Makalah Pasar Modal Global

  • Uploaded by: madha
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pasar Modal Global as PDF for free.

More details

  • Words: 3,588
  • Pages: 19
Loading documents preview...
PASAR MODAL GLOBAL

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Pasar Modal Dosen Pengampu: Dr. Bayu Tri Cahya, S.E, M.Si.

Disusunoleh: 1.

Nikhlatunnisa’

(1520310044)

2.

Aida Fitri Ana

(1520310047)

3.

Dita Ramadhanti

(1520310050)

4.

Fiki Yatimatul Asmak

(1520310078)

5.

Muhammad Malik Ibrahim

(1520310066)

MBSR - 6B

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM/MBS TAHUN 2018

0

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan pasar modal global? 2. Bagaimana pasar modal pada era globalisasi? 3. Bagaimana pasar modal di Negara maju dan berkembang? 4. Bagaimana pasar modal di Negara eks komunis dan Negara Islam? 5. Bagaimana kerjasama antar bursa efek?

1

BAB II PEMBAHASAN A. B. Pasar Modal pada Era Globalisasi Sejak selesainya perang dingin pada decade 1990-an, tata ekonomi dunia mulai berubah dari semula ada dua kubu ekonomi, yaitu ekonomi komunitas dan ekonomi kapasitas. Karakteristik ekonomi komunitas tampak pada : 1. Tidak danya Bunga Efek, 2. Kegiatan ekonomi dimiliki serta digerakkan oleh negara, dan 3. Tidak ada kegiatan ekonomi yang dimiliki swasta. Untuk mengurangi dampak negatif dari sistem ekonomi pasar yang akan beroperasi secara global, beberapa negara membentuk asosiasi bersama yang akan saling mengatasi kekurangan negara masing-masing disekitar kawasan. Beberapa negara membentuk suatu kelompok kerja sama ekonomi dan membuat kesepakatan yang harus ditaati bersama, misalnya: AFTA (Asian Free Trade Area), yaitu kerja sama ekonomi negara-negara Asia Tenggara, NAFTA (North American Free Trade Agreement), yaitu kerja sama ekonomi negara-negara Amerika Utara, EEC (European Economic Cooperation), yaitu Kerja sama ekonomi negara-negara Asia Pasifik. Munculnya beberapa kelompok asosiasi ekonomi regional ini bertujuan untuk menyesuaikan kekuatan ekonomi negara masing-masing secara bertahap yang berlaku dalam kelompok kecil yang terbatas, sebelum menghadapi liberalisasi yang berlaku bagi semua negar di dunia ini. Jauh sebelum leberalitas kegiatan ekonomi dunia deberlakukan, banyak negara sudah memasuki tahapan awal dalam organisasi WTO (World Trade Organizational), yaitu organisasi perdagangan duniaa yang akan diberlakukan pada tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi digerakkan oleh konsep demand side, yaitu teori yang dikembangkan John Maynard Keynes, yang menyatakan bahwa pemerintah harus menciptakan permintaan (demand) agar pabrik-pabrik dapat berproduksi (supply).

2

(a) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi investor Internasional. Setiap negara yang ingin mencapai kemajuan seperti yang telah dialami oleh negara maju harus memahami cara-cara yang telah ditempuh oleh negara maju. Setiap negara berkembang akan saling berlomba mendapatkan investor internasional untuk mencapai kemajuan yang diidamkan. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan oleh investor internasional untuk melakukan investasi di suatu negara, yaitu pra-kondisi, adalah sebagai berikut: 1. Stabilitas politik, Tolok ukur stabilitas politik bagi investor internasional antara lain: a. Pergantian pemimpin negara tanpa gejolak berdarah. b. Perganting pemimpin negara sesuai masa jabatan. c. Tidak terjadi konflik antara pemerintaah dan lembaga wakil rakyat. d. Pemilihan umum berjalan dengan aman e. Tidak sering terjadi demonstrasi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi buruh atau mahasiswaaaaa terhadap pemerintah atau lembaga wakil rakyat. 2. Konsistensi penegakan hukum, Investor internasional sebelum masuk ke suatu negara akan terlebih dahulu mencari informasi melalui lembaga riset investasi internasional untuk mengetahui tentang pelaksanaan hukum di negara yang akan dituju. Lembaga-lembaga seperti Political and Economic Risk Consultancy (PERC) di Hongkong atau Standard & Poor atau Moody’s di Amerika Serikat, adalah lembaga yang memberikan informasi tentang situasi hukum di suatu negara. Beberapa indicator berikut ini mencerminkan penegakan hukum yang tidak konsisten:  Sering terjadi demontrasi oleh LSM berlatar belakang hukum.  Pergantian rezim pemerintah dibarengi dengan pergantian undangundang.

