Laporan Praktikum Pemindah Daya

  • Uploaded by: Widi Rmj
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Pemindah Daya as PDF for free.

More details

  • Words: 4,715
  • Pages: 47
Loading documents preview...
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PEMINDAH DAYA DI BENGKEL UNIVERSITAS SURAKARTA

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh nilai Praktikum Sistem Pemindah Daya Oleh : Widi Kurniawan 201403003 KONSENTRASI PROGRAM OTOMOTIF

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS SURAKARTA 2017

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PEMINDAH DAYA DI BENGKEL UNIVERSITAS SURAKARTA Disusun Oleh : Nama

: Widi Kurniawan

NIM

: 201403003

Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Surakarta Laporan ini sebagai syarat untuk memperoleh nilai Praktikum Sistem Pemindah Daya, serta telah disetujui dan dinyatakan memenuhi persyaratan tata tulis laporan, dengan nilai:........

Surakarta,2 februari 2017 Dosen Pembimbing Praktikum

Eko Surjadi S.T, M.Eng NIPY:11.14.02.114

Mengetahui, Kepala Laboratorium dan Bengkel Mesin

Edy Susilo Sidodo S.T, M.T. NIPY: 11.14.02.117

1

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan mata kuliah “SISTEM PEMINDAH DAYA”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia. Laporan ini merupakan salah satu Mata Kuliah Sistem Pemidah Daya di Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Surakarta. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bpk Eko Surjadi S.T,M.Eng selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Sistem Pemindah Daya dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan Laporan ini. 1. Sugiyanto, S.T, M.T Selaku Kepala Program Studi Teknik Mesin D III 2. Edy Sosilo Widodo S.T, M.T Selaku Kepala Laboratorium Dan Bengkel Mesin 3. Eko Surjadi S.T. M.Eng Selaku Pembimbing Lapangan Praktikum 4. Fery Prasetyo Selaku Pengurus Lab Bengkel Mesin Universitas Surakarta Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan Laporan ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan Laporan ini. Surakarta, Februari 2017

Penulis

2

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Tujuan Dan Manfaat Praktikum ............................................................... 3 BAB II. PERENCANAAN PRAKTIKUM SISTEM PEMINDAH DAYA .................. 4 2.1 Alat- Alat ...................................................................................................... 4 2.2 Benda Kerja ................................................................................................. 4 BAB III.PROSES PENGERJAAN PRAKTIKUM SISTEM PEMINDAH DAYA..... 5 3.1 Transmisi ...................................................................................................... 5 3.2 Differential/Gardan ..................................................................................... 18 3.3 Kopling ......................................................................................................... 30 BAB IV. PENUTUP .......................................................................................................... 40 4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 40 4.2 Saran-Saran ................................................................................................. 40 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 41

3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Pemindah Daya Pemindah Daya (power train), merupakan sebuah mekanisme yang memindahkan tenaga dari mesin ke roda. Sistem pemindah tenaga menurut letak mesinnya dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu 1. Mesin depan penggerak belakang (front engine rear drive). 2. Mesin depan penggerak depan (front engine front drive). 3. Mesin belakang penggerak belakang (rear engine rear drive). 4. Mesin depan penggerak empat roda (four wheel drive). Sistem pemindah tenaga yang terdapat dalam mesin terbagi menjadi beberapa bagian yaitu: 1. Kopling Kopling terletak diantara mesin dan transmisi. Berfungsi menghubungkan dan melepas putaran dari mesin yang menuju transmisi. Selain itu kopling juga digunakan untuk memperhalus perpindahan roda gigi transmisi (Toyota Astra Motor, 1995). Dari uraian di atas untuk memaksimalkan fungsi kopling, maka kopling harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Kopling harus dapat menghubungkan mesin dengan transmisi secara lembut. b. Kopling harus dapat membebaskan hubungan dari transmisi dengan sempurna dan cepat. c. Pada saat menghubungkan ke transmisi, kopling harus dapat memindahkan tenaga tanpa terjadi slip. 2. Transmisi Berfungsi sebagai pengatur besar-kecilnya output tenaga mesin sesuai dengan kondisi perjalanan. Transmisi digunakan untuk mengubah tenaga mesin menjadi momen sesuai dengan kondisi perjalanan ataupun saat kendaraan harus berjalan mundur. Terdapat dua jenis transmisi yang digunakan pada kendaraan yaitu transmisi manual dan transmisi otomatis. Transmisi manual mengatur besar kecilnya tenaga yang keluar menuju roda menggunakan roda gigi transmisi. Sedangkan transmisi otomatis dalam pemindahan tenaga salah satunya menggunakan torque converter, planetary gear, dan hydraulic control unit (Toyota Astra Motor, 1995). 1

