Laporan Praktikum Farmakologi 1.docx

  • Uploaded by: ani martha
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Farmakologi 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,283
  • Pages: 11
Loading documents preview...
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Keterampilan Penggunaan Hewan Coba di Laboratorium Farmakologi

NAMA : FEBRIANA NIM : 13330714

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA 2014

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

I.

Pendahuluan a. Judul

:

Keterampilan Penggunaan Hewan Coba di Laboratorium Farmakologi b. Tujuan : - Terampil dalam menggunakan hewan coba berupa mencit -

-

dan tikus putih di laboratorium farmakologi Menghayati secara lebih baik berbagai prinsip farmakologi yang

diperoleh secara teori Menghargai hewan percobaan karena peranannya c. Prinsip : Memperlakukan hewan coba

dengan

penuh

kemanusiaan agar didapatkan hasil pengamatan yang benar dan tepat II.

Tinjauan Pustaka Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh termasuk menentukan toksisitasnya. Jalur pemakaian obat yang meliputi secara oral, rektal, dan parenteralserta yang lainnya harus ditentukan dan ditetapkan petunjuk tentang dosis-dosis dianjurkan bagi pasien dalam berbagai umur, berat dan status penyakitnya serta teknik penggunaannya atau petunjuk pemakaiannya. Dalam arti luas farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup lewat proses kimia khuususnya lewat reseptor. Ilmu farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan yamg mendasari manfaat dan resiko penggunaan obat.karena itu farmakologi merupakan seni menimbang (the art of weighing). Farmakologi memiliki keterkaitan khusus dengan farmasi yaitu ilmu cara membuat, memformulasi, menyimpan dan menyediakan obat. Hewan coba atau hewan uji adalah hewan khusus yang diternakkan untuk keperluan pendidikan biologik. Hewan percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat. Perasaan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam hewan uji dan penanganannya hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang dan berperikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologi suatu senyawa dengan hewan ujidapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : 1. Faktor internal dari hewan uji yaitu: umur, jenis kelamin, berat badan, keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.

2. Faktor lingkungan yaitu seperti keadaan kandang dan kebersihannya, populasi kandang,

ruang tempat pemeliharaan, pengalaman hewan percobaan

sebelumnya, suplai oksigen dan cara pemeliharaan. A. Penanganan umum hewan coba 1. Mencit Mencit adalah hewan yang sering digunakan di dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai macam percobaan karena hewan ini mudah untuk ditangani.

Mencit

bersifat

penakut,

fotofobia,

cenderung

berkumpul

sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif di malam hari daripada siang hari. Kehadiran manusia akan menghambat aktivitas mencit. Suhu tubuh normal yaitu 37,40C dan laju respirasi normalnya 163 kali permenit. 1.1 Cara memperlakukan dan memegang mencit a. Mencit diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan tangan kanan dan dibiarkan menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya. b. Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk dan ibu jari. c. Kemudian ekornya dipindahkan dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri, hingga mencit cukup erat dipegang dan pemberian obat dapat dimulai. 1.2. Pemberian perlakuan terhadap hewan coba mencit a. Cara pemberian oral Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang dilengkapi jarum yang berujung tumpul. Jarum dimasukkan kedalam mulut kemudian perlahan – lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang sampai esofagus kemudian masuk kedalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa cara pemasukan jarum yang mulus disertai peluncuran cairan sediaan merupakan cara pemberian yang benar. Cara pemberian yang keliru akan masuk kedalam saluran pernafasan atau paru-paru dapat mengakibatkan gangguan pernafasan bahkan kematian.

b. Cara pemberian intra peritoneal Mencit dipegang pada bagian kulit punggungnya sehingga kulit abdomennya menjadi tegang. Pada saat penyuntikan posisi kepala mencit lebih rendah daripada posisi abdomennya. Jarum disuntikkan dengan membentuk sudut 10 o dengan abdomen, agak menepi dari garis tengah untuk menghindari terkenanya kandung kencing. Jangan pula terlalu tinggi agar tidak mengenai hati.

c. Cara pemberian subkutan Penyuntikan dilakukan di bawah kulit pada daerah tengkuk dicubit diantara jempol dan telunjukkemudian jarum ditusukkan dibawah kulit diantara jari tersebut.

d. Cara pemberian intramuscular Menggunakan jarum n0.24 disuntikkan ke dalam otot paha posterior. e. Cara pemberian secara intravena Penyuntikan dilakukan pada vena ekor menggunkan jarum no. 24. Mencit dimasukkan ke dalam wadah penahan kelinci dengan ekor yang menjulur keluar. Ekor dicelupkan kedalam air hangat untuk mendilatasi vena guna mempermudah penyuntikan.

2. Tikus putih Tikus relatif resisten terhadap infeksi dan cerdas. Tikus putih pada umumnya tenang dan mudah ditangani. Ia tidak begitu bersifat fotofobik dibandingkan dengan mencit, dan kecenderungan untuk berkumpul sesamanya dan memiliki ukuran yang tidak begitu besar. Aktivitasnya tidak begitu terganggu dengan adanya manusia di sekitarnya. Suhu tubuh normal : 37,5-38oC. Laju respirasi normalnya 210 tiap menit. Bila diperlakukan kasar ( mengalami defisiensi nutrisi ) tikus menjadi galak dan sering menyerang si pemegang. 2.1.

