Kelompok 3 - Precede-proceed Model

  • Uploaded by: intan sabila
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 3 - Precede-proceed Model as PDF for free.

More details

  • Words: 1,003
  • Pages: 23
Loading documents preview...
PRECEDE-PROCEED MODEL Yunita Safira Wihda Intan Sabila Arif Saiful Pramudita Eva Safitri

11171010000037 11171010000040 11171010000096 11171010000105

KELOMPOK 3 (4C)

PRECEDE-PROCEED MODEL (1992)



Precede Proceed Model (PPM) adalah model perencanaan yang berasal dari Johns Hopkins University dan dirancang sebagai cara untuk mengajarkan siswa tentang promosi kesehatan.



Model ini juga dibuat untuk perencanaan, intervensi, dan kerangka evaluasi.

2

PRECEDE-PROCEED MODEL (1992) PPM didasarkan pada asumsi bahwa intervensi akan efektif jika mereka: 1. Berasal dari masyarakat 2. Direncanakan secara menyeluruh

3. Didasarkan pada data 4. Termasuk intervensi masyarakat melihat sebagai layak 5. Meliputi beberapa strategi yang disusun menjadi sebuah program kohesif, dan

6. Mengandalkan umpan balik dan kemajuan evaluasi 3



Green dan Kreuter (1992), dalam mengembangkan PPM, menyarankan bahwa program yang dikemas terpusat akan sulit untuk beradaptasi di lapangan, karena setiap masyarakat harus menilai kebutuhan dan prioritas sendiri.

4

APA ITU MODEL PRECEDE-PROCEED?

▰ Precede-proceed model adalah model partisipatif yang berorientasi komunitas untuk menciptakan intervensi promosi kesehatan masyarakat yang berhasil.

5

PRECEDE Predisposing



Reinforcing Constructs in, Educational/Ecological Diagnosis Evaluation

Precede digunakan untuk meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu atau masyarakat sasaran.

6

PROCEED Policy



Proceed untuk meyakinkan bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima dan dapat dipertanggungjawabkan kepada penentu kebijakan, administrator, konsumen atau klien, dan stakeholder terkait.

Regulatory Organizational Construct in Educational and

Environmental Development

7

LANGKAH-LANGKAH DALAM PRECEDE-PROCEED

Fase 1 Diagnosis Sosial

Fase 2 Diagnosis Epidemiologi

Fase 3 Diagnosis Perilaku dan Lingkungan

Fase 4 Diagnosis Pendidikan dan Organisasional

Fase 5 Diagnosis Kebijakan dan Administrasi

Fase 1-5 >>> Precede

Fase 6 Implementasi

Fase 6-9 >>> Proceed

Fase 7 Evaluasi Proses

Fase 8 Evaluasi Dampak

Fase 9 Evaluasi Hasil

8

KERANGKA PRECEDE-PROCEED

9

Fase 1 ▰ (Diagnosis Sosial) Penilaian sosial yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan kebutuhan sesuai dengan kondisi mereka untuk nantinya mendapat promosi dan edukasi kesehatan.

Fase 2 ▰ (Diagnosis Epidemiologi) Melakukan penilaian epidemiologi dengan menggunakan statistik vital dan negara atau survei nasional untuk melihat kasus kematian untuk kemudian dilakukan indentifikasi masalah kesehatan yang berdampak besar pada masyarakat tertentu. 10



Fase 3 ▰ (Diagnosis Perilaku dan Lingkungan)

Melakukan penilaian dengan melihat faktor perilaku dan lingkungan untuk membuktikan bahwa faktorfaktor tersebut memang berkontribusi terhadap masalah yang diidentifikasi.

(Diagnosis Pendidikan dan Organisasional) Mempertimbangkan 3 faktor: - Predisposisi (alasan atau motivasi untuk berperilaku sehat).

- Reinforcing (berupa dukungan sosial, misalnya dari teman sebaya, keluarga, ataupun dari kelompok lainnya). - Enabling (mencakup adanya layanan dan fasilitas, juga kebijakan yang diperlukan untuk kesehatan).

Fase 4 11

Fase 5 (Diagnosis Kebijakan dan Administrasi)

Fase 6 (Implementasi)

Ketika semuanya sudah dilakukan, mulai dari penilaian sosial, epidemiologi, perilaku dan lingkungan, serta faktor pendukung lainnya. Barulah menentukan strategi intervensi yang dirancang berdasarkan pada kebijakan, sumber daya, ataupun hal-hal lainnya yang dapat mendukung intervensi.

Kegiatan implementasi ini dilakukan ketika telah mengetahui keadaan masyarakatnya seperti apa, pemerintahnya menyediakan dana, serta kesiapan tenaga peng-edukasinya.

