Makalah Analisa Hasil Evaluasi Dan Pengembangannya.docx

  • Uploaded by: Ani Astry
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Analisa Hasil Evaluasi Dan Pengembangannya.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,552
  • Pages: 21
Loading documents preview...
KATA PENGANTAR Bismillahhirrahmanirrahim Alhamdulillah puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan

makalah

yang

berjudul

Analisa

Hasil

Evaluasi

Dan

Pengembanganya ini dengan baik kendatipun sangat sederhana. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan limpahkan keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad SAW. sebaik-baiknya insan lintang pemimpin bagi umat manusia karena berkat beliaulah kita masih dapat merasakan nikmatnya Islam. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Analisa Hasil Evaluasi Dan Pengembanganya”. Selanjutnya kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan karena tidak ada kesempurnaan sedikitpun di dunia ini. Dengan ini kami mengharap kritik dan saran untuk lebih memotivasi kami kedepan, terutama untuk dosen pembimbing sebagai pembimbing kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin...

Belitang, April 2016

Penulis

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

i

KATA PENGANTAR.......................................................................................

ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang........................................................................... 1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 1.3 Tujuan Penulisan........................................................................

BAB II

1 2 2

PEMBAHASAN 2.1 Konsep Evaluasi Pendidikan...................................................... 3 2.2 Pengembangan dengan Menyusun Rencana Induk Pengembangan (RIP)........................................................................................... 2.3 Pelaporan Data Hasil Evaluasi................................................... 2.4 Pemanfaatan Data Hasil Evaluasi..............................................

6 13 16

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan .............................................................................. 3.2 Saran ........................................................................................

18 18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

19

3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik, maka dari itu secara umum evaluasi adalah suatu proses sistemik untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program. Analisa hasil evaluasi dan pengembangan pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran. 1 Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu dengan yang lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai. Evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan.

1)

http://www.vbook.pub.com/doc/24539571/evaluasi-pendidikan

1

Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan, pengajar maupun manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi dimana siswa mendapatkan nilai yang memuaskan maka akan memberikan dampak berupa suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih meningkatkan prestasi. Pada kondisi dimana hasil yang dicapai tidak memuaskan maka siswa akan berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat diperlukan pemberian stimulus positif dari guru/pengajar agar siswa tidak putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik (feed back) untuk menetapkan upaya-upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang analisa hasil evaluasi dan pengembangannya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Jelaskan konsep evaluasi pendidikan? 2. Bagaimana pengembangan dengan

menyusun

rencana

induk

pengembangan (RIP)? 3. Jelaskan pelaporan data hasil evaluasi? 4. Jelaskan pemanfaatan data hasil evaluasi? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian analisis hasil evaluasi dan pengembangannya. 2. Untuk mengetahui proses cara analisis hasil evaluasi dan pengembangannya hingga batas akhir yang telah di tentukan 3. Untuk memenuhi

tugas

mata

percayakan kepada kami 4. Untuk mengetahui sebatas

kuliah manakah

yang

telah

kami

di

dalam

meluangkan polafikir kami dalam suatau kreatifitas dan aktifitas dalam menyusun sebuah makalah.

BAB II 2

PEMBAHASAN 2.1 Konsep Evaluasi Pendidikan Davies mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses sederhana memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek dan masih banyak yang lain. Sedangkan Edwind Wandt dan Gerald W. Brown mengemukakan, evaluasi pendidikan merupakan suatu tindakan atau kegiatan atau proses untuk menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan. Atau singkatnya, evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan sehingga dapat diketahui mutu atau hasilhasilnya.2 Menurut Stufflebeam, Evaluasi pendidikan merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik. artinya evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.3 Hasil evaluasi tersebut dimanfaatkan untuk bahan pertimbangan dalam perbaikan, penambahan, atau pengembangan ke arah yang lebih efektif dan efisien serta berhasil guna. Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi oleh Nana Sudjana, dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nili sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan unjuk kerja, proses, orang, objek dan yang lainnya) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian. Untuk menetukan nilai sesuatu 2) Mukhtar, Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd. dan Dr. Iskandar, M.Pd. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press. 2009. Hlm. 201 3)

