Makalah Leukemia. Pdf

  • Uploaded by: Bi Ly
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Leukemia. Pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 2,981
  • Pages: 18
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak. Namun, penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya lebih dari 60% anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut. Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoietik yang mengalami transformasi dan ganas, menyebabkan supresi dan penggantian elemen sumsum normal (Baldy, 2006). Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum: leukemia limfositik dan leukemia mielogenosa (Guyton and Hall, 2007). Sebagai seorang perawat, sangat penting mengetahui tentang penyakit leukemia ini. Melihat ruang lingkup pelaksanaan tindakan keperawatan salah satunya adalah anak-anak, dengan mengetahui lebih jauh tentang apa dan bagaimana leukemia ini membuat seorang perawat menjadi lebih percaya diri dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dan yang paling penting dapat menambah atau meningkatkan derajat kesehatan khususnya pada anak. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1. Apa pengertian leukemia? 2. Apa etiologi dari leukemia? 3. Apa manifestasi klinis leukemia? 4. Apa pemeriksaan penunjang leukemia? 5. Apa saja komplikasi leukinia ? 6. Bagaimana patofisiologi dari leukimia. 7. Bagaiama cara pengobatan leukimia ? 8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Leukemia ?

1

1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Menjelaskan pengertian leukimia. 2. Menjelaskan etiologi dari leukimia. 3. Menjelaskan manifestasi klinis dari leukimia. 4. Menjelaskan pemeriksaa penunjang pada leukimia. 5. Menjelaskan komplikasi leukinia. 6. Menjelaskan patofisiologi dari leukimia. 7. Menjelaskan cara pengobatan leukimia. 8. Menjelaskan Asuhan keperawatan pada leukemia. 1.4 Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan masyarakat luas terutama perawat menganai leukemia atau kanker darah. Makalah ini juga memberikan pemahaman yang lebih dalam proses balajar mengajar di semester III ini.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Fisiologi Darah Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma (Guyton, 1992). Proses pembentukan sel darah (Hemopoesis) terdapat di 3 tempat: 1. Sumsum tulang Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah tulang vertebrae, sternum (tulang dada), dan costa (tulang iga). 2. Hepar 3. Limpa Limpa berfungsi sebagai organ limfoid, memfagosit material tertentu dalam sirkulasi darah, dan menghancurkan sel darah merah yang rusak. Volume darah pada tubuh sehat sekitar 1/13 dari BB atau 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah. Tekanan viskositas atau kekentalan darah mempunyai berat jenis 1,041 – 1,067 dengan temperatur 380C dan pH 7,37 – 7,45. Fungsi darah secara umum terdiri atas : 1) Mengangkut O2, CO2, dan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh. 2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun. 3) Menyebarkan panas ke seluruh tubuh. Darah terbagi atas : 1. Eritrosit (sel darah merah) Tidak berinti, ukurannya, banyaknya 5 juta/mm 3, berwarna kuning kemerahan karena mengandung Hb. Warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung O2. Fungsi eritrosit : mengangkut O2 dan CO2. Eritrosit beredar ke seluruh tubuh selama 14 -15 hari, setelah itu akan mati. Jumlah Hb anak-anak 10-16 gr/dl. 2. Leukosit Bentuknya

berubah-ubah

dan

bergerak

dengan

pseudopodia,

mempunyai inti, bening, banyaknya 4000– 11000/mm3 darah. Fungsi :

3

membunuh dan memakan bibit penyakit yang masuk ke tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel System), mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa ke pembuluh darah. 3. Trombosit (sel plasma) Warnanya putih dengan jumlah normal 150.000-450.000/mm3. Trombosit memegang peran penting dalam pembekuan darah. 4. Plasma darah Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warna bening kekuningan. Hampir 90% plasma darah terdiri dari : a. Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah. b. Garam-garam mineral : metabolisme dan juga mengadakan osmotic. c. Protein darah (albumin dan globulin) : meningkatkan viskositas darah dan tekanan osmotic untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh. d. Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin) e. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh. f. Antibodi atau anti toksin 2.2 Pengertian Leukimia Leukemia merupakan penyakit proliferasi patoogis sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal (Ilmu Kesehatan Anak, 1985). Leukima adalah proliferasi sel leukosit yang yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang tidak normal, jumlahnya berlebihan, dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan di akhiri dengan kematian (Kapita Selekta Kedokteran, 1999). Leukima adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi patologis sel hemopoetik yang ditandai oleh adanya kegagalan sum – sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lain (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). Leukima adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentukan darah (Asuhan keperawatan Anak, 2010).

