K3 6 Sasaran Keselmatan Pasien

  • Uploaded by: Krisna Anisa
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View K3 6 Sasaran Keselmatan Pasien as PDF for free.

More details

  • Words: 5,253
  • Pages: 33
Loading documents preview...
MAKALAH KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA SASARAN KESELAMATAN PASIEN PADA SASARAN Ke-4, Ke-5 dan Ke-6

DISUSUN OLEH : 1. ENDANG PRAYITNO 2. ENDANG SULISTYAWATI 3. ERIKA PUTRA 4. HALIMAH 5. HARI GUSTIANINGSIH 6. HEFRI BRENLY 7. IKA MULYANA 8. ILHAM AJI WIBOWO 9. IMAM KHAROMAIN 10. JUNARRIZA 11. KRISNA ANISA 12. LINA ARISCA

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN AJARAN 2019 / 2020

1

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Kesehatan & Keselamatan Kerja tentang ”SASARAN KESELAMATAN PASIEN PADA SASARAN Ke-4, Ke-5, dan Ke-6” sesuai waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam tetap tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta sahabat dan para pengikutnya. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak, baik moril maupun materil dalam proses pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, saran ataupun kritik yang membangun, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Jakarta, 16 Oktober 2019

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2 DAFTAR ISI......................................................................................................................3 BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................4 B. Rumusan Masalah....................................................................................................5 C. Tujuan......................................................................................................................5 BAB II : PEMBAHASAN A. Pengertian dan Tujuan Keselamatan Pasien............................................................ 6 B. Insiden Keselamatan Pasien dan Jenisnya ..............................................................7 C. Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit .............................................................8 D. Sasaran Keselamatan Pasien....................................................................................8 E. Peran Perawat dalam Keselamatan Pasien (Patient Safety).....................................30 BAB III : PENUTUP A. Kesimpulan..............................................................................................................32 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................33

3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien telah menjadi isu global yang sangat penting dilaksanakan oleh setiap rumah sakit, dan seharusnya menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan mutu dan citra rumah sakit. Pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu, yaitu primum non nocere atau first, do no harm . Dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit, sehingga membuat semakin kompleks prosedur pelayanan kesehatannya dan berpotensi terjadinya KTD (kejadian tidak diharapkan) atau adverse event ( Depkes, 2008). Mengingat pentingnya masalah keselamatan pasien yang harus ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan regulasi tentang keselamatan pasien. Dengan diterbitkannya peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 1691 pada tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien di rumah sakit, mendorong upaya pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien. Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) juga mengembangkan standar akreditasi rumah sakit yang mengadopsi badan akreditasi internasional JCI (Joint Commission International) sehingga terbit standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 menggantikan standar akreditasi rumah sakit yang lama. Salah satu standar akreditasi rumah sakit versi 2012 tersebut menyebutkan tentang Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) yang mengadopsi international patient safety goals (IPSG). Ada 6 sasaran keselamatan pasien yaitu : 1. Sasaran keselamatan pasien ke-1 tentang ketepatan identifikasi pasien, 2. Sasaran keselamatan pasien ke-2 tentang peningkatan komunikasi yang efektif, 3. Sasaran keselamatan pasien ke-3 tentang peningkatan kewaspadaan terhadap high alert drugs, 4. Sasaran keselamatan pasien ke-4 tentang kepastian tepat-lokasi, tepatp-rosedur, dan tepat-pasien operasi, 5. Sasaran keselamatan pasien ke-5 tentang pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, 6. Sasaran keselamatan pasien ke-6 tentang pengurangan risiko pasien jatuh. 4

B. Rumusan Masalah Diketahui bahwasanya keselamatan pasien merupakan prioritas utama bagi pelayanan kesehatan. Oleh sebab akan dibahas beberapa sasaran keselamatan pasien, diantaranya: 1. Apakah Sasaran Keselamatan pasien IV serta Elemen dari SKP ke – IV ? 2. Apakah Sasaran Keselamatan pasien IV serta Elemen dari SKP ke – V ? 3. Apakah Sasaran Keselamatan pasien IV serta Elemen dari SKP ke – V ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui SKP ke – IV serta bagaimana cara mengurangi dan elemen yang harus dinilai pada Rumah Sakit. 2. Untuk mengetahui SKP ke – V serta bagaimana cara mengurangi dan elemen yang harus dinilai pada Rumah Sakit. 3. Untuk mengetahui SKP ke – 6 serta bagaimana cara mengurangi dan elemen yang harus dinilai pada Rumah Sakit.

