Laporan Akhir Praktikum Nutrisi Ternak “analisis Proksimat”: Rasfeed (biji Kangkung)

  • Uploaded by: Bella Nurul Istiqomah
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Akhir Praktikum Nutrisi Ternak “analisis Proksimat”: Rasfeed (biji Kangkung) as PDF for free.

More details

  • Words: 7,148
  • Pages: 43
Loading documents preview...
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK “ANALISIS PROKSIMAT” Rasfeed (Biji Kangkung) Disusun Oleh: Kelompok : 1 Kelas : Fapet E M. Syaiful Rahman

20011013005

Muhammad Takwani 20011013006 Yessi Muhaerani

200110130034

Naufal Tri Wibowo

200110130104

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2014

KATA PENGANTAR Upaya untuk menghasilkan performa produksi yang tertinggi, ternak memerlukan nutrien. Nutrien ini dibutuhkan untuk hidup pokok dan berbagai produksi. Faktor yang harus diperhatikan adalah jumlah makanan yang diberikan, semakin banyak jumlah makanan yang dikonsumsi setiap hari, akan semakin memberikan kesempatan untuk menghasilkan produksi tinggi. Peningkatan produksi yang diperoleh dari konsumsi makanan yang lebih tinggi biasanya berkaitan dengan peningkatan efesiensi proses-proses produksi, sehingga proporsi untuk kebutuhan pokok menurun sedangkan produksi meningkat. Proses makan (feeding) adalah aktivitas yang komplek, yang meliputi mencari makanan, mengamati, pergerakan, aktifitas sensorik, memakan dan mencerna. Dalam saluran pencernaan makanan dan zat-zat makanan diserap dan dimetabolismekan. Semua proses ini dapat mempengaruhi konsumsi makanan dalam jangka pendek (short term basis). Namun demikian perlu diperhatikan bahwa, pada ternak dewasa kebutuhan pokoknya (berat tubuhnya) relatif konstan, walaupun makanan tersedia dalam libitum. Dengan demikian konsep jangka pendek - jangka panjang dalam mengontrol konsumsi harus diperhatikan. Walaupun sistem kontrol ini sama pada setiap jenis ternak, namun ada perbedaan antar spesies yang tergantung pada pada struktur dan fungsi saluran pencernaannya. Penyediaan bahan pakan pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang diperlukan oleh ternak. Pemilihan bahan pakan tidak akan terlepas dari ketersediaan zat makanan itu sendiri yang dibutuhkan oleh ternak. Untuk mengetahui berapa jumlah zat makanan yang diperlukan oleh ternak serta cara menyusun ransum, diperlukan pengetahuan mengenai kualitas dan kuantitas zat makanan. Secara garis besar jumlah zat makanan dapat dideterminasi dengan analisis kimia, seperti analisis proksimat dan analisis serat. Zat makanan dapat ditentukan

dengan analisis proksimat, dan terhadap pakan berserat analisis proksimat lebih dikembangkan lagi menjadi analisis serat.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……………………………..

i

DAFTAR ISI ……………………………………….

ii

DAFTAR TABEL………………………………….

iii

DAFTAR iv

LAMPIRAN

.............................................

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................... 1.2 Identifikasi Masalah .............................................. 1.3 Tuiuan Praktikum .................................................. 1.4 Waktu dan Tempat Praktikum ……………...…...

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Proksimat ................................................ 2.2 Analisis Kadar Air ............................................... 2.3 Analisis Kadar Abu .............................................. 2.4 Analisis Kadar Protein Kasar ............................... 2.5 Analisis Kadar Lemak Kasar ................................ 2.6 Analisis Kadar Serat Kasar ................................... 2.7 Analisis Kadar Energi Bruto .................................

III ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA 3.1 Air

3.1.1 Prinsip ................................................................. 3.1.2 Alat dan Bahan .................................................... 3.1.3 Prosedur Kerja ................................................... 3.2 Abu 3.2.1 Prinsip ................................................................ 3.2.2 Alat dan Bahan ................................................... 3.2.3 Prosedur Kerja ................................................... 3.3 Protein Kasar 3.3.1 Prosedur Kerja ................................................... 3.3.2 Alat .................................................................... 3.3.3 Zat Kimia .......................................................... 3.3.4 Prosedur Kerja .................................................. 3.4 Lemak Kasar 3.4.1 Prinsip ................................................................ 3.4.2 Alat dan Bahan ................................................... 3.4.3 prosedur Kerja .................................................... 3.5 Serat Kasar 3.5.1 Prinsip ................................................................ 3.5.2 Alat dan Bahan ................................................... 3.5.3 Zat Kimia ........................................................... 3.5.4 Prosedur Kerja ................................................... 3.6 Energi Bruto 3.6.1 Prinsip .............................................................. 3.6.2 Alat ................................................................... 3.6.3 Bahan ...............................................................

3.6.4 Prosedur Kerja ..................................................

IV IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Bahan ..................................................... 4.2 Hasil Pengamatan .................................................... 4.3 Pembahasan 4.3.1 Analisis Kadar Air ............................................... 4.3.2 Analisis Kadar Abu .............................................. 4.3.3 Analisis Kadar Protein Kasar ............................... 4.3.4 Analisis Kadar Lemak Kasar ................................ 4.3.5 Analisis Kadar Serat Kasar ................................... 4.3.6 Analisis Kadar Energi Bruto ................................. V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .............................................................. 5.2 Saran ........................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

1

Tabel Analisis Proksimat Bahan Pakan Raffeseed Menurut Literatur …........................................................................

2

Kandungan Zat Makanan dalam Raffeseed Berdasarkan Hasil Analisis Perhitungan di Laboratorium ……..............

DAFTAR LAMPIRAN

1. 2. 3. 4.

Perhitungan Analisis Kadar Air ............................ Perhitungan Analisis Kadar Abu .......................... Perhitungan Analisis Kadar Protein Kasar ........... Perhitungan Analisis Kadar Lemak Kasar ...........

5. Perhitungan Analisis Kadar Serat Kasar .............. 6. Perhitungan Analisis Kadar Energi Bruto ...........

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis

Proksimat

merupakan

suatu

metode

analisis

kimia

untuk mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau

pangan. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen lain dengan jumlah sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang dimaksud, itulah sebabnya mengapa hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang mendekati angka fraksi yang sesungguhnya. Sebagian besar, unsur pokok dalam bahan pangan terdiri dari lima kategori yaitu air, mineral, karbohidrat, lemak dan protein. Kelima kategori ini dibutuhkan untuk pertumbuhan, produksi, reproduksi dan hidup pokok pada manusia, termasuk hewan ternak. Makanan ternak berisi zat gizi dengan kandungan yang berbeda-beda karena itu tidak semua bahan makanan dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak. Pada dasarnya, analisis proksimat adalah mengidentifikasi kandungan zat makanan yang belum diketahui sebelumnya, menguji kualitas bahan yang telah diketahui dibandingkan dengan standarnya, mengevaluasi hasil formula ransum yang telah dibuat, dan merupakan dasar untuk analisis lebih lanjut. Cara ini dikembangkan dari Weende experiment station di Jerman oleh Henneberg dan Stocman pada tahun 1865, yaitu suatu metode analisis yang menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Cara ini dipakai hampir di seluruh dunia dan disebut “analisis proksimat”. Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya (Tilman, 1998).

