Cbr Genetika

  • Uploaded by: Dhinta Dwi Yulianti
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cbr Genetika as PDF for free.

More details

  • Words: 3,629
  • Pages: 18
Loading documents preview...
Critical Book Report

GENETIKA OLEH: DHINTA DWI YULIANTI

PENDIDIKAN BIOLOGI A 2017

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah genetika. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Genetika. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Maka kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Medan, 13 Oktober 2019

Penulis

3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan membaca adalah suatu hal yang mendatangkan banyak manfaat. Kebanyakan orang yang gemar membaca buku adalah orang yang beruntung. Mereka yang suka membaca buku akan memperoleh banyak informasi dan pengetahuan yang cukup luas dibandingkan dengan orang yang kurang menyukai membaca. Dan biasanya orang yang menyukai membaca artikel atau surat kabar (media informasi) akan berfikir luas ketika menghadapi masalah yang sedang dialaminya. Serta memiliki potensi dan kecenderungan yang bijak dalam menyikapi kejadian – kejadian dikehidupan sehari-harinya. Tapi , bagi mereka yang ingin berbagi ilmu mekritik isi suatu buku dan meringkas isi informasinya adalah suatu hal yang lebih baik lagi dari pada hanya sekedar membaca. Adanya tugas untuk mengkritik isi buku pada setiap mata kuliah adalah untuk membuat mahasiswa lebih rajin lagi membaca dan melatih mahasiswa untuk dapat mengambil inti sari dan manfaat dari membaca suatu buku. Mengenai materi yang akan dibahas dalam critical book report kali ini ialah materi “Determinasi Jenis Kelamin” serta materi mengenai “ Pewarisan Gen – Gen pada Kromosom Kelamin” yang mana kedua materi ini saling berkaitan. Dalam melakukan critical book ini diperlukan penguasaan materi agar dalam mengupas serta membandingkan buku yang satu dengan buku lainnya kita dapat dimudahkan dengan materi yang sudah dapat kita mengerti tersebut. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi penulisan critical book ini, dimana dengan seiring pengerjaannya maka mahasiswa juga dapat memahami materi tersebut.

4

B. Tujuan 1. Untuk melatih mahasiswa untuk memberi suatu pendapat kritis tentang suatu permasalahan dan mengkomunikasikan pendapatanya secara tertulis 2. Untuk melatih mahasiswa dalam mengambil

berbagai informasi penting yang

disajikan dalam suatu buku 3. Untuk melatih mahasiswa dalam menganalisis kelebihan dan kelemahan suatu buku C. Manfaat 1. Mahasiswa dapat menjadi mahasiswa yang kritis tentang suatu permasalahan dan mahasiswa dapat dengan bebas mengkomunikasikan pendapatnya secara tertulis 2. Mahasiswa dapat mengambil berbagai informasi penting yang disajikan dalam suatu buku 3. Mahasiswa dapat dengan baik menganalisis kelebihan maupun kekurangan buku.