Sa’ud, Udin Syaefudin Udin Sa’ud M.Ed. Ph.D dan Prof. Dr Abin Syamsuddin Makmum, M.A. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: Kerjasama PPs UPI dengan PT Remaja Rosdakarya. 2007. Hlm. 102

3

dengan cara membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria, namun dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian baru membandingkannya dengan kriteria. Jadi evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur (pengukuran) baru melakukan proses menilai (penilaian) tetapi dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja. Pengukuran lebih menekankan kepada proses penentuan kuantitas sesuatu melalui membandingkan dengan satuan ukuran tertentu. Sedangkan penilaian menekankan kepada proses pembuatan keputusan terhadap sesuatu ukuran baikburuk yang bersifat kualitatif. Dari batasan pengukuran dan penilaian yang telah diterangkan di atas, dapat diketahui adanya perbedaan yang nyata antara keduanya. Pengukuran dialkukan apabila penilaian membutuhkannya, bila kegiatan penilai tidak membutuhkan maka kegiatan pengukuran tidak perlu dilakukan. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif akan diolah dan dibandingkan dengan kriteria, hingga didapatkan hasil penilaian yang bersifat kualitatif. Lalu, seperti kita ketahui bahwa program pendidikan terdiri dari berbagai jenis dan tingkat. Menurut jenisnya terdapat program pemerintah, program lembaga masyarakat, program orang tua, serta program peserta didik. Dari segi tingkatannya, program pemerintah bertingkat mulai dari pusat sampai ke ruang kelas. Karena itu membicarakan evaluasi pendidikan akan berkaitan dengan program pendidikan yang ada di berbagai jenis dan tingkat pendidikan. Evaluasi program pendidikan di tingkat pusat sampai tingkat sekolah lebih banyak berkenaan dengan mekanisme pengelolaan dan biasanya tidak berkenaan dengan kegiatan interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik. oleh karena itu, seringkali diistilahkan dengan penilaian program tingkat makro. Sedangkan penilaian terhadap program di tingkat kelas yang pendidiknya langsung berinteraksi dengan peserta didik, biasanya disebut penilaian tingkat mikro. Namun demikian, pembagian ini hanya untuk memudahkan analisis dan tidaklah salah jika ada yang ingin mengkategorikan penilaian di tingkat kelas sebagai tingkat makro.

4

Tujuan penilaian di tingkat makro maupun mikro tetap, yaitu untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi program. yang selanjutnya dapat dipergunakan baik untuk tujuan pertanggungjawaban maupun untuk pengambilan berbagai keputusan khususnya di bidang perencanaan. Pertanggungjawaban perlu diberikan secara periodik terhadap pihak atasan dan atau sponsor dari program. Dalam hal ini, pelaksana di ruang kelas bertanggung jawab kepada penanggung jawab program di tingkat sekolah. pemimpin sekolah bertanggung jawab kepada yang lebih atas lagi, dst. sampai akhirnya berupa pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat. Selain itu. karena pelaksana tingkat kelas dan sekolah berinteraksi langsung dengan peserta didik dan orang tua mereka, maka pertanggungjawaban dalam berbagai manifestasinya biasanya juga diberikan kepada murid dan orang tua mereka. Misalnya, dalam bentuk laporan kemajuan hasil belajar. Begitu pula halnya dengan pengambilan keputusan. pada tingkat makro, keputusan yang diambil biasanya berkenaan dengan strategi dan pengelolaan pendidikan, sedangkan pada tingkat meso dan mikro adalah keputusan yang berkenaan dengan penyempurnaan proses belajar-mengajar. Baik pada tingkat makro, meso maupun mikro, keputusan untuk tujuan penyempurnaan dapat dilakukan bagi program yang masih berjalan maupun bagi siklus program berikutnya. perlu diketahui bahwa khusus dalam dunia pendidikan, penilaian terhadap satuan-satuan program yang lebih kecil, yang dilakukan dalam rangka pengendalian program lebih besar yang masih berjalan merupakan fungsi penilaian formatif. Sedangkan evaluasi yang dilakukan setelah keseluruhan program selesai merupakan fungsi penilaian sumatif. Proses evaluasi akan menghasilkan informasi yang sangat penting dalam pengambilan keputusan. Di sini ada empat keputusan pendidikan yang perlu dipertimbangkan: (1) perencanaan keputusan yang terfokus pada perbaikan;[7] (2) pemrograman keputusan yang berkenaan dengan prosedur; personal, fasilitas, budget, dan waktu untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan; (3) pelaksanaan keputusan yang mengarahkan kegiatan-kegiatan yang diprogram; (4) program perbaikan keputusan yang meliputi terminating, continuing, evolving atau

