Ekstraksi Asam Basa

  • Uploaded by: Safna Aullia
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ekstraksi Asam Basa as PDF for free.

More details

  • Words: 3,190
  • Pages: 19
Loading documents preview...
LAPORAN PRAKTIKUM PEMISAHAN KIMIA EKSTRAKSI ASAM BASA

Oleh : Nama

: Safna Aullia Intan Mawarni

NIM

: 161810301008

Kelompok/Kelas

: 4/AP

Nama Asisten

: Diramisti Dwi P.

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2018

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan yang melibatkan pelarut. Peranan pelarut dalam ekstraksi sangat penting. Ekstraksi pada dasarnya digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair merupakan pemisahan suatu komponen yang menggunakan dua zat cair yang tidak saling bercampur. Contoh ekstraksi cair-cair ini adalah ekstraksi asam-basa. Ekstraksi asam-basa pada dasarnya menggunakan prinsip reaksi asam dan basa, dimana jika ingin memisahkan suatu asam dari pelarut organiknya dapat dilakukan dengan menambahkan basa. Peranan ekstraksi asam basa sangat banyak, salah satunya dalam industri lateks yang menggunakan salah satu asam dalam proses pengolahannya. Limbah yang dihasilkan tentu mengandung banyak komponen, baik komponen organik dan asam yang digunakan. Peranan ekstraksi asam basa dalam industri ini adalah pada pengolahan limbahnya. Limbah yang akan dibuang diolah terlebih dahulu dengan menambahkan basa untuk mengendapkan asamnya agar tidak mencemari lingkungan sekitar kawasan industri. Percobaan ini menggunakan asam benzoat dalam toluena dan basa yang digunakan adalah NaOH. Percobaan ini bermaksud memisahkan asam benzoat dari toluena. Asam benzoat dalam toluena ditambah dengan NaOH, sehingga NaOH akan bereaksi dengan asam benzoat membentuk natrium benzoat yang larut dalam air dan terpisah dari toluena. Natrium benzoat kemudian ditambah dengan HCl hingga pH dibawah 2 untuk memperoleh asam benzoat murni dalam bentuk endapan.

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu : 1. Bagaimana mempraktekkan metode ekstraksi asam basa ? 2. Bagaimana prinsip dasar dari metode ekstraksi asam basa ?

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Mempraktekkan metode ekstraksi asam basa 2. Memahami prinsip dasar dari metode ekstraksi asam basa

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS) 2.1.1 Akuades (H2O) Akuades dengan rumus kimia H2O memiliki sifat fisik dan kimia yaitu berwujud cair, berwarna bening, tidak memiliki rasa dan tidak memiliki bau. Akuades memiliki berat molekul 18,02 g/mol, tekanan uap 23 kPa dan memiliki pH (1% solu/air) yang berarti sama dengan 7 (netral). Akuades memiliki titik didih minimal 0°C, titik didih minimal 100°C (212°F) dan massa jenis 1 g/cm³. Akuades tidak berbahaya ketika terjadi kontak dengan mata, kulit, terhirup maupun tertelan sehingga tidak ada penanganan khusus untuk korban (Sciencelab, 2018). 2.1.2 Asam klorida (HCl) Asam klorida merupakan senyawa kimia dengan rumus molekul yaitu HCl. Sifat fisik dari natrium hidroksida yaitu berwujud cair, berbau menyengat, dan tidak berwarna-kekuningan. Sifat kimia asam klorida yaitu memiliki titik didih sebesar 108,58oC, titik leleh -62,25oC, dan massa jenis sebesar 1,267 gram/cm3. Asam klorida memiliki tekanan uap sebesar 16 kPa. Asam klorida larut dalam air dingin, air panas, dan dietil eter. Penanganan pertama jika kontak dengan mata yaitu bilas mata dengan air mengalir selama 15 menit dengan keadaan mata terbuka. Penanganan jika kontak kulit yaitu cuci bagian yang terindikasi dengan air dan sabun selama 15 menit. Penanganan jika terjadi inhalasi yaitu bawa korban ke tempat terbuka (Sciencelab, 2018). 2.1.3 Asam benzoat (C7H6O2) Asam benzoat merupakan senyawa kimia dengan rumus molekul yaitu C7H6O2. Sifat fisik dari asam benzoat yaitu berwujud padat, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa. Sifat kimia asam benzoat yaitu memiliki titik didih sebesar 249,2oC, titik leleh 122,4oC, dan massa jenis sebesar 1,265 gram/cm3. Asam benzoat memiliki berat molekul sebesar 122,2 g/mol. Asam benzoat larut dalam air dingin dan air panas. Asam benzoat bersifat korosif jika kontak dengan mata dan kulit. Penanganan pertama jika kontak dengan mata yaitu bilas mata dengan air mengalir selama 15 menit dengan keadaan mata terbuka. Penanganan