3. Propeller shaft Propeller shaft pada kendaraan penggerak belakang berfungsi menyalurkan output tenaga dari transmisi menuju differential. Propeller shaft dibuat dari baja yang memiliki ketahanan terhadap daya bengkok maupun puntiran. Propeller shaft ada dua tipe yaitu: (Toyota Astra Motor, 1995): a. 2-joint type propeller shaft, propeller yang hanya menggunakan u-joint pada kedua ujung propeller. b. 3-joint type propeller shaft, propeller yang menggunakan u-joint pada kedua ujung propeller dan terdapat center bearing di tengah propeller. Univesal joint atau u-joint digunakan untuk meredam perubahan sudut untuk memperhalus perpindahan tenaga dari transmisi ke differential. U-joint terdapat dua tipe : 1. U-joint tipe solid bearing cup. 2. U-joint tipe shell bearing cup. 4. Differential/Gardan Differential berfungsi memindahkan dan membagi tenaga ke roda ketika berjalan lurus maupun ketika berbelok. Differential terbagi menjadi dua bagian yaitu final gear dan differential gear yang berfungsi sebagai berikut (Toyota Astra Motor, 1995) :

1.3 Tujuan dan Manfaat Praktikum Tujuan: 2

1. Mahasiswa dapat mengetahui komponen – komponen pada praktikum. 2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi komponen pada praktikum. 3. Mahasiswa dapat mengetahui kerusakan yang terjadi pada benda kerja yang dipraktikum. 4. Mahasiswa dapat melakukan overhaul sistem pemindah daya. Manfaat: Banyak sekali manfaat pada praktikum sistem pemindah daya terutama untuk mahasiswa yang melaksanakan praktikum, karena mahasiswa mendapatkan banyak sekali ilmu dan pengetahuan dari praktikum ini.

BAB II PERENCANAAN PRAKTIKUM SISTEM PEMINDAH DAYA 2.1 Alat dan bahan a. Tool Box Set 3

b. c. d. e.

Grease Kompressor Palu Fuller gauge

2.2 Benda Kerja a. Transmisi b. Differensial/Gardan c. Kopling

4

BAB III PROSES PENGERJAAN PRAKTIKUM SISTEM PEMINDAH DAYA 3.1 Transmisi Transimsi Manual

Gambar. Transmisi manual

Transmisi manual merupakan gabungan roda-roda gigi yang memindahkan putaran dan momen poros engkol ke roda-roda penggerak. Sedangkan tujuan utama transmisi adalah untuk memindahkan tenaga mesin sesuai dengan kondisi pengendaraan, juga dapat memenuhi tujuan lain sperti dibawah ini, disesuaikan dengan karakteristik mesin yang banyak digunakan pada kendaraan dewasa ini. a. Menghasilkan tenaga yang lebih besar untuk saat start dan berjalan di tempat yang mendaki. b. Menggerakkan roda-roda pada kecepatan tinggi selama pengendaraan kecepatan tinggi (light speed driving). c. Menggerakkan roda-roda pada arah berlawanan untuk mundur. Konstruksi Transimsi Manual Di bawah ini dijelaskan konstruksi transmisi MSG5K yang digunakan pada kendaraan. Transmisi ini untuk semua kecepatan maju digunakan mekanisme synchromesh type, sedangkan untuk gigi mundur menggunakan mekanisme constantmesh type. Komponen-komponen utama transmisi manual dan fungsinya:

5

no 1

Komponen Transmission input salt Poros Input transmisi

2

Transmission gear Gigi transmisi Synchroniser Gigi penyesuai Shift fork Garpu pemindah

3 4 5

8

Shift linkage Tuas Penghubung Gear shift lever Tuas pemindah persneling Transmision case Bak transmisi Output shaft Poros output

9

Bearing Bantalan/laker

10

Extension housing Pemanjangan bak

6 7

Fungsi Sebuah poros dioperasikan dengan kopling yang memutar gigi di dalam gear box Untuk mengubah output gaya torsi yang meninggalkan transmisi Komponen yang memungkinkan perpindahan gigi pada saat mesin bekerja/hidup Batang untuk memindah gigi atau synchronizer pada porosnya sehingga memungkinkan gigi untuk dipasang/dipindah Batang/tuas yang menghubungkan tuas persneling dengan shift fork Tuas yang memungkinkan supir memindah gigi transmisi Sebagai dudukan bearing transmisi dan porosporos serta sebagai wadah oli/minyak transmisi Poros yang mentransfer torsi dan transmisi ke gigi terakhir Mengurangi gesekan antara permukaan benda yang berputar di dalam system transmisi Melingkupi poros output transmisi dan menahan seal oli belakang. Juga menyokong poros output.

