Jalan Sttst Juni 2020 _pengantar Keselamatan Jalan Dan Perencanaan Jalan Yg Berkeselamatan.pptx

  • Uploaded by: Mohamad Tontro Prastowo
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jalan Sttst Juni 2020 _pengantar Keselamatan Jalan Dan Perencanaan Jalan Yg Berkeselamatan.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,386
  • Pages: 97
Loading documents preview...
PENGANTAR KESELAMATAN JALAN Penerapan Aspek Keselamatan Dalam Perencanaan untuk kelaikan Fungsi Jalan (Permen PU No.19/PRT/M/2011)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

1

Outline 1. 2. 3. 4.

Latar Belakang Persyaratan Teknis Jalan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan Keselamatan di Persimpangan

2

LATAR BELAKANG

3

KONSEP JALAN YANG BERKESELAMATAN

1. Menciptakan Jalan yang Self Explaining Definisi: mampu menjelaskan maksud tanpa komunikasi • Perencana merancang jalan yang berkeselamatan • Dikomunikasikan ke pengguna: marka, rambu, APILL • Mudah dicerna pengguna

Contoh jalan yang self explaining: • Terdapat rambu pengarah tikungan yang menginformasikan pengguna jalan akan adanya tikungan • Terdapat marka tengah garis menerus agar pengendara tidak mendahului di tikungan • Terdapat patok pengarah yang mengarahkan pengguna jalan

Contoh jalan yang self regulating/enforcing: • Terdapat rambu batas kecepatan agar pengemudi tidak melebihi kecepatan maksimum • Terdapat rambu larangan mendahului agar kendaraan tidak menyalip kendaraan lain pada lokasi yang berpotensi kecelakaan depan-depan

KONSEP JALAN YANG BERKESELAMATAN (lanjutan)…

2. Menciptakan jalan yang Memaafkan – Forgiving Road Definisi: Jalan yang mengantisipasi jika terjadi kesalahan pengemudi agar tidak menjadi fatal • Manusia dapat berbuat salah • Kesalahan sepele (seperti lelah, mengantuk) jangan berdampak fatal

Contoh jalan yang forgiving: ◦ Terdapat bahu jalan dengan level yang sama dengan perkerasan jalan dan bahu berpenutup sehingga apabila terjadi potensi konflik antara mobil dan sepeda motor, sepeda motor dapat menghindar ke bahu jalan dengan selamat ◦ Pada lokasi yang berbahaya, dipasang pagar pengaman, sehingga apabila pengemudi melakukan kesalahan, walaupun kendaraan tersebut menabrak pagar pengaman, kendaraan akan tetap berada di jalan (tidak masuk ke jurang)

Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan bertujuan untuk mewujudkan: 1. Tertib penyelenggaraan jalan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan; dan 2. Tersedianya jalan yang mewujudkan keselamatan, keamanan, kelancaran, ekonomis, kenyamanan, dan ramah lingkungan

PERSYARATAN TEKNIS JALAN

9

PERSYARATAN TEKNIS JALAN 1. Kecepatan rencana 2. Lebar badan jalan 3. Kapasitas jalan 4. Jalan masuk 5. Persimpangan sebidang dan fasilitas berputar balik

6. Bangunan pelengkap jalan 7. Perlengkapan jalan 8. Penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya 9. Ketidakterputusan

Kecepatan Rencana • Kecepatan rencana pada satu ruas jalan harus seragam sepanjang ruas jalan, kecuali pada ruas jalan dengan kecepatan rencana 60 km/jam atau lebih terdapat segmen yang sulit untuk memenuhi kecepatan rencana tersebut, maka kecepatan rencana pada segmen tersebut dapat diturunkan paling besar 20 km/jam

11

Variasi Kecepatan Operasi

Kecepatan Operasi dapat bervariasi antar penggal jalan pada satu ruas.

Variasi Kecepatan Operasi

Badan Jalan • Lebar badan jalan meliputi: – – – –

Jalur lalu lintas Bahu jalan Median Pemisah lajur Lajur Lalu Lintas

14

Lebar Lajur vs Angka Kecelakaan 2.6

Ʃ kecelakaan per juta kend. km

2.4 2.2

2.0

1.8

Kisaran (3.45 – 3.8) di mana angka kecelakaan relatif konstan

1.6

Effect of Lane and Shoulder Width on Accident Reduction on Rural, Two-Lane Roads.

