Laporan Empedu

  • Uploaded by: Jessica Allo
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Empedu as PDF for free.

More details

  • Words: 3,434
  • Pages: 24
Loading documents preview...
laporan EMPEDU LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA NUTRISI DASAR “EMPEDU”

Disusun oleh: Nama : ASRUL Nim : 60700112042 Kelompok: IV (Empat) Jurusan : ILMU PETERNAKAN Asisten : Nurwahidah. J LABORATORIUM PETERNAKAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2013

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Empedu merupakan prodak hati, mempunyai peranan penting pada pencernaan makanan terutama lemak. Empedu hati, sebelum disekresi kelumen intestinal lebih dahulu disimpan dikandung empedu. Kandung empedu akan mengosongkan isinya selama proses pencernaan berlangsung di dalam intestin. Empedu dan kelenjar pancreas bermuara ditempat yang sama di dalam intestin. Pengosongan empedu dirangsang oleh hormon kolesistokinin, salah satu komponen hormone Boyliss & Starling selama berada di dalam kandung empedu, empedu akan mengalami proses pemekatan melalui cara absorpsi air (Hardjasasmita, 1992). Fungsi cairan empedu adalah untuk mencerna makanan di dalam usus, terutama lemak. Cairan empedu dari hati ini sebagian disalurkan langsung ke usus dan bercampu r dengan makanan yang akan dicerna. Sementara sebagian cairan lagi masuk ke kantung empedu. Disini sebagian air akan diserap/dibuang, sehingga cairannya akan lebih pekat. Cairan empedu yang pekat ini lebih efektif untuk mencerna makananan dibandingkan yang langsung dari hati tadi (Arjuna, 2008). Dalam empedu terdapat senyawa-senyawa yang penting, diantaranya garam empedu, zat warna empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam anorganik. Garam empedu merupakan berperan dalam absorpsi lemak dan vitamin-vitamin A, D, E dan K yang larut dalam lemak. Garam empedu merendahkan tegangan permukaan dan memperbesar daya pengemulsi lemak. Dengan demikian akan memudahkan kerja lipase. Lebih lanjut garam empedu bereaksi dengan asam lemak

menghasilkan

senyawa

kompleks yang lebih mudah larut dan mudah

terabsorpsi sebagai hasil proses lipolisis (Arjuna, 2008). Oleh karena itu, dilakukan percobaan empedu dengan beberapa test yang diujikan yaitu Gmellin’s test, Roesenbach modification Gmellin’s test dan Smith test. B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk membuktikan adanya pigmen-pigmen dalam empedu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu dihasilkan secara terusmenerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitu kantung empedu diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang kontraksi kantung empedu dan keluarnya empedu akan dihimpun ke dalam duodenum (Panil, 2004). Kandungan empedu merupakan organ berbentuk buah pir kecil yang terletak diperut sebelah kanan, dan tersembunyi di bawah hati. Kandung empedunya menyimpan cairan empedu yang dihasilkan oleh hati. Selama makan, kandung empedu akan berkontraksi (menciut) sehingga mengeluarkan sedikit cairan empedu yang berwarna hijau kecoklatan ke dalam usus halus. Cairan empedu berguna dalam penyerapan lemak dan beberapa vitamin seperti vitamin A, D, E dan K. Empedu merupakan campuran dari asam empedu, protein, garam-garam kalsium, pigmen dan unsur lemak yang disebut kolesterol. Sebagian dari empedu yang memasuki usus halus akan diteruskan dan dikeluarkan melalui feses (Anonim, 2012). Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning agak kental dan mempunyai rasa pahit. Selama 24 jam dihasilkan cairan empedu sebanyak 500 mL sampai 700 mL dan mempunyai pH antara 6,9 sampai 7,7. Kontraksi dan pengenduran kandung empedu diatur oleh hormon kolesistokinin yang dibentuk dalam sel usus, terutama protein dan lemak. Cairan empedu mengandung zat-zat anorganik, yaitu HCO3-, Cl-, Na+ dan K+ serta zat-zat organik, yaitu asam-asam empedu, bilirubin dan kolesterol (Poedjiadi, 2009). Empedu terdiri dari garam-garam empedu, elektrolit, pigmen empedu (misalnya bilirubin), kolesterol dan lemak. Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu

(terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu menyerapnya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu (Anonim, 2012). Dalam empedu terdapat senyawa-senyawa yang penting, diantaranya garam empedu, zat warna empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam anorganik. Garam empedu merupakan berperan dalam absorpsi lemak dan vitamin-vitamin A, D, E dan K yang larut dalam lemak. Garam empedu merendahkan tegangan permukaan dan memperbesar daya pengemulsi lemak. Dengan demikian akan memudahkan kerja lipase. Lebih lanjut garam empedu bereaksi dengan asam lemak menghasilkan senyawa kompleks yng lebih mudah larut dan mudah terabsorpsi sebagai hasil proses lipolisis (Tim Dosen, 2013). Meskipun hati bukan suatu organ yang tepat dari pencernaan, sekresinya dan empedu memegang peranan penting dalam pencernaan lemak. Empedu dihasilkan secara terus-menerus oleh hati, tapi ditampung dalam sebuah alat penampung ialah kantung empedu diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang konsentrasi kantung empedu dan keluarnya empedu yang dihimpun ke dalam duodenum. Empedu kecuali garam empedu mengandung bahan lainnya, antara lain ialah pigmen empedu, pigmen empedu ini adalah hasil pemecahan pigmen sel darah merah, hemoglobin, yang dipindahkan oleh hati dari sel-sel darah merah yang tua. Warna kecoklatan pigmen empedu ini memberi warna coklat yang khass dari feses atau tinja (Kimball, 1983). Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah sekresi dari pencernaan. Garam-garam empedu termasuk ke dalam kelompok garam natrium dan kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu derifat/turunan darisistin. Garam

empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu (Hardjasasmita, 1992). Asam-asam empedu membantu emulsifikasi lipid yang dimakan, suatu proses yang memudahkan pencernaan enzimatik dan absorbsi lemak diet. Asam-asam deoksikolat dan litokolat adalah asam-asam empedu sekunder yang disintesis dalam usus lewat kerjanya enzimenzim bakteri pada asam-asam empedu primer. Hanya sebagian asam-asam empedu primer yang terdapat dalam usus diubah menjadi asam empedu sekunder (Hardjasasmita, 1992). Pada rongga mulut terdapat tiga macam kelenjar ludah (saliva) yang menghasilkan cairan ludah. Kelenjar-kelenjar tersebut adalah: kelenjar parotis, yang terletak di dekat telinga, kelenjar sublingualis yang terletak di bawah rahang atas, kelenjar sub mandibularis yang terletak di bawah lidah. Di dalam cairan ludah mengandung sebanyak 90% air dan sisanya terdiri atas garam-garam bikarbonat, lendir (mukus), lizozim (enzim penghancur bakteri) dan amilase (ptialin). Ketiga kelenjar ludah setiap harinya dapat menghasilkan lebih kurang 1600 cc air ludah. Cairan ludah berfungsi untuk memudahkan dalam menelan makanan karena makanan tercampur dengan lendir dan air, melindungi rongga mulut dari kekeringan, panas, asam dan basa, serta membantu pencernaan kimiawi, karena kelenjar ludah menghasilkan enzim ptialin (amilase) yang berperan dalam pencernaan amilum menjadi maltosa dan glukosa, enzim ini berfungsi dengan baik pada pH netral (pH 7) (Poedjadi, 2009). Saliva mempunyai pH antar 5,75 sampai 7,05. Pada umumnya pH saliva sedikit dibawah 7. Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran saliva dari kelenjar saliva adalah pikiran tentang makanan yang disukai, adanya bau makanan yang sedap atau melihat makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan selera. Rangsangan demikian disebut rangsangan reflex. Rangsangan

keluarnya saliva karena adanya makanan dalam mulut disebut rangsangan mekanik, sedangkan rasa makanan yang lezat atau manis dapat menimbulkan rangsangan yang disebut rangsangan kimiawi (Poedjadi, 2009). Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu dihasilkan secaraterusmenerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitu kantung empedu diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang kontraksi kantung empedu dan keluarnya empedu akan dihimpun ke dalam duodenum (Kimball, 1983). Fungsi cairan empedu adalah untuk mencerna makanan di dalam usus, terutama lemak. Cairan empedu dari hati ini sebagian disalurkan langsung ke usus dan bercampurdengan makanan yang akan dicerna. Sementara sebagian cairan lagi masuk ke kantung empedu. Disini sebagian air akan diserap/dibuang, sehingga cairannya akan lebih pekat. Cairan empedu yang pekat ini lebih efektif untuk mencerna makananan dibandingkan yang langsung dari hati tadi (Anonim, 2012).