5

BAB II IDENTITAS BUKU

A. Buku 1 Judul Buku

: Genetika

Pengarang

: Tim Dosen Genetika

Penerbit

: Unimed Press

Tahun Terbit : 2019 Tempat Terbit : Medan, Sumatra Utara ISBN

:-

Tebal Buku

: ± 137 Halaman

B. Buku 2 Judul Buku

: Genetics Fourth Edition A Conceptual

Approach Pengarang

: Benjamin A. Pierce

Penerbit

: Kate Ahr Parker

Tahun Terbit : 2012 Tempat Terbit : New York ISBN

: 978-1-4292-3250-0

Tebal Buku

: 857 Halaman

C. Buku 3 Judul Buku

: Concepts of Genetics

Pengarang

: Robert J. Brooker

Penerbit

: McGraw-Hill

Tahun Terbit : 2012 Tempat Terbit : New York ISBN

: 978–0–07–352533–4

Tebal Buku

: 804 Halaman

6

BAB III KEUNGGGULAN BUKU A. Buku 1 Pada buku pertama bab ke-VIII (Determinasi Jenis Kelamin) ini terdapat penjelasan sebagai berikut : “Umumnya individu jantan dan betina menunjukan perbedaan dalam salah satu pasangan kromosomnya. Pasangan kromosom yang menyebabkan perbedaan jenis kelamin disebut kromosom kelamin. Pasangan kromosom lain yang sama dalam sel kedua jenis kelamin spesies itu disebut otosom” Penjelasan ini memberikan suatu pemahaman atau perbandingan antara pasangan kromosom kelamin dengan otosom itu sendiri. Kemudian buku ini menjelaskan bagaimana lalat ( Drosophila melanogaster ) memiliki otosom serta kromosom kelamin yang mana hasilnya antara lain : “ Jadi Drosophila betina hanya membentuk satu macam sel telur yaitu yang semuanya mengandung kromosom X, sedangkan yang jantan membentuk 2 macam spermatozoa, yaitu yang mengandung kromosom X dan yang mengandung kromosom Y. Dikatakan bahwa lalat betina adalah Homogametik dan lalat jantan Heterogametik” Selanjutnya pada buku ini dijelaskan beberapa metoda/ metode penentuan kelamin antara lain: Betina

Jantan

1. Manusia, Drosophila melanogaster, kebanyakan hewan

XX

XY

2. Aves, Kupu – kupu , beberapa ,macam ikan .

XY/ZW

XXYZZ

3. Orthoptera, Heteroptera

XX

XO

4. Hymenoptera

2n

N

Keempat metoda ini disertai dengan gambar sebelum penjelasan lebih rincinya lagi. Didalam penjelasan permetode dijabarkan pula bagaimana bentuk kromosomnya, jumlah kromosom betina dan jantan pada masing – masing metoda/ metode ini.

7

Dibagian akhir dari bab ini ada penjelasan bagaimana pada Melandrium ( Famili Caryophyllaceae ), suatu tanaman yang dioecious, jenis kelamin ditentukan oleh sepasang kromosom XY, seperti pada kebanyakan hewan. Ada 12 pasang dalam sel yang diploid, yang terdiri dari : 11 Pasang autosom + XY

Tanaman Staminate

11 Pasang autosom + XX

Tanaman Pistillate

Kromosom Y sangat menentukan dalam menghasilkan tanaman yang staminate, karena “Male promoting genes” terletak pada kromosom Y seperti pada manusia. Selanjutnya pada bab ke-IX (Pewarisan Gen – gen pada Kromosom Kelamin ) di buku ini lebih menegaskan bagaimana gen – gen terpaut pada kelamin yang akan menunjukan ekspresinya . Di bab ini dijelaskan “Gen yang terletak pada kromosom kelamin ini tak mempunyai alel pada kromosom Y (Karena memang bukan homolognya). Oleh sebab itu penurunan gen terpaut-kelamin pada jenis kelamin yang mempunyai kromosom Y (XY atau XO), agak lain dibandingkan dengan gen – gen otosomal.” Dibab ini dijelaskan gen terpaut-kelamin Drosophila yang gen terpautnya terdapat di gen untuk mata putih yang resesif (w) yang merupakan alel dari gen untuk mata merah yang dominan (W). Kemudian dijelaskan gen terpaut – kelamin pada manusia yang menjadi contoh ialah penyakit pendarahan atau Hemofilia yang merupakan salah satu yang paling jelas untuk sifat terpaut kelamin pada manusia yang disebabkan oleh gen resesif . Biasanya anak perempuan jarang menderita penyakit ini, kecuali bila ibunya pembawa dan ayahnya penderita, atau ibu dan ayahnya kedua-duanya penderita. Penderitaan perempuan dijumpai dengan perbandingan 1 : 25.000 pria. Selain dari penyakit ini ada lagi diantaranya ialah gen – gen resesif yang sudah kita kenal seperti gen untuk buta warna, ketidak mampuan membentuk anti-body, distrofi otot dan semacam diabetes. Lalu dijelaskan mengenai Gen terpaut- Y yang mana gen – gen ini sangat langka dan hanya akan diturunkan ayah kepada anak laki-lakinya dan biasanya juga disebut dengan gen – gen Holandrik. Beberapa sifat yang diperkirakan mempunyai lokus pada kromosom Y: 1. Hypertrichosis atau pertumbuhan rambut pada telinga. 2. Keratoma dissipatum atau penebalan kulit pada tangan dan kaki 3. Jari kaki berselaput 8

