Laporan Perpetaan Peta Geologi Tentatif

  • Uploaded by: Farah Jihan
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Perpetaan Peta Geologi Tentatif as PDF for free.

More details

  • Words: 3,349
  • Pages: 22
Loading documents preview...
LAPORAN PRAKTIKUM PERPETAAN GEOLOGI PETA GEOLOGI TENTATIF

Disusun Oleh :

LAILA FARAH JIHAN 185090701111011

Asisten Praktikum : BRAMASTA ADYA DEWANTA

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019

Kata Pengantar Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Perpetaan Geologi dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Perpetaan Geologi. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Farida selaku dosen mata kuliah Perpetaan Geologi. Selanjutnya, penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada kakak-kakak asisten praktikum yang telah membimbing kami. Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari tata bahasa maupun susunan kalimatnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca akan sangat berguna untuk kesempurnaan laporan ini. Kami juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun terhadap pembaca.

Malang, 9 November 2019

Penyusun

i

Daftar Isi Kata Pengantar ............................................................................................................................................... i Daftar Gambar ............................................................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1 1.1

Latar Belakang .............................................................................................................................. 1

1.2

Tujuan Praktikum.......................................................................................................................... 2

1.3

Manfaat ......................................................................................................................................... 2

BAB 2 DASAR TEORI ................................................................................................................................ 3 2.1

Pengertian Peta Geomorfologi ...................................................................................................... 3

2.2

Apa saja Aspek-Aspek dalam Peta Geomorfologi ........................................................................ 7

2.3

Jelaskan apa itu morfologi, morfogenesis, morfokronologi dan morfoarrangement .................... 8

BAB III METODOLOGI ............................................................................................................................ 10 3.1

Peralatan...................................................................................................................................... 10

3.2

Diagram Alir ............................................................................................................................... 10

BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................................... 11 BAB V PENUTUP ..................................................................................................................................... 17 5.1

Kesimpulan ................................................................................................................................. 17

5.2

Saran ........................................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 18

ii

Daftar Gambar Gambar 4.1……………………………………………………………………………………...6 Gambar 4.2……………………………………………………………………………………...7 Gambar 4.3.……………………………………………………………………………………..7 Gambar 4.4……………………………………………………………………………..….…..10 Gambar 4.5………………………………………………………………………………...…..10

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geologi merupakan ilmu mempelajari tentang masalah kebumian, terutama yang berkaitan dengan gaya dan proses dari bumi yang berpengaruh terhadap kerak bumi. Geologi juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari planet bumi terutama mengenai materi penyusunnya, proses yang terjadi padanya, hasil proses tersebut, sejarah planet itu dan bentuk-bentuk kehidupan sejak bumi terbentuk. Pada daerah di masingmasing permukaan bumi pastilah terdapat struktur geomorfologi yang tentunya dapat kita perkirakan proses geologi yang terjadi pada daerah tersebut. Penelitian geologi di lapangan dilakukan melalui beberapa tahap. Salah satu tahap yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian geologi adalah tahap persiapan. Dalam tahap persiapan, peneliti harus mencari informasi yang banyak mengenai daerah yang akan diteliti. Selain itu, peneliti harus menyiapkan peta geologi tentatif atau peta geologi sementara untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi geologi daerah yang akan diteliti tanpa harus mendatangi lokasi secara langsung. Dengan demikian, peneliti hanya memastikan kondisi geologi yang ada di peta sudah sesuai dengan kondisi sebenarnya. Peta geologi tentatif merupakan peta geologi yang dibuat sebelum dilakukan tahap pengambilan data di lapangan. Dengan adanya peta geologi tentatif, peneliti bisa menentukan titik mana yang akan dijadikan stopsite penelitian. Peta geologi tentatif dapat dibuat dengan menggunakan peta geologi regional dan peta kontur daerah yang akan diteliti. Namun, pembuatan peta geologi tentatif tidak hanya menyalin semua informasi yang ada di peta geologi regional maupun peta kontur. Oleh karena itu, cara pembuatan peta geologi tentatif dari peta geologi regional dan peta kontur harus dipelajari.