3

 Pemerintah baru membatalkan perjanjian yang dibuat olehh pemerintah sebelumnya.  Membatalkan perjanjian internasional secara sepihak Karena tekanan public.  Vonis hukum berkekuatan tetap selalu melalui tahapan yang panjang dan peninjauan kembali tanpa batas waktu sehingga menjadi berkekuatan tidak tetap atau tidak ada kepastian hukum.  Revisi undang-undang dilakukan dalam tempo yang sangat singkat. Penegakan hukum yang tidak konsisten dapat dengan mudah diketahui oleh masyarakat investor secara luas melalui jaringan media komunikasi televise atau internet di seluruh negara. 3. Sistem dan Prospek ekonomi, Sistem dan Prospek Ekonomi Investor internasional akan menilai sistem dan prospek ekonomi dengan memperhatikan kekuatan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Investor juga akan menilai

berbagai

sistem

seperti

perbankan,teknoligi

informasi,

komputerisasi, sistem komunikasi, tingkat inflasi, tingkat bunga, tingkat pertumbuhan ekonomi, nilai rupiah terhadap valuta asing, pasar modal, pasar berjangka, custodian sentral, dan setelmen sentral. Investor memberikan perhatian lebih pada hal-hal berikut : (1) Risiko valuta asing Nilai mata uang local yang selalu lemah terhadap valuta asing akan sangat merugikan investor asing. Negara yang selalu mendevaluasi mata uangnya mencerminkan lemahnya nilai mata uang local. Kekuatan atau kelemahan nilai mata uang local bisa dengan mudah diketahui dari daftar kurs yang dapat dipantau di seleruh dunia. (2) Devisa Bebas Investor asing lebih menyukai sistem devisa bebas daripada pembatasan devisa. Dengan sistem devisa bebas investor dapat bebas memasukkan devisa ke dalam suatu negara dan mengirim

4

keluar devisa dari negar tersebut tanpa harus meminta izin terlebih dahulu dari otoritas berwenang. Hasil investasi yang dilakukan oleh investor asing setiap than dapat ditransfer ke negaranya tanpa harus mengurus izin transfer. Indonesia termasuk negara yang menganut azas devisa bebas, sehingga merupakan salah satu poin yang menarik bagi investor asing (3) Kualitas Pasar Modal Investor ingim mengetahui kelengkapan pasar modal yang ada di suatu negara seperti: undang-undang pasar modal, mekanisme

perdagangan,

jenis

efek

yang

diperdagangkan

kapitalisasi pasar, custodian sentral, dan setelmen sentral. Beberapa indicator pasar modal modern adalah: - Mekanisme perdagangan sudah tanpa warkat (scripless trading). - Terdapat Pasar Kesatu, Pasar Kedua, Pasar Ketiga, dan Pasar Keempat. - Jumlah jenis saham dan obligasi yang diperdagangkan sangat banyak dan kapitalisasi pasar sangat besar. - Terdapat lembaga central custodian dan central clearing. - Efek yang disimpan di central custodian sudah atas nama investor bukan atas nama perusahaan broken (street name). - Tidak ada diskriminasi aturan dalam kepemilikan saham. (4) Fasilitas Hedging Sebagian investor perlu melakukan hedging (lindungan nilai). Bagi investor internasional hedging meliputi: kerugian perdagangan efek dan kerugian valuta asing. (5) Sistem Ekonomi Negara menganut sistem ekonomi yang jelas, sistem ekonomi komunis ataukah sistem ekonomi kapitalis. Sistem ekonomi komunis adalah sistem ekonomi yang dimiliki, digerakan, dan diatur oleh negara, sementara rakyat bekerja untuk negara. Sistem ekonomi kapitalis berarti bahwa pihak swasta berhak