1.2 Identifikasi Masalah 1. Berapa kadar air dalam bahan pakan Rasfeed? 2. Barapa kadar abu dalam bahan pakan Rasfeed? 3. Berapa kadar protein kasar dalam bahan pakan Rasfeed? 4. Berapa kadar lemak kasar dalam bahan pakan Rasfeed? 5. Berapa kadar serat kasar dalam bahan pakan Rasfeed? 6. Berapa kadar energi bruto dalam bahan pakan Rasfeed?

1.3 Tujuan Praktikum 1. Menentukan kadar air pada bahan pakan Rasfeed. 2. Menentukan kadar abu pada bahan pakan Rasfeed. 3. Menentukan kadar protein kasar pada bahan pakan Rasfeed. 4. Menentukan kadar lemak kasar pada bahan pakan Rasfeed. 5. Menentukan kadar serat kasar pada bahan pakan Rasfeed. 6. Menentukan kadar energi bruto pada bahan pakan Rasfeed. 1.4 Waktu dan Tempat Praktikum 1.4.1 Analisis Air Waktu : 16 Oktober 2014. Pukul 1.4.2

Tempat: Laboratorium Nutrisi Ternak. Analisis Abu Waktu : 16 Oktober 2014. Pukul

1.4.3

: 07.30 - 09.10 WIB.

: 07.30 - 09.10 WIB.

Tempat: Laboratorium Nutrisi Ternak. Analisis Protein Kasar Waktu : 30 Oktober 2014. Pukul

: 07.30 - 09.10 WIB.

Tempat: Laboratorium Nutrisi Ternak. 1.4.4

Analisis Lemak Kasar Waktu

: 16 Oktober 2014.

Pukul

: 07.30 - 09.10 WIB.

Tempat: Laboratorium Nutrisi Ternak. 1.4.5

Analisis Serat Kasar Waktu

: 23 Oktober 2014.

Pukul

: 07.30 - 09.10 WIB.

Tempat: Laboratorium Nutrisi Ternak. 1.4.6

Analisis Energi Bruto Waktu

: 23 Oktober 2014.

Pukul

: 07.30 - 09.10 WIB.

Tempat: Laboratorium Nutrisi Ternak.

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis proksimat Analisis proksimat merupakan metode yang tidak menguraikan kandungan nutrien secara rinci, namun berupa nilai perkiraan (Soejono, 1990). Metode ini dikembangkan oleh Henneberg dan Stockman dari Weende Experiment Station di Jerman pada tahun 1865 (Tillman et al., 1991). Analisis makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total, air total, lemak total, protein total dan karbohidrat total, sedangkan untuk kandungan mikronutrien difokuskan pada provitamin A (β-karoten) (Sudarmadji et al., 1996).

Istilah proksimat atau evalusi kimia mempunyai pengertian bahwa hasil analisis yang dilakukan

tidak menunjukan hasil yang sesungguhnya, tetapi

mempunyai nilai yang mendekati. Hal ini ini disebabkan karena komponen dari fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen lain yang jumlahnya sangat sedikit, yang seharusnya tidak masuk dalam fraksi yang dimaksud. Namun demikian analisis kimia ini adalah analisis yang relatif paling ekonomis dan datanya dapat dipercaya untuk di pertanggungjawabkan terutama keperluan praktis. Analisis proksimat memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai berikut :  Kelebihan : 1. Sensitivitas yang ekstrim. Banyak senyawa yang dapat dihitung pada bagian nagiannya per miliar (mcg’Kg sampel). 2. Murah. 3. Cepat. 4. Mudah disesuaikan.  Kekurangan : 1. Kompleksitas kerja. Banyak dari teknik-teknik yang lebih baru melibatkan peralatan yang rumit. 2. Preparsi sample. Kebanyakan sample membutuhkan preparsi yang baik sebelum sample-sampel dievaluasi kimia. 3. Ukuran sampel. Sampel harus kecil, oleh karana itu prosedur sampling harus hati-hatimdirencanakan untuk mempramosikan sampel yang bener-benar mewakili. 4. Tidak bisa mengidentifikasi vitamin. Selain empat kekurangan di atas, ada pula kekurangan spesifik pengujian dengan analisis proksimat, yaitu : a. Pada saat pengujian Protein Kasar , kandungan yang di hasilkan bukan hanya protein murni,karena analisis ini ikut terkandung NPN ( Non Protein Nitrogen ). Sebenarnya uji protein kasar ini

dimagsudkan untuk menguji kandungan nitrogen dalam kandungan protein,padahal sebenarnya yang mengandung nitrogen ini bukan hanya ada pada protein saja tetapi ada juga senyawa non protein yang terbawa dan ikut terhitung. b. Pada saat pengujian Lemak Kasar atau ekstrak eter , kelemahannya yaitu yang bisa terhitung hanya lemak nabati saja,jadi untuk menghitung lemak hewani diperlukan Asam kuat baru bisa terhitung. c. Pada serat kasar,kandungan yang terhitung malah terkurangi yakni kandungan lignin, selulosa dan selulosanya. Jadi jika pada pengujian protein kasar maupun lemak kasar ada kandungan senyawa lain yang ikut terhitung maka pada pengujian serat kasar ini malah kebalikannya yakni ada senyawa yang hilang sehingga tidak ikut terhitung. Analisis proksimat juga memiliki kepentigan yang besar dalam bidang petenakan, kepentingan itu antara lain : 1. Penilaian kualitas pakan atau bahan pakan, terutama atas standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. 2. Dasar untuk formulasi ransum. 3. Bagian dari prosedur untuk uji kecernaan. 4. Merupakan dasar untuk melanjutkan kepada analisis kimia lebih lanjut pada tingkat yang lebih akurat, terutama untuk keprluan penelitian yang lebih tajam (focus). 2.2 Analisis kadar air Perubahan

kadar

air

selama

pengeringan

bahan-bahan

yang

mengandung air tinggi akan menyebabkan perubahan bentuk, densitas dan porositas bahan. Perubahan bentuk dan ukuran ini mempengaruhi sifat-sifat fisik dan akhirnya juga berdampak pada berubahnya tekstur dan sifat transport (transport properties) produk yang dihasilkan (Soejono, M. 1990).

Salah satu perubahan fisik yang penting selama pengeringan adalah pengurangan volume eksternal bahan.

Kehilangan air dan pemanasan

menyebabkan tekanan terhadap struktur sel bahan diikuti dengan perubahan bentuk dan pengecilan ukuran.

Penyusutan bahan yang dikeringkan

mempunyai akibat negatif pada kualitas produk keringnya.

