Laporan Dispersi

  • Uploaded by: Djunaiddin Farmasi
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Dispersi as PDF for free.

More details

  • Words: 3,284
  • Pages: 23
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai zat yang sukar digolongkan sebagai zat biasa, zat cair atau gas. Zat-zat ini dalam ilmu kimia dinamakan koloid. Contohnya antara lain susu, tinta, cat, sabun, kanji, minyak rambut bahkan udara berdebu termasuk sistem koloid. Kimia koloid mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan dan penghidupan manusia. Proses dialam sekitar kebanyakan berhubungan dengan sistem koloid. Protoplasma dalam sel makhluk hidup merupakan suatu koloid, sehingga kimia koloid diperlukan untuk menerangkan reaksi-reaksi dalam sel. Tanah terdiri dari bahan-bahan koloid dan pemahaman tentang koloid sangat membantu dalam meningkatkan kesuburan lahan. Sistem koloid sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, salep adalah emulsi. Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Proses seperti memutihkan, menghilangkan bau, menyamak, mewarnai, pemurnian, melibatkan adsorpsi pada permukaan partikel koloid dan karena itu pemahaman sifat-sifat koloid sangat penting. Jadi, terlihat betapa pentingnya koloid dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu diadakan percobaan tentang kimia koloid yang akan dibahas pada laporan ini. Kimia koloid meliputi koagulasi yaitu peristiwa pengendapan partikel koloid; dispersi yaitu memecah butir-butir yang lebih besar menjadi butirbutir seukuran koloid; emulsi yaitu medium pendispersi dan medium

terdispersi merupakan cairan yang tidak saling bercampur; koloid pelindung dengan cara menambahkan zat, seperti gelatin untuk mencegah pengendapan sehingga koloid dapat terbentuk; adsorpsi yaitu penyerapan suatu yang melekat pada permukaan. I.2 Tujuan Percobaan 1. Untuk

menjelaskan

pengertian

dan

sifat-sifat

dispersi

nanopartikulat/koloid 2. Untuk membedakan berbagai tipe sistem koloid dan karakter utama sistem koloid 3. Untuk

membuat

koloid

dan

menentukan

karakteristik

dispersi

nanopartikulat/koloid 4. Untuk memahami manfaat dan aplikasi koloid dalam bidang farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Dasar Partikel koloid merupakan partikel diskrit yang terdapat dalam suspensi air baku, dan partikel inilah yang merupakan penyebab utama kekeruhan. Stabilitas koloid tergantung pada ukuran koloid serta muatan elektrik yang dipengaruhi oleh kandungan kimia pada koloid dan pada media dispersi (seperti kekuatan ion, pH dan kandungan organik dalam air). Koagulasi adalah proses penambahan koagulan pada air baku yang menyebabkan terjadinya destabilisasi dari partikel koloid agar terjadi agregasi dari partikel yang telah terdestabilisasi tersebut. Dengan penambahan koagulan, kestabilan koloid dapat dihancurkan sehingga partikel koloid dapat menggumpal dan membentuk partikel dengan ukuran yang lebih besar, sehingga dapat dihilangkan pada unit sedimentasi. Terdapat 4 mekanisme destabilisasi partikel, yaitu (i) pemampatan lapisan ganda, (ii) adsorpsi untuk netralisasi muatan, (iii) penjebakan partikel dengan koagulan, serta (iv) adsorpsi dan pembentukan jembatan antar partikel melalui penambahan polimer (Rachmawati, 2009). Ukuran partikel yang diperoleh dengan inkubasi pada suhu 1000C lebih besar dari pada yang diperoleh dengan inkubasi pada suhu kamar. Demikian juga terhadap stabilitas koloid, diperkirakan bahwa stabilitas koloid dipengaruhi oleh suhu inkubasi, dimana partikel yang diperoleh pada inkubasi suhu 1000C lebih stabil dibandingkan dengan partikel yang diperoleh dengan inkubasi pada suhu kamar, dengan asumsi bahwa spesispesi dari partikel yang diperoleh dengan inkubasi pada suhu 1000C lebih sukar pecah dibandingkan dengan spesi-spesi partikel yang diperoleh dengan inkubasi suhu kamar (Yunilda, 2008). Kekeruhan dalam air banyak disebabkan oleh koloid. Koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat

yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel yang cukup besar yaitu 1 - 1000 nm atau 0, 001-1μm. Koloid pada air dibagi menjadi dua kelompok, yaitu hidrofilik dan hidrofobik. Koloid hidrofilik mempunyai afinitas yang tinggi terhadap air, dan bersifat stabil. Ukurannya berkisar antara 1-10 nm namun dapat pula lebih besar dari itu pada jenis polymer. Contoh dari koloid hidrofilik antara lain protein, polimer sintetis. Koloid hidrofilik memiliki ukuran molekul yang tergolong besar, sehingga dapat menghamburkan cahaya dan tidak dapat melewati membran. Koloid hidrofobik mempunyai gaya tarik menarik antara fase terdispersi dengan medium pendispersi yang cukup lemah atau bahkan tidak ada sama sekali. Contoh dari koloid hidrofobik yaitu dispersi emas dan belerang dalam air. Koloid hidrofobik tidak terlarut dalam air dan tidak sepenuhnya dapat basah oleh air, tetapi kolid hidrofobik terdispersi sebagai molekul yang sangat kecil. Disebabkan ketidakstabilannya, koloid hidrofobik dapat tersuspensi sebagai partikel individu dalam jangka waktu yang cukup lama (Mutiarani, 2011). Perolehan senyawa kimia didasarkan pada kesamaan sifat kepolaran terhadap pelarut yang digunakan. Pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan like dissolve like (Nurdin, 2010). Penggunaan minyak kelapa sebagai surfaktan memiliki beberapa kelebihan, antara lain bersifat terbarukan (renewable resources), lebih bersih (cleaner) dan lebih murni dibandingkan menggunakan bahan baku berbasis petrokimia. Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan lingkungan yang baik, permintaan surfaktan yang mudah terdegradasi dan berbasis

tumbuhan juga semakin meningkat (Holmberg, 2001). Maka dari itu diperlukan kajian untuk memperoleh surfaktan yang mempunyai dua kriteria tersebut yaitu diperoleh dari bahan baku yang dapat diperbaharui (renewable) dan bersifat degradatif di alam sehingga dapat diterima secara ekologis (Probowati, 2012). II.2 Uraian bahan 1. Aquadest (Dirjen POM, 1979: 96)

Nama resmi

: AQUA DESTILATA

Nama lain

: Air suling

Rm/Bm

: H2O/ 18,02

Pemerian

: Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

2.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai pelarut

Besi III Klorida (Dirjen POM, 1979: 659)

Nama resmi

: FERRI CHLORIDA

Nama lain

: Besi III klorida

RM/ BM

: FeCl3/ 162,5

Pemerian

: Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas warna jingga dari garam hidrat yang telah berpengaruh oleh kelembapan.

3.

Kelarutan

: Larut dalam air, larutan berpotensi berwarna jingga.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat

: Sebagai pereaksi.

Etanol (Dirjen POM, 1979: 65)

Nama resmi

: AETHANOLUM

Nama lain

: Etanol

RM/ BM

: C2H6O/ 46,07

Pemerian

: Cairan tak berwarna , jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api.

Khasiat 4.

: Zat tambahan.

Gelatin (Dirjen POM, 1979: 265)

Nama resmi

: GELATINUM

Nama lain

: Gelatin

RM/ BM

: -/-

Pemerian

: Lembaran, kepingan serbuk atau butiran tidak berwarna atau kekuningan pucat bau dan rasa lemah.

Kelarutan

: Jika direndam dalam air mengembang dan menjadi lunak, berangsur-angsur menyerap air 5-10 kali bobotnya, larut dalam air panas jika didinginkan berbentuk gudir. Praktis tidak larut dalam etanol.

