Referat Omsa

  • Uploaded by: Siti Aisyah Permatasari
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Omsa as PDF for free.

More details

  • Words: 3,396
  • Pages: 16
Loading documents preview...
OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT (OMSA) I.

PENDAHULUAN Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba Eustachius. Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir dari setengah mereka mengalami tiga kali atau lebih. Di Inggeris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.1,3,4,5 Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah dalam waktu yang singkat yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik dan mengeluarkan nanah yang menyebabkan adanya cairan purulen di telinga tengah. Bakteri piogenik sebagai penyebabnya yang tersering yaitu Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus

aureus,

dan

Pneumokokus.

Kadang-kadang

bakteri

penyebabnya yaitu Hemofilus influenza, Escheria colli,Streptokokkus hemolitikus,Proteus Vulgaris, Streptokokus epidermidis, dan Pseudomonas aerugenosa..1,3,4,5 Otitis media supuratif akut (OMSA) banyak terjadi pada anak karena sumber infeksi dari tenggorok atau pilek yang terjadi terus menerus. Penyebab (OMSA) dapat berupa virus atau bakteri. Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab OMSA tersering adalah Streptokokus pneumonia, diikuti oleh Haemopilus influenzae dan Morexella Cattarhalis.1,2,3 II.

ANATOMI & FISIOLOGI

1

Gambar 1. Anatomi Telinga7 Telinga terdiri dari bagian luar, tengah dan dalam. Telinga bagian luar terdiri dari aurikula, meatus acusticus externus dan membran timpani bagian luar. Telinga tengah terdiri dari membran timpani bagian dalam, cavitas timpani yang berisi ossicula auditiva, muskulus, cellulae mastoid; aditus ad antrum dan tuba auditiva. Telinga dalam terdiri dari labirintus osseus dan labirintus membranaceus. Labirintus osseus yaitu koklea dan labirintus membranacea terbagi menjadi labirintus vestibularis (sakulus, utrikilus, canalis semisirkularis), duktus koklearis (skala vestibule, skala media, skala timpani), sakus duktus endolimpatikus.5,6,7

Gambar 2. Mekanisme pendengaran7 Telinga Luar Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang

2

rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 ± 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Telinga Tengah Telinga tengah terdiri dari membran timpani bagian dalam, cavitas timpani yang berisi ossikula auditiva, muskulus, celulae mastoid; aditus ad antrum dan tuba auditiva, telinga tengah berbentuk kubus, dengan: - Batas luar : membran timpani. - Batas depan : tuba Eustachius - Batas bawah : vena jugularis - Batas belakang : aditus ad antrum - Batas atas : tegmen tympani (meningen/otak). - Batas dalam : berturut-turut dari atas kebawah (kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, oval window dan antrum promontorium. Cavitas tympani berisi osikula auditiva, muskulus, celulae mastoid; aditus ad antrum dan tuba auditiva. 1. Osikula auditiva 2. Berfungsi untuk menghantarkan suara dari udara ke koklea Terdiri dari maleus, incus dan stapes 3. Muskulus Terdiri dari m. tensor tympani dan m. stapedius, diinervasi oleh N. facialis dan N. trigeminus dimana berfungsi untuk membatasi gerak dari tulang auditiva. Perlekatan dari m. tensor tympani dan pars ossea tuba auditiva menuju kolum mallei, berfungsi untuk mengatur keseimbangan tekanan udara antara cavum tympani dengan dunia luar. 4. Perlekatan dari m.stapedius dari piramida menuju ke collom stapedius, berfungsi untuk meredam suara yang keras, frekwensi rendah dan amplitude yang tinggi. 5. Celulae mastoid. 6. Aditus ad antrum.

3

Merupakan muara atau lubang yang menghubungkan cavum tympani dengan antrum mastoid. 7. Tuba auditiva Tuba auditiva adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Tuba auditiva memiliki arti klinis karena nasofaring memiliki banyak flora normal, sehingga jika tekanan cavum tympani lebih rendah maka udara akan masuk dari nasofaring ke cavum tympani sehingga flora normal akan ikut masuk, hail ini dapat memicu infeksi diauris media. Tuba auditiva dibagi menjadi 2 bagian: - 1/3 bagian superior, tersusun oleh tulang. - 2/3 bagian inferior, tersusun oleh kartilago yang berbentuk huruf U. Fungsi dari Tuba auditiva. - Drainase, berdasarkan gerakan membuka tuba dan gerakan silia di mukosa tuba dimana gerakan silia seperti lecutan cambuk yang bergerak dari arah cavum tympani ke nasofaring sehingga menghambat pergerakan kuman yang akan masuk ke auris media. Juga untuk mengeluarkan produk -

atau kotoran dari auris media. Proteksi, dilakukan oleh jaringan limfoid dan sel goblet dari mukosa tuba, sel goblet menghasilkan lisosom yang bersifat

