi 1. Biologi 2. Psikologi 3. Sosial budaya

Stressor Thalamus

1. 2. 3. 4.

Faktor presipitasi Nature Origin (diri/klg/masy) Timing (lama, frek) Number (kuant & kual)

Sistem limbik (serotonin, norepinefrin, GABA) Hipothalamus CRF  Pituitari ACTH  Adrenal Kortisol  Cemas, Stress Sugestion

Efek pd tubuh (HR , TD )

Deepening

Status imunitas tubuh 

Induksi

Proses kesembuhan terhambat Kualitas hidup menurun

Mengubah persepsi, kebiasaan, emosi, keyakinan ttg penyebab (critical factor) cemas/stress menjadi positif

Koping diri menjadi lebih positif

Pre Induksi Cemas/stress berkurang Hipnoterapi

Keterangan → pathway stress → hipnoterapi mengatasi stres

Kualitas hidup baik

19

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Picot Frame Work Terapi komplementer dapat dikatakan belum cukup dikenal oleh masyarakat karena terapi komplementer lebih dikenal dengan pengobatan alternatif. Berkaitan dengan keluarnya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/148/1/2010 Tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat, maka terapi komplementer bisa dilakukan di sarana pelayanan kesehatan. Stres yang sering dialami seseorang sangat berkaitan dengan hormon stres dan dapat meningkatkan jumlah sel-sel yang menganggu kekebalan tubuh individu. Terapi komplementer yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat stress yaitu dengan hipnoterapi. Penelitian membuktikan bahwa relaksasi dengan hipnoterapi membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lebih baik. Ketika individu dalam keadaan santai dan positif, hal ini juga akan membuat tingkat hormon yang positif dan enzim yang tinggi dan tekanan darah yang normal. Relaksasi dapat mengirim impuls di sepanjang jalur tekanan untuk membuat individu merasa nyaman dan baik. Relaksasi dengan teknik hipnoterapi dapat menghasilkan tingkat stres yang lebih rendah. Hipnoterapi dapat dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran dan penyembuhan yang menggunakan metode hipnotis untuk memberi sugesti atau perintah positif kepada pikiran bawah sadar untuk penyembuhan suatu gangguan psikologis atau untuk mengubah pikiran, perasaan dan perilaku menjadi lebih baik. Satu-satunya kekuatan dalam hipnoterapi adalah komunikasi (Kahija, 2007). Terdapat tahap-tahap dalam proses hipnoterapi. Tahap yang paling penting dalam proses hipnoterapi adalah tahap induksi dimana tujuan apa yang hendak dicapai dalam terapi dilakukan pada tahap ini. Diharapkan setelah proses terapi dapat mencapai terapi yang diharapkan oleh pasien maupun terapis (IBH, 2002).

20

4.2 Sumber Literatur Kami

mendapatkan literatur dengan

cara

searching

di

internet

menggunakan website www.google.com dengan menggunakan kata kunci Jurnal Manajemen Stres dengan Hipnoterapi.pdf, jurnal hipnoterapi untuk mengatasi stress.pdf. Kemudian kami melakukan akses ke dalam situs yang dimaksud yang berisikan penelitian-penelitian terkait dengan hipnoterapi, diantaranya yaitu : 1. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/3643/RIZQI %20YULIDA%20ASTARIARINA%20MALIYA%20FIX%20bgt.pdf?sequence=1 2. http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/viewFile/715/761 3. http://eprints.uns.ac.id/4572/1/175971811201108261.pdf 4. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=98566&val=426 5. http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/28/jtstikesmuhgo-gdlirmawanand-1365-2-hal.57--3.pdf 6. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8209/2/MARPU AH-FDK.pdf 7. http://www.academia.edu/5135268/METODE_KEPERAWATAN_KOMP LEMENTER_HIPNOTERAPI_UNTUK_MENURUNKAN_EFEK_STRE SS_PASCA_TRAUMA_TINGKAT_SEDANG_PADA_FASE_REHABI LITASI_SISTEM_PENANGGULANGAN_KEGAWATDARURATAN_ TERPADU_SPGDT_

21

No. A. 1.