jika kontak kulit yaitu cuci bagian yang terindikasi dengan air dan sabun selama 15 menit. Penanganan jika terjadi inhalasi yaitu bawa korban ke tempat terbuka dan beri nafas buatan jika perlu (Sciencelab, 2018). 2.1.4 Natrium hidroksida (NaOH) Natrium hidroksida merupakan senyawa kimia dengan rumus molekul yaitu NaOH. Sifat fisik dari natrium hidroksida yaitu berwujud kristal, berwarna putih, dan tidak berbau. Sifat kimia natrium hidroksida yaitu memiliki titidk didih sebesar 1390oC, titik leleh 318oC, dan massa jenis sebesar 2,1 gram/cm3. Natrium hidroksida sangat larut dalam air hingga 111 gram/100 mL air pada suhu 20oC. Natrium hidroksida sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, dan senyawa ini juga larut dalam etanol dan metanol. Pertolongan pertama jika terjadi kontak dengan mata maka segera basuh dengan air yang mengalir kurang lebih selama 15 menit. Pertolongan pertama jika terjadi kontak dengan kulit maka segera cuci dengan sabun dan basuh dengan air hingga bersih. Pertolongan pertama jika terhirup maka segera bawa ketempat yang segar dan banyak mengandung oksigen, jika membutuhkan penanganan yang lebih serius segera hubungi medis (Sciencelab, 2018). 2.1.5 Toluena (C7H8) Toluena merupakan senyawa kimia dengan rumus molekul yaitu C7H8. Sifat fisik dari toluena yaitu berwujud cair, berbau manis, tidak berwarna dan tidak berasa. Sifat kimia toluena yaitu memiliki titik didih sebesar 110,6oC, titik leleh 95oC, dan massa jenis sebesar 3,1 gram/cm3. Toluena memiliki berat molekul sebesar 92,14 g/mol dan tekana uap sebesatr 3,8 kPa. Toluena larut dalam dietil eter, etanol, benzena, kloroform dan aseton tetapi tidak larut dalam air dingin. Pertolongan pertama jika terjadi kontak dengan mata maka segera basuh dengan air yang mengalir kurang lebih selama 15 menit. Pertolongan pertama jika terjadi kontak dengan kulit maka segera cuci dengan sabun dan basuh dengan air hingga bersih. Pertolongan pertama jika terhirup maka segera bawa ketempat yang segar dan banyak mengandung oksigen, jika membutuhkan penanganan yang lebih serius segera hubungi medis (Sciencelab, 2018).

2.1 Dasar Teori Ekstraksi merupakan teknik pemisahan kimia yang menyangkut proses pemindahan suatu zat atau senyawa satu atau lebih dari satu fasa ke fasa yang lain. Ekstraksi