5

modifying activities. Sehubungan dengan dengan jenis-jenis keputusan tersebut, maka perlu dipertimbangkan empat jenis strategi evaluasi, yakni: (1) evaluasi kebutuhan dan kelayakan; (2) evaluasi input atau masukan; (3) evaluasi proses; (4) evaluasi produk. Fungsi Evaluasi Pendidikan Sangat diperlukan dalam pendidikan antara lain memberi informasi yang dipakai sebagai dasar untuk : 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Membuat kebijaksanaan dan keputusan Menilai hasil yang dicapai para pelajar. Menilai kurikulum. Memberi kepercayaan kepada sekolah. Memonitor dana yang telah diberikan. Memperbaiki materi dan program pendidikan

2.2 Pengembangan dengan Menyusun Rencana Induk Pengembangan (RIP) Evaluasi yang telah dilakukan oleh penilai di dalam mengukur keberhasilan pencapaian tujuan perlu dikembangkan dan diadministrasikan. Data yang dihasilkan akan sangat berguna bagi pengambil keputusan dalam menentukan apakah program diteruskan dimodifikasi atau dihentikan.4 Rencana induk pengembangan sekolah merupakan suatu proses untuk menyusun langkah-langkah serta memperhitungkan sumberdaya yang tersedia. Sederhananya, RIP sekolahberisi tentang uraian kegiatan sekolah di masa depan dalam rangka melakukan perubahan guna pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Menurut Abdul Rachman Shaleh dkk.5 RIP sekolah disusun dengan tujuan: (1) Menjamin agar perubahan/tujuan sekolah yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil; (2) mendukung koordinasi antar-pelaku sekolah; (3) menjamin terciptanya integrasi,

4)

Drs. Syafaruddin, M.Pd dan Drs. Irwan Nasution, M.Sc. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum Teaching. 2005. Hlm. 30 5)

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. Total Quality Management (TQM). Yogyakarta: Penerbit Andi. 2003. Hlm. 300

sinkronisasi dan sinergi, baik antar-pelaku sekolah, antar-sekolah, dan kantor Dinas Pendidikan/Kementrian Agama, dan antar-waktu; (4) menjamin keterkaitan 6

dan konsistensi antara perencana, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan; (5) mengoptimalkan partsispasi warga sekolah dan masyarakat; dan (6) menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Rencana induk pengembangan sekolah disusun secara sistemik, rasional, berbasis data dan informasi akurat serta sistematik dengan memperhatikan pada faktor peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal, memperhatikan kekuatan dan kelemahan internal, dan kemudian mencari dan menemukan strategi dan program-program untuk memanfaatkan peluang dan kekuatan yang dimiliki, mengatasi tantangan dan kelemahan yang ada, guna mencapai visi, perwujudan misi, tujuan dan sasaran yang dimiliki. Karena itu rencana induk pengembangan harus berorientasi ke masa depan dan secara jelas menjembatani antara kondisi saat ini yang dihadapi dan harapan yang ingin dicapai di masa depan. Adapun langkah-langkah dalam menyusun rencana induk pengembangan sekolah meliputi : 1. Melakukan evaluasi/potret diri (self assessment) atau school Review 2. Melakukan penyusunan profil sekolah 3. Perumusan visi 4. Perumusan misi 5. Merumuskan tujuan pengembangan 6. Menentukan arah dan sasaran pengembangan 7. Mengidentifikasi fungsi-fungsi komponen pendidikan 8. Melakukan analisis lingkungan strategis dan tantangan nyata 9. Melakukan analisis faktor-faktor keberhasilan (critical success factors) 10. Mengidentifikasi alternatif langkah-langkah pemecahan masalah 11. Menyusun rencana strategis dan rencana tindakan (action plans) serta program kerja sebagai strategi operasional. 1. Tahapan Pengembangan Mutu a. Manajemen Mutu Dalam rangka umum mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses pendidikan" yang 7

bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Mutu dalam konteks "hasil pendidikan" mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, Ebta atau Ebtanas). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya : komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dsb. Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam artian /hasil/ (ouput) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya. Berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan kata lain tanggung jawab sekolah dalam school based quality improvement bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab akhirnya adalah pada hasil yang dicapai. Untuk mengetahui hasil prestasi yang dicapai oleh sekolah terutama yang menyangkut aspek kemampuan akademik atau "kognitif" dapat dilakukan benchmarking (menggunakan titik acuan standar, misalnya :NEM oleh PKG atau MGMP). Evaluasi terhadap seluruh hasil pendidikan pada tiap

