Tipe Respon Hewan

  • Uploaded by: Nabila Tgp
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tipe Respon Hewan as PDF for free.

More details

  • Words: 2,501
  • Pages: 14
Loading documents preview...
LAPORAN EKOLOGI HEWAN TIPE RESPON HEWAN

OLEH: Kelompok : 2B Anggota : 1. 2. 3. 4. 5. Asisten : 1. 2.

Atiqa Zhafira SR Silvy Rizka Putri Nabila Tsoerayya GP Fitri Anita Firham Yasra Sulis Setiawati Prilly Neza Pricillia

(1410422024) (1410422026) (1410422028) (1410422032) (1410422036)

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2015

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ekologi adalah cabang ilmu Biologi yang mempelajari hubungan timbal balik atau interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Lingkungan adalah semua unsur dan elemen-elemen yang beradap diluar mahluk hidup yang mempengaruhi kehidupan organisme tersebut. Ekologi juga dapat diartikan sebagaik keadaan baik buruknya lingkungan abiotik yang nantinya akan mempengaruhi lingkungan biotik (Odum,1993). Ekologi, terdapat banyak spek yang akan dilihat. Sehingga untuk memudah kan mempelajari ekologi, ekologi dibagi menjadi beberapa bidang. menurut bidang kajiannya yaitu Autoteknologi, yakni ekologi yang mempelajari suatu spesies atau jenis organisme yang berinteraksi dengan lingkungannya. Biasanya ditentukan oleh aspek tempat hidupnya, adaptasi terhadap lingkungannya, sifat parasitis atau non parasitis, Autoteknologi yang mempelajari suatu spesies atau jenis organisme yang berinteraksi dengan lingkungannya. Biasanya ditentukan oleh aspek tempat hidupnya, adaptasi terhadap lingkungannya, sifat parasitis atau non parasitis, dan Sin teknologi ekologi yang mengkaji sekelompok atau kelompok organisme sebagai satu kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Contohnya ekologi populasi, ekologi komunitas, ekologi ekosistem akan terjadi rantai makanan, dan rantai energi. Menurut habitat (tempat tinggal), dan menurut taksonominya (tumbuhan, hewan, dan mikroba). Ekosistem terbagi menjadi tiga yaitu tumbuahn, ekosistem autotrof, hewan, konsumen, togotrof, dan dekomposer atau sapropof (bakteri dan jamur) (Pratiwi, et al.,2007). Pengkajian prilaku merupakan ilmu yang relatif baru, dan cenderung lebih deskriptif serta tidak begitu meyakinkan secara analitis daripada cabang-cabang lain. Salah satu bahaya menganalisis pola-pola aktivitas hewan lain adalah kecenderungan seorang peneliti untuk menyamakan aksi-aksi yang mirip dengan motif, keinginan, dan tujuan manusia. Hal ini terutama krusial dalam hal tujuan, di mana kita sama

sekali tak punya kemampuan untuk menentukan apa yang sebenarnya diinginkan hewan ketika menjalani serangkaian aktivitas. Intensitas dari dalam yang mendorong hewan untuk melakukan sesuatu , adapun sifatnya disebut dorongan (drive). Etologi, pengkajian perbandingan prilaku dari prespektif evolusioner, sering kali berkaitan dengan tingkah laku. Tingkah laku itu dimodifikasi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor yang ada di lingkungan. Tingkah laku ini sering kali disebut insting. (George, 2005). Hewan dan tumbuhan memiliki ciri yang membuat mereka berbeda, hewan mempunyai daya gerak, cepat tanggap terhadap rangsang eksternal, tumbuh mencapai besar tertentu, memerlukan makanan dalam bentuk kompleks dan jaringan tubuhnya lunak. Setiap individu, baik pada hewan yang uniseluler maupun pada hewan yang multiseluler, merupakan suatu unit. Hewan itu berorganisasi, berarti setiap bagian dari tubuhnya merupakan subordinate dari individu sebagai keseluruhan, baik sebagai bagian satu sel maupun seluruh sel.Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu stimulus dari luar. Reseptor diperlukan untuk mendeteksi stimulus itu, syarat diperlukan untuk mengkoordinasikan respon dan efektor itulah yang sebenarnya melakukan aksi. Perilaku dapat juga terjadi sebagai akibat stimulus dari dalam. Lebih sering terjadi, perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan stimulus dari luar dan dalam (Pramudiyanti, 2009). Oleh sebab itu, dilakukan percobaan pengamatan perilaku hewan pada beberapa rangsangan yang diberikan baik dipengaruhi dari faktor internal maupun faktor eksternal. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui respon dari berbagai rangsangan yang diberikanpada makhluk hidup (cahaya, gravitasi dan arus). II. TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu yang mempelajari tentang pola perilaku hewan disebut ethologi. Perilaku pada hewan dapat dibagi kedalam tiga unsur yaitu tropisme, taksis, refleksi, insting, belajar dan menalar. Taksis yang merupakan suatu bentuk sederhana dari tingkah laku hewan bagi penyesuaian terhadap keadaan lingkungan, menunjukkan seperti apa hewan akan menunjukkan suatu orientasi karena adanya rangsangan (Suin, 1989). Para ethologi mencatat bahwa stimulus yang membebaskan pola aksi tertentu umumnya menonjolkan kemunculan atau perilaku anggota lain spesies mereka sendiri, dan mereka dapat menunjukkan bagaimana bentuk penting komunikasi hewan dapat ditengahi dengan pola aksi tertentu yang sedikit sederhana. Salah satu pengmatan mengenai komunikasi dilakukan oleh Karl von Frisch. Ia mengamati tarian