1

1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum peta geologi tentatif yaitu agar praktikan mampu menyusun peta geologi tentatif menggunakan data sekunder berupa peta topografi dan peta geologi. 1.3 Manfaat Agar mahasiswa dapat menyusun peta geologi berupa peta topografi dan peta geologi.

2

tentatif menggunakan data sekunder

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pengertian Peta Geomorfologi . Peta topografi merupakan peta yang menggambarkan kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar (Noor, 2009). Peta topografi memetakan tempat-tempat yang berada di permukaan bumi dengan ketinggian yang sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Kontur merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Kontur juga memberikan informasi relief baik secara relatif maupun secara absolute. Angka yang memperlihatkan perbedaan ketinggian antara satu garis kontur dan garis kontur selanjutnya dinamakan interval kontur. Untuk mengidentifikasikan bentuk permukaan bumi yang terdapat di peta topografi, dapat dimengerti pola kontur tiap bentuk muka bumi. Hal-hal yang berkaitan dengan garis kontur adalah: a. Garis kontur satu dengan lainnya tidak boleh saling memotong. b. Jarak garis kontur yang rapat menunjukkan adanya daerah yang terjal dan sebaliknya. c. Garis kontur yang menggambarkan lembah akan membentuk huruf “V” terbalik. d. Garis kontur yang mempunyai nilai yang paling besar menunjukkan bagian yang lebih tinggi dan sebaliknya garis kontur dengan nilai terkecil menunjukkkan daerah yang lebih rendah. e. Garis kontur yang bentuknya memanjang bagian atasnya datar dan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut menunjukkan dataran tinggi. f. Garis kontur yang bentuknya bulat menunjukkan bentuk bukit. g. Garis kontur yang bentuknya memanjang menunjukkan igir. (Sukanti dkk, 2006) Untuk pembuatan sayatan geologi dapat dilakukan dalam beberapa langkah. Dibuat terlebih dahulu garis lurus dan ditarik dari peta geologi. Untuk titik awal dan akhir diberi huruf kapital. Dalam menarik garis sayatan, diusahakan garis tegak lurus strike perlapisan 3

batuan. Lalu untuk menyayat dipilih skala. Untuk panjang (skala horizontal “H”) biasanya sama dengan skala yang ada di peta dan untuk skala vertikal “V” dapat diperbesar untuk lapisan batuan yang terlalu tipis (tapi cara ini agak dihindari supaya sayatan geologi menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Kemudian di atas profil ditulis data geologinya, missal batas lithology, bukit dan lembah sungai. Jika lapisannya terlipat, maka yang diberi tanda pertama yaitu pusat lipatan (Noor, 2009). Kelurusan geologi (lineament) adalah cerminan morfologi yang terlihat dipermukaan bumi sebagai hasil yang didapatkan dari aktifitas gaya geologi di dalam bumi. Batasan kelurusan geologi yang dimaksud adalah sebuah bentukan alamiah yang direpresentasikan oleh keunikan geomorfologi seperti kelurusan lembah, kelurusan sungai, dan kelurusan yang disebabkan oleh sesar-sesar baik sesar naik, sesar turun, dan sesar mendatar Dibawah ini merupakan jenis-jenis pola pengaliran secara umum: 1) Pola Aliran Dendritik Pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai struktur pohon. Umumnya pola aliran ini dikontrol oleh litologi batuan homogen. Tekstur atau kerapatan pola aliran ini dikontrol oleh jenis batuannya. Tekstur sungai diartikan sebagai panjang sungai persatuan luas dikarenakan suatu sistem yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus). Sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk struktur kasar.