5

memiliki dan menggerakkan roda perekonomian, sedangkan negara bertindak sebagai penguasa yang memiliki kekuatan untuk mengatur sektor swasta. (6) Keadilan Sosial Jarak kemakmuran antara anggota masyarakat yang kaya dan yang miskin sangat berpengaruh terhadap keamanan suatu negara. Apabila perbedaan antara yang kaya dan yang miskin telalu jauh, maka akan timbul kerusuhan sosial dan pada akhirnya membuat investasi di negara tersebut menjadi tidak aman. (b) Investasi Clobal (Global Investment) Negara maju kaya akan modal teknologi, sedangkan negara berkembang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Negara berkembang membutuhkan modal serta teknologi untuk mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusianya, sementara negara maju membutuhkan tempat untuk investasi agar modalnya berkembang. Dua kepentingan ini akan bertemu apabilaa didasari oleh kerja sama yang saling menguntungkan. Negara maju memahami kebutuhan negara berkembang

untuk

memakmurkan

berkembang

memahami

bahwa

rakyatnya.

pemilik

Sementara

modal

harus

Negara mendapat

keuntungan. Negara maju tidak mengharaokan keuntungan, tetapi juga keamanan investasi dan kembalinya modal awal. Hal ini berarti bukan saja kerusuhan masal tidak dikehendaki, tetapi juga stabilitas nilai ,ata uang domestic harus terjaga. Investor domestic akan berinvestasi dalam saham asing melalui 4 cara, yaitu: 1. Melalui anggota bursa efek local, apabila sudah ada aliansi antara bursa efek local dan bursa efek asing. 2. Melalui mutual funds, apabila manajer investasi diperolehkan membeli efek asing. 3. Melalui perdagangan derivatives, apanbila sudah ada indeks individual saham asing.

6

4. Melalui DR’s (Depository Receipts), apabila peraturan mengenai DR’s sudah dilaksanakan. Aliansi antar Bursa Efek (Mutual Offset system) Beberapa negara telah melakukan aliansi antara bursa efek di negaranya dengan bursa efek di negara lain. Setiap negara yang akan beraliansi harus memikirkan terlebih dahulu secara mendalam konsekuensi dari aliansi tersebut. Untung-rugi atau manfaat dan mudarat harus diperhitungkan agar aliansi tidak kandas di tengah jalan. Aliansi antara bursa efek yang masih berada dalam satu negara akan memperkuat bursa efek secara nasional, sedangkan aliansi bursa efek antarnegara dapat berakibat positif maupun negative. Mutual Funds Mutual Funds merupakan reksadana berbentuk saham yang bersifat open-end fund, yaitu perubahan yang mengumpulkan dana dari masyarakat luas melalui penjalan saham reksadana, dan kemudian dana tersebuut diinvestasikan ke dalam instrument keuangan (financial Instruments). Reksandana dilarang berinvestasi dibidang nonkeuangan (misalnya tanah, property, pabrik) atau dibidang keuangan tertentu. Di Indonesia sebelum tahun 2002, reksadana dilarang berinvestasi dalam saham asing karena dikhawatirkan dapat membahayakan posisi saham dalam negeri. Derivative Markets Pasar instrument derivative dapat dijumpai di bursa berjangka. Instrument derivative merupakan turunan dari produk asli yang diperjualbelikan di bursa berjangka. Misalnya, stock option saham ‘A’, adalah turunan dari perdagangan jenis saham ‘A’. apabila kita membeli stock option saham ‘A’, maka kita akan memperoleh saham ‘A’, secara fisik jika dikehendaki. Namun, jika yang dikehendaki hanya selisih antara