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Tujuan Keselamatan Pasien Menurut The national patient safety (2003), keselamatan pasien adalah proses yang dijalankan oleh organisasi yang bertujuan membuat layanan kepada pasien menjadi lebih aman. Proses tersebut mencakup pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisa insiden, dan kemampuan belajar dari suatu kejadian,

menindaklanjuti

suatu

kejadian,

dan

menerapkan

solusi

untuk

meminimalkan risiko berulangnya kejadian serupa. Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) adalah suatu sistem dimana RS membuat asuhan pasien lebih aman. Sedangkan menurut penjelasan UU 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 43 yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit/KKP-RS (2008) mendefinisikan bahwa keselamatan (safety) adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard). Keselamatan pasien (Patient safety) adalah pasien bebas dari harm/cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik, sosial, psikologi, cacat, kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan kesehatan. Untuk menghindarkan kesalah pahaman akan pengertian dan yang menjadi ranah keselamatan pasien, maka yang perlu kita garis bawahi adalah bahwa yang termasuk ke dalam keselamatan pasien adalah segala kesalahan yang terjadi di rumah sakit yang dilakukan oleh semua profesi yang menangani pasien secara langsung dalam memberikan asuhannya. Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko.

6

Adapun tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit adalah agar terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit dan terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan (Depkes RI,2008) B. Insiden Keselamatan Pasien dan Jenisnya Insiden Keselamatan Pasien (IKP) atau Patient Safety Incident adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm yaitu seperti penyakit, cedera, cacat, atau bahkan kematian yang tidak seharusnya terjadi. Adapun jenis – jenis insiden dalam keselamatan pasien adalah : a. Kondisi Potensial Cidera - KPC (A reportable circumtance) adalah situasi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera tetapi belum terjadi cidera dan kondisi atau situasi ini termasuk yang perlu untuk dilaporkan contohnya ruangan ICU yang sangat sibuk tetapi jumlah personil selalu kurang (understaffed), penempatan defibrilator di IGD ternyata diketahui bahwa alat tersebut rusak, walaupun belum diperlukan. b. Kejadian Nyaris Cidera – KNC (A near Miss) adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar atau terkena pasien, contohnya unit transfusi darah sudah terpasang pada pasien yang salah tetapi kesalahan tersebut segera diketahui sebelum transfusi dimulai sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, c. Kejadian Tidak Cidera – KTC (A No Harm Incident) adalah suatu insiden yang sudah terpapar ke pasien tetapi tidak timbul cidera, contohnya darah transfusi yang salah sudah dialirkan tetapi tidak timbul gejala inkompatibiltas. d. Kejadian Tidak Diharapkan – KTD (A Harmful incident/adverse event) adalah insiden yang mengakibatkan cidera pada pasien, contohnya transfusi yang salah mengakibatkan pasien meninggal karena reaksi hemolysis. Setelah keempat jenis insiden di atas dapat dimengerti, maka ada satu kejadian lagi yang sangat fatal dan penting untuk dilaporkan dalam keselamatan pasien yaitu kejadian sentinel (sentinel event) yang artinya suatu Kejadian Tidak Diharapkan – KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera yang serius, biasanya dipakai untuk

7

kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi pada bagian tubuh yang salah. Setiap insiden dilaporkan secara internal kepada TKPRS (Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit) dalam waktu paling lambat 2x24 jam sesuai format laporan yang ada. TKPRS melakukan analisis dan memberikan rekomendasi serta solusi atas insiden yang dilaporkan. TKPRS melaporkan hasil kegiatannya kepada rumah sakit. Rumah sakit harus melaporkan insiden, analisis, rekomendasi dan solusi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) secara tertulis kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan pengkajian dan memberikan umpan balik (feedback) dan solusi atas laporan secara nasional (Permenkes 1691/Menkes/Per/VIII/2011). C. Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit Setiap rumah sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Standar ini disusun merujuk pada “Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh “Joint Comission on Accreditation of Health Organizations, Illionis, USA,

tahun

2002

dan

di

Indonesia

sudah

dijadikan

Permenkes

1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit. Dalam penerapannya, standar ini akan dinilai menggunankan Instrumen Akreditasi Rumah Sakit.Adapun standar tersebut adalah sebagai berikut : a. Hak Pasien b. Mendidik pasien dan keluarga c. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan d. Penggunaaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien D. Sasaran Keselamatan Pasien Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari World Health Organization (WHO) Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite 8

Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKP-RS, PERSI), dan dari Joint Comission International (JCI). Sasaran menyoroti bagian – bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti keahliaan atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi – solusi yang menyeluruh. Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal – hal sebagai berikut : 1) Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien Standar 2) Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif 3) Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High – Alert). 4) Sasaran IV : Kepastian Tepat – Lokasi, Tepat – Prosedur, Tepat – Pasien Operasi. a. Standar SKP 4 : Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan sebuah proses untuk memastikan bedah yng benar tempat, benar prosedur dan benar pasien. b. Standar SKP 4.1: Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan adanya waktu jeda diruang operasi segera sebelum dimulainya bedah untuk memastikan bedah yang benar – tempat, benar – prosedur dan benar – pasien. c. Sasaran KP 4 dan 4.1 : Bedah yang salah tempat, salah – prosedur dan salah – pasien merupakan sesuatu yang secara mengkhawatirkan umum terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah hasil dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak memadai antara anggota tim bedah, kurangnya keterlibatan pasien dalam penandaan tempat, dan kurangnya prosedur untuk memverifikasi tempat bedah. Selain itu assesmen pasien yang tidak memadai, rekam medis yang tidak memadai, budaya yang tidak mendukung komunikasi yang terbuka antara anggota tim bedah, masalah yang berkaitan dengan tulisan tangan yang tak terbaca, dan penggunaan singkatan adalah faktor yang sering berkontribusi.