1.4

Transportation Research Record No. 806. Highway Research Board, Washington, D.C

1.2 Zegeer, C.V., Robert C. Deen and J.G. Mayes (1981)

1.0 2.0

3.0

3.5

LEBAR LAJUR

3.7

4.0

Bahu Jalan • Bahu jalan harus diperkeras • Bahu jalan pada jalan raya, jalan sedang, dan pada jalan kecil harus diperkeras dengan paling sedikit perkerasan tanpa penutup • Muka perkerasan bahu jalan harus rata dengan muka perkerasan lajur lalu lintas dan diberi kemiringan melintang untuk menyalurkan air hujan yang mengalir melalui permukaan bahu Sumber: Permen PU 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis16Jalan, Pasal 7

Fungsi Bahu Jalan – Area pemulihan untuk kendaraan yang lepas kendali – Area yang relatif aman untuk kendaraan berhenti – Jalur kendaraan lambat yang memisahkan pengguna jalan yang rentan dari arus lalu lintas yang lebih cepat – Area khusus untuk kendaraan dalam keadaan darurat

• Bahu jalan harus memiliki elevasi yang sama dengan lajur lalu lintas • sehingga kendaraan yang melaluinya dapat melakukan transisi dengan selamat

Median Jalan

Untuk Jalan Raya Lebar minimal: Vr < 60 km/jam tanpa lapak penyeberangan : 1,5m dengan lapak penyeberangan : 1,8m

Untuk Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Raya Lebar minimal: 9 m

Vr > 60 km/jam : 2 m

MEDIAN

Ditinggikan

MEDIAN 9M

Direndahkan

Lebar Jembatan

Lebar jalur lalu lintas pada jembatan harus sama dengan lebar jalur lalu lintas pada ruas jalan. Khusus untuk jalan arteri, lebar badan jalan harus sama dengan lebar badan jalan pada ruas jalan Sumber: Permen PU 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan, Pasal 16

Lebar Jembatan

Lebar jembatan ini tidak sama dengan lebar jalan, ada penyempitan.

KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN

25

KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS 1. 2. 3.

Fungsi jalan Kelas jalan Bagian-bagian jalan 4. Dimensi jalan 5. Muatan sumbu terberat, Volume lalu lintas dan Kapasitas jalan

6. Persyaratan geometrik 7. Konstruksi jalan 8. Konstruksi bangunan pelengkap jalan 9. Perlengkapan jalan 10.Kelestarian lingkungan hidup 11.Ruang bebas

FUNGSI DAN KELAS JALAN STATUS JALAN NASIONAL

JALAN PROVINSI

JALAN KABUPATEN JALAN KOTA

SISTEM JARINGAN JALAN

FUNGSI JALAN

SJJ PRIMER

JALAN ARTERI

SJJ SEKUNDER

JALAN KOLEKTOR

KELAS JALAN: SPESIFIKASI PENYEDIAAN

JALAN BEBAS HAMBATAN

KELAS JALAN: PENGGUNAAN JALAN

KELAS I KELAS II

JALAN RAYA

KELAS III

JALAN LOKAL JALAN SEDANG JALAN LINGKUNGAN

KELAS KHUSUS

JALAN KECIL

JALAN DESA

Sumber: PP 34/2006 Tentang Jalan dan Permen PU 19/PRT/M/2011 tentang PTJ 27

GEOMETRIK

Sumber: Permen PU 19/PRT/M/2011 tentang PTJ

 5 komponen dasar desain geometrik yg mempengaruhi keselamatan: a. kecepatan rencana b. penampang melintang (termasuk drainase, median, bahu jalan), c. jarak pandang, d. alinyemen horizontal (termasuk superelevasi) dan e. alinyemen vertikal.