2.

Judul Jurnal Peneliti Tahun Mendukung (Efek Hipnoterapi terhadap Stres) Metode keperawatan a. Kuswantoro 2012 komplementer Rusca Putra hipnoterapi untuk b. Fa Rizki menurunkan efek stress Bayu pasca trauma tingkat Perdana sedang pada fase c. Hardiyanto rehabilitasi sistem d. Rani penanggulangan Rakhma-wati kegawatdaruratan terpadu (SPGDT)

Pengaruh hipnoterapi terhadap tingkat stres mahasiswa Fakultas ilmu keperawatan universitas padjadjaran

a. Bayu Hendriyanto b. Aat Sriati c. Nita Fitria

2012

Sampel

Metode

Hasil

0 sampel

Metode penelitian deskriptif dengan studi pustaka atau literatur. Metode analisis data dan pemecahan masalah menggunakan metode eksposisi dan analitik.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah metodekeperawatan komplementer dengan hipnoterapi sangat efektif untuk menurunkan stress tingkat sedang pada stress pasca trauma. Melalui tahap-tahap hipnoterapi, klien yang mengalami stress pasca trauma tingkat sedang akan menurun dan klien dapat menjalani kehidupan lanjutnya dengan lebih baik. Stress pasca trauma umumnya terjadi selama 6 bulan. Tingkatan stress yang sesuai untuk hipnoterapi ini adalah pada tingkat sedang karena pada stress tingkat ini klien bisa bekerjasama dan keluhan yang dirasakan tidak akan banyak mempengaruhi fokus klien saat dilakukan terapi sehingga hipnoterapi yang dilakukan akan lebih efektif. Klien bisa melakukan hipnoterapi sendiri di rumah, yaitu self hypnotis. Disarankan untuk dilakukan pengkajian lebih lanjut terkait faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasilterapi pada hipnoterapi ini.

Desain eksperimen pre test dan post test one group design

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penurunan tingkat stres responden sebelum dan sesudah dilakukan hipnoterapi. Penurunan tingkat stres terbukti dari prosentase tingkat stres

30 sampel (purposive sampling)

22

Angkatan 2011

dengan analisa data statistik Wilcoxon Match Pairs Test.

B. 1.

Efek Hipnoterapi yang Lain Pengaruh Hipnoterapi a. Nur Wahida terhadap Nyeri Sendi b. Zulfa pada Lansia Khusniyah

2.

Pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi fraktur femur di ruang rawat inap bedah rumah sakit ortopedi surakarta

a. Rizqi Yulida Astari b. Arina Maliya

2009

10 sampel (purposive sampling)

2010

27 sampel

DesainQuasy Eksperimentalti pe Non Randomized Control Group Pretest – Postest

normal setelah dilakukan hipnoterapi yaitu sebanyak 16 responden (53,33%) dari 0 responden (0%) pada tingkat stres normal sebelum dilakukan hipnoterapi. Berdasarkan penelitian ini hipnoterapi efektif menurunkan tingkat stres dan diharapkan dapat memberi masukan kepada institusi pendidikan, dan penelitian yang lain sehingga dapat mengatasi stres pada mahasiswa dengan hipnoterapi.

Kesimpulannya dari penelitian ini adalah ada pengaruh hipnoterapi terhadap nyeri sendi pada lansia karena hipnoterapi menyebabkan relaksasi, sehingga tubuhakan mengeluarkan hormone endorphin yang menghambat signal nyeri di subtansia gelatinosa (kornudorsalis medulla spinalis). Hipnoterapi dapat direkomendasikan sebagai terapi alternatif lansiayang mengalami nyeri sendi. Desain Hasil kesimpulan penelitian ini adalah adanya eksperimental pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan dengan pretest – nyeri pada pasien post operasi fraktur femur di posttest design ruang rawat inap bedah Rumah Sakit Orthopedi Surakarta. Sebelum dilakukan hipnoterapi, mayoritas responden penelitian mengalami intensitas nyeri sedang, dan setelah dilakukan hipnoterapi, mayoritas responden penelitian mengalami intensitas nyeri ringan.