-

bakterisid. Aerasi, yaitu menjaga keseimbangan tekanan udara dalam telinga terhadap dunia luar melalui proses membuka-menutup

tuba, sebagai contoh saat menelan tuba akan membuka.9 Telinga dalam terdiri dari: a) Labirin osseus: koklea atau rumah siput, yang berupa setengah lingkaran. b) Labirin membranaseus, terdiri dari: 1. Labirin Vestibuler, yang terdiri dari saculus, utrikulus dan 3 buah kanalis semisirkularis. 2. Duktus koklearis, yang terdiri dari skala vestibule (berisi perilimfe), skala media (berisi endolimpe dan terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan

4

pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis korti, yang membentuk organ korti)dan sekala tympani (berisi perilimfe) 3. Saccus dan ductus endolimfaticus III.

EPIDEMIOLOGI 60-80% bayi memiliki paling sedikit satu episode OMSA, dan 90% terjadi pada usia 2-3 tahun. Di Amerika Serikat angka kejadian tertinggi dari OMSA terjadi pada usia 6-24 bulan, frekuensi OMSA terjadi pada masa anak-anak, remaja dan dewasa, biasanya anak laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan anak perempuan. Secara langsung atau tidak langsung kerugian akibat OMSA untuk biaya pengobatan dan waktu yang hilang untuk sekolah dan bekerja mendekati angka tiga milyar pada tahun 1995.

IV.

ETIOLOGI Bakteria dan virus dapat menjadi penyebab kepada terjadinya OMSA. Sebanyak 85 persen dari penyebab merupakan bacteria dan selebihnya 15 persen merupakan virus. Bakteria memasuki telinga tengah melalui tuba auditiva, perforasi pada membran timpani, atau dari penyebaran secara hematogenik. Kuman penyebab utama pada OMSA adalah bakteri pyogenik,

seperti

Streptokokus

haemolitikus,

Stafilakokus

aureus,

Pneumokokus. Selain itu juga kadang-kadang ditemukan juga Haemopilus influenza, Esherichia colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas auregenosa. Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia 5 tahun.1,2,3,4 V.

PATOFISIOLOGI Telinga tengah biasanya steril, suatu hal yang mengagumkan menimbang banyaknya flora organisme yang terdapat di dalam nasofaring dan faring. Gabungan aksi fisiologis silia, enzim penghasil mucus (misalnya

5

muramidase) dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme petahanan bila telinga terpapar dengan mikroba kontaminan ini saat menelan. Otitis media akut terjadi bila mekanisme fisiologis ini terganggu. Sebagai mekanisme pelengkap pertahanan di permukaan, suatu anyaman kapiler sub epitel yang penting menyediakan pula faktor–faktor humoral, leukosit polimorfonuklear dan sel fagosit lainnya. Obstruksi tuba Eustachius merupakan suatu faktor penyebab dasar pada otitis media akut.2,4,5 Penyakit ini mudah terjadi pada bayi karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal. Normalnya lapisan mukosa pada telinga tengah menyerap udara pada telinga tengah, namun jika udara tidak dapat dialirkan karena adanya obstruksi relatif tuba eusthachius maka akan terjadi tekana negative dan menimbulkan effuse serosa. Efusi ini pada telinga tengah merupakan media yang fertile untuk perkembangbiakan mikroorganisme dan dengan adanya infeksi saluran napas atas dapat terjadi invasi virus dan bakteri ke telinga tengah, berkolonisasi dan menyerang jaringan dan menimbulkan infeksi. Meskipun infeksi saluran napas terutama disebabkan oleh virus namun sebagian besar infeksi otitis media akut disebabkan oleh bakteri piogenik. Bakteri yang sering ditemukan antara lain Streptococcus pneumoniae, Haemophillius influenza dan Sterptococcus beta hemolitikus. Sejauh ini Streptococcus pneumoniae merupakan organisme penyebab tersering pada semua kelompok umur . Hemophilus influenza adalah patogen yang sering ditemukan pada anak di bawah usia lima tahun, meskipun juga merupakan patogen pada orang dewasa. Gejala klasik otitis media akut antara lain berupa nyeri, demam, malaise dan kadang – kadang nyeri kepala di samping nyeri telinga; khusus pada anak – anak dapat terjadi anoreksia, mual dan muntah. Demam dapat tinggi pada anak kecil namun dapat pula tidak ditemukan pada 30% kasus. Seluruh atau sebagian membran timpani secara khas menjadi merah dan menonjol dan pembuluh – pembuluh darah di atas membran timpani dan tangkai maleus berdilatasi dan menjadi menonjol. Secara singkatnya dapat dikatakan terdapat abses telinga tengah.2,4,5