Namun semua hal ini masih diragukan kebenarannya ungkap dari buku ini. Dan yang terakhir pada bab ini menjelaskan gen – gen seks pada jagung yang dimana “Tanaman jagung biasanya dan bunga betina pada tanaman yang sama. Mengingat bahwa jagung tak mempunyai kromosom seks, maka diperkirakan bahwa gen – gen yang “SexPromoting” tersebar merata didalam kesepuluh pasang otosomnya.” B. Buku 2 Buku ini awali dengan pembahasan mengenai sex dari Platypus sebagai pengantar untuk memperjelas apa yang akan dibahas pada bab ini. Dibuku kedua ini bab pembahasan kedua materi langsung digabung menjadi satu bab pembahasan dimana kedua bab memang saling berkaitan. Diawal bab juga dijelaskan bagaimana hubungan bab ini dengan bab sebelumnya serta bab setelahnya hal itu dapat kita lihat dari kalimat “In Chapter 3, we studied Mendel’s principles of segregation and independent assortment and saw how these principles explain much about the nature of inheritance.” , “In this chapter, we explore one of the major extensions of Mendel’s principles: the inheritance of characteristics encoded by genes located on the sex chromosomes, which often differ in males and females” dan kalimat “In Chapter 5, we will explore some additional ways in which sex and inheritance interact.” Yang mana artinya ialah tujuan dari masing – masing bab. Selanjutnya bab ini menjelaskan terlebih dahulu apa itu monoecious dan dioecious dapat kita lihat pada paragraf “There are many ways in which sex differences arise. In some species, both sexes are present in the same organism, a condition termed hermaphroditism; organisms that bear both male and female reproductive structures are said to be monoecious (meaning “one house”). Species in which the organism has either male or female reproductive structures are said to be dioecious (meaning “two houses”). Humans are dioecious. Among dioecious species, sex may be determined chromosomally, genetically, or environmentally”. Kelebihan buku ini juga dapat kita lihat dari penjelasan mengenai autosom dimana penjelasan disertai dengan bukti penelitian sebelumnya dapat kita temukan pada paragraf “As Stevens and Wilson found for insects, sex in many organisms is determined by a pair of chromosomes, the sex chromosomes, which differ between males and females The nonsex chromosomes, which are the same for males and females, are called autosomes. We think of sex in these organisms as being determined by the presence of the sex chromosomes, but, in 9

fact, the individual genes located on the sex chromosomes are usually responsible for the sexual phenotypes.” Pada buku ini juga bisa kita mengenai penjelasan metode penentuan kelamin XX & XY , ZW & ZZ, XX & XO , dan disediakan dalam bentuk tabel membuat para pembaca dengan memudahkan perbedaan dari metode – metode penentuan kelamin tersebut.

Selanjutnya pada buku ini membahas mengenai determinasi seks XX-XY pada manusia dan beberapa sindrom dengan pembahasan bagaimana masing – masing kromosom pada setiap sindromnya. Hal itu dapat kita lihat pada paragraf “Turner syndrome

Persons

who have Turner syndrome are female and often have underdeveloped secondary sex characteristics. This syndrome is seen in 1 of 3000 female births.”, “Klinefelter syndrome P ersons who have Klinefelter syndrome, which occurs with a frequency of about 1 in 1000 male births, have cells with one or more Y chromosomes and multiple X chromosomes. The cells of most males having this condition are XXY”, dan “Poly-X females

In about 1 in

1000 female births, the infant’s cells possess three X chromosomes, a condition often referred to as triplo-X syndrome. These persons have no distinctive features other than a tendency to be tall and thin. Although a few are sterile, many menstruate regularly and are fertile. The incidence of mental retardation among triple-X females is slightly greater than that in the general population, but most XXX females have normal intelligence.” Kemudian dari buku ini kita bisa temukan kesimpulan secara langsung dalam pembahasan yang antaralain adalah Peran kromosom seks Fenotipe yang terkait dengan anomali kromosom-seks memungkinkan kita untuk membuat beberapa kesimpulan tentang peran kromosom seks dalam penentuan jenis kelamin manusia.