5.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat

: Zat tambahan.

Natrium klorida (Dirjen POM, 1979: 403)

Nama resmi

: NATRII CHLORIDUM

Nama lain

: Natrium klorida

Rm/Bm

: NaCl/ 58,44

Pemerian

: Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, dan rasa asin

Kelarutan

:

Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air

mendidih, dan dalam kurang lebih 10 bagian gliserol P., sukar larut dalam etanol (95%) .

6.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai sampel

Paracetamol (Dirjen POM, 1979: 37)

Nama resmi

: ACETAMINOPHENUM

Nama lain

: Asetaminofen, parasetamol

Rm/Bm

: C8H9NO2/ 151,16

Pemerian

: Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit.

Kelarutan

:

Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut dalam larutan alkali hidroksida.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

Kegunaan 7.

: Sebagai sampel.

Povidum (Dirjen POM, 1979: )

Nama resmi

: POLIVINILPIROLIDUM.

Nama lain

: Povidum.

Rm/Bm

: C6H6O/ 46,0.

Pemerian

: Cairan berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas rasa panas.

Kelarutan

:

Hampir tidak larut dalam larutan.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

Kegunaan

: Sebagai sampel.

8. Sodium Lauril sulfat (Dirjen POM, 1979: 713) Nama resmi

: NATRII LAURILL SULPHATE.

Nama lain

: Sodium lauril sulfat.

Rm/Bm

: C2H25NaO4/ 288,38.

Pemerian

: Serbuk putih, atau cream sampai kristal kuning.

Kelarutan

:

Sangat larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan kloroform.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

: Sebagai pereaksi.

BAB III METODE KERJA III.1 Alat Dan Bahan III.I.1 Alat yang digunakan 1. Buret 50 ml 2. Erlenmeyer 3. Gelas beaker 4. Gelas ukur 10 ml dan 100 ml 5. Magnetic stirer III.I.2 Bahan yang digunakan 1. Aquadest 2. Etanol 96% 3. Gelatin 4. Na. Lauril sulfat 5. Nacl 25% 6. Paracetamol 7. PVP (Polivinilpirolidon) 8. Serbuk FeCl3 9. Tween 80 III.I.3 Cara Kerja A. Semua pembuatan dispersi nanopartokulat/koloid dengan metode bottom up B. Buatlah terlebih dahulu larutan-larutan sebagai berikut: 1. Paracetamol 1% (dalam pelarut etanol 96%) 2. Larutan 0,5% FeCl3(dalam pelarut air mendidih) 3. Larutan 0,5% dan 1% gelatin, tween 80, Na.lauril sulfat dan pvp 4. Larutan Nacl 25%

C. Pembuatan dispersi nanopartikulat paracetamol 1.

Diambil 20 ml larutan tween 80, dimasukkan kedalam beaker gelas

2.

Ditempatkan gelas beaker diatas magnetic stirer dijalankan pada putaran 1500 rpm

3.

Ditambahkan

dengan

cepat

tetes

demi

tetes

larutan

paracetamol sampai terbentuk dispersi nanopartikulat dan di hentikan penambahan larutan paracetamol jika sudah terbentuk dispersi berwarna putih. 4.

Dibiarkan

proses

pengadukan

tetap

berlangsung

pada

kecepatan 1500 rpm selama 15 menit. D. Pembuatan dispersi nanopartikulat FeCl3. 1. Dibiarkan 20 ml larutan tween 80, dimasukkan kedalam beaker gelas. 2. Ditempatkan gelas beaker diatas magnetic stirer, dijalankan pada putara 1500 rpm. 3. Ditambahkan dengan cepat tetes demi tetes larutan FeCl3 sampai terbentuk dispersi nanopartikulat dan dihentikan penambahan larutan FeCl3 jika sudah terbentuk dispersi berwarna kuning jingga. 4. Dibiarkan proses pengadukan tetap berlangsung pada kecepatan 1500 rpm selama 15 menit. E. Viskositas dispersi nanopatikulat Ditetapkan

viskositas

paracetamo, FeCl3 dan gelatin.