Prinsip Kerja Transmisi Manual Transimisi manual bekerja pada prinsip yang sederhana dengan menggunakan rasio roda gigi. Sebuah perbedaan output kecepatan dapat dilakukan dengan mengubah rasio roda gigi pada sistem transmisinya. Rasio kecepatan dapat direpresentasikan pada persamaan berikut:

Gambar. Rasio kecepatan

Dimana: N = kecepatan T = jumlah gigi Macam-macam Berdasarkan cara transmisi manual 1. Tipe Sliding mesh

putar (rpm) Transimsi Manual pemindahan gigi maka dibedakan menjadi 3 yaitu:

6

Sliding mesh merupakan jenis awal transmisi manual dan paling mudah untuk dimengerti. Transmisi jenis ini, karena memang memiliki banyak kekurangan dalam cara kerjanya. Diantaranya adalah karena mengeluarkan suara yang kasar saat perpindahan gigi, perpindahan gigi membutuhkan waktu yang cukup lama, hanya dapat menggunakan salah satu dari roda gigi. Mekanisme dasar pada transmisi sliding mesh ditunjukkan pada gambar-5. Dimana poros input (input shaft) dan poros output (output shaft) dihubungkan melalui sebuah counter shaft.

Hanya dengan menggeser (sliding) gear pada poros

output , maka akan menghasilkan rasio gear yang berbeda . Arah dari alur daya direpresentasikan sebagai garis putus-putus merah pada gambar-5.

Gambar. Transmisi sliding mesh

Transmisi sliding mesh cocok untuk mengatur kecepatan putar, namun terdapat sebuah kelemahan pada sistem ini. Transmisi ini cukup rumit untuk menggeser dari satu gear dan mengubungkannya ke gear yang lain. Sebuah teknologi yang disebut double clutching digunakan untuk memperhalus perpindahan roda gigi, tetapi pengemudi butuh kemampuan yang baik untuk menggunakan double clutching secara efektif. 2. Tipe Constant mesh Transmisi tipe constant mesh adalah jenis transmisi manual yang cara kerja dalam pemindahan giginya memerlukan bantuan kopling geser agar terjadi perpindahan tenaga dari poros input ke poros output. Transmisi jenis constant mesh antara roda gigi input dan out put nya selalu berkaitan, tetapi roda gigi output tidak satu poros dengan poros output transmisi. Tenaga akan diteruskan ke poros output melalui mekanisme kopling geser. Transmisi jenis ini memungkinkan untuk menggunakan roda gigi lebih dari satu jenis.

7

Gambar. Transmisi constan mesh

3. Tipe Sincromesh Merupakan transmisi yang sering digunakan pada kendaraan. Sebuah transmisi synchromesh secara permanen dapat menyelesaikan masalah yang ada pada transmisi sliding mesh. Di sini roda gigi selalu dalam rangkaian, namun dengan sebuah perbedaan besar dimana gear output terhubung dengan poros secara longgar. Terdapat celah (clearance) kecil antara gear output dengan poros. Jika kita hanya menghubungkan satu roda gigi dengan poros pada suatu waktu, maka poros akan memiliki kecepatan putar yang terhubung dengan roda gigi.

Gambar. Transmisi syncromesh

Terdapat beberapa komponen penyusun transmisi syncromesh diantaranya adalah hypothetical connector , hub sleeve, synchronizer cone-teeth, dan synchronizer ring.

Pembongkaran Transmisi 8

1) Prosedure melepas tutup transmisi • Lepas rumah belakang, dudukan tuas pemindah transmisi • Lepas rumah transmisi

Gambar: melepas tutup transmisi

2)

Prosedur Melepas Poros – Poros Transmisi • Keluarkan poros bantu rumah transmisi • Keluarkan poros input dan output bersama – sama rumah transmisi

Gambar: melepas poros-poros transmisi

3) Prosedur Melepas Garpu • Lepaskan pegas dan bola penahan • Tarik tuas garpu satu persatu, mulai dari tuas yang samping.

Gambar: Melepas garpu

4) Prosedur Melepas Roda Gigi Poros Input 9

• Lepaskan ring penjamin dalam • Keluarkan bantalan rol pilot 5) Prosedur Melepas Roda Gigi Poros Output • Lepaskan ring pengunci (snap ring) • Keluarkan unit sinkromes dan roda gigi tiga 6) Prosedur Melepas Roda Gigi Poros Output Bagian Belakang • Lepaskan mur dan penguncinya. • Keluarkan unit sinkromes dan roda gigi mundur

Gambar: melepas roda gigi belakang

poros output bagian

Prosedur Pemeriksaan Transmisi 1) Pemeriksaan Poros Input • Periksa kondisi bantalan poros input • Periksa dudukan bantalan pilot • Periksa kondisi permukaan gigi dudukan plat kopling • Periksa dudukan snap ring • Periksa dudukan bantalan poros input • Periksa kondisi permukaan gigi input dan gigi sinkromes • Periksa kondisi dudukan cincin sinkromes • Periksa bantalan peluru / rol