8

sekolah baik yang sudah ada patokannya (benchmarking) maupun yang lain (kegiatan ekstra-kurikuler) dilakukan oleh individu sekolah sebagai evaluasi diri dan dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pendidikan tahun berikutnya. Dalam hal ini RAPBS harus merupakan penjabaran dari target mutu yang ingin dicapai dan skenario bagaimana mencapainya. Dalam

rangka

mengimplementasikan

konsep

manajemen

peningkatan mutu yang berbasis sekolah ini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk institusi yang memliki kepedulian terhadap pendidikan sekolah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut : 1) Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif, akurat, valid dan secara sistimatis menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan. 2) Melakukan evaluasi diri (self assesment) utnuk menganalisa kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah, personil sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan keterampilan, maupun aspek lainnya. 3) Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai. Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan dan perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya dan pengeloaan kurikulum termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut. 4) Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka pendek (tahunan termasuk anggarannnya. Program tersebut memuat sejumlah program aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional yang telah

9

ditetapkan dan harus memperhitungkan kunci pokok dari strategi perencanaan tahun itu dan tahun-tahun yang akan datang. b. Pengendalian Mutu 1) Teknik Kendali Mutu Keberhasilan lembaga persekolahan dapat dilihat dari sudut dan tingkat kepuasan dari pelanggannya, yaitu pelanggan sekolah yang dikategorikan pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Hal ini memberikan arti bahwa ukuran sebuah keberhasilan sekolah dapat dilihat dari layanan yang diberikannya. Apakah layanan yang diberikan itu berada pada taraf yang sama atau sesuai dengan harapan pelanggan atau bahkan melebihi, seperti apa yang diharapkan oleh pelanggannya. Gugus Kendali Mutu adalah salah satu teknik dalam upaya pengendalian mutu sekolah, di mana kelompok-kelompok personel sekolah melakukan kegiatan pengendalian dan peningkatan mutu secara teratur, sukarela dan berkesinambungan melalui penerapan prinsipprinsip dan teknik-teknik pengendalian mutu. Selain teknik tersebut, dapat pula dilaksanakan teknik pengawasan mutu yang berdasarkan data seperti checklist, diagram, grafik, diagram sebab akibat, brainstorming, dan statistical process control. 2) Strategi Kendali Mutu Pengendalian mutu dapat diartikan sebagai proses manajerial yang di dalamnya terkandung hal-hal (a) melakukan evaluasi terhadap kinerja nyata, (b) proses membandingkan kinerja nyata dengan tujuantujuan yang telah ditetapkan, dan (c) melakukan tindakan-tindakan/aksiaksi atas perbedaan-perbedaan yang dapat ditemukan. Dalam pelaksanaan pengendalian mutu, strategi pengendalian mutu ke arah peningkatan mutu pendidikan secara implementatif pengawasan/ pengendaliannya diarahkan pada optimalisasi komponen pendidikan. Tujuannya adalah mendorong kearah terciptanya situasi yang kondusif dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Komponen-komponen yang terkait dengan hal tersebut di atas adalah

10

(a) komponen input manajemen, (b) komponen proses pendidikan, (c) komponen murid, dan (d) komponen hasil belajar. c) Peningkatan Mutu Bervariasinya kebutuhan siswa akan belajar, beragamnya kebutuhan guru dan staf lain dalam pengembangan profesionalnya, berbedanya lingkungan sekolah satu dengan lainnya dan ditambah dengan harapan orang tua/masyarakat akan pendidikan yang bermutu bagi anak dan tuntutan dunia usaha untuk memperoleh tenaga bermutu, berdampak kepada keharusan bagi setiap individu terutama pimpinan kelompok harus mampu merespon dan mengapresiasikan kondisi tersebut di dalam proses pengambilan keputusan. Ini memberi keyakinan bahwa di dalam proses pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu pendidikan mungkin dapat dipergunakan