Perubahan

bentuk, pengurangan volume dan peningkatan kekenyalan atau kekerasan bahan adalah hal-hal yang kurang disukai konsumen. Keretakan bahan yang dikeringkan pengeringan.

adalah

fenomena

lain

yang

dapat

terjadi

selama

proses

Hal ini dapat terjadi bila penyusutan yang terjadi tidak

seragam dan laju pengeringan terlalu tinggi. Penyusutan telah dipelajari dengan cara pengukuran secara langsung menggunakan mistar atau mikrometer atau secara tak langsung dengan mengukur parameter yang terkait dengan penyusutan seperti porositas dan massa jenis salah satu perubahan fisik yang penting selama pengeringan adalah pengurangan volume eksternal bahan.

Kehilangan air dan pemanasan menyebabkan tekanan terhadap

struktur sel bahan diikuti dengan perubahan bentuk dan pengecilan ukuran. Penyusutan bahan yang dikeringkan mempunyai akibat negatif pada kualitas produk keringnya.

Perubahan bentuk, pengurangan volume dan peningkatan

kekenyalan atau kekerasan bahan adalah hal-hal yang kurang disukai konsumen. Keretakan bahan yang dikeringkan adalah fenomena lain yang dapat terjadi selama proses pengeringan. Hal ini dapat terjadi bila penyusutan yang terjadi tidak seragam dan laju pengeringan terlalu tinggi. Penyusutan telah dipelajari dengan cara pengukuran secara langsung menggunakan mistar atau mikrometer atau secara tak langsung dengan mengukur parameter yang terkait dengan penyusutan seperti porositas dan massa jenis (Soejono, M. 1990). Air merupakan zat makanan yang paling sederhana namun paling sukar penentuannya dalam analisis proksimat. Bahan pakan konsentrat pada umumnya berada pada kondisi kering udara atau sering disebut kondisi asfeed (Utomo et al.,

1999). Kadar air yang terdapat dalam bahan pakan terdapat dalam bentuk air bebas, air terikat lemah, dan air terikat kuat. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptabillity kesegaran, dan daya tahan bahan itu (Winarno, 2004). Komponen fraksi dari air diantaranya air, asan dan basa organik yang mudah menguap.

Kadar air (%) =

Berat sampel sebelum dioven−Berat sampel sesudah dioven Berat Sampel ( B− A)

x 100 %

2.3 Analisis abu Dalam banyak referensi mengenai makanan ternak, jarang sekali abu atau bahan organik dibahas secara mendalam. Komponen abu pada analisis proksimat tidak memberikan nilai makanan yang penting karena abu tidak mengalami pembakaran sehingga tidak menghasilkan energi. Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Meskipun abu terdiri dari komponen mineral, namun bervariasinya kombinasi unsur mineral dalam bahan pakan asal tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu (Soejono, M. 1990). Penentuan kadar abu berguna untuk menentukan kadar ekstra tanpa nitrogen. Disamping itu kadar dari abu yang berasal dari pakan yang berasal dari hewan dan ikatan yang dapat digunakan sebaga indeks untuk kadar kalsium (Ca). Fosfor (P), juga merupakan tahap awal penentuan berbagai mineral lain (Kamal, 1998). Komponen fraksi dari abu diantaranyamineral (Ca, P, Fe), oksida, dan karbonat. Kadar abu (%) =

C− A B− A

x 100%

2.4 Analisis protein kasar Nitrogen merupakan unsur penyusun protein, sehingga nitrogen dapat menunjukkan banyaknya protein yang terkandung dalam suatu bahan pangan. Kadar nitrogen yang diperoleh dikalikan 6,25 sebagai angka konversi menjadi protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen (Tillman, 1998). Prinsip dasar yang sama masih digunakan hingga sekarang, walaupun dengan modifikasi untuk mempercepat proses dan mencapai pengukuran yang lebih akurat. Metode ini masih merupakan metode standart untuk penentuan kadar protein. Karena metode Kjeldahl tidak menghitung kadar protein secara langsung, diperlukan faktor konversi (F) untuk menghitung kadar protein total dan kadar nitrogen (Tillman, 1998). Komponen fraksi protein kasar terdapat asam amino bebas, amine nitrat, glikosidayang mengandung N, vitamin B, asam nukleat, KCN, alkalois, dan urea. Kadar protein kasar (%)

=

v HCl x N HCl x 0.014 x 6,25 Berat Sampel

x 100 %

2.5 Analisis lemak kasar Istilah ekstrak eter dipakaiuntuk senyawa yang diperoleh dari ekstraksi bahan makanan denganmenggunakan pelarut lemak (Tillman, 1998). Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Satu sifat yang khas mencirikan golongan lipid (termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya eter, benzen, kloroform) atau sebaliknya ketidaklarutannya dalam pelarut air. Lemak secara kimiawi adalah

trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok lipid. Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Terdapat dua jenis asam lemak, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Lemak jenuh terdapat pada pangan hewani (Soejono, M. 1990). Kmponen fraksi lemak kasar terdiri dari lemak, minyak, malam, pigmen, klorofil, sterol, vitamin A, D, E, K, curcumin, dan karoten. Kadar lemak kasar (%)

=

C−D B− A

x 100 %

2.6 Analisis serat kasar Serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat selama 30 menit yang dilakukan di laboratorium. Dengan proses seperti ini dapat merusak beberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia tiap-tiap bahan yang membentuk dinding sel. Oleh karena itu serat kasar merendahkan perkiraan jumlah kandungan serat sebesar 80% untuk hemisellulosa, 50-90% untuk lignin dan 20-50% untuk sellulosa. (Piliang dan Djojosoebagio 2002) Selulosa dan hemiselulosa dapat dihidrolisis oleh mikroorganisme remen pada ruminansia menjadi VFA (Volatile Fatty Acid), gas metan (CH4), dan karbohidrat (CO2) serta melepaskan energi. Sedangkan lignin adalah bagian yang mengandung dari tanaman mengandungan subtansi kompleks yang tidak dapat dicerna. Penentuan kadar serat kasar berdasarkan pada SNI 01-2891-1992, yaitu ekstraksi sample dengan asam dan basa untuk memisahkan serat kasar dari bahan lainnya (Sudarmadji, 1996). Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan

asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar (Soejono, 1990). Komponen fraksinya adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin.