9

Bedah dan prosedur invasif mencakup semua prosedur yang menyelidiki dan / atau mengobati penyakit dan gangguan dalam tubuh manusia melalui pemotongan, penghilangan, penggantiaan, atau penyisipan lingkup diagnostik atau teraupetik. Organisasi perlu untuk mengidentifikasi semua area didalam rumah sakit dimana prosedur bedah dan invasif terjadi; misalnya, laboratorium katerisasi jantung, departemen intervensi radiologi, laboratorium gastrointestinal, dan sejenisnya. Pendekatan yang dilakukan di rumah sakit untuk memastikan bedah yang benar – tempat, benar – prosedur, dan benar – pasien berlaku untuk semua area rumah sakit dimana ada prosedur bedah invasif dan terjadi. Praktek berbasis bukti dijelaskan di Protokol Universal Komisi Bersama untuk mencegah bedah yang salah – tempat, salah – prosedur, dan salah – pasien. Untuk mengurangi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan seperti yang tersebut diatas, maka dibentuklah Joint Commision’s Universal Protokol. Protokol Universal tersebut, antara lain: a. Penandaan lokasi operasi. 1. Dokter melakukan penandaan lokasi operasi / prosedur di ruang rawat dengan skin marker atau spidol 70 dengan melibatkan pasien. Paling lambat penandaan dilakukan di ruang persiapan.

Gambar 1. Cara penulisan penandaan operasi 2. Kebijakan Penandaan Lokasi Operasi di RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta 10

a) Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk termasuk sisi (lateral), multiple struktur (contoh: pada jari tangan, jari kaki, lesi) , dan multiple level (contoh: tulang belakang) dan dokumentasikan pada formulir site marking (penandaan operasi), kecuali untuk organ yang hanya ada 1 didalam tubuh (contoh: tindakan laparaskopi, appendiktomi, SC, perianal, mukosa) b) Penandaan pada prosedur untuk organ mata tetap dilakukan dengan memberikan tanda pada dahi pasien sesuai sisi operasi dan didokumentasikan pada site marking (penandaan operasi) c) Pasien yang tidak dilakukan penandaan lokasi operasi / tindakan infasif yaitu pasien bayi prematur, tindakan pada gigi, pasien luka bakar, pasien yang menolak dilakukan penandaan, maka penandaan dilakukan dengan cara memberi tanda pada formulir site marking (penandaan operasi) (khusus pada gigi dilakukan juga penandaan pada foto rongen gigi) d) Penandaan lokasi operasi dengan menuliskan kata “YA“ pada lokasi yang akan dilakukan operasi. e) Perlu melibatkan pasien f) Bahan

penadaan

harus

tidak

mudah

luntur

terkena

air/alkohol/povidon iodin/chlor hexidine g) Dilakukan oleh dokter bedah yang akan melakukan tindakan h) Dilakukan pada saat pasien terjaga/sadar jika memungkinkan dan harus terlihat sampai saat akan disayat. b. Verifikasi pra operasi Perawat melakukan verifikasi pra operasi / prosedur terhadap: a) Benar sisi / lokasi operasi , benar prosedur operasi dan benar pasien. Perawat kamar operasi memastikan bahwa pasien yang dikirim ke kamar operasi merupakan pasien yang benar, dengan tindakan operasi yang tepat, dan dengan penandaan operasi yang benar sesuai dengan prosedur operasi. b) Benar dokumentasi (Surat persetujuan Tindakan Kedokteran, peralatan dan imaging) 11

Perawat kamar operasi memastikan dokumentasi lengkap dan sesuai dengan identitas pasien saat melakukan operan dengan perawat ruangan, seperti surat persetujuan tindakan kedokteran baik bedah maupun anestesi, formulir kunjungan pra anestesi, surat persetujuan dilakukan tranfusi darah (bila perlu), formulir transfer pasien dari ruang rawat ke kamar operasi, hasil pemeriksaan penunjang dan imaging. c) Peralatan/implan yang dibutuhkan Perawat kamar operasi memastikan kelengkapan peralatan dan implan yang mungkin dibutuhkan selama operasi.