Sumber: Instruksi Direktur JenderaL Bina Marga Nomor 02/IN/Db/2012 tentang Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan Jalan

Jarak Pandang

• Jarak pandang = jarak yg diperlukan untuk pengemudi/pengendara bereaksi dan menghentikan kendaraannya pada kecepatan operasi. • Waktu reaksi pengemudi/pengendara pada umumnya 2 detik

Sumber: Instruksi Dirjen Bina Marga No 02IN/Db/2012 tentang Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan Jalan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Nomor 038/TBM/1997

Jarak Pandang Mendahului

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Nomor 038/TBM/1997

Alinyemen Horizontal

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Nomor 038/TBM/1997

Alinyemen Horizontal

Secara umum, Rambu Pengarah Tikungan dibutuhkan pada R < 200 m Sumber: Laporan Audit Keselamatan Jalan Ruas EINRIP

Superelevasi

Superelevasi paling besar 8 % Sumber: Lampiran Permen PU 19/PRT/M/2011 tentang PTJ dan KPTJ

Alinemen Vertikal • Alinemen vertikal terdiri dari bagian landai vertikal (tanjakan/turunan) dan bagian lengkung vertikal (cekung/cembung)

Sumber: Lampiran Permen PU 19/PRT/M/2011 tentang PTJ dan KPTJ

36

Koordinasi Geometrik Horizontal dan Vertikal • Perlu dihindari – – – –

Cekungan tersembunyi Persimpangan tersembunyi Pergeseran alinyemen pada cembungan Perubahan alinyemen di balik cembungan

Cekungan yang tersembunyi

Persimpangan yang tersembunyi

MENUJU MANA JALANNYA? KIRI? KANAN? LURUS?

Ruang Bebas Jalan • Ruang bebas adalah ruang yang dikosongkan dari segala bentuk bangunan atau penghalang atau bentuk muka tanah yang dapat mencederai berat pengguna jalan atau memperparah luka akibat kecelakaan kendaraan yang keluar dari badan jalan

Sumber: Permen PU 19/PRT/M/2011 tentang PTJ dan KPTJ, Pasal 60

44

Lebar ruang bebas

Sumber: Instruksi Dirjen Bina Marga No 02IN/Db/2012 tentang Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan Jalan

6.1 Apa itu Hazard Sisi Jalan?

Contoh Hazard Sisi Jalan

6.2

Contoh Hazard Sisi Jalan

6.3

Contoh Hazard Sisi Jalan

6.4

Kemiringan lereng timbunan 1:1, dan tidak dapat dilalui kendaraan.

KESELAMATAN DI PERSIMPANGAN

50

 Persimpangan dapat dikategorikan dalam 4 grup utama, yaitu: • Persimpangan 4 kaki • Persimpangan T • Persimpangan Y • Persimpangan multi kaki

Jenis Persimpangan

 Bentuk kendali utama di persimpangan:  Tanpa kendali fisik  Jalan prioritas dengan rambu ‘berhenti’ atau ‘beri jalan’ (give way).  Bundaran.  APILL, dengan kendali (penuh atau sebagian) utk lalu lintas yg belok kanan.

 Variasi persimpangan sangat dipengaruhi banyak faktor, a.l:  Kecepatan kendaraan yg menghampiri  Jumlah kaki persimpangan  Jarak pandang kendaraan yg menghampiri  Alinyemen  Jumlah lajur tambahan  Kanalisasi  Radius putar  Lampu penerangan  Lebar lajur dan bahu jalan  Jenis kendali persimpangan.

Prinsip Dasar Persimpangan Berkeselamatan  Jarak pandang yg cukup  Meminimalkan jumlah titik konflik.  Mengurangi kecepatan relatif antar kendaraan.  Mengutamakan pergerakan lalin yg ramai.  Memisahkan konflik (jarak dan waktu).  Menjabarkan dan meminimalkan wilayah konflik.  Menjabarkan pergerakan kendaraan.  Mengakomodasi semua pergerakan pengguna jalan  Menyederhanakan persimpangan.  Meminimalkan tundaan bagi pengguna jalan.

a. Jarak Pandang yang Memadai 2 jarak pandang yg penting:  JPP – jarak pandang pendekat  Jarak yg dibutuhkan bagi pengemudi utk memahami marka atau hazard di permukaan jalan menuju persimpangan lalu berhenti.  Pengemudi tahu ada persimpangan dan bentuk tata letak persimpangan.  JPBP – jarak pandang berkeselamatan di persimpangan.  Jarak minimal pada jalan utama di persimpangan,  Agar pengemudi di jalan utama, dapat melihat kendaraan di jalan yg lebih kecil, yg sedang menuju titik tabrakan, dan untuk mengurangi kecepatan hingga berhenti sebelum mencapai titik tabrakan.