berbagai

teori,

perspektif

(framework) dengan melibatkan berbagai

dan

kerangka

acuan

kelompok masyarakat

terutama yang memiliki kepedulian kepada pendidikan. Karena sekolah berada pada pada bagian terdepan dari pada proses pendidikan, maka diskusi ini memberi konsekwensi bahwa sekolah harus menjadi bagian utama di dalam proses pembuatan keputusan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Sementara, masyarakat dituntut partisipasinya agar lebih memahami pendidikan, sedangkan pemerintah pusat berperan sebagai pendukung dalam hal menentukan kerangka dasar kebijakan pendidikan. Strategi ini berbeda dengan konsep mengenai pengelolaan sekolah yang selama ini kita kenal. Dalam sistem lama, birokrasi pusat sangat mendominasi proses pengambilan atau pembuatan keputusan pendidikan, yang bukan hanya kebijakan bersifat makro saja tetapi lebih jauh kepada hal-hal yang bersifat mikro; Sementara sekolah cenderung hanya melaksanakan kebijakan-kebijakan tersebut yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, lingkungan Sekolah, dan harapan orang tua. Pengalaman menunjukkan bahwa sistem lama

11

seringkali menimbulkan kontradiksi antara apa yang menjadi kebutuhan sekolah dengan kebijakan yang harus dilaksanakan di dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Fenomena pemberian kemandirian kepada sekolah ini memperlihatkan suatu perubahan cara berpikir dari yang bersifat rasional, normatif dan pendekatan preskriptif di dalam pengambilan keputusan pandidikan kepada suatu kesadaran akan kompleksnya pengambilan keputusan di dalam sistem pendidikan dan organisasi yang mungkin tidak dapat diapresiasiakan secara utuh oleh birokrat pusat. Hal inilah yang kemudian mendorong munculnya pemikiran untuk beralih kepada konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah sebagai pendekatan baru di Indonesia, yang merupakan bagian dari desentralisasi pendidikan yang tengah dikembangkan. Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Konsep ini diperkenalkan oleh teori effective school yang lebih memfokuskan diri pada perbaikan proses

pendidikan

(Edmond,

1979).

Beberapa

indikator

yang

menunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara lain sebagai berikut; (i) lingkungan sekolah yang aman dan tertib, (ii) sekolah memilki misi dan target mutu yang ingin dicapai, (iii) sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat, (iv) adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi, (v) adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK, (vi) adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu, dan (vii) adanya

komunikasi

dan

dukungan

intensif

dari

orang

tua

murid/masyarakat. Pengembangan konsep manajemen ini didesain untuk meningkatkan kemampuan sekolah dan masyarakat dalam mengelola perubahan pendidikan kaitannya dengan tujuan keseluruhan,

12

kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah dan otoritas pendidikan. Pendidikan ini menuntut adanya perubahan sikap dan tingkah laku seluruh komponen sekolah; kepala sekolah, guru dan tenaga/staf administrasi termasuk orang tua dan masyarakat dalam memandang, memahami, membantu sekaligus sebagai pemantau yang melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan sekolah yang bersangkutan dengan didukung oleh pengelolaan sistem informasi yang presentatif dan valid. Akhir dari semua itu ditujukan kepada keberhasilan sekolah untuk menyiapkan pendidikan yang berkualitas/bermutu bagi masyarakat. 2.3 Pelaporan Data Hasil Evaluasi Analisis ialah proses untuk mengetahui informasi yang ditelah dikumpulkan. Analisis termasuk mengolah data yang telah dikumpulkan untuk menentukan kesimpulan yang telah didukung data tersebut, seberapa banyak ia mendukung dan seberapa banyak ia tidak mendukung. Tujuan dari analisis ialah membuat singkatan dari data dan menyimpulkan pesan-pesan yang ada di dalamnya sebagai informasi yang dapat dipakai sebagai dasar yang tentatif untuk mengambil suatu keputusan (farida yusuf:112). Pada akhir penggal waktu proses pembelajaran, antara lain akhir catur wulan, akhir semester, akhir tahun ajaran, akhir jenjang pendidikan diperlukan suatu laporan kemajuan peserta didik yang selanjutnya merupakan laporan kemajuan lembaga pendidikan. Laporan ini akan memberikan bukti sejauhmana tujuan pendidikan yang diharapkan oleh anggota masyarakat, khususnya orang tua siswa dapat tercapai. Agar anggota masyarakat dapat menilai kemajuan sekolah secara objektif, seyogyanya setiap lembaga pendidikan membuka diri untuk memberikan informasi secara berkala. Pemberian informasi ini dapat berupa Laporan Umum dan Laporan Khusus tentang prestasi yang dapat dicapai oleh sekolah. Menurut Suharsimi Arikunto (Arikunto, 1999), laporan hasil evaluasi ini berupa catatan yang secara garis besarnya dibuat 2 macam, yakni:

13

1. Catatan Lengkap Catatan lengkap adalah catatan tentang siswa yang berisi baik prestasi maupun aspek-aspek pribadi yang lain, misalnya: kejujuran, kebersihan, kerajinan, sikap sosial, kebiasaan bekerja, kepercayaan terhadap diri sendiri, disiplin ketelitian dan sebagainya. Tentang isi catatannya, ada yang hanya dinyatakan dengan kata singkat “Baik”, “Sedang”, “Kurang” atau dengan keterangan yang lebih terperinci. 2. Catatan tidak lengkap Catatan tidak lengkap adalah catatan tentang siswa yang berisi gambaran tentang prestasi siswa, dan hanya sedikit saja menyinggung tentang kepribadian. Tentang catatan prestasi belajar siswa itu sendiri dapat dibedakan atas 2 cara: pertama, dengan pernyataan lulus-belum lulus, kedua, dengan nilai siswa. Menurut Ridwan Sakni, bahwa laporan hasil evaluasi ini ada 2 (dua) bentuk laporan, yaitu: 1. Laporan Kemajuan Umum Dikatakan laporan umum dikarenakan informasi tersebut diberikan untuk siapa saja yang berminat dengan sasaran utamanya adalah orang tua, peserta didik, dan masyarakat di sekitar sekolah. Laporan secara umum diberikan secara berkala, terutama pada akhir program sekolah, masyarakat diberi informasi tentang kegiatan yang telah dilaksanakan. Laporan kemajuan umum ini dapat berbentuk laporan fisik dan laporan melalui media. Laporan kemajuan umum yang berbentuk fisik dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan seperti pameran, dan lomba pameran yang di isi dengan: a.

Menunjukkan karya ilmiah peserta didik selama waktu tertentu, karya ilmiah ini mungkin berupa pekerjaan rumah, laporan berupa kunjungan ke tempat-tempat yang ada hubungannya dengan pendidikan, laporan

b.

pekerjaan laboratorium, laporan penemuan baru dan sebagainya. Menunjukkan karya seni, baik seni lukis, seni tari, seni drama, seni karya

c.

bengkel dan lain sebagainya. Mengadakan petunjuk olahraga, baik dalam bentuk pertandingan maupun dalam bentuk hiburan atau kesegaran.

14

²

Laporan kemajuan umum yang berbentuk media, selain laporan resmi

kepala sekolah kepada atasannya, yang ditulis rutin, juga perlu dikembangkan laporan yang dapat dibaca masyarakat baik dalam bentuk media cetak maupun media elektronik. 2. Laporan Kemajuan Khusus Dikatakan laporan khusus karena hanya disampaikan kepada orang tua dan peserta didik, karena laporan ini banyak menyangkut masalah pribadi yang tabu untuk diketahui oleh orang lain. Paling tidak ada dua jenis wadah yang dapat digunakan untuk menyampaikan laporan ini yaitu melalui : a. Pertemuan dengan orang tua siswa Pertemuan dengan orang tua siswa merupakan kegiatan yang tak pernah terpisahkan dengan buku raport siswa. Dengan adanya pertemuan tatap muka ini kedua belah pihak akan membagi dan saling melengkapi informasi tentang pribadi peserta didik. Melalui pertemuan ini masalah yang dihadapi di sekolah ataupun yang terjadi di rumah akan dapat dicari jalan keluarnya demi keberhasilan siswa. Pertemuan dengan orang tua siswa akan memberikan hasil yang bermakna, apabila direncanakan dengan baik. Melaksanakan pertemuan sejenis ini memerlukan keterampilan khusus, oleh karena itu latihan melaksanakan pertemuan dengan orang tua siswa merupakan suatu mata tataran dalam berbagai pertemuan. b. Buku laporan kemajuan atau buku raport Dengan membaca dan mencermati hasil yang dicapai oleh siswa melalui raport yang diterimanya, maka siswa dan orang tuanya dapat menentukan sikap dan mengambil langkah seperlunya untuk mengatasi kesulitan belajar anaknya, atau paling tidak selalu memberikan dorongan kepada anaknya untuk lebih meningkatkan lagi prestasi belajar yang telah dicapainya. 2.4 Pemanfaatan Data Hasil Evaluasi