10

3)Pemeriksaan Poros Utama • Dudukan bantalan pilot poros input

C

• Diameter dudukan roda gigi 2 dan 3

A

• Tebal pembatas

B

2) Pemeriksaan Roda Gigi • Pemeriksaan roda gigi 1, 2, 3 dan R mundur terhadap permukaan gigi, diameter dalam (A) sisi gigi. • Pemeriksaan gigi cincin penyesuaian (B) (gigi ini lebih cepat rusak dibanding dengan gigi lainnya) Roda gigi sinkromesh • Celah cincin sinkromesh dengan gigi pada saat pengereman 0,8 mm (dapat diperiksa dengan filter gauge) • Pemeriksaan permukaan pengereman dan gigigigi penyesuai (sinkromesh) • Pemeriksaan pengereman cincin sinkromesh, bila slip harus diganti dengan yang baru

11

3) Pemeriksaan Celah Garpu • Periksa celah garpu dengan dudukannya (B) lebih kecil dari 1 mm • Periksa permukaan gigi dalam kopling geser sinkromesh • Periksa gigi-gigi roda dan dudukan bantalan poros bantu

• Periksa keausan/kerusakkan tuas garpu peluru, pegas dan garpu pada tanda panah gambar

Pemasangan Transmisi 1)

Pemasangan unit Sinkromesh a. b.

Pasang roda gigi sinkromes, posisinya menghadap ke depan. Pada bagian

belakang kopling geser sinkromesh terdapat coakan yang sama.

c. Perhatikan pula Pengunci dan pegas pengunci. Pasang secara bersama sama. 12

2)

Pemasangan Poros Utama a. Pemasangan gigi 1 dan 2

Susunan pemasangan 1. Roda gigi kedua

6. Roda gigi 1

2. Cincin sinkromes

7. Bantalan rol

3. Gigi sinkromes (cluth hub) dan

8. Busing gigi 1

kopling geser sinkromes

9. Bantalan poros output

4. Bola pengunci 5. Cincin sinkromes Perlu diperhatikan untuk

pemasangan pengunci pada gigi

sinkromes dan kopling geser terhadap cincin sinkromes 13

Gambar: pengunci

pemasangan Pemasangan R)

Gigi Mundur (

Susunan pemasangan 10. Bola pengunci

15. Penahan (spacer) gigi mundur

11. Busing gigi mundur

16. Busing penahan

12. Bantalan rol

17. Sim (ring)

13. Roda gigi mundur

18. Mur pengunci

14. Gigi dan kopling geser sinkromes Urutan pemasangan

dari depan

1. Roda gigi ketiga 2. Cincin sinkromes 3. Unit sinkromes (kopling hub) 14

4. Ring penjamin (snap ring) 5. Selanjutnya

memasang

komponen-

komponen

lainnya

sesuai

yang

urutan

pemasangannya.

Pemasangan Bagian Poros Input

Gambar: Urutan input

pemasangan poros

1. Bantalan poros

4. Bantalan rol didalam gigi input

2. Ring penjamin (snap ring)

(pasang dengan bantuan grease)

3. Ring penahan

5. Ring penjamin dalam

 Pasang poros input dan output menjadi satu poros  Pemasangan poros bantu ( counter shaft )

Gambar: Urutan pemasangan poros input dan output Urutan pemasangan seperti pada gambar Perhatikan bola penahan jangan sampai tidak terpasang 15

Pemasangan Tuas Dan Garpu Pemindah • Pasang tuas no. 1 dan garpu ( A ) untuk gigi 1 dan 2 pada dudukan terbawah. • Masukkan pasak pengunci dari arah tanda panah.



Pasang poros kedua dan garpu (B) untuk gigi 3 dan 4 pada dudukan kedua (di tengah)



Masukkan pasak pengunci kedua



Pasang poros ketiga dan garpu ( C ) untuk gigi mundur



Pasang bola penahan dan pegas tekan



Pasang paking dan tutup



Keraskan baut pengunci tutup



Pasang poros – poros pada rumah transmisi mulai dengan poros input dan output berikutnya poros bantu

Perlu perhatikan pada bola pengunci bantalan poros bantu, jangan sampai tidak terpasang Pemasangan Gigi Mundur Pada Tutup Rumah Transmisi 1. Baut pengunci 2. Poros roda gigi balik 3. Gigi balik



Pasang tutup transmisi dan baut – bautnya



Pasang kontak lampu mundur



Pasang rumah belakang

16

 Keraskan baut – baut  Perhatikan pemasangan cincin penahan ( 3, 4 dan 5 )  Pengerasan baut harus merata

KESIMPULAN Setelah melakukan pembongkaran system transmisi maka mahasiswa mengetahui prinsip kerja transmisi dan kenapa di adakan transmisi pada kendaraan. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam praktikum transmisi adalah a. Pada saat pembongkaran sebaiknya komponen – komponen di urutkan, agar tidak salah dalam pemasangan.