Kadar Serat Kasar (%)

=

berat residu−berat abu 100 berat sampel x 100−lk

x 100 %

2.7 Analisis energi bruto Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O 2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan dan bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung (Tillman, 1998). Energi total makanan adalah jumlah energi kimia yang ada dalam makanan, dengan mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diukur jumlah panas yang dihasilkan. Panas ini diketahui sebagai sumber energi total atau panas pembakaran dari makanan, bomb kalorimeter digunakan untuk menentukan energi total dan sampel makanan dipijarkan dengan aliran listrik. Metode ini dipakai untuk energi total makanan dan produk ekskretori (Tillman, 1998). Energi bruto

=

T 2−T 1 berat sampel

x 2417

III ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Air 3.1.1

Prinsip Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven suhu 105 0C dalam

jangka tertentu

(3-24 jam) hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan

menguap. 3.1.2 Alat dan Bahan 1. Oven listrik berfungsi untuk mengeringkan alat dan bahan yang dalam keadaan basah. 2. Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang zat yang butuh ketelitian tinggi dalam skala kecil. 3. Cawan alumunium berfungsi untuk wadah sampel. 4. Eksikator berfungsi untuk mendinginkan bahan / wadah sebelum dilakukan penimbangan. 5. Tang penjepit berfungsi untuk menjepit cawan aluminium agar tangan tidak panas. 3.1.3 Prosedur Kerja 1. Keringkan Cawan alumunium dalam oven selama 1 jam pada suhu 100 1050 C. 2. Kemudian dinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang beratnya (Catat sebagai A gram). 3. Tambahkan ke dalam cawan alumunium tersebut sejumlah sampel/bahan lebih kurang 2-5 gram, timbang dengan teliti. Dengan demikian berat sampel/bahan dapat diketahui dengan tepat (Catat sebagai B gram). Bila menggunakan timbangan analitik digital maka dapat langsung diketahui berat sampelnya dengan menset zero balans, yaitu setelah berat alumunium diketahui beratnya dan telah dicatat, kemudian dizerokan sehingga penunjukan angka menjadi nol, lalu sampel langsung dimasukan ke dalam cawan dan kemudian timbang beratnya dan catat sebagai C gram. 4. Masukan cawan + sampel ke dalam oven selama 3 jam pada suhu 100 1050 C sehingga seluruh air menguap. (Atau dapat pula dimasukan dalam oven dengan suhu 60oC selama 48 jam).

5. Masukkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang. Ulangi pekerjaan ini dari tahap no 4 dan 5, sampai beratnya tidak berubah lagi. Catat sebagai D gram. 6. Setiap kali memindahkan cawan alumunium (baik berisi sampel atau tidak, gunakan tang penjepit). 3.2. Abu 3.2.1

Prinsip Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 6000 C selama

beberapa jam (6-8) jam sehingga seluruh unsur utama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan mineral. 3.2.2

Alat dan bahan

1. Cawan porselen 30 ml berfungsi sebagai wadah untuk reaksi kimia yang memerlukan suhu tinggi. 2. Pembakaran bunsen atau hot plate berfungsi untuk memanaskan larutan. Biasanya untuk larutan yang mudah terbakar,. 3. Tanur listrik berfungsi sebagai pemanas suhu tinggi, sekitar 10000C. 4. Eksikator berfungsi untuk mendinginkan bahan atau wadah sebelum dilakukan penimbangan dan juga untuk menyimpan bahan agar tetap dalam kondisi kering. 5. Tang penjepit berfungsi untuk menjepit crussible porselen dan memindahkannya kedalam tanur. 3.2.3 Prosedur kerja 1. Keringkan cawan porselen ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 100 1050 C. 2. Dinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang, catat sebagai A gram. 3. Masukkan sejumlah sampel kering oven 2 - 5 gram ke dalam cawan, catat sebagai B gram.

4. Panaskan dengan hot plate atau pembakar bunsen l sampai tidak berasap lagi. 5. Masukkan kedalam tanur listrik dengan temperatur 600 - 7000 C, biarkan beberapa lama sampai bahan berubah menjadi abu putih betul. Lama pembakaran sekitar 3 – 6 jam. 6. Dinginkan dalam eksikator kurang lebih 30 menit dan timbang dengan teliti, catat sebagai C gram) 7. Hitung kadar abunya. 3.3

Protein Kasar

3.3.1 Prinsip Penetapan nilai protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini didasarkan pada penentuan kandungan nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kandungan nitrogen dikalikan angka konversi 6,25 sebagai angka konversi menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen (perbandingan protein : nitrogen = 100 : 16 = 6,25 : 1 ). 3.3.2 Alat 1. Labu Kjeldahl 300 ml digunakan pada proses destruksi protein atau analisa protein dengan menggunakan metode Kjeldahl. 2. Satu set alat destilasi berfungsi untuk memisahkan larutan kedalam masing-masing komponennya. 3. Erlenmeyer 250 cc berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan dan memanaskan larutan. 4. Buret 50 cc skala 0,1 ml berfungsi untuk mengukur pada proses titrasi 5. Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang zat yang butuh ketelitian tinggi dalam skala kecil. 3.3.3

Zat Kimia

1. Asam sulfat pekat berfungsi untuk memisahkan sampel dari Nitrogen, merubah senyawa kompleks menjadi sederhanaAsam Chorida (yang sudah diketahui normalitasnya). 2. Natrium Hydroxsida 40%.

3. Katalis campuran (yang dibuat dari CuSO4.5H20 dan K2SO4 dengan perbandingan 1:5) berfungsi untuk mempercepat reaksi tanpa ikut terlarut. 4.

Asam Borax 5% berfungsi untuk menangkap amonia. 5. Indikator campuran (brom cresolgreen: Methyl merah = 4:5 . sebanyak 0,9 gram campuran dilarutkan dalam alkohol 100 ml). 3.3.4

Prosedur kerja

Destruksi 1. Timbang contoh sampel kering oven sebanyak  1 gram (Catat sebabai A gram) 2. Masukkan ke dalam labu Kjeldhal dengan hati – hati, dan tambahkan 6 gram katalis campuran. 3.

Tambah 20 ml asam sulfat pekat 4. Panaskan dalam nyala api kecil di lemari asam. Bila sudah tidak berbuih lagi destruksi diteruskan dengan nyala api yang besar. 5. Destruksi sudah dianggap selesai bila larutan sudah berwarna hijau jernih, setelah itu dinginkan. Destilasi 1. Siapkan alat destilasi selengkapnya, pasang dengan hati – hati jangan lupa batu didih, vaselin dan tali pengaman 2. Pindahkan larutan hasil destruksi ke dalam labu didih, kemudian bilas dengan aquades senbanyak lebih kurang 50 ml. 3. Pasangkan erlenmeyer yang telah diisi asam borax 5 % sebanyak 15 ml untuk

menangkap gas amonia, dan telah diberi indikator campuran

sebanyak 2 tetes. 4. Basakan larutan bahan dari destruksi dengan menambah 40 - 60 ml NaOH 40 % melalui corong samping. Tutup kran corong segera setelah larutam tersebut masuk ke labu didih.

5.