untuk

dispersi

nanopartikulat

F. Stabilitas

dispersi

nanopartikulat

dengan

penambahan

masing-masing

dispersi

nanopartikulat

elektrolit 1. Diambil

10

ml

paracetamol, FeCl3 dan gelatin. 2. Ditambahkan tetes demotetes larutan Nacl 25% melalui buret dan dicatat berapa ml penambahan Nacl sampai terjadi endapan partikel G. Pengaruh koloid pelindung/ zat penstabil terhadap stabilitas dispersi nanopartikulat 1. Diambil 10 ml dispersi nanopartikulat paracetamol ditambahkan 10 ml Na.lauril sulfat. 2. Diambil 10 ml dispersi nanopartikulat paracetamol ditambahkan 10 ml pvp. 3. Diambil 10 ml dispersi nanopartikulat FeCl3 ditambahkan 10 ml Na.lauril sulfat. 4. Diambil 10 ml dispersi nanopartikulat FeCl3 ditambahkan 10 ml pvp. 5. Ditambahkan tetes demi tetes larutan Nacl 25% melalui buret dan dicatat berapa ml penambahan Nacl sampai terjadi endapan partikel.

BAB IV HASIL PENGAMATAN IV.1. Efek Tyndall NO

LARUTAN

MENGHANTARKAN

L.S

L.K



-



-



-



-



-

CAHAYA/TIDAK 1.

Paracetamol 1%

Tidak menghantarkan cahaya

2.

Na.cmc 25%

Tidak menghantarkan cahaya

3.

Gelatin 0,5%

Tidak menghantarkan cahaya

4.

Gelatin 1%

Tidak menghantarkan cahaya

5.

PVP 1%

Tidak menghantarkan cahaya

6.

FeCl3 0,5%

Menghantarkan cahaya

-



7.

Tween 80 1%

Tidak menghantarkan



-



-

cahaya 8.

Na.Lauril sulfat 1%

Tidak menghantarkan cahaya

IV.2. Tabel Pengamatan Dispersi Nanopartikulat NO

LARUTAN

DISPERSI YANG TERBENTUK

1.

Tween 80 diktesi paracetamol

Berwarna putih

2.

Tween 80 di tetesi larutan FeCl3

Berwarna kuning jingga

IV.3. Tabel Viskositas Dispersi Nanopartikulat NO

LARUTAN

VISKOSITAS ( DPAS)

1.

FeCl3

8 dpas

2.

Gelatin 1%

3 dpas

3.

Gelatin 0,5 %

3 dpas

4.

Paracetamol

3 dpas

IV.4 Tabel Stabilitas Dispersi Nanopartikulat NO

LARUTAN

TITIK

PERUBAHAN YANG

AKHIR

TERJADI

TITRASI NACL 25 % 1.

Paracetamol

50 ml

Tidak ada endapan

2.

FeCl3

50 ml

Tidak ada endapan

3.

Gelatin

50 ml

Tidak ada endapan

4.

Paracetamol +

20 ml

Tidak ada endapan

Na.lauril sulfat 5.

Paracetamol + pvp

32 ml

Tidak ada endapan

6.

FeCl3 + Na.lauril

17 ml

Tidak ada endapan

25 ml

Tidak ada endapan

sulfat 7.

FeCl3 + pvp

IV.5 Tabel Koloid Pelindung Terhadap Stabilitas Dispersi Nanopartikulat NO

LARUTAN

PEREAKSI

VOLUME

HASIL

TITRASI

DISPERSI

(ML)

WARNA

NACL

HASIL

WARNA

25%

1.

Paraceta

+ Na.lauril 4 ml

mol

sulfat

Putih

10 ml

Tidak

Putih

terjadi endapan

+ pvp

5 ml

Putih

10 ml

Tidak terjadi endapan

2.

