Laporan Praktikum Sosiologi Pedesaan Desa: Gondanglegi Kecamatan: Klego Kabupaten:boyolali

  • Uploaded by: Ayu Lestari
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Sosiologi Pedesaan Desa: Gondanglegi Kecamatan: Klego Kabupaten:boyolali as PDF for free.

More details

  • Words: 18,621
  • Pages: 92
Loading documents preview...
LAPORAN PRAKTIKUM SOSIOLOGI PEDESAAN DESA

: GONDANGLEGI

KECAMATAN

: KLEGO

KABUPATEN

:BOYOLALI

Disusun oleh: Kelompok 51: 1.

Alif Eldurr R.

H0718016 2.

Argha Hyta Dimas E.

H0718031 3.

Aulia Salsa Defani

H0718034 4.

Ayu Lestari

H0718035

LABORATORIUM SOSIOLOGI PEDESAAN PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2018 HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum SOSIOLOGI PEDESAAN

yang dilaksanakan

padajumat-minggu tanggal 2-4 November 2018 di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal… Desember 2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Mengetahui, Dosen pengampu Sosiologi Pedesaan,

Co-Assisten,

Hanifah Ihsaniyati S.P., M.Si. NIP. 198003022005012001

Sonhaji Pratito NIM. H0217061

Mengetahui: Ketua Laboratorium Sosiologi Pedesaan

Dr. Ir. Sugihardjo. M. S. NIP. 195903051985031004

ii

KATA PENGANTAR Sosiologi pedesaan adalah ilmu pengetahuan yang sistematis sebagai penerapan metode ilmiah dalam upaya mempelajari masyarakat pedesaan, struktur dan organisasi sosial, sistem dasar masyarakat, dan perubahan sosial yang terjadi. Pedesaan sangat identik dengan pertanian dan kehidupan masyarakat yang sederhana dan senantiasa bergotong-royong dalam menghadapi masalah. Pedesaan umumnya memiliki lahan pertanian yang luas dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit. Masyarakat desa dalam setiap kehidupan sosial, ekonomi, dan budayanya selalu bersifat kekeluargaan dan patuh terhadap norma aturan serta orang-orang tertentu (sesepuh) yang mereka hormati. Dulu masyarakat desa tertutup terhadap hubungan luar tetapi sekarang desa sangat banyak terpengaruh kehidupan kota akibat adanya program pembangunan oleh pemerintah. Dampak positif dari terbukanya desa terhadap hubungan luar adalah dengan masuknya sarana dan prasarana kehidupan seperti komunikasi, perhubungan, pendidikan, sistem pertanian dan bidang kehidupan lainnya. Desa sebagai persekutuan hidup bersama memiliki karakteristik perkembangan masyarakat yang lambat, adat yang khas dan mengikat warganya, hubungan warga yang erat dan solidaritas tinggi, serta sarana dan prasarana yang kurang lengkap. Dalam mengelola usaha tani mereka hanya menggunakan lahan seperlunya tanpa merusak lingkungan. Kehidupan masyarakat desa yang sederhana dan guyup yang tidak terlalu diketahui masyarakat banyak, maka dilaksanakanlah praktikum Sosiologi Pedesaan ini untuk lebih mengenal dan memahami serta mengetahui kehidupan masyarakat desa yang kompleks disegala bidang kehidupan. Surakarta,

Desember 2018

Penulis

iii

DAFTAR ISI DAFTAR ISI. .................................................................................................. HALAMAN JUDUL. ..................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN. ....................................................................... KATA PENGANTAR. ................................................................................... DAFTAR ISI. .................................................................................................. DAFTAR TABEL. ......................................................................................... DAFTAR GAMBAR. ..................................................................................... INTISARI. ...................................................................................................... I. PENDAHULUAN ...................................................................................... A. Latar Belakang....................................................................................... B. Tujuan Praktikum. ................................................................................. C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan. ........................................................... II. TINJAUAN PUSTAKA. ........................................................................... III. METODOLOGI ...................................................................................... A. Metode Dasar Praktikum ...................................................................... B. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... D. Metode Analisis Data ........................................................................... IV. HASIL DAN ANALISIS DATA ............................................................. A. Keadaan Umum ................................................................................... 1. Sejarah Desa..................................................................................... 2. Kondisi Geografis ............................................................................ 3. Kependudukan ................................................................................. 4. Struktur Organisasi Pemerintah Desa .............................................. 5. Sarana dan Prasarana ....................................................................... 6. Organisasi Sosial.............................................................................. 7. Penguasaan Tanah............................................................................ 8. Stratifikasi Sosial ............................................................................. 9. Konflik Sosial .................................................................................. 10.Kebudayaan..................................................................................... B. Karakteristik Responden ...................................................................... 1. Identitas Keluarga Responden ......................................................... 2. Perilaku Responden dalam Kegiatan Mencari Nafkah .................... 3. Kelembagaan Hubungan Kerja Luar Pertanian ............................... 4. Kelembagaan Hubungan Kerja Keluarga Petani ............................. 5. Kelembagaan Pertanian/Pedesaan ................................................... 6. Hubungan Kerja Agraris .................................................................. 7. Kosmopolitan ................................................................................... V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. A. Kesimpulan .......................................................................................... B. Saran .................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA. .................................................................................... LAMPIRAN

iv

DAFTAR TABEL Tabel 4.1.1

Pertambahan Penduduk dan MobilitasPenduduk di Desa Senggrong Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali Tahun 2018.. .......................................................................... xx

teruskan

v

DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 teruskan

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Senggrong .............. xx

vi

INTISARI Kelompok 51 melakukan praktikum Sosiologi Pedesaan pada Jumat, 2 November 2018 sampai Minggu, 4 November 2018 bertempat di DesaGondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. Tujuan dari pelaksanaan praktikum Sosiologi Pedesaan untuk melatih mahasiswa mengenallebih dalam perilaku masyarakat desa, kelembagaan hubungan kerja agraris dan luar pertanian, kosmopolitan petani, kelembagaan pedesaan, pola komunikasi,organisasi sosial, konflik sosial dan adat istiadat yang ada. Pada dasarnya pelaksanaan praktikum ini merupakan latihan penelitian dengan menggunakan metode dasar deskriptif analisis, yaitu metode yang memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada masa sekarang dan bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis, dan disimpulkan dalam konteks teori-teori yang ada dan dari penelitian terdahulu. Teknik Pengumpulan Data antara lain wawancara, observasi dan encatatan datadata yang diperlukan terutama monografi desa. Hasil yang diperoleh dari Praktikum Sosiologi Pedesaan ini adalah rata-rata penduduk di Desa Gondanglegi mempunyai pekerjaan sebagai petani pemilik penggarap, yaitu petani yang memiliki lahan pertanian dan dikerjakan oleh petani itu sendiri. Selain petani pemilik penggarap, di Desa Gondanglegi terdapat petani penyewa, yaitu petani yang menyewa lahan untuk dikerjakan sendiri. Desa Gondanglegi, tanah yang disewa merupakan tanah bengkok yang merupakan tanah milik pemerintah yang disewa pertahun. Selain itu petani juga menyewa lahan kukruk yang merupakan tanah hutan yang digunakan untuk berkebun, lahan kukruk merupakan lahan milik perhutani yang diswa dalam jangka waktu yang lama. Desa Godanglegi juga terdapat buruh tani, yaitu orang yang dipekerjakan dalam kegiatan usahatani dengan bayaran upah brupa uang maupun komoditas pertanian. Selain itu, warga Desa Gondangi banyak yang merantau sebagai kuli bangunan terutama para pemudanya.

vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian menjadi produksi primer utama dalam kegiatan ekonomi. Pertanian identik berada di daerah pedesaan. Kegiatan pertanian tersebut tidak lepas adanya interaksi antar pelaku satu dengan yang lain dimana ilmu sosiologi pedesaan digunakan untuk mempelajarinya. Sosiologi pedesaan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan yakni hubungan antara manusia dengan manusia ,manusia dengan kelompok dan kelompok dengan masyarakat, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku sosial antara individu dengan individu, individu dengan kolompok, dan kelompok dengan kelompok. Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah jauh dengan yang namaya

hubungan

sosial,

karena

bagaimanapun

hubungan

tersebut

memengaruhi perilaku orang-orang. Pedesaan berasal dari suku kata desa yang berasal dari bahasa sansekerta yaitu desi yang berarti tempat tinggal pengertian desa disini adalah suatu kesatuan masyarakat dalam wilayah jelas baik menurut suasana yang formal maupun informal. Satuan terkecilnya terdiri dari keluarga yang mempunyai wilayah dan otonomi sendiri dalam penyelengaraan kehidupan dan keterikatan antara keluarga keluarga dalam kelompok masyarakat terjadi sebagai akibat adanya unsurpenguat yang bersifat religius, tradisi dan adat istiadat. Sosiologi pedesaan mencakup proses-proses sosial, struktur sosial, dinamika sosial, perubahan sosial dan pola perilaku serta mata pencaharian yang ada di masyarakat pedesaan. Sosiologi pedesaan sering dikaitkan dengan pertanian karena sebagian besar mata pencaharian yang ada di pedesaan ialah dalam sektor pertanian. Sosiologi pedesaan sendiri juga berperan cukup besar dalam proses bertani di pedesaan. Pada mata kuliah sosiologi pedesaan ini kelompok kami berkesempatan untuk menjalankan praktikum yang bertempatkan di Desa

1

2

Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali

guna mempelajari

keadaan sosiologi para petani pada desa tersebut. Kami berharap dapat melaksanakan praktikum dengan baik dan dapat berguna serta berkontribusi dalam pertanian masyarakat desa tersebut. B. Tujuan Praktikum Praktikum Sosiologi Pedesaan bertujuan untuk melatih mahasiswa mengenal lebih dalam perilaku masyarakat desa, kelembagaan hubungan kerja agraris dan luar pertanian, kosmopolitan petani, kelembagaan pedesaan, pola komunikasi,organisasi sosial, konflik sosial, dan adat istiadat yang ada. C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Sosiologi Pedesaan akan dilaksanakan pada Jumat sampai Ahad (2- 4 November 2018), hari Jumat direncanakan berkumpul di Fakultas Pertanian UNS pukul 06.30 WIB. Hari Ahad direncanakan berkumpul di titik kumpul kecamatan (kantor kecamatan) pukul 12.00 WIB. Tempat pelaksanaan praktikum berada di Kabupaten Boyolali : Kecamatan Andong dan Kecamatan Klego.

II. TINJAUAN PUSTAKA Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang dalam masyarakat tersebut. Melalui Sosiologi diharapkan berbagai persoalan dalam masyarakat dapat ditafsirkan. Sosiologi adalah suatu ilmu sosial yang mempelajari hubungan yang terjadi dalam masyrakat (interaksi sosial). Akibat hubungan tersebut, masyarakat mempelajari fakta-fakta yang ada di masyarakat yang mungkin dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah yang muncul dalam masyarakat tersebut (Suryani etal., 2013). Sebagai bagian dari ilmu sosial, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari hubungan antarmanusia dan proses yang timbul akibat dari hubungan tersebut. Fokus utama sosiologi dari objek masyarakat tersebut adalah gejala, proses pembentukan, serta mempertahankan kehidupan masyarakat, juga proses runtuhnya sistem hubungan antarmanusia. Dengan demikian, objek sosiologi terbagi atas dua kategori, yaitu objek material dan objek formal. Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial manusia dan gejala serta proses hubungan antarmanusia yang memengaruhi hubungan sosial dalam kesatuan hidup manusia (Waluya, 2009). Dalam pandangan Bauman, sosiologi mesti didefinisikan sebagai ilmu yang mengetengahkan percakapan atau dialog yang terus menerus dengan pengalaman manusia. Menurutnya, sosiologi harus memusatkan diri pada bagaimana manusia secara terus-menerus berupaya memahami lingkungan sosial dan kebudayaan di mana mereka hidup. Dengan itu, sosiologi harus bekerja lebih sebagai ‘metafora’ yang menyediakan jalan bagi pemahaman manusia akan dunia daripada sebagai penyedia hukum-hukum sosial. Dengan metode ini, maka artikel ini mencoba meredeskripsikan kembali pandanganpandangan Bauman melalui literatur pokoknya dengan pandangan penulis mengenai kebutuhan kontekstual kemanusiaan saat ini (Robet, 2016). Definisi tentang desa dengan cara membuat tiga pemilahan berdasarkan pada tujuan analisis. Untuk tujuan analisis statistik, desa

3

4

didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500 orang. Untuk tujuan analisa sosial psikologi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba informal di antara sesama warganya. Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomi desa di definisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya tergantung kepada pertanian (Farid, 2016). Masyarakat pedesaan atau desa dapat diartikan sebagai masyarakat yang memiliki hubungan yang lebih mendalam dan erat dan sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan. Sebagian besar warga masyarakat hidup dari pertanian. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan sebagainya (Ariani, 2011). Pedesaan acap kali dideskripsikan sebagai tempat kehidupan masyarakat

dimana

anggota

masyarakatnya

bergaul

dengan

rukun,

tenang,selaras, dan akur. Dalam keadaan sebenarnya, pedesaan dianggap sebagai standar dan pemeliharaan sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan

asli

seperti

gotong

royong,tolong-menolong,

keguyupan,

persaudaraan, kesenian, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat, nilai-nilai, dan norma.Dengan kata lain masyarakat pedesaan identik dengan istilah gotong royong

yang

merupakan

kerja

sama

untuk

mencapai

kepentingan

kepentinganmereka(Saifuddin, 2008). Sosiologi perdesaan didefinisikan sebagai pendekatan sosiologis yang diterapkan pada fenomena perdesaan Pendekatan sosiologis terdiri dari konsep, variabel, teori, dan metode yang digunakan dalam sosiologi untuk memahami kenyataan sosial, termasuk di dalamnya kompleksitas aktivitas yang berkaitan dengan perdesaan. Kemampuan teoritis yang dimiliki juga memberikan kemampuan bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan atau kempetensi dalam evaluasi keefektifan kebijakan dan program, menawarkan penyelesaian masalah, serta mengusulkan cara untuk memperbaiki kebijakan dan program yang berkaitan dengan pemberdayaan komunitas atau masyarakat pedesaan. Oleh sebab itu, sosiologi perdesaan juga bisa diarahkan sebagai ilmu terapan. Kemampuan teoritis tersebut membuat mahasiswa mampu melakukan

5

penelitian tentang fenomena perdesaan serta mengkritik fenomena dan kebijaknnya. Kemampuan seperti itu menunjukkan pada bidang kegiatan sosiologi perdesaan sebagai ilmu murni(Indrayani, 2016). Anggapan yang berkembang luas adalah petani tidak akan bisa sukses. Hasil dari bertani hanya cukup untuk bertahan makan. Pilihan yang kemudian diambil adalah dengan merantau ke luar desa. Menjadi buruh bangunan, menjadi pekerja di industri di kota-kota sekitar atau pun menjadi tenaga kerja ke luar negeri menjadi pilihan yang semakin diminati khususnya di kalangan generasi muda. Komutasi menuju pusat-pusat ekonomi yang semakin tinggi didukung lokasi geografi yang strategis karena berada di jalur lintas provinsi serta infrastruktur dan sarana transportasi yang sangat memadai, seperti jalan raya dan angkutan antarkota/antarprovinsi (Pujiriyani, 2018). Ada tiga variabel untuk mengukur tingkat kesejahteraan sosial masyarakat yaitu tingkat kriminalisasi, hubungan dengan sesama masyarakat, dan hubungan dengan pihak lain yang berkonflik. Tingkat kriminalisasi adalah ukuran saat anggota Paguyuban Petani merasakan kekerasan baik secara fisik dan psikologis. Hubungan dengan sesame masyarakat dilihat dari kebersamaan yang diciptakan antara sesama anggota masyarakat termasuk di dalamnya ada anggota Paguyuban Petani. Hubungan dengan pihak lain yang berkonflik dilihat dari kebersamaan yang terjadi antara anggota Paguyuban Petani dengan pihak lain yang terlibat konflik dengan mereka. Pengukuran dilakukan untuk melihat perbedaan antara tingkat kesejahteraan sosial masyarakat sebelum dan sesudah munculnya

Paguyuban

Petani

(Rahmah, 2014). Penduduk adalah WNI dan orang asing yang masuk secara sah serta bertempat tinggal di wilayah Indonesia sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pendaftaran penduduk adalah pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan serta penertiban dokumen penduduk berupa identitas, kartu atau keterangan yang dikeluarkan oleh unit kerja yang mengelola pendaftaran penduduk di kabupaten/kota. Administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan

6

penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi penduduk serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain (Noviyanto, 2014). Untuk mendapatkan data jumlah penduduk suatu negara atau daerah dibuat sistem pengumpulan data penduduk, yaitu sensus penduduk atau cacah jiwa yang dilaksanakan pada waktu tertentu. Data kependudukan yang diperoleh dari sensus penduduk dapat disajikan menjadi struktur penduduk dalam bentuk tabel atau grafik. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Melalui penggambaran piramida penduduk, dapat dibuat dalam skala negara, wilayah, atau kota bahkan desa (Friyatmi, 2016). Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan kenaikan laju pertumbuhan penduduk (LPP) Indonesia dari 1,45 persen pada periode 19902000 menjadi 1,49 persen pada periode 2000-2010. Keresahan ini sangat beralasan mengingat jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237 ,6 juta jiwa (BPS, 2010), merupakan penduduk terbanyak ke-4 di dunia setelah cina, India, dan Amerika serikat. Walaupun kenaikan LPP relatif kecil (0,04), jumlah tersebut menambah secara signifikan jumlah penduduk Indonesia sebesar 32,6 juta jiwa selama 10 tahun terakhir. Beberapa pemerhati kependudukan sepakat bahwa melemahnya program pengendalian kelahiran salah satunya disebabkan oleh peran BKKBN yang termarginalkan sejak era reformasi (Aswatini, 2012). Rasio jenis kelamin (sex ratio) merupakan angka perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah. Penyajian data mengenai sex ratio dapat ditampilkan secara umum (tanpa melihat kelompok umur) atau juga dapat didasarkan kelompok umur tertentu. Rasio jenis kelamin dapat diketahui dengan menggunakan rumus(Putra, 2012). Rumus diatas memiliki keterangan sebagai berikut : 1) Sex ratio = 100, berarti jumlah penduduk laki-laki seimbang dengan jumlah penduduk perempuan. 2) Sex ratio< 100, berarti jumlah penduduk laki-laki lebih kecil dari

7

pada jumlah penduduk perempuan. 3) Sex ratio> 100, berarti jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari pada jumlah penduduk perempuan (Putra, 2012). Secara agregat, jumlah penduduk wanita di Indonesia lebih banyak dibandingkan dengan pria. Sex ratio (perbandingan jumlah penduduk lakilaki dengan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan) penduduk di Indonesia pada tahun 2005 adalah 100.4. Artinya, setiap 100 penduduk lakilaki, ada 104 penduduk wanita (Sopari, 2012). Komposisi penduduk menurut jenis kelamin penduduk laki-laki dan perempuan, secara nasional rasio jenis kelamin penduduk Indonesia pada tahun 2013 sebesar 101,0. Berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan ada sebanyak 101 penduduk laki-laki, dengan kata lain, jumlah penduduk laki-laki di Indonesia lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin berdasarkan provinsi, dari 33 provinsi di Indonesia terdapat sebanyak 9 provinsi yang memiliki rasio jenis kelamin di bawah 100 atau dengan kata lain jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk lakilaki. Rasio jenis kelamin terkecil terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat (94,12) dan diikuti oleh Sulawesi Selatan (93,5), dan Jawa Timur (97,32). Sementara itu, dari 24 provinsi dengan rasio jenis kelamin diatas 100, provinsi yang memiliki rasio jenis kelamin tertinggi pada tahun 2013 adalah Provinsi Papua (112,17), Papua Barat (111,62), dan Kalimantan Timur (110,82) (BPS, 2013). Besar kecilnya Rasio Jenis kelamin pada suatu daerah dipengaruhi oleh pola Mortalitas atau pola Migrasi. Provinsi Papua dengan Rasio Jenis Kelamin tertinggi tahun 2010 , diperkirakan terjadi karena banyaknya penduduk laki-laki yang masuk untuk bekerja pada sektor pertambangan. Provinsi NTB dengan Rasio Jenis Kelamin terendah tahun 2010, diperkirakan terjadi karena banyaknya penduduk laki-laki yang keluar dari wilayah tersebut untuk bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri(BKKBN, 2013). Struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat yang dapat dilihat dari sudut pandang teoritis. Artinya dalam setiap meneliti tentang kebudayaan selayaknya diarahkan pada pemikiran terhadap berbagai derajat susunan sosialnya. Struktur sosial dapat dipandang sebagai suatu kenyataan

8

empiris yang ada pada setiap saat terjadi hubungan sosial antar manusia(Abdulsyani, 2015). Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Dalam kehidupan nyata, perubahan perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat pasti akan terjadi (Baharuddin, 2015). Beragamnya suku bangsa (etnis) yang bertempat tinggal pada tempat tempat tertentu, menyebabkan pandangan hidup ataupun struktur sosial masyarakat (suku bangsa) yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama. Tiap negara yang ada di dunia ini mempunyai perbedaan-perbedaan tentang nilainilai (disparityofvalue) yang hidup di dalam masyarakatnya atau dengan kata lain bahwa struktur sosial masyarakat pada tiap negara berbeda-beda tergantung kepada beberapa aspek, misalnya keadaan geografi dan agama. Berdasarkan nilai-nilai yang hidup masyarakat Indonesia atau tidak terlepas dari struktur sosial masyarakat Indonesia, yaitu apabila ada yang tidak setuju dengan tindakan-tindakan pemerintah, pihak-pihak yang tidak setuju perlu menyatakan ketidaksetujuannya dengan cara yang berlaku di negara-negara barat, tapi harus diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat sehingga diperoleh jalan keluar yang memuaskan semua pihak (Adji, 2008). Organisasi pada dasarnya merupakan kerja sama antara dua orang atau lebih dalam rangka mencapai suatu tujuan. Organisasi adalah kumpulan orang, proses pembagian kerja antara orang-orang tersebut dan adanya system kerja sama atau sistem sosial diantara orang-orang tersebut. Dalam mencapai tujuan, organisasi memerlukan berbagai macam sumber daya. Mulai dari sumber daya manusia, peralatan, mesin, keuangan, dan sumber daya informasi. Setiap sumber daya memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Sebagai suatu sistem sumber daya-sumber daya tersebut akan berinteraksi dan saling bekerja sama

sehingga

(Samsuni, 2017).

tujuan

dapat

tercapai

dengan

efektif

dan

efisien

9

Organisasi sosial merupakan sasaranminat yang lebih besarfungsionalis yang mengikuti pemikiran Malinowski, dan hinggabatas-batastertentu para prosesualisseperti Raymond Firft. Organisasi socialdidefisinikan sebagai peranan-peranan

yang

dimainkanolehindividu-individu

dalam

hubunganmereka satu sama lain. Secara epistimologispendekatan ini mengklaimbahwakenyataansosial organisasi padadasarnya adalah relatif dan hanyabisamengertiolehsubyek yang secara langsungterlibat dalam aktivitas dan masukke

dalam

sedangberlangsungdimanakenyataansosial

kerangkareferensi organisasi

yang

tadisedangdipelajari

(Saifuddin, 2008). Dalam buku pedoman klasifikasi organisasi sosial dikemukakan bahwa organisasi sosial dibagi menjadi dua klasifikasi, yaitu berdasarkan wilayah kerja/jangkauan pelayanan dan tipologi. Berdasarkan wilayah kerja /jangkauan pelayanan , organisasi sosial dapat dibagi menjadi enam tingkat wilayah, yaitu : (1) Organisasi sosial tingkat desa/kelurahan, yaitu jangkauan pelayanannya mecakup hanya satu desa/ kelurahan; (2) Organisasi sosial tingkat kecamatan, yaitu jangkauan pelayanannya lebih dari satu desa/ keluarahan; (3) Organisasi sosial tingkat kabupaten, yakni jangkauan pelayanannya lebih dari satu kecamatan; (4) Organisasi sosial tingkat provinsi, jangkauan pelayanannya lebih dari satu kabupaten; (5) Organisasi sosial tingkat regional, dengan jangkauan pelayanan lebih dari satu provinsi, namun belum mencapai setengah dari jumlah provinsi yang ada di Indonesia; dan (6) Organisasi sosial tingkat nasional, dengan jangkauan pelayanannya mencapai setengah atau lebih jumlah provinsi di Indonesia (Depsos, 2008). Penguasaan tanah, tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang terbagi secara adil dan merata. Dewasa ini sengketasengketa tanah yang terjadi lebih kepada tanah yang digunakan untuk proyek pembangunan seperti real estate, pariwisata, pertambangan, pembangunan jalan, bendungan,kawasan industri, serta lapangan golf. Kerentanan terhadap

10

pengakuan pemilikan tanah penduduk asli maupun penggarap tanah telah terjadi sejak periode kolonial Belanda, sehingga maraknya sengketa tanah saat ini memiliki akar sejarah yang panjang (Winardi, 2016). Merujuk pada Ragaan 1 tentang Klasifikasi Terjadinya Tanah Negara maka terdapat 3 (tiga) kelompok tanah negara, yaitu: 1) tanah negara sebelum diterbitkannya hak atas tanah; 2) menjadi tanah Negara dalam hal haknya dilepaskan/dibatalkan/dicabut/ketentuan UU/penetapan pemerintah/sesuatu peristiwa atau karena sesuatu perbuatan; 3) menjadi tanah negara karena berakhirnya hak atas tanah. Nomor dua dan tiga pada hakikatnya dapat dikelompokkan menjadi satu, yaitu pasca terbitnya hak; sehingga terdapat dua pengelompokkan yaitu: 1) tanah negara sebelum terbitnya hakatas tanah; dan 2) menjadi tanah negara pasca terbitnya hak atas tanah.Penguasaan tanah oleh negara bukanlah penguasaan tanah dalam arti fisik, namun secara konstitusional melahirkan kewenangan yang berkarakter publik yang disebut dengan Hak Menguasai Negara (Sembiring, 2018). Masyarakat agraris memandang tanah sebagai aset penting dalam kehidupan. Hal ini dikarenakan tanah merupakan sumber daya alam yang diolah untuk keperluan hidup. Tanah bagi masyarakat agraris berfungsi sebagai aset produksi untuk menghasilkan komoditas hasil pertanian, baik untuk tanaman panagn ataupun tanaman perdagangan. Mengatur hal tersebut, maka dikeluarkanlah Peraturan Menteri Agraria/Ka BPN No.3 tahun 1998 tentang Pemanfaatan tanah kosong untuk tanaman pangan. Ketentuan ini merupakan operasionalisasi dari prinsip dasar yang tercantum dalam Undang-Undang Pokok Agraria yaitu penggunaan tanah harus dilakukan oleh yang berhak atas tanah selain untuk memenuhi keperluannya sendiri juga tidak boleh merugikan kepentingan masyarakat (Subekti, 2010). Istilah stratifikasi (stratification) berasal dari kata strata dan stratum yang berarti lapisan. Karena itu stratifikasi sosial (socialstratification) sering diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakatnya, dikatakan berada dalam suatu lapisan (stratum) (Maunah, 2015).

11

Stratifikasi sosial merupakan konsep yang menunjukkan adanya pembedaan atau pengelompokkan suatu kelompok sosial (komunitas) secara bertingkat. Misalnya, dalam komunitas tersebut ada strata tinggi, strata sedang dan strata rendah. Pembedaan atau pengelompokkan ini didasarkan pada adanya suatu simbol-simbol tertentu yang dianggap berharga atau bernilai, baik berharga atau bernilai secara sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya maupun dimensi lainnya dalam suatu kelompok sosial (komunitas). Simbol-simbol tersebut misalnya, kekayaan, pendidikan, jabatan, kesalehan dalam beragama, dan pekerjaan (Aji, 2015). Stratifikasi sosial memiliki karakteristik atau ciri khas yang berbedabeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Setiap masyarakat memiliki keunikan, baik dalam hal jenis, jumlah, jenjang, maupun rentang stratifikasi sosialnya. Sebagai contoh, dalam sebuah masyarakat, posisi sosial anggota masyarakatnya didasarkan pada posisi atau pemilikan ekonomi, sedangkan

pada

masyarakat

lainnyadidasarkan

pada

kekuasaan

(Pattinasarany, 2016). Secara Sosiologis, konflik diartikan sebagai suatuproses sosial antara 2 orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah sirkus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik (Mantiri, 2010). Konflik merupakan beberapa kebutuhan yang muncul secara bersamaan. Setiap manusia memiliki beberapa kebutuhan yang muncul secara bersamaan, maka konflik dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu konflik atau pertentangan dalam sekelompok orang atau masyarakat. Konflik juga merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk mengimbangi

12

usaha-usaha orang lain dengan cara merintangi yang menyebabkan frustrasi dalam mencapai tujuan atau meningkatkan keinginannya. Konflik juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang di dalamnya terdapat ketidakcocokan maksud antara nilai-nilai atau tujuan-tujuan, berpacu menuju tujuan dengan cara yang tidak atau kelihataanya kurang sejalan sehingga yang satu berhasil sementara yang lainnya tidak (Rahmadita, 2013). Konflik merupakan gejalasosial yang serbahadir dalam kehidupan sosial, sehinggakonflikbersifatinheren, artinyakonflikakansenantiasaada dalam setiap ruang dan waktu, dimanasaja dan kapansaja. Dalam pandangan ini, masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi yang senantiasaberlangsung. Olehsebab itu, konflik dan integrasisosial merupakan faktor

merupakan

gejala

yang

setiap

kehidupan

sosial

(Setiadi, 2013). Kebudayaan memiliki pengertian sebagai segala tingkah laku manusia dalam kehidupannya yang diperoleh melalui proses belajar. Kebudayaan hanya bermakna atau berkaitan dengan bidang seni. Sebaliknya, segala hal yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam kehidupannya bisa dikategorikan sebagai kebudayaan.Menurut ilmu antropologi, segala tingkah laku manusia yang layak dipandang dari sudut kebudayaan sehingga bisa dikategorikan sebagai kebudayaan (Sianik, 2009). Kebudayaan meliputi bidang yang tiada batas, tidak hanya sekedar kesenian atau adat istiadat saja. Dikarenakan kemampuan manusia untuk belajar sehingga merupakan pola hidup menyeluruh yang bersifat kompleks yang terbentuk dari berbagai unsur. Unsur tersebut diataranya sistem agama, kemasyarakatan, adat sitiadat, bahasa, tekonologi, kesenian serta pengetahuan (Widiastuti, 2013). Kebudayaan memiliki unsur unsur yang sangat kompleks yang dapat digunakan oleh setiap generasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ada 7 unsur kebudayaan yang universal yaitu agama/ kepercayaan, organisasi sosial, ilmu pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, dan tekhnologi yang

13

digunakan.

Unsur

unsur

ini

selalu

ada

dalam

setiap

kebudayaan

(Hemawan, 2014). Kosmopolitanisme juga sering dianalogikan sebagai salad bowl, seperti salad buah dalam suatu wadah. Salad bowl dipahami sebagai wadah atau media di mana setiap identitas yang bersumber dari ras, suku, agama, budaya, kenegaraan, dan lainnya dapat mempertahankan karakteristiknya masingmasing tanpa menjadi homogen. Semua identitas kultural, sosial, politik, dan lainnya berbaur menjadi satu tanpa masing-masing pihak harus melebur dalam keseragaman

(homogenisasi)

dan

meninggalkan

serta

menanggalkan

identitasnya yang melekat. Secara kultural, kosmopolitanisme terwujud sebagai sebuah sikap yang terbuka terhadap perbedaan budaya dan sebuah kemampuan untuk menyatu dengan budaya lain, perbedaan bukanlah hal yang perlu dipertentangkan. Secara politik, kosmopolitanisme merupakan sebuah upaya untuk mengubah tatanan yang memungkinkan realisasi gagasan bahwa semua manusia sama dan setara (Susilo, 2018). Sikap manusia terhadap sesamanya tidaklah satu, namun penuh keragaman. Ada yang acuh, diskriminatif, atau membeda-bedakan atas dasar status dan jabatan sosial, kekayaan, warna kulit, ras, dan agama ada pula yang memandang diri istimewa, superior, menganggap diri lebih tinggi dan lebih hebat, dan serba lebih dibanding yang lain ada pula yang memandang semua manusia sama dalam martabat dan kedudukannya, semuanya pada dasarnya merupakan hamba Tuhan yang Esa, tanpa mengenal skat batas primordial, kebangsaan,

agama,

ataupun

status

sosial,

ekonomi,

dan

politik

(Habibullah, 2012). Pemahaman akan definisi, bentuk dan pemeran utama dalam kosmopolitanisme

belum

dapat

menggambarkan

kosmopolitanisme.

Dibutuhkan contoh yang jelas untuk menggambarkannya. Salah satu contoh darikosmopolitanisme adalah keterlibatan negara dalam United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB merupakan salah satu global governance yang beranggotakan 192 negara pada tahun 2008. Setiap negara

14

tidak paksakan untuk menjadi negara demokratis agar dapat menjadi bagian dari PBB(Alunaza, 2017).