Nyalakan pemanas bunsen dan alirkan air ke dalamran pendingin tegak. 6. Lakukan destilasi sampai semua N dalam larutan dianggap telah tertangkap oleh asam borax yang ditandai dengan menyusutnya larutan dalam labu didih sebanyak 2/3 bagian (atau sekurang-kurangnya sudah tertampung dalam erlenmeyer sebanyak 15 ml). Titrasi 1. Erlenmeyer berisi sulingan tadi diambil (jangan lupa membilas bagian yang terendam dalam air sulingan) 2. Kemudian titrasi dengan HCl yang sudah diketahui normalitasnya catat sebagai B, Titik titrasi dicapai dengan ditandai dengan perubahan warna hijau ke abu-abu. sampai catat jumlah larutan HCl yang terpakai sebagai C ml. 3.4 Lemak Kasar 3.4.1 Prinsip Memisahkan lemak dari bahan dengan cara melarutkan lemak (ekstraksi) dengan pelarut lemak (ether) selama 3-8 jam menggunakan alat sokhlet. Beberapa jenis pelarut dapat digunakan adalah khloroform, petroleum benzena, heksana, aseton. Lemak yang terektraksi akan terakumulasi dalam wadah labu sokhlet. Pelarut dipisahkan dari lemak dengan cara dipanaskan dalam oven 1050C. 3.4.2

Alat dan Bahan

1. Satu set alat soxhlet berfungsi untuk mengekstrak suatu senyawa. 2. Kertas saring bebas lemak berfungsi untuk menyaring larutan. 3. Kapas dan biji hekter berfungsi untuk menutup kertas selongsong dan di hekter. 4. Eksikator berfungsi untuk mendinginkan bbahan atau wadah sebelum dilakukan penimbangan dan juga untuk menyimpan agar tetap dalam kondisi kering.

5. Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang zat yang butuh ketelitian tinggi dalam skala kecil. 6. Kloroform untuk pelarut. 3.4.3 Prosedur kerja 1. Siapkan kertas saring yang telah kering oven (gunakan kertas saring bebas 2.

lemak) . Buatlah selongsong penyaring yang dibuat dari kertas saring, timbang dan catat beratnya sebagai A gram. Masukkan sampel sekitar 2 – 5 gram dalam selongsong kemudian timbang dan catat beratnya sebagai B gram. Tutup dengan kapas kemudian dihekter, lalu timbang dan catat beratnya

3.

sebagai C gram. Berat sampel = (B - A) gram. Selongsong penyaring berisi sampel dimasukkan ke dalam alat soxhlet. Masukan pelarut lemak (Kloroform) sebnayak 100 – 200 ml ke dalam labu didihnya. Lakukan ekktarksi (Nyalakan pemanas hot plate dan alirkan

4.

air pada bagian kondensornya). Ekstraksi dilakukan selama lebih kurang 6 jam. Ambil selongsong yang berisi sampel yang telah diekstraksi dan keringkan didalam oven selama 1 jam pada suhu 1050 C. kemudian masukan ke dalam eksikator 15 menit

5.

dan kemudian timbang, dan catat beratnya sebagai D gram. Kloroform yang terdapat dalam labu didih, dildestilasi sehinga tertampung di penampung sokhlet. Kloroform yang tertampung disimpan untuk digunakan kembali.

3.5 Serat Kasar 3.5.1

Prinsip Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemasakan

dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu. Untuk mendapatkan nilai serat kasar maka bagian yang tidak larut tersebut (residu) dibakar sesuai prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar.

3.5.2

Alat dan bahan

1. Gelas piala khusus 600 ml, berfungsi untuk wadah dari sisa ekstraksi lemak. 2. Cawan porselen 30 ml, berfungsi untuk tempat sampel. 3. Corong Buchner  4.5 cm, berfungsi untuk menyimpan dan dengan di panaskan pada labu penyaringan dan pipa penghisap. 4. Satu set alat pompa vakum, berfungsi sebagai alat penyaring. 5. Eksikator

berfungsi

untuk

mendinginkan

bahan/wadah

sebelum

penimbangan. 6. Kertas Saring bebas abu (Merek Whatman No 41), berfungsi untuk menyaring larutan. 7. Tanur listrik, berfungsi untuk penanuran bahan pakan/sampel. 8. Hot plate, berfungsi untuk memasak/memanaskan sampel. 9. Tang penjepit, berfungsi untuk menjepit/menggambil tabung reaksi / alat lainnya.. 10. Timbangan analitik, berfungsi untuk menimbang massa suatu zat . 3.5.3 Zat Kimia 1. H2SO4 1.25 % 2. NaOH 1.25 % 3. Aseton 4. Aquades panas 3.5.4

Prosedur kerja

1. Siapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm , catat sebagai A gram. 2. Siapkan cawan porselen kering oven.

3. Residu/sisa ekstraksi lemak masukkan kedalam gelas piala khusus sebanyak ± 1 gram, Catat sebagai B gram. 4. Tambah asam sulfat 1,25 % sebanyak 100 ml kemudian pasang pada alat pemanas khusus tepat dibawah kondensor (reflux). 5. Alirkan airnya dan nyalakan pemanas listrik tersebut. 6. Didihkan selama 30 menit dihitung saat mulai mendidih. 7. Setelah cukup pemanasan, ambil dan saring dengan mempergunakan corong buchner yang telah dipasang kertas saring (kertas saring ini tidak perlu diketahui beratnya. 8. Penyaringan

menggunakan

pompa

Vacum

(pompa

isap)

dan

cuci/bilas)dengan memepergunakan aquades panas sebanyak 100 ml. 9. Residu yang terdapat dalam corong buchner dikembalikan kepada beaker glass semula. 10. Tambahkan NaOH 1,25% sebanyak 100 ml kemudian pasang kembali pada alat pemanas khusus seperti semula. 11. Lakukan seperti pada 6 – 7. Tetapi menggunakan kertas saring yang telah diketahui beratnya (lihat no 1). 12. Pada penyaringan ini cuci/bilas berturut – turut dengan : -

Air panas 100 ml.

-

Asam sulfat panas 0.3 N (1.25%) 50 ml.

-

Air panas 100 ml.

-

Aceton 50 ml.

13. Kertas saring dan isisnya (residu) dimasukkan ke dalam cawan porselen gunakan pincet. 14. Keringkan dalam oven 100 - 1050 C selama 1 jam. 15. Dinginkan dalam exsikator selama 15 menit lalu timban, catat sebagai C gram). 16. Panaskan dalam hot plate sampai tidak berasap lagi, kemudian masulam dalam tanur listrik 600oC –700oC selama 3 jam sampai abunya berwarna putih . Di sini serat kasar di bakar sampai habis.

17. Dinginkan dalam exsikator selama 30 menit lalu timbang dan catat sebagai D gram. 3.6 Energi Bruto 3.6.1

Prinsip Menghitung energi dengan menggunakan bomb kalorimeter

3.6.2

Alat Seperangkat alat bomb kalori meter, berfungsi untuk mengukur sejumlah

kalori (nilai kalori) yang di bebaskan pada pembakaran sempurna ( dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makan, bahan bakar. -

-

Bejana bomb, yang terdiri dari : a. Wadah b. Tutup yang dilengkapi,  Elektroda dan kabel elektroda, berfungsi untuk mengalirkan listrik    

kebejana bomb Katup inlet, berfungsi untuk memasukan gas oksigen Katup outlet, berfungsi untuk mengeluarkan uap/gas Cawan/mangkuk pembakaran, berfungsi untuk tempat sampel Sumbu pembakar, berfungsi untuk pembakaran/ mengalirnya aliran



api Drat pengunci, berfungsi untuk mengunci bejana agar pembakaran

berlangsung sempurna Bejana air Jacket, yang terdiri dari a. Wadah b. Tutup yang dilengkapi  Batang pengaduk air, berfungsi untuk membuat gelombang /  

gerakan air Electromotor, befungsi untuk menggerakan pengaduk air Termometer skala kecil yang dilengkapi teropong pembacaan, berfungsi untuk membaca dan mengetahui suhu perubahan yang

-

terjadi. Tabung gas oksigen yang dilengkapi regulator dan selang inlet. Statif /standar untuk tutup jaket dan atau tutup bejana bomb. Catu daya 23 volt.