Gambar 2. Contoh formulir yang dapat digunakan untuk verifikasi benar pasien, benar prosedur operasi, benar lokasi operasi

c. Time out

12

a) Seluruh anggota tim operasi melakukan komunikasi secara verbal dan mendokumentasikan operasi/prosedur

prosedur

dengan

time

menggunakan

out

sesaat ceklis

sebelum keselamatan

operasi/prosedur. b) Formulir keselamatan operasi terdiri dari Sign in, Time out, dan Sign out menurut WHO, 2009: c) Sign in (dilakukan sesaat sebelum induksi anestesi Yang harus dilakukan saat sign in antara lain: 1. Identifikasi pasien, prosedur, lokasi operasi dan persetujuan operasi 2. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap 3. Pulse oksimetri terpasang dan berfungsi dengan baik 4. Pastikan ada alergi / tidak 5. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi 6. Resiko kehilangan darah ≥ 500 cc 7. Pastikan implant tersedia d) Time out (dilakukan sesaat sebelum insisi) 1. Konfirmasi seluruh anggota tim meliputi nama dan peran masing– masing 2. Konfirmasi kembali nama pasien, prosedur operasi dan lokasi operasi 3. Antibiotik sudah diberikn dalam 30-60 menit sebelumnya 4. Antisipasi kejadian kritis  Dr bedah: berapa lama kemungkinan operasi, hala-hal yang mungkin terjadi selama operasi, dan kemungkinan kehilangan darah  Dr anestesi: kemungkinan hal-hal khusus yang harus diperhatikan dalam proses anestesi  Perawat bedah: sterilitas dan kemungkinan instrumen tambahan e) Sign Out (dilakukan sesaat sebelum keluar dari kamar operasi) Perawat melakukan konfirmasi secara verbal, bersama dokter bedah dan anestesi mengenai: 13

1. Nama prosedur yang telah dilakukan 2. Memastikan hitungan kasa, jarum dan alat/hemostat harus lengkap 3. Specimen telah diberi label dengan tepat 4. Masalah peralatan yang harus ditangani 5. Memastikan implan terpasang baik dan berfungsi dengan baik 6. Dokumentasi intra operasi harus lengkap, antara lain: laporan bedah, clinical pathway dan request pasca bedah 7. Dokter menginformasikan kepada perawat mengenai hal–hal yang harus diperhatikan pasien berada

di ruang recovery dan

manajemen pasien.

Gambar 3. Bentuk ceklis keselamatan pasien berdasarkan WHO 2009 The Swiss Cheese Theory

Menurut Fernando J. Kim, dkk, Current issues in patient safety in surgery : a review, pssjournal.biomedcentral, 2015

14

Berdasarkan gambar swiss cheese diatas, tampak bahwa di gambar : a) Dinyatakan bahwa ketika terjadi kesalahan pada saat penandaan posisi operasi/site marking, kemudian di kamar operasi tidak dilakukan proses time out, maka pasien akan menerima tindakan operasi pada posisi yang salah, sedangkan

pada

gambar.

b) Dinyatakan bahwa ketika terjadi kesalahan pada saat penandaan posisi operasi / site marking, kemudian di kamar operasi dilakukan proses time out, maka kesalahan tindakan operasi dengan posisi yang salah dapat dicegah, sehingga pasien menerima operasi yang benar. d. Elemen Penilaian Sasaran IV : 1. Rumah sakit menggunakan tanda yang langsung dikenali untuk prosedur – tempat bedah dan invasif yang konsisten diseluruh rumah sakit. 2. Prosedur – penandaan tempat bedah dan invasif dilakukan oleh orang yang melakukan prosedur dan melibatkan pasien dalam proses penandaan. 3. Rumah sakit menggunakan daftar cek atau proses lain untuk mendokumentasikan,

sebelum

prosedur,

bahwa

persetujuan

yang

diinformasi sesuai prosedur; bahwa tempat yang benar, prosedur yang benar, dan pasien yang benar telah diidentifikasi; dan bahwa semua dokumen dan teknologi medis yang diperlukan tersedia, benar, dan fungsional. 15

e. Elemen Penilaian Sasaran IV. 1: 1. Seluruh anggota tim bedah melakukan dan mendokumentasikan prosedur waktu jeda diarea dimana operasi / prosedur invasif akan dilakukan, tepat sebelum memulai operasi / prosedur invasif. 2. Komponen waktu jeda termasuk identifikasi pasien yang benar, sisi dan tempat yang benar, kesepakatan prosedur yang harus dilakukan, dan konfirmasi bahwa proses verifikasi telah selesai. 3. Ketika operasi dilakukan, termasuk prosedur medis dan gigi dilakukan dalam pengaturan selain ruang operasi, rumah sakit menggunakan proses yang seragam untuk memastikan tempat yang benar, prosedur yang benar, dan pasien yang benar. 5) Sasaran V : Mengurangi Resiko Infeksi Yang Berhubungan Dengan Perawatan Kesehatan. a. Standar SKP 5 Rumah sakit mengadopsi dan menerapkan pedoman kebersihan tangan berbasis bukti untuk mengurangi resiko infeksi terkait perawatan kesehatan. b. Sasaran KP 5: Pencegahan dan pengendalian infeksi menantang dalam sebagian besar setting perawatan kesehatan, dan peningkatan tingkat infeksi terkait perawatan kesehatan merupakan perhatian utama bagi pasien dan praktisi kesehatan. Infeksi yang lazim terjadi dalam semua setting layanan kesehatan adalah infeksi kateter terkait saluran kemih, infeksi aliran darah, dan pneumonia (sering dikaitkan dengan ventilasi mekanik). Hal penting dalam upaya penghilang infeksi ini dan yang lainnya adalah menjaga kesehatan tangan. Pedoman kebersihan tangan yang diterima secara internasional dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Rumah sakit mengadopsi dan menerapkan pedoman kebersihan tangan berbasis bukti yang saat ini tersedia. Pedoman kebersihan tangan ditempatkan di area – area yang tepat, dan staf dididik prosedur mencuci tangan dan menghilangkan kuman di tangan yang tepat. Sabun, disinfektan, dan handuk