15

III. METODE PENELITIAN a. Metode Dasar Praktikum Praktikum

ini

merupakan

latihan

menggunakanmetodeDasardeskriptifanalisis,

penelitian yaitumetode

dengan yang

memusatkanperhatianpadapermasalahan yang adapada masa sekarang dan bertitiktolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis, dan disimpulkan dalam konteks teori-teori yang ada dan dari penelitian terdahulu. b. TeknikPengumpulan Data 1. Wawancara, mahasiswa mendatangiresponden. Wawancaradipandu dengan kuisioner yang telahtersedia. Usahakanmemperoleh data yang objektif. Data penunjang dapat diperoleh dari masyarakat, baik mengenaisejarahdesa maupun fenomenasosial yang ada. 2. Observasi,

dengan

langsungataskeadaanresponden

melakukanpengamatan serta

keadaan

yang

secara terjadididaerah

penelitian atau praktikum. 3. Pencatatan data-data yang diperlukanterutamamonografidesa. c. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

:

data yang diperoleh secaralangsung dari petani atau

responden denganwawancaramenggunakankuisioner.Keseluruhanjumlahpetanirespon denberjumlah 23-28 orang yang terdiridari : 

20 orang petaniresponden (bagi kelompok yangberanggotakan 4 orang praktikan) atau 25 orang petaniresponden (bagi kelompokberanggotakan 25 praktikan). Responden yang terdiri dari petanipemilikpenggarap, penyewa, penyakap dan buruhtani.



3 orang tokohmasyarakat yang terdiri dari pamongdesa, sesepuhdesa dantokoh agama.

2. Data sekunder: data yang diambil dengan caramencatatlangsung data yang ada di instasiterkait, yaitumonografidesa. d. MetodeAnalisis Data

16

Metodeanalisis data yang digunakan adalah metodedeskriptifanalisis dengan menggunakandistribusifrekuensi. Padakasustertentu mahasiswa dapatmenulis secara lebih mendalam dan komprehensif, olehkarena itu disarankan mahasiswa untuk

menggali

data

lebih

mendalam

melalui

indepthinterview.Penjelasanberdasarkanteori-teori atau hasil penelitian yang relevan.

17

18

IV. HASIL DAN ANALISIS HASIL

A. Keadaan Umum Desa Gondanglegi merupakan salah satu desa yang berada pada kecamatan Klego, Boyolali. Desa Gondanglegi yaitu dibagi menjadi 3 Wilayah Kadus yang terdiri dari 8 dukuh. Kadus I yaitu Dukuh Gunungmijil. Kadus II yaitu dukuh Gondanglegi, dukuh Kedungori, Dukuh Cengklik, dan Dukuh Pojok Kadus III yaitu Dukuh Goligo, Dukun Cinde, dan Dukuh Sambo. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa Sambirejo adalah petani. 1. Sejarah Desa Pada zaman dahulu sebelumkemerdekaan ada seorang pengembara menyelusuri hutan belantara yang belum ada kehidupan manusia dan orang tersebut bernama Mbah Redup.Saat Perjalannanya, Mbah Redup merasa kelelahan sehingga berteduh di suatu tempat dimana tempat tersebut merupakan tempat yang teduh dan kebetulan di saat peristirahatannya Mbah Redup merasa haus sehingga Mbah Redup tersebut melihat buah Gondang dikarenakan tempat yang untuk berteduh tersebut adalah pohon Gondang. Disaat beliau merasa haus maka dipetiklah buah Gondang tersebut lalu dimakan untuk menghilangkan rasa hausnya. Setelah merasakan buah Gondang tersebut Mbah Redup merasa heran karena sebenarnya buah Gondang aslinya rasanya pahit, akan tetapi buah Gondang yang beliau makan rasnya manis, maka saat itu pula Mbah Redup berkata bahwa “mengko yen ono rejane zaman papan sing tak kanggo leren iki tak arani desa Gondanglegi” maka mulai saat itu Mbah Redup menetap di tempat tersebut sampai sekarang menjadilah Desa Gondanglegi. 2. Kondisi Geografis a. Lokasi Desa Desa Gondanglegi memiliki batas wilayah yaitu sebelah utara terdiri dari Desa Bolo Kecamatan Wonosegora, Desa Kauman Kecamatan Kemusu. Sebelah Selatan terdiri dari Desa Klego. Sebalh Timur terdiri

19

dari Desa Karanggatak. Sebelah barat terdiri dari Desa Dolongan Kecamatan Karanggede. Total luas wilayah desa Gondanglegi adalah 643.992,5 Ha. b. Topografi 1. Ketinggian wilayah desa : 250 mdpl 2. Suhu maksimum/minimum: 33˚ C 26˚C 3. Curah hujan a. Jumlah hari huajn terbanyak : 180 hari b. Banyaknya curah hujan 4. Bentuk wilayah % a. Datar samapi berombak

: 10 mm/th : 30%

b. Berombak samapi berbukit : 50% c. Berbukit sampai bergunung : 20% Kondisi Topografi Desa Gondanglegi yaitu dibagi menjadi 3 Wilayah Kadus yang terdiri dari 8 dukuh. Kadus I yaitu Dukuh Gunungmijil. Kadus II yaitu dukuh Gondanglegi, dukuh Kedungori, Dukuh Cengklik, dan Dukuh Pojok Kadus III yaitu Dukuh Goligo, Dukun Cinde, dan Dukuh Sambo. Secara keseluruhan wilayah Desa Gondanglegi tergolong (dataran tinggi) dengan kemiringan 25-45% dan ketinggian kurang lebih 350 m di atas permikaan laut dimana terdiri dari sawah 25%, pekarangan 25%, tegalan 44% lainnya 6%. c. Jarak dari Pusat Administratif dan Pemerintahan a. Kantor Kecamatan/lama tempuh : 5 km 0,20 jam b. Ibukota kabupaten/lama tempuh: 40 km 1 jam c. Ibukota propinsi/lama tempuh : 105 km 3 jam 3. Kependudukan a. Pertambahan Penduduk Pertumbuhan Penduduk ialah suatu perubahan populasi sewaktuwaktu, dan bisa dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi memakai “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu

20

mengarah pada manusia, dan sering dipakai secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan dipakai untuk merujuk

pada

pertumbuhan

penduduk

dunia.Pertumbuhan

atau

pertambahan jumlah penduduk juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat kelahiran dan urbanisasi. Tabel 4.1.1 Pertambahan Penduduk dan Mobilitas Penduduk di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018 Mobilitas Tahun

Awal

2013 2014 2015 2016 2017 2018 Σ

2887 2922 2698 2998 3025 3032 17562

Lahir (L) 45 33 52 41 41 41 253

Rata-Rata

2846

42

Pertambahan Penduduk

5 10 15 25 25 25 105

Pergi (E) 25 26 28 29 29 29 166

16

27

2

Mati (M) 35 46 30 17 17 17 162

Datang(I)

29

-10 -29 9 20 20 20 30

Sumber : Data Sekunder Pertambahan penduduk dengan rumus P = (L-M) + (I-E). Pada tahun 2013 tidak terjadi pertambahan penduduk karena jumlah penduduk yang mati dan pergi lebih besar dari jumlah kelahiran dan kedatangan. Pada tahun 2014 juga tidak terjadi pertumbuhan penduduk karena jumlah kematian dan jumlah penduduk yang pergi lebih besar daripada jumlah kelahiran. Pada tahun 2015 terjadi pertumbuhan penduduk walaupun jumlah tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2016,2017, dan 2018 samasama terjadi pertumbuhan penduduk yang drastis sebanyak 20 orang.Hal ini di pengaruhi dengan adanya mobilitas penduduk yang terdiri dari kelahiran, kematian, penduduk yang datang dan penduduk yang pergi di Desa Gondanglegi. Akibat dari pertambahan penduduk tersebut adalah semakin padatnya penduduk.

21

Tabel 4.1.2 Kepadatan Penduduk di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018 Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Penduduk 2887 2922 2698 2998 3025 3032

Luas Wilayah (km2) 6439,925 km2 6439,925 km2 6439,925 km2 6439,925 km2 6439,925 km2 6439,925 km2

Sumber :Data Sekunder Kepadatan geografis dapat dicari dengan persamaan berikut ini : KPG 

 penduduk  jiwa  luas wilayah km2 

KPG tahun 2013 : 2887/6439,925 = 0,45 jiwa/km2 KPG tahun 2014 : 2922//6439,925 = 0,45 jiwa/km2 KPG tahun 2015 : 2698//6439,925 = 0,42 km/km2 KPG tahun 2016 : 2998//6439,925 = 0,47 jiwa/km2 KPG tahun 2017 : 3025//6439,925 = 0,47 jiwa/km2 KPG tahun 2018 : 3032//6439,925 = 0,47 jiwa/km2

Rata-rata Kepadatan Penduduk Geografis : (0,45+0,45+0,42+0,47+0,47+0,47+0,47) / 6 = 0,53 jiwa/km2 Kepadatan Penduduk Geografis Desa Gondanglegi pada tahun 2013 sebesar 0,45 jiwa/km2, tahun 2014 sebesar 0,45 jiwa/km2, tahun 2015 sebesar 0,42 jiwa/km2, dan tahun 2016, 2017, 2018 sebesar 0,47 jiwa/km2. Rata-rata kepadatan geografisnya setiap 1 km2 yaitu sebesar 0,53 jiwa/km2. Perubahan jumlah kepadatan geografis ini disebabkan oleh adanya pertambahan penduduk tiap tahunnya, sedangkan luas wilayahnya tetap. Akibat dari kepadatan penduduk maka kepadatan geografisnya juga bertambah. Kepadatan Penduduk Graris dapat dicari dengan persamaan berikut ini : 𝐾𝑃𝐴 =

∑𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝑗𝑖𝑤𝑎) 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛𝑑𝑖𝑑𝑒𝑠𝑎 (𝐻𝑎)

Commented [SP1]: Interprerasi tabel

22

KPA tahun 2013 : 2887/185280 = 0,016 jiwa/Ha KPA tahun 2014 : 2922/185280 = 0,016 jiwa/Ha KPA tahun 2015 : 2698/185280 = 0,015 jiwa/Ha KPA tahun 2016 : 2998/185280 = 0,016 jiwa/Ha KPA tahun 2017 : 3025/185280 = 0,016 jiwa/Ha KPA tahun 2018 : 3032/185280 = 0,016 jiwa/Ha Rata-rata Kepadatan Penduduk Agraris : (0,016+0,016+0,015+0,016+0,016+0,016)/6 = 0,0105 jiwa/Ha Kepadatan penduduk agraris pada tahun 2013 hingga tahun 2018 sebesar 0,016 jiwa, kecuali pada tahun 2015 yang hanya sebesar 0,015 jiwa. Artinya pada setiap 1 Ha dikelola oleh 0,016 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk agraris Desa Gondanglegi sebesar 0,015 jiwa/Ha. Perubahan penduduk agraris disebabkan oleh jumlah penduduk dan luas lahan pertanian. Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan lahan pertanian semakin sempit, karena lahan pertanian tersebut digunakan untuk pemukiman, sarana umum, dan lain-lain. Akibat semakin sempitnya lahan pertanian menyebabkan semakin menurunnya jumlah hasil pertanian. b. Keadaan Penduduk menurut Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin penduduk dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat menunjukkan beberapa hal antara lain. Sex ratio yaitu nilai perbandingan antar

jumlah

penduduk

laki-laki

dengan

jumlah

penduduk

perempuan.Kepadatan penduduk menurut jenis kelamin sangat berguna dalam mengetahui perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan (Sex Ratio). Sex ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan.

23

Tabel 4.1.3 Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali Tahun 2018. Tahun

Jenis Kelamin

2013 2014 2015 2016 2017 2018 ∑ Rata-rata %

Laki-laki 1373 1382 1387 1394 1404 1412 10035 2509 50,53%

Perempuan 1578 1586 1593 1600 1608 1620 9824 2456 49,46%

Sumber : Data Sekunder Pada tabel 4.1.3 keadaan penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Desa Godanglegi dapat diktahui bahwa dari tahun 2013-2018 jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki mapun perempuan terus meningkat. Kita juga dapat mengetahui dari tabel jumlah dan rata-rata penduduk berdasarkan jenis kelamin lebih besar pada pnduduk dengan jenis kelamin laki-laki.Untuk mengetahui besarnya sex ratio maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut : Sex ratio 

 penduduk laki  laki x 100%  penduduk perempuan

Sex ratio = 10035/9824 x 100% =1,02 % jadi, besarnya sex ratio di Desa Godanglegi sebesar 1,02 %. c. Keadaan Penduduk Menurut Umur Karakteristik penduduk menurut umur dan jenis kelamin berguna dalam membantu menyusun perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar bagi penduduk sesuai dengan kebutuhan kelompok umur masingmasing, baik kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Setiap kelompok umur memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, misalnya kelompok bayi dan balita, mereka lebih membutuhkan asupan gizi yang baik dan perawatan kesehatan. Bagi penduduk perempuan remaja misalnya, mempunyai kebutuhan untuk meningkatkan status kesehatan agar ketika memasuki

24

usia perkawinan tidak terkena anemia sedangkan kelompok penduduk usia lanjut juga membutuhkan pelayanan berkaitan dengan kesehatan dan lain-lain. Tabel 4.1.4 Penduduk Desa dalam Kelompok Umurdi Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali 2018. Kriteria Umur No

Umur

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Umur 0-4

196

193

389

2

Umur 5-9

235

235

470

3

Umur 10-14

265

257

522

4

Umur 15-19

262

253

515

5

Umur 20-24

280

273

553

6

Umur 25-29

310

290

610

7

Umur 30-34

250

245

495

8

Umur 35-39

211

205

416

9

Umur 40-44

195

181

386

10

Umur 45-49

174

162

343

11

Umur 50-54

162

163

325

12

Umur 55-59

124

119

245

13

Umur 60 ke atas

311

299

612

2977

2902

5879

1

Jumlah

Sumber : Data sekunder Berdasarkan tabel 4.1.4 diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego paling banyak didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki dalam rentan umur 60 ke atas dengan jumlah 311 jiwa. Untuk jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan juga paling banyak didominasi pada umur 60 ke atas dengan jumlah 299 jiwa. Sedangkan untuk jumlah total penduduk laki-laki sebanyak 2977, dan jumlah total penduduk perempuan sebanyak 2902 jiwa. Jadi Jumlah total penduduk di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali pada tahun 2018 sebanyak 5879 jiwa.

Commented [SP2]: Paragraf pembuka dan judul tabel dilengkapi

25

d. Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung, maupun

tidak

langsung,

untuk

membantu

anak

dalam

perkembangannya mencapai kedewasaan. Pendidikan harus mampu membentuk atau menciptakan tenaga-tenaga yang dapat mengikuti dan

melibatkan

diri

dalam

proses

perkembangan,

karena

pembangunan merupakan proses perkembangan , yaitu suatu usaha atau suatu proses perubahan yang meningkat dan dinamis. Ini berarti pembangunan berarti bahwa membangun hanaya dapat dilaksanakan oleh manusia-manusia yang berjiwa pembangunan, yaitu manusia yang dapat menunjang pembangunan bangsa dalam arti luas, baik material, spiritual serta sosial budaya. Tabel 4.1.5 Keadaan penduduk menurut pendidikan di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018. Pendidikan No

Tahun

PT/ DIV

Akademi

DI/DII

SLTA

SLTP

1

2013

26

30

27

261

372

2

2014

59

45

54

363

568

3

2015

27

31

36

255

365

4

2016

25

29

26

251

366

5

2017

-

-

-

-

-

6

2018

-

-

-

-

-

Jumlah

-

137

135

143

1030

1671

Sumber : Data Sekunder BerdasarkanTabel

4.1.5

Keadaan

penduduk

menurut

pendidikan di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018. diatas dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun tingkat pendidikan masyarakat di desa Gondanglegi semakin tinggi. Dapat dilihat dari tahun 2013-2016 yang jumlahnya semakin meningkat, menunjukan bahwa mulai adanya kesadaran terhadap

26

pentingnya pendidikan untuk anak. Hal ini merupakan hal yang bagus karena melihat kondisi desanya yang belum terlalu terpengaruh oleh luar. Namun sayangnya kelompok kami tidak memperoleh data keadaan pnduduk menurut pendidikan pada tahun 2017 dan tahun 2018, sehingga tidak dapat menganalisisnya lebih jauh. Kami mengira-ngira yang berdasarkan hasil wawancara dengan petani bahwa masyarakat Desa gondanglegi sudah mulai banyak yang melanjutkan ke perguruan tinggi. e. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di Bidang Pertanian. Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya (Daldjoeni, 1987:89). Mata pencaharian dibedakan menjadi dua yaitu mata pencaharian pokok dan mata pencaharian sampingan. Mata pencaharian pokok adalah keseluruhan kegiatan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada yang dilakukan sehari-hari dan merupakan mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mata pencaharian sampingan adalah mata pencaharian di luar mata pencaharian pokok.