7

harga jual dan harga beli, makan penyerahan fisik saham tidak diperlukan. Akan tetapi, di padar berjangka justru yang banyak dikehendaki oleh para investor adalah selisih antara harga jual dan harga beli, bukan saham secara fisik. America Depository Receipts (ADR’s) Saham negara lain yang dijual di amerika Serikat bukan dalam bentuk asli saham dimaksud, tetapi sudah berubah bentuk, yaitu berupa American Depository Receipts (ADR’S). Apabila saham asing akan diperdagangkan di bursa efek yang ada di Indonesia, maka hal itu tidak dilakukan dalam bentuk aslinya tetapi melalui instrumen Indonesian depository receipts (IDR’s). alasan perubahan bentuk ini adalah demi kepatuhan hukum. C. Pasar Modal Negara Maju Negara maju akan semakin maju karena kebanjiran dana investor internasional. Hal ini terbukti karena sebagian besar dana investor internasional sampai akhir tahun 1998, yaitu sebesar 93%, berada di negaranegara maju, sedangkan hanya 7 % saja yang dialokasikan ke negara-negara berkembang. Dari segi jumlah penduduk, negara maju yang jumlah penduduknya relative sedikit menerima dana investasi yang sangat besar, sementara negara bekembang yang memiliki jumlah penduduk yang sangat besar menerima dana investasi yang sangat kecil. D. Pasar Modal Dan Pasar Berjangka Amerika Serikat Amerika serikat sudah merdeka lebih dari 200 tahun yang lalu, dan saat ini merajai ekonomi dunia. Dengan jumlah penduduk sekitar 280 juta jiwa yang rata-rata berkualitas telah membawa negara ini menguasai pendapatan dunia (Gross National Product=GNP) sebesar US$ 7.783 miliar atau 26% dari GNP dunia (1998), atau berada pada rangking 1. Dengan pendapatan per kapita yang mencapai US$ 29.240 (1998), masyarakat Amerika Serikat merupakan investor yang menginvestasikan 70% dananya di

8

pasar modal dalam negeri dan 30% sisanay diinvestasikan di pasar modal negara lain. National Association of Securities Dealers Automated Quotation (NASDAQ) Di Amerika Serikat, satu emiten boleh tercatat di dua bursa efek (dual listing) atau lebih dari dua bursa efek (multiple listing). NASDAQ merupakan bursa efek yang menampung perusahaan skala kecil, menengah, dan besar. Perusahaan berskala besar yang tercatat di NASDAQ juga akan mencatat sahamnya di NYSE apabila sudah memenuhi criteria pencatatan (listing requirements) di NYSE. Perusahaan berskala menengah yang tercatat di NASDAQ juga boleh mencatatkan sahamnya di AMEX apabila memenuhi criteria pencatatannya. Kekuatan ekonomi Amerika Serikat dapat menjamin kestabilan nilai mata uang dan harga-harga barang karena 4 institusi pasar yang ada telah berjalan dengan baik. Ke-4 instiitusi pasar yang berjalan bersamaan waktunya itu dan merupakan suatu keharusan bagi sistem ekonomi modern adalah: 1. Pasar Uang, yang tercerminkan pada perbankan 2. Pasar Modal, yang Tercermin pada bursa efek 3. Pasar Komoditass, yang tercerminkan pada pedagang partai besar 4. Pasar Berjangka, yang tercermin dari produk 3 pasar di atas dengan setelmen berjangka beberapa bulan ke depan. Pasar Berjangka Pasar berjangka atau bursa berjangka memperdagangkan produkproduk yang ada di pasar uang pasar modal, dan pasar komoditas dengan syarat penyerahan barang dan penyelesaian pembayaran dilakukan di masa dating. Harga terbentuk pada saat transaksi terjadi tetapi penyelesaian (settlement) dilakukan 1 tahun lagi, 3 bulan lagi, 6 bulan lagi, dan seterusnya. Produk yang berasal dari pasar uang yang dapat diperdagangkan di bursa berjangka mencakup berbagai valuta asing dan berbagai tingkat bunga; produk yang berasal dari pasar modal adalah opsi saham, opsi obligasi, dan