FeCl3

+ Na.lauril 10 ml

Merah

sulfat

bata

10 ml

Tidak

Kuning

terjadi

pucat

endapan + pvp

5 ml

Merah

10 ml

bata

Tidak terjadi endapan

IV.6 Perhitungan Bahan 1. Paracetamol 1% = 1 gram/100 ml etanol 2. 0,5 FeCl3 =0,5 g/100 ml air mendidih 3. 0,5% dan 1% gelatin =0,5 g/100 ml air 1 g/100 ml air a. tween 80 1% = 1 g/100 ml air b. Na.lauril sulfat 1% =1 g/100 ml air c. pvp 1% = 1 g/100 ml air 4. Nacl 25% =25 g/100 ml air

BAB V PEMBAHASAN Pada pratikum kali ini dilakukan percobaan yang berjudul dispersi nanopartikulat/koloid yang bertujuan untuk dapat memahami prinsip dasar dispersi koloid dan dapat di hasilkan di bidang farmasi. Alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum meliputi Viskometer, Magnetik stirrer, Gelas beker, Erlenmayer, Buret, Gelas ukur, Paracetamol, Etanol 96%, Serbuk FeCl3, Gelatin, Na.lauril sulfat, PvP, Tween 80, dan Nacl. Koloid adalah suatu sistem dispersi yang berada diantara larutan dan suspensi dan memilikin partikel zat antar 10-100 A. Sistem koloid sangat membantu dalam menyelesaikan masalah yang dalam pembuatan sediaan farmasi seperti emulsi, salep, serbuk, tablet dan cair (Martin A, 2008). Pada percobaan kali ini hal yang di lakukan pertama kali yaitu melakukan penimbangan bahan yang akan di gunakan dalam pembuatan larutan,lalu setelah larutan di buat maka di lakukan pengamatan terbentuknya dispersi nanopartikulat pada larutan Paracetamol dan FeCl3 ,selanjutnya di lakukan pengamatan viskositas terhadap larutan sampel dan diamati stabilitas dan pengaruh koloid pelindung pada stabilitas dispersi nanopartikulat. Pada praktikum pertama yang itu dilakukan percobaan pembuatan dispersi nanopartikulat dilaboratorium yaitu membuat larutan paracetamol 1% dengan cara menimbang 1 gram ,paracetamol yang di larutkan dalam 100 ml etanol 96%, larutan FeCl3 ,0,5 % dengan cara menimbang 0,5 gram FeCl3 yang di larutkan dalam 100 ml air mendidih, larutkan 0,5% dan 1% gelatin dengan cara menimbang 0,5 gram dan 1 gram gelatin masing-masing di larutkan dalam 100 ml air.larutan tween 80, larutkan Tween 80, larutan Tween 80, larutan Na.lauril sulfat dan pvp dengan cara menimbang 1 gram tween 80,1 gram Na.lauril sulfat dan 1 gram pvp dan dilarutkan Nacl 25% di timbang 25 gram Nacl dan di larutkan dalam 100 ml air.

Kemudian selanjutnya di lakukan pengamatan dispersi nanopartikulat pada larutan Paracetamol dan FeCl3 pada dispersi nanopartikulat dilakukan dengan cara diambil 20 ml, larutan Tween 80. Dimasukan dalam gelas beker, diletakan diatas magnetik stirrer, jalankan pada putaran 1500 rem, ditambahkan tetes demi tetes larutan Paracetamol