16

atau alat pengering diletakkan diarea dimana prosedur mencuci tangan dan menjaga kebersihan tangan dari kuman diharuskan. c. Elemen Penilaian SKP 5 : 1. Rumah Sakit telah mengadopsi pedoman kebersihan tangan berbasis bukti yang saat ini diterbitkan. 2. Rumah sakit menerapkan program kebersihan tangan yang efektif diseluruh rumah sakit. 3. Prosedur mencuci tangan dan menjaga kebersihan tangan dari kuman digunakan sesuai dengan pedoman kebersihan tangan di seluruh rumah sakit. Berikut lampiran Pencegahan Pengendalian Infeksi :

Gambar diatas merupakan langkah cuci tangan menurut standart WHO dan momen dalam cuci tangan.

17

Gambar diatas merupakan Formulir Surveilans PPI di RSUD Johar Baru.

6) Sasaran VI : mengurangi Resiko Bahaya Pasien Akibat Jatuh. a. Standar SKP 6: Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan sebuah proses untuk mengurangi resiko bahaya yang terjadi pada pasien akibat jatuh. b. Sasaran KP 6: Banyak luka di rumah sakit yang terjadi baik pada pasien rawat inap maupun rawat jalan disebabkan oleh jatuh. Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melibatkan kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring, terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah, dengan atau tambah kehilangan kesadaran atau luka. ( Reuben, 1996 ) Resiko jatuh terkait dengan pasien, situasi, dan / atau lokasi. Resiko yang terkait dengan pasien termasuk riwayat jatuh, obat yang diguanakan, konsumsi alkohol, gangguan jalan atau keseimbangan, tunanetra, perubahan status mental, dan sejenisnya. Pasien yang sejak awal dinilai memiliki resiko rendah 18

untuk jatuh bisa tiba – tiba menjadi memiliki resiko yang tinggi. Alasannya meliputi, tapi tidak terbatas pada, operasi dan / atau anestesi, perubahan kondisi pasien yang mendadak, dan penyesuaian dengan obat. Penyebab Jatuh No 1

Penyebab jatuh Kecelakaaan

Keterangan Kecelakaan murni ( terantuk, terpeleset dll) Interaksi antara bahaya lingkungan dan faktor yang meningkatkan kerentanan

2

Sinkop

Hilang kesadaran mendadak

Drop Attack

Kelemahan tungkai bawah mendadak yang menyebabkan jatuh tanpa kehilangan kesadaran

3

Dizziness dan/atau Penyakit vestibular, penyakit sistem saraf pusat vertigo

4

Hipotensi

Hipovolemia dan kardiak output yang rendah, disfungsi

ortostatik

otonom, gangguan aliran darah balik vena, tirah baring lama,

hipotensi

akibat

obat-obatan,

hipotensi

postprandial. 5

Obat-obatan

Diuretik, antihipertensi, antidepresi golongan trisiklik, sedatif, antipsikotik, hipoglikemia, alcohol

6

Proses penyakit

Berbagai penyakit akut Kardiovaskular

:aritmia,

penyakit

katup

jantung

( stenosis aorta), sinkop dan karotid. Neurologis : TIA, stroke akut, gangguan kejang, penyakit parkinson, spondilosis lumbar atau servikal ( dengan kompresi pada korda spinalis atau cabang saraf ), penyakit cerebelum, hidrocephalus tekanan normal (

gangguan

gaya

berjalan

),

lesi

sistem

saraf

pusat( tumor, hematom subdural )

7

Idiopatik

Tidak ada penyebab yang dapat diindentifikasi 19

Kriterian yang didokuemtasikan mengidentifikasi jenis pasien yang dianggap beresiko tinggi untuk jatuh. Dalam konteks populasi yang dilayani, layanan yang disediakan, dan fasilitas yang dimilik, rumah sakit harus mengevaluasi kasus pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi resiko jatuh dan resiko cidera jika jatuh terjadi. Sebuah program untuk mengurangi kasus jatuh melibatkan asesmen resiko dan asesmen ulang secara berkala populasi pasien tertentu dan / atau lingkungan dimana perawatan dan layanan disediakan (seperti yang dilakukan selama tour keamanan

berkala).