4

Leukemia adalah nama kelompok penyakit maligna yang dikarakteristikan oleh perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit sirkulasi. Leukemia dihubungkan dengan pertumbuhan abnormal leukosit yang menyebar mendahului sumsum tulang. Kata leukemia diturunkan dari bahasa yunani leukos dan aima yang berarti putih dan darah, yang mengaju pada peningkatan abnormal dari leukosit. Peningkatan tidak terkontrol ini akhirnya menimbulkan anemia, infeksi, trombositopenia, dan pada beberapa kasus menyebabkan kematian. Leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal, juga terjadi proliferasi di hati limpa dan nodus limfatikus dan invaasi organ non hematologis seperti meningen, traktus gastroinsestinal, ginjal dan kulit (Bruner & Suddarth. 2002). 2.3 Etiologi Sampai saat ini penyebab penyakit leukemia belum diketahui secara pasti, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu : 1. Neoplasma Ada persamaan antara leukemia dengan penyakit neoplastik lain, misalnya poliferasi sel yang tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan infiltrasi organ. Lebih dari itu, kelainan sumsum kronis lain dapat berubah bentuk yang akhirnya menjadi leukemia akut. 2. Radiasi.

Hal ini ditunjang dengan beberapa laporan dari beberapa riset yang menangani kasus leukemia bahwa para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia. Penderita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia, Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. 3. Leukemogenik.

Beberapa zat kimia dilaporkan telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, misalnya racun lingkungan seperti benzena, bahan

5

kimia industri seperti insektisida, obat-obatan yang digunakan untuk kemoterapi. 4. Herediter.

Penderita Down Syndrom memiliki insidensi leukemia akut 20x lebih besar dari orang normal. 5. Virus.

Beberapa jenis virus menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen dan dapat menyebabkan leukemia, seperti HTLV-1(T-Cell leukemia lymphoma virus). 6. Obat Obat – obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol. 2.4 Manifestasi Klinis Gejala leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: 1.

Anemia. Penderita cepat lelah, pucat mendadak, demam dan bernafas cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).

2.

Perdarahan Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak diproduksi dengan wajar karena didominasi oleh leukosit, maka penderita mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit). Perdarahan dapat berupa ekimosis, petekie, epistaksis, perdarahan gusi dan sebagainya. Perdarahan biasanya disertai dengan splenomegali, hepatomegali, serta limfadenopatia.

3.

Mudah Terserang Infeksi Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada penderita leukemia, leukosit yang terbentuk tidak normal sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si

6

penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk. 4.

Nyeri Tulang dan Persendian Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow) terdesak padat oleh sel darah putih. Gejala ini sering disalah-artikan sebagai penyakit reumatik.

5.

Nyeri Perut Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia.

6.

Pembengkakan Kelenjar Lympa Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.

7.

Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.

8. Berat badan turun drastis Anak yang menderita leukemia akan mengalami anoreksia sehingga berat badannya turun dengan drastic.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang a) Pemeriksaan Laboratorium 1. Pemeriksaan darah tepi : terdapat leukosit yang imatur. Berdasarkan pada kelainan sum sum tulang yaitu berupa pansitopenia, limfositosis, dan terdapatnya sel blas (sel muda beranak inti). Sel blas merupakan gejala patognomonik untuk leukemia.