3.6.3 Bahan Oksigen dan kawat sumbu pembakar berfungsi oksigen untuk pembakaran secara oksidasi dan kawat sumbu pembakar agar sampel langsung terbakar. 3.6.4 Prosedur kerja. 1. Menghubungkan ujung elektroda dengan kawat sumbu pembakar 2. Menimbang 1 gram sampel dan masukkan kedalam mangkuk pembakaran kemudian simpan tepat

di bawah sumbu pembakar. (Pekerjaan ini

dilakukan pada statif/standar). 3. Masukan tutup bomb ke wadahnya, lalu dikencangkan dengan drat pengunci. 4. Isi bejana bomb dengan oksigen sebesar 30 atmosfir melalui katup selang inlet ke katup inlet. 5. Isi bejana air dengan aquades sebanyak 2 kg. 6. Masukan bejana bomb ke bejana air yang telah di isi aquades. 7. Masukan bejana air berisi bejana bom kedalam wadah jaket, Lalu tutup dengan penutup jaketnya. 8. Sambungkan kabel elektroda ke catu daya 23 volt

Jalankan motor listrik

yang akan menjalankan pengaduk air yang terhubung ke bejana air. Pengadukan dilakukan selama 5 menit. Pada menit ke 6 , catat suhunya sebagai T1. 9. Tekan tombol catu daya, sebagai pemicu pembakaran di dalam bomb. 10. Amati perubahan suhu sampai suhu tidak menaik lagi (konstan) dan catat sebagai data T2. 11. Cabut kabel elektroda ke catu daya. 12. Angkat tutup jaket. 13. Keluarkan bejana air dan bejana bomb. 14. Keluarkan gas pembakaran melalui katup outlet. 15. Buka drat pengunci dan buka tutup bom.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi bahan 

Kerajaan: Plantae 

Divisio: Monocots



Classis: Commelinids



Ordo: Poales



Famili: Poaceae



Genus: Zea



Spesies: Z. mays



Nama: binomial Raffeseed Corn Gluten Feed (CGF) CGF (Corn Gluten Feed) adalah hasil ikutan proses penggilingan jagung secara basah dari jagung yang digunakan dalam industri sirup kaya fruktosa. Karena bagian pati dan lembaga yang menghasilkan energi dipisahkan, maka hasil ikutan yang tersisa adalah bagian yang banyak mengandung protein. CGM (Corn Gluten Meal) sangat kaya protein (60%), sedangkan CGF (Corn Gluten Feed) jauh lebih rendah proteinnya (20%) karena bercampur dengan bahan berserat. Bahan ini memiliki kadar lysin yang rendah tetapi kaya kandungan pigmen hingga

mencapai 300 mg/kg. CGF (Corn Gluten Feed) serat kasarnya cukup tinggi sehingga umumnya digunakan untuk pakan sapi. Kandungan ME : 1800 kkal, Protein : 20 % , Xanthopyhl : 20 ppm Protein dalam pakan CGF (Corn Gluten Feed) tercerna relatif cepat dalam rumen. Pakan CGF (Corn Gluten Feed) memiliki kecernaan menengah dan dapat dimasukkan dalam campuran gandum sampai sekitar 50 persen atau diberikan ke sapi dengan takaran hingga 12 pound ( 5,4 kg ) per ekor per hari .

4.2 Hasil Setelah dilakukannya pengidentifikasian atau penganalisisan bahan pakan raffeseed dengan memakai analisis proksimat yang terdiri lagi kedalam beberapa analisis didapat kan hasil bahwa kandungan air, abu, lemak kasar, protein kasar, serat kasar serta energi dalam suatu rafffeseed didapatkan nilai sebagai berikut : No 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Analisis Proksimat Aalisis Kadar Air Analisis Kadar Abu Analisis Kadar Lemak Kasar Analisis Protein Kasar Analisis Serat Kasar Analisis Energi Bruto

Hasil (Kandungan Bahan Pakan) 5.55% 9.41% 8.68% 35.10% 11% 3.241 kal/gram

4.3 Pembahasan 4.3.1 Analisis Air Kandungan air dalam bahan makanan juga menentukan acceptability (penerimaan), kesegaran dan daya tahan bahan itu . Karena air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena dapat mempengaruhi penampakan, tekstur serta cita rasa makanan. Faktor yang mempengaruhi kadar air yaitu pengeringan dan kandungan air dari suatu bahan pakan. Analisis kadar air adalah usaha untuk mengetahui persentase air yang ada dalam bahan baku pakan.

Pada hasil praktikum ini diperoleh kadar air sebesar 5.55 % dari sebuah sampel bahan pakan raffeseed. Bahan baku yang akan diuji biasanya dikeringkan terlebih dahulu atau kadar air yang ada di dalam bahan baku di keluarkan (diuapkan) dengan menggunakan suhu 105oC selama 3-24 jam, selanjutnya ditimbang. Hasil timbang akan menunjukkan perbedaan berapa persen dengan bahan baku sebelum dikeringkan. Hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan penganalisisan kadar air dalam bahan pakan bahwa tidak hanya air yang menguap, namun banyak senyawa asam dan basa organik yang akan ikut menguap. Cotohnya : asam asetat, propionat, butirat. Serta air yang terikat dalam senyawa akan sukar menguap sehingga mengurangi total air. Kadar air menentukan dalam hal teknik dan lama penyimpanan suatu bahan pakan. Bahan pakan yang mempunyai kadar air yang tinggi merupakan tempat yang cocok untuk mikroorganisme berkembang biak. Penyimpanan bahan baku pakan menghendaki kadar air yang rendah dengan kisaran 12-15%. Hal ini bertujuan untuk menghindari mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi bahan pakan yang selanjutnya dapat merugikan industri peternakan yang memakai pakan tersebut. Kadar air dari suatu bahan pakan merupakan salah satu indikator kualitas dari suatu bahan pakan dan akan sangat menentukan dalam hal teknis penyimpanan, penanganan dan pengolahan menjadi pakan. Bahan pakan yang mengandung kadar air yang lebih tinggi umumnya akan lebih rentan terkena kontaminasi mikroorganisme seperti jamur yang dapat menurunkan daya guna dari suatu bahan pakan tersebut. Dari sampel yang diujikan memiliki kisaran kandungan kadar air sebesar 5.55 %.

Sehingga diperoleh berat keringnya sebesar 94.45 %.