BAB III METODE PRAKTIKUM A.

Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut : Hari/ Tanggal

: Senin / 09 Desember 2013

Pukul

: 08.00 – 11.30 WITA

: Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas

Islam

Negeri

Alauddin Makassar. B.

Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah 1. Alat Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri 1 buah, kertas saring 2.

1 buah, pipet skala 1 buah, pipet tetes 1 buah, rak tabung 1 buah dan tabung reaksi 3 buah. Bahan Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest, alkohol 0,5 %, asam nitrat pekat, empedu yang belum diencerkan dan empedu yang sudah diencerkan.

C.

Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Gmellin’s Test a. Menyediakan 1 buah tabung reaksi. b. Mengambil larutan asam nitrat pekat tiga tetes dan memasukkan kedalam tabung reaksi yang c. d. 2. a. b. c. d.

sudah disediakan, kemudian menambahkan 2 ml empedu yang belum diencerkan. Mengamati perubahan warna terjadi. Mengulangi percobaan yang diatas dengan menggunakan empedu yang sudah diencerkan. Roesenbach Modification Gmellin’s Test Mengambil sepotong kertas saring dan membasahi dengan aquadest. Menetesi dengan empedu sebanyak 2 tetes diatas kertas saring yang telah dibasahi. Manambahkan lagi dengan 2 tetes asam nitrat pekat. Mengamati perubahan warna yang terjadi.

3. Smith Test a. Menyediakan satu tabung reaksi. b. Memipet 2 ml larutan empedu yang sudah diencerkan kemudian memasukkan kedalam tabung reaksi yang telah disediakan. c. Menambahkan alkohol 0,5 % tiga tetes. d. Memperhatikan warna cincin yang terbentuk pada pada larutan tersebut.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Hasil Pengamatan Adapun hasil pengamatan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: No Hasil Pengamatan Keterangan 1 Gmellin’s Test a. Asam nitrat pekat 3 tetes + empedu 2 a. Asam nitrat pekat 3 tetes + ml yang belum diencerkan. empedu 2 ml yang belum Sebelum pencampuran diencerkan. Sebelum pencampuran Berwarna hijau tua dan bening.

Sesudah pencampuran Berwarna hijau tua dan bening terdapat cincin berwarna coklat.

Sesudah pencampuran b.

b.

Asam nitrat pekat 3 tetes + empedu 2 ml yang sudah diencerkan

Asam nitrat pekat 3 tetes + empedu 2 ml yang sudah diencerkan Sesudah pencampuran Berwarna coklat muda dan bening

Sesudah pencampuran

2

Roesenbach modification Gmellin’s Test Sebelum Pencampuran

Sebelum Pencampuran Berwarna hijau tua

Sesudah Pencampuran Berwarna hijau tua dan ungu

Sesudah pencampuran

3

Smith Test Sebelum pencampuran Sebelum Pencampuran Berwarna hijau

Sesudah Pencampuran Berwarna hijau dan terdapat cincin yang berwarna hijau tua.

Sesudah pencampuran

Sumber: Laboratorium Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2013.

B.

Pembahasan Pada gmellin’s test hasil percobaan yang kami peroleh yaitu pada larutan asam nitrat pekat tiga tetes ditambah empedu 2 ml yang belum diencerkan menghasilkan warna hijau tua dan bening terdapat cincin berwarna coklat. Sedangkan pada larutan asam nitrat pekat tiga tetes ditambah empedu 2 ml yang sudah diencerkan menghasilkan warna coklat muda dan bening. Hal ini sesuai dengan pendapat Erika Kusmawati (2011) menyatakan bahwa uji gmellin’s test akan memberikan nilai positif apabila membentuk warna kuning, merah, hijau, violet dan biru Pada roesenbach modification gmellin’s test hasil percobaan yang kami peroleh yaitu pada kertas saring yang sudah dibasahi dengan aquadest kemudian ditetesi dengan empedu diatas kertas saring dan ditetesi lagi larutan asam nitrat pekat 1-2 tetes maka warna yang dihasilkan adalah warna hijau tua dan ungu. Hal ini sesuai dengan pendapat Erika Kusmawati (2011) menyatakan bahwa uji ini pada penyaringan berfungsi untuk mendapatkan pigmen yang lebih spesifik karena kandungan empedu yang diperoleh larutan berwarna ungu.