27

Tabel 4.1.6 Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian Pada Sektor Pertanian JumlahMata Pencaharian Pada Pertanian Tanaman Pangan Tahun

Pertanian

Perkebunan

Perikanan

Peternakan

tanaman pangan

Pertanian Lainnya

2013

1494

2

4

16

11

2014

1428

2

4

16

11

2015

1382

2

4

13

11

2016

1373

2

4

13

11

2017

-

-

-

-

-

2018

-

-

-

-

-

Jumlah

5677

8

16

58

44

Sumber: Data Sekunder Berdasarkan tabel 4.1.6 diketahui bahwa jumlah penduduk menurut mata pencaharian pada sektor pertanian di Desa Gondonglegi, Kecamatan Klego dari tahun ke tahun justru mengalami penurunan. Hal itu disebabkan karena sebagian besar penduduk justru mempunyai pekerjaan lain diluar usaha tani dari tahun ke tahun justru mengalami peningkatan. Hal itu menyebabkan mata pencaharian pada pertanian tanaman pangan tidakmengalami peningkatan. Jumlah mata pencaharian tanaman pangan paling banyak didominasi pada pertanian tanaman pangan dengan jumlah 5677 jiwa. f. Keadaan Penduduk menurut Agama Agama menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada tuhan atau juga disebut dengan nama dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajibankewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.Kata “agama” berasal dari bahasa sansekerta agama yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah Religi yang berasal dari bahasa latin yaitu religio yang mempunyai arti re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat

28

dirinya kepada Tuhan.Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia,

yaitu:

agama

Islam,

Kristen

(protestan)

dan

Katolik,Hindu,Budha dan Konghucu. Walaupun banyak agama yang dianut di Indonesia tidak membuat penduduknya terpecah belah, penduduknya saling bertoleransi satu sama lain sehingga tercipta suasana damai dantenang. Tabel 4.1.7 Keadaan Penduduk Menurut Agamadi Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabnupaten Boyolali, Tahun 2018. No

Tahun

1 2

Agama yang Dianut Islam

Katholik

Kristen

Hindu

Budha

2013

3096

2

11

-

-

2014

3099

4

15

-

-

3

2015

3107

7

24

-

-

4

2016

3102

8

20

-

-

5

2017

-

-

-

-

-

6

2018

-

-

-

-

-

Jumlah

-

12404

21

70

-

-

Sumber : Data Sekunder 4. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Organisasi pada dasarnya merupakan kerja sama antara dua orang atau lebih dalam rangka mencapai suatu tujuan. Organisasi adalah kumpulan orang, proses pembagi-an kerja antara orang-orang tersebut dan adanya system kerja sama atau sistem sosial diantara orang-orang tersebut. Dalam mencapai tujuan, organisasi memerlukan berbagai macam sumber daya. Mulai dari sumber daya manusia, peralatan, mesin, keuangan, dan sumber daya informasi. Setiap sumber daya memiliki tugas dan fungsinya masingmasing. Sebagai suatu sistem sumber daya-sumber daya tersebut akan berinteraksi dan saling bekerja sama sehingga tujuan dapat tercapai denga efektif dan efesien.(Samsuni, 2017).

Commented [SP3]: Dibuat bagan

29

Bagan struktur organisasi Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali tahun 2013-2018 KEPALA DESA Sungkono SEKRETARIS

KADUS 1

Sungkono

Rimanto

KAUR PEMERINTAHAN

KADUS 2

Sumardi

Muhsoni

KAUR PEMBANGUNAN

KADUS 3

Ridwanto

Slamet

1. Tugas Kepala Desa  Menyelenggarakan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD  Mengajukan rancangan peraturan Desa  Menetapkan peraturan-peraturan yang telah mendapatkan persetujuan bersama BPD  Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengnenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD  Membina kehidupan masyarakat Desa  Membina ekonomi desa  Mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif  Mewakili desanya di dalam dan luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan paeraturan perundangundangan; dan  Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundangundangan.

30

2. Tugas dan Fungsi Sekretaris Desa  Tugas Pokok : Membantu Kepala Desa dalam mempersiapkan dan melaksanakan pengelolaan administrasi Desa, mempersiapkan bahan penyusunan laporan penyelenggaraan Pemerintah Desa.  Fungsi :  Penyelenggara kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk kelancaran tugas Kepala Desa  Melaksanakan tugas kepala desa dalam hal kepala desa berhalangan  Melaksanakan tugas kepala desa apabila kepala desa diberhentikan sementara  Penyiapan bantuan penyusunan Peraturan Desa  Penyiapan bahan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa  Pengkoordinasian Penyelenggaraan tugas-tugas urusan; dan  Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa. 3. Tugas dan Fungsi KAUR  Tugas Pokok : Membantu Sekretaris Desa dalam melaksanakan administrasi umum, tata usaha dan kearsipan, pengelolaan inventaris kekayaan desa, serta mempersiapkan bahan rapat dan laporan.  Fungsi :  Pelaksanaan, pengendalian dan pengelolaan surat masuk dan surat keluar serta pengendalian tata kearsipan  Pelaksanaan pencatatan inventarisasi kekayaan Desa  Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum  Pelaksanaan penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat tulis kantor serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor  Pengelolaan administrasi perangkat Desa  Persiapan bahan-bahan laporan; dan  Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa.

4. Tugas dan Fungsi KADUS  Tugas :

31

 Membantu pelaksanaan tugas kepala desa dalam wilayah kerjanya  Melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan gotong royong masyarakat  Melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada masyarakat  Membantu kepala desa dalam pembinaan dan mengkoordinasikan kegiatan RW (Rukun Wilayah) dan RT (Rukun Tetangga) diwilayah kerjanya  Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.  Fungsi :  Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat diwilayah dusun  Melakukan

tugas

dibidang

pembangunan

dan

pembinaan

kemasyarakatan yang menjadi tanggung jawabnya  Melakukan usaha dalam rangka meningkatkan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat dan melakukan pembinaan perekonomian  Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan ketrentaman dan ketertiban masyarakat  Melakukan fungsi-fungsi lain yang dilimpahkan oleh kepala desa. 5. Sarana dan Prasarana a. Kondisi jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.Salah satu manfaat dari adanya Jalan Raya adalah agar masyarakat merasa hidupnya lebih aman, hal ini dikarenakan Jalan Raya makan lebih muda untuk melakukan segala aktivitas yang

32

berkaitan dengan kendaraan atau hal yang berkaitan dengan berkendara. Ketika seseorang melakukan perjalanan tentu mereka akan lebih merasa aman, ketika jalan yang mereka gunakan halus dan tidak bergelombang. Jalan yang halus dan tidak bergelombang secara psikologis manusia akan lebih menyenangkan dan memberikan rasa aman serta rasa nyaman, keamanan dalam berkendara juga berkaitan erat dengan manfaat mematuhi tata tertib lalu lintas. Tabel 4.1.8 Kondisi Jalan di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018 Kondisi Jalan Jalan Aspal/Betom  Kondisi baik  Kondisi sedang  Kondisi rusak

Panjang 12,7 km 3 km 6 km 3,7 km

Jalan Diperkeras  Kondisi baik  Kondisi sedang  Kondisi rusak

3,5 km 1 km 2,5 km

Jalan Tanah  Kondisi baik  Kondisi sedang  Kondisi rusak

3 km 3 km

Sumber : Data Sekunder Berdasarkan table di atas dapat disimpulkan bahwa jalanan di Desa Gondanglegi sudah termasuk kategori baik. Jalanan sudah mulai banyak yang diaspal. Hal ini mempermudah masyarakat untuk beraktivitas tanpa ada kendala. Semakin baik jalanan, maka semakin kecil pula resiko kecelakaan yang ditimbulkan. b. Transportasi Sarana transportasi yang ada dan sering digunakan oleh warga Desa Gondanglegi adalah motor. Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sarana transportasi digunakan untuk menjual hasil

33

panen ke pasar, membeli kebutuhan dan sebagainya. Jumlah alat transportasi yang terdapat di Desa Gondanglegi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1.9 Alat transportasi di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018 Sarana Transportasi Mobil/motor Motor air Sepeda/ojek Delman Dan lain-lain ∑

Jumlah 7/145 -

152

Sumber : Data Sekunder Dari data yang diperoleh, rata-rata penduduk Desa Gondonglegi memiliki kendaraan motor dan sebagiannya memiliki mobil. Itupun hanya sebanyak tujuh orang. Pada umumnya warga Desa Gondanglegi lebih banyak yang belum memiliki kendaraan pribadi. Dikarenakan mereka lebih memilih menggunakan angkutan umum apabila ingin pergi keluar desa dan sebagainya. Sedangkan di sekitar desa mereka lebih sering berjalan kaki. Dari rumah ke tempat kerjanya. c. Komunikasi Sarana komunikasi adalah salah satu sarana yang penting di dalam suatu desa sebagai sarana untuk menjalin hubungan dengan saudara yang jauh. Komunikasi seacar bahasa yaitu, suatu proses di mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain". Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihakmaupun sebagai sarana pencarian informasi dari luar. Sarana komunikasi di Desa Gondanglegi dapat dilihat didalam tabel. Tabel 4.1.10 Komunikasi di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018

34

Sarana Komunikasi Tv Telepon/HP Kantor pos ORACI/CRAP Pemancar radio Radio

Jumlah 789 354 35

0

Sumber : Data Sekunder Data hasil pengamatan mengenai alat komunikasi di Desa Gondanglegi dapat dipahami bahwa penduduk Desa Gondanglegi mayaritas penduduknya sudah banyak yang memiliki TV. Tidak hanya itu, penduduk Desa Gondanglegi hampir semua masyarakatnya sudah memiliki handphone dan dapat menggunakannya. Penduduk pun sekarang jarang menggunakan radio sebagai media untuk mendapatkan informasi dari dunia luar. Mereka sudah cenderung menggunakan TV sabagai alat hiburan bagi keluarga. d. Pendidikan Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.Pendidikan merupakan faktor penting dalam usaha memajukan desa, semakin banyak warga desanya yang terdidik maka desa tersebut semakin baik, rasional terhadap suatu permasalahan lebih logis. Serta semakin banyak warga desa yang berpendidikan menjadikan desa tersebut mudah dalam menerima perubahan kemajuan dari luar namun tetap selektif, dan tidak bersifat statis.

Tabel 4.1.11Sarana Pendidikan di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018

35

Sarana Pendidikan Taman Kanak-kanak  jumlah sekolah  jumlah murid  jumlah guru  prasarana fisik  perpustakaan Sekolah Dasar Negeri  jumlah sekolah  jumlah murid  jumlah guru  prasarana fisik  perpustakaan Madrasah ibtidaiyah  jumlah sekolah  jumlah murid  jumlah guru  prasarana fisik  perpustakaan Sekolah Menengah Pertama  jumlah sekolah  jumlah murid  jumlah guru  prasarana fisik  perpustakaan Sekolah Menengah Atas  jumlah sekolah  jumlah murid  jumlah guru  prasarana fisik  perpustakaan

Panjang 1 20 2 1 Ada 2 187 18 12 Ada

2 145 12 12 Ada

-

Sumber : Data Sekunder Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa di Desa Gondanglegi sudah terdapat sarana pendidikan yang dapat menunjang masyarakat untuk dapat menimpa ilmu lebih baik lagi. Taman kanakkanak hanya terdapat satu, sekolah dasar negeri sebanyak dua, sekolah ibtidaiyah sebanyak dua. Sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas belum ada di Desa Gondanglegi.

e. Sarana Ibadah Tujuan pokok manusia diciptakan di dunia ini adalah beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mengabdi kepada Tuhan, melaksanakan

36

perintah atau ajarannya dan menjauhi larangannya. Dalam kegiatan beribadah kepada Tuhan perlu ada yang namanya sarana ibadah, yang merupakan keharusan dalam melaksanakan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tabel 4.1.12 Sarana Ibadah di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018 Sarana Ibadah Masjid Surau/mushala Gereja Kanisa Kuil Pura

Jumlah 6 15 1 -

Sumber : Data Sekuder Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Gondanglegi mayoritas memeluk agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya masjid dan surau yang terdapat di desa ini. Selain itu, ada sebuah gereja yang terdapat di Desa Gondanglegi. Meskipun mayoritas penduduk di Desa Gondanglegi memeluk agama Islam, namun mereka tetap menghormati dan hidup dengan damai bersama penduduk yang beragama selain Islam. Dari keseluruhan tabel yang ada dapat kita ketahui bahwa di Desa Gondanglegi ini telah ada berbagai sarana dan prasarana kehidupan seperti sarana pendidikan, komunikasi, transportasi dan ibadah. Sarana dan prasarana tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat walaupun jumlahnya sangat terbatas untuk pendidikan. Sarana transportasi terdiri dari motor, mobil pribadi, dan angkota/Angkudes. Mencapai kombinasi sistem transportasi yang proporsional diperlukan sarana transportasi yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah banyak, sehingga ruas jalan yang ada digunakan seefisien mungkin. Sarana transportasi ini dituntut untuk dapat bergerak cepat. Kegiatan transportasi masyarakat akan menjadi cepat dan efisien bila sistem transportasi harus dikoordinasi sebaik mungkin.

37

Sarana perhubungan yang ada di Desa Gondanglegi berupa jalan dan jembatan yang menjadi sarana penghubung antar dusun. Jumlahnya dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Tetapi perubahannya relatif naik, ini membuktikan bahwa Desa Gondanglegi mengalami kemajuan dan mengikuti perkembangan zaman. Prasarana

perhubungan

merupakan

faktor

utama

dalam

perkembangan desa, dimana evaluasi terhadap lancar tidaknya jalan perhubungan cukup memberi gambaran orbitasi perdesaan kita. Prasarana perhubungan lebih khusus universal serta berperan penting bagi hubungan antara desa dan kota dan sebaliknya, terutama di dalam lalu lintas ekonomi. Penilaian diperhatikan pada kepemilikan desa akan jalan aspal, jalan batu, jalan tanah dan lain-lain. 6.

Organisasi Sosial Organisasi sosial merupakan suatu bentuk pengaturan tindakan atau perilaku individu untuk bekerja sama dalam mencapai visi atau tujuan yang disepakati. Adanya pengaturan tindakan mengandung pesan implisit bahwa perilaku individu diorganisir sedemikian rupa untuk suatu tujuan tertentu. Dengan demikian, kita bisa pahami bahwa organisasi sosial terdiri dari kumpulan individu sebagai anggotanya. Organisasi terdapat proses pengaturan sehingga perilaku atau tindakan para anggotanya menjadi terorganisir. Organisasi juga memiliki tujuan tertentu, untuk membedakan dengan kelompok yang spontan, tak bertujuan dan nggak jelas.

Table 4.1.13 Organisasi di desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018 Nama Organisas i

Keanggotaan

Kegiatan

Kepengurusan

38

Karang Taruna

PKK

Para pemuda

Ibu-ibu

  

Agustusan Kerja bakti Banjari

-

 

Arisan Posyandu

-



Peminjaman alat tani Penyuluhan

-

-

Kelompo k Tani

Bapak/Ibu



-

-



0

0

Ketua: priyanto Wakil : agus Sekretaris : pairin Bendahara : maryanto

Ketua : warsiyem Wakil : supadmi Sekretaris : siti R Bendahara : mustaqimah

Ketua : paijo Sekretaris: sarjono Bendahara : nuryanto

0

Sumber : Data Sekunder a. Kelompok Tani Kelompok petani Desa Gondanglegi berkumpul tiap awal bulan keperluannya yaitu membahas masalah-masalah atau kendala-kendala

yang

ada

dalam

pertanian.

