Laporan Pkpa Puskesmas Karangdoro Semarang Angkatan Xxvi

  • Uploaded by: Ananta Devi
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pkpa Puskesmas Karangdoro Semarang Angkatan Xxvi as PDF for free.

More details

  • Words: 7,646
  • Pages: 84
Loading documents preview...
Laporan PKPA Puskesmas Karangdoro Semarang Angkatan XXVI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER DI PUSKESMAS KARANGDORO Periode 2 Januari 2018 - 13 Januari 2018

Disusun oleh : Bayu Firmansyah, S. Farm.

NIM. 1061711022

Irma Arivita, S. Farm.

NIM. 1061711055

Isnaini Wulan S., S. Farm.

NIM. 1061711056

Diana Purnawati, S.Farm.

NIM. 1061711134

Novita Dwi A., S.Farm.

NIM. 1061711136

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI SEMARANG” TAHUN 2018

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker 2 Januari – 13 Januari 2018 i

ii Laporan PKPA Puskesmas Karangdoro Semarang Angkatan XXVI

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker 2 Januari – 13 Januari 2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah, kasih, karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Karangdoro yang dilaksanakan pada tanggal 2 Januari 2018 - 13 Januari 2018. Penyusunan laporan ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi Semarang”. Banyak pihak yang terlibat membantu penulis dalam melaksanakan praktek kerja maupun menyusun laporan praktek kerja ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1.

dr. Wahyudi selaku Kepala Puskesmas Karangdoro yang membagi ilmu, saran, dan dukungan selama pelaksanaan praktek kerja.

2.

Dyah Yantiningrum, S.Farm., Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek dan pembimbing PKPA di Puskesmas Karangdoro yang telah membimbing, membagi ilmu, saran, dan dukungan selama pelaksanaan praktek kerja.

3.

Dr. Endang Dyah Ikasari, M.Si., Apt., selaku Ketua Stifar “Yayasan Pharmasi Semarang”.

4.

Dra. Sri Haryanti, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker Stifar “Yayasan Pharmasi Semarang”.

5.

M. Ryan Radik R, M..Sc., Apt, selaku Dosen Pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan laporan ini.

6.

Seluruh staf dan karyawan Puskesmas Karangdoro Semarang yang telah membantu selama pelaksanaan praktek kerja di apotek.

7.

Keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat, cinta, dan doa serta teman-teman semua atas kebersamaan, kekompakan, dan kerjasama selama pelaksanaan praktek kerja.

8.

Segenap mahasiswa Program Profesi Apoteker angkatan XXVI, dan Almamater, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi” Semarang.

9.

Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan dan bantuannya.

Besar harapan penulis, semoga kerja sama antara Puskesmas Karandoro dan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi Semarang” dapat terus berlanjut di masa mendatang. Semarang, Januari 2018

Penyusun

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................

ii

KATA PENGANTAR.......................................................................................

iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

vii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................

1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................

1

1.2 Tujuan........................................................................................................

2

1.3 Manfaat .....................................................................................................

3

BAB II TINJAUAN TEMPAT PKPA...............................................................

4

2.1 Sejarah dan Latar Belakang Puskesmas Karangdoro................................

4

2.2 Letak Geografis.........................................................................................

4

2.3 Struktur Organisasi....................................................................................

5

2.4 Visi dan Misi Puskesmas...........................................................................

6

2.5 Pelayanan Puskesmas................................................................................

6

2.6 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Puskesmas........................................

8

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................

15

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... 33 5.1 Kesimpulan .............................................................................................................. .............................................................................................................. 33 5.2 Saran .............................................................................................................. .............................................................................................................. 33 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... 34 LAMPIRAN ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... 35

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta

Halaman Lokasi

Puskesmas

Karangdoro

5 2. Struktur

Organisasi

Puskesmas

Karangdoro

6 3. Alur

Pelayanan

Rawat

Inap

Puskesmas

Karangdoro

8 4. Kartu

Berobat

16 5. Contoh

Nomor

Antrian

16 6. Alur 18

Administrasi

Puskesmas

Karangdoro

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

Halaman

1. Puskesmas 35

Tampak

Depan

2. Loket 36

Pendaftaran

Pasien

3. Ruang 37

Tunggu

Pasien

4. Denah 38

Ruangan

di

Puskesmas

5. Fasilitas 39

Puskesmas

6. Ruang 40

Pemeriksaan

7. Ruang 41

BP

Umum

Pemeriksaan

Gigi

8. Laboratorium 42 9. Ruang 43 10. Penyerahan 44

Farmasi Obat

Puskesmas

Untuk

11. Ruang 45

Pasien

Rawat

Rawat

Inap

12. Ruang 46 13. Ruang 47

UGD Bersalin

dan

Pasca

Melahirkan

14. Ruang 48 15. Penyimpanan 49 16. Gudang 50 17. Kegiatan 51 18. Pemberian 52 19. Kegiatan 53

Jalan

KIA Obat dan

Narkotik,

Psikotropika,

Penyimpanan

Visite

dan KIE

Prekursor

Perbekalan

Farmasi

Konseling

Pasien

Kepada Pelaksanaan

dan

Pasien PIO

20. Kegiatan 54

Senam

21. Kegiatan 55

Sehat

Promosi

Kesehatan

22. Kegiatan 56

Prolanis

23. Kegiatan 57

Pengadaan

24. Kartu 59

Obat

Stok

Obat

25. Kegiatan P3K (UKS Puskesmas Karangdoro di SMK Swadaya Semarang) 60 26. Form 61

Inventaris

Obat

27. Laporan 62

Inventaris

BMHP

28. Form 63

LPLPO

29. Laporan 64

Stok

Opname

Obat

30. Form Pemantauan Ketersediaan Obat dan sin Indikator di Puskesmas 65 31. Form 66 32. Laporan 68

Berita

Acara Indikator

Pemusnahan

Resep Peresepan

33. Bagan 69 34. Laporan 70

Struktur Bulanan

Organisasi

Puskesmas

Pelayanan

Kefarmasian

35. Pelaporan Presentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial 71 36. Lampiran Daftar Hadir Kegiatan Promosi Kesehatan Puskesmas 72 37. SIMPUS 73

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan

derajat

kesehatan

yang

setinggi-tingginya

dapat

terwujud.

Pembangunan kesehatan secara berkesinambungan telah dimulai sejak tahun 1969. Terwujudnya hal tersebut adalah dengan adanya pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehata adalah setiap upaya yang diselengggarakan secara sendiri dan bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya tersebut maka diperlukan sarana kesehatan yang mendukung salah satunya seperi puskesmas. Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal disuatu wilayah kerja tertentu (suatu kecamatan). Puskesmas merupakan salah satu saranan kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah meningkatkan kesehatan masyarakat.Untuk kesehatan

mencapai

perorangan

visi

dan upaya

tersebut,

puskesmas

kesehatan

menyelenggarakan

masyarakat.