Pada percobaan smith test hasil yang kami dapatkan yaitu pada larutan empedu yang sudah di encerkan yang ditambahkan dengan alkohol 0,5 % tiga tetes maka yang dihasilkan adalah warna hijau dan terdapat cincin berwarna hijau tua. Hal ini sesuai dengan pendapat Erika Kusmawati (2011), menyatakan bahwa cairan empedu encer ditambahkan dengan larutan alcohol 0.5% melalui dinding tabung, sehingga diperoleh cincin hijau yang merupakan cairan dari empedu.

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu pada percobaan ini diketahui empedu mengandung zat warna bilirubin dan biliverdin, kedua zat warna ini merupakan pigmen empedu yang terbentuk dari eritrosit yang sudah tua menjadi rapuh sehingga pecah dan hemoglobinnya lepas. Hemoglobin selanjutnya dipecah menjadi heme dan globin. Cincin hemoglobin dibuka untuk membentuk besi bebas yang kemudian dibawah tranfelin dari rantai lurus dari empat

pirol yang kemudian dibentuk menjadi pigmen empedu. B. Saran Adapun saran kami dalam praktikum ini yaitu sebaiknya praktikan harus bekerja semua membantu dalam percobaan supaya praktikum tidak memakan waktu terlalu banyak, seharusnya juga menggunakan empedu yang lain seperti itik, ikan dan sebagainya supaya dapat dibandingkan. Dalam praktikum sebaiknya semua percobaan harus dilakukan juga semua praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012. Biologi Hati dan Kandungan Empedu. http://medicastore.com. Diakses pada 01 Februari 2013. Anonim.2012. Kandung Empedu. http://www.fk.undip.ac.id. Diakses pada 01 Februari 2013. Arjuna. 2008. Tentang Batu Empedu. http://tentang-batu-empedu-wikipedia.com.html. Diakses tanggal 10 Februari 2013 Erika Kusmawati. 2011. Empedu. http://themaczmanchemistry.blogspot.com. Diakses tanggal 10 Februari 2013 Hardjasasmita Pantjita. 1992. Ikhtisar Biokimia Dasar A. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. Kimball John. W. 1983. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Panil, Zulbadar. 2004. Memahami Teori dan Praktek Biokimia Dasar Medis. Buku Kedokteran EGC: Jakarta Poedjiadi Anna. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press. Tim Dosen. 2013. Penuntun Praktikum Biokimia. UIN: Makassar.

Pigmen empedu berasal dari penghancuran eritrosit yang sudah rusak. Zat warna hemoglobin yang terbebas akan berubah menjadi kholeoglobin yang masih mengandung globin dan Fe. Kholeoglobin akan kehilangan globin dan Fe dan menjadi biliverdin. Pada makhluk tingkat tinggi, biliverdin akan berubah lagi menjadi bilirubin. Pigmen empedu ini berfungsi untuk memberikan warna pada urine dan feses (Sumarlin et al . 2008). Uji yang dilakukan terkait dengan pigmen empedu adalah uji Gmelin dan uji Smith. Uji Gmelin dilakukan untuk membuktikan adanya pigmen-pigmen empedu. Uji ini memiliki prinsip pembentukan banyak warna oleh pigmen empedu yang teroksidasi oleh oksidator kuat, seperti HNO 3 . Hasil positif ditunjukkan dengan muncul perubahan warna mulai dari hijau menjadi biru, ungu, merah, dan jingga. Uji Smith juga memiliki fungsi yang sama dengan uji Gmelin. Namun, uji Smith menggunakan pereaksi iod dan alkohol sebagai oksidatornya. Uji Smith dikatakan positif jika terdapat cincin hijau tua atau biru kehijauan di antara kedua lapisan cairan tersebut (Purwaningsih et al. 2012). Adapun hasil uji pigmen empedu tertera pada Tabel 3. Sampel empedu yang diuji dengan uji Gmelin dan uji Smith memberikan hasil positif. Hal ini dapat diamati pada perubahan warna yang terjadi di larutan. Pada uji Gmelin, terbentuk warna jingga-kuning-kuning pucat. Pada uji Smith, terbentuk warna coklat-merah-hijau dengan sedikit cincin kehijauan. Tabel 3 Uji pigmen empedu Sampel Uji Hasil Warna Gambar Cairan empedu Gmelin + Jingga – Kuning – Kuning pucat Smith + Coklat – Merah - Hijau Keterangan : (+) : terbentuk cincin (-) : tidak terbentuk cincin