Hal ini

menunjukkan keadaan sampel tersebut baik karena bahan pakan yang sedikit air dan lebih besar berat keringnya lebih baik untuk ternak. 4.3.2

Analisis Abu

Dari praktikum analisis kadar abu yang telah dilakukan dari raffeseed sampel, dihasilkan kadar abu 9.41%. Dalam literatur diketahui kadar abunya sebanyak % sedangkan hasil kadar abu yang berdasarkan Bahan Kering (BK) bebas air yaitu 9.41%. Perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan literatur mungkin terdapat perbedaan, tetapi nilainya tidak berbeda jauh. Hal ini dapat disebabkan karena : - Hasil penimbangan berat sampel yang kurang tepat, karena berat sampel dapat mempengaruhi jumlah komposisi kadar abu yang nantinya dihitung. - Hasil

pembakaran

sampel

yang

kurang

sempurna.

Dengan

bertambahnya waktu pembakaran maka kadar abu cenderung meningkat pula, karena proses pembakaran memicu penyerapan mineral. - Lamanya proses pengabuan dalam tanur yang tidak sesuai dengan prosedur juga dapat mempengaruhi. Analisis abu dilakukan dengan membakar bahan pakan (raffeseed) menggunakan tanur dengan suhu 600oC selama 6-8 jam. Sampel dikatakan sudah teranalisis menjadi abu jika seluruh unsur utama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan menjadi abu berwarna putih. Abu adalah total mineral dalam bahan, fraksi dari abu itu sendiri terdiri dari mineral (Ca, P, Fe), oksida, dan karbonat. Hal yang perlu diingat dari hasil analisis abu yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa tidak seluruhnya unsur utama pembentuk senyawa organik dapat terbakar dan berubah menjadi gas. Sebagian mineral yang menguap menjadi gas berupa sulfur sebagai H2S, So2, dan So3 sedangkan oksigen yang masih tertingagl didalam abu sebagai oksida adalah CaO, dan Co3. 4.3.3

Analisis Lemak Kasar

Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa kadar lemak Raffeseed adalah 8.68%. Hal ini dapat disebabkan dari bahan berasal dari tumbuhan yang mempunyai kadar lemak yang rendah. Hal ini kemungkinan karena faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut, dan tipe pelarut. Pengambilan hasil kandungan akhir dari lemak kasar dilakukan dengan mengekstraksi lemak dengn pelarut kloroform. Penggunaan pelarut kloroform karena pelarut tersebut sangatlah efisien dan efektif dalam penggunaannya disamping harganya yang jauh lebih terjagkau dan mudah didapat. Dalam praktikum penganalisisan kadar lemak ini, hal yang perlu di ingat bahwa tidak hanya lemak yang dapat larut dalam pelarut lemak, tetapi senyawa organik yang bukan lemak contohnya : pigmen, klorofil, sterol, dan vitamin A, D, E, K serta lemak dengan bobot molekul besar dan kompleks yang sulit larut dalam ether misalnya : fosfolipid, dan lipoprotein. 4.3.4

Analisis Protein Kasar Dari analisa yang telah dilakukan, volume yang digunakan untuk menitrasi

sampel sebanyak 28.1 mL HCl 0,1232 N. Sehingga diperoleh kadar protein pada raffeseed sebesar 35.10%. Hal ini dapat terjadi dikarenakan proses analisa terutama titrasi yang tidak tepat, dapat terlalu berlebihan atau kekurangan yang berpengaruh terhadap volume HCl yang digunakan untuk titrasi, sehingga mempengaruhi hasil perhitungan kadar protein kasar. Perlakuan untuk mengetahui kadar protein kasar pada suatu bahan dilakukan dengan 3 tahapan, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Penentuan kadar protein kasar ditentukan dengan menentukan nilai nitrogen yang kemudian dikalikan dengan 6.25 sebagai angka konversi dari nilai nitrogen ke nilai protein. Perlakuan pada tahap destruksi merupakan tahap penghancuran bahan menjadi komponen sederhanadengan menambahkan asam sulfat (H 2So4) sebanyak

20 ml. Sehingga nitrogen dalam bahan terpisah dari ikatan organiknya dan diikat hingga menjadi (NH4)2SO4.

.

C, H, O, N + CUSO4 5H2O + K2SO4 + H2SO4 Organic Matter

Katalisator

(NH4)2SO4

Asam Sulfat

Amonium Sulfat

Tahap destilasi merupakan tahap kedua, dimana merupakan tahap pemisahan. Dalam melepaskan nitrogen pada larutan destruksi sebelumnya nitrogen diubah dalam bentuk (NH4)2SO4 menjadi gas NH3 dengan pemberian NAOH yang kemudian dipanaskan, dikondensasi, dan selanjutnya NH 3 diikat oleh H3BO3 menjadi (NH4)3 BO3. Fusi Penggabungan : (NH4)2SO4 Amonium Sulfat

+ NAOH

Na2SO4

Natrium Hidroksida

+

Natrium Sulfat

NH4OH Amonium Hidroksida

Penguraian : NH4OH

NH3 + H2O

Amonium Sulfat

NH3 Amonia

Amonia

H3BO3

+

Asam Boraks

(NH4)3 BO3 Amonium Boraks

Tahap Destilasi dicapai ketika larutan menyusut 2/3 bagian atau 15 ml sekurangnya yang tertampung dalam erlenmeyer. Tahap titrasi merupakan tahapan ditetapkannya nilai nitrogen. Nitrogen dalam (NH4)3 BO3ditentukan jumlahnya dengan cara menitrasi dengan HCL. (NH4)3 BO3 + HCL NH4CL Amonium Boraks

Asam Klorida

+ H3BO3

Amonium klorida

Asam Boraks

Titik titrasi ditandai dengan perubahan warna hijau keabu-abuan. 4.3.5

Analisis Serat Kasar

Analisis serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar dalam bahan baku suatu pakan. Pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan secra kimiawi dengan metoda Weende, bahan baku yang diuji Raffeseed dimasak dengan asam lemak sampai mendidih sehingga terjadi hidrolisis karbohidrat dan protein yang terdapat dalam bahan baku pakan. Pemasakan

lebih lanjut

menggunakan alkali atau larutan basa, sehingga terjadi penyabunan dari zat- zat yang tidak larut selama pemasakan tadi bisa diketahui karena terdiri serat kasar dan zat – zat mineral, kemudian disaring, dikeringkan, dirimbang, dan kemudian dipijarkan dalam tanur lalu didinginkan dan ditimbang sekali lagi. Pada praktikum uji serat kasar yang dilakukan di laboratorium diperoleh kadar serat kasar pada sampel raffeseed 11 %. Namun dengan hasil yang diproleh terdapat senyawa organik yang tergolong kedalam fraksi serat kasar yang masih dapat

larut

dalam

asam

dan

basa

encer.

Misal

selulosa

dan

hemiselulosadikarenakan memiliki berat molekul yang rendah. Bahan yang tidak larut dalam perebusan atau residu dengan menggunakan asam dan basa encer selama 30 menit disebut serat kasar dan abu. Untuk mendapat nilai serat kasar residu dibakar dengan prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu disebut serat kasar.