Dalam

upaya

menyelengarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu termasuk pengelolaan obat yang baik dan pengobatan yang rasional. Menurut PMK no.74 tahun 2016 Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care) adalah merupakan tolak ukur yang digunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian

dalam

menyelanggarakan

pelayanan

kefarmasian.Pelayanan

Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggng jawab kepada pasien yang ebrkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian pada saat ini lebih berorientasi atau lebih meutamakan pasien daripada obat. Sehingga apoteker dan TTK lainnya di tuntut untuk meningkatkan pengetahuan,

ketrampilan dan melakukan interaksi secara langsung kepada pasien. Pelayanan kefarmasian tidak hanya interaksi antara apoteker dengan pasien tetapi juga antara apoteker dengan tenaga medis yang lainnya, seperti dokter dan perawat. Sehingga dengan adanya interaksi ini dapat menghindari terjadinya medication error. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia nomor 1027 tahun 2004 tentang Standart Pelayanan Kefarmasian, medication error adalah kejadian merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang seharusnya dapat dicegah. Pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi pengkajian resep penyerahan obat dan pemberian informasi obat, PIO, konseling, visite pasien, pemantauan dan ES obat, pemantauan terapi obat dan evaluasi penggunaan obat. Semua itu harus didukung dengan pengelolaan sumber daya (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat, dan pencatatan atau penyimpanan resep). Dengan kata lain, peranan apoteker diantaranya adalah dalam pelayanan kefarmasian, yakni salah satunya dalam pemberian informasi obat (PIO), pengelolaan obat (perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pelaporan obat) serta visite. Menyadari pentingnya peran Apoteker didalam Puskesmas, maka calon apoteker diwajibkan untuk mempunyai kemampuan sebagai apoteker yang profesional, oleh karena itu dilakukakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dalam bidang puskesmas. 1.2 Tujuan 1. Mendapat gambaran nyata kepada mahasiswi atau mahasiswa mengenai kegiatan kefarmasian di puskesmas dan menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan. 2. Dapat menerapkan dan memilliki keterampilan dalam melaksanakan menejemen yang efektif dan efisien dalam rangka pelaksanaa tugas pokok regulasi, pembinaan dan pengawasan pekerjaan kefarmasian dan perbekalan farmasi yang bermutu, aman, dan berkhasiat secara rasional 3. Dapat meningkatkan kemampuan calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan di puskesmas 4. Mendapat data profil Puskesmas Karangdoro. 5. Memberi kesempatan agar mahasiswa mampu mempelajari strategi dan pengembangan praktik profesi Apoteker serta memberi gambaran nyata

tentang permasalahan (problem solving) praktek dan pekerjaan kefarmasian di instansi pemerintahan 6. Mendapat uraian mengenai pengelolaan barang (obat dan alat kesehatan) meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pencatatan dan pelaporan barang pada Puskesmas Karangdoro. 1.3 Manfaat 1. Mendapatkan pengalaman praktek secara nyata untuk menjadi apoteker yang profesional terutama dalam puskesmas 2. Dapat langsung mengaplikasikan ilmu teori kefarmasian yang telah diperoleh pada bangku kuliah pendidikan di Perguruan Tinggi, sehingga dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa. 3. Memperoleh gambaran dan pengalaman kepada mahasiswa mengenai tugas dan tanggung jawab apoteker di Puskesmas dengan segala aktifitasnya sehingga memperoleh bekal kemampuan profesional, managerial, pengalaman praktis dan keterampilan dalam pengelolaan Apotek di Puskesmas. 4. Mengembangkan keterampilan berkomunikasi menyampaikan informasi kepada pasien, keluarga pasien, dan tenaga kesehatan lainnya sehingga tercapai tujuan terap

BAB II TINJAUAN TEMPAT PKPA 2.1 Sejarah dan Latar Belakang Puskesmas Karangdoro Puskesmas Karangdoro berdiri pada tahun 1985 terletak di Jalan Raden Patah, Kota Semarang. Sebelum pemberian nama Karangdoro, dahulu bernama Puskesmas Kaligawe yang berada di Jalan Sumur Umbul 78, masyarakat umum menyebutnya dengan sebutan posis, karena berseberangan dengan pos penjaga zaman dahulu. Ketika pindah ke Jalan Raden Patah, puskesmas memiliki fasilitas yang sudah cukup lengkap untuk melaksanakan pelayanan kesehatan primer, diantaranya sudah tersedia fasilitas rawat inap, selain itu poli gigi,poli umum, KIA,ruang MTBS dan gizi, ruang promkes dan konselng, laboratorium kesehatan lingkungan dan laboratorium klinik, ruang bersalin, serta IGD. Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi dalm kecamatan Semarang Timur terdapat 3 puskesmas yaitu puskesmas halmahera, Bugangan dan Karangdoro. Sehingga menurut Depkes RI,2006a. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/kelurahan atau dusun/rukun warga (RW), dan masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas kabupaten atau kota. Wilayah Puskesmas karangdoro mempunyai tiga kelurahan yaitu, Kemijen terdiri dari 11 RW, Rejomulyo terdiri dari 7 RW dan Mlatiharjo terdiri dari 9 RW. 2.2 Letak Geografis Puskesmas Karangdoro saat ini terletak di Jalan Raden Patah 178 RT 04/RW 06 Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang. Lokasinya sangat strategis yaitu dekat dengan pertamina, sekolah, pasar, dan berada di tepi jalan raya. Puskesmas Karangdoro berbatasan dengan Kelurahan Purwodinatan (Kecamatan Semarang Tengah) di sebelah barat, lalu di sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Gayam Sari, sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Tanjung Mas (Kecamatan Semarang Utara) dan sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Mlatibaru (Kecamatan Semarang Timur).

Puskesmas

Karangdoro

membawahi

tiga

kelurahan,

yaitukelurahan

Kemijen, Melati Baru, Rejomulyo. Pasien yang berobat ke puskesmas Karangdoro ini cukup banyak, dalam sehari ruang farmasi puskesmas dapat melayani 60-100 resep, hal ini dikarenakan letak dari Puskesmas Karangdoro yang mudah dijangkau dan berada di jalur utama, dan di lewati oleh kendaraan umum.

Gambar 1. Peta Lokasi Puskesmas Karangdoro

2.3 Struktur Organisasi Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antar tiap bagian posisi yang ada pada suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai suatu tujuan. Struktur organisasi menggambarkan pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi yang dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik menjelaskan hubungan wewenang sapa melapor kepada siapa. Struktur organisasi Puskesmas Karangdoro lebih lengkap pada Lampiran 33.

Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Karangdoro

2.4 Visi dan Misi Puskesmas 1. Visi Puskesmas Karangdoro : “Terwujudnya masyarakat Kecamatan Semarang Timur yang mandiri untuk hidup sehat” 2. Misi Puskesmas Karangdoro: a. Menggerakkan pembangunan kecamatan yang berwawasan kesehatan b. Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat, c. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu merata dan terjangkau. d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. 2.5 Pelayanan Puskesmas 1.

Rawat Jalan a. b. c. d.

Pendaftaran Pelayanan pengobatan umum Pelayanan pengobatan gigi KIA : - Pemeriksaan ibu hamil 1) KB 2) Imunisasi 3) Pemeriksaan calon pengantin

4) Tes IVA 5) MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) e. Konseling: 1) Gizi 2) Sanitasi 3) Voluntary Conseling and Testing (VCT) dan Infeksi Menular Seksual (IMS) f. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja g. Pelayanan Kesehatan Kerja h. Pelayanan Kesehatan Olah raga i. Pelayanan Peduli Lansia j. Laboratorium k. Farmasi l. Pelayanan Luar Gedung 1) SDIDTK 2) Penjaringan 3) BIAS 4) Posyandu 5) Posbindu 6) PE m. Tindakan

2.