23

3.

4.

5.

Keefektifan hipnoterapi a. Romy terhadap penurunan Novrizal derajat kecemasan dan gatal pasien liken simpleks kronis di poliklinik penyakit kulit dan kelamin RSDM Surakarta Efektifitas pijat refleksi a. Irmawan kaki dan hipnoterapi Andri Terhadappenurunan Nugroho tekanan darah b. Asrin Pada pasien hipertensi c. Sarwono

2010

38 sampel

Desain eksperimental randomized pretest – posttest control group design

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa hipnoterapi efektif untuk menurunkan derajat kecemasan dan gatal pada pasien dengan liken simpleks kronik.

2012

30 sampel

Metode deskriptif kuantitatif

Metode hipnoterapi pada a. Marpuah penanganan anak phobia di Tranzcare Mampang Prapatan Jakarta Selatan

2009

2 sampel

Metode deskriptif kualitatif

Pijat refleksi kaki dapatmenurunkan tekanan darah,dari 60 responden didapat nilaipenurunan tekanan darahsystole sebesar 23,5 mmHg dandiastole sebesar 8,42 mmHg. Terdapat perbedaan keefektifanpengaruh pijat refleksi kaki danhipnoterapi terhadap penurunantekanan darah, hal ini terbuktidengan didapatkannya nilaisignifikasi (P) < 0,05. Pijatrefleksi kaki lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi, hal inidibuktikan dengan nilai mean rank pijat refleksi lebih tinggiyaitu 40,00 pada systole dan35,50 pada diastole, sementara nilai mean rank padahipnoterapi adalah 21,00 pada systole dan 25,50 pada diastole. Hasil kesimpulan penelitian ini adalah metode hipnoterapi dinilai lebih efektif dan efisien karena tidk menggunakan obat-obatan yang dapat menyebabkan efek samping. Namun metode hipnoterapi ini hanya sebagai alat bantu.

24

4.3 Keamanan dan Efektifitas Hipnoterapi Dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap keamanan dan efektivitas dari hipnoterapi untuk memanajemen stress ini sudah pernah dilakukan dan terbukti aman dan dapat dijadikan sebagai terapi komplementer atau terapi pendukung dalam mengatasi stress individu. Metode terapi ini sama sekali tidak berbahaya, dan tidak menyakitkan. Hipnosis memberikan seseorang kemampuan untuk menargetkan pikiran bawah sadar dan mengendalikan pikiran psikologis dan perasaan. Stres menyebabkan gejala psikologis dan fisiologis sehingga sangat penting mengontrol stres sehingga tidak memiliki dampak negatif. Hipnosis telah terbukti sangat membantu dalam mengurangi berbagai jenis stres yang dialami oleh banyak orang.

4.3.1 Efek Samping Hipnosis aman ketika dilakukan oleh praktisi hipnoterapi yang kompeten dan berkualitas yang bekerjasama bersama dengan individu atau klien. Bahaya dari hipnoterapi dapat muncul jika mengikuti proses terapi dengan praktisi hipnoterapis yang amatir dan tidak terlatih untuk mengatasi masalah dengan prosedur yang tepat.

4.3.2 Indikasi 1. Seseorang responsif terhadap metode hipnoterapi. 2. Klien memiliki hubungan positif terhadap terapis. 3. Individu memiliki motivasi untuk memecahkan masalah baik sadar maupun tidak sadar. 4. Penggunaan hipnoterapi tidak merugikan bagi klien maupun orang lain.