Rumah

sakit

memiliki

tanggung

jawab

untuk

mengidentifikasi lokasi (seperti unit terapi fisik), situasi (seperti pasien yang datang dengan ambulans, pemindahan pasien dari kursi roda atau kereta, atau penggunaan alat untuk mengangkat pasien), dan jenis pasien (sepertipasien yang memiliki gangguan berjalan atau keseimbangan, tunanetra, perubahan status mental, dan sejenisnya) yang beresiko tinggi untuk jatuh. SKALA PENILAIAN RISIKO JATUH PADA PASIEN ANAK Skala Humpty Dumpty Parameter

Kriteria

Skor

Tgl DP

Umur

Jenis Kelamin

Diagnosa

Di bawah 3 tahun

4

3-7 tahun

3

7-13 tahun

2

>13 tahun

1

Laki-laki

2

Perempuan

1

Perubahan dalam oksigenasi (masalah saluran nafas, dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop / sakit kepala, dll)

3

Kelainan psikis / perilaku

2

Diagnosis lain

1

DS

20

Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi anak

4

Pasien menggunakan alat bantu / box/ mebel

3

Pasien berada ditempat tidur

2

Diluar ruang rawat

1

Faktor Lingkungan

Respon Terhadap Operasi / Obat Penenang / Efek Samping

Dalam 24 jam

3

Dalam 48 jam Riwayat Jatuh

2

>48 jam

1

Penggunaan Obat

Bermacam-macam obat yang digunakan: obat sedative (kecuali pasien ICU yang menggunakan sedasi dan paralisis), Hipnotik, Barbitural, Fenotiazin, Antidepresan, Laksans/ Diuretika, Narkotik

3

Salah satu dari pengobatan di atas

2

Pengobatan lain

1

SKOR

TINGKAT RISIKO

7 – 11

Berisiko Rendah

Perawatan yang baik, Lakukan intervensi jatuh standar

> 12

Risiko Tinggi Jatuh

Lakukan intervensi jatuh standar & Resiko jatuh tinggi

TINDAKAN

SKALA PENILAIAN RISIKO JATUH PADA PASIEN DEWASA Skala Morse 21

Tgl No.

Risiko

Skala DP

1

Riwayat jatuh, yang baru atau dalam 3 bulan terakhir

2

Diagnosis Medis Sekunder > 1 Alat bantu jalan :

3

4

5

6

Tidak 0 Ya 25 Tidak 0 Ya 15  

√ Bed rest/ dibantu perawat

0

√ Penopang/ tongkat/ walker

15

√ Furnitur

30

Terpasang infus/ antikoagulansi

DS

terapi

Tidak 0 Ya 25

Cara berjalan/ berpindah :

 

√ Normal/ bed rest/ imobilisasi

0

√ Lemah

15

√ Terganggu

30

Status Mental:

 

√ Orientasi sesuai kemampuan diri

0

√ Lupa keterbatasan diri

15

SKOR

TINGKA T RISIKO

0 – 24

Tidak Berisiko

Perawatan yang baik

25 – 50

Risiko Rendah

Lakukan intervensi jatuh standar

> 51

Risiko Tinggi

Lakukan intervensi jatuh risiko tinggi

TINDAKAN

22

PENILAIAN PASIEN RESIKO JATUH PADA PASIEN LANSIA Jawablah dengan menggunakan jawaban " Ya / Tidak" Tanggal No 1 2

3

4

Pertanyaan Apakah Pasien Dapat Berdiri Tanpa Bantuan ? Jika Jawaban No. 1 " Ya " Apakah Pasien Dapat Berdiri Diatas Karpet Busa ? Jika Jawaban No. 1 " Tidak " Adakah ada satu hal berikut yang sesuai ? √ Riwayat jatuh √ Perawatan di rumah dengan perawatan khusus √ Penggunaan obat lebih dari 9 macam obat Jika Jawaban No. 2 " Ya " Adakah ada dua hal berikut yang sesuai ? √ Riwayat jatuh √ Perawatan di rumah dengan perawat √ Inkontinensia urine  

Nama & paraf yang melakukan penilaian

Dinas Pagi

Dinas Sore

   

   

   

   

 

 

 

 

       

 

 

   

   

   

 

 

 

 

     

   

 

 

   

                       

Jawaban

RESIKO

Tindakan

No. 1 "Ya" dan No. 2 "Tidak"

Resiko Tinggi Jatuh

Intervensi jatuh tinggi

No. 1 "Tidak" dan No. 3 "Ya"

Resiko Tinggi Jatuh

Intervensi jatuh tinggi

No. 1 "Ya", No. 2 "Ya" dan No. 4 "Ya"

Resiko Tinggi Jatuh

Intervensi jatuh tinggi

No. 1 "Tidak" dan No. 3 "Tidak"

Resiko Rendah Jatuh

Intervensi jatuh standart

No. 1 "Ya", No. 2 "Ya" dan No. 4 "Tidak"

Resiko Rendah Jatuh

Intervensi jatuh standart

23

SKALA PENILAIAN RISIKO JATUH PADA PASIEN GERIATRI (Skala Kim Delbaere, dkk)

24

Apakah Pasien Dapat Berdiri Tanpa Bantuan ?