6

Genetik, infeksi, imunologi dan lingkungan merupakan faktor presdiposisi pada anak-anak untuk terkena infeksi telinga. Pada banyak kasus pencetus OMA disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas yang mengakibatkan kongesti, edema dari mukosa nasalis, nasofaring dan tuba Eustachius. Sumbatan dari isthmus tuba auditiva akibat dari penimbunan secret dari telinga tengah: hasil perlawanan tubuh terhadap bakteri atau virus yang berupa nanah sebagai penyebab utama OMA. Perluasan radang atau infeksi

dari

hidung

atau

nasopharing

kedalam

cavum

tympani

dimungkinkan akibat ada hubungan langsung hidung dan cavum tympani melalui tuba Eustachius serta persamaan jenis mukosa antara kedua tempat tersebut. Pembengkakan pada jaringan sekitar saluran tuba Eustachius dapat menyebabkan sekret yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah berkumpul di belakang gendang telinga. Jika sekret dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami sekitar 24 db (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 db (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang banyak tersebut dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.2,4,5 Pada anak lebih mudah terserang OMSA dibanding orang dewasa karena beberapa hal :  System kekebalan

tubuh

anak

masih

dalam

perkembangan.

Saluran Eustachius pada anak masih lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek bila dibandingkan dengan orang dewasa sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.  Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara Eustachius sehingga adenoid yang besar mengganggu terbukanya tuba Eustachius. Selain itu

7

tuba Eustachius sendiri dapat terinfeksi dimana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat tuba Eustachius. VI.

MANIFESTASI KLINIS Perubahan mukosa tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi menjadi 5 stadium:1,4,5 1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius. Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran tympani akibat terjadinya tekanan negatif dalam telinga tengah, akibat absorbsi udara, hal ini diakibatkan oleh adanya radang di mukosa hidung dan nasofaring karena infeksi saluran nafas atas berlanjut ke mukosa tuba Eustachius. Akibatnya mukosa tuba Eustachius mengalami edema yang akan menyempitkan lumen tuba Eustachius. Keadaan ini mengakibatkan fungsi tuba Eustachius terganggu (fungsi ventilasi dan drainase). Gangguan fungsi ini antara lain menyebabkan pemberian oksigen kedalam cavum tympani berkurang (hipotensi), menjadi kurang dari 1 atm dan disebut vakum. Kondisi vakum selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan pada mukosa tympani, berupa:  Peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler dan limfe.  Peningkatan permeabilitas dinding sel.  Terjadinya proliferasi sel kelenjar mukosa. Perubahan yang terjadi pada mukosa cavum tympani tersebut, mengakibatkan terjadinya perembesan cairan kedalam cavum tympani (transudasi). Keadaan ini disebut sebagai Hidrops ex vacuo. Kadangkadang membrane tympani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Dimana gangguan telinga yang dirasakan akibatnya vacuum hydrops ex vacuo. Keluhan yang dirasakan: telinga terasa penuh (seperti kemasukan air), pendengaran terganggu, nyeri pada telinga (otalgia), tinnitus. Pada pemeriksaan otoskopi didapat gambaran membrane tympani berubah menjadi retraksi/tertarik ke medial (dengan tanda-tanda) lebih cekung, brevis lebih menonjol, manubrium mallei lebih horizontal dan

8

lebih pendek, plika anterior tidak tampak lagi dan refleks cahaya hilang atau berubah.

Gambar 3. Pembengkakan akibat inflamasi pada pembukaan tuba Eutachius12

2. Stadium Hiperemis. Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran tympani atau seluruh membran tympani tampak hiperemis serta edema secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serousa sehingga masih sukar terlihat.