10

1. X

kromosom

mengandung informasi

genetik

penting

untuk

kedua

jenis

kelamin; setidaknya satu salinan kromosom X diperlukan untuk perkembangan manusia. 2. Gen penentu laki-laki terletak di kromosom Y. Satu salinan kromosom ini, bahkan di hadapan beberapa kromosom X, menghasilkan fenotip laki-laki. 3. Tidak adanya kromosom Y menghasilkan fenotip perempuan. 4. Gen yang mempengaruhi kesuburan terletak di kromosom X dan Y. Seorang wanita biasanya membutuhkan setidaknya dua salinan kromosom X agar subur. 5. Salinan tambahan kromosom X dapat mengganggu perkembangan normal pada lakilaki dan perempuan, menghasilkan masalah fisik dan mental yang meningkat ketika jumlah kromosom X ekstra meningkat. Kemudian bab ini langsung mengenai gen – gen yang terpaut diantaranya ialah gen terpaut kelamin pada lalat buah (Drosophila melanogaster) penjelasan tersebut dapat kita temukan pada “X-Linked White Eyes in Drosophila The first person to explain sex-linked inheritance was American biologist Thomas Hunt Morgan (Figure 4.11). Morgan began his career as an embryologist, but the discovery of Mendel’s principles inspired him to begin conducting genetic experiments, initially on mice and rats. In 1909, Morgan switched to Drosophila melanogaster; a year later, he discovered among the flies of his laboratory colony a single male that possessed white eyes, in stark contrast with the red eyes of normal fruit flies. This fly had a tremendous effect on the future of genetics and on Morgan’s career as a biologist” Dimana paragraf ini menjelaskan hasil penelitian dari Thomas Hunt Morgan mengenai mata putih yang resesif pada Drosophila melanogaster. Gen terpaut lainnya yang dijelaskan adalah gen terpaut buta warna pada manusia dimana hal ini dijelaskan pada paragraf “X-Linked Color Blindness in Humans To further examine X-linked inheritance, let’s consider another X-linked characteristic: red–green color blindness in humans. Within the human eye, color is perceived in light-sensing cone cells that line the retina. Each cone cell contains one of three pigments capable of absorbing light of a particular wavelength; one absorbs blue light, a second absorbs red light, and a third absorbs green light. The human eye actually detects only three colors—red, green, and blue—but the brain mixes the signals from different cone cells to create the wide spectrum of colors that we perceive. Each of the three pigments is encoded by a separate locus; the locus for the blue 11

pigment is found on chromosome 7, and those for the green and the red pigments lie close together on the X chromosome.” dst. Diparagraf ini dijelaskan bagaiamana manusia dapat terpaut pada gen buta warna itu sendiri. Lalu ada penjelasan mengenai terpautnya kromosom Z, terpautnya kromosom X, serta terpautnya kromosom Y. Masing – masing dari kromosom ini dijelaskan perparagraf apa yang menjadikan karakteristik dari terpautnya kromosom tersebut. Kemudian dibab ini dapat kita temukan materi pembahasan lainnya yakni “Dosage Compensation Equalizes the Amount of Protein Produced by X-Linked Genes in Males and Females” yang menjelaskan mengenai Kompensasi Dosis Menyuarakan Jumlah Protein yang Diproduksi oleh Gen X-Linked pada Pria dan Wanita Pada spesies dengan penentuan jenis kelamin XX-XY, perbedaan jumlah kromosom X yang dimiliki oleh pria dan wanita menghadirkan masalah khusus dalam perkembangan. Karena perempuan memiliki dua salinan dari setiap gen terkait-X dan laki-laki hanya memiliki satu salinan, jumlah produk gen (protein) yang dikodekan oleh gen-gen terkait-X akan berbeda dalam dua jenis kelamin: perempuan akan menghasilkan dua kali lebih banyak produk gen seperti yang dihasilkan oleh laki-laki. Perbedaan ini bisa sangat merugikan karena konsentrasi protein memainkan peran penting dalam perkembangan. C. Buku 3 Hampir sama dengan buku kedua, buku ini diawali dengan penjelasan hubungan antara bab sebelumnya namun tidak bab setelahnya hal itu dapat kita lihat diawal paragraf. Penjelasan kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai keturunan yang berkembang menjadi laki-laki ataupun perempuan. Hal itu dijelaskan pada paragraf “One possibility is that two X chromosomes are required for female development. A second possibility is that the Y chromosome promotes male development. In the case of mammals, the second possibility is correct. This is known from the analysis of rare individuals who carry chromosomal abnormalities. For example, mistakes that occasionally occur during meiosis may produce an individual who carries two X chromosomes and one Y chromosome. Such an individual develops into a male. In addition, people are sometimes born with a single X chromosome and not another sex chromosome. Such individuals become females. The chromosomal basis for sex determination in mammals is rooted in the location of a particular gene on the Y chromosome. The presence of a gene on the Y chromosome called the Sry gene causes maleness.” 12

Setelah itu diikuti dengan penjelasan mengenai beberapa metode penentuan kelamin sama seperti buku pertama dengan buku kedua yakni metode XX & XY , XX &XO, ZW&ZZ. Kemudian buku ini menjelaskan mengenai Perbedaan Jenis Kelamin Tergantung pada Jumlah Set Kromosom yang contohnya pada lebah madu, jantan, yang disebut dengung, dihasilkan dari telur haploid yang tidak dibuahi. Lebah madu laki-laki mengandung satu set 16 kromosom. Sebagai perbandingan, lebah madu betina, lebah pekerja dan lebah ratu, dihasilkan dari telur yang dibuahi dan karenanya diploid. Mereka mengandung dua set kromosom, dengan total 32. Dalam hal ini, hanya perempuan yang diproduksi oleh reproduksi seksual.