Rawat Inap a. IGD Rawat jalan

Pasien datang

Pendaftaran Pemeriksa an umum

Rawat inap

KIA

Konsultasi Laboratori Konsultasi Gizi um Sanitasi

Kamar terima/IGD

Ruang Bersalin

Pemeriksa an gigi

Ruang Perawatan

Konsulta si Dokter

Rujuk Rumah Sakit

Persalina n

Ruang Farmasi

Ruang nifas

Administras i

Puas?? Ya

Tidak

Unit Pengaduan: 1. Kotak Saran 2. Telpon/Email

Pasien Pulang Gambar 3. Alur Pelayanan Rawat Inap Puskesmas Karangdoro

2.6 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Puskesmas Pengunaan obat yang rasional sesuai pedoman yang telah ditetapkan erat kaitannya dengan pengelolaan obat. Pengelolaan ini ditujukan untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai).Pengelolaan perbedkalan farmasi bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kefarmasian dalam mewujudkan sistem informasi manajemen yang baik dan pengendalian

mutu pelayanan di puskesmas.Pengelolaan

perbekalan farmasi merupakan siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pencatatan dan pelaporan (Depkes RI, 2010). Perhitungan kebutuhan obat dilakukan secara tepat sehingga meminimalkan keadaan kekosongan maupun kelebihan obat. Perencanaan kebutuhan dilakukan

dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat dari data periode sebelumnya, data mutasi obat,dan rencana pengembangan (Depkes, 2014a). 1. Perencanaan dan Pengadaan Perencanaan menggunakan metode konsumsi dibuat berdasarkan data konsumsi perbekalan periode sebelumnya yang disesuaikan dengan stockout (persediaan yang habis) dan metode epidemiologi yaitu sesuai penyakit yang ada. Kelebihan metode konsumsi diantaranya data akurat; metode yang paling murah; tidak memerlukan data penyakit dan standar pengobatan; kekurangan dan kelebihan

obat

dapat

diminimalisir.

Kekurangannya,

sulit

memprediksi

penggunaan obat kedepan secara tepat.Perencanaan metode konsumsi digunakan untuk merencanakan perbekalan farmasi sehari-hari (di luar kejadian luar biasa). Metode konsumsi dilakukan dengan melihat banyaknya pemakaian atau kebutuhan obat pada periode sebelumnya. Data-data yang dibutuhkan untuk melakukan proses perencanaan adalah LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat), SBBK, pemusnahan obat rusak dan kadaluarsa serta memperhitungkan lead time. Metode epidemiologi dibuat berdasarkan data jumlah pola penyakit pada tahun

sebelumnya.

Kelebihan

metode

epidemiologi

dalam

perencanaan

permintaan obat adalah obat yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan mendekati kebenaran serta standar pengobatan mendukung usaha memperbaiki penggunaan

obat

yang rasional.

Kekurangan metode

epidemiologi

ini

membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang trampil serta data penyakit sulit diperoleh secara pasti(Hartono, 2007) Metode kombinasi merupakan kombinasi metode konsumsi dan metode epidemiologi. Metode ini digunakan untuk menghitung obat-obatan yang fluktuatif caranya dengan dihitung menggunakan metode konsumsi disertai dengan koreksi-koreksi

pola penyakit, perubahan, jenis/jumlah tindakan,

perubahan pola peresepan, perubahan pelayanan kebijakan. Perhitungan perencanaan obat dengan metode epidemiologi menggunakan rumus: C Kombinasi = (CA + CE) x T + SS – Sisa Stock Keterangan: CE = Perhitungan standar pengobatan CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan) T

= Lama Kebutuhan (bulan/tahun)

SS = Safety Stock

Pengadaan obat bertujuan agar sediaan farmasi tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Proses pengadaan obat dilakukan setiap setahun sekali melalui perencanaan secara bottom-up dari puskesmas. Data yang diperlukan dalam penentuan jumlah pengadaan obat diantaranya: data pemakaian obat periode sebelumnya, jumlah kunjungan resep, jadwal distribusi obat dari instalasi farmasi kabupaten/kota dan sisa stok (Depkes RI, 2014b). 2. Penerimaan Penerimaan sediaan farmasi dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) adalah suatu kegiatan dalam menerima sediaan farmasi dan BMHP dari IF kabupaten/Kota atau hasil pengadaan puskemas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya agar sediaan farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaa yang diajukan oleh puskesms dan memenuhi persyaratan keamanan khasiat dan mutu ( PMK No.74, 2016). Saat penerimaaan barang pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan

dan

penggunaan

obat

beserta

kelengkapan

catatan

yang

menyertainya. Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang diserahterimakan, meliputi kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk sediaan obat sesuai dengan isi LPLPO dan ditanda tangani oleh petugas penerima serta diketahui oleh Kepala puskesmas. Apabila terdapat ketidaksesuaian dalam penerimaan setelah dilakukan pemeriksaan atau dikatakan tidak memenuhi syarat, maka petugas dapat mengajukan keberatan, semisal dengan langkah penolakan, pengembalian dan mengajukan permintaan ganti obat serta BMHP sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Setiap penambahan obat, dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stock barang(Depkes RI, 2014b). Dalam prosedur penerimaan, dilakukan kegiatan verifikasi, penerimaan data, penolakan, dokumentasi dan penyerahan yang dilakukan dengan menggunakan “checklist” yang sudah disiapkan untuk masing-masing jenis produk yang berisi antara lain : a. kebenaran jumlah kemasan b. kebenaran kondisi kemasan seperti yang disyaratkan c. kebenaran jumlah satuan dalam tiap kemasan d. kebenaran jenis produk yang diterima e. tidak terlihat tanda-tanda kerusakan f. kebenaran identitas produk

g. penerapan penandaan yang jelas pada label, bungkus dan brosur h. tidak terlihat kelainan warna, bentuk, kerusakan pada isi produk i. 3.

jangka waktu kadaluarsa yang memadai Penyimpanan Penyimpanan merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadapsediaan farmasi

yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik atau kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan (PMK no.47, 2016). Tujuan penyimpanan obat untuk memelihara mutu obat, menghindari penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan pencarian dan pengawasan. Kegiatan penyimpanan meliputi : a. Pengaturan tata ruang Gudang Farmasi digunakan sebagai sarana penunjang untuk melakukan penyimpanan obat dan BMHP. Tata ruang gudang farmasi yang baik akan mempermudah penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi. Persyaratan yang harus dimiliki gudang farmasi puskesmas meliputi: 1) Luas minimal 3 x 4 m2 atau disesuaikan dengan jumlah obat yang disimpan; 2) Ruangan kering dan tidak lembab, memiliki cahaya dan ventilasi yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung untuk menghindarkan adanya cahaya langsung dan bertralis; 3) Lantai dibuat dari semen atau tegel atau keramik atau papan yang tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain serta harus diberi alas papan (palet); 4) Dinding dibuat liendan dicat dengan warna cerah, hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam; 5) Gudang farmasi mempunyai pintu yang dilengkapi dengan kunci ganda; Tersedia lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci dan terjamin keamanannya serta harus tersedia pengukur suhu dan higrometer ruangan. b. Penyusunan stok obat Penyimpanan obat dan BMHP di puskesmas mempertimbangkan hal-hal berikut: bentuk dan jenis sediaan, stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban), mudah tidaknya terbakar/meledak, narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus. Golongan antibiotik disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, terhindar dari cahaya matahari dan disimpan di tempat kering. Vaksin dan serum disimpan dalam suhu 4-8°C (Depkes RI, 2014b).

Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas juga menerangkan tentang, metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan dan alfabetis dengan menerapkan prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Penyusunan sistem FEFO artinya obat yang lebih awal kadaluarsanya harus dikeluarkan terlebih dahulu, sedangkan FIFO artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan terlebih dahulu. c. Pencatatan stok obat Penerimaan, pengeluaran obat, obat hilang, rusak atau kadaluwarsa harus segera dicatat pada kartu stok obat. d. Pengamatan mutu obat Mutu obat yang disimpan di gudang farmasi dapat mengalami perubahan, baik karena faktor fisik maupun kimiawi. Perubahan mutu obat dapat diamati secara visual dan non visual. Pengamatan non visual dilakukan dengan mengujikan sampel obat/produk di laboratorium. 4. Distribusi Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sub unit pelayanan kesehatan. Sub-sub unit di puskesmas antara lain ruang rawat inap, IGD, poli umum, poli gigi dan poli KIA. Usaha peningkatan akses pelayanan, puskesmas dibantu oleh jaringan pelayanan puskesmas yang terdiri dari Pusling dan Posyandu. Terdistribusinya obat dan perbekalan farmasi ke seluruh sub unit Puskesmas diharapkan dapat menjamin terlaksananya pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan dan program kesehatan. Sistem distribusi obat ada 4 (Depkes RI,2008), antara lain: a.

Unit Dispensing DoseSystem (UDDS) Pelayanan distribusi obat dengan UDDS merupakan salah satu sistem

distribusi dimana obat untuk tiap pasien disiapkan oleh farmasis dalam sekali dosis/minum. Sistem ini mulai diperkenalkan sejak 21 tahun yang lalu, namun penerapannya masih lambat. Kelebihan pelayanan distribusi obat dengan UDDS antara lain: 1) Mengurangi kesalahan obat dan mengoptimalkan terapi. 2) Mengurangi keterlibatan perawat dalam penyiapan obat. 3) Pasien hanya membayar obat yang dikonsumsi saja, sehinggamengurangi kerugian biaya obat yang tidak terbayar oleh pasien. Kekurangan pelayanan distribusi obat dengan UDDS antara lain : 1) Jumlah kebutuhan tenaga kefarmasian meningkat.

2) Prosesnya memerlukan biaya yang besar. b.

One Dailing Dose System (ODDS) Kelebihan sistem distribusi obat dengan ODDS antara lain menghindari

duplikasi order sediaan farmasi yang berlebihan dan mengurangi keterlibatan perawat dalam penyiapan obat. Sedangkan kekurangan sistem distribusi ODDS yaitu memerlukan biaya awal yang besar dan jumlah kebutuhan personel farmasi meningkat. c.

Ward Floor Stock System Sistem distribusi obat dengan ward floor stock system adalah sistem

distribusi obat kepada pasien sesuai dengan permintaan dokter, obat disiapkan dan diambil oleh perawat dari persediaan obat yang disimpan di ruangan. Obat-obatan yang ada di ruangan biasanya obat-obat emergency seperti atropin sulfat, deksametason, adrenalin dan lain-lain. Adapun kelebihan sistem distribusi obat dengan ward floor stock system antara lain : 1) Obat yang diperlukan segera tersedia di ruang perawatan. 2) Tidak ada pengembalian obat yang terpakai karena obat langsung diberikan pada pasien. Kekurangan sistem distribusi obat dengan ward floor stock system antara lain : 1) 2) 3) 4) d.

Kesalahan penggunaan obat meningkat. Persediaan mutu obat tidak terkendali. Pencurian obat meningkat. Meningkatkan kerugian karena obat sering rusak. Individual PrescriptionSystem (IPS)

Sistem distribusi obat IPS merupakan sistem penyaluran obat kepada pasien secara individu sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter, setiap resep dikaji dan disiapkan oleh instalasi farmasi. Keuntungan sistem distribusi IPS diantaranya, yaitu Semua resep dikaji langsung oleh apoteker; memberi kesempataninteraksi

antara

dokter,

apoteker,

perawat

dan

pasien

dan

mempermudah penagihan biaya pada pasien. Sedangkan kekurangan sistem distribusi IPS, yaitu kemungkinan keterlambatan sediaan obat dan terjadi kesalahan penyiapan obat karena kurang pemeriksaan. 5. Administrasi dan Pelaporan Obat Administrasi dan pelaporan kegiatan perencanaan kebutuhan, pengadaan, pengendalian persediaan, pengembalian, penghapusan dan pemusnahan sediaan farmasi harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah (Depkes RI, 2010):

a. Bukti bahwa pengelolaan obat dan BMHP telah dilaksanakan; b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian dan untuk membuat laporan. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan kartu stok digunakan sebagai sarana untuk pencatatan dan pelaporan. LPLPO juga bermanfaat untuk analisis penggunaan perencanaan, kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan pembuatan laporan pengelolaan obat (Depkes RI, 2010). 6. Pemusnahan Pemusnahan terhadap obat rusak dan ED bertujuan untuk selalu menjaga mutu/khasiat obat. Pemusnahan perbekalan farmasi di Puskesmas Karangdoro dilakukan setahun dua kali, yaitu pada awal dan akhir tahun.Pemusnahan dilakukan oleh rekanan yang ditunjuk Dinas Kesehatan Kota untuk melakukan pemusnahan obat. Pemusnahan resep dilakukan tiap 3 tahun dengan ditimbang kemudian dibakar.

BAB III PEMBAHASAN Pelayanan Puskesmas Karangdoro buka dari jam 07.00 – 14.00 setiap hari Senin sampai dengan hari Kamis, dan jam 07.00- 12.00 setiap hari Jum’at dan Sabtu, setiap hari minggu dan tanggal merah libur. PKPA dilakukan dari tanggal 2 Januari 2018 - 13 Januari 2018. Puskesmas Karangdoro berada di tempat yang strategis dan dapat di lalui dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Alamat Puskesmas karangdoro adalah di Jalan Raden Patah 178 RT 04/RW 06 Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang. Puskesmas karangdoro merupakan salah satu satu puskesmas di Kecamatan Semarang Timur selain Puskesmas Halmahera dan Puskesmas Bugangan. Puskesmas Karangdoro membawahi tiga kelurahahn yaitu kelurahahn Kemjien, Mlati Baru dan Rejomulyo. Puskesmas Karangdoro menjalankan fungsi UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) dan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat). UKP merupakan kegiatan pelayanan klinis di dalam puskesmas yang meliputi Rawat Jalan dan Rawat Inap. Rawat Jalan terdiri dari beberapa Poli antara lain Poli Umum, Poli Gigi, Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)/Keluarga Berencana (KB), MTBS, pemeriksaan laboratorium, konsultasi gizi, pelayanan farmasi dan IGD. Rawat Inap terdiri dari Rawat Inap Umum dan Rawat Bersalin. UKM terdiri dari dua program yaitu program esensial meliputi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Gizi, P2 (Pemberantasan Penyakit), PROMKES serta Kesehatan Lingkungan dan program pengembangan meliputi POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu), POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu), Kesehatan Kerja, Kesehatan Olahraga dan Kesehatan Lansia. Promkes yang dilakukan misalnya penyuluhan tentang bahaya dan cara pencegahan Demam Berdarah. Kegiatan POSYANDU yang dilakukan adalah mengajak para lansia dan ibu-ibu yang mempunyai bayi/balita untuk ikut program posyandu setiap hari Rabu (untuk anak) dan