17

b. Pada saat

pemasangan di perhatikan posisi komponen, jangan sampai terbalik, karena kalau sampai terbalik transmisi tidak akan bisa bekerja. c. Fungsi dari masing – masing komponen transmisi berbeda – beda. d. Semua komponen sangatlah penting. e. Komponen transmisi juga memerlukan komponen kopling yang membantu melepaskan putaran mesin, karena bila putaran tidak terputus transmisi tidak akan befungsi.

3.2 Differential/Gardan DIFFERENTIAL (Gardan) 18

Differensial atau lebih dikenal dengan istilah gardan terpasang pada bagian tengah poros roda belakang untuk kendaraan jenis penggerak belakang (FE – RD) dan dijadikan menjadi satu kesatuan dengan transmisi untuk jenis penggerak roda depan (FE – FD). Fungsi dari differensial/gardan adalah : 1. Untuk memindahkan tenaga putaran mesin dari poros gardan ke poros roda yang digerakkan. 2. Untuk memunginkan perbedaan putaran roda kiri maupun kanan pada saat kendaraan berbelok ke kiri atau ke kanan.

Gambar:

differential/Gardan

Differential terdiri dari 2 bagian utama : • Final gear : terdiri dari drive pinion dan ring gear, fungsinya untuk memperbesar moment dan merubah arah putaran sebesar 90o • Differential gear : terdiri dari side pinion gear, fungsinya untuk membedakan putaran antara roda kiri dan kanan Saat ini final gear terdiri dari 2 tipe : 1. Hypoide Bevel Gear Digunakan pada kendaraan penggerak roda belakang, dimana drive pinion terpasang offset dengan garis tengah ring gear. keuntungannya, bunyi lebih halus. Final Gear Jenis ini digunakan pada kendaraan penggerak roda depan.

2. Helical Gear 19

Keuntungannya, bunyi dan getaran lebih kecil dan moment dapat dipindahkan dengan lembut

Konstruksi Differential

1. Drive pinion 2. Ring gear 3. Differential case 4. Side gear 5. Pinion gear 6. Pinion shaft 7. Axle shaft

20

1. Mur

8. Poros pinion

2. Penghubung poros

9. Bantalan rumah differential

3. Sil poros pinion

10. Rumah differential

4. Bantalan poros pinion

11. Roda gigi corona

5. Rumah penggerak aksel

12. Roda gigi planet

6. Tutup bantalan

13. Roda gigi satelit

7. Pipa pembatas Cara Kerja Differential Pada Saat Jalan Lurus

Drive pinion memutarkan ring gear, ring gear memutarkan differential case, differential case menggerakkan pinion gear melalui pinion shaft dan pinion gear memutarkan side gear kiri dan kanan dengan rpm yang sama ( karena tahanan roda kiri dan kanan sama ), sehingga putaran roda kiri dan kanan sama.

21

Cara Kerja Differential Pada Saat Jalan Belok

Drive pinion memutarkan ring gear, ring gear memutarkan differential case, differential case menggerakkan pinion gear melalui pinion shaft dan pinion gear mengitari side gear yang bebannya berat sehingga menyebabkan putaran roda kiri dan kanan menjadi tidak sama.

22

Pembongkaran differential Bagian – Bagian differential

1. Mur

8. Poros Pinion

2. Penghubung Poros

9. Bantalan Rumah Differential

3. Sil Poros Pinion

10. Rumah Differential

4. Bantalan Poros Pinion

11. Roda Gigi Corona

5. Rumah Penggerak Aksel

12. Roda Gigi Planet

6. Tutup Bantalan

13. Roda Gigi Satelit

7. Pipa Pembatas

Membongkar penggerak aksel : 

Sebelum dibongkar terlebih dahulu periksa / mengukur celah kebebesan kontak gigi pinion dengan gigi korona.

 Beri tanda pada tutup bantalan.  Lepas plat pengunci baut penyetel.  Lepas baut pengikat tutup bantalan.

23



Angkat keluar rumah diferensial Perhatikan ! baut penyetel, cincin bantalan bagian kiri dan kanan tidak boleh tertukar / beri tanda.

Gambar: Angkat keluar differensial Membongkar rumah diferensial  Melepas bantalan rumah diferensial dan beri tanda / bantalan tidak boleh tertukar.