yang

dilakukan

lebah

dalam

berkomunikasi.

Setelah

itu,

Lorenz

mengembangkan teori menarik dari evolusi komunikasi binatang berdasarkan pada pengamatannya terhadap alam pola aksi tertentu dan keadaan yang mana hewan memancarkannya (Widiastuti, 2002). Suatu rangsang yang diberikan biasanya merupakan bagian dari faktor abiotik yang menentukan keberadaan dan kepadatan populasi hewan-hewan tanah tersebut. Taksis adalah suatu bentuk sederhana dari respon hewan terhadap stimulus dengan bergerak secara otomatis langsung mendekati atau menjauh dari atau pada sudut tertentu terhadapnya atau dalam proses penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungannya (Suin, 1989). Suatu rangsangan tingkah laku (iritabilitas) suatu organisme disebut juga daya menanggapi rangsangan. Daya ini memungkinkan organisme menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungannya. Pada beberapa organisme terdapat sel-sel, jaringan atau organ-organ yang berdiferensiasi khusus. Pada organisme yang bergerak, tanggapan terhadap rangsangan disebut refleks. Suatu gerak taksis pada organisme yang diberikan rangsangan akan bergerak menjauhi atau mendekati rangsangan (Michael, 1994).

Taksis adalah suatu gerakan hewan menuju atau menjauhi suatu rangsangan yang terjadi. Taksis dibagi menjadi dua berdasarkan arah orientasi dan pergerakan, yaitu taksis positif dan taksis negatif. Taksis menurut macam rangsangannya juga dibedakan menjadi fototaksis (rangsangan cahaya), rheoaksis (rangsangan terhadap arus air), kemotaksis (rangsangan terhadap bahan kimia) dan geotaksis (rangsangan terhadap kemiringan tempat) (Michael, 1994), Fototaksis adalah gerak taksis yang terjadi disebabkan oleh adanya rangsangan dari sumber cahayanya. Rheotaksis adalah gerak taksis yang terjadi disebabkan oleh adanya arus air pada suatu tempat. Geotaksis adalah gerak taksis yang terjadi karena adanya kemiringan suatu tempat. Kemotaksis adalah gerak taksis yang terjadi karena adanya zat kimia. Suatu gerak taksis dikatakan taksis positif jika respon yang terjadi adalh menuju atau mendekati rangsangan, sedangkan taksis negatif jika respon yang terjadi adalah menjauhi rangsangan (Virgianti, 2005). Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu stimulus dari luar. Reseptor diperlukan untuk mendeteksi stimulus itu, syarat diperlukan untuk mengkoordinasikan respon dan efektor itulah yang sebenarnya melakukan aksi. Perilaku dapat juga terjadi sebagai akibat stimulus dari dalam. Lebih sering terjadi, perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan stimulus dari luar dan dalam (Pramudiyanti, 2009). Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu stimulus dari luar. Reseptor diperlukan