4.3.3 Kontraindikasi Kontraindikasi hipnoterapi dalam manajemen stres secara garis besar yaitu : 1. Seseorang dalam kondisi tidak tenang, gaduh, gelisah sehingga tidak dapat dilakukan kontak psikis dengan subjek.

25

2. Seseorang yang sedang dalam keadaan yang tidak mengerti apa yang akan dilakukan, misalnya pada orang imbesil atau demensia. 3. Pada orang yang tidak tahu atau belum mengerti tentang apa yang kita katakan, sugesti verbal tidak akan berpengaruh pada subjek.

4.4 Implikasi dalam Keperawatan Terapi komplementer hipnoterapi ini bisa dijadikan pertimbangan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien maupun klien dengan tingkat kecemasan maupun stres yang tinggi sebagai salah satu bentuk pengobatan non farmakologis untuk mengurangi cemas dan stres. Hipnoterapi juga bisa dijadikan salah satu terapi yang bisa dipelajari dan diterapkan sebagai suatu konsep keperawatan holistik terutama pada terapi terhadap stres maupun yang lainnya.

26

BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan Hipnoterapi adalah salah satu jenis hipnosis sebagai sarana penyembuhan gangguan psikologis maupun fisik (psikomatis). Selain itu, hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran menggunakan hipnotis. Terapi hipnoterapi memberikan pengaruh dalam penurunan tingkat stres. Terbukti dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, bahwa hipnoterapi sangat aman dilakukan untuk mengatasi stres. Hipnoterapi bisa dijadikan salah satu terapi non- farmakologis yang cukup efektif dalam mengatasi masalah kesehatan.

6.2

Saran

6.2.1 Bagi Mahasiswa Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai terapi komplementer yaitu hipnoterapi sebagai cara mengatasi stres. 6.2.2 Bagi Keperawatan Diharapkan dalam bidang keperawatan dapat lebih memahami tentang terapi hipnoterapi sebagai salah satu terapi komplementer yang dapat berguna untuk mengatasi masalah kesehatan dan dapat menerapkannya. 6.2.3 Bagi Masyarakat Diharapkan dengan disusunya makalah ini dapat menambah informasi bagi masyarakat tentang terapi hipnoterapi yang dapat dijadikan pilihan salah satu alternatif pengobatan non farmakologis di bidang kesehatan.

27

DAFTAR PUSTAKA

Acevedo, Edmund O; Ekkekakis, Panteleimon (ed.). 2006. Psychobiology of Physical Activity. Champaign, Il.: Human Kinetics. Alimul Hidayat, A. Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Batbual, B. 2010. Hypnosis Hypnobrithing Nyeri Persalinan dan Berbagai Metode Penanganannya. Yogyakarta: Gosyen Publishing Dadang Hawari. 2007. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa, Skizofrenia. Jakarta : FKUI Gunawan, A. W. 2007. Hypnotherapi The Art Of Subconscious Restructuring. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Psikiatri FKUI Kahija, Y. F. LA. 2007. Hipnoterapi: Prinsip-prinsip Dasar Praktik psikotrapi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kementerian Kesehatan RI. 2011. http://www.depkes.go.id.

Profil

Kesehatan

Indonesia

2010.

Patterson & Jhonson. 2003. Virtual Reality Hypnosis. USA: University of Washington School of Medicine Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC. Sarafino, Edward P. 2008. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Setiawan, T. 2009. Hipnotis & Hipnoterapi. Yogyakarta: Garasi Stuart, Gail W. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Wong, W., & Hakim, A. 2009.Dahsyatnya hipnosis.Jakarta: Visimedia Zain, A.J. 2011. Cara Mengatasi Stres dengan Hipnoterapi. Available online at http://dokterpikiran.com/2011/02/cara-mengatasi-stresdenganhipnoterapi. html. (diakses tanggal 24 November 2014)

28

Lampiran SOP

Standart Operational Procedure (SOP) TERAPI KOMPLEMENTER HIPNOTERAPI

PSIK Universitas Jember Prosedur Tetap

No. Dokumen: No Revisi: -

Halaman:

Tanggal Terbit: Ditetapkan oleh: 1.