Jumat (untuk lansia). Program

Kesehatan Lansia berupa senam lansia yang diadakan setiap hari Jumat. Hal ini semua dilakukan untuk memberi bimbingan ke masyarakat supaya bisa hidup sehat dengan mandiri. Puskesmas Karangdoro mempunyai empat pelayanan kesehatan yang terdiri dari pelayanan gratis, pelayanan bayar, pelayanan BPJS dan pelayanan

JAMKESKOT (Jaminan Kesehatan Kota). Pelayanan gratis diberikan kepada masyarakat yang dapat menunjukkan KTP wilayah Kemijen, Mlatiharjo dan Rejomulyo. Pelayanan bayar adalah pasien yang tidak memiliki atau tidak dapat menunjukkan KTP atau KK wilayah Semarang sehingga dikenakan biaya berobat. Pelayanan BPJS adalah pelayanan puskesmas yang semua biaya pengobatan pasien ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, dengan pembayaran iuran dalam setiap bulannya. Pelayanan JAMKESKOT adalah pelayanan gratis puskesmas yang diberikan kepada pasien yang bisa menunjukan identitas kota Semarang, karena khusus di daerah seluruh kota Semarang pasien mendapatkan pengobatan gratis dari pemerintah kota semarang. Alur pelayanan Puskesmas Karangdorodiawali dengan pasien datang ke loket pendaftaran dengan membawa kartu berobat. Kartu berobat yang dibawa pasien memiliki warna yang berbeda sesuai dengan wilayahnya, kartu hijau untuk wilayah Mlatiharjo dan Rejomulyo, kartu warna kuning untuk wilayah Kemijen, sedangkan untuk semua warga yang memiliki KTP Semarang selain ketiga wilayah tersebut diberikan kartu warna merah.

Gambar 4. Kartu Berobat

Setelah pasien selesai mendaftar, pasien mendapatkan nomor antrian dengan kode khusus sesuai dengan ruang pemeriksaan, kode A untuk pemeriksaan umum, kode B untuk pemeriksaan gigi, kode C untuk pemeriksaan KIA, ada juga ruang pemeriksaan Gizi, MTBS dan laboratorium.

Gambar 5. Contoh Nomor Antrian

Setelah mendapatkan nomor antrian pasien menunggu panggilan sesuai poli yang dikehendaki. Pasien akan diperiksa oleh dokter, pasien bisa langsung mendapatkan resep, mengambil obat dan pulang adda juga yang rekomendasikan untuk cek laboratorium maka pasien akan masuk ke ruang laboratorium terlebih dahulu, dari hasil data lab tersebut ada kemungkinan dokter menyarankan untuk dirujuk ke Rumah Sakit apabila kondisi pasien gawat dan puskesmas tidak bisa menanganinya, bisa juga menyarankan untuk dirawat inap atau dapat rawat jalan dan mendapatkan resep dari dokter. Obat dapat diambil di Ruang Farmasi dengan cara meletakkan resep disertai dengan kartu berobat di keranjang resep. Kartu berobat harus disertakan hal ini bertujuan supaya tidak ada kesalahan dalam penerimaan resep misalnya nama pasien yang sama. Selain itu kode nomor pada kartu berobat digunakan untuk menginput data obat yang diterima pasien. Resep kemudian dilakukan skrining untuk melihat kesesuaian pasien, kesesuaian obat, dosis, sediaan, dan cara penggunaan obat. Apabila dari skrining tersebut ada resep yang tidak bisa dibaca, obat ada yang habis atau ada kesalahan penulisan resep maka apoteker menghubungi dokter yang bersangkutan dan memberikan rekomendasi obat yang tersedia. Resep yang lolos skrining segera dilakukan peracikan. Obat yang telah selesai diracik, kemudian diberi etiket dan dilakukan pengecekan ulang oleh apoteker. Obat diserahkan kepada pasien oleh apoteker dan jika diperlukan maka apoteker memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien. Pasien rawat inap di Puskesmas Parangdoro dapat melalui 2 jalur, yaitu yang pertama apabila jam kerja puskesmas masih buka maka pasien mendaftar terlebih dahulu di loket pendaftaran dan alurnya sama apabila dokter merekomendasikan untuk rawat inap, maka pasien di bawa ke UGD dan dilakukan pemasangan infus. Selama pasien dirawat inap dilakukan pemantauan dan monitoring kondisi pasien, apabila kondisi pasien tidak membaik atau bahkan memburuk sehingga tidak dapat ditangani lagi oleh puskesmas dalam kurun waktu 3hari perawatan maka pasien dirujuk ke RS. Dan apabila kondisi pasien membaik maka pasien diperbolehkan pulang. Selama rawat inap obat yang diberikan kepada pasien dilakukan distribusi UDDS yaitu pemberian obat ke pasien dalam bentuk dosis satu kali pakai atau satu kali minum misalnya obat harus diberikan sehari dua kali (contoh : ciprofloxacin) berarti UDDS dilakukan dua kali dalam sehari ke pasien. Hal ini bertujuan supaya pasien patuh dan teratur dalam minum obat

selama dirawat inap. Apoteker juga melakukan visite pasien dirawat inap untuk memberikan konseling mengenai obat yang diberikan kepada pasien. Pengelolaan obat/perbekalan farmasi di Puskesmas Karangdoro meliputi, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, administrasi, pencatatan dan pelaporan serta dilakukan pemantauan ketersediaan obat di Puskesmas Karangdoro setiap bulannya untuk menjamin tidak adanya kekosongan obat.

Gambar 6. Alur Administrasi Puskesmas Karangdoro

1. Perencanaan Perencanaan obat di puskesmas karangdoro dilakukan berdasarkan penggunaan obat tahun lalu. Perencanaan yang dilakukan berdasarkan metode konsumsi dan metode epidemiologi (pola penyakit). 2. Pengadaan Pengadaan obat di puskesmas berdasarkan laporan perencanaan obat tahun lalu. Pengadaan obat dilakukan dari 2 sumber dana yaitu PKD (droping IF) dan BJPS/JKN. PKD (Pelayanan Kesehatan Dasar) merupakan pengadaan obat yang diperoleh dari droping IF (Instalasi Farmasi) berdasarkan laporan tahun lalu, sedangkan JKN/BPJS menggunakan dana sendiri dari puskesmas (dana BLUD). Pembelian obat sendiri dilakukan apabila di Puskesmas terjadi kekosongan obat dan obat yang dibutuhkan tidak ada di IF. Pengadaan obat sendiri mengacu pada Formularium Nasional menurut FASKES tingkat I atas persetujuan IF. Pembelian obat JKN di lakukan dengan melihat e-catalog dan pembayarannya dengan epurchasing.

3.