Gambar 2.1 Pola Dendritic 2) Pola Aliran Radial Pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunung api atau bukit intrusi. Pola ini sering dijumpai pada bentang alam kubah (domes) dan laccolith. Pada bentang alam ini kemungkinan pola alirannya kombinasi dari radial dan annular. 4

Gambar 2.2 Pola Radial 3) Pola Aliran Rectangular Pada umumnya pola ini berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya mendekati sama (seragam), tapi dikontrol kekar yang memiliki dua arah dengan sudut tegak lurus. Pola ini sering dijumpai didaerah wilayah patahan. Jadi, pola aliran ini dikendalikan oleh struktur geologi seperti kekar dan sesar.

Gambar 2.3 Pola Rectangular 4) Pola Aliran Trellis Pola aliran yang menyerupai bentuk pagar yang banyak dijumpai di perkebunan anggur. Pola ini memiliki ciri sungai yang mengalir di sepanjang lembah dengan cabang yang berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Pola ini dikontrol oleh struktur geologi yaitu sinklin dan antiklin. Ciri-ciri sungai ini yaitu berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya.

Gambar 2.4 Pola Trellis 5) Pola Aliran Sentripetal Pola ini berlawanan dengan pola radial, yang mana aliran sungainya mengalir ke satu tempat yang berupa cekungan. Pola ini banyak dijumpai dibagian barat dan barat laut Amerika.

5

Gambar 2.5 Pola Sentripetal 6) Pola aliran Annular Pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari ketinggian tertentu dan menuju arah hilir kembali bersatu. Umumnya, pola ini dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi loccolith. 7) Pola Aliran Paralael Pola aliran yang terbentuk dari lereng yang tejal/curam. Akibat dari morfologi terjal, bentuk aliran sungainya akan lurus mengikuti arah lereng dengan cabang sungai yang sedikit. Pola ini terkadang mengindikasikan adanya patahan yang besar dimana memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. (Noor, 2014) Penampang geologi merupakan suatu gambaran dari hasil sayatan yang pada posisinya mengarah searah vertikal pada bumi yang berguna untuk menginterpretasikan pada suatu hubungan antara keadaan geologi baik geologi dengan menggunakan peta maupun tidak. Penampang sayatan geologi menggambarkan kondisi geologis pada setiap lokasi yang dilewati penampang tersebut sehingga secara horizontal dapat diketahui perbedaan tipe litologi, formasi batuan dan struktur geologinya. Secara vertikal dapat diketahui stratigrafi batuan, umur geologi relative dari masing-masing perlapisan batuan (Rika dkk, 2014).

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi dan perubahan-perubahan yang terjadi pada bumi sendiri. Geomorfologi biasanya diterjemahkan 6

sebagai ilmu bentang alam. Ditinjau dari asal bahasa, geomorfologi terdiri dari tiga kata, yaitu geos, morphos, dan logos. Geos berarti bumi, morphos berarti bentuk, dan logos berarti ilmu. Sehingga geomorfologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi. Peta geomorfologi sendiri dapat diartikan sebagai peta yang menggambarkan bentuk lahan, genesa beserta proses yang mempengaruhinya dalam berbagai skala. Pada peta geomorfologi, terdapat informasi yang berupa bentuk, geometri, serta prosesproses yang telah maupun sedang terjadi, baik proses endogenik maupun proses eksogenik. Informasi untuk sains dan informasi geomorfologi untuk terapan itu memiliki tujuan yang berbeda, yaitu; 1. Untuk tujuan sains, peta geomorfologi memiliki informasi untuk mengetahui: a. Faktor-faktor geologi apa yang berpengaruh untuk pembentukan apa yang telah berpengaruh kepada pembentukan bentang alam disuatu tempat. b. Pembentukan bentuk bentang alam apa aja yang telah ada oleh terjadinya kejadian tersebut. Gambaran peta yang menunjang ganesa dan bentuk yang lebih diutamakan. 2. Untuk tujuan terapan, peta geomorfologi diharapkan mampu lebih banyak memberi informasi mengenai: a. Geometri dan bentuk permukaan bumi seperti tinggi, luas, kemiringan lereng, kerapatan sungai, dan lain-lainnya. b. Proses geomorfologi yang sedang berjalan dan besaran dari proses seperti: 

Jenis proses (pelapukan, erosi, sedimentasi, longsoran, pelarutan dan sebagainya).