didasarkan

pada prinsip

suatu

kelarutan.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi proses ekstraksi antara lain yaitu ukuran bahan baku, pemilihan pelarut, waktu proses ektraksi dan suhu ektraksi. Ukuran bahan baku yang kecil maka akan menghasilkam hasil ekstraksi yang rendah juga. Pemilihan pelarut akan mempengaruhi suhu ekstraksi dan waktu proses ekstraksi. Suhu tinggi maka akan menghasilkan sisa pelarut yang tinggi pula, begitu juga waktu ekstraksi yang lama maka akan menghasilkan hasil ekstraksi yang tinggi. Faktor-fakor untuk pemilihan jenis pelarut yaitu sebagai berikut : 1. Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya 2. Pelarut organik memiliki kelarutan yang rendah dalam air 3. Gugus yang bersangkitan didalam air mudah dilepaskan kembali untuk keperluan analisis lebih lanjut 4. Memiliki viskositas kecil serta tidak membentuk emulsi dengan air 5. Tidak mudah terbakar (Khopkar, 1990). Ekstraksi dibagi menjadi dua macam yaitu ektraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat cair merupakan teknik pemisahan kimia pada satu atau beberapa komponen yang dapat larut dipisahkan dari bahan padat dengan bahan pelarut. Prinsip ekstraksi padat cair yaitu pada bahan ekstraksi dicampur dengan pelarut, maka pelarut akan menembus kapiler-kapiler dalam pada bahan padat dan melarutkan ekstrak. Larutan ekstrak dengan konsentrasi yang tinggi akan terbentuk di bagian dalam pada bahan ekstraksi. Cara difusi akan terjadi pada saat kesetimbangan konsentrasi antara larutan tersebut dengan larutan pada luar bahan padat. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai unjuk kerja ekstraksi atau kecepatan ekstraksi yang paling tinggi pada ekstraksi padat-cair yaitu: 1. Perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fase padat dan fase cair, maka bahan itu perlu memiliki permukan yang lebih luas

2. Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin lebih besar dibandingkan dengan laju alir bahan ekstraksi 3. Suhu harus lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah,kelarutan ekstrak lebih besar) daripada suhu yang biasa digunakan pada ekstraksi 4. Perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fase padat dan fase cair, maka bahan itu perlu memiliki permukan yang lebih luas 5. Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin lebih besar dibandingkan dengan laju alir bahan ekstraksi 6. Suhu harus lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah,kelarutan ekstrak lebih besar) daripada suhu yang biasa digunakan pada ekstraksi (Underwood, 1986). Ekstraksi cair-cair merupakan teknik pemisahan apabila kedua fasa tersebut merupakan zat cair yang tidak saling bercampur. Penggunaan ekstraksi cair-cair yaitu sebagai metode untuk mengisolasi senyawa tunggal dari suatu campuran. Proses fisik yang mendasari ektraksi cair-cair tersebut adalah partisi pelarutpelarut, atau distribusi solute diantara sepasang pelarut. Proses ekstraksi cair-cair pada satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dapat dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar, misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotik, bahan-bahan penyedap, produkproduk minyak bumi dan garam-garam logam. Proses ekstraksi ini juga digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi dari padat cair. Ekstraksi cair-cair yang paling utama digunakan apabila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas). Proses ekstraksi ini sama halnya pada proses ekstraksi padat-cair, dimana ekstraksi cair-cair selalu terdiri minimal dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin (Cahyono, 1991). Ekstraksi asam basa termasuk jenis ekstraksi yang didasarkan atas dasar sifat asam dan basa dari senyawa organik. Senyawa asam atau basa organik jika direaksikan dengan basa atau asam maka akan membentuk garamnya. Garam yang terbentuk tersebut tidak larut dalam pelarut organik (non polar) tetapi larut

baik dalam air (polar). Ekstraksi basa dikembangkan untuk isolasi kovalen asam organik dari campurannya dan juga kovalen basa organik (alkaloid) yang diekstraksi dengan asam mineral dengan cara titrasi (Svehla, 1990). Ekstraksi asam basa pada dasarnya menerapkan reaksi asam dan basa. Ekstraksi suatu asam dari suatu pelarut organik misalnya, dapat dilakukan dengan menggunakan basa. Asam dan basa akan membentuk garam sehingga dapat dipisahkan dari molekul organiknya, dengan catatan basa yang ditambahkan harus lebih basa dari pelarut organik. Prinsip pemisahan asam dan basa dapat dianalogikan seperti perlakuan berikut. Dietil eter disiapkan, kemudian dicampurkan dengan anilin dan asam benzoat yang berfungsi sebagai reagen utama dalam campuran organik. Dietil eter berfungsi sebagai pelarut organik nonpolar. Campuran tersebut kemudian dituangkan ke dalam corong pisah. Penambahan suatu basa dilakukan, maka akan membentuk garam dari asam benzoate dan basa yang larut dalam air sehingga dapat dipisahkan dari pelarut dan campuran organik. Penambahan asam seperti HCl berfungsi sebagai reagen yang mempunyai sifat asam dan dapat menghidrolisis garam benzoat yang terbentuk sehingga diperoleh asam benzoat yang murni. Anilin yang ditambahkan suatu asam, akan membentuk garam yang larut dalam air dan terpusah dari pelarut dan campuran organik. Anilin murni diperoleh dengan cara menambahkan NaOH yang berfungsi untuk menghindrolisis garam anilin (Nasution, 2013). Kesetimbangan partisi tergantung pada kelarutan senyawa pada masingmasing fasa. Sebagai contoh adalah asam benzoate larut 0,34 g/100 ml air pada suhu 25ºC. sedangkan pada toluene, asam benzoate larut 11 g/100 ml toluene pada suhu yang sama. Jika 5 gram asam benzoate yang dilarutkan dalam 50 ml toluene ditambah 100 ml air dikocok dan didiamkan akan menghasilkan 2 fasa, maka asam benzoate akan terdistribusi antara 2 fasa menurut persamaan berikut: [asam benzoat]toluene ↔[asam benzoat]air Sehingga: [𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡]𝑎𝑖𝑟