Pengertian

Hipnoterapi adalah suatu teknik terapi pikiran yang menggunakan hipnotis sebagai sarana untukmenjangkau pikiran bawah sadar klien, sebagai sarana penyembuhan gangguan psikologis maupun fisik (psikomatis).

2.

Tujuan

a.

Mengatasi penurunan kualitas diri

b. Meningkatkan kualitas kesehatan c.

Manajemen terhadap rasa sakit

d. Mengatasi fobia atau trauma e.

Mengatasi stres

f.

Manajemen terhadap berat badan

g. Mencegah dan mengatasi depresi 3.

Indikasi

a. Seseorang responsif terhadap metode hipnoterapi. b. Klien memiliki hubungan positif terhadap terapis. c. Individu

memiliki

motivasi

untuk

memecahkan

masalah baik sadar maupun tidak sadar. d. Penggunaan hipnoterapi tidak merugikan bagi klien maupun orang lain. 4.

Kontraindikasi a. Hipnosis oleh operator yang tidak terlatih dengan baik. b. Penggunaan hipnosis untuk tujuan yang tidak baik.

5.

Persiapan Pasien

1. Pastikan identitas pasien 2. Kaji kondisi pasien, pastikan tidak ada kontraindikasi

29

pada pasien 3. Jaga privacy pasien 4. Posisikan pasien pada posisi nyaman 5. Informasikan kepada pasien maksud dan tujuan dari terapi dan sensasi yang akan diterima saat terapi 6.

Persiapan Alat 1.

Jam

2.

Stetoskop dan termometer (untuk mengukur TTV)

3.

Lembar Informed Consent tertulis tentang persetujuan pasien terhadap pelaksanaan hipnoterapi

4. 5.

Bolpoin

Persiapan 1.

Lakukan pengkajian: baca catatan keperawatan dan

Perawat

5.

medis 2.

Rumuskan diagnosa terkait

3.

Buat perencanaan tindakan (intervensi)

4.

Cuci tangan dan siapkan alat

Cara Kerja

a.

Berikan salam, perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat

b.

Panggil pasien dengan nama kesukaan pasien

c.

Jelaskan prosedur, tujuan dan lamanya tindakan pada pasien

d.

Berikan kesempatan pasien untuk bertanya

e.

Berikan lembar informed consent pada pasien untuk ditandatangani yang menyatakan bahwa pasien menyetujui pelaksanaan tindakan hipnoterapi

f.

Berikan petunjuk alternatif komunikasi jika pasien merasa

tidak

nyaman

dengan

prosedur

yang

dilakukan g.

Jaga privasi pasien

h.

Dekatkan peralatan di samping tempat tidur pasien

i.

Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian yang

30

nyaman bagi pasien j.

Periksa tanda vital pasien sebelum memulai terapi

k.

Tahap-Tahap Proses Hipnoterapi 1. Pre induction Pre

induction

merupakan

suatu

proses

mempersiapkan suatu situasi dan kondisi yang bersifat kondusif antara terapis dengan orang yang akan dihipnosis (pasien). Agar proses pre induction berlangsung dengan baik maka sebelumnya terapis harus dapat mengenali aspek-aspek psikologis dari pasien, antara lain hal yang diminati, hal yang tidak diminati, apa yang diketahui pasien terhadap proses hipnoterapi. Dalam tahap ini, terapis melakukan percakapan ringan, saling berkenalan, serta hal-hal lain yang bersifat mendekatkan seorang terapis secara mental terhadap seorang pasien. Bila hipnoterapi mengatasi

yang fobia

dilakukan atau

bertujuan

trauma,

terapis

untuk harus

memisahkan stimulus (pemicu objek) dari respons emosional

pasien, mengenali

dan memahami

kronologis stimulus (pemicu objek), dan melakukan “updating” atau menginformasikan ulang pikiran dengan hal yang lebih baru dan lebih realistis untuk direspon oleh subyek (pasien). Tahapan yang perlu dilakukan saat pre induction adalah: 2. Building