Ya

Tidak

Apakah Pasien Dapat Berdiri Diatas Karpet Busa ?

Ya

Adakah ada satu hal berikut yang sesuai ? > Riwayat Jatuh > Perawatan di rumah dengan perawatan khusus > Penggunaan obat lebih dari 9 macam obat

Tidak Ya

Adakah ada dua hal berikut yang sesuai ? > Riwayat jatuh > Perawatan di rumah dengan perawat > Inkontinensia urine

Ya

Tidak

RISIKO TINGGI JATUH

Risiko Jatuh Rendah / Tidak Berisiko Jatuh

Tidak

c. Elemen Penilaian SKP 6 : 1. Rumah sakit menerapkan proses untuk menilai semua pasien rawat inap dan rawat jalan yang kondisi, diagnosis, situasi, atau lokasinya mengidentifikasi mereka sebagai resiko tinggi untuk jatuh. 2. Rumah sakit menerapkan proses untuk asesmen awal dan berkelanjutan, asesmen ulan, dan intervensi pasien rawat inap dan rawat jalan yang diidentifikasi sebagai resiko untuk jatuh berdasarkan kriteria yang terdokumentasi. 3. Langkah – langkah dilakukan untuk mengurangi resiko jatuh untuk pasien, situasi, dan lokasi yang telah dinilai beresiko tinggi.

25

ALUR PENATALAKSANAAN PASIEN RISIKO JATUH Mulai

Pasien Masuk 1. UGD Observasi & Yang akan dirawat 2. Rawat Inap

Asesmen Risiko Jatuh · Skala Humpty Dumty (anak) · Skala Morse (dewasa) · Skala Geriatri

Tidak Risiko Tinggi?

Ya Score anak > 12 Score dewasa > 51 Score geriatri > 4

Risiko Rendah / Tidak Beresiko

Intervensi Jatuh Standar & Risiko Tinggi Intervensi Jatuh Standar

Asesmen Ulang Risiko Jatuh

Selesai

Intervensi pasien jatuh standar pada pasien anak

26

Tanggal NO.

INTERVENSI Dinas Pagi

1.

Pastikan pasien dirawat di tempat tidur yang sesuai, anak usia < 2 tahun harus dirawat ditempat tidur yang ada pengahalang kanan dan kiri

2.

Mendidik semua pasien dan orangtua / keluarga pasien tentang kondisi lingkungan sekitarnya terutama kamar rawat, kamar mandi

3.

Pastikan sisi rel dan samping ranjang berada dalam kondisi terpasang dan terkunci

4.

9.

Dinas Sore

Tempatkan bel pasien ditempat yang mudah terjangkau oleh pasien / keluarga pasien

5.

Berikan pencahayaan yang cukup di kamar anak

6.

Anjurkan pasien menggunakan alas kaki non slip

7.

Jaga kondisi lantai tidak basah dan licin serta peralatan dan mainan tersimpan pada tempatnya.

8.

Amankan dan awasi semua anak terutama anak yang membutuhkan perhatian khusus, misalnya anak di troli, gangguan perkembangan mental, anak yang mendapatkan obat penenang atau anestesi umum

Letakkan posisi peralatan yang dibutuhkan dalam jangkauan pasien seperti air minum, dll.

27

10.

Pastikan peralatan tetap terjaga dan dilayani cepat dan tepat (seperti kursi roda, tongkat, dll) Nama dan Paraf Petugas

Intervensi pasien jatuh standar pada pasien dewasa dan lansia

Tanggal NO. 1.

Lakukan penilaian risiko jatuh pada saat masuk ke ruang perawatan dengan mengkaji ulang adanya faktor-faktor risiko jatuh pada pasien

2.

Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor risiko kedalam lembaran panilaian awal masuk pasien rawat inap

3.

Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman dengan cara pasang pinggiran tempat tidur, dll

4.

9.

INTERVENSI

Dinas Pagi

Dinas Sore

Lakukan program pengosongan usus dan urine untuk mengurangi urgensi dan incontinensia 5.

Evaluasi dan atasi perubahan gaya berjalan, instabilitas gaya berjalan dan instabilitas postural

6.

Memulai pengobatan bila ada risiko penyebab faktor intrinsik

7.

Evaluasi obat yang menyebabkan risiko jatuh dan pengobatan yang telah diberikan

8.

Lakukan penilaian dan atasi gangguan pengolahan pusat (demensia, delirium,stroke) Kolaborasi keperawatan dengan multidisiplin ilmu yang terkait penatalaksanaan pasien dirawat inap

28

10.