Penerimaan Penerimaan perbekalan farmasi dari PBF dan IF kota disertai dengan bukti

penerimaan obat berupa faktur dan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK). Faktur dan obat yang diterima di lakukan pengecekan untuk mengetahui kesesuaian obat yang diterima meliputi jenis obat, jumlah obat, kesesuaian bentuk sediaan, tanggal kadaluarsa obat (ED), nomor batch obat dan kekuatan obat. Setiap penerimaan barang, faktur disimpan dan dilakukan pencatatan dalam buku registrasi penerimaan barang. Jika barang perbekalan farmasi sudah sesuai maka akan dilakukan penyimpanan digudang. 4. Penyimpanan Gudang di Puskesmas Karangdoro sudah sesuai standar yaitu, penyimpanan obat tidak bersentuhan langsung dengan lantai (menggunakan palet) hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelembaban pada obat yang dapat merusak stabilitas obat. Gudang farmasi Karangdoro telah menggunakan AC (Air Conditioning) untuk mengontrol suhu agar tetap sejuk untuk menjaga kestabilan dari obat-obat tersebut sehingga tidak terjadi kerusakan akibat pengaruh suhu. Sediaan farmasi seperti vaksin disimpan pada suhu 4 -8°C sehingga penyimpanannya di dalam lemari pendingin untuk menjaga kestabilannya. Gudang Farmasi mempunyai cahaya yang cukup dan warna dinding yang cerah, terhindar dari cahaya matahari langsung dan memiliki termometer maupun higrometer ruangan untuk mengecek suhu dan kelembapan ruangan., memiliki satu pintu dan selalu terkunci apabila tidak ada petugas di dalam gudang, jendela gudang memakai jeruji besi hal ini dikarenakan untuk menjaga keamanan gudang dan kunci gudang di bawa oleh apoteker.Setiap barang datang dan keluar dari gudang farmasi harus dicatat dalam buku penerimaan dan kartu stok. Penyusunan obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaannya (padat, cair dan semi padat), berdasarkan abjad dan berdasarkan metode First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Metode ini bertujuan untuk mempermudah dalam pengambilan perbekalan farmasi dan meminimalisir obat yang kadaluwarsa dan obat yang rusak. Kartu stock diletakkan pada setiap nama obat. Obat narkotika disimpan dilemari pintu ganda, dan obat psikotropik disimpan dalam lemari khusus. Kartu stock psikotropik dan narkotik terdapat didalam lemari narkotik dan setiap pengeluaran dan penerimaan di tulis di kartu stock. Obat yang mendekati waktu kadaluwarsa diberi keterangan “komoditas mendekati kadaluwarsa,

gunakan terlebih dahulu” sedangkan obat yang kadaluwarsa dipisahkan dari obat yang lain dan diberi keterangan “komoditas kadaluwarsa, jangan digunakan.” 5. Distribusi Distribusi dilakukan dari gudang farmasi ke Ruang Farmasi, dari ruang farmasi didistribusikan ke Ruang Pelayanan (Poli Gigi, Poli KIA, Ruang Bersalin) Laboratorium, Rawat Inap, dan P3K . Pemberian obat kepada pasien rawat inap menggunakan metode Unit Dispensing DoseSystem (UDDS). Distribusi ke Ruangan Pelayanan misalnya Ruang Pelayanan Gigi untuk mensuplai kebutuhan anastesi lokal atau bahan medis yang digunakan untuk pengobatan gigi. Distribusi ke laboratorium berupa reagen yang digunakan untuk pengujian, misalnya pengujian parameter darah TBC dan tes widal. Distribusi ke Ruang Bersalin misalnya untuk memacu keluarnya bayi (oxitocyn). Semua pengambilan obat dari setiap poli dilakukan di ruang farmasi dan dicatat dalam buku pengambilan obat. 6.

Administrasi pencatatan dan pelaporan Administrasi pencatatan obat pada Puskesmas Karangdoro mengacu pada

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) secara online. SIMPUS adalah sebuah sistem informasi yang terintegrasi dan didesain multi user yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses manajemen puskesmas. SIMPUS digunakan pada puskesmas tidak hanya pada bagian ruang farmasi saja, tetapi digunakan juga pada bagian administrasi, perawat dan dokter. SIMPUS pada ruang farmasi digunakan untuk pelaporan ke Dinkes mengenai pemasukan dan pengeluran obat di puskesmas. Adapun tampilan dari SIMPUS adalah sebagai berikut :

Tampilan awal SIMPUS(Sistem Informasi Manajemen Puskesmas). Untuk bagian Instalasi Farmasi hanya menggunakan tools Catatan Medik, Obat dan LPLPO. Sedangkan untuk tools lainnya untuk dokter, perawat ataupun bagian administrasi.

Tampilan awal dari tool Catatan medik. Tool ini berfungsi untuk memasukkan data catatan medik yang berisi transaksi obat baik yang menggunakan resep maupun non resep. Apabila transaksi obat merupakan dari resep maka menggunakan tombol obat. Sedangkan jika non resep menggunakan tombol rekap obat.

Tampilan transaksi obat jika menggunakan resep pada tombol obat.

Tampilan transaksi obat jika menggunakan non resep menggunakan tombol rekap obat.

Tampilan tool Obat yang berfungsi untuk memasukkan data transaksi obat. Bagian ini berisi tool untuk menambah jenis obat, menambah jenis obat pengadaan sendiri, edit data obat, form pemusnahan obat, transaksi obat di luar gedung dan form rekap kunjungan resep.

Tampilan tool tambah jenis obat pada tool obat. Berfungsi untuk memasukkan data obat baru yang berisi nama puskesmas, kode obat, nama obat, kelas terapi, kemasan, satuan, isi dan harga obat. Tool ini juga bisa untuk merubah harga obat apabila harga obat mengalam perubahan.

Tampilan tool tambah obat baru pengadaan sendiri yang berfungsi untuk memasukkan data obat yang berasal dari JKS.

Tampilan tool edit obat yang berfungsi untuk mengedit data obat yang sudah ada.

Tampilan tool form pemusnahan obat yang berfungsi untuk memasukkan data obat yang akan dimusnahkan dan mencari data obat yang sudah kadaluwarsa. Form pemusnahan obat berisi data nama puskesmas, tanggal pemusnahan obat, nama obat, nomer batch, sumber obat dan tanggal kadaluwarsa.

Tampilan tool transaksi obat di luar gedung yang berfungsi untuk memasukkan data obat dari Instalasi Farmasi dan BLUD. Tool ini berisi form permintaan bulan depan, penerimaan obat, pemakaian obat dan kembali ke menu obat.

Tampilan form permintaan obat untuk bulan depan yang berisi daftar kode obat, jumlah dalam satuan dan sumber obat.

Tampilan form penerimaan obat luar gedung yang bersini kode obat, jumlah obat, nomot batch, tanggal kadaluwarsa dan sumber obat.

Tampilan form pemakaian obat yang digunakan oleh Pustu, Posyandu, pusling dan lainnya yang berdasarkan dari pelaporan. Form pemakaian berisi kode obat, nama obat, persediaan obat, jumlah obat dan sumber obat. Data pencatatan oleh puskesmas, pemakai dapat dari nama pustu ataupun posyandu dan nama orang yang melaporkan.

Tampilan form rekap data kunjungan resep yang berisi tanggal pengunjungan pasien, kode puskesmas dan kategori pasien.

Tampilan tool LPLPO yang berfungsi sebagai rekap data dari tool catatan medik dan obat pada SIMPUS. Rekap data didapatkan dengan mengisi tanggal awal sampai dengan tanggal akhir. Hasil yang didapatkan adalah jenis laporan LPLPO, laporan harian dan laporan penggunaan obat per pasien. Contoh lampiran LPLPO pada Lampiran 37.

LPLPO digunakan untuk mencatat interaksi obat dari mulai diterima sampai dikeluarkan dan digunakan untuk permintaan pengadaan obat ke IF dari berbagai sumber. Pelaporan obat Narkotik dan Psikotropik dilakukan sebulan sekali. Obat narkotik yang terdapat di puskesmas Karangdoro hanya Codein HCl 10 mg. Laporan narkotika dibuat menggunakan formulir narkotika yang ditandatangani oleh Kepala Puskesmas Karangdoro dan dibuat rangkap tiga yang kemudian diserahkan kepada IF Kota Semarang (asli), copy pertama dikirim untuk DKK Semarang dan copy kedua untuk arsip puskesmas. Laporan Obat Psikotropik di Puskesmas Karangdoro juga dibuat rangkap tiga yang selanjutnya diserahkan kepada IF Kota Semarang (asli), copy pertama dikirim untuk DKK Semarang dan copy kedua untuk arsip puskesmas. Laporan PWS atau Kerasionalan Resep dilakukan tiap bulan untuk mengetahui apakah dokter sudah meresepkan obat secara rasional. Kerasionalan resep dinilai dari jumlah obat yang diberikan dalam satu resep dan ketepatan penggunaan antibiotik. Resep dikatakan rasional jika jumlah obat tidak lebih dari 4. 7.