Rapport:

membangun

relasi

dan

kepercayaan antara terapis dengan pasien melalui teknik NLP dan empati 3. Intake Interview: wawancara untuk memperoleh latar belakang pasien dan permasalahan pasien secara lebih benar

31

4. Exploring

Client

Modalitities:

pasien

(kedalaman

kemampuan

eksplorasi pengetahuan,

komunikasi, dan lain-lain) 5. Hypnotherapy

Training:

pemahaman

tentang

konsep hipnosis dan hipnoterapi (apersepsi atau penyamaan persepsi tentang hipnoterapi dengan pasien) 6. Suggestibility mengetahui

Test: tingkat

uji

sugestibilitas

sugesti

untuk

pasien,

sebagai

gambaran awal untuk menyusun dan menentukan teknik berikutnya 7. Hypnotherapy Strategi: penyusunan strategi teknik yang akan digunakan 8. Hypnotherapy Contract: kontrak lisan dan tertulis untuk penegasan bahwa pasien mengikuti terapi dengan sukarela dan benar-benar telah memahami mekanisme

dari

hipnoterapi.

Kontrak

lisan

dilakukan terapis dengan menjabat tangan pasien, “Apakah

Anda

benar-benar

ingin

menjalani

hipnoterapi bersama saya?”. Klien harus menjawab “Ya”, lalu menjabat tangan pasien yang berarti pasien

setuju

untuk

mengikatkan

diri

atau

melakukan kontrak secara mental dengan terapi yang akan dilakukan. 9. Suggestibility Test Uji sugestibilitas digunakan untuk mengetahui apakah

seseorang

memiliki

tipe

physical

suggestibility (sugestibilitas fisik) atau emotional suggestibility (sugestibilitas emosi atau perasaan). Mengetahui tipe sugestibilitas sangat penting untuk menentukan tipe induksi yang digunakan dan teknik

32

terapi yang cocok. Untuk merancang sebuah sugesti yang positif, terapis perlu memformulasikan, menyusun sugesti, dan menentukan jenis sugesti, serta mementukan cara menyampaikannya pada pasien. Sugesti yang diberikan harus menggunakan bahasa kalimat sekarang (present tense) yang sederhana, mudah dimengerti, dan spesifik, possitive programming dari apa yang diinginkan (tidak menggunakan kalimat negasi), menggunakan emosi, bersifat berkesan dan meyakinkan pasien, menggunakan nada rendah monoton, dan memiliki arti tunggal.Misalnya “Biarkan diri Anda rileks. Sebentar lagi awan yang menutupi matahari Anda akan semakin hilang dan memudar’. Salah satu tes sugestisitas yang biasa digunakan adalah tes mata terpejam. 1. Mintalah pasien untuk memejamkan kedua kelopak mata dengan lemah lembut, seolah-olah melihat ke arah ubun-ubunnya. 2. Kemudian biarkan kedua kelopak mata pasien semakin erat terpejam seperti dilem. Saat klien ingin membuka matanya, ia akan merasakan bahwa semakin ingin ia membuka kelopak matanya, semakin erat kedua matanya itu terpejam dan ia hanya bisa mendengarkan suara serta panduan dari terapis. a. Induction Induction

(induksi)

merupakan

teknik

untuk

membawa subjek berada dalam kondisi hipnosis. Tahap ini dilakukan dengan memberikan suatu kejutan kepada subjek sehingga critical area terbuka secara tiba-tiba dan terjadi masa tegang (blank).