Mengenai

keanggotaannya diperoleh dari warga petani Desa Gondanglegi itu sendiri, pembagiannya yaitu berdasar lahan yang bertempat di tiap dusun, misal sawah di dusun tahunan, anggotanya adalah orang – orang yang mempunyai sawah di dusun tahunan tersebut. Namanya juga diambil dari nama dusun tersebut, misal kelompok tani Tahunan. Selain membahas tentang masalah petanian, kelompok tani ini berkumpul untuk membagikan pupuk bersubsidi. b. Karang Taruna

39

Organisasi karang taruna ini beranggotakan pemuda-pemudi Desa Gondanglegi. Karang taruna sering menjadi panitia apabila ada peringatan 17 Agustus, dan hari besar lainnya. Kegiatan yang dilaksanakan berkaitan dengan kesenian dan olahraga. c. PKK Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga di Desa Gondanglegi mempunyai tugas membantu Pemrintah Desa atu lurah dan merupakan

mitra

dalam

pemberdayaan

dan

peningkatan

kesejahteraan keluarga. Selain itu, PKK di Desa Gondanglegi ini juga mengadakan kegiatan aktif seperti arisan oelh ibu-ibu dan juga posyandu. Berdasarkan table di atas bahwa organisasi yang terdapt di Desa Gondanglegi yaitu Kelompok Tani, Karang Taruna dan PKK. Organisai tersebut masih terus berjalan dan aktif dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan acara masing-masing. Organisasi masih tergolong skala kecil hanya dalam lingkup perdesaan, sehingga rasa kekeluargaan dan gotong-royong masih sangat terasa. 7. Penguasaan Tanah a. Sistem Penguasaan Tanah Desa Gondanglegi sistem penguasaan tanah terbagi dalam empat sistem, diantaranya pemilik penggarap yaitu petani yang mempunyai lahan sendiri dan sekaligus mengerjakan lahan milik nya sendiri, lalu ada petani penyewa yaitu petani yang melakukan kegiatan pertanian dari hasil menyewa lahan milih orang lain, kemudian buruh tani yaitu petani yang bekerja pada seseorang tanpa menyewa atau memiliki lahan sendiri, dan yang terakhir penyakap yaitu petani yang mengolah lahan orang lain lalu dari hasil produksinya di bagi dengan pemilik lahan. b. Bentuk Penguasaan Tanah Desa Gondanglegi bentuk penguasaan tanahnya di dominasi oleh pemilik penggarap yaitu sebanyak 55% kemudian buruh tani sebanyak 33%, lalu ada penyewa sebanyak 7% dan yang terakhir adalah penyakap

40

sebanyak 5%. Di Desa Gondanglegi hanya ditemui adanya Tanah Bengkok. Maksudnya adalah tanah milik Desa untuk diberikan kepada perangkatDesa sebagai gaji selama masa jabatannya. Dalam sistem agraria di Pulau Jawa adalah lahan garapan milik desa. Tanah bengkok tidak dapat diperjualbelikan tanpa persetujuan seluruh warga Desa namun boleh disewakan oleh mereka yang diberi hak mengelolanya 3000 x 16 m untuk setiap Kepala Desa, 2 patok (1 hektar kurang) untuk Kepala Urusan (KAUR), 1 hektar untuk Kepala Dusun (KADUS). c. Status Penguasaan Tanah Status penguasaan tanah yang dijumpai di Desa Gondanglegi adalah Petani pemilik penggarap yaitu petani yang menggarap lahan usaha tani milik sendiri. Petani penyewa yaitu petani yang tidak mempunyai lahan usaha tani sendiri tapi mengerjakan lahan usaha tani milik orang lain dengan sistem bayar di muka. Petani penyakap yaitu petani yang tidak mempunyai lahan usaha tani sendiri tetapi mengerjakan lahan usaha tani milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Buruh tani yaitu tidak mempunyai lahan usaha tani sendiri tapi mengerjakan lahan usaha tani milik orang lain dengan mendapat upah.

2. Stratifikasi Sosial a.

Struktur masyarakat berdasarkan kekayaan

41

sangat kaya 10%

tidak kaya 35% cukup kaya 55%

Gambar 4.2 Stratifikasi Berdasar Kekayaan b.

Struktur pelapisan petani berdasarkan status petani bagi hasil 5%

penye wa 7% buruh tani 33% pemilik penggarap 55% Gambar 4.3 Struktur Pelapisan Masyarakat Berdasarkan Status Petani 3. Konflik Sosial Bentuk konflik di desa Gondanglegi didominasi pada masalah internal masyarakat lokal yaitu berupa perceraian yajg disebabkan karena kesenjangan ekonomi. Masalah ini dapat diselesaikan dengan cara perundingan atau melalui lembaga yang berwenang. Masalah internal kedua adalah petani yang bertanam melampaui batas wilayah tanamnya hingga ke jalan. Cara penyelesaian masalah ini yaitu dengan menegur petani yang bersangkutan dan dilaporkan kepada kepala desa setempat. Masalah internal yang ketiga yaitu sindir-menyindir antar tetangga yang disebabkan karena

42

adanya perbedaan status sosial masyarakat. Cara penyelesaiannya belum ada karena masih terjadi hingga saat ini. Sedangkan, konflik antar masyarakat lokal, masyarakat lokal dengan dunia usaha (tengkulak, perusahaan), dan masyarakat lokal dengan pemerintah tidak ditemukan. 4. Kebudayaan U 1

7

2

8

9 3 5

4

6

Keterangan

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jalan Kamar tidur Kamar tidur Kamar tidur Dapur Kamar mandi 7. Pintu 8. Gudang 9. Ruang tamu

Gambar 4.4 Denah Rumah Tempat Tinggal di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018 Denah rumah petani di Desa Gondanglegi tergolong sederhana hanya terdiri dari satu ruang utama. Satu ruang utama seolah hanya ruang seperti aula besar sebagai ruangan serbaguna. Adapun kamar dan lainlainnya ,penyekatan sesuai dengan kehendak dari pemilik rumah. Model rumah di Desa Gondanglegi sinom. Alasan dari susunan rumah seperti ini adalah agar lebih fleksibel penyekatan hanya dengan papan, dapat menyimpan hasil pertanian serta dapat digunakan untuk menampung banyak orang saat ada acara besar seperti kenduri, hajatan dan lain-lain.

Penjelasan denah tiap ruang : 

Kamar mandi dibelakang agar tertutup dan tidak diketahui banyak orang serta untuk meminimalisir suara.

43



Dapur dibelakang agar mudah mengambil kayu bakar dan bila saat memasak asap langsung keluar dan tidak mengepul di dalam.



Kamar tidur di depan samping agar lebih mudah keluar masuk kamar dan mudah dijangkau.



Gudang berada di depan samping agar mudah dan cepat menyimpan hasil pertanian dan menjemur hasil pertanian.



Pintu menghadap utara agar langsung menghadap jalan.



Ruang tamu berada di tengah dan dibuat lebar agar mudah menampung banyak orang saat bertamu.

Peralatan pertanian yang masih digunanakan dalam usaha tani diantaranya cangkul untuk mengolah tanah agar gembur. Sabit untuk mnyiangi rumput dan untuk panen. Traktor untuk membajak sawah dalam sklala besar. Tanker digunakan sebagai tempat menyimpan pestisida untuk memberantas hama. Selep untuk memisahkan kulit padi dengan bulir padi. Sedangkan tidak ada perbedaan pada bentuk dan fungsi peralatan pertanian di desa Gondanglegi dengan desa lainnya. Di desa Gondanglegi masih ditemukan adanya adat istiadat yang berkaitan dnegan siklus hidup manusia dan pasca kematian. Hal ini dapat ditemukan pada serangkaian acara pada hari dan tanggal tertentu. Contohnya yaitu sedekah desa yang berupa tradisi tumpengan dan syukuran di balai desa sebagai rasa syukur atas berhasilnya dan melimpahnya hasil panen. Kedua, sadran yaitu berupa orok-orokan dan syukuran di balai desa.

B. Karakteristik Responden 1. Identitas Keluarga Responden a. Identitas Menurut Umur dan Status Penguasaan Lahan

Pertanian tidak lepas dari unsur-unsur penguasaan lahan sebagai faktor produksi yang penting dan berpengaruh luas terhadap tingkat kemakmuran petani. Namun pada kenyataannya lahan

44

pertanian yang ada saat ini semakin sempit yang dikarenakan penggunaan lahan untuk pemukiman penduduk. kepemilikan pertanian di pedesaan yang masih menggunakan budaya warisan mengakibatkan makin sempitnya kepemilikan lahan pertanian dari Commented [SP4]: Pemformatan diperbaiki, minimal 3 kalimat

generasi ke generasi selanjutnya.

Tabel 4.2.1 Identitas Petani Menurut Umur dan Status Penguasaan Lahan Di Desa Gondanglegin Kecamatan Klego, kabupaten boyoli Tahun 2018 No

Nama Petani

Umur

1.

Tuminah

Suami 70

2. 3.

Suminem Painem

70 56

Status Penguasaan Lahan Istri 65

1 √

2 -

3 -

4 -

39 55

√ √

-

-

-

45

4. 5. 6.

Salmet Tohari Tariyem

40 53 40

30 45 39

√ √

-

-

√ -

7.

Suratin

60

57



-

-

-

8. 9.

Suharni Yatina

70 43

50 40

√ √

-

-

-

10. 11.

55 64

53 43



-

-

√ -

65

60

-

-

-



13. 14. 15.

Sumiati Tarjo Sri wahyuni Jumini Rukimit Sutiyem

50 50 56

45 45 50



√ √ -

-

-

16. 17. 18. 19. 20. ∑

Pami Zainudin Sarwanti Musiah Mari 20

50 36 47 60 50 1049

50 26 39 60 55 742

√ 4

-

58,57%

41,43%

2 9,5 %

0

%

√ √ √ √ √ 15 71,5 %

0%

19%

12.

Sumber : Data Primer Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa petani di desa Gondanglegi menurut tahun dengan status pemilik penggarap sebanyak 71,5%, petani penyewa sebesar 9,5 %, penyakap sebesar 0%, buruh tani sebesar 19%. Rata-rata penduduk yang bekerja sebagai petani yatu sudah berumur 30 keatas. Sehingga yang mengeloloa lahan bukan para pemudanya, menurut informasi yang kami peroleh, para pemudanya banyak yang pergi merantau sehingga para orang tua yang mengerjakan lahan pertanian. b.

Identitas Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga Pengertian Identitas adalah suatu ciri ciri atau tanda-tanda yang melekat pada diri seorang individu yang menjadi ciri khasnya. Identitas sering dihubungkan dengan atribut yang disematkan kepada individu yang sebenarnya memiliki sifat majemuk. Sedangkan Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart dan Sundeen, 1991). Identitas diri adalah komponen dari konsep diri yang memungkinkan individu untuk memelihara pendirian yang konsisten

46

dan karenanya memungkinkan seseorang untuk menempati posisi yang

stabil

(Rawlins et al, 1993).

di

lingkungannya

47

Tabel 4.2.2IdentitasKeluargadanTingkatPendidikan diDesa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018 Jumlah Anggota Keluarga No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

0-4 -

4-15 1 1 1 1 1 -

12.

-

-

13.

-

-

14.

-

-

15.

-

16.

Pria 15-65 1 1 1 1 1 4 2 1 3 2

Pendidikan Wanita 4-15 15-65 3 2 1 4 1 1 3 1 1 1 1 2 2 2

Anak SMA 1 1 2 3 -

AK -

PT 1 -

2

-

-

-

-

1

-

-

-

1

2

-

-

SD

-

-

2

-

-

MI

SD

-

-

3

-

-

-

SLTA

SLTA

1

-

-

-

-

1

-

SD

MI

-

1

1

-

-

-

1

-

SD

-

2

-

-

-

0

5

1 93

3

SD -

MI -

1 1

15

1 17

0

1

0%

3,4%

63,7%

2%

-

-

31,9%

36,2%

0%

5%

>65 1 1 -

0-4 -

-

1

-

-

6

-

1

-

-

-

2

-

3

-

-

-

2

-

-

3

-

-

-

1

-

-

2

-

-

-

17.

-

-

1

-

-

18.

-

1

2

-

19.

-

-

4

20. ∑

0

-

%

0%

6 4,1%

Sumber: Data Primer

>65 1 1 1 -

Suami

Istri

SD SD SD MI MI SD SD MI SD SD

MI SD SD MI MI SD MI MI SD MI

SD 2 2 1 1 1 1 1

SMP 1 2 2 3 1

SD

SD

3

SMP

SD

-

-

-

-

SD

3

-

1

1

-

-

-

-

3 36

3

24,7%

2%

15 31, 9%

48

Berdasarkan

Tabel

4.2.2IdentitasKeluargadanTingkatPendidikan

menunjukkan bahwa seagian besar masyarakat petani di Desa Gondanglegi berpendidikan rendah, mereka hanya tamat SD bahkam belum Tamat SD. Dari data diatas juga menunjukkan anak para petani juga memiliki pendidikan yang masih terbilang rendah, walau kebanyakan lulusan SMK sederajat. Kesadaran untuk menyekolahkan anak ke jenjang perguruan tingginsangat rendah, hal ini diketahui dari sedikitnya anak para petani yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan bangsa, sayangnya pendidikan di desa ini masih belum terlalu diperhatikan. 2. Perilaku Responden dalam Kegiatan Mencari Nafkah a. Arti Hidup Cukup Siklus kehidupan orang desa, khususnya para petani, kerap dipengaruhi oleh masa panen. Guna menyiasati keadaan, orang-orang yang tidak memiliki kerja sampingan harus memutar otak. Pada bulan-bulan sebelum panen, kerap mereka meminjam rupiah dari saudara, tetangga, bank, atau lembaga keuangan lainnya. Uang ini digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Untuk membeli kebutuhan sekunder, kaum tani harus menunggu panen. Di masa inilah para petani memegang uang dan menikmati jerih payah mereka. Dalam taraf tertentu, sawah menyimpan hak komunal. Sawah menggambarkan bahwa kehidupan perdesaan dibangun oleh kebersamaan dan kolektivitas. Sawah menjadi simbol bahwa toleransi, kerja sama, dan gotong royong menjadi pijakan orang desa dalam bertindak. Selain menyumpal kebutuhan perut, hasil tanah juga dipakai untuk membiayai pendidikan buah hati sebagai aset terbaik di masa depan.

Tabel 4.2.3 Arti Hidup Cukup di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali tahun 2018 No. Responden

Jawaban

49

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. ∑ %

A √ √ √ √ √ √ √ √ 8 40%

B √ √ √ √ √ √ √ 7 35%

C √ √ √ 3 15%

D √ √ 2 10%

Sumber: Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.3 Arti Hidup Cukup di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali tahun 2018, dapat diketahui bahwa kehidupan peetani sangat sederhana, pemenuhan kehidupan mereka tidak terlalu banayk. Dari tabel diaatas para petani kebaynyakan berpendapat bahwa asal bisa makan, membeli pakaian sekedarnya, mempunyai rumah sederhana itu sudah cukup untuk kehidupan mereka. Bagi petani yang mmiliki anak yang masih sekolah, asal bisa menyekolahkan anak termasuk arti hidup cukup. Kebutuhan sekunder sperti tanah, dan barang lainnya merupakan hal yang tidak terlalu dipentingkan oleh petani, asalkan kebutuhan pokok terpenuhi itu sudah cukup. b.

Kegiatan Mencari Nafkah Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman padi,bunga, buah, dan lain-lain dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun

50

menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk minuman berakohol, buah untuk jus, dan wol atau kapas untuk penenunan dan pembuatan pakaian. Setiap orang bisa menjadi petani (asalkan punya sebidang tanah atau lebih), walau ia sudah punya pekerjaan bukan sebagai petani. Maksud dari kalimat tersebut bukan berarti pemilik tanah harus mencangkul atau mengolah sendiri tanah miliknya, tetapi bisa bekerjasama dengan petani tulen untuk bercocok tanam di tanah pertanian miliknya. Apabila ini diterapkan, berarti pemilik tanah itu telah memberi pekerjaan kepada orang lain walau hasilnya tidak banyak. Apabila bermaksud mengolah sendiri, tentu harus benar-benar bisa membagi waktu, tetapi kemungkinan akan kesulitan kalau tanahnya lebih dari satu petak.

51

Tabel 4.2.4 Kegiatan Mencari Nafkah di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali No. Responden

2

3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16. 17. 18. 19. 20. ∑

A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12

B √ √ √ √ √ √ √ √ 8

C 0

D 0

A √ √ √ √ √ √ √ 7

B √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12

C √ 1

%

60%

40%

0%

0%

35%

60%

5%

Sumber: Data Prmer

D 0

0

A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

0%

0%

70%

-

E -

Jawaban 4 B √ √ √ √ √ √ 6

C 0

30%

0%

5 A √ √

9

√ √ √ √ √ √ √ √ √ 18

B √ √ 2

C √ √ √ √ √ √ 6

D 0

A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12

B √ √ √ √ √ √ √ 7

C √ 1

D 0

69,2%

7,6%

23,07%

0%

60%

35%

5%

0%

√ √ √ √ √ √ √

52

Berdasarkan Tabel 4.2.4 Kegiatan Mencari Nafkah di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali menunjukan bahawa masyarakat petani didesa tersebut bekerja sebgai petani, selain untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sebgian besar memiliki keinginan memiliki sesuatu seperti tanah, memprbaiki rumah, dsb. Dalam bekerja petani memiliki keyakinan jika usahanya akan memberikan hasil yang baik untuk kehdupannya, bahkan kadang berpikiran hasil dari usahataninya dapat meningkatkan taraf hidupnya. Petani biasanya memperoleh ilmu bertani dari pengalaman orang tua sbelumnya dan dari penyuluh pertanain. Petani di Desa Godanglegi termasuk ptani yang mudah menerima inovasi terbaru dari penyuluh sehingga hasil yang didapat juga semakin membaik. c.