Gambar 4. Membran tympani tampak hiperemis akibat obstruksi/ engorgement pembuluh darah sirkumfrensial dan manburial12 3. Stadium Supurasi (Bombans). Edeme yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum

9

tympani, menyebabkan membran tympani menonjol (bulging) kearah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, seerta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di cavum tympani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan sub mukosa. Nekrosisi ini pada membrane tympani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan kekuningan. Ditempat ini akan terjadi ruptur. Pada orang dewasa biasanya datang dengan keluhan otalgia hebat, pada penderita bayi dan anak rewel dan gelisah, demam tinggi dan ISPA yang disertai biasanya masih ada. Pada pemeriksaan otoskopi: pada meatus akustikus externus tidak didapatkan sekret, membrane timpani tampak hiperemis, cembung kearah lateral (bombans), Terkadang tampak adanya pulsasi (keluar nanah dari lubang perforasi sesuai dengan denyutan nadi.

Gambar 5. Membran tympani yang yang tegang dan menonjol menunjukkan ada pus yang akan memberi tekanan pada daerah tersebut (yellow nipple) sehingga nanti akan menjadi titik terjadinya perforasi.12 4. Stadium Perforasi. Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau virulensi kuman yang tinggi, maka terjadi ruptur membran tympani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar, akibatnya nyeri yang dirasakan penderita berkurang. Selain itu disebabkan oleh tekanan yang tinggi pada cavum tympani akibat 10

kumpulan mucous, akhirnya menimbulkan perforasi pada membrane tympani. Keluhan yang di rasakan sudah banyak berkurang, karena tekanan di cavum tympani sudah banyak berkurang, selain itu keluar cairan dari telinga, penurunan pendengaran dan keluhan infeksi saluran nafas atas masih di rasakan, pada pemeriksaan otoskopi meatus externus masih didapati banyak mukopus dan setelah dibersihkan akan tampak membrane tympani yang hiperemis dan perforasi paling sering terletak di sentral.

Gambar 6. Perforasi membran tympani dengan pelepasan pus12 5. Stadium Resolusi Bila membran tympani tetap utuh, maka keadaan membran tympani berlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkuran dan mongering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. Pada stadium ini kebanyakan yang masih dirasakan adanya gangguan pendengaran, keluhan sebelumnya sudah tidak dirasakan lagi. Pada pemeriksaan otoskopi meatus akustikus externus bersih dari sekret, membran tympani tidak tampak lagi, warnanya sudah kembali lagi seperti mutiara, yang masih tampak adalah perforasi pars tensa. VII.

DIAGNOSIS Diagnosis OMSA ditegakkan dengan ditemukannya gejala – gejala dan tanda klinik yang didapat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pada telinga tengah terutama membran timpani, serta pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan bakteriologik dan radiologik.

11

Dari anamnesis akan didapatkan gejala dari OMSA antara lain berupa nyeri pada telinga, demam, malaise, dan kadang – kadang nyeri kepala disamping nyeri telinga. Gejala klinik yang tampak tergantung pada umur penderita dan stadium klinik dari OMSA itu sendiri. Bila OMSA didapatkan pada anak – anak, keluhan utama yang didapat adalah berupa rasa nyeri dalam telinga dengan adanya riwayat batuk dan pilek sebelumnya dan suhu tubuh penderita dapat meningkat. Khusus pada bayi dan anak kecil dapat terjadi anoreksia dan kadang – kadang mual dan muntah. Demam dapat tinggi pada bayi dan anak kecil sampai 39,5oc (pada stadium supurasi), namun dapat pula tidak ditemukan pada 30% kasus. Anak bisa menjadi gelisah dan sukar tidur, tiba – tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang – kejang dan kadang – kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang. Seluruh atau sebagian membran timpani secara khas menjadi merah dan dan menonjol, dan pembuluh – pembuluh darah di atas membran timpani dan tangkai maleus berdilatasi dan menjadi menonjol. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, di samping rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Bila disertai perforasi, gejala klinik yang ada akan membaik. Pada anak – anak dapat dinyatakan dengan keluhan ibu penderita melihat bercak kuning pada bantal anaknya dan suhu tubuh dapat turun, serta anak dapat tidur dengan tenang. 4,5,8 VIII. DIAGNOSIS BANDING 9 Otitis eksterna IX.