Pada

terapismemberikan

masa

tegang

perintah

sederhana

tersebut, kepada

33

subjek. Contoh induksi dengan menggunakan teknik focus visual atau fiksasi mata. “Pusatkan pandangan mata Anda ke satu titik di atas ruangan ini dan mulailah menghirup napas. Sekali lagi, dengan mata terbuka, hiruplah napas yang dalam, dan hembuskan. Rasakan mata Anda semakin lama semakin lelah, berat, dan mengantuk ketika Anda menghirup napas. Sekarang izinkan mata Anda menutup dengan perlahan ketika Anda menghembuskan napas. Izinkan terpejamnya mata Anda sebagai isyarat bagi tubuh Anda untuk masuk ke dalam sensai relaksasi sepenuhnya. Tubuh Anda akan merasa rileks, semakin rileks, dan Anda semakin tertidur nyenyak. Tetap pusatkan perhatian Anda pada suara saya dan hanya suara saya, sekali pun ada suara lain di sekeliling Anda, suara-suara itu akan semakin menghantarkan Anda untuk lebih dalam lagi ke alam relaksasi, Anda merasa semakin rileks dan semakin tertidur nyenyak”. b. Deepening Deepening merupakan kelanjutan dari induksi yang merupakan suatu teknik yang bertujuan membawa subjek memasuki kondisi hipnosis yang lebih dalam lagi dengan memberikan suatu sentuhan imajinasi agar pasien lebih dapat menerima sugesti yang diberikan oleh terapis. Konsep dasar dari deepening ini adalah membimbing subyek pasien untuk berimajinasi melakukan sesuatu kegiatan atau berada di suatu tempat yang mudah dirasakan oleh subyek. Rasa mengalami secara dalam ini akan membimbing subyek memasuki trance level lebih

34

dalam. c. Suggestion Suggestion merupakan suatu kalimat-kalimat saran yang disampaikan oleh hipnotis ke bawah sadar pasien. Dalam hal ini, sugesti tersebutlah yang menjadi tujuan kegiatan hipnosis. Terapis akan mulai memberikan terapi untuk permasalahan yang dihadapi pasien dengan menanamkan sugesti pascahipnotis sesuai kesepakatan dalam kontrak dengan pasien. Sugesti pascahipnotis tersebut berupa

kalimat

terapeutik

menghilangkan

gejala

menghilangkan

akar

yang

dan

keluhan

masalah

dan

berfungsi pasien, penyebab

gangguan, serta kaitannya dengan aspek-aspek yang lain. Misalnya “Setelah terapi, saat Anda membuka mata dan terbangun nanti, Anda akan merasa kecemasan dan masalah Anda hilang dan hidup Anda menjadi lebih bahagia.” d. Termination Termination merupakan tahap pengakhiran untuk mengembalikan subyek pada keadaan semula. Sebuah terminasi dilakukan dengan memberikan kalimat lanjutan setelah kalimat-kalimat sugesti. Misalnya, “Sesi hipnoterapi ini akan segera berakhir. Sekarang, hiruplah napas yang dalam, dan hembuskan. Sekali lagi, hirup napas yang dalam, dan hembuskan. Hirup napas yang dalam, dan hembuskan. Sebentar lagi, Anda akan terbangun dan membuka mata Anda dalam hitungan mundur yang saya ucapkan. Anda akan membuka mata Anda dan terbangun dan menjalani hidup Anda

35

dengan lebih bahagia karena beban, kecemasan, dan masalah Anda telah hilang. Tiga, dua, satu, dan Anda terbangun dari tidur Anda dan membuka mata Anda kembali”. l.

Monitor tanda vital pasien setiap 15 menit.

m. Observasi pasien untuk melihat adanya reaksi terapi.

6.

Evaluasi

n.

Apabila terapi sudah selesai, rapikan pasien.

o.

Bereskan alat.

p.

Cuci tangan.

a. Evaluasi respon pasien b. Berikan reinforcement positif c. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya d. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik

7.

Dokumentasi

a. Catat tindakan yang sudah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan pada catatan keperawatan. b. Catat respon pasien dan hasil pemeriksaan. c. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP.

Related Documents


More Documents from "Yulinar Pramesti Cahyani"