Libatkan pasien dan keluarga pasien dalam semua aspek program pencegahan jatuh

11.

Anjurkan pasien untuk terlibat semua kegiatan sebelum memulai alat bantu

12.

Mengajarkan pasien dalam pengobatan terkait waktu, dosis,efek samping dan interaksi dengan makanan / obatobatan Nama dan Paraf Petugas

Intervensi pasien jatuh risiko tinggi (dilakukan kepada seluruh pasien yang berisiko tinggi jatuh baik anak, dewasa, atau lansia)

Tanggal NO.

INTERVENSI

1.

Pasangkan gelang risiko jatuh tinggi berwarna kuning pada lengan pasien yang aman

2.

Pasangkan tanda risiko segitiga kuning pada tempat tidur / wall dak pasien

3.

Lakukan intervensi jatuh standar sesuai pasien (anak, dewasa / lansia)

4.

Ajarkan dan didik pasien dan keluarga pasien tentang upaya pencegahan cidera dan hal-hal yang harus pasien diperhatikan pada risiko jatuh melalui lembaran edukasi jatuh (menggunakan pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya ditempat aman, analisa cara berjalan, alat bantu,dll)

5.

Lakukan penilaian kembali pasien risiko jatuh secara berkala setiap harinya dan catat dalam lembaran perkembangan terintegrasi

6.

Lakukan pemasangan restrain pada pasien yang mengalami gangguan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas

Dinas Pagi

Dinas Sore

29

7.

Lakukan pencatatan dan pelaporan bila terjadi insiden jatuh (Kejadian tidak diharapkan / KTD) dengan mengisi lengkap formulir lembar 3A (Form PK.......) dan melaporkan dalam waktu 2x24 jam ke Manris dengan telah diketahui atasan

8.

Bila terjadi KTD lakukan segera perawatan pasien jatuh dan lakukan pengawasan secara intensif

9.

Laporkan ke dokter ruangan atau dokter yang merawat tentang insiden jatuh dan kondisi pasien untuk tatalaksana selanjutnya

10.

Dokumentasikan semua tindakan perawatan pasien jatuh kedalam status catatan perkembangan terintegrasi Nama dan Paraf Petugas

E. Peran Perawat dalam Keselamatan Pasien (Patient Safety) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. Taylor C. Lillis C. Lemone (1989) mendefinisikan perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dengan melindungi seseorang karena sakit, luka dan proses penuaan. Peran Perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Sesuai dengan yang tercantum di Permenkes 1691 tahun 2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit pada pasal 8 yang berisikan “Rumah sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan program dengan mengacu pada kebijakan nasional Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit”. Hal ini dapat didefinisikan bahwa perawat memiliki kewajiban dan berperan penting dalam keselamatan pasien di rumah sakit. 30

31

BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Keselamatan pasien (Patient safety) adalah pasien bebas dari harm/cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik, sosial, psikologi, cacat, kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan kesehatan. Pada makalah sudah dijelaskan bahwasanya terdapat 6 sasaran keselamatan pasien yaitu diantaranya : 1. Ketepatan identifikasi pasien, 2. Peningkatan komunikasi yang efektif, 3. Peningkatan kewaspadaan terhadap high alert drugs, 4. Kepastian tepatlokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien operasi, 5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, 6. Pengurangan risiko pasien jatuh. Perawat dituntut untuk dapat menghindari apa yang dapat menyebabkan suatu kejadian pada pasien. Oleh sebab itu setiap Rumah Sakit harus menerapkan 6 Sasaran Keselamatan Pasien sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adapun tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit adalah agar terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit dan terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

32

DAFTAR PUSTAKA Agency for Healthcare Research and Quality. Patient Safety Primers: Medication Errors. 2012 Boushon B et al. How to Guide Reducing Patient Injuries from Falls. Cambridge, MA: Institute for Healthcare Improvement. 2012 Carrol R,Risk Manegement Handbook for Healthcare Organization. Student Edition. Jossey Bass, New York,2009 Departemen Kesehatan RI,Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Pasient Safety).2nd Ed. Depkes RI, Jakarta 2008 http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57124/Chapter %20II.pdf;jsessionid=7E71EBA5EE6E9B78556CA74C4FA0332E?sequence=4 Joint Commision International. Meeting The International Patient Safety Goals.1 st Ed. Oakbrook,terrace,lllinois,2007.

Joint commission internasional. International standard for hospital.4th Ed.Oakbrook Terrace,lllinois,2011 Ong MS, Coiera P. Asystematic review of failures in handoff communication during intrahospital transfers. 2011. Juni

33

Related Documents

Pasaran Sasaran
January 2021 1
Makalah K3
February 2021 1
K3 Di Pt Telkom
January 2021 1
Pasaran Sasaran (1)
January 2021 1

More Documents from "Hilda Hiew"