untuk

mendeteksi

stimulus

itu,

syarat

diperlukan

untuk

mengkoordinasikan respon dan efektor itulah yang sebenarnya melakukan aksi. Perilaku dapat juga terjadi sebagai akibat stimulus dari dalam. Lebih sering terjadi, perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan stimulus dari luar dan dalam. Cacing tanah menyukai lingkungan yang lembab dengan bahan organik yang berlimpahan dan banyak banyak kalsium yang tersedia. Akibatnya, cacing tanah terdapat paling melimpah dalam tanah berstruktur halus dan kaya bahan organik dan

tidak terlalu asam. Cacing tanah pada umumnya membuat liang dangkal dan hidup mencerna bahan organik yang terdapat didalam tanah (Adianto,2004). Perilaku cacing tanah dengan membuat liang yang dangkal merupakan respon terhadap rangsang cahaya. Kelangsungan hidup suatu mahkluk hidup tergantung pada kemampuannya dalam menanggapi rangsang dan bagaimana organisme (cacing tanah) tersebut menyesuaikan diri terhadap lingkungannya (Odum, 1993). Secara sistematis, cacing tanah bertubuh tanpa kerangka yang tersusun oelh segmen-segmen (Norafiah,2005). Pontoscolex corethurus mempunyai mukus yang dikeluarkan oleh usus sebanyak 16 % perberat kering tubuh yang dapat menstimulasi pertumbuhan mikroflora sehingga dapat mendegradasi materi organik tanah menjadi bentuk yang lebih sederhana dan mudah dicerna. Berdasarkan penelitian, inokulasi cacing tanah Pontoscolex corethurus dapat memperbaiki kondisi fisika dan kimia tanah yang ditandai dengan meningkatnya permeabelitas, porositas serta kandungan unsur hara tanah (Adianto, 2004).

II.

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Tipe Respon Hewan ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 3 Maret 2016 di Laboratorium Pendidikan IV jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum Tipe Respon Hewan ini yaitu triplek ganda ukuran kertas HVS dengan engsel, cawan petri, kertas karbon, triplek penyangga dengan sudut 30o, 50 o, dan 70o, senter, kertas HVS, kertas milimeter, aquarium, dan stopwatch. Bahan yang digunakan yaitu cacing tanah (Pontoscolex corethurus), ikan pantau (Poecilia reticulata), tepung beras, dan air. 3.3 Cara Kerja 3.3.1 Rheotaksis Disediakan aquarium dan diletakkan didekat air yang mengalir. Aquarium dimiringkan dan diisi dengan air hingga air melimpah. Matikan kran air, kemudian Poecilia reticulata dimasukkan sebanyak 20 ekor secara bersamaan dan hidupkan air kembali. Amati pergerakkan dari Poecilia reticulata tersebut. lakukan beberapa kali pengulangan. 3.3.2

Fototaksis

Disediakan cawan petri, senter, kertas karbon , dan dua ekor Pontoscolex corethurus dengan ukuran sama besar. Tutup sebagian cawan petri dengan kertas karbon dan sebagiannya lagi dibiarkan terbuka. Letakkan dua ekor Pontoscolex corethurus didalam cawan petri dengan posisi ditengah-tengah antara bagian yang gelap dan bagian yang gelap. Berikan cahaya dari atas dengan senter. Amati arah perpindahan Pontoscolex corethurus antara bagian yang gelap atau bagian yang terang dan catat waktu pada saat Pontoscolex corethurus sudah berpindah tempat. Lakukan dengan tiga kali pengulangan. 3.3.3

Geotaksis

Disediakan triplek ganda dengan engsel, sudut penyangga, tepung, dan lima ekor cacing. Letakkan sudut penyangga 30o , 50 o, 70

o

pada triplek ganda. Tutupi

permukaan triplek tersebut dengan kertas HVS dan taburi kertas HVS dengan tepung secara merata. Pada permukaan kertas yang sudah ditaburi dengan tepung beras dibagi menjadi empat kuadran. Letakkan lima ekor Pontoscolex corethurus. ditengah-tengah kuadran. Tunggu dan catat waktu pada saat Pontoscolex corethurus jatuh kebawah. Amati arah dan dikuadran mana Pontoscolex corethurus tersebut jatuh. Lakukan tiga kali pengulangan pada setiap sudut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari Praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil sebagai berikut : 4.1 Fototaksis Tabel 1. Hasil pengamatan fototaksis pada Pontoscolex corethurus Pengulangan ke Waktu Arah Pergerakan Pengulangan ke-1 Pontoscolex 1 (47 Detik) Menjauhi cahaya Pontoscolex 2 (2 Menit 24 Detik) Menjauhi cahaya Pengulangan ke-2 Pontoscolex 1 (2 Menit 35 Detik) Menjauhi cahaya Pontoscolex 2 (1 Menit 8 Detik) Menjauhi cahaya Dari tabel 1 didapatkan hasil bahwa Pontoscolex corethurus akan menjauhi arah datangnya cahaya ke arah petridis yang gelap, yaitu ke arah petridis yang tertutup kertas karbon. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa

cacing akan menjauhi cahaya. Berdasarkan literatur, Pontoscolex corethurus akan menjauhi cahaya dan bergerak menuju tempat yang lebih gelap dan tidak terkena cahaya, karena cacing pada habitat aslinya berada pada tempat yang lembab dan gelap seperti di liang tanah untuk mencari unsur hara yang ada didalamnya. Pontoscolex corethurus menyukai lingkungan yang lembab dengan bahan organik yang berlimpahan dan banyak banyak kalsium yang tersedia. Akibatnya, Pontoscolex corethurus terdapat paling melimpah dalam tanah berstruktur halus dan kaya bahan organik dan tidak terlalu asam. Pontoscolex corethurus pada umumnya membuat liang dangkal dan hidup mencerna bahan organik yang terdapat didalam tanah (Michael,1994).

4.2 Geotaksis Tabel 2. Hasil pengamatan geotaksis pada Pontoscolex corethurus Cacing Ke Sudut Waktu Arah Kemiringan 1 30O 4 Menit 46 Detik Menuju gravitasi O 50 4 Menit 13 Detik Menuju gravitasi O 70 12 Menit 24 Menuju gravitasi Detik 2 30O 5 Menit 39 Detik Menuju gravitasi 50O 4 Menit 31 Detik Menuju gravitasi O 70 12 Menit 24 Menuju gravitasi Detik O 3 30 2 Menit 29 Detik Menuju gravitasi O 50 4 Menit 31 Detik Menuju gravitasi O 70 1 Menit 29 Detik Menuju gravitasi 4 30O 11 Menit 3 Detik Menuju gravitasi O 50 2 Menit 29 Detik Menuju gravitasi O 70 1 Menit 12 Detik Menuju gravitasi O 5 30 2 Menit 20 Detik Menuju gravitasi O 50 4 Menit 52 Detik Menuju gravitasi

70O 48 Detik Menuju gravitasi Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 2. didapatkan perbedaan waktu terhadap perbedaan sudut kemiringan. Terdapat beberapa kesalahan dalam pengamatan waktu yang membuat hasil pengamatan tidak sesuai dengan literatur. Pontoscolex corethurus seharusnya memiliki waktu yang lebih lama untuk menuju ke bagian bawah papan pada sudut yang landai, yaitu 30 O ,dan membutuhkan waktu yang singkat untuk sudut yang lebih terjal, yaitu 70O. Geotaksis adalah gerak taksis yang terjadi karena adanya kemiringan suatu tempat. Berdasarkan hasil pengamatan, cacing melakukan gerakan geotaksis positif karena secara umum

cacing tersebut selalu membuat liang dalam tanah untuk

berlindung dan didukung dengan bentuk tubuhnya yang memiliki mukus dan besegmen agar mudah membuat liang tanah. Cacing tanah bertubuh tanpa kerangka yang tersusun oleh segmen-segmen (Widiastuti,2002). Pontoscolex corethurus mempunyai mukus yang dikeluarkan oleh usus sebanyak 16% perberat kering tubuh yang dapat menstimulasi pertumbuhan mikroflora sehingga dapat mendegradasi materi organik tanah menjadi bentuk yang lebih sederhana dan mudah dicerna. Berdasarkan penelitian, inokulasi cacing tanah Pontoscolex corethurus dapat memperbaiki kondisi fisika dan kimia tanah yang ditandai dengan meningkatnya permeabelitas, porositas serta kandungan unsur hara tanah (Adianto,2004). 4.3 Rheotaksis Tabel 3. Hasil pengamatan Rheotaksis pada Poecilia reticulata Pengulangan + i ia 1 √ 2 √ 3 √ 4 √ 5 √ 6 √ 7 √ 8 √ 9 √