Keputusan dalam Usaha Tani

Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan. Keputusan biasanya terbagi menjadi dua jenis yaitu keputusan dan keputusan . Keputusan merupakan keputusan yang diambil untuk kepentingan diri sendiri dan dilakukan secara perorangan. Keputusan merupakan keputusan

yang

diambil

bedasarkan

kesepakatan dan

untuk

kepentingan Keputusan bersama tidak boleh menguntungkan satu pihak dengan merugikan pihak lain.

53

Tabel 4.2.5 Keputusan dalam Usaha Tani di Desa Gondang legi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali tahun 2018 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16. 17. 18. 19. 20. ∑ %

A √ √ √ √ √ √ √ 7 35%

6 B √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 50%

C √ √ √ 3 15%

A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 19 95%

7 B √ 1 5%

C 0 0%

8 Siapa Anak Suami Suami Istri Istri Suami Anak,istri Suami Suami Suami Suami Suami Suami Suami Suami Suami, Anak Istri Suami Suami Suami

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.2.5 Keputusan dalam Usaha Tani di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali sebagian besar penduduknya mengambil keputusan dengan anggota keluarga mereka. Biasanya dengan suami/istri mereka masing-masing. Adapun mengambil keputusan dengan anak-anak mereka sedikit karena sebagian besar yang mengelola lahan adalah para orangtua dikarenakan para pemudanya sebagian besar bekerja diluar usaha pertanian. d.

Penggunaan Pendapatan Petani Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun berupa barang yang berasal dari pihak lain maupun hasil industri yang dinilai atas dasar sejumlah uang dari harta yang berlaku saat itu. Pendapatan merupakan sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan penghidupan seseorang secara langsung mau pun tidak lagsung (Suroto, 2000). Pendapatan

54

sangat berpengaruh bagi kelangsungan suatu usaha, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan suatu usaha untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan.

Tabel 4.2.6 Penggunaan Pendapatan Petani di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali tahun 2018 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

10 A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

B √ √ √ √ √ √ √

11 C √ -

D √ √ -

A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

B √ -

C √ -

D √ √ √ √ √ √ √

A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

B -[ -√ √

12 C √ √ √ -

D -

E √ √ √ √ √ -

A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

13 B √ √ √ √ √ √

C -

55

18 19 20 ∑

%

√ √ √ 1 9 5 7, 6 %

√ √ √

-

-

√ √ √

√ √

-

√ √ √

√ √ √

√ √ √

√ √ -

-

-

√ √ √

√ √ √

-

11

1

2

16

3

1

10

16

5

5

0

5

20

9

0

33, 3%

3 %

6 %

53, 3%

10 %

3, 3 %

30, 3%

61, 5%

19,2 3%

19;, 23%

-

14, 7%

58, 8%

26, 4%

0 %

Sumber: Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.6 Penggunaan Pendapatan Petani di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali paling banyak pendapatan petani digunakan untuk biaya konsumsi rumah tangga.selain itu juga banyak digunakan untuk ditabung berupa harta kekyaan seperti: rumah, alat transportasi, alat rumah tangga. Tujuan menabung itu sendiri yaitu untuk keperluan mendesak, modal usaha dan menykolahkan anak. Bentuk investasi ptani sebagian besar yaitu berupa alat usaha tani, tanah dan ternak.

e.

Tingkat Kerukunan Masyarakat Kerukunan secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang walaupun mereka berbedasecara suku, agama, ras, dan golongan.Selain bermakna sebagai kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram, kerukunan juga bermakna sebagai proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan. Untuk mencapai kerukunan seperti itu, tentu diperlukan adanya proses dialog, saling terbuka,saling menerima, saling menghargai, serta saling menanamkan rasa cinta-kasih.

56

Tabel 4.2.7 Tingkat Kerukunan Masyarakat di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali tahuin 2018 No. 1

A -

14 B -

15 C √

A -

B -

2

-



-

-



3

-



-

-



4



-

-

-



5



-

-

-



6

-



-

-



7

-



-

-



8

-



-

-



9

-



-

-



10

-



-

-



11



-

-

-



12



-

-

-



13



-

-

-



14



-

-

-



15



-

-

-



16 17

-

-

√ √

-

-

Keterangan Tidak ada sanksi karena sudah saling memahami mereka orang yang tidak mampu Tidak ada sanksi karena biasanya pinjam tetangga terdekat Tidak ada sanksi Tidak ada sanksi Tidak ada sanksi Tidak ada sanksi Tidak ada sanksi Tidak ada sanksi Tidak ada sanksi Tidak ada sanksi Tidak ada sanksi Tidak ada sanksi Tidak ada sanksi Tidak ada sanksi -

57

18 19 20 ∑ %

7 20,59%

7 20,59%

√ √ √ 6 17,64%

0 0%

14 41,18%

-

Sumber: Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.7 Tingkat Kerukunan Masyarakat di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali tingkat kerukunan masyarakat sangat tinggi, mereka saling memahami keadaan satu sama lain. Kondisi masyarakat disana cenderung bersyukur atau menerima apa adanya dengan keadaan mereka masing-masing. Selain hal tersebut keadaan ekomoni yang cederung sama membuat rasa perasaan senasib sehingga mereka saling tolong menolong antar sesama. f.

Kegiatan Panen Masyarakat panen dapat diartikan sebagai kegiatan dalam budidaya baik itu di bidang pertanian, perternakan ataupun bidang perikanan dan perkebunan yang dilakukan pada akhir untuk menikmati hasil kerja keras selama merawat dan menjaga sesuatu yang dibudidayakan serta panen adalah awal dari kegiatan pasca panen.Kegiatan panen dalam bidang pertanian meliputi pemotongan malai, Pengumpulan malai, Perontokan dan pembersihan gabah serta Pengeringan, Penyimpanan, Penggilingan, Pengemasan dan pengangkutan serta pemasaran adalah kegiatan yang dilakukan di waktu pasca panen. Dengan demikian komoditas yang baru kita panen akan bertahan lebih lama dan mampu dipasarkan dalam keadaan kualitas masih terjaga.

58

Tabel 4.2.8 Kegiatan Panen Masyarakat di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali tahun2018 No. 1.

Uraian Dalam melakukan kegiatan panen, petani : a. Menebaskan kepada orang lain b. Dikerjakan oleh anggota keluarga dibantu kerabat c. Dikerjakan tetangga (wanita) warga desa tentu saja (yang diundang saja) d. Dikerjakan tetangga (wanita) warga desa siapa saja tanpa dibatasi jumlahnya e. Lainnya



%

1 13

4 0 3

4,76% 61,90%

19,0% 0% 14,28%

Sumber : Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.8 Kegiatan Panen Masyarakat di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali sebagian besar dikerjakan oleh anggota keluarga dan dibantu kerabat dengan jumlah 61,90%. Yang kedua dengan jumlah 19,0 % dikerjakan oleh tetangga atau warga desa yang diundang. Ketiga dengan jumlah 4, 76% menebaskan kepada orang lain. Hal ini berhubungan dengan ketenagaan kerja sebelumnya yaitu dengan mnggunakan jasa tenaga buruh tani. 3.

Kelembagaan Hubungan Kerja Luar Pertanian 1) Mata Pencaharian dan Motivasi Bekerja di Luar Pertanian Pekerjaan yang paling dasar dan ada dalam diri setiap pencari kerja. Minimal, didorong oleh keinginan agar tidak menjadi beban bagi orang lain, seseorang akan berusaha menemukan pekerjaan yang bisa mencukupi kebutuan hidupnya. Cara pandang seperti ini tidaklah salah. Namun jika seseorang hanya memandang pekerjaan sebagai sarana untuk mencari nafkah maka ia akan cepat merasa bosan dan melihat pekerjaannya sebagai

59

sebuah beban bahkan bisa jadi motivasi bekerjanya semata-mata karena uang.

Tabel 4.2.9 Mata Pencaharian dan Motivasi Bekerja di Luar Pertanian di Desa Gondanglegi, kabupaten Boyolali tahun 2018 N o 1

Pekerjaan -

Jenis Pekerjaan Pendapatan/Ta hun

Motivasi

-

2

Ternak sapi

Rp 15000000

Untuk menaikkan taraf hidup dan memenuhi kebutuhan hidup yang mendesak

3

-

-

-

4

-

-

-

5

-

-

-

6

-

-

7

Tukang bangunan

Rp 1200000

Untuk sampingan, untuk waktu luang, menambah biaya dan membelikan motor anak

8

-

-

-

9

Ternak sapi

Rp 15000000

10

Rp 3960000

11

PRT Tukang kayu + ternak sapi

Untuk mendapatkan tambahan pendapatan Mengisi waktu luang jika tidak ada panggilan untuk bertani

Rp 23800000

Menambah penghasilan

12

-

-

-

13

-

-

-

14

-

-

-

15

-

-

16

Ternak sapi

Rp 15000000

17

Ternak sapi

Rp 15000000

18

Ternak sapi

Rp 15000000

19

Ternak sapi

Rp 10000000

20

Ternak sapi

Rp 15000000

Untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak Untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak Untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak Untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak Untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak

Sumber : Data Primer

60

Dari Tabel 4.2.9 Mata Pencaharian dan Motivasi Bekerja di Luar Pertanian dapat dilihat bahawa mayorat penduduk Desa gondanglegi, kabupaten Boyolali mempunyai pekerjaan smapingan sebagai peternak sapi. Keadaan seperti ini didorong oleh kebutuhan yang semakin meningkat serta memnuhi kebutuhan yang mendesak agar kebutuhan tersebut terpenuhi. Selain bertenak hasil mayoritas wawancara kelompok kami, penduduknya bekerja sebagai kuli bangunan, banyak pemuda-pemuda yang merantau ke jakarta untuk menjadi kuli bangunan karena untuk mencari nafkah. 2)

Fasilitas dan Cara Mendapatkan Pekerjaan di Luar Pertanian Usaha jika diartikan secara general, usaha merupakan setiap aktivitas yang dilakukan manusia untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Jika diartikan secara khusus, istilah usaha dapat diartikan ke dalam banyak makna dan sangat bergantung dengan di mana istilah usaha ini digunakan. Usaha disini yaitu untuk mendapatkan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari serta hubungan pekerja dengan pemberi pekerjaan dan fasilitas yang diberikan sebagai penunjang pekerjaan pekerja. Tabel 4.2.10 Fasilitas dan Cara Mendapatkan Pekerjaan di Luar Pertanian di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali tahun 2018 No 3.

4.

Uraian Selain mendapat upah apakah buruh tersebut masih? a. Mendapat jaminan lainnya (makanan, hadiah lebaran) b. Ikut membantu dalam kegiatan rumah tangga majikan c. Digolongkan dalam istilah tertentu : buruh masih saudara/kerabat, buruh dengan kontrak kerja, buruh lepas/tanpa ikatan. d. Lainnya Siapa yang memberikan pekerjaan di luar pertanian tersebut? a. Mencari atau berusaha sendiri b. Ikut saudara c. Diajak teman atau saudara d. Lainnya

Sumber : Data Primer

Σ

%

15

30,61%

0

0%

8

16,32%

4

8,16%

12 2 2 6

24,48% 4,08% 4,08% 12,24%

61

Berdasarkan Tabel 4.2.10 Fasilitas dan Cara Mendapatkan Pekerjaan di Luar Pertanian, selain pengupahan berupa uang buruh tani mendapatkan fasilitas makan sesuai panjang jam kerja mereka. Sebagian besar buruh tani di desa tersebut digolongkan sebagai buruh lepas/tanpa ikatan yaitu dengan dibayar sesuai jam kerja mereka. Dan sebagian besar pekerjaan buruh tani dicari dengan mencari atau berusaha sendiri serta ditawari oleh pihak yang membutuhkan. 4. Kelembagaan Hubungan Kerja Keluarga Petani Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usaha tani keluarga (family farms), khususnya tenaga kerja petani bersama anggota keluarganya. Rumah tangga tani yag umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sediri maka tidak perlu mengupah tenaga luar, yang berarti menghemat biaya. Baik dalam usahatani keluarga maupun perusahaan pertanian peranan tenaga kerja belum belum sepenuhnya diatasi dengan tekologi yang menghemat tenaga (teknologi mekanis). Hal ini dikarenakan selain mahal juga ada hal-hal tertentu yang memang tenaga kerja manusia tidak dapat digantikan. Tabel 4.2.11 Kelembagaan Hubungan Kerja di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali tahun 2018 No 1.

Σ

Uraian Apakah pekerjaan orang tua responden? a. Petani b. Pegawai c. Serabutan d. Lainnya

20 0 0 0

Sumber: Data primer Tabel 4.2.12 Kelembagaan Hubungan Kerja di Desa Gondanglegi, kabupaten Boyolali tahun 2018 No.

Uraian



%

62

2a.

2b.

Apakah orang tua responden masih ikut bekerja dalam usaha tani responden? a. Ya b. Tidak c. Tidak semua, sebutkan Kalau ya, apakah mereka di beri upah? a. Ya b. Tidak

3 17 -

7,5% 42,5% -

2 18

5% 45%

Sumber : Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.11dan Tabel 4.2.12 Kelembagaan Hubungan Kerja di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali, orang tua para petani bekerja sebagai petani juga. Ilmu yang didapat oleh orang tua petani diwariskan kepada keturunannya sehingga anaknya juga menjadi petani. Sebagian besar juga orang tua petani sudah tidak ikut dalam kegiatan petani dan tidak diberi upah. a.

Kelembagaan Pertanian/Pedesaan 1) Asal Modal Usaha Tani Modal Usaha merupakan sesuatu yang dibutuhkan untuk membuat atau mendirikan suatu bidang usaha. Seperti uang dan tenaga kerja (keahlian). Modal uang bisa digunakan untuk membiayai berbagai keperluan usaha, pengurusan izin, biaya investasi untuk membeli aset, hingga modal kerja. Sedangkan dengan modal tenaga kerja (keahlian) digunakan sebagai kepiawaian seseorang dalam menjalankan suatu usaha yang didirikan. Tabel 4.2.13 Asal Modal Usaha Tani di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali tahun 2018 No 1.

2.

Uraian Dalam menjalankan usahatani dari manakah Bapak/Ibu memperoleh modal usaha? a. Milik sendiri/Keluarga/Tabungan b. Pinjam dari tetangga/kerabat c. Pinjam dari lembaga keuangan d. a dan b e. a dan c Untuk menjalankan usahatani, apabila Bapak/Ibu harus meminjam modal, dari siapakah modal dimaksud berasal? Mengapa saudara pilih sumber modal tersebut?

Σ

%

16 0 1 3 0

80% 0% 5% 15% 0%

63

a. b. c. d.