sampai terbentuk

dispersi

nanopartikulat

hentikaan

penambahan larutan Paracetamol jika sudah terbentuk dispersi berwarna putih.di berikan proses pengadukan berlangsung selama 15 menit.lalu pada dispersi nanopartikulat pada larutan FeCl3. Dilakukan dengan cara diambil 20 ml larutan Tween 80 masukan dalam gelas beker, di letakan di atas magnetic stirrer, jalankan pada putaran 1500 rem, di tambahkan tetes demi tetes larutan FeCl3 sampai terbentuk dispersi nanopartikulat dan hentikan penambahan larutan FeCl3 jika telah terbentuk dispersi berwarna kuning jingga. Dibiarkan pengadukan berlangsung hingga 15 menit. Dilakukan perlakuan yang sma untuk larutan gelatin 0,5% dan 1%. Kemudian selanjutnya dilakukan pengamatan viskositas larutan. Jika viskositas semakin besar maka sifat air dari larutan tersebut semakin lambat dan sebaliknya viskositas semakin rendah maka sifat air dari larutan tersebut semakin cepat ( Mochtar, 1993). Pada percobaan dengan menggunakan viskometer di peroleh hasil paracetamol 3 dpas, Gelatin 0,5% 3 dpas, Gelatin 1% 3 dpas dan FeCl3 3 dpas. Berdasarkan hasil maka viskositas tertinggi pada larutan FeCl3 dan terendah pada larutan Gelatin. Kemudian

selanjutnya

di

lakukan

percobaan

stabilitas

dispersi

nanopartikulat dengan penambahan elektroid yang digunakan sebagai titran adalah Nacl 25% ,percobaan di nlakukan dengan cara diambil 10 ml dari masingmasing larutan nanopartikulat dari hasil percobaan yaitu larutan Paracetamol, Gelatin 0,5% dan 1%, dan FeCl3, ditambahkan tetes demi tetes larutan Nacl 25% melalui buret dan di catat berapa ml penambahan Nacl sampai terbentuk endapan partikel. Namun pada percobaan keempat larutan tidak menghasilkan endapan,

hasil di peroleh berbeda dengan teori maka pada percobaan terjadi kesalahan yang di sebabkan, percobaan dalam titrasi yang dimana titrasi seharusnya dilakukan sampai terbentuknya endapan, namun pada percobaan volume titrasi kesalahan sampel di tentukan hanya 10 ml. Hal ini disebabkan kurang teliti saat menimbang selain itu juga dalam metode Oswald sukar terdapat gelembung dalam cairan. kemudian lakukan percobaan pengaruh koloid/peristabil terhadap stabilitas dispersi nanopartikulat. Koloid pelindung yang digunakan yaitu Na.lauril sulfat dan pvp. dilakukan dengan cara diambil larutan nanopartikulat paracetamol ditambahkan 4 ml Na.lauril sulfat dititrasi dengan Nacl 25 % sampai tidak terjadi endapan,selanjutnya Paracetamol yang ditambahkan 5 ml pvp dititrasi dengaan Nacl 25 % sampai terbentuk endapan. Diambil larutan FeCl3 ditambahkan Na.lauril sulfat 10 ml dititrasi dengan Nacl 25% sampai terbentuk endapan diambil larutan FeCl3 ditambahkan 5 ml pvp dititrasi dengan Nacl 25% sampai terbentuk endapan. Berdasarkan percobaan di peroleh hasil larutan Paracetamol dan FeCl3 yang ditambahkan koloid pelindung dan titrasi. tidak menghasilkan endapan. Berdasarkan disebabkan karena terjadinya kesalahan yaitu meliputi kesalahan pada saat pengambilan jumlah sampel yang tidak sesuai dengan prosedur kerja yang seharusnya sampel yang digunakan hasil dari percobaan stabilitas dispersi nanopartikulat, namun sampel yang digunakan adalah larutan murni tanpa melalui proses dan pada proses titrasi tidak dilakukan sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkaan. Sehingga larutan yaang berfungsi sebagai koloid pelindung tidak dapat bereaksi. Selanjutnya di lakukan percobaan efek tyndall yaitu Paracetamol 1%, Etanol 96% memberikan efek menghantarkan cahaya karena partikel yang di hasilkan lebih besar karena itu disebut dengan larutan koloid paada larutan FeCl3 0,5 + air mendidih 100 ml juga memberi efek menghantarkan cahaya sehingga dikatan koloid. Tendangan pada larutan tween 80 + larutan paracetamol di hasilkan efek menghasilkan cahaya karena partikel yang dihasilkan lebih kecil

sehingga dapat dikatakan larutan sejatih pada efek tyndall ini telah sesuai dengan literatur yang ada (Martin A, 2008).