Besaran dan proses tersebut (berapa luas, berapa dalam, berapa intensitasnya dan sebagainya) (Noor, 2014)

2.2 Apa saja Aspek-Aspek dalam Peta Geomorfologi Didalam suatu peta geomorfologi diharuskan untuk mencakup beberapa aspek. Aspekaspek tersebut meliputi:

7

a. Peta geomorfologi menggambarkan aspek-aspek utama lahan atau terrain disajikan dalam bentuk simbol huruf dan angka, warrna, pola garis dan hal tersebut tergantung pada tingkat kepentingan dari masinh-masing suatu aspek. b. Peta geomorfologi memuat aspek-aspek yang dihasilkan dari survey analitik (diantaranya morfologi dan morfogenesa) dan sintetik (diantaranya proses geomorfologi, tanah/soil, tutupan lahan). c. Unit utama geomorfologi adalah kelompok bentuk lahan didasarkan atas bentuk asalnya (structural, fluvial, denudasi, marin, kartz, angin dan es). d. Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak yang sebenarnya atau pada lapangan dan dinyatakan dalam bentuk angka, garis dan juga keduanya. (Noor, 2014) 2.3 Jelaskan apa itu morfologi, morfogenesis, morfokronologi dan morfoarrangement Objek kajian utama geomorfologi adalah empat lahan yang mencakup empat aspek utama yaitu: 1. Morfologi adalah gambaran dari bentuk permukaan bumi dan biasanya tergambarkan dalam bentuk keadaan topografi/kesan topografi. Morfologi mengelompokkan bentuk lahan dan aspek-aspek yang bersifat pemerian suatu daerah. Hal tersebut didukung oleh aspek kuantitatif yang berupa ukuran-ukuran (morfometri) seperti kemiringan lereng, ketinggian tempat, dan beda tinggi pada suatu daerah, tingkat pengikisan dan pola pengaliran. Morfologi permukaan bumi merupakan hasil dari tenaga endogen pada relief orde 2 yaitu, Pegunungan yang komplek, pegunungan patahan, pegunungan masif, pegunungan lipatan, kubah/ dome, dataran tinggi, gunung api, dataran pantai (Suharjo dkk, 2017). 2. Morfogenesis

menjelaskan

mengenai

berbagai

proses

geomorfologis

yang

mengakibatkan perubahan bentuk lahan dalam waktu pendek maupun panjang, baik diproses dari tenaga endogen maupun tenaga eksogen. 3. Morfokronologi menjelaskan mengenai masalah evolusi pertumbuhan bentuk lahan, urutan dan umur pembentukannya, dan dikaitkan dengan proses yang bekerja.

8

4. Morfoarrangement menjelaskan hubungan antara kondisi geomorfologi dan lingkungannya, yaitu hubungan antara bentuk lahan dan unsur-unsur bentang alam yang lain seperti batuan, tanah, struktur, air, vegetasi dan penggunaan lahan. (Santosa, 2016)

9

BAB III METODOLOGI 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam praktikum sayatan geologi yaitu alat tulis lengkap, plastic mika 6, OHP marker, peta topografi dan peta regional yang telah disediakan. 3.2 Diagram Alir Siapkan peta yang telah di sediakan asisten. Letakkan mika diatas peta kontur dan bagi tiap zonasi sesuai dengan kerapatan konturnya menggunakan OHP marker.

Ambil mika yang baru dan letakkan pada peta regional lagi dan tentukan pola kelurusan dan pola pengaliran menggunakan OHP Marker

Setelah selesai menentukan itu, hitung kemiringannya sesuai dengan kerapatan kontur.