10 √ Dari hasil pengamatan, didapatkan hasil bahwa Poecilia reticulata termasuk kepada jenis rheotaksis positif karena dapat melawan aus air. Hal ini dikarenakan bentuk tubuhnya yang kecil sehingga dapat bergerak dengan cepat (stream line) dan dapat melawan arus. Pada air yang sudah berisi Poecilia reticulata didalam aquarium tersebut dimiringkan dengan cepat dan terlihat bahwa pergerakan Poecilia reticulata melawan arus air yang mengalir kebawah. Ada beberapa Poecilia reticulata yang berada di bawah karena arus yang berada diatas mengalir lebih kuat. Energi menjadi sumber kekuatan ikan untuk melawan arus air, apabila energi ikan untuk melawan arus air sudah habis, maka ikan pergi ketempat yang berarus

tenang untuk

beristirahat dan ada juga ikan yang terbawa arus. Poecilia reticulata merupakan kelas pisces yang termasuk ke dalam tipe nekton, hal ini dikarenakan kemampuannya untuk melawan arus air. Ikan melakukan rheotaksis berguna untuk mencari sumber makanan, mencari sumber O2, dan untuk pertahanan supaya tidak jauh dari habitatnya. Aplikasi dari rheotaksis ini dalam kehidupan sehari-hari yaitu berguna pada saat memancing ikan, untuk pemasangan keramba ikan, dan berguna dalam ilmu renang. Menurut literatur terdapat beberapa tipe pergerakan dari suatu organisme diantaranya yaitu neuston adalah organisme yang hidup dipermukaan atas atau permukaa air. Peryphyton (teritip/sesil) organisme baik tumbuhan atau hewan yang hidupnya menempel pada benda lain hidup atau mati (contoh lumut dan tiram). Benthos adalah organisme baik hewan atau tumbuhan yang hidup didasar permukaan (kerang siput) epibentik tanah dasar. Inbentik dalam tanah. Nekton (ikan) semua organisme yang aktif bergerak dalam air (Pramudiyanti, 2009).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Tipe gerakan Rheotaksis dimana ikan Poecilia reticulata cendrung bergerak melawan arus Rheotaksis (+). Sebagian ada yang bergerak tidak melawan arus, Rheotaksis (-), da nada yang menetap tidak melawan arus ataupun mengikuti arus

2. Tipe gerakan geotaksis pada Pontoscolex corethurus cendrung menuju kebawah atau (+), walaupun cacing berusaha untuk merayap naik, tapi karena gaya gravitasi tubuh cacing cendrung turun. 3. Tipe gerakan Fototaksis Pontoscolex corethurus cendrung mengarah menjauhi cahaya (-).

5.2 Saran Pada praktikum selanjutnya diharapkan pada setiap objek percobaan dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dan memahami materi tentang objek yang akan dipraktikumkan sebelumnya.

Daftar Pustaka

Adianto. 2004. Pengaruh Inokulasi Cacing Tanah (Pontoscolex corethurus) Er Mull Terhadap Sifat Fisika Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna raelata) Varietas Walet, Jurnal Matematika dan Sains, 20 oktober 2010. George H, Fried, George H. 2005. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Michael, P.. 1994. Metode Penelitian untuk Ekologi Penelitian Ladang dan Laboratorium. UI Press. Jakarta. Odum, Eugene. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ketiga. UGM. Yogyakarta Pramudiyanti.2009. Biologi Umum. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Pratiwi, D.A. Sri Maryanti & Srikini. 2007. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga Suin, N.M., 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bandung : ITB Press. Virgianti, D.P. dan Hana A. P. 2005. Perdedahan Morsin Terhadap Perilaku Massa Prasapih Mencit. FMIPA. Bandung. Widiastuti, Endang L. 2002. Buku Ajar Fisiologi Hewan I. Universitas Lampung: Bandar lampung.

Related Documents

Tipe Respon Hewan
February 2021 2
Laporan Tipe Respon Hewan
February 2021 1
Tipe Respon Hewan.docx
February 2021 2
Respon Imun Terhadap Virus
February 2021 1
Ekologi - Tipe Ekosistem
January 2021 1
Makalah Mk. Ekologi Hewan
February 2021 1

More Documents from "jimmy fredik"

Tipe Respon Hewan
February 2021 2
Xlsx.xlsx
January 2021 8
Trauma Vaskuler
February 2021 2
Referat Kanker Ovarium
February 2021 1
Unilever
February 2021 3