Tabel 4 Uji asam empedu Sampel Uji Hasil Warna Gambar Cairan empedu Pettenkofer + Merah Modifikasi Pettenkofer + Merah Keterangan: (+) : terbentuk cincin, (-) : tidak terbentuk cincin Uji asam empedu dilakukan untuk mendeteksi adanya asam empedu dan derajat keasamannya di dalam suatu sampel. Uji asam empedu dilakukan dengan uji Pettenkofer. Uji Pettenkofer ini memiliki prinsip pembentukan kompleks warna merah oleh furfural dan kromofor. Pada uji Pettenkofer asli, furfural dihasilkan dari interaksi sukrosa dengan asam pekat, sedangkan uji Pettenkofer modifikasi langsung menggunakan larutan furfural dengan konsentrasi tertentu (Wilson dan Walker 2000). Hasil yang diperoleh dari uji Pettenkofer modifikasi akan lebih baik dan lebih cepat daripada uji Pettenkofer asli (Bintang 2010). Adapun data hasil uji asam empedu tertera pada Tabel 4. Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa uji Pettenkofer asli dengan Pettenkofer modifikasi sama-sama memberikan hasil positif, yaitu terbentuknya cincin merah pada kedua permukaan cairan. Akan tetapi, dari pengamatan yang dilakukan, pembentukan cincin pada uji Pettenkofer modifikasi lebih cepat terjadi daripada uji Pettenkofer asli. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang juga menyatakan demikian.

Tes Zat Warna Empedu Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui zat warna empedu dengan melakukan tes gmelin dan tes smith. Test gmelin dilakukan dengan mencampurkan asam nitrat pekat dalam empedu, asam nitrat ini berfungsi untuk pengoksidasi. Hasilnya diperoleh 3 lapisan, atas berwarna hijau, tengah terdapat cincin merah kecoklatan dan bagian bawah berwarna bening. Terdapatnya cincin berwwarna merah kecoklatan merupakan warna warna bilirubin. Sedangkan untuk test smith dilakukan dengan mengencerkan empedu (1 : 5) kemudian ditambahkan iod tetes demi tetes dan terbentuk larutan 2 lapisan, yaitu atas berwarna orange dan bawah berwarna hijau. Fungsi iod juga sama dengan asam nitrat pekat yaitu pengoksidasi. Adanyya warna hijau pada larutan campuran tersebut menunjukkan uji positif. Yang menunjukkan zat warna dari bilirubin terhadap penambahan larutan Iod.

VI. Pembahasan empedu memegang peran penting dalam pencernaan. empedu merupakan cairan yang bersifat asam, dan berwarna hijau yang dieksresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata.ada percobaan ini dilakukan beberapa tes pada empedu. empedu menghasilkan bau amis dan berwarna hijau. warna hijau dari cairan empedu ini berasal dari penghancuran eritrosit yaitu biliverdin. untuk menentuka pH empedu, indikator universal dicelupkan kedalam cairan empedu dan diperoleh pH empedu adalah 6 itu menunjukkan bukti bahwa empedu bersifat asam.

pada uji emulsi, cairan empedu dicampur dengan aquades untuk melihat kestabilan emulsi ini, digunakan minyak kelapa yang juga dicampurkan dengan aquades sebagai pembanding. Minyak kelapa akan menghasilkan dua lapisan sedangkan pada aquades akan membentuk larutan hijau. hal ini berarti empedu lebih stabil dari pada minyak kelapa karena terdispersi secara sempurna

pada uji petenkoferuntuk assam empedu, cairan empedu yang diuji adalh cairan empedu 1:10. cairan empedu tersebut direaksikan dengan larutan glukosa 5% dan asam sulfat pekat. dari percobaan, dihasilkan dua lapisan yaitu lapisan atas berwarna hijau mada dan lapisan bawah berwarna bening, sedangkan pada bidang batas cairan empedu dihasilakan cincin coklat. hal ini disebabkan karena asam empedu dengan furfural akan membentuk cincin berwarna pada bidang batas cairan.

pigmen-pigmen empedu sebagian besar berasal dari penghancuran eritrosit yang pigmen utama dan terbanyak berasal dari bilirubin dan biliferdin. pada percobaan pigmen-pigmen empedu dilakukan dengan metoda Gmelin dan smith. pada uji Gmelin digunakan cairan empedu 1:10 dan 1:50 dengan penambahan asam nitrat pekat dan pada uji Smith digunakan cairan empedu 1:10 dengan menambahkan larutan iodium. hasil oksidasi dari pigmen-pigmen empedu akan membentuk bermacam-macam warna.