Gambar: Membongkar rumah differensial  Beri tanda, lepas baut pengikat gigi korona sedikit demi sedikit dan menyilang.  Melepas gigi korona ( Jangan memukul di satu tempat hingga lepas )

Gambar: Melepas baut gigi corona

24

 Lepas pasak dan keluarkan poros gigi planet  Mengeluarkan gigi planet dan gigi satelit, susun sesuai pemasangan hingga tak terjadi kesalahan

Gambar: Melepas pasak Membongkar / melepas poros pinion :  Bebaskan pasak pengunci, lepas mur pengikat poros kemudian gunakan baller untuk melepas sil poros pinion

Gambar: Membongkar dan melapas poros pinion 

Melepas bantalan poros pinion, perhatikan kedudukan poros harus tegak lurus terhadap alat pres

Gambar: melapas bantalan poros pinion menggunakan alat press

25

Pemeriksaan Bersihkan semua penggerak aksel yang telah dibongkar Memeriksa bagian

penggerak sudut:

Gambar: memeriksa bagian penggerak sudut  Bagian pasak mur pengikat flens  Kebebasan radial flens terhadap poros pinion  Setiap overhaul penggerak aksel sil poros pinion harus diganti baru  Keausan / permukaan dudukan bantalan poros pinion  Keausan dudukan bantalan poros pinion  Keausan gigi pinion dan gigi korona Memeriksa bagian-

bagian diferensial

Gambar: Memeriksa bagian differential 26



Keausan permukaan gesek bantalan



Keausan dudukan bantalan rumah diferensial



Keausan poros gigi planet



Keausan gigi planet dan gigi satelit



Kerusakan pasak poros gigi planet harus diganti



Keausan ring pembatas gigi planet dan ring pembatas gigi satelit

Pemasangan  Memberikan oli pelumas penggerak aksel pada semua bagian yang akan dipasang  Setiap pekerjaan overhaul sil dan paking diganti baru  Dalam tahap-tahap pemasangan tanda harus kembali pada posisi semula Poros Pinion  Memasang cincin luar bantalan poros pinion  Memasang sil poros pinion  Memasang bantalan poros pinion dengan ring pembatas lama. Perhatikan posisi ring pembatas sisi miring menghadap ke gigi pinion.

 Memasang poros pinion dengan pengencangan 130-200 Nm, dan jangan lupa memasang pipa pembatas. Kontrol momen putar poros, jika memakai : Pipa pembatas baru 0,7 – 1,5 Nm Pipa pembatas lama 0,5 Nm

27



Mengukur/kontrol tinggi pinion harus sama dengan semula.

Diferensial Perhatikan pemasangan ring pembatas bagian yang terdapat alur oli menghadap kegigi planet dan satelit.



Memasang gigi diferensial, kontrol celah antara gigi planet dengan rumah diferensial : 0,1-0,2 mm dan gigi-gigi harus dapat berputar halus.

Memasang gigi korona dengan dipanaskan terlebih dahulu, momen pengencangan 70-80 Nm. Perhatikan! Jangan lupa, pengunci baut harus terpasang.

28

Gambar:memasang gigi corona 

Sebelum

dipasang

tutup

bantalan,

baut

penyetel harus dapat berputar dengan baik. 

Pasang tutup bantalan dan keraskan baut pengikat ± 2/3 dari momen pengerasan.



Baut dudukan bantalan dikencangkan dengan momen pengencangan 70-90 Nm



Kontrol pre-load keseluruhan = 1,7-2,5 Nm



Memeriksa permukaan kontak, oleskan cairan pewarna/spidol non permanen pada gigi korona kemudian diputar hingga tampak bekas kontak permukaan gigi

29

Contoh permukaan kontak dan penyetelannya Keterangan : Arah penyetelan kedudukan poros pinion : Menambah atau mengganti ring penyetel yang lebih tebal. Mengurangi atau mengganti ring penyetel lebih tipis. Arah penyetelan posisi gigi korona dengan memutar baut penye- tel kekiri atau kekanan.



Memasang penggerak aksel.



Bersihkan permukaan dudukan penggerak aksel.



Bersihkan aksel biasanya pada bagian bawah.



Pasang penggerak aksel.



Pasang poros aksel.



Pasang poros penggerak aksel dan memeriksa kebebasan aksial poros.

 Setelah semua pembongkaran dan pemasangan selesai.  Bersihkan tempat kerja.  Mengumpulkan alat-alat dan bahan pada tempatnya.

30

3.3 Sistem Kopling Kopling terletak di antara engine dan transmisi yaitu suatu unit penggerak atau system yang merupakan bagian dari system pemindah daya dengan fungsi untuk memutus dan menghubungkan putaran dan daya mesin ke unit pemindah tenaga dengan lembut dan cepat.

Gambar: kopling Syarat-syarat Kopling 1. Harus dapat memutus dan menghubungkan putaran dari mesin ke transmisi dengan lembut

artinya terjadinya proses pemutusan dan penghubungan adalah secara

bertahap. 2. Harus dapat memindahkan tenaga mesin dengan tanpa selip jika kopling sudah terhubung

penuh, maka antara fly wheel dan plat kopling tidak boleh terjadi slip

sehingga daya dan putaran mesin harus dapat terpindahkan 100%. 3. Harus dapat memutuskan hubungan dengan sempurna dan cepat. Komponen Unit Kopling Komponen konstruksi utama sebuah unit kopling gesek adalah: 1. Plat Kopling Berfungsi untuk meneruskan tenaga mesin dari fly wheel dan plat penekan ke input

shaft

transmisi. plat kopling

disebut

dengan

kanvas kopling terbuat

dari

paduan

bahan asbes dan logam.