Setelah itu, mika yang berisi zonasi tadi diambil dan diletakkan diatas peta geologi regional untuk menentukan batas-batas litologi. Setelah itu, diletakkan di atas peta regional untuk menentukan jenis batuan dan formasi batuan yang terdapat pada daerah peta tersebut yang dilihat berdasarkan kerapatan konturnya.

Setelah ditentukan batuan apa yang ada didalamnya, dilakukan overlay dan kemudian ditentukan titik pengamatan berdasarkan jalan, sungai, perbatasan litologi dan struktur geologinya. 10

BAB IV PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Overlay

Seperti yang telah dilakukan sebelumnya, pada praktikum kali ini telah disediakan 2 peta oleh asisten praktikum, yaitu peta kontur dan juga peta geologi regional. Awal mula yang harus dilakukan yaitu tentunya pembagian zonasi berdasarkan kerapatan konturnya untuk mempermudah kita mengetahui batuan yang terbentuk di sekitar daerah tersebut. Terdapat 4 zonasi yang telah terbentuk sesuai dengan interpretasi. Untuk zonasi daerah pertama terdapat kerapatan kontur yang sangat tinggi yang menandakan daerah tersebut adalah daerah terjal. Untuk zonasi daerah kedua memiliki kerapatan kontur yang tidak serapat dan seterjal zonasi pertama. Tapi masih bisa dikatakan daerah terjal karena dilihat dari ketinggian konturnya. Untuk zonasi daerah ketiga terlihat kontur yang agak renggang daripada zonasi pertama dan kedua. Sedangkan untuk zonasi daerah ke empat memiliki kontur yang sangat renggang dibanding zonasi lainnya. Hal ini menandakan bahwa daerah tersebut merupakan daerah landai. Setelah terbaginya zonasi-zonasi, kemudian ditentukan pola kelurusan dan pola pengaliran. Pola kelurusan banyak terdapat pada zonasi pertama yang tentunya pada daerah yang mendekati puncak atau daerah yang terjal. Untuk pola pengaliran yang terjadi dapat

11

dilihat bahwa garis berwarna biru merupakan sungai utama. Kemudian, anak-anak sungai tersebut bermuara menuju sungai utama membentuk sudut tidak beraturan. Maka dari itu pada peta tersebut kebanyakan jenis pola pengaliran yang ada yaitu pola dendritic.