Keluarga (saudara, anak) Majikan Tetangga Lembaga keuangan (bank, koperasi)

10 10

0% 0% 50% 50%

Sumber : Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.13 Asal Modal Usaha Tani di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali sebagian besar asal modal usaha tani berasal dari milik sendiri/keluarga/tabungan dengan jumalah 80%. Adapuncampuran asal modal dari kelembagaan keuangan sebesar 15%. Jika harus meminjam modal masyarakat pinjam ke tetangga karena lebih mudah dan tidak ada batasan waktu untuk mengmbalikannya. Selain itu masyarakat juga meminjam di lembaga keuanggan karena bisa meminjam uang dengan nominal yang lebih besar. 2)

Asal Saprodi Menurut Bambang Riyanto (1997:19) pengertian modal usaha sebagai ikhtisar neraca suatu perusahaan yang menggunakan modal konkrit dan modal abstrak. Terdapat dua macam sumber modal yaitu, modal sendiri adalah modal yang diperleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara, dan lain sebagainya. Modal pinjaman adalah modal yang biasanya diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Tabel 4.2.14 Asal Saprodi di Desa gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018 No 1

Jenis Saprodi Cangkul

Asal Beli

Keterangan Cash

Cara Pembayaran Cash

2

Cangkul

Beli

Cash

Cash

3

Cangkul

Beli

Cash

Cash

4

Cangkul

Beli

Cash

Cash

5

Cangkul

Beli

Cash

Cash

6

Cangkul

Beli

Cash

Cash

7

Cangkul

Beli

Cash

Cash

8

Cangkul

Beli

Cash

Cash

9

Cangkul

Beli

Cash

Cash

10

Cangkul

Beli

Cash

Cash

11

Alat semprot

Beli

Cash

Cash

64

12

Alat semprot

Beli

Cash

Cash

13

Alat semprot

Beli

Cash

Cash

14

Alat semprot

Beli

Cash

Cash

15

Alat semprot

Beli

Cash

Cash

16

Alat semprot

Beli

Cash

Cash

17

Alat semprot

Beli

Cash

Cash

18

Alat semprot

Beli

Cash

Cash

19

Alat semprot

Beli

Cash

Cash

20

Alat semprot

Beli

Cash

Cash

Sumber : Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.14 Asal Saprodi di Desa gondanglegi, Kabupaten Boyolali semuanya membeli sendiri dengan cara cash. Menurut wawancara yang dilakukan oleh kelompok kami, jika tidak membayar secara cash tidak akan mendapat barang tersebut. Sehingga para petani sebelum membeli alat usaha tani harus meniapkan modal yang cukup sesuai kebutuhan dan memikirkan berapa harga yang bisa dijangkau oleh si petani itu sendiri. 3.) Pemanfaatan dan Pemasaran Hasil Pemasaran

adalah

Suatu

kegiatan

usaha/bisnis

untuk

memenuhikebutuhan dan keinginan konsumen melalui pendistribusian suatu produk.Pemasaran hasil pertanian berarti kegiatan bisnis dimana menjual produk berupa komoditas pertanian sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, dengan harapan konsumen akan puas dengan mengkonsumsi komoditas tersebut. Pemasaran hasil pertanian dapat mencakup perpindahan barang atau produk pertanian dari produsen kepada konsumen akhir, baik input ataupun produk pertanian itu sendiri.

65

Tabel 4.2.15 Pemanfaatan dan Pemasaran Hasil di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali Tahun 2018 No.

5

6

A

B

C

D

Cara

1



-

-

-

Menjual ke tetangga

2

-

-



-

Menjual ke tetangga dan warung sekitar rumah

3

-

-



-

Menjual ke pakmudih dan selep

4

-

-



-

Menjual ke warung

5

-

-



-

Menjual dimpasar

6

-

-



-

Menjual ke tetangga

7

-

-



-

Menjual ke warung sembako

8

-

-



-

Menjual ke tetangga Menjual ke tetangga dan juragan Responden tidak menjula hasil usaha taninya

9

-

-



-

10



-

-

-

11

-

-



-

Menjual ke warung

12

-

-



-

Menjual ke pasar

13

-

-



-

Menjual ke tengkulak

14



-

-

-

Menjual ke warung

15

-

-



-

16

-

-



-

17

-

-



-

18

-

-



-

19

-

-



-

Menjula ke pengepul

20

-

-



-

Menjual ke tengkulak

∑ %

3 15%

0 0%

17 85%

0 0%

-

Menjual ke tengkulak atau pasar Menjual ke pengepul Menjual ke tengkulak Menjual ke tengkulak

Alasan Karena masih banyak yang membeli dari responden Karena lebih dekat dsan tidak boros biaya transportasi Karena jarknya lebih dekat Karena warung sering membeli hasil pertanian responden Karena lebih cepat transaksinya Karena tetangga banyak yang membutuhkan Karena lebih dekat dan tidak ada ongkos Karena mudah dekat dan tidak ada ongkos kirim

7 Jawaban Tetangga

Tetangga dan warung

Pak ridwan pengelola selep Penjual warung Pnjual di pasar Tetangga

Penjual warung

Tetangga

Karena lebih mudah dan dekat

Tetangga dan juragan

Karena responden bekerja sebagai buruh tani Karena lebih dekat dan tidak memakan baya restribusi Karena harganya lebih mahal dari pada dijual ke tngkulak Karena lebih mudah dan dekat Karena lebih dekat dan harganya tidak berselisih jauh dengan yang di pasar Karena lebih mudah dan diambil langsung di rumah Karena lebih dekat dan mudah Karena lebih dekat dan mudah Karena lebih dekat dan mudah Karena lebih dan mudah serta tidak mengeluarkan ongkos transportasi Karena lebih mudah dan dkat serta tidak perlu kepasar -

Responden tidak tau siapa yang terlibat Penjual warung

Penjual di pasar

Tengkulak

Penjual warung

Pengebul dan penjual pasar Pengepul Tengkulak Tengkulak

Pengepul

Tengkulak -

66

Sumber: Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.15 Pemanfaatan dan Pemasaran Hasil di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali pemanfaatan hasil usahatani sebagian besar dikomsumsi sendiri dan sbagian dijual. Tujuan dikonsumsi sendiri yaitu untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga, sebagiannya lagi dijual untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya. Para petani di Desa Gondanglegi sbagian besar menjual hasilusahatani mereka ke tengkulak karena jaraknya lebih dekat, tidak mengeluarkan biaya transportasi kepasar walaupun jika dijual ke pasar harganya lebih mahal akan tetapi hal tersebut tidak bermasalah karena selisih harganya sedikit dengan tengkulak. 4.) Pemanfaatan Lembaga Keuangan Pengertian Lembaga Keuanganadalah suatu institusi atau badan usaha yang bergerak di bidang jasa keuangan yang dalam bentuk dana dari masyarakat lalu menyalurkan dana tersebut untuk pendanaan kegiatan ekonomi dan proyek pembangunan dengan mendapatkan keuntungan dalam bentuk bunga

dengan

persentase

tertentu

dari

dana

yang

disalurkan

tersebut.Fungsi. Lembaga keuangan ini menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik modal dan pasar utang yang bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari investor kepada perusahaan yang membutuhkan dana tersebut. Melancarkan pertukaran produk (barang dan jasa) dengan menggunakan uang dan instrumen kredit.

67

Tabel 4.2.16 Pemanfaatan Lembaga Keuangan di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali Tahun 2018 No .

1. Lembaga Keuangan bank Pernah/Belu Alasan m

2. Lembaga Keuangan koperasi dan kelompok tani Pernah/belu Ket Alasan Ket m Belu Belu m Karna tidak m Belum perna mau hutang perna h h Belu Belu m Karna tidak m Belum perna mau hutang perna h h Belu Belu m Karna tidak m Belum perna mau hutang perna h h Belu Belu m Karna tidak m Belum perna mau hutang perna h h

1

Belum

Tidak mampu membayar

2

Belum

Karena tidak berani hutang

3

Belum

Karena tidak ingin hutang

4

Belum

Karena tidak ingin hutang

5

Belum

Responden tidak mengetahui lembaga tersebut

Belu m perna h

Belum

Karna tidak mau hutang

Belu m perna h

6

Belum

Karena jaraknya jauh

Belu m perna h

Pernah

Untuk beli pupuk dan bibit

Sudah perna h

7

Belum

Karena jaraknya jauh

Belu m perna h

Pernah

Untuk beli pupuk dan bibit serta mencukupi kebutuhan mendesak

Sudah perna h

8

Belum

Karena ada bunganya

Belu m perna h

Pernah

Karena tidak ada bunga

Sudah perna h

Pernah

Untuk beli bibit

Sudah perna h

Pernah

Untuk keperluan sehari hari dan beli pupuk

Sudah perna h

Belum

Karena jaraknya jauh

Belu m perna h

Pernah

Untuk kebutuhan sehari hari

Sudah perna h

Pernah

Karena lebih terpecaya dan bisameminja m nominal sesuai dengan

Sudah perna h

Belum pernah

Karena tidak bisa pinjam uang dalam jumlah besar

Belu m perna h

9

10

11

68

yang diinginkan 12

Belum

Karena jaraknya jauh

13

Belum

Karena jaraknya jauh

14

Belum

Karna jaraknya jauh

15

Belum

Karean sudah terbiasa dengan modal sendiri

16

Pernah

Untuk menabung

Belum

Karna responden tidak mengetahui manfaat lembaga tersebut

18

Belum

Karena jauh serta ada bunganya

19

Belum

Karena tidak ingin hutang

20

Belum

Karena jauh srta ada bunganya

∑ %

-

-

17

Belu m perna h Belu m perna h Belu m perna h Belu m perna h Sudah perna h Belu m perna h Belu m perna h Belu m perna h Belu m perna h -

Pernah

Pernah

Karena lebih mudah mendapatkanny a Karena mudah untuk mendapatkanny a

Sudah perna h Sudah perna h

Belum pernah

Karna sudah terbiasa dengan modal sendiri

Sudah perna h

Belum

Karena sudah terbiasa dengan modal sendiri

Sudah perna h

Pernah

Untuk meminjam uang

Sudah perna h

Pernah

Untuk menabung

Sudah perna h

Belum

Karena tidak ingin hutang

Belum

Karena jauh serta ada bungamya

Pernah

Untuk meminjam uang

Sudah perna h

-

-

-

Belu m perna h Belu m perna h

Sumber: Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.16 Pemanfaatan Lembaga Keuangan di Desa Gondanglegi,

Kabupaten

Boyolali

mayoritas

masyarakatnya

belum

memanfaatkan lembaga keuangan dengan baik. Hal ini dikarenakan bebrapa alasan yaitu karena jaraknya jauh, ada bunga banknya, jumlah yang dipinjam sedikit sehingga tidak perlu meminjam ke lembaga keuangan. Selain belum

69

memanfaatkan

degan

baik,

juga

banyak

masyarakat

yang

sudah

memanfaatkannya yaitu ituk modal usahatani, untuk membeli kendaraan, dsb. 6. Hubungan Kerja Agraris Hubungan kerjaadalah suatu hubungan yang timbul antara pekerja dan pengusaha setelah diadakan perjanjian sebelumnya oleh pihak yang bersangkutan. Didalam hubungan kerja harus ada pekerjaan tertetu sesuai perjanjian. Pengusaha berkewajiban membayar upah dan pekerja berhak atas upah dari pekerjaan yang dilakukannya. Sedangkan agraris sendiri adalah sektor pertanian atau penduduk yang mayoritas memiliki pekerjaan di sektor pertanian. Jadi hubungan kerja agraris adalah suatu hubungan antara pekerja dengan pihak yang mengadakan perjanjian pada pihak yang bersangkutan, yang bergerak di bidang pertanian. a. Status Petani Berdasarkan Penguasaan Lahan Status petani berdasarkan penguasaan lahan dibedakan menjadi empat, yaitu pemilik penggarap. Penyewa, penyakap, dan buruh tani. Pemilik penggarap yaitu petani yang menggarap lahan usaha tani milik sendiri. Petani penyewa yaitu petani yang tidak mempunyai lahan usaha tani sendiri tapi mengerjakan lahan usaha tani milik orang lain dengan sistem bayar di muka. Petani penyakap yaitu petani yang tidak mempunyai lahan usaha tani sendiri tetapi mengerjakan lahan usaha tani milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Buruh tani yaitu tidak mempunyai lahan usaha tani sendiri tapi mengerjakan lahan usaha tani milik orang lain dengan mendapat upah. Tabel 4.2.17

Status Petani Berdasarkan Penguasaan Lahan di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018

Kesimpulan

Apakah di desa ini ada petani berstatus sebagai : Pemilik Penggarap, Penyewa, Penyakap dan Buruh Tani ? Jelaskan Jawaban

Apakah masing masing petani yang berbeda status menerima komoditas pertanian yang berbeda beda? Jawaban

70

1. Di Desa Gondanglegi tidak terdapat semua status petani, yang ada hanya status pemilik penggarap, penyewa, dan buruh tani

1. 2. 3. 4.

Pemilik penggarap :60 % Penyewa 30 % Penyakap :0 % Buruh tani :10%

2. 3. 4.

Pemilik penggarap : Padi,Jagung, dan Singkong Penyewa : Padi dan jagung Penyakap : Buruh tani : padi dan jagung, ketela

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 4.2.17 diketahui bahwa status petani berdasarkan penguasaan lahan di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego didominasi oleh petani pemilik penggarap dengan presentase sebanyak 60%. Untuk petani penyewa sebanyak 30%, dan buruh tani sebanyak 10%. Sedangkan untuk system penguasaan lahan petani penyakap di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego tidak ditemukan dalam 20 jumlah total responden. a. Bentuk Hubungan Kerja Agraris (Sistem Sewa) Sistem Sewa Tanah adalah sebuah sistem yang diterapkan dimana rakyat atau para petani di nusantara diwajibkan membayar pajak pada pemerintah yang dianggap sebagai uang sewa dengan dasar bahwa semua tanah adalah milik negara. Sistem sewa tanah di Indonsia pertamakali diperkenalkan sejak zaman penjajahan Belanda, namun setelah berakhirnya masa penjajahan sistem sewa masih berlangsung sampai saat ini. Sistem sewa inipun hingga saat ini masih banyak dijumpai di Indonesai lebih namun pada pedesaan para petani kebanyakan memiliki lahan walaupun lahan tersebut berukuran kecil. Tabel 4.2.18Bentuk Hubungan Kerja Agraris (Sistem Sewa) di Desa Gondanglegi, No. 1 2 3 4 5 6

Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018

Jenis Usahatani Padi Jangka Waktu Rp 100000 1 tahun Rp100000 1 tahun Rp500000 1 tahun RpRp1000000 1 tahun Rp500000 6 bulan Ketentuan

Jenis Usahatani Jagung Jangka Ketentuan Waktu Rp 1000000 1 tahun Rp100000 1 tahun Rp500000 1tahun RpRp1000000 1 tahun Rp500000 6 bulan

Jenis Usahatani Ubi Jangka Ketentuan Waktu -

71

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 ∑ %

Rp500000 Rp333000 Rp 333000 Rp Rp 15000002000000 Rp 1000000 Rp 100000 Rp 100000 Rps 1000000 Rp 500000 Rp 500000 RpRp 500000 Rp 500000 Rp 9.566.000 48,85%

6 bulan 4 bulan 4 bulan 1 tahun 1 tahun 1 tahun 1 tahun 1 tahun 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan

Rp500000 Rp333000 Rp 333000 RpRp 15000002000000 Rp1000000 Rp100000 Rp 100000 Rp1000000 Rp500000 Rp 500000 RpRp 500000 Rp 500000 Rp 10.016.000 51,14%

6 bulan 4 bulan 4 bulan -

-

-

1 tahun

-

-

1 tahun 1 tahun 1 tahun 1 tahun 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan

-

-

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 4.2.19 diketahui bahwa bentuk hubungan kerja agraris (sistem sewa) sistem sewa di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego didominasi oleh jenis usaha tani jagung dengan presentase sebanyak 51,14%. Kemudian untuk sistem sewa pada jenis usaha tani padi mempunyai presentase sejumlah 48,85%. Sedangkan untuk sistem sewa paada jenis usaha tani ubi tidak ditemukan di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego pada total 20 responden petani.

72

Tabel 4.2.19 Bentuk Hubungan Kerja Agraris (Sistem Sakap) di Desa Gondang Legi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018 No.