31

Bagian-bagian plat kopling meliputi : a. Clutch Hub Berfungsi sebagai tempat perkaitan unit plat kopling dengan input shaft transmisi yang memungkinkan unit plat kopling dapat bergerak sedikit maju dan mundur. b. Disc Plate Berfungsi sebagai rangka utama dari unit plat kopling untuk menahan beban kerja. c. Torsion Dumper Berfungsi untuk meredam hentakan/ puntiran saat kopling mulai menghubungkan/ meneruskan putaran dan pada saat akselerasi maupun deselerasi d. Kampas Kopling/ Facing Berfungsi untuk memperbesar gesekan, sehingga effisiensi pemindahan tenaga dan daya mesin optimal. e. Cushion Plate Berfungsi untuk dudukan facing atau kampas kopling serta memperhalus kerja kopling. f. Paku Keling/ Rivet Berfungsi untuk menyatukan kampas kopling dan cushion plate serta menyatukan cushion plate dan disc plate. 2. Plat penekan Berfungsi

untuk

menekan

terhadap fly wheel

plat

kopling

dengan adanya tekanan

pegas penekan.

Gambar: Plat penekan

32

3. Pegas penekan Berfungsi untuk kepada plat penekan.

memberikan gaya tekan

Gambar: pegas penekan 4. Rumah Kopling/ Tutup Kopling Berfungsi untuk dudukan komponen-komponen unit kopling, sebagai tumpuan tuas penekan serta untuk memungkinkan terjadinya pemutusan dan penghubungan tenaga mesin dengan akurat dan cepat. 5. Tuas Penekan Berfungsi untuk meneruskan gaya pedal kopling yang melalui bantalan pembebas untuk menekan pegas penekan. 6. Bantalan Pembebas Berfungsi untuk meneruskan gaya dorong dari release fork ke tuas pembebas/ pegas diaphragma pada saat pedal kopling ditekan. 7. Garpu Pembebas Berfungsi untuk meneruskan gaya dorong/ tarik dari pedal kopling untuk menekan bantalan pembebas.

33

Cara kerja kopling Cara kerja kopling adalah apabila mesin berputar, dengan sendirinya roda gila ikut berputar, sedangkan pada roda gaya ini dipasangkan tutup kopling yang tentunya juga ikut berputar. Dalam hal ini poros roda gigi atau poros utama persneling belum dapat berputar, demikian juga dengna plat kopling yang dipasang dengan perantaraan suatu alur pada poros tersebut yang memungkinkannya bergerak sepanjang poros persneling. Selanjutnya, apabila kita ingin menggerakkan roda, hal ini dapat dilakukan dengna mengoperasikan pedal, dimana pada waktu pedal di angkat pegas-pegas kopling akan menekan plat tekan pada roda gila. Hal ini yang menyebabkan plat kopling tersebut terjepit diantara roda gila dengna plat tekan. Plat ini mulanya akan slip, dan bergesekan dengan roda gila maupun plat tekan akan tetapi selanjutnya secara bertahap akan ikut terbawa berputar dan selanjutnya akan memutar poros utama persneling a. Pada Saat Pedal Kopling Di Injak Saat pedal kopling di injak maka release fork akan menekan release bearing ke depan sekaligus menekan diafragma spring sehingga diafragma spring akan mengangkat pressure plate. Dengan demikian disc clutch akan terbebas sehingga putaran mesin tidak di teruskan ke transmisi. b. Pada Saat Pedal Kopling Di Lepaskan Saat kopling di lepas maka release fork kembali ke posisi semula dan release bearing tidak menekan diafragma spring sehingga pressure plate kembali menekan clutch disc dengan fly wheel sehingga daya dari mesin di teruskan ke transmisi.

34

Gambar: saat pedal pedal kopling dilepaskan

kopling diinjak dan saat

Pembongkaran

Kopling

 Sebelum unit penekan dilepas, beri tanda pada unit penekan kopling dengan roda gaya.  Lepas baut-baut unit penekan, satu putaran secara

bergantian

sampai

tekanan

pegas

kopling bebas.