𝐾 = [𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡]

𝑡𝑜𝑙𝑢𝑒𝑛𝑒

……………………….

(2.1)

Kelarutan asam benzoate adalah jumlah asam benzoate yang terpartisi, yaitu perbandingan kelarutan asam benzoate dalam air dan toluene: 𝐾=

𝑔 𝑚𝐿 𝑎𝑖𝑟 100

0,34

𝑔 100 𝑚𝐿 𝑚𝐿

11

𝑡𝑜𝑢𝑒𝑛𝑒

……….………………

(2.2)

K= 0,031 Harga K tersebut digunakan untuk menghitung jumlah asam benzoate yang terpartisi dalam 100 ml air (x g/100 ml) dari asam benzoate mula-mula 5 gram yang dilarutkan dalam 50 ml toluene [(5-x) g/50 ml] 𝑥

𝑔

𝑚𝐿

100 𝐾 = (5−𝑥)𝑔 50

𝑚𝐿

= 0,031 ………….……………

x = 0,29 gram (Tim Penyusun, 2018).

(2.3)

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - Gelas ukur 25 mL - Corong pisah - Erlenmeyer 100 mL - Kertas pH - Statif dan klem capit - Gelas beaker 150 mL - Kaca arloji - Batang pengaduk - Botol semprot - Labu ukur 50 mL - Pipet tetes - Pipet volume 15 mL - Corong - Ball pipet 3.1.2 Bahan - Akuades - Asam klorida - Toluena - Natrium hidroksida - Asam benzoat

3.2 Posedur Kerja Asam benzoat -

ditimbang sebanyak 3 gram dan diambil 30 mL toluena, kemudian dimasukkan dalam corong pisah

-

ditambahkan 15 mL larutan NaOH 10% dan dikocok selama 5 menit

-

didiamkan sampai terbentuk lapisan dengan jelas

-

dipisahkan lapisan air dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan menyisakan sedikit lapisan toluena

-

diekstrak lapisan toluena sekali lagi dengan 15 mL larutan NaOH 10%

-

digabung lapisan air dan diasamkan dengan latutan HCl 10% sampai pH < 2 hingga timbul endapan

-

disaring endapan dengan penyaring vakum

-

dikeringkan endapannya kemudian ditimbang dan diamati sifat fisiknya

Hasil

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil No.

Parameter

1.

Asam benzoat terpartisi

2.

Sifat fisik asam benzoat

Hasil 0,28 gram - Kristal padat - Berwarna putih

4.2 Pembahasan Percobaan kali ini yaitu tentang ekstraksi asam-basa. Tujuan dari percobaan ini yaitu mempraktekkan metode ekstraksi asam-basa dan memahami prinsip dasar dari ekstraksi asam-basa. Metode yang digunakan yaitu ekstraksi cair-cair. Proses ekstraksi cair-cair merupakan satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran yang dipisahkan dengan bantuan suatu pelarut. Percobaan ini digunakan untuk mengekstrak asam benzoat dalam toluena. Percobaan kali ini sampel yang digunakan yaitu asam benzoat dalam toluena. Asam benzoat dapat diproduksi secara komersial dengan menggunakan oksidasi parsial toluena dengan oksigen (Svehla, 1990). Reaksi yang terjadi pada asam benzoat dalam toluena yaitu sebagai berikut :