7

2. Pemeriksaan sum sum tulang Pemeriksaan sum sum tulang memberikan gambaran monoton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan system lain terdesak (aplasia sekunder). Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : aspirasi (yang diambil hanya sum sum tulang) dan biopsy (mengangkat sepotong kecil tulang dan sumsum tulang). Biopsi adalah cara pasti untuk mengetahui apakah sel-sel leukemia ada di sumsum tulang. Hal ini memerlukan anestesi lokal. Sum sum tulang diambil dari tulang pinggul atau tulang besar lainnya. b) Pemeriksaan Fisik : pemerikaan terhadap pembengkakan kelenjar getah bening, limpa, atau hati. c) Pemeriksaan darah d) Sitogenetik Laboratorium akan meneliti kromosom dari sampel sel darah, sumsum tulang, atau kelenjar getah bening. Jika kromosom abnormal ditemukan, tes dapat menunjukkan jenis leukemia yang dimiliki. e) Biopsy limpa Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, RES, dan granulosit. f) Kimia darah Pada penderita leukemia, kolesterol rendah, asam urat meningkat, hipogamaglobulinemia. g) Lumbal pungsi Bila terjadi peninggian sel patologis, maka hal ini berrati terjadi leukemia meningeal. Untuk mencegahnya dilakukan lumbal pungsi pada penderita. h) Spinal Tap Dengan mengambil beberapa cairan cerebrospinal. Prosedur ini memakan waktu sekitar 30 menit dan dilakukan dengan anestesi lokal. Laboratorium akan memeriksa cairan untuk meneliti adanya sel-sel leukemia atau tanda-tanda lain dari masalah.

8

i) X-ray Dada : Menunjukkan pembengkakan kelenjar getah bening atau tandatanda lain dari penyakit di dalam dada.

2.6 Komplikasi a. Sepsis

e. Splenomegali

b. Perdarahan

f. Hepatomegali

c. Gagal organ

g. Kematian

d. Iron Deficiency Anemia 2.7 Patofisiologi Leukemia adalah satu keadaan dimana terjadi pertumbuhan yang bersifat irreversible dari sel induk darah dan pertumbuhannya dimulai dari mana sel itu berasal. Sebagai akibat dari proliferasi sel abnormal tersebut maka akan terjadi kompetisi metabolik yang akan menyebabkan anemia dan trombositopenia. Apabila proliferasi sel terjadi di limfa maka akan membesar sehingga dapat terjadi hipersplenisme. Pada leukemia yang disertai splenomegali sering terjadi komplikasi hemolisis. Pada leukemia akut hepar, lien dan kelenjar getah bening membesar secara cepat, keluhan nyeri akibat regangan kapsel organ tersebut menjadi jelas. Infiltrasi ke otak menyebabkan keluhan sakit kepala dan infiltrasi ke tulang menyebabkan fraktur spontan. Infiltrasi ke gusi menimbulkan hipertrofi gusi dan sering disertai pendarahan gusi. Limfadenopati dapat menyertai leukemia dan apabila kelompokkan pembesaran kelenjar ini menekan pembuluh darah dan pembuluh getah bening, maka akan terjadi edema lokal. Infiltrasi ke paru menyebabkan batuk dan sesak, pembesaran kelenjar getah bening diabdomen dapat menyebabkan keluhan rasa tidak enak di perut, dan rasa cepat kenyang. Infiltrasi ke ginjal dapat menyebabkan hematuria dan gagal ginjal. Keluhan akibat adanya anemia lemah badan dan

9

cepat lelah. Trombositopenia menimbulkan pendarahan baik dari kulit dan selaput lendir. 2.8 WOC (terlampir) 2.9 Pengobatan 1. Transfusi darah Diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g %. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan tranfusi trombosit dan bila terdapat tanda- tanda DIC dapat diberikan heparin. 2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason, dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan. 3. Sitostatika Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin, dan sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersamasama dengan prednison. 4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci hama) 5. Imunoterapi Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukimia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan bertujuan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukimia yang telah diradiasi. Cara Pengobatan : 1. Induksi