9

indeks harga saham; dan produk yang berasal dari pasar komoditi mencakup kacang, keledai, gula, minyak goring, bahan bakar, emas, daging, dan sebagainya. Bursa berjangka telah member kesempatan kepada banyak pihak untuk memiliki gudang-gudang penyimpanan valuta asing, tingkat bunga, persediaan barang pertanian, peternakan, dan pertambangan yang dapat menjamin stabilitas harga barang-barang serta nilai mata uang secara nasional. Sejarah berdirinya bursa berjangka pada awalnya dilatarbelakangi oleh keinginan untuk membantu para petani agar bahan bakunya tidak jatuh pada saat panen, kemudia berkembang untuk kepentingan produsen agar bahan bakunya dapat terjamin diiistribusinya, dan berlanjut untuk kepentingan konsumen agar mendapatkan harga yang stabil dan selalu tersedia barangnya. Bagi perekonomia nasional, bursa berjangka sangat penting untuk menjaga stabilitas harga dan stabilitas persediaan. E. Pasar Modal dan Pasar Berjangka Di Jepang Jepang sebagai negara kepulauan dan sebagai negara maju sudah memiliki 3 bursa efek sebelum perang Dunia Kedua (1940-1945), yaitu di kota Tokyo, Osaka, dan Nagoya. Kemudian bertambah lagi setelah perang usai. Setelah perang usai bermunculan bursa efek baru dalam tahun yang hampir bersamaan sehingga jumlahnya menjadi 9 bursa efek. Jepang yang kondisi ekonominya hancur lebur setelah perang Dunia kedua, dapat cepat pulih kembali dengan memobilisai dana masyarakat melalui bursa efek di kota-kota Fukuoka, Hirosima, Kyoto, Niigata, dan Sapporo. Jepang juga mendirikan pasar ketiga atau over-the-couter (OTC) di kota Tokyo pada tahun 1941, yang diberi nama Japan Securities Dealers Association (JSDA). F. Pasar Modal Di Negara Eks Komunis Negara-negara yang dahulu menganut sistem ekonomi komunis telah berubah dan beralih ke sistem ekonomi kapitalis atau yang pada saat ini lebih disebut sebagai sistem ekonomi pasar. Negara-negara mantan penganut

10

sistem ekonomi komunis ramai-ramai membangun pasar modal dan mengundang investor internasional. G. Pasar Modal Di Negara Berkembang Sebagai negara berkembang telah siap menghadapi era globalisai, sebagian lagi sedang melakukan persiapan, dan sebagian lagi belum siap sama sekali. Persiapan era globalisasi ini meliputi bidang yang sangat luas. Bidang politik, hukum, ekonomi, dan sosial harus disesuaikan dengan anturan-aturan standar internasional yang bersifat regional maupun global. Di samping aturan tersebut masih ada satu hal yang sangat penting, yaitu kesiapan masyarakat luas untuk menerima aturan internasional. Kebanyakan pemimpin negara berkembang sudah menandatangani perjanjian persekutuan ekonomi regional maupun dunia, seperti: AFTA, APEC dan WTO, tetapi belum semua yang telah berhasil mensosialisasikan kepada masyarakatnya. Akibatnya, sebagian masyarakat yang terkena dampak negative dari globalisasi menentang keras setiap kebijakan pemerintah yang didukung oleh sebagian rakyat yang pro dan tekanan dari pihak internasional untuk mematuhi perjanjian internasional itu. 1. Singapura Negara Yang Paling Siap Singapura adalah salah satu negara di Asia yang paling siap menghadapi era globalisasi. Singapura, dengan jumlah penduduk sekitar 3 juta orang dan pendapatan per kapita US$ 30.170 (1998), telah diklasifikasikan sebagai suatu negara maju. Singapura merupakan satusatunya negara di dunia ini yang masyarakatnya memahami dan menggunakan multi-currency sehingga memudahkann bagi wisatawan asing untuk melakukan transaksi langsung dengan masyarakat di singapura. 2. Cina Negara Yang Menakjub Cina merupakan negara berkembang nomor 2 yang mengalami kemajuan luar biasa di bidang pasar modal. Hanya dalam tempo kurang dari 5 tahun Cina telah berhasil mendirikan 4 bursa efek dan 7 bursa berjangka.