VII. kesimpulan 1. empedu adalah cairan bersifat asam yang berwarna hijau yang diekskresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata 2. pada percobaan diperoleh bahwa warna empedu adalah hijau, berbau amis dan mempunyai pH 6 3. BJ empedu adalah 1,13g/ml

4. pada uji emulsi, cairan empedu lebih stabil dari pada minyak kelapa karena cairan empedu terdispersi secara sempurna ddidalam air 5. pada uji petenkofer untuk asam empedu, cairan empedu membentuk dua lapisan yang diantara dua lapisan tersebut terbentuk cincin coklat 6. pigmen-pigmen empedu berasal dari bilirubin dan biliferdin dari penghancuran eritrosit 7. pada uji Gmelin dihasilkan cincin coklat 8. pada uji smith dihasilkan cincin hijau tua

Pembahasan Adapun pembahasan dari pengamatan diatas adalah sebagai berikut: 1.

Gmellin’s Test Pada tabung pertama untuk empedu pekat, tabung reaksi yang berisi HNO 3 pekat berwarna bening setelah penambahan empedu pekat menghasilkan larutan hitam pekat, larutan hijau pekat, cincin hitam, larutan orange dan larutan bening. Pada tabung kedua untuk empedu encer, tabung reaksi yang berisi HNO 3 pekat berwarna bening setelah penambahan empedu encer menghasilkan larutan hijau muda, cincin ungu, larutan ungu, dan larutan bening. Menurut Anonim (2012) bahwa Empedu terdiri dari garam-garam empedu, elektrolit, pigmen empedu (misalnya bilirubin), kolesterol dan lemak. Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. 2. Roesenbach Modification Gmellin’s Test Pada cawan petri yang dilapisi tissue serta ditetesi aquades dan ditambahkan larutan empedu sebanyak 3 tetes menghasilkan larutan hijau muda. Setelah penambahan larutan HNO 3 pekat, larutan berwarna ungu dan orange bening. Menurut Poedjiadi (2009), menyatakan bahwa Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning agak kental dan mempunyai rasa pahit. Selama 24 jam dihasilkan cairan empedu sebanyak 500 mL sampai 700 mL dan mempunyai pH antara 6,9 sampai 7,7. Kontraksi dan pengenduran kandung empedu diatur oleh hormon kolesistokinin yang dibentuk dalam sel usus, terutama protein dan lemak.

3.

Smith Test

Pada tabung reaksi yang berisi 2 ml larutan empedu dan ditambakan alkohol 0,5 % menghasilakn larutan yang berwarna kuning keruh dan hijau tua. Menurut Hardjasasmita (1992), menyatakan bahwa Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah sekresi dari pencernaan. Garam-garam empedu termasuk ke dalam kelompok garam natrium dan kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu derifat/turunan darisistin. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah Pigmen – pigmen empedu sebagian besar merupakan hasil katabolisme hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel – sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial dari hati, limpa dan sumsum tulang. Pigmen empedu yang utama adalah biliverdin, yang berwaran hijau dan bilirubin yang berwarna jingga/kuning coklat. Oksidasi pigmen empedu oleh berbagai pereaksi akan menghasilkan suatu turunan yang berwarna, misalnya mesobiliverdin (hijau hingga biru), mesobilirubin (kuning) dan mesobilisianin (hijau hingga ungu). B.

Saran

Adapun saran yang dapat saya sampaikan yaitu sebaiknya sebelum melakukan praktikum bahan yang akan digunakan disediakan sesuai dengan praktikum yang akan dilakukan agar tidak menghambat jalannya praktikum tersebut.

Related Documents

Laporan Empedu
January 2021 0
Laporan Ointment
January 2021 1
Laporan Antipiretik
January 2021 1
Laporan Coleoptera.docx
January 2021 1
Laporan Jelly
January 2021 4

More Documents from "LinaIsnawati"

Laporan Empedu
January 2021 0
March 2021 0
Alumbrado Publico
February 2021 0
Nikomeid.pdf
February 2021 0