Gambar 4.1 Struktur asam benzoat dalam toluena Proses ekstraksi asam-basa dilakukan dalam corong pisah di mana dalam corong pisah ini pelarut organik yang ditambahkan dalam larutan. Corong pisah adalah alat yang digunakan untuk melakukan ekstraksi cair-cair yaitu proses pengocokan sistem dua pelarut, agar proses partisi bisa berjalan lebih cepat. Proses setelah dibiarkan beberapa lama sampai kedua pelarut terpisah dengan

baik, baru dilakukan pemisahan salah satu pelarut. Identifikasi pelarut bagian atas dan bawah, ditentukan atas dasar perbedaan kerapatannya. Kerapatan yang besar ada di bagian bawah, dan kerapatan yang kecil berada di bagian atas. Langkah pertama pada percobaan ini yaitu menambahkan asam benzoat 3 gram dan 30 ml toulena kedalam corong pisah. Asam benzoat dalam toluena ini ditambah dengan NaOH 10% sebanyak 15 mL. Tujuan penambahan NaOH 10% yaitu untuk untuk mengubah asam benzoat dalam toulena menjadi garam natrium benzoat, dimana ion Na+ menggantikan ion H+. Garam natrium benzoat tersebut dapat larut dalam air dan tidak larut dalam toulena. Reaksi yang terjadi antara asam benzoate dengan larutan NaOH yaitu sebagai berikut :

Gambar 4.2 Reaksi asam benzoate + NaOH Hasil percobaan menunjukkan warna campuran NaOH dan asam benzoat dalam toluena yaitu putih keruh. Warna yang dihasilkan dapat diamati pada gambar berikut :

Gambar 4.3 Setelah penambahan NaOH 10% Setelah ditambah NaOH 10% selanjutnya yaitu dilakukan pengocokan selama 5 menit dan didiamkan hingga terbentuk lapisan yang jelas. Tujuan pengocokan tersebut adalah agar tejadi difusi antara pelarut dengan ekstrak sehingga terbentuk

garam natrium benzoat. Pengocokan dilakukan dengan tujuan yaitu untuk mempercepat pemisahan senyawa yang memilki kepolaran yang berbeda. Pengocokan juga untuk mempercepat pemisahan komponen pelarut dengan ekstrak. Terbentuknya dua fase dapat diamati pada gambar berikut :

Gambar 4.4 Setelah pengocokan Campuran ini kemudian memisah menjadi 2 fase setelah didiamkan beberapa menit. Pendiaman setelah proses pengkocokan berfungsi untuk memberikan waktu terbentuknya dua fase larutan dengan kepolaran yang berbeda. Fase bawah merupakan fase polar yang telah diekstrak dengan NaOH, lapisan ini merupakan fase anorganik dan fase atas merupakan fase nonpolar yang telah terisolasi dengan NaOH, lapisan ini merupakan lapisan organik. Lapisan bawah yang mengandung senyawa anorganik dikeluarkan dari corong pisah untuk memisahkan dengan fase organik. Setelah dibiarkan beberapa lama sampai kedua pelarut terpisah dengan baik maka dilakukan pemisahan salah satu pelarut dari corong pisah yaitu air yang berada pada bagian bawah. Lapisan atas (toluena) yang masih tersisa dalam corong pisah ditambahkan 15 mL NaOH 15% untuk melakukan pengekstraksian kembali. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil ekstrak yang lebih banyak. Hasil fraksi NaOH yang dihasilkan dari ekstraksi kedua ini kemudian digabungkan dengan hasil yang pertama. Fasa polar yang telah dipisahkan ke dalam gelas beaker ditambahkan HCl 10% tetes demi tetes hingga larutan menjadi bersifat asam yaitu hingga didapat pH < 2. Pengujian sifat atau pengukuran pH dari larutan hasil ekstraksi yaitu dapat dilakukan dengan menggunakan kertas pH. Penggunaan alat ini yaitu dengan cara

dicelupkan pada larutan yang telah ditambahkan HCl 10%, sehingga pada kertas pH akan muncul warna yang sesuai dengan pH 2. Larutan yang bersifat asam juga dapat ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang berupa endapan dari asam benzoat. Tujuan dari proses pengasaman ini yaitu untuk mereaksikan antara garam natrium benzoat yang dihasilkan dengan asam yang ditambahkan yaitu HCl 10%, sehingga akan terbentuk asam benzoat yang berupa endapan putih dan tidak larut atau sedikit larut dalam air. HCl yang dibutuhkan hingga terbentuk endapan yaitu sebanyak 370 tetes. Terbentuknya endapan dapat diamati pada gambar berikut :