12

Evaluasi dampak dari intervensi faktor-faktor pendukung perilaku.

Fase 7

Fase 8

Sesudah diimplementasikan, melakukan evaluasi. Dilakukannya evaluasi untuk melihat tahapantahapan mana saja yang berhasil dan apa saja yang menjadi hambatan selama identifikasi sampai implementasi.

Fase 9 Evaluasi outcome terhadap perubahan perilaku dan kualitas kesehatan populasi.

13

Contoh Aplikasi Precede-Proceed Model 14

KASUS DIARE DI KABUPATEN GARUT

▰ Diagnosis Sosial (Fase 1)  Masyarakat melihat faktor apa saja yang menjadi penyebab diare di lingkungan tempat tinggalnya.



Lalu, masyarakat mulai mengidentifikasi dari beberapa faktor yang ada, faktor apa yang menjadi faktor paling berpengaruh pada kejadian diare di lingkungan tempat tinggalnya. Misalnya, faktor yang menjadi penyebab diare yaitu makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri atau kebiasaan masyarakat buang air besar di sungai, yang mana, air sungai tersebut biasa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.



Setelah dianalisis, ternyata faktor yang paling berpengaruh pada kejadian diare di Kabupaten Garut ialah kebiasaan masyarakat buang air besar di sungai.

15

KASUS DIARE DI KABUPATEN GARUT

▰ Diagnosis Epidemiologi (Fase 2) Banyaknya kejadian diare dan kematian akibat diare, sehingga harus segera dilakukan intervensi agar masalah diare tidak terjadi secara terus-menerus.

16

KASUS DIARE DI KABUPATEN GARUT

Diagnosis Perilaku dan Lingkungan (Fase 3) Perilaku masyarakat yang masih sering buang air besar di sungai menjadi faktor yang paling berpengaruh pada kejadian diare di Kabupaten Garut.

Setelah ditinjau lebih lanjut, ternyata masyarakat di Kabupaten Garut masih jarang yang memiliki jamban sehat di rumahnya. Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah. 17

KASUS DIARE DI KABUPATEN GARUT

Diagnosis Pendidikan dan Organisasional (Fase 4)



Masyarakat di Kabupaten Garut memerlukan tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi mengenai penyakitpenyakit yang mungkin saja dapat terjadi di Kabupaten Garut.



Seperti halnya kejadian diare, yang mana, masyarakat memerlukan edukasi untuk mengetahui apa saja penyebab diare, bagaimana gejala diare, bagaimana cara mencegahnya, dan bagaimana cara mengatasinya.



Masyarakat di Kabupaten Garut memiliki tingkat pendidikan yang rendah, sehingga tingkat pengetahuan yang dimiliki pun rendah. 18

KASUS DIARE DI KABUPATEN GARUT

▰ Masyarakat di Kabupaten Garut memerlukan perhatian dari pemerintah, ▰ seperti pemberian edukasi mengenai diare, menggerakkan tenaga kesehatan untuk mengatasi kejadian diare, dan menyalurkan anggaran dana selama pelaksanaan intervensi untuk menyediakan obat-obatan, menyediakan sumber air bersih, dan menyediakan jamban sehat.

Diagnosis Kebijakan dan Administrasi (Fase 5)

19

KASUS DIARE DI KABUPATEN GARUT

Implementasi (Fase 6)



Masyarakat di Kabupaten Garut merasa terbantu setelah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dijalankan.



Hal tersebut dapat dilihat dari menurunnya angka kejadian diare dan angka kematian akibat diare.



Lalu, ada pun perubahan perilaku masyarakat yang sebelumnya buang air besar di sungai menjadi buang air besar di jamban sehat yang disediakan oleh pemerintah. 20

KASUS DIARE DI KABUPATEN GARUT

Evaluasi Proses (Fase 7) ▰ Penganggaran dana dari pemerintah yang lambat menjadi hambatan dalam melakukan intervensi kejadian diare.

Evaluasi Dampak (Fase 8) ▰ Dampak setelah dilakukan intervensi ialah menurunnya angka kejadian diare dan angka kematian akibat diare.

21

KASUS DIARE DI KABUPATEN GARUT

Evaluasi Hasil (Fase 9) ▰ Perubahan perilaku masyarakat yang sebelumnya buang air besar di sungai menjadi buang air besar di jamban sehat yang disediakan oleh pemerintah, sehingga menurunkan angka kejadian diare dan angka kematian akibat diare di Kabupaten Garut. 22

THANKS! Any questions?

23

Related Documents


More Documents from "Tiara Dwi Nurmalita"