Dilanjutkan dengan pembahasan tumbuhan yang berumah dua atau

“Dioecious Plant” dimana disini dijelaskan Spesies Tanaman Dioecious Memiliki Jenis Kelamin Berbeda Pada kebanyakan spesies tanaman, individu diploid tunggal (sporphyte) menghasilkan gametofit betina dan jantan, yang haploid dan mengandung sel telur atau sperma, masing-masing (lihat Bab 2, Gambar 2.15). Namun, beberapa spesies tanaman dioecious, yang berarti bahwa beberapa individu hanya memproduksi gametofit jantan, sedangkan yang lain hanya memproduksi gametofita betina. Ini termasukpohon-pohon hollies (Gambar 4.4a), willow, dan ginkgo. Genetika penentuan jenis kelamin pada spesies tanaman dioecious mulai muncul. Untuk mempelajari proses ini, banyak peneliti memusatkan perhatian mereka pada campion putih, Silene latifolia, yang merupakan tanaman dioecious yang relatif kecil dengan waktu generasi yang singkat. Pada buku ini juga jelas sekali membahas mengenai “DOSAGE COMPENSATION AND X INACTIVATION IN MAMMALS” dimana paragraf ini menjelaskan Kompensasi dosis mengacu pada fenomena di mana tingkat ekspresi banyak gen pada kromosom seks (misalnya, kromosom X) serupa pada kedua jenis kelamin, meskipun pria dan wanita memiliki pelengkap yang berbeda dari kromosom seks. Istilah ini diciptakan pada tahun 1932 oleh Hermann Muller untuk menjelaskan efek mutasi warna mata di Drosophila. Diparagraf selanjutnya akan membahas mengenai terpautnya kromosom X seperti “In Drosophila, the male accomplishes dosage compensation by doubling the expression of most genes on the X chromosome. In C. elegans, the XX animal is a hermaphrodite that produces both sperm and egg cells, and an animal carrying a single X chromosome is a male that produces only sperm. The XX hermaphrodite diminishes the expression of genes on each X chromosome to approximately 50%. In birds, the Z chromosome is a large chromosome, usually the fourth or fifth largest, and contains many genes. The W chromosome is generally a much smaller 13

microchromosome containing a high proportion of repeat-sequence DNA that does not encode genes.” Sub-bab selanjutnya membahas mengenai penelitian serta hasil – hasil menarik dari Morgan mengenai Hubungan Antara Sifat Genetik dan Warisan Kromosom Seks di Drosophila hal ini bisa kita lihat dibagian khusus pada buku ini yang secara khusus dan jelas dalam menjelaskan seluk-beluk penelitian tersebut pada tahun 1900-an.

14

BAB IV KELEMAHAN BUKU A. Buku 1 Jika dibandingkan dengan kedua buku lainnya dan dilihat dari masing – masing kelebihannya penampilan dan pemaparan serta penjelasan buku pertama terpaut jauh dari buku lainnya. Namun sebagai buku patokan buku ini cukup jelas menjadi buku panduan dalam matakuliah namun ada beberapa hal yang dijelaskan langsung tanpa kalimat pengantar dalam memasuki permasalah tersebut seperti mengenai Bab VIII dimana penjelasan mengenai Melandrium dimana tanaman ini ialah tanaman dioecious. Kemudian pada buku ini penggunaan kode – kode maupun simbol – simbol genetik yang cukup sulit untuk dipahami. Seperti yang dapat kita lihat pada gen terpaut-kelamin Drosophila dan gen terpaut-kelamin pada manusia. Lalu tidak disertakanya nama ilmuan ataupun peneliti dalam setiap hasil penelitian yang dicantumkan dibuku. Buku ini tidak disertai raangkuman seperti buku lainnya, kurangnya penguatan informasi pada buku ini menjadi hal tersebut sebagai suatu kekurangan yang mengakibatkan kurangnya ketertarikan pembaca dalam menggali informasi. B. Buku 2 Buku kedua ini menurut saya adalah buku yang paling baik dan bagus diantara kedua buku lainnya. Dimana bisa kita lihat penjelasan yang baik, tersusun, terstruktur secara rapi, dan dalam penjelasan tidak menggunakan bahasa yang berbelit – belit. Namun tidak menutup kemungkinan untuk dapat di kritik. Jika kita perhatikan lebih lagi , kita bisa melihat kekurangan yang ada pada buku ini pada pembahasan ini dimananya kurangnya informasi dari buku sebelumnya yang cukup merangkum informasi yang lebih jelas. Hal itu bisa kita lihat dari penjelasan tabel mengenai metode penentuan kelamin. Pada tabel dan paragraf penjelasan yang dipaparkan hanyalah 3 metode , sedangkan pada buku pertama terdapat 4 metode. Metode yang tidak dijelaskan pada buku ini ialah Hymenoptera.