15

Data hasil evaluasi mempunyai beberapa manfaat, baik bagi siswa ataupun guru diantaranya : 1. Manfaat bagi siswa a. Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh. b. Merupakan penguatan bagi siswa. Dengan

mengetahui

bahwa

tes

yang

dikerjakan

sudah

menghasilkan skor yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan, maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru, dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu akan bertambah membekas diingatan. Disamping itu tanda keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar lebih giat, agar dapat mempertahankan nilai yang sudah baik itu atau memperoleh lebih baik itu. c. Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya. Bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan yang mana yang belum diketahui/dikuasainya. Dengan demikian akan ada motivasi

untuk

meningkatkan penguasaan. d. Sebagai diagnose. Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian pengetahuan, keterampilan atau konsep. Dengan pengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit. 2. Manfaat bagi guru Dengan telah mengetahui data hasil evaluasi yang diadakan, maka guru : a. Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru itu harus menggantikan cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi) yang lama.

16

b. Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai oleh siswa. Apabila bagian yang belum dikuasai kebetulan merupakan bahan prasyarat bagi bagian pelajaran yang lain, maka bagian itu harus diterangkan lagi, dan barangkali memerlukan cara atau media lain untuk memperjelas. Apabila bahan ini tidak diulangi, maka akan mengganggu kelancaran pemberian bahan pelajaran selanjutnya, dan siswa akan semakin tidak dapat menguasainya. c. Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Evaluasi menjadi hal yang penting dalam proses belajar mengajar, karena tanpa evaluasi akan susah sekali mengukur tingkat keberhasilannya. Evaluasi pendidikan merupakan proses yang sistematis dalam Mengukur tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari norma tujuan maupun dari norma kelompok

17

serta Menentukan apakah siswa mengalami kemajuan yang memuaskan kearah pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan. Evaluasi telah memegang peranan penting dalam pendidikan antara lain memberi informasi yang dipakai sebagai dasar untuk: (1)membuat kebijaksanaan dan keputusan; (2) menilai hasil yang dicapai para pelajar; (3) menilai kurikulum; (4) memberi kepercayaan kepada sekolah; (5) memonitor dana yang telah diberikan; (6) memperbaiki materi dan program pendidikan. Evaluasi memegang peranan penting karena hasil evaluasi menentukan sejauh mana tujuan dapat dicapai. Dan sebuah hasil evaluasi diharapkan dapat membantu pengembangan, utamanya pengembangan ke arah peningkatan mutu pendidikan. Pengembangan, yang di dalamnya ada peningkatan mutu, yang menjadi trend dunia pendidikan hari ini adalah dengan menggunakan Total Quality Management (TQM), di mana pendekatan manajemen yang digunakannya telah menunjukkan kemajuan berarti yang teruji di dalam pengaturan manajemen di berbagai lembaga dan perusahaan yang maju dan terkemuka. 3.2 Saran Demikianlah

makalah

tentang

analisa

hasil

evaluasi

dan

pengembangannya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr.: Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) Dimyati, Dr. dan Mudjiono, Drs.: Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kerjasama Depdikbud dan PT Rineka Cipta, 2006)

18

Farida Yusuf. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk program pendidikan dan penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Syafaruddin, Drs. M.Pd dan Nasutio, Irwan, Drs. M.Sc: Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005) Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia: Total Quality Management (TQM), (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2003) http://ahmadmutohir2.blogspot.co.id/ (Diakses pada hari Sabtu tanggal 16 April 2016 pukul 15.00 WIB) http://www.vbook.pub.com/doc/24539571/evaluasi-pendidikan (Diakses pada hari Sabtu tanggal 16 April 2016 pukul 16.00 WIB)

19

Related Documents


More Documents from "Rahmat Sidik"