Jenis Usahatani padi Jangka Waktu

Ketentuan

Jenis Usahatani jagung Ketentuan

1

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

2

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

3

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

4

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

5

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

6

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

7

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

8

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Jangka Waktu

Jenis Usahatani ubi Ketentuan Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Jangka Waktu

73

9

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

10

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

11

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

12

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

13

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

14

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

15

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

16

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

17

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

18

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

19

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

74

20

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi

∑ %

-

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi -

Responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada idesa gondanglegi -

-

-

-

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 4.2.19 diketahui bahwa bentuk hubungan kerja agraris sitem sakap di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego tidak ditemukan. Sebagian besar responden tidak mengetahui sistem sakap yang ada di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego. Hal ini disebabkan sebagian besar petani yang ada di desa tersebut bukan berorientasi pada petani sakap melainkan sebagai petani pemilik penggarap. Tabel 4.2.20 Bentuk Pengupahan di Desa Gondang Legi, Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018 Jenis Usahatani Padi No

Besar

Bentu k

1

Rp 30000

Uang

2

Rp 30000

Uang

3

Rp 30000

Uang

4

Rp 30000

Uang

5

Rp 30000

Uang

6

Rp 30000

Uang

7

Rp 30000

Uang

8

Rp 30000

Uang

Jamin an Maka n pagi dan rokok Maka n pagi dan rokok Maka n pagi dan rokok Maka n pagi dan rokok Maka n pagi dan rokok Maka n pagi dan rokok Maka n pagi dan rokok Maka n pagi dan rokok

Jenis Usahatani Jagung Jenis Pekerja an

Bes ar

Bentu k

Daud, tandur, matun

Rp 300 00

Uang

Daud, tandur, matun

Rp 300 00

Uang

Daud, tandur, matun

Rp 300 00

Uang

Daud, tandur, matun

Rp 300 00

Uang

Daud, tandur, matun

Rp 300 00

Uang

Daud, tandur, matun

Rp 300 00

Uang

Daud, tandur, matun

Rp 300 00

Uang

Daud, tandur, matun

Rp 300 00

Uang

Jamin an Makn pagi dan rokok Makan pagi dan rokok Makan pagi dan rokok Makan pagi dan rokok Makan pagi dan rokok Makan pagi dan rokok Makan pagi dan rokok Makan pagi dan rokok

Jenis Peker jaan

Kecamatan

Jenis UsahataniUbi Jeni Be s Be Jam nt Pek sar inan uk erja an

Tand ur

-

-

-

-

Tand ur

-

-

-

-

Tand ur

-

-

-

-

Tand ur

-

-

-

-

Tand ur

-

-

-

-

Tand ur, meng olah lahan

-

-

-

-

Tand ur

-

-

-

-

Tand ur

-

-

-

-

75

Maka n pagi dan rokok

-

Tand ur

-

-

-

-

Tand ur

-

-

-

-

Tand ur

-

-

-

-

Tand ur

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Tand ur, pagi

-

-

-

-

Uang

Makan pagi

pane n

Rp 10 00 0/ pe r ka ru ng

uan g

M ak an pa gi

Pan en

Uang

Makan pagi

Tand ur, pane n

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Uang

Daud, tandur, matun

Rp 300 00

Uang

Daud, tandur, matun

Rp 300 00

Uang

Daun, tandur, matun, panen

Rp 300 00

Uang

Makan pagi

Mengol ah tanah, tandur, matun, panen

Rp 300 00

Uang

Makan pagi

Tandur, matun, semprot hama, panen

Rp 300 00

Uang

Makan pagi

Rp 30000

Uang

14

Rp 30000

Uang

15

Rp 30000

Uang

16

Rp 70000

17

Rp 60000

Uang

Makn pagi, makan siang, rokok

18

Rp 70000

Uang dan gabah

Maka n pagi dan makan siang

Uang

Maka n pagi dan makan siang

Tandur, matun, panen

Rp 200 0/pe r kar ung

Maka n pagi dan makan siang

Tandur, daud, matun, smprot hama, panen

Rp 300 00

-

-

Rp 300 00

13

-

-

Daud, tandur, matun

Uang

57%

-

Uang

Rp 30000

%

Tand ur

Rp 300 00

12

-

-

Daud, tandur, matun

Uang

Rp 760.00 0

-

Uang

Rp 30000



-

Rp 300 00

11

Uang

-

Daud, tandur, matun

Uang

20

Tand ur

Uang

Rp 30000

Rp 70000

-

Rp 300 00

10

19

-

Daud, tandur, matun

Uang

Rp 70000

-

Uang

Rp 30000

Uang

-

Rp 300 00

9

Maka n pagi dan rokok Maka n pagi dan rokok Maka n pagi dan rokok Maka n pagi dan rokok Maka n pagi dan rokok Maka n pagi dan rokok Maka n pagi dan makan siang

Tand ur, meng olaha n lahan

Makan pagi dan rokok

Daud, tandur, matun

-

Rp 572. 000 43 %

Makan pagi dan rokok Makan pagi dan rokok Makan pagi dan rokok Makan pagi dan rokok Makan pagi dan rokok Makan pagi dan rokok

Tand ur dan pane n Men golah tanah , tandu r, pane n

76

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 4.2.20 diketahui bahwa petani di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego mendapatkan upah dalam bentuk uang dan konsumsi. Uang yang didapatkan dalam satu hari bekerja Rp.70.000 per orang, dan ditambah mendapatkan makan pagi dan makan siang. Usaha tani yang biasa dilakukan para petani di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego berupa kegiatan tandur, daud, matun, macul, semprot hama, dan panen. Tabel 4.2.21 (Bentuk Pengupahan pada usaha tani lainnya) di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali tahun 2018 Jenis Usahatani

Jenis Usahatani

Jenis Usahatani Jeni Be Jam s Be nt ina Pek sar uk n erja an

Bes ar

Ben tuk

Jamin an

Jenis Pekerj aan

Bes ar

Bentu k

Jamin an

Jenis Peke rjaan

1

0

-

-

-

0

-

-

-

-

-

-

-

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 ∑ %

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%

-

-

-

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

-

-

-

-

-

-

-

No

Sumber: Data Primer Pada tabel 4.2.21 kami tidak mendapatkan data berupa bentuk pengupahan petani pada bentuk usaha tani lainnya yang ada di Desa

77

Gondanglegi, Kecamatan Klego. Hal itu disebabkan karena rata-rata petani di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego hanya melakukan usaha tani sawah atau perkebunan. Sehingga tidak dijumpai sistem pengupahan usaha tani lainnya di desa tersebut. Tabel 4.2.22

No.

Hubungan Kerja Pemilik dengan Buruh Tanidi Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali tahun 2018 A

Bagaimana hubungan kerja pemilik lahan dengan buruh taninya? B C Sudah seperti √ keluarga sendiri Sudah seperti √ keluarga sendiri Sudah seperti √ keluarga sendiri

1

-

2

-

3

-

4

-

-



5

-

-



6

-

-



7

-

-



8

-

-



9

-

-



10

-

-



11



12



13



14



15



16



17



Karena petani bekerjaan secara profesional dan tidak membedabedakan Karena petani bekerjaan secara profesional dan tidak membedabedakan Karena petani bekerjaan secara profesional dan tidak membedabedakan Karena petani bekerjaan secara profesional dan tidak membedabedakan Karena petani bekerjaan secara profesional dan tidak membedabedakan Karna buruh dipekerjakan dan diberi upah Karna buruh dipekerjakan dan diberi upah

Sudah seperti keluarga sendiri Sudah seperti keluarga sendiri Saling tolong menolong Saling tolong menolong Sudah seperti keluarga sendiri Saling tolong menolong Saling peduli satu sama lain

D -

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

78

18



19



20



∑ %

10 50%

Karna buruh dipekerjakan dan diberi upah Karna buruh dipekerjakan dan diberi upah Karna buruh dipekerjakan dan diberi upah

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

10 50%

0 0%

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 4.2.22 diketahui bahwa hubungan pemilik dengan buruh

tani

di

Desa

Gondanglegi,

Kecamatan

Klego

rata-rata

memperkerjakannya secara profesial dan tidak membeda-bedakan, buruh juga diperkerjakan dengan baik dan diberi upah. Selain dua hal tersebut, petani di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego juga menganggap buruh tani sebagai saudaranya sendiri dan mereka juga saling tolong menolong satu sama lain. Hal itu dilandasi karena hubungan kekeluargaan yang terjadi di pedesaan terutama di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, masih sangat kental. 6. Kosmopolitan Secara kultural, kosmopolitanisme terwujud sebagai sebuah sikap yang terbuka terhadap perbedaan budaya dan sebuah kemampuan untuk menyatu dengan budaya lain. Perbedaan bukanlah hal yang perlu dipertentangkan. Secara politik, kosmopolitanisme merupakan sebuah upaya untuk mengubah tatanan yang memungkinkan realisasi gagasan bahwa semua manusia sama dan setara. a.

Mobilitas Mobilitas

penduduk

mempunyai

pengertian

0 0%

pergerakan

penduduk dari satu daerah ke daerah lain. Baik untuk sementara maupun untuk jangka waktu yang lama atau menetap seperti mobilitas ulang-alik (komunitas) dan migrasi. Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain atau dari suatu daerah ke daerah lain. Berikut merupakan tabel Mobilitas Petani di Desa Gondang Legi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018

79

Tabel 4.2.23 Mobilitas Petani di Desa Gondang Legi, Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 ∑ %

1a Jawaban Tidak pernah 2kali/bulan 3 kali/bulan 4 kali/bulan Belum tentu 1 kali/bulan Tidak pernah 3 kali/bulan 2 kali/bulan 1 kali/bulan 1 kali/bulan 1 kali/bulan 7 kali/bulan Jarang 2 kali/bulan Jarang 3/bulan Setiap hari/bulan 2/bulan 4/bulan

Kecamatan

√ √ √ √ √ -

1b 3 -

4 √ √ √ √ -

5 √ √ √

1 √ √ √ √ √ √ √

-

-

-

-



1

√ 8

0

√ 5

5%

40%

0%

25%

1 √ -

2 √ √

1c 2 √ √ √ √

3 -

√ √ √ -

√ -

-

-



√ √ 6

√ √ 9

7

2

30%

50%

38,9%

11,1%

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 4.2.23 dijelaskan bahwa rata-rata petani di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego jarang melakukan mobilitasnya di setiap bulanya. Rata-rata petani hanya melakukan mobilitas 1-3 kali tiap bulannya. Hal itu disebabkan karena petani lebih sering menghabiskan waktunya untuk mengerjakan lahan pertaninan nya dibandingkan harus melakukan mobilitas ke luar desa. b. Sumber Informasi Sumber informasi merupakan penyedia sekumpulan informasi yang telah di kelompokan berdasarkan masing – masing kategori . sumber informasi bisa berupa Perpustakaan, Majalah, Surat Kabar dan Website. Dikalangan masyarakat saat ini dimana persaingan

80

bisnis begitu keras, dengan keadaan seperti itu tentunya beberapa kalangan masyarakat yang berfikiran maju berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan informasi sebagai syarat bersaing dalam pasar global ini, dan internet merupakan salah satu alterinatif baik untuk media pencari dan penyebar informasi dalam pasar global. Media internet semua informasi yang di sediakan oleh website atau Sumber – sumber inforamsi umum di masyarakat saat ini bisa dengan cepat dalam menyebarkan sebuah informasi dan memiliki jangkauan tak terbatas semasih di jangkau oleh jaringan internet. Berikut merupakan tabel Sumber Informasi Pertanian di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018.

Tabel 4.2.24Sumber Informasi Pertanian di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018

81

No. 1 2 3 4

Media Yang Diakses Responden belum pernah mendapatkan informasi tentang pertanian  

Penyuluh Penyuluh

Responden belum pernah mendapatkan informai tentang pertanian

5



Penyuluh

6



Penyuluh

7



Penyuluh

8



Penyuluh

9



Penyuluh

Pesan/Berita yang Diakses  



Penyuluh

11



Penyuluh

 

Pengetahuan dari orang tua Pengetahuan dari orang tua

14



Penyuluh

15



Penyuluh

12 13

  

   



Penyuluh

17



Penyuluh

Cara bercocok tanam



Cara bercocok tanam



Cara pemilihan bibit dan pupuk Cara pemilihan bibit dan pupuk Informasi mengetahui mana yang bibit unggul Informasi megenai bibit unggul Informasi mengenai bibit unggul dan waktu bercocok tanam informasi mengenai bibit unggu dan mendapat batuan bibitl informasi inovasiinovasi dalam bidang pertanian contohnya menjadi tau alat pertanian yaitu traktor informai mengenai bibit unggul -



 

18



penyuluh

19



penyuluh



  20 

media elektronik ( televisi) penyuluh 

∑ %

-

Teknik pengolahan benih Pembuatan pupuk cair Pembuatan pupuk cair Cara membuat usaha baru Inovasi olahan hasil pertanian seperti kripik singkong pembuatan pupuk cair subsidi bibit dan pupuk cair Informasi mengenai bibit dan pupuk





16

Metode penanaman baru Teknik pengolahan pupuk dan benih



Menanam menjadi lebih baik



Mendapat benih secara gratis

-



10

Manfaat/Dampak



Mendapat benih secara gratis



Menambah wawasan tentang pupuk cair Menambah wawasan tentang pupuk cair





Tambah wawasan mengenai kewirausahaan



Menambah wawasan mengenai cara pembuatan pupuk cair Membli bibit dan pupuk dengan harga yang lebih murah Mengetahui bibit yang berkualitas Mengetahui teknik bercocok tanam Mengetahui teknik bercocok tanam Dapat membedakan kualitas bibit dan pupuk Dapat membedakan kualitas bibit dan pupuk

      

Hasil komoditas pertanian lebuh baik



mengetahui mana yang bibit unggul



Mengetahui mengenai bibit unggul dan waktu bercocok tanam



Mengetahui mengenai bibit unggu dan mendapat batuan bibitl



mengetahui inovasi-inovasi dalam bidang pertanian contohnya menjadi tau alat pertanian yaitu traktor mengetahui mengenai bibit unggul



Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 4.2.24 diketahui bahwa rata-rata petani di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego mendapatkan sumber informasi

-

82

pertanian nya dari penyuluh. Penyuluh dijadikan sebagai sumber informasi karena dianggap sudah menguasai bidang pertanian, dan bisa menyampaikan informasi-informasi yang diperlukan petani. Informasi yang didapatkan mengenai bibit unggul, inovasi-inovasi di bidang pertanian, dan waktu untuk bercocok tanam yang baik.

83

84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah pengamatan 3 hari di desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Karanganyar, kami mendapatkan hasil data sebagai berikut : 1. Dipandang dari segi topografi, Desa Gondanglegi merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Klego Secara keseluruhan wilayah Desa Gondanglegi tergolong (dataran tinggi) dengan kemiringan 25-45% dan ketinggian kurang lebih 350 m di atas permikaan laut dimana terdiri dari sawah 25%, pekarangan 25%, tegalan 44% lainnya 6%. Desa Gondanglegi merupakan dataran tinggi maka mayoritas penduduknya memiki lahan pertanian. 2. jumlah penduduk menurut mata pencaharian pada sektor pertanian di Desa Gondonglegi, Kecamatan Klego dari tahun ke tahun justru mengalami penurunan. Pada tahun 2016 jumlah petani di desa Gondanglegi hanya 1373 jiwa. Hal itu disebabkan karena sebagian besar penduduk justru mempunyai pekerjaan lain diluar usaha tani dari tahun ke tahun justru mengalami peningkatan. Hal itu menyebabkan mata pencaharian pada pertanian tanaman pangan tidakmengalami peningkatan. Meskipun mengalami penurunan tetapi mayoritas mata pencaharian di desa Gondanglegi sebagai petani. Penduduk yang bekerja di luar bidang pertanian, seperti buruh bangunan, pengusaha industri, buruh industri, pedagang dan lain lain lebih sedikit di banding bidang pertanian. 3. Mayoritas penduduk Desa Gondanglegi adalah pemeluk islam yang patuh. Hal tersebut terlihat dari banyaknya organisasi keagamaan yang ada di desa tersebut. Organisasi untuk remaja, dewasa, sampai orang tua semua ada. 4. Hubungan masyarakat dengan pemerintah terjalin dengan sangat baik karena tidak ada konflik yang terjadi di Desa Gondanglegi. 5. Dalam hal transportasi mereka lebih sering jalan kaki, mereka menggunakan motor ataupun kendaraan umum jika hanya berpergian jauh.

85

6. Dalam hal komunikasi, Desa Gondanglegi masih kurang dan terjadi hambatan karena tidak adanya sarana komunikasi yang memadai, seperti susahnya mencari sinyal telepon seluler. 7. Pendidikan di desa Gondanglegi masih rendah, hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya para petani yang hanya lulusan SD/MI dan hanya sedikit yang melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. 8. Organisasi sosial yang ada di Desa Gondanglegi terdiri dari Karang Taruna, PKK, dan Kelompok Usaha Tani (KUT). 9. Bentuk penguasaan tanah yang ada di desa Gondanglegi adalah tanah bengkok. Tanah bengkok adalah tanah yang milik pemerintah yang diberikan kepada kepala desa untuk dioolah sesuai dengan masa jabatannya. 10. Status penguasaan lahan paling banyak adalah pemilik penggarap, sementara yang paling susah dijumpai adalah status sebagai buruh tani murni. Rata-rata petani yang memiliki lahan, menyewa lahan, atau menyakap lahan juga bekerja sebagai buruh tani di lahan orang lain. B. Saran Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka saran yang dapat kami berikan kepada Pemerintah Desa dan pihak swasta sebaiknya bekerja sama melaksanakan lebih banyak penyuluhan mengenai pertanian berkelanjutan kepada masyarakat Desa Gondanglegi, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas usaha tani. Penyediaan sarana irigasi yang baikbagi masyarakat desa Gondanglegi untuk meningkatkan produktivitas petani karena lahan didesa Gondanglegi berupa lahan tadah hujan. Membangun pemancar sinyal telepon seluler yang lebih baik agar masyarakat Desa Gondanglegi dapat selalu mengikuti perkembangan zaman, terutama yang berkaitan dengan usahatani.

Related Documents


More Documents from "muhammad_amin_109"