Pemusnahan Pemusnahan pada Puskesmas Karangdoro terdiri dari pemusnahan resep,

alkes dan pemusnahan obat. Pada pemusnahan resep dibagi menjadi dua yaitu resep umum dan resep narkotik + OKT. Pemusnahan resep dilakukan 3th sekali, pemusnahan resep narkotik + OKT harus dipisahkan dengan resep umum dan harus di timbang. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan Kota Semarang. Untuk pemusnahan obat dan alkes yang rusak dan kadaluarsa dilakukan oleh rekanan swasta yang ditunjuk DKK Semarang sebagai pemusnah obat yaitu PT. Sarana Patra Jateng. Pelayanan farmasi klinik yang kami lakukan di Puskesmas Karangdoro meliputi: 1. Visite Visite di Puskemas Karangdoro dilakukan oleh apoteker bersama dengan dokter, serta visit mandiri. Kegiatan yang dilakukan selama visite pada pasien rawat inap meliputi melihat catatan medik pasien ketika pertama kali masuk rawat inap, menggali informasi mengenai riwayat penggunaan obat sebelumnya oleh pasien sebelum masuk IGD, memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan Obat dan menganalisa kesesuaian obat untuk pasien tersebut. 2. Konseling

Kegiatan konseling ini mepunyai tujuan untuk menyampaikan langsung kepada pasien informasi tentang obat yang didapatkan pasien, menjelaskan tetang obatnya, sehingga diharapkan pasien akan patuh dalam mengomsumsi obat sehingga tujuan terapi tercapai. Konseling ada dua jenis yaitu konseling aktif dimana apoteker melakukan konseling terhadap pasien mengenai obat yang diminum pasien dan yang kedua konseling pasif yaitu pasien atau keluarga pasien datang ke apoteker untuk berkonsultasi mengenai obat yang diminumnya (Depkes RI, 2006b). Kegiatan konseling yang dilakukan di Puskesmas Karangdoro yaitu konseling aktif yaitu aoteker menjelaskan kepada pasien mengenai obat yang diterima pasien. Konseling diberikan kepada pasien rawat inap pada saat visite, hal ini dilakukan supaya dapat lebih mudah untuk memantau dalam perkembangan pasien dan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat. Contoh kegiatan visite dan konseling terhadap pasien rawat inap yang dilakukan oleh mahasiswa diantaranya: 1. Tanggal 2 Januari 2018 Pasien bernama ibu mariyam (70th) datang ke puskesmas karangdoro dikarenakan pada tanggal 29 Desember 2017 tiba-tiba pasien merasa pusing muter-muter, demam, mual muntah. Riwayat hipertensi 1th terakir, riwayat DM sudah lama, pasien rutin mengonsumsi obat, pola makan sudah dijaga. Pasien rutin mengonsumsi obat tetapi pasien tidak tau nama obat yang dikonsumsinya. a. Subjek Nama pasien Usia Tanggal masuk RS Keluahan

: Mariyam : 70 tahun : 29 Desember 2017 : pusing muter-muter, mual-muntah, panas dingin selama 4hari, badan lemas. : Hipertensi dan DM.

Riwayat b. Objek Hb : 11,9 Eritrosit : 4030 x 103 Leukosit : 6800 Hematokrit : 35,7 Widal saerotipe O : negatif Widal saerotipe H : 1/370 Widal saerotipe AH: negatif TD : 176/93 N : 78 Suhu : 36,75 c. Assesment - Infus RL 20 tetes/menit

-

Chlorampenikol 4x2 tablet oral diminum setelah makan digunakan

-

sebagai antibiotik Paracetamol 500mg 3x1 tablet perolal sebelum makan digunakan

-

untuk mengatasi demam dan pusing. Antasida 3x1 tablet secara perolal diminum sebelum makan Domperidone 3x1 tablet sebelum makan digunakan untuk mengatasi

-

mual muntah Amlodipine 10 mg 1x1 tablet perolal diminum setelah makan pada

malam hari 2. Tanggal 3 Januari 2018 a. Subjek Pasien mengeluhkan panas, mual, nyeri dan pusing b. Objek GDD : 105 GD 2 JPP : 264 TD (pagi) : 160/90 TD (siang) : 140/90 Suhu : 37 N : 80 RR (pagi) : 24 RR (siang) : 21 c. Asessment - Penggunaan obat di lanjutkan - Tambahan obat Metformin untuk terapi DM yang diderita pasien 3. Tanggal 4 Januari 2018 a. Subjek Keluhan pasien sudah berkurang, sudah tidak merasakan panas dingin, tetapi pasien masih lemas, dan pusing. b. Objek TD : 150/60 N : 72 RR : 22 Suhu : 36,55 c. Assesment - Penggunaan obat di lanjutkan 4. Tanggal 5 Januari 2018 a. Subjek Kondisi pasien sudah membaik b. Objek Tidak ada c. Assesment Pasien sudah membaik dan diperbolehkan pulang, obat yang diberikan adalah : - Chlorampenikol (4x2 tablet) - Paracetamol 500mg (3x1 tablet) - Antasida (3x1 tablet) - Amlodipine 10 mg (1x1 tablet) d. Plan

-

Pasien diberikan edukasi untuk makan secara teratur, istirahat cukup, memperbanyak minum air putih, jangan mengkonsumsi

-

makanan pedas, santan, mie instan. Atur pola makan, kurangi gula dan diet rendah garam. Harus sedia permen atau makanan manis apabila gula darah turun

drastis. - Konsumsi obat hipertensi dan DM secara teratur. - Memberitahukan kepada pasien bahwa antibiotik (kloramfenikol) harus diminum sampai habis. - Harus rutin cek tekanan darah dan kadar gula. Farmakoekonomi adalah pengukuran biaya dan hasil yang diperoleh dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan kesehatan yang efektif dan efisien. Di puskesmas Karangdoro pengukuran tidak berdasarkan biaya namun berdasarkan penyakit dan kesesuaian terapi yang diberikan. Dalam hal ini obat yang diperoleh Ny. Marijam sudah efektif dan efisien karena obat sudah sesuai untuk terapi penyakitnya. Obat yang diperoleh tersebut dapat mengurangi gejala yang diderita seperti mual, muntah, pusing, dll dan dapat menurunkan tekanan darah maupun kadar gula pasien dilihat dari data labnya sehingga dapat dikatakan pengobatan yang diterima pasien sudah efektif dan efisien mengingat pasien adalah pasien BPJS. 3. PIO Pelayanan Informasi Obat (PIO) Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi kepada pasien dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien (Depkes RI, 2014b). PIO yang dilakukan di Puskesmas Karangdoro dilakukan bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai obat yang di terima pasien, dari khasiat obatnya, efek samping, ada tidaknya interaksi obat, cara penggunaan obat yang benar, serta cara penyimpanan obatnya. Kegiatan PIO kami lakukan pada pasien dengan penyakit degeneratif, seperti asam urat, diabetus militus, hipertensi, kolesterol, dan gangguan jantung. Kegiatan PIO yang kami lakukan adalah : 1. Identitas pasien Nama : Tn. Hidayat Status : pasien 2. Data Pasien Umur : 37 th Tinggi : 168 cm BB : 58kg Kasus : hipertensi dan jantung