4.3.6

Analisis Energi Bruto Dari hasil analisis energi bruto dengan menggunakan bomb kalorimeter

maka energi yang terdapat dalam satu gram raffeseed adalah 3421.21 cal/gr. Hasil perhitungan energi didapatkan dengan memaksukkan sampel kedalam bejana bomb yang kemudian dibakar sempurna dengan perantara sumbu pembakar. Selisih antara suhu awal dan suhu akhir dikonversikan kedalam nilai kalorimeter. Suhu awa didapat ketika termometer dimasukan kedalam bejana air setelah menjalankan motor selama 5-10 menit. Sedangkan untuk suhu kedua diambil setelah dilakukan bomb dan setelah suhu konstan.

V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa dalam keadaan kering persentase air, abu, PK, LK, SK dan BETN yaitu 5,55 %, 9,41 %, 8,68%, 35,10%, 11%, 3241,41 kal/gram. 5.2 Saran Dalam melakukan penganalisisan proksimat ini, diperlukan ketelitian dalam penentuan tiap-tiap kandungan yang terkandung dalam suatu sampel. Untuk itu praktikan perlu memahami dari setiap prinsip analisis, prosedur pengerjaan, dan perhitungan agar tidak terjadi kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A. D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak Rangkuman, Laboratorium Makanan Ternak. Yogyakarta : UGM Press. Piliang, W.G dan S. Djojosoebagjo, Al Haj. 2002. Fisiologi Nutrisi. Vol. I. Edisi Ke-4. IPB Press, Bogor. Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sudarmaji, Slamet, Haryono, dan B. Suhadi. 1996. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada. Liberty, Yogyakarta. Tillman, A. D. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Utomo, R dan Soedjono , M. 1999. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan. UGM. Yogyakarta. Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

LAMPIRAN 1. Perhitungan kadar air A. Berat cawan

= 7,273 gr

B.Berat cawan + sampel sebelum dioven

= 19,053 gr

C. Berat cawan + sampel setelah dioven

= 18,399 gr

Kadar air (%) =

=

=

B−C Berat Sampel(B−A ) 19,053−18,399 19,053−7,273 0,654 11,78

x 100 %

x 100 %

x 100 %

= 5,55 % 2. Perhitungan abu A. Crussible poreselen

= 20,461 gr

B. Crussible + sampel + sebelum ditanur

= 23,425 gr

C.Crussible + sampel + setelah ditanur

= 20,740 gr

Kadar abu (%) =

C− A B− A

x 100%

=

20,740−20,461 23,425−20,461

=

0,279 2,964

x 100%

x 100 %

= 9,41 % 3. Perhitungan lemak kasar A. Berat selongsong

= 0,867 gr

B.Selongsong + sampel

= 2,998 gr

C.Selongsong + sampel + hekter + sebelum diekstraksi

= 3,014 gr

D.Selongsong + sampel + hekter + setelah diekstraksi

= 2,829 gr

Kadar lemak kasar (%)

C−D B− A

=

=

3,014−2,829 2,998−0,867

=

0,185 2,131

x 100 %

x 100 %

x 100 %

= 8,68 % 4. Perhitungan Protein kasar B.Sampel

= 0,863 gr

N.HCl

= 0,12352 gr

V.HCl

= 28,1 ml

Kadar protein kasar (%)

=

v HCl x N HCl x 0.014 x 6,25 Berat Sampel

=

28,1 x 0,1232 x 0,014 x 6,25 0,863

x 100 %

x 100%

=

0,302918 0,863

x 100 %

= 35,10 % 5. Perhitungan serat kasar Berat sampel

= 0,590 gr

Berat kertas saring

= 0,221 gr

Berat kertas saring + cawan sebelum ditanur

= 21,081 gr

Cawan + sampel setelah ditanur

= 20,794 gr

Kadar Serat Kasar (%)

=

berat residu−berat abu 100 berat sampel x 100−lk

x 100 %

=

21,081−20,794−0,221 0,590

x 100 %

=

0,066 0,590

x 100 %

= 11,186 % 6.

Perhitungan energi Berat sampel = 0,982 gr T2

= 30,08 ℃

T1

= 28,69 ℃

Energi bruto

=

T 2−T 1 berat sampel

x 2417

=

30,08−28,69 0,982

x 2417

= 1,415 x 2417 = 3.421,21 cal/gr

7. Perhitungan BETN Bahan Pakan

Bahan Kering (BK) = 94,45 %

Air = 5,55 %

Bahan Anorganik = 9,41 %

Bahan Organik =85,04 %

Bahan Organik Tanpa Nitrogen (BOTN) = 49,94 %

Protein Kasar = 35,10 %

Lemak Kasar = 8,68 %

Karbohidrat = 41,26%

Serat Kasar = 11 %

Bahan Ekstark Tanpa Nitrogen (BETN) = 30,26 %

Kadar BETN = 100 – ( air + bahan organik + protein kasar + lemak kasar + serat kasar) = 100 % - (5,55 + 9,41 + 35,10 + 8,68 + 11)% = 100 % - 69,74 % = 30,26 % 8. Konversi ke bahan asfeed Bahan pakan asfeed

= 100 %

Kadar air

= 5,55 %

Bahan kering (BK)

= 100% - 5,55 % = 94,45 %

a.

Abu asfeed kadar bahan anorganik (BK ) bahan pakan BK

=

kadar bahan anorganik (asfeed) bahan pakan asfeed

9,41 94,45

x 100

=

94,45x = 9,41 x 100 94,45x = 941 941 94,45

x

=

x

= 9,96 %

b. Kadar Protein kasar asfeed kadar protein kasar(BK ) bahan pakan BK 35,10 94,45

=

=

kadar protein kasar (asfeed ) bahan pakan as feed

x 100

94,45x = 35,10 x 100 94,45 = 3510 X=

3510 94,45

X = 37,16 % c. Kadar lemak kasar asfeed kadar lemak kasar (BK ) bahan pakan BK 8,68 94,45

=

x 100

94,45x = 8,68 x 100 94,45x = 868 X=

868 94,45

=

kadar lemak kasar asfeed bahan pakan asfeed

X = 9,19%

d. Kadar serat kasar asfeed kadar serat kasar( BK ) bahan pakan BK 11 94,45

=

=

kadar protein kasar(asfeed ) bahan pakan asfeed

x 100

94,45x =1100 X=

1100 94,45

X = 11,65 % Tabel Lengkap Hasil Analisis

Fraksi Asfeed Bahan anorganik (abu) 9,96 % Bahan organik 90,04 % Protein kasar 37,16 % Bahan organik tanpa 52,87 % nitrogen (BOTN) Lemak kasar 9,19 % Karbohidrat 43,68 % Serat kasar 11,65 % Bahan ekstark tanpa 32,04 % nitrogen (BETN)

Bahan Kering (BK) 9,41 % 85,04 % 35,10 % 49,94 % 8,68 % 41,26 % 11 % 30,26 %

Related Documents


More Documents from "Ivan Fardhianzsyah"

February 2021 0
Lp Gastritis.docx
February 2021 0
Low Level Laser Therapy
January 2021 1
Gymnospermae
March 2021 0
Matriks Transpose
February 2021 1
Ppt Transplantasi Organ
January 2021 1