Gambar 4.2 Daerah kemiringan lereng

Gambar 4.3 perhitungan kemiringan lereng

12

Untuk perhitungan kemiringan lereng dapat diukur dari setiap pembagian zonasi. Untuk setiap zonasi diambil kerapatan kontur yang paling yang paling rapat dan kontur yang paling renggang. Perhitungan kemiringan lereng berdasarkan skala pada peta dan skala pada jarak sebenarnya. Untuk zonasi pertama dengan kerapatan kontur yang tinggi telah didapatkan 2 data. Jadi, pada daerah zonasi pertama memiliki daerah yang paling terjal dengan sudut kemiringan sebesar 20,81° dan daerah yang paling landai dengan sudut kemiringan 11,31°. Untuk daerah zonasi kedua memiliki daerah yang paling terjal dengan sudut kemiringan sebesar 7,67° dan daerah yang paling landai dengan sudut kemiringan sebesar 18,26°. Untuk daerah zonasi ketiga memiliki daerah yang terjal dengan kemiringan sebesar 12,95° dan daerah yang landau dengan kemiringan sebesar 8,53°. Pada daerah zonasi keempat yang memiliki keraparan kontur paling renggang memiliki daerah yang terjal dengan kemiringan yang rendah yaitu sebesar 10,76° dan daerah yang paling landau sebesar 2,12°. Menghitung kemiringan suatu lereng dapat digunakan untuk memperkirakan apakah aksesbilitas tersebut dapat memungkinkan untuk dilewati atau tidak berdasarkan kecuramannya. Setelah menentukan struktur geologinya, kemudian ditentukan batas litologi pada peta geologi regional. Pada setiap batas litologi, terdapat formasi-formasi yang ada. Untuk yang berwarna merah muda, merupakan formasi kebobutak yang mengandung batuan breksi andesit, tuf, tuf lapilli, aglomerat dan sisipan aliran. Kemudian, dilihat dari beberapa aspek seperti kerapatan kontur dan jenis pola pengaliran, dapat ditentukan batuan yang terdapat pada setiap zonasi daerah. Menurut analisa, pada zonasi pertama diduga mengandung batuan lava andesit. Lava andesit merupakan batuan beku ekstrusif karena mengalami pembekuan dipermukaan bumi. Dapat dilihat dari konturnya yang terjal dengan kerapatan yang tinggi menandakan bahwa daerah ini merupakan daerah yang tidak mudah tererosi. Daerah yang tidak mudah tererosi biasanya kebanyakan mengandung batuan beku dan dapat diperkirakan bahwa mengandung batuan lava andesit serta dapat diasumsikan bahwa daerah ini merupakan arah aliran lava saat terjadi erupsi vulkanik di regional tersebut. Untuk zonasi kedua kerapatan konturnya masih dibilang terjal tetapi tidak seterjal zonasi pertama. Daerah ini diperkirakan mengandung batuan sedimen klastik yaitu breksi andesit yang mana merupakan hasil sedimentasi dari batuan beku andesit. Daerah ini diduga merupakan daerah trasnportasi dari 13

batuan beku andesit yang daerah pengendapannya tak terlalu jauh dari daerah lava andesit. Pada zonasi daerah kedua terdapat juga batuan pasir pada kerapatan kontur yang agak renggang yang menandakan bahwa daerah ini mudah untuk tererosi. Pada zonasi ketiga, dapat dilihat bahwa kerapatan kontur sudah agak renggang sehingga daerah tersebut akan lebih mudah tererosi secara eksogen ataupun karena aliran air sungai yang berada di daerah tersebut. Batuan yang terdapat pada zonasi ini diduga adalah aglomerat yang merupakan batuan yang terbentuk dari material vulkanik seperti abu vulkanik, lapilli, ataupun bom vulkanik. Maka dari itu, pada zonasi ini merupakan daerah erupsi dan tempat dimana segala material erupsi vulkanik terlemparkan saat erupsi terjadi. Hal yang membedakan dari tuf dan breksi ini hanyalah ukuran butirnya yang mana tuf memiliki ukuran butir kurang dari 2 mm dan aglomerat dengan ukuran butir diatas 64 mm. Daerah ini dapat diindikasikan memiliki tuf dan aglomerat karena berada tak jauh dari aliran lava andesit dan dapat diindikasikan pula bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang tak jauh dari pusat erupsi vulkanik purba. Pada zonasi daerah keempat dapat dilihat bahwa kerapatan konturnya sudah semakin renggang dan mulai menuju ke arah aliran sungai atau sekitar sungai. Pada zonasi ini merupakan daerah yang diindikasikan daerah batuan piroklastik tuf. Seperti yang diketahui, bahwa tuf dan batuan aglomerat memiliki kesamaan seperti yang telah dijelaskan diatas yang merupakan batuan yang terbentuk dari material vulkanik seperti abu vulkanik, lapilli, ataupun bom vulkanik. Pada daerah ini juga di indikasikan terdapat batuan gamping, batuan lanau dan batuan lempung. Hal ini dikarenakan batuan-batuan tersebut memiliki resistansi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan breksi dan andesit, sehingga daerah tersebut akan lebih mudah tererosi secara eksogen ataupun karena aliran sungai yang terdapat pada daerah tersebut.

.