PENATALAKSANAAN Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk

12

ini diberikan obat tetes hidung. HCI efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCI efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi. 1,8 Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. 1 Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB per hari, dibagi dalam 4 dosio. atau amoksisilin 40 mg/kg BR/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kg BB/hari. Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotika, harus

disertai

idealnya

dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh.

Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.1 Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat sekret keluar secara berdenyut (pulsasi). Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari. 1 Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa telinga ter.gah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis. Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari

13

telinga tengah lebih dari 3 minggu, maka-keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut.1,8 Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis (OMSK). Pada pengobatan OMA terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kegagalan terapi. Resiko tersebut digolongkan menjadi risiko tinggi kegagalan terapi dan risiko rendah. Evakuasi Mukopus dilakukan dengan miringotomi. Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani , agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Istilah ini sering dikacaukan dengan parasintesis, dimana parasintesis adalah pungksi membran timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik (dengan semprit atau jarum khusus) 1,4,8 Miringotomi

merupakan

tindakan

pembedahan

kecil

yang

dilakukan dengan syarat tindakan terseebut harus secara a-vue(dilaihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai, sehingga membran timpani dapat terlihat dengan baik. Lokasi miringotomi adalah di kuadran postero-inferior. 1 Komplikasi miringotomi: •

Pendarahan akibat trauma pada liang telinga luar



Dislokasi tulang pendengaran



Trauma pada fenestra rotundum



Trauma pada n. fasialis



Trauma pada bulbus jugulare Mengingat kemungkinan komplikasi itu, maka dianjurkan untuk

melakukan miringotomi dengan narkose umum dan memakai mikroskop Tindakan miringotomi dengan memakai mikroskop, selain aman, dapat juga untuk menghisap sekret dari telinga tengah sebanyak – bayanknya. Hanya dengan cara ini biayanya lebih mahal. 1

14

X.

PROGNOSIS Prognosis pada OMA baik bila diberikan terapi yang adekuat, yaitu berupa antibiotik yang tepat dan dosis cukup. Infeksi pada telinga bisa dirawat dan sembuh tapi bisa juga berulang. 8,11

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI, 2007. h. 64-77 2. Shiel WC. Middle Ear Infection or Inflammation (Otitis Media). [online]. 2011.

[cited

2012

October

22].

Avalaible

from:

http://www.medicinenet.com/ear_infection/article.htm 3. Ganfyd. Acute Suppurative Otitis Media. [online]. 2009. [cited 2012 October

22].

Avalaible

from:

http://www.ganfyd.org/index.php?

title=Acute_suppurative_otitis_media 4. Rowe SD. Acute Suppurative Otitis Media. Official Journal of The American Academy of Pediatrics. 1975; 56 : 285-294 5. Donaldson DJ. Acute Otitis Media. [online]. 2011.[cited 2012 October 23]. Avalaible from: http://emedicine.medscape.com/article/859316-overview 6. Alberti PW. The Anatomy and Physiology of The Ear and Hearing. In: Otologic Medicine and Surgery. Volume 2. Churchill Livingston, 1988, 5362. 7. Virginia University Class. The Ear and Hearing.[online]. 2010. [cited 2012 October

23].

Avalaible

from

:

http://galileo.phys.virginia.edu/classes/304/pix.htm 8. Ransome J. In Acute Suppurative Otitis Media and Acute Mastoiditis. Chapter 13: Sign and symptoms. 2011 9. Garbutt J. Standard Treatment Guidelines of Acute Otitis Media. [online]. 2007.

[cited

2012

October

24].

Available

from

:

http://www.mohfw.nic.in/NRHM/STG/PDF%20Content 10. Marcos V, Goycoolea J. Chapter 31 : Complications of Suppurative Otitis Media. In Diseases of The Ear. 2011 11. Kaneshiro NK. Ear Infections (Acute). [online]. 2012. [cited 2012 October 24].

Avalaible

from:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000638.htm 12. Al-Zubiadi AA. Acute Otitis Media. In : Lecture in Otolaryngology. Faculty of Medicine, Unversity of Kufa. 2011.

16

Related Documents

Referat Omsa
January 2021 2
Referat Tht Omsa
January 2021 0
Lapkas Omsa
January 2021 1
Lapsus Omsa Cik Yen
January 2021 1
Lapsus Omsa Angel.ppt
January 2021 1

More Documents from "JOLANDA ANGELIN"