Obat yang didapat

: aspirin (2x1) setelah makan, ISDN (2x1) setelah makan, Captopril 12,5 mg (2x1) sebelum makan,

B12 (1x1) setelah makan. 3. Pertanyaan - Bagaimana cara memakai obat ISDN? - Kenapa harus dibawah lidah? 4. Jawaban - Cara pakai obat ISDN dibawah lidah. - Karena jika dipakai dibawah lidah terdapat banyak syaraf dan pembuluh darah yang berhubungan dengan jantung sehingga cara kerja obatnya cepat dan durasi obatnya lama. Selain itu obat diberikan secara lepas lambat untuk menghindari efek samping obat yaitu hipotensi pada pasien. 4. PROMKES (Promosi Kesehatan) Promosi kesehatan merupakan salah satu program dasar yang dilaksakanan oleh puskesmas karangdoro. Promosi kesehatan dilakukan dengan tujuan agar tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan mayarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajad kesehatan yang optimal. Kegitan promosi kesehatan yang diselenggarakan di hari Rabu, 10 Januari 2018 yang ditujukan untuk ibu dan anak dengan Tema “Demam Berdarah dan Pencegahannya” Media yang digunakan adalah leaflet dan ceramah digunakan untuk menyampaikan materi promkes. Kegiatan promosi kesehatan ini berjalan dengan lancar serta peserta yang mengikuti terlihat antusias dalam mengikuti dilihat dengan adanya peserta yang bertanya kapan saat yang tepat menguras kamar mandi dan apa tanda tanda demam berdarah. Harapan dari adanya promkes ini adalah akan meningkatnya tingkatesadaran dari masyaraat akan bahayanya demam berdarah dan cara pencegahan supaya tidak ada lagi tempat – tempat utuk sarang berkembangnya nyamuk, seperti sadar akan hal tidak telalu banyak gantugan baju, genangan air dan mengubur sampah-sampah yang menyebabkan tempat perkembang biakan nyamuk.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Karangdoro merupakan pelatihan kerja yang sangat bermanfaat untuk calon apoteker, sehingga para calon apoteker dapat menerapkan ilmu yang didapat saat di bangku kuliah serta dapat sebagai bekal pengalaman kelak saat masuk dalam dunia kerja sehingga akan menjadi apoteker yang profesional 2. Puskemas Karangdoro mempunyai kegiatan di dalam dan diluar puskesmas, kegiatan di dalam puskesmas yaitu pelayanan dan kegiatan diliar puskesmas meliputi POSPO, P3K, pembinaan dan promkes 3. Kegiatan kefarmasian yang dilakukan di Puskesmas Karangdoro meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pencatatan serta pelaporan obat dan perbekalan kesehata yang sudah sesuai dengan standar, selain itu ada juga PIO, konseling dan Visite. 4. Pengadaan di Puskesmas Karangdoro menggunakan metode epidimiologi dan konsumsi 4.2 Saran Perlu dipasang AC pada ruang farmasi / kamar obat untuk menjaga kestabilan sediaan pada ruang farmasi serta perlu adanya penambahan TTK untuk membantu pekerjaan apoteker.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskemas. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Depkes RI. 2008. Modul TOT Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Depkes RI. 2010.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Depkes RI. 2014a.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,. Depkes RI. 2014b.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75Tentang Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hartono, J.P.2007.Metode Perencanaan di Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Tesis. Universitas DiponegoroSemarang. Peraturan Kementerian Kesehatan RI. (2016). Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian diPuskesmas. Jakarta.

Lampiran 1. Puskesmas Tampak Depan

Lampiran 2. Loket Pendaftaran Pasien

Loket Pendaftaran

Lampiran 3. Ruang Tunggu Pasien

Kursi Tunggu Pasien

Lampiran 4. Denah Ruangan di Puskesmas

Lampiran 5. Fasilitas Puskesmas

Tempat Parkir

Handsanitizer

Karyawan dan

Ambulance Puskesmas

Lampiran 6. Ruang Pemeriksaan BP Umum

Lampiran 7. Ruang Pemeriksaan Gigi

Lampiran 8. Laboratorium

Kegiatan di Laboratorium

Lampiran 9. Ruang Farmasi Puskesmas

Lampiran 10. Penyerahan Obat Untuk Pasien Rawat Jalan

Lampiran 11. Ruang Rawat Inap

Tempat tidur pasien

Lampiran 12. Ruang UGD

Lampiran 13. Ruang Bersalin dan Pasca Melahirkan

Lampiran 14. Ruang KIA

Kegiatan Pemeriksaan di Ruang KIA

Lampiran 15. Penyimpanan Obat Narkotik, Psikotropika, dan Prekursor

Tampak Depan Almari

Penyimpanan Psikotropika dan Prekursor

Lampiran 16. Gudang dan Penyimpanan Perbekalan Farmasi

Rak Obat Sediaan Syrup

Rak Penyimpanan Alkes

Rak Obat Sediaan Semipadat

Rak Obat Sediaan Padat

Gudang Obat

Tempat Obat ED

Lampiran 17. Kegiatan Visite dan Konseling Pasien

Visite Bersama Dengan Dokter, Perawat, dan Apoteker

Kegiatan visit dan Konseling

Kegiatan visit dan

Ke Pasien Bersama Apoteker

Konseling mandiri Apoteker

Lampiran 18. Pemberian KIE Kepada Pasien

Pemberian KIE Kepada Pasien Rawat Inap

Lampiran 19. Kegiatan Pelaksanaan PIO

Lampiran 20. Kegiatan Senam Sehat

Lampiran 21. Kegiatan Promosi Kesehatan

Lampiran 22. Kegiatan Prolanis

Lampiran 23. Kegiatan Pengadaan Obat

Tampak Depan Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan

Ruang Distribusi Sediaan Obat dan Perbekalan Farmasi

Sediaan Obat dan Perbekalan Farmasi

Pengecekan Sediaan di Instalasi Farmasi

Lampiran 24. Kartu Stok Obat

Kartu Stok di Ruang Obat

Kartu Stok di Gudang Farmasi

Lampiran 25. Kegiatan P3K (UKS Puskesmas Karangdoro di SMK Swadaya Semarang)

Lampiran 26. Form Inventaris Obat

Lampiran 27. Laporan Inventaris BMHP

Lampiran 28. Form LPLPO

Lampiran 29. Laporan Stok Opname Obat

Lampiran 30. Form Pemantauan Ketersediaan Obat dan sin Indikator di Puskesmas

Lampiran 31. Form Berita Acara Pemusnahan Resep

Lampiran 32. Laporan Indikator Peresepan

Lampiran 33. Bagan Struktur Organisasi Puskesmas

Lampiran 34. Laporan Bulanan Pelayanan Kefarmasian

Lampiran 35. Pelaporan Presentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial

Lampiran 36. Lampiran Daftar Hadir Kegiatan Puskesmas

Promosi

Kesehatan

Lampiran 37. SIMPUS

LPLPO dalam SIMPUS

LPLPO dalam Format Excel

Data Rekap Harian Pemakaian Obat

Data Rekap Pemakaian Obat Per Harian

Related Documents


More Documents from "junita taher"