11

Bursa Berjangka Cina menyadari bahwa suatu sistem ekonomi akan pincang tanpa bursa berjangka, sehingga di samping bursa efek juga harus bursa berjangka. Bagi para investor efek, bursa berjangka sangat penting sebagai tempat untuk melakukan hedging saham. Hedging adalah tindakan melindungi aset yang dimiliki dengan cara menutup kontrak jual ataupun kontrak beli di pasar berjangka untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang akan diderita. H. Pasar Modal Di Negara Islam Beberapa negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama islam sudah sejak lama menggunakan sarana pasar modal untuk membangun perekonomiannya. Aturan pelaksaan perdagangan di beberapa negara islam tidaklah sama. Iran mengatur jam perdagangan hanya antara jam 09.00 sampai 12.00 untuk hari Sabtu sampai Rabu. Kuwait mengatur perdagangan mulai jam 07.00 sampai 14.30 untuk hari sabtu, Rabu, Kamis, dan Jumat. Mesir mengatur jam perdagangan antara jam 11.00-13.00 dari hari Minggu sampai Kamis. Pengaturan jam dan hari-hari perdagangan ini di maksudkan untuk mengurangi ketergangan investor dalam menghadapi fluktuasi harga atau mengurangi risiko yang biasa dihadapi oleh investor di negara-negara yang tidak menjalankan kaidah islam. I. Sejarah Pasar Modal Indonesia 1. Perdagangan Efek di masa Penjajahan Kegiatan perdagangan saham sudah ada sejak jaman penjajahan belanda, yaitu ketika nama Indonesia masih Hindia Belanda. Kegiatan perdagangan efek di Batavia (sekarang Jakarta) dimulai pada tanggal 14 desember 1912, di Surabaya pada tanggal 11 januari 1925, dan di semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kegiatan itu ditutup ketika perang dunia II berlangsung (1940). Pada waktu itu perdagangan efek tidak terorganisasi dengan baik sehingga sulit untuk mendapatkan data. 2. Perdagangan Efek di Masa Orde Lama

12

Setelah Indonesia mereka (1945), pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 15/1952 mengenai bursa efek. Pembukaan kembali bursa efek terutama ditujuk untuk menangani transaksi obligasi RI 3% tahun 1950. Pelaksanaan perdagangan diserahkan kepada perserikan perdagangan Uang dan Efek (PPUE) pada tanggal 1 November 1937 beberapa efek yang diperdagangan adalah Obligasi RI 3%, Obligasi Kotapraja Bogor 1937, saham Escompto Bank, dan saham Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) yang bertempat di ‘De Javasche Bank (sekarang Bank Indonesia). Sementara itu, anggotta bursa terdiri dari: a) Bank Negara Indonesia (Jakarta) b) Bank Rakyat Indonesia (Jakarta) c) Bank Industri Negara (Jakarta) d) Bank Perniagaan Indonesia NV (Jakarta) e) Bank Dagang NAsional Indonesia NV (Medan) f) Bank Surakarta MAB (Solo), dll 3. Perdagangan Efek di Masa Orde Baru Pemerintah orde lama yang ingin melepaskan diri drai ketergantungan kepala pihak asing atau disebut BERDIKARI (nerdiri di Atas Kaki sendiri) ternyata gagal. Sementra itu, pemerintah orde baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto segera melaksanakan sistem ekonomi terbuka. Undang-undang penanaman Modal Asing (UUPMA) dikeluarkan pada tahun 1967, disusul dengan undang-undang Penanaman Modal dalam Negeri (UUPMDN) pada tahun 1968. Sepuluh tahun kemudian perekonomian Indonesia mengalami Keberhasilan dan pada tanggal 10 agustus 1977 kegiatan bursa efek diaktifkan kembali serta diorganisasikan secara baik dengan dibentuknya Bursa Jakarta atau disingkat BEJ. 4. Kebangkitan Pasar Modal Indonesi Selama 11 tahun sejak diaktifkan kembali pada tahun 1977, bursa efek hanya berhasil mengajak 24 perusahaan untuk ‘Go Publik’, suatu

13

prestasi yang sangat jelek. Kegagalan mengajak perusahaan untuk ‘Go public ini disebabkan oleh hal-hal berikut: 1) Penentuan