15

C. Buku 3 Buku ini sebenarnya sudah cukup baik namun ada banyak hal yang dapat menjadi titik kelemahan dari buku ini jika kita tinjau dari tujuan pengkritikan kita mengenai bab – bab yang telah kita pilih. Buku ini sangat ringkas sekali dalam menjelaskan metode penentuan kelamin. Dari hal tersebut saja bisa kita ketahui bahwa kurangnya informasi menjadi kekurangan dari buku ini, hal ini sama seperti buku kedua dimana buku ini juga tidak menjelaskan mengenai Hymenoptera. Sedangkan metode – metode lainnya juga tidak disertakan dengan contoh – contoh sehingga membuat pembaca kebingungan dengan cara atau pun asal – usul metode ini. Pada buku ini juga lebih menekan lebih banyak contoh mamalia daripada tumbuhan ataupun hewan lainnya. Hal itu bisa kita lihat dari sub-bab yang mendominasi adalah mamalia.

16

Dari bagian kelebihan saja dapat kita simpulkan bahwa informasi yang tertulis pada buku ini sedikit sekali yang bersinggungan langsung dengan materi patokan pada buku pertama. Maka dari itu hal – hal yang menjadi pembeda dari buku ini telah menjadi kelebihan dari buku ini. Kemudian penjelasan menganai gen yang terpaut pun sangat sedikit dijelaskan pada buku ini tidak seperti pada kedua buku sebelumnya yang menjelaskan penyakit, sindrom ataupun kelaianan lain yang disebabkan oleh terpautnya gen dengan kelamin pembawa resesif.

17

BAB V PENUTUP A. Simpulan Determinasi jenis kelamin ialah penentuan kelamin yang dimana penentuan ini bermacam – macam antara lain penentuan dengan metoda manusia , Drosophila dan kebanyakan hewan lainnya yang biasanya betina (XX) dan jantannya (XY), penentuan dengan metoda aves, kupu – kupu dan beberapa macam ikan yang biasanya betina ( XY/ZW) dan jantannya (XXY/ZZ), penentuan dengan metoda Orthoptera / heteroptera yang biasanya betina (XX) dan jantannya (XO), dan yang terakhir ialah penentuan dengan metoda Hymenoptera yang biasanya betina (2n) dan jantannya (n). Sedangkan pada pewarisan gengen pada kromosom kelamin terdapat beberapa macam yakni gen terpaut-kelamin Drosophila, gen terpaut-kelamin pada manusia, gen terpaut – Y, dan gen – gen seks pada jagung . B. Saran Menyadari bahwa penulis juga masih jauh dari kata sempurna, masih kurang dalam memahami materi serta kurang detail dalam penjabaran inti informasi dari setiap buku. Maka dari itu penulis hanya dapat memberikan saran berupa penambahan hal – hal yang dicantumkan dalam bab sebelumnya agar dapat lebih lagi dalam menyajikan buku yang lebih menarik , lebih informatif lagi, dan lebih efisien dalam pemberian informasi tersebut.

18

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Robert J. 2012. Concepts of Genetics.New York. McGraw-Hill Pierce, Benjamin A. 2012. Genetics Fourth Edition A Conceptual Approach. New York. Kate Ahr Parker Tim dosen. 2019. Genetika Dasar. Medan. Unimed Press

19

Related Documents

Cbr Genetika
January 2021 1
Cbr
January 2021 3
Cbr
March 2021 0
Cbr
March 2021 0
Substansi Genetika
January 2021 1
Molekularna Genetika
January 2021 1

More Documents from "hbrundi"

Cbr Genetika
January 2021 1
Ppt - Turunan (xi Sem 2)
February 2021 3
Russian Monarcy
March 2021 0
Askep Hemodialisa
March 2021 0
Pdf-converted.pdf
January 2021 1