14

Gambar 4.4 Peta Geologi Regional

Gambar 4.5 Keterangan litologi Pengambilan titik pengamatan dapat dilihat 4 aspek yaitu dari jalan, sungai, perbatasan litologi, struktur geologi (seperti pola kelurusan dan pola pengaliran) dan garis kontur. Dilihat juga dari aksesbilitasnya agar mudah dilewati. Jalan merupakan salah satu akses untuk mencapai titik pengamatan. Namun untuk mencapai titik pengamatan tertentu pada peta, maka akses yang sangat mungkin diambil adalah daerah aliran sungai yang mana tempat dimana singkapan ataupun bongkahan batuan yang dapat menjadi tempat pengambilan data untuk pemetaan. Daerah sungai merupakan daerah yang cukup krusial dalam pengambilan data pada suatu titik pengamatan yang mana juga menjadi acuan lokasi eksak saat pemetaan berlangsung.

15

Struktur geologi seperti kelurusan dan pola pengaliran yang dengan kata lain merupakan percabangan dari sungai-sungai utama juga merupakan lintasan yang digunakan untuk mencapai titik pengamatan yang tidak dilewati jalan ataupun sungai-sungai utama. Daerah pola pengaliran dan kelurusan ini juga merupakan daerah yang cukup banyak memiliki titik pengamatan dalam pemetaan karena merupakan daerah yang memiliki kontur lebih tinggi daripada daerah sungai utama dan dapat mengindikasikan perbedaan litologi batuan. Agar data yang diambil maksimal dan memudahkan dalam menginterpretasikan jenis batuan pada peta tersebut, daerah dengan kontur tinggi juga perlu dijadikan sebagai titik pengamatan. Pada daerah dengan kontur tinggi ini, lintasan yang dapat digunakan adalah dengan mengikuti garis kontur dengan ketinggian tertentu untuk mencapai titik pengamatan dengan daerah bentang alam structural. Namun, jika kontur yang dilewati terlalu rapat dan medan dilapangan terlalu sulit untuk dilewati, maka lintasan yang paling mungkin dilewati adalah sungai dan pola-pola pengalirannya.

16

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah dilakukan praktikum peta geologi tentatif, dapat disimpulkan bahwa praktikan dapat menyusun peta geologi tentatif menggunakan data sekunder berupa peta topografi dan peta geologi. Dari peta geologi tentatif ini dapat ditentukannya jalur pengamatan atau titik pengamatan yang dapat dilewati berdasarkan struktur geologinya seperti pola pengaliran, pola kelurusan, kemiringan lereng, batas litologinya. Praktikan juga dapat menduga proses terjadinya batuan apa aja yang terbentuk pada setiap formasi dikarenakan pada setiap formasi terbentuk lebih dari satu batuan. Hal itu dilihat berdasarkan konturnya. Semakin rapatnya kontur, menandakan bahwa daerah tersebut tidak mudah mengalami erosi. Sedangkan semakin renggangnya kontur menandakan bahwa daerah tersebut dapat dengan mudah tererosi dan dari hal itulah kita dapat menduga batuan apa aja yang terdapat disana. 5.2 Saran Sebaiknya asprak dapat lebih jelas lagi menerangkan materi ke praktikan. Diharapkan juga asprak jika memberi materi TM tidak mendadak seperti h-1 sebelum pengumpulan. Agar dapat dikerjakan jauh-jauh hari dan tidak bertumpukan dengan tugas lainnya.

17

DAFTAR PUSTAKA Noor, Djouhari. 2014. Pengantar Geologi. Yogyakarta: Deepublish Santosa, Langgeng, Wahyu. 2016. Keistimewaan Yogyakarta dari Sudut Pandang Geomorfologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Suharjo, Arozaq, Miftahul, Sunarhadi, Amin. 2017. Geomorfologi Dasar. Surakarta: Muhammadiyah University Press

18

Related Documents

Laporan Perpetaan
February 2021 1
Geologi
January 2021 2
Makalah Peta
February 2021 1

More Documents from "djoe_thedjoker"