10

Bertujuan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berbagai obat, baik secara sistemik maupun intratekal sampai sel blas dalam sumsum tulang kurang dari 5%. Sistemik : a. VCR (vinkristin) : 2 mg/m2 / minggu, intravena, diberikan 6 kali b. ADR (adriamisin): 40 mg/m2/2 minggu intravena, diberikan 3 kali, dimulai pada hari ketiga pengobatan c. Pred (Prednison) : 50 mg/m 2/ hari peroral diberikan selama 5 minggu, kemudian tapering off selama 1 minggu SSP : Profilaksis : MTX (metotreksat) 10 mg/m2/ minggu intratekal, diberikan 5 kali dimulai bersamaan dengan atau setelah VCR pertama. Radiasi Kranial : dosis total 2.400 rad, dimulai setelah konsolidasi terakhir (siklofosfamida) 2. Konsolidasi Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi a. MTX : 15 mg/m2/ hari intravena, diberikan 3 kali, dimulai satu minggu setelah VCR keenam, kemudian dilanjutkan dengan : b. 6-MP (6-merkaptopurin) : 500 mg/m2/ hari peroral, diberikan 3 kali. c. CPA (siklofosfamid) : 800 mg/m2/ kali diberikan sekaligus pada akhir minggu kedua dari konsolidasi

3. Rumat (maintenance) Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian titostatika

11

separuh dosis biasa. Di mulai satu minggu setelah konsolidasi terakhir (CPA) dengan : a. 6-MP : 65 mg/m2/ hari peroral b. MTX : 20 mg/m2/ minggu peroral, dibagi dalam 2 dosis (misalnya Senin dan Kamis) 4. Reinduksi Dimaksudkan

untuk mencegah

ralaps. Reinduksi

biasanya

dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari. Selama reinduksi obat-obat rumat dihentikan. Sistemik : a. VCR : dosis sama dengan dosis induksi, diberikan 2 kali b. Pred : dosis sama dengan dosis induksi, diberikan 1 minggu penuh dan 1 minggu kemudian tapering off. SSP : MTX intratekal : dosis sama dengan dosis profilaksis, diberikan 2 kali. 5. Imunoterapi BCG diberikan 2 minggu setelah VCR kedua pada reinduksi pertama. Dosis 0,6 ml intrakutan, diberikan pada 3 tempat masing-masing 0,2 ml. Suntikan BCG diberikan 3 kali dengan interval 4 minggu. Selama pengobatan ini, obat-obat rumat diteruskan. 6. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.

12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Kasus : Anak perempuan dengan usia 10 tahun masuk ke RS seminggu yang lalu dengan keluhan : badan lemas, cepat lelah, nafsu makan kurang, anak terlihat pucat. Karena terlalu lemah, aktivitas anak dibantu oleh keluarga. Anak mual dan mudah lelah. Pada pemeriksaan didapatkan : BB : 28 kg Tinggi Badan : 140 cm Hb : 8 g/dl Ht (Hematokrit): 26 % (normal : 33-38%) Leukosit : 20.000 ul Konjungtiva anemis. 3.1 Pengkajian a) Identitas klien : selain nama klien, juga orangtua; umur, alamat, asal kota dan daerah. b) Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama : penyebab utama klien sampai dibawa ke rumah sakit. Dalam kasus ini keluhan utamanya adalah badan lemas, cepat lelah, nafsu makan kurang, anak terlihat pucat. 2. Riwayat penyakit sekarang : tanda dan gejala klinis dari leukimia. 3. Riwayat penyakit dahulu : untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor penyulit atau faktor yang membuat kondisi pasien menjadi lebih parah kondisinya. c) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran − Prenatal

: ANC lengkap

− Intranatal

: kelahiran normal

− Postnatal

: berat badan normal

13

d) Riwayat Sosial 1. Yang mengasuh klien

: Orangtua / Wali

2. Hubungan dengan anggota keluarga

: Baik / buruk

3. Hubungan dengan teman sebaya

: Baik / buruk

4. Pembawaan secara umum

: Periang / murung

5. Lingkungan rumah

: Lingkungan rumah bersih /

kumuh. e) Riwayat Imunisasi. Imunisasi yang pernah didapatkan anak sejak lahir. f) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan klien 

Pertumbuhan fisik anak. -

Berat badan : 28 kg

-

Tinggi Badan : 140 cm



Perkembangan anak.