BAB VI PENUTUP VI. 1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum diperoleh hasil : 1. Pada pengamatan dispersi nanopartikulat pada larutan paracetamol dan FeCl3 menghasilkan warna sesuai literatur 2. Pada pengamatan viskositas larutan, larutan FeCl3 memiliki viskositas sama yaitu dpas 3. Pada pengamatan pengaruh penambahan elektrolid pada stabilitas dispersi, keempat larutan tidak mengalami pengendapan berbeda dengan literature karena disebabkan adanya faktor kesalahan 4. Pada pengamatan pengaruh koloid pelindung terhadap stabilitas dispersi nanopartikut, larutan paracetamol dan FeCl3 yang ditambahkan larutan koloid pelindung (Paracetamol) dan titrat Nacl 25% tidak menghasilkan endapan. Hal ini tidak sesuai dengan literatur disebabkan adanya faktor kesalahan pada proses perlakuan. VI.2 Saran Sebaiknya pereaksi yang akan digunakan lebih steril lagi agar percobaan yang diujikan mendapatkan hasil yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA Dirjen POM., 1979., “Farmakope Indonesia Edisi III”., Departemen Kesehatan RI., Jakarta. Martin, A., 2001, Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta. Mutiarani, dkk., 2011, Iradiasi Ultrasonik Dalam Menurunkan Kekeruhan Air Ultrasonic Irradiation In Decreasing Water Turbidity, Vol. 1 No. 1 : 110, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Nurdin, M.A., Supriyanti, F.M.T., Zackiyah, 2010, “Penentuan Pelarut Terbaik Dalam Mengekstraksi Senyawa Bioaktif Dari Kulit Batang Artocharpus Heterophyllus”, Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, Vol. 1 No.2, Universitas Pendidikan Indonesia. Probowati, A., Giovanni, P.C., Ikhsan, D., 2012, “Pembuatan Surfaktan Dari Minyak Murni (VCO) Melalui Proses Amidasi Dengan Katalis NaOH, Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 1 No. 1, Universitas Diponegoro. Rachmawati, S.W., Iswanto, B., Winarni, 2009, “Pengaruh Ph Pada Proses Koagulasi Dengan Koagulan Aluminum Sulfat Dan Ferri Klorida”, Jurnal Teknologi LIngkungan, Vol. 5 No. 2, Indomasi Mulia, Jakarta. Yunilda, 2008, “Pembuatan Koloid 188renium-Sn Sebagai Senyawa Terapi Radiosinovektomi”, Jurnal Sains Materi Indonesia, ISSN : 1411-1098, Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR) – BATAN, Tangerang.

LAMPIRAN

Ket : Disiapkan Alat dan Bahan

Ket : Dimasukkan Paracetamol dan Tween 80, FeCl3 kedalam gelas kimia

Ket : Dimasukkan gelatin, tween 80, Na lauril Nacl 25% Dan PVP kedalam gelas kimia

Ket: Dimasukkan larutan kedalam gelas kimia

Ket : Kemudian dikocok mengunakan Magnetic stirer (sampel A)

Ket : Kemudian Dititrasi

Ket : Kemudian dikocok Magnetic stirer (sampel B)

Related Documents

Laporan Dispersi
January 2021 7
Laporan Ointment
January 2021 1
Laporan Antipiretik
January 2021 1
Laporan Coleoptera.docx
January 2021 1
Laporan Jelly
January 2021 4
Laporan Surimi
February 2021 1

More Documents from "Reed Jones"

Presentation Filsafat
March 2021 0
Laporan Dispersi
January 2021 7