JPP = Jarak Pandang Pendekat

JPBP JPBP

JPBP = Jarak Pandang Berkeselamatan pada Persimpangan

Tabel 2.1 Jarak Pandang Persimpangan untuk Tingkatan Gradasi (Mobil)

Tabel 2.2 Jarak Pandang Berkeselamatan di Persimpangan

Persimpangan

b. Meminimalkan titik konflik  Semakin banyak titik konflik di persimpangan, semakin besar risiko terjadi tabrakan.  Ada 4 jenis manuver utama di persimpangan yg menimbulkan konflik:  Diverging – berpencar  Merging – bergabung.  Crossing – berpotongan.  Weaving – berangkai.

Titik Konflik pada Persimpangan

24 titik konflik utama

6 titik konflik utama

4 titik konflik utama

Gambar 2.5 Contoh Pengurangan Kecepatan Relatif dan Pemisahan Sejumlah Titik Konflik pada Persimpangan

Gambar 2.6 Larangan Berbelok Ke Kanan

c. Mengurangi Kecepatan Relatif Diagram kecepatan tabrakan relatif utk berbagai kecepatan pada berbagai jenis persimpangan.  Tabrakan samping berdampak parah,  Persimpangan Y berisiko sangat tinggi,  Bundaran lebih berkeselamatan.

Gambar 2.8 Kecepatan Relatif

Gambar 2.9 Kecepatan Relatif pada Persimpangan

d. Mendahulukan pergerakan di jalan utama  Setiap persimpangan perlu dilengkapi dgn rambu petunjuk yg menjelaskan mana jalan utama dan mana yg harus memberi jalan/prioritas pada jalan utama.  Rambu larangan jalan terus (berhenti atau beri jalan/give way) digunakan utk tujuan ini.

e. Memisahkan konflik menurut ruang dan waktu  APILL: alat pengendali lalu lintas yg memisahkan konflik di persimpangan dalam dimensi waktu.  Potensi konflik dapat dihilangkan jika pengemudi menaati APILL dan jika APILL dapat terlihat jelas oleh pengemudi, tidak terhalang misalnya oleh pohon, gedung, dll.  Bundaran juga merupakan bentuk kendali lalu lintas yg memisahkan konflik dalam dimensi ruang.  Tata cara berlalulintas di sebuah bundaran cukup sederhana – sebelum masuk ke bundaran, beri jalan kepada lalu lintas yg sudah berada di bundaran.

f. Mendefinisikan dan meninimalkan ruang konflik  Di persimpangan: kecepatan maksimal bila ruang konflik minimal.  Caranya:  Sediakan ruang bagi lajur pergerakan kendaraan;  Bentuk persimpangan tegak lurus;  Minimalkan jumlah lajur dan memberi marka yg jelas.

5.10

Kondisi Eksisting:

5.11

Rekomendasi:

g. Mendefinisikan lintasan kendaraan  Pengemudi membutuhkan panduan ketika mengemudi, misalnya  Membuat garis lajur hingga ke garis tunggu di bundaran atau garis henti di APILL.  Membuat marka belok kanan untuk memandu pengemudi ketika akan belok di persimpangan bersinyal.  Memasang garis henti di kaki persimpangan dengan kendali rambu larangan jalan terus (berhenti atau beri jalan).

Sumatera Selatan Tidak ada informasi dari arah jembatan eksisting bahwa jalan yang tadinya 2 lajur 1 arah akan menjadi 2 lajur 2 arah  potensi tabrakan tinggi Kondisi Eksisting

Sumatera Selatan •

Ilustrasi rekomendasi

Bali

78

Tidak ada satupun petunjuk persimpangan.

Jalan terlihat lurus kedepan. Marka garis menunjukkan jalan utama belok kekiri, namun tidak ada rambu arah yang membantu. Sebagian pengemudi/pengendara tidak akan tahu jalan yang harus dilalui, mana yang mendapat prioritas di simpang tiga.

Tidak ada petunjuk jalan kecil di sebelah kiri. Tidak ada rambu peringatan di pendekat ini, dan tidak ada rambu arah juga.