Gambar:

melepas

baut-

baut unit

penekan 

Keluarkan unit kopling dari roda gaya 1. Plat kopling 2. Unit penekan 35

Pemeriksaan 

Kondisi kanvas ( jika terbakar atau kotor oli



ganti ) Tebal kanvas dengan paku keling, minimal 0,3 mm

 

Kondisi naf terhadap kelonggaran Kondisi karet / pegas ( pecah atau longgar, ganti )

Unit penekan 

Kondisi permukaan gesek, aus atau goresan –



goresan yang berlebihan prbaiki dengan mesin bubut Kondisi pegas diafragma ( retak,miring )



Kondisi pegas strip atau pemegang unit penekan kemungkinan retak atau keling



longgar Keausan ujung pegas diafragma maksimum

a. Kedalaman : 0,6 mm b. Lebar : 5,0 mm

36

Roda gaya dan kelengkapannya    

Kondisi permukaan gesek tergores atau aus Kondisi cincin gigi starter terhadap kerusakan Kebocoran pada sil oli poros engkol Kondisi bantalan pilot

 Bantalan dan garpu pembebas

 Kondisi bantalan pembebas kemungkinan macet atau longgar  Jangan mencuci bantalan pembebas dengan bensin atau solar

 Kondisi garpu pembebas dan kedudukannya ( retak atau keausan, ganti )  Kondisi pegas pengikat bantalan dan garpu pembebas ( lemah, putus ) 37

Pemasangan Lakukan

langkah

pemasangan

sesuai dengan urutan kebalikan dari langkah

pembongkaran,

sedangkan langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pemasangan adalah : Beri grease sedikit pada bagian – bagian berikut :

 Bantalan pilot pada roda gaya

 Alur busing bantalan pembebas  Alur – alur poros input transmisi

38

 Tempat persinggungan antara garpu pembebas dengan busing  Tempat pivot garpu pembebas

Petunjuk pemasangan Plat kopling 

kopling

(

bagian

menonjol

Perhatikan arah pemasangan plat

di

belakang )  Hindarkan plat kopling dari oli atau gemuk  Kertas gosok sedikit permukaan bidang gesek plat kopling dan roda gaya.

 Kembalikan tanda pemasangan unit kopling  Gunakan alat pemusat kopling sewaktu memasang unit kopling, bila plat kopling tidak disenter maka poros input transmisi tidak bisa masuk pada bantalan pilot.

39

 Kencangkan baut – baut unit penekan pada roda gaya secara bertahap dan menyilang.

Step kontrol unit kopling Dudukan pegas diafragma terhadap pemasangan  Pemasangan unit kopling yang normal, bila pegas diafragma sama tingginya dan sejajar dengan roda gaya.

Normal

 Bila plat kopling tipis atau permukaan bidang gesek dan unit penekan aus, maka pegas diafragma tidak sejajar sehingga ujung pegas diafragma lebih menonjol keluar.

Salah

40

 Ujung pegas diafragma agak ke dalam bila plat kopling lebih tebal dari ukuran standart atau kesalahan ukuran pada roda gaya dan unit penekan.

Salah  Setelah semua pembongkaran dan pemasangan selesai.  Bersihkan tempat kerja.  Mengumpulkan alat-alat dan bahan pada tempatnya.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada Praktikum ini penulis melaksanakan Praktikum di Laboratorium Universitas Surakarta. Dalam Praktikum ini terfokuskan pada praktikum Sistem Pemindah Daya. Dalam Praktikum ini sangat bermanfaat bagi penulis, karena panulis dapat mempraktekan teori yang didapatkan dari dosen-dosen dan langsung mempraktekkan dilapangan dengan kondisi yang sebenarnya, dan menambah wawasan

dan ilmu

pengetahuan penulis. Untuk Keluarga Universitas Surakarta saya menghimbau untuk merawat benda kerja tersebut, supaya benda kerja tersebut bisa untuk penerus selanjutnya Dan gunakanlah benda kerja tersebut dengan keperluannya dan bersihkan setelah dan sesudah selesai penggunaannya. 41

Semoga laporan ini dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Terima kasih 4.2 Saran-Saran Saya berpesan kepada Keluarga Besar Universitas Surakarta terutama pengguna benda kerja tersebut, gunakanlah benda kerja tersebut sesuai dengan fungsinya. Dan rawatlah sesuai dengan petunjuk dari dosen supaya dapat digunakan lebih lama (awet).

DAFTAR PUSTAKA New Steep 1 Training Manual Toyota Service Training. PPGT VEDC Malang. http://www.infogadgetku.com/2015/09/lengkap-differential-dan-axle.html http://www.viarohidinthea.com/2014/11/differentialgardan-pada-mobil.html http://www.viarohidinthea.com/2014/11/differentialgardan-pada-mobil.html http://usep12.blogspot.co.id/2014/12/otomotif.html http://junda08.blogspot.co.id/ https://otogembel.wordpress.com/2012/08/05/pembongkaran-kopling/ http://wahydearea.blogspot.co.id/2010/02/kali-ini-aku-menulis-posting-tentang.html

42

43

Related Documents


More Documents from "Wendy Purwanto"