Gambar 4.5 Setelah penambahan HCl 10% Proses terbentuknya endapan putih yaitu dengan mekanisme H+ dari HCl mensubstitusi Na+ dari garam natrium benzoat, sehingga diperoleh asam benzoat yang bebas dari garam. Reaksi antara garam natrium benzoat dengan HCl yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.6 Reaksi natrium benzoat + HCl Reaksi tersebut yaitu menunjukkan bahwa hasil reaksi dari garam natrium benzoat dengan HCl dapat menghasilkan asam benzoat yang berupa endapan putih dan natrium klorida berupa cairan. Rendemen yang dihasilkan pada percobaan kali ini yaitu 125, 67%. Endapan yang diperoleh tidak sesuai dengan massa awal asam benzoat, hal ini dikarenakan pada saat penetesan HCl yang terlalu berlebih,

sehingga endapan bertambah banyak. Endapan yang dihasilkan dapat diamati pada gambar berikut :

Gambar 4.7 Endapan yang didapat

BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari percobaan ini yaitu pemisahan suatu senyawa dengan sifat fisik cair-cair dapat dipisahkan dengan metode ekstraksi. Ekstraksi yang digunakan yaitu ekstraksi cair-cair. Prinsip ekstraksi cair-cair yaitu distribusi solut diantara dua pelarut. Asam benzoat yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar (NaOH) dan akan membentuk garam, dan akan terbentuk endapan putih jika garam tersebut dilarutkan dengan pelarut polar (HCl).

5.2 Saran Saran untuk praktikum ekstraksi asam-basa yaitu sebelum pengambilan larutan asam benzoat dalam toluene dikocok terlebih dahulu agar emulsi yang ada dalam larutan juga ikut terekstrak. Penambahan HCl dilakukan tetes demi tetes agar larutan yang dihasilkan tidak melewati batas pH yang ditentukan. Kebersihan alat diperhatikan agar tidak ada bahan yang terkontaminasi bahan lain dan mempengaruhi hasil ekstraksi.

DAFTAR PUSTAKA Cahyono, Bambang. 1991. Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa Organik. Semarang : UNDIP Press. Day, R. A. dan Underwood, A. L. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga. Khopkar, S. W. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press. Nasution, M. 2013. Aplikasi Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil) dan Geraniol dalam Pembuatan Skin Lotion Penolak Nyamuk. Jurnal Teknik Industri Pertanian 17 (3): 97-103. Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Akuades. [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321. Diakses tanggal 10 Mei 2018. Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Asam klorida. [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924285. Diakses tanggal 10 Mei 2018. Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Asam benzoat. [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927096. Diakses tanggal 10 Mei 2018. Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Natrium hidroksida. [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924997. Diakses tanggal 10 Mei 2018. Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Toluena. [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927301. Diakses tanggal 10 Mei 2018. Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisa Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pusaka. Tim Penyusun. 2018. Penuntun Praktikum Pemisahan Kimia. Jember : FMIPA Universitas Jember.

LAMPIRAN [𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡]𝑎𝑖𝑟 [𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡]𝑡𝑜𝑙𝑢𝑒𝑛𝑎 𝑔 0,34 100 𝑚𝐿 𝑎𝑖𝑟 𝐾= 𝑔 11 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿 𝑡𝑜𝑢𝑒𝑛𝑎

𝐾=

K= 0,031

𝐾=

=

𝑔 𝑥 100 𝑚𝐿 (3 − 𝑥)𝑔 30 𝑚𝐿 𝑔 3 100 𝑚𝐿

(3 − 𝑥)𝑔 30 𝑚𝐿

= 0,031

= 0,031

x = 0,28 gram

Related Documents


More Documents from "fatma agustina"

Ekstraksi Asam Basa
February 2021 0