Jalan yang lebih kecil mendekati jalan utama dalam sebuah tanjakan pendek dan curam sehingga aspal jalan utama baru tampak pada jarak 10 m.

h. Meminimalkan hazard sisi jalan  Hazard sisi jalan dapat berupa tiang listrik, tiang PJU, pohon, batu, bangunan, halte bus, saluran terbuka, dan lereng tepi jalan (galian dan timbunan) yg tidak dapat dilintasi kendaraan.  Pada lokasi persimpangan, arus utama lalu lintas mengalami banyak gangguan yg disebabkan oleh kendaraan dari jalan minor. Arus yg terganggu ini dapat menimbulkan risiko kecelakaan kendaraan keluar jalur dan menabrak hazard sisi jalan.

i. Memfasilitasi semua pergerakan kendaraan dan non-kendaraan  PKL, kios, bus berhenti.  Persimpangan yg tadinya didesain cukup lebar, menjadi sangat padat dan tidak teratur dengan cepat.  Ahli teknik dpt berperan mencegah hal ini, misalnya:  mendesain halte di lokasi yg agak jauh dari persimpangan,  membuat lajur khusus (layby) utk menaik-turunkan penumpang bus,  membuat trotoir yg cukup lebar dan  memfasilitasi utk mengakomodasi warung dan gerobak pedagang agar tidak mengokupansi trotoir yg memaksa pejalan kaki berjalan di badan jalan.  Jangan meletakkan pot beton di tengah trotoir – jagalah agar jalur pejalan kaki cukup lebar, rata dan tanpa halangan.

j. Mengurangi beban pengemudi  Buatlah persimpangan sesederhana mungkin.  Pastikan rambu dan alat pengendalian lalu lintas terpasang dengan benar dan terlihat jelas serta terdapat marka garis yg membantu pengemudi berkendara di lintasannya. • Meminimalkan tundaan  Upayakan utk meminimalkan tundaan pengguna jalan.  Jika tundaan tidak terlalu lama, kecil kemungkinan untuk pelanggaran lampu lalu lintas.  Jika digunakan APILL, kadang kala membutuhkan lajur tambahan untuk menampung kendaraan saat lampu merah.

Bahaya Persimpangan Y  Bentuk persimpangan sangat sederhana saat volume lalu lintas masih kecil.  Jika volume lalu lintas meningkat, persimpangan Y menjadi lokasi berisiko tinggi karena tidak memenuhi prinsip dasar persimpangan yg berkeselamatan.  Untuk mengurangi risiko di persimpangan Y, dapat dilakukan:  Tutup salah satu kaki simpang, berarti menghilangkan simpang.  Ubah persimpangan Y menjadi T dengan membentuk kaki simpang minor tegak lurus dengan jalan utama.  Jika di perkotaan, pertimbangkan APILL untuk memisahkan konflik lalin dalam dimensi waktu. APILL harus mengakomodasi pejalan kaki utk membantu menyeberang.  Bundaran dapat menggantikan persimpangan Y, namun harus dipertimbangkan tersedianya jarak dan sudut pendekat (defleksi) yg cukup (dan hampir sama) pada semua kaki simpang.

Simpang Nagreg, Jawa Barat

86

Simpang Nagreg, Jawa Barat

Simpang Nagreg, Jawa Barat

88

Gambar 2.14 Meningkatkan Kecepatan Pendekat dan Kecepatan Relatif untuk re-alinyemen dan kanalisasi.

Perbaikan Persimpangan Sudut Kecil

Bundaran  Sebelum masuk bundaran, pengemudi wajib memberi jalan kepada lalu lintas yg sudah berada di bundaran.  Bundaran merupakan suatu bentuk kendali persimpangan yang berkeselamatan, karena:  Menyederhanakan proses pengambilan keputusan pengemudi.  Mengurangi kecepatan tabrakan relatif.  Mengurangi jumlah titik konflik dari 32 (simpang 4) menjadi hanya 4 titik.  Menurut studi, bundaran mampu mengurangi kecelakaan dengan faktor reduksi tabrakan 85%. Jadi, dalam perhitungan rasio biaya dan manfaat (BCR-benefit cost ratio) dpt memprediksi pengurangan 85% tabrakan jika simpang diubah jadi bundaran.

92

93

94

95

96

97

TERIMA KASIH

98

Related Documents


More Documents from "sharmimiameerasanady"