Pemberian ASI.



Pemberian makanan tambahan.

g) Pemeriksaan Fisik BB : 28 kg Tinggi Badan : 140 cm Hb : 8 g/dl Ht (Hematokrit): 26 % (normal : 33-38%) Leukosit : 20.000 ul Konjungtiva anemis.

14

3.2 Aplikasi NANDA, NOC, NIC No

Diagnosa

NOC

1

Intoleransi aktivitas

Tujuan : setelah dilakukan

Evaluasi laporan

berhubungan

tindakan keperawatan terjadi

kelemahan perhatian

dengan

peningkatan toleransi

ketidakmampuan untuk

ketidakseimbangan

aktivitas.

berpatisipasi dalam

antar suplai oksigen

a.

/ kebutuhan.

aktivitas dapat di ukur. b.

Laporan

NIC

peningkatan aktivitas.

Menunjukkan

fisiologis misalnya

tidak nadi,

tanda Berikan toleran tenang

lingkungan dan

periode

pernafasan istirahat tanpa gangguan.

dalam batas normal. Implementasi

teknik

penghematan

anergi

contoh lebih baik duduk dari pada berdiri. Berikan

kebersihan

mulut sebelum makan. Kolaborasi

:

berikan

oksigen tambahan.

15

2

Gangguan

rasa Tujuan : setelah melakukan Mengkaji intensitas skala

nyaman nyeri b.d tindakan pembesaran

keperawatan

nyeri nyeri (1-10).

organ berkurang atau hilang.

dan nodus limfe

Monitor tanda-tanda vital a.Menyatakan nyeri hilang atau perhatian terkontrol. nonverbal. b.Tampak relax dan mampu beristirahat dengan tenang.

petunjuk

Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang. Tempatkan pada posisi ruangan

dan

sokong

sendi ekstremitas dengan bantal. Berikan

tindakan

kenyamanan,

misal

:

pijatan, kompres dingin. Kolaborasi 3

Gangguan kurang

nutrisi Tujuan

:

setelah

dari tindakan

narkotik. dilakukan Observasi

analgetik, dan

catat

keperawatan masukan makanan, bila

kebutuhan tubuh b.d kebutuhan nutrisi terpenuhi.

jumlahnya kurang dari

malaise

yang diperlukan berikan

a.Nafsu makan meningkat b.BB meningkat

cairan parenteral. Sajikan makanan dalam bentuk

menarik

dan

berikan sedikit sedikit tapi sering. Motivasi

anak

untuk

menghabiskan

porsi

makanan.

16

Timbang

BB

sesuai

indikasi. Kolaborasi = konsul ahli gizi.

17

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan Leukemia merupakan penyakit kanker darah yang dapat menyerang orang dewasa maupun anak-anak, dimana pada anak yang paling sering adalah Leukemia Limfosit Akut (LLA). Leukemia ini merupakan jenis penyakit yang tergolong sangat berbahaya dimana merupakan suatu keadaan dimana sel darah putih yang terbentuk secara tidak normal, dan keadaan itulah yang menyebabkan terjadi penimbunan leukosit dalam darah. Apabila keadaan ini terus berlangsung maka akan menyebabkan suatu kondisi yang dapat membahayakan nyawa pasien, dan akan berakhir pada kematian. Leukemia pada anak dapat diketahui melalui beberapa gejala, dan penyakit ini juga dapat disebabkan oleh beberapa factor, akan tetapi penyebab pastinya belum diketahui secara pasti. 4.2 Saran Disarankan kepada perawat untuk dapat memahami dan mengaplikasikan materi ini terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien. Terutama dalam hal mendeteksi secara dini penyakit leukemia pada anakanak. Berdasarkan tanda dan gejala yang didapat, dengan demikian dapat memberikan jalan keluar yang terbaik bagi pasien. Dengan sendirinya sebagai perawat kita sudah mengurangi tingkat kematian anak khususnya yang menderita penyakit leukemia tersebut.

18

Related Documents


More Documents from "Ahmad Aby"