harga

perdana

harus

mendapat

persetujuan

dari

BAPEPPAM 2) Calon emiten harus untung dan membagi deviden selama 5 tahun berturut-turut. 3) Fluktuasi harga saham dibatasi 4% per hari. 4) Bunga deposito dibebaskan dari pajak. 5) Investor asing tidak diperolehkan melakukan investasi di pasar modal. Kebangkitan pasar modal di Indonesia digerakkan oleh (a) deregulasi pasar modal, (b) Peran kreditor asing, (c) Swastanisasi Bursa Efek Jakarta, dan (d) pembukaan Bursa Efek Surabaya. 5. Hambatan Pasar Modal di Indonesia Indonesia adalah negar besar, sebesar Amerika Serikat bila dilihat dari luasnya wilayah, sumber daya alamnya yang melimpah, dan sumber daya manusi yang besar. Bedanya, Indonesia kalah dalam segi kualitas sumber daya manusianya. Orang-orang pandai dari negeri seberang dating ke amerika Serikat untuk mencari nafkah dan menjadi warga negara amerikta Serikta. Jumlah penduduk Amerika Serikat sedikt lebih besar daripada jumlah penduduk Indonesia, yaitu sekitar 280 juta jiwa tetapi kebanyakan memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada Indonesia. Namun demikian, Indonesia masih mempunyai harapan untuk menjadi negara besar, karena memilik elemen dasar untuk mencapainya. Selain kualitas SDM yang rendah, Indonesia juga memiliki kelemahan dalam berbagai sistem yang menjadi hambatan pasar modal Indonesia, yaitu (a) sistem politik yang lemah, (b) nilai rupiah yang lemah, (c) perekonomian yang sentralistik, dan (d) jaringan perdagangan antarbursa. J. Kerja Sama Antarbursa Efek Kemajuan teknologi computer dan teknologi komunikasi sangat berpengaruh terhadap perencanaan ere globalisasi. Bursa efek mendirikan organisasi regional untuk menyamakan peraturan keanggotaan, peraturan

14

perdagangan, peraturan pencatatan, dan teknik pengawasan perdagangan sehingga di kemudian hari diharapkan setiap bursa efek memiliki kualitas peraturan yang relative sama. Mutual offset trading yang telah dilaksanakan oleh LSE dan NASDAQ pada tahun 1986, oleh SSE dan NASDAQ pada tahun 1988, serta oleh SIMEX dan CME pada tahun 1994 bakal ditiru oleh negara lain dalam era globalisasi. Intermarket trading system dan branch system di Amerika Serikat dan di Cina juga bakal ditiru oleh banyak negara lain.1

1

Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2006, hlm. 2-36

15

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Keberhasilan negara-negara Barat dan Amerika Serikat dalam membangun perekonomian melalui system ekonomi kapitalis (istilah sekarang adalah ekonomi pasar) telah mendorong negara-negara ekonomi komunis beralih ke sistem ekonomi kapitalis. Pada tahun 1988, di Cina didirikan bersa efek yang beroperasi secara nasional di berbagai kota besar dengan anggotanya berasal dari propinsi kota madya, dan daerah otonom lainnya. Demikian juga, Uni Soviet telah terpecah belah menjadi beberapa negara dan mengubah sistem perekonomian dari ekonomi komunis menjadi sistem kapitalis. Negara-negara baru eks Uni Soviet beramai-ramai mendirikan bursa efek. Negara-negara komunis mantan anggoa Pakta Warsawa juga telah mendirikan bursa efek. Perubahan global dari sistem ekonomi komunis ke sistem kapitalis itu bersamaan waktunya dengan selesainya peang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur sekitar 1988. Bersamaan dengan itu, negara-negara yang tadinya negara sosialis juga mengubah sistem perekonomiannya dengan menyebut sistem sistem ekonomi pasar, termasuk Indonesia. Kebangkitan Pasar Modal di Indonesia juga mulai terjadi pada akhir tahun 1988. Sejak usia perang dingin banyak negara berupaya membangun sistem perekonomiannya lebih terbuka daripada sebelumnya.kerjasama ekonomi regional mulai bermunculan seperti AFTA, NAFTA, APEC, dan EEC, yang selanjutnya akan menuju ke pelaksanaan WTO pada tahun 2020. Setiap negara berkembang berupaya memoderenisasi Pasar Modal dan melengkapinya dengan Bursa Berjangka. Negara-negara berkembang berupanya menciptakan stabilitas politik, keamanan negrinya, stabilitas mata uang domestik, pemerataan kemakmuran rakyatnya, dan penegakan hukum untuk menarik para investor internasional agar mau menanamkan modalnya di Pasar Modal. Kerjasama perdagangan antara bursa efek lokal dan asing

16

telah dilakukan agar dapat beroperasi 24 jam sehari dan sebagai persiapan menghadapi persaingan global, khususnya di bidang Pasar Modal. Investor nasional mudah masuk dan mudah keluar. Suatu negara yang dengan mudah mendatangkan investor masuk, tetapi tidak memiliki ketahanan untuk mencegah investor keluar, akan mengalami capital flight besar-besaran.

17

DAFTAR PUSTAKA Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2006.

18

Related Documents


More Documents from "Nisa Juwita Adhim"