Cara memegang dan memperlakukan tikus putih Tikus dapat diperlakukan sama seperti mencit hanya harus diperhatikan bahwa sebaiknya bagian ekor yang dipegang adalah pangkal ekornya. Tikus dapat diangkat dengan memegang perutnya ataupun dengan cara tikus diangkat dari kandangnya dengan memmegang tubuhnya atau ekornya dari belakang, kemudian diletakkan di atas permukaan kasar. Tangan kiri dari belakang tubuhnya, menuju kekepala dan ibu jari diselipkan ke depan untuk menjepit kaki kanan depan tikus antara jari dengan telunjuk. Untuk melakukan pemberian secara intra peritonial dan intra muscular tikus dipegang dibagian belakangnya.Memegang tikus sebaiknya dilakukan dengan mulus dan tanpa ragu. Tikus tidak akan mengelak apabila dipegang dari atas akan tetapi bila dipojokkan kesudut akan menjadi panik dan menggigit. Memegang tikus sebaiknya dilakukan dengan tangan kiri sehingga tangan kanan kita bisa langsung memberikan perlakuan.

B. Bobot hewan coba yang digunakan Di dalam penggunaan hewan percobaan yang digunakan dapat berdasarkan kriteria bobot badan disamping usianya. Farmakope Indonesia edisi III

tahun 1979 mengemukakan kriteria bobot beberapa hewan percobaan yang digunakan dalam uji hayati yaitu untuk mencit 17-25 gram dan untuk tikus putih yaitu 150-200 gram. III. Percobaan dan hasil pengamatan a. Alat dan bahan : - Sarung tangan - 3 ekor tikus putih - Suntikan - 3 ekor mencit - Timbangan - aquadest b. Prosedur kerja 1. Mencit  Cara memperlakukan mencit : - Mencit diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan tangan kanan dan dibiarkan menjangkau kawat kandang dengan kaki -

depannya. Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk dan ibu

-

jari. Kemudian ekornya dipindahkan dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri, hingga mencit cukup erat dipegang dan pemberian obat dapat dimulai.



Cara penimbangan berat badan mencit Mencit yang sudah diberikan penanda pada ekornya dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot badannya sehingga kita dapat memberikan dosis sediaan dengan tepat. penimbangan mencit dilakukan dengan memasukkan mencit satu persatu kedalam timbangan lalu catat hasilnya.

 -

Cara pemberian cairan sediaan Cara pemberian oral Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang dilengkapi jarum yang berujung tumpul. Jarum dimasukkan kedalam mulut kemudian perlahan – lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang sampai esofagus kemudian masuk kedalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa cara pemasukan jarum yang mulus disertai peluncuran cairan sediaan merupakan cara pemberian yang benar. Cara pemberian yang keliru akan masuk kedalam saluran pernafasan atau paru-paru

-

dapat mengakibatkan gangguan pernafasan bahkan kematian. Cara pemberian intra peritoneal Mencit dipegang pada bagian kulit punggungnya sehingga kulit abdomennya menjadi tegang. Pada saat penyuntikan posisi kepala mencit lebih rendah daripada posisi abdomennya. Jarum disuntikkan dengan membentuk sudut 10 o dengan abdomen,

agak menepi dari garis tengah untuk menghindari terkenanya kandung kencing. -

-

Jangan pula terlalu tinggi agar tidak mengenai hati. Cara pemberian subkutan Penyuntikan dilakukan di bawah kulit pada daerah tengkuk dicubit diantara jempol dan telunjukkemudian jarum ditusukkan dibawah kulit diantara jari tersebut. Cara pemberian intramuscular Menggunakan jarum n0.24 disuntikkan ke dalam otot paha posterior. Cara pemberian secara intravena Penyuntikan dilakukan pada vena ekor menggunkan jarum no. 24. Mencit dimasukkan ke dalam wadah penahan kelinci dengan ekor yang menjulur keluar. Ekor dicelupkan kedalam air hangat untuk mendilatasi vena guna mempermudah penyuntikan. 2. Tikus putih  Cara memperlakukan tikus Tikus dapat diperlakukan sama seperti mencit hanya harus diperhatikan bahwa sebaiknya bagian ekor yang dipegang adalah pangkal ekornya. Tikus dapat diangkat dengan memegang perutnya ataupun dengan cara tikus diangkat dari kandangnya dengan memegang tubuhnya atau ekoirnya dari belakang, kemudian diletakkan di atas permukaan kasar. Tangan kiri dilincurkan diri belakang tubuhnya, menuju kek kepala dan inu jari diselipkan ke depan untuk menjepit kaki kanan depan tikus antara jari dengan telunjuk. Untuk melakukan pemberian secara intra peritonial dan intra muscular tikus dipegang dibagian belakangnya . memegang tikus sebaiknya dilakukan dengan mulus dan tanpa ragu. Tikus tidak akan mengelak apabila dipegang dari atas akan tetapi bila dipojokkan kesudut akan menjadi panik dan menggigit. Memegang tikus sebaiknya dilakukan dengan tangan kiri sehingga tangan kanan kita bisa langsung memberikan perlakuan.  Cara penimbangan berat badan tikus Tikus yang sudah diberikan penanda pada ekornya dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot badannya sehingga kita dapat memberikan dosis sediaan dengan tepat. penimbangan tikus dilakukan dengan memasukkan tikus satu persatu kedalam timbangan lalu catat hasilnya  Cara pemberian perlakuan terhadap hewan coba tikus putih Cara –cara pemberian secara oral, subkutan, intravena, dan intra muskular ataupun intra peritoneal dapat diberikan dengan cara yang sama seperti

pada mencit. Pada tikus dapat diberikan secara rektal yaitu dimasukkan ke dalam lubang dubur, dapat memberikan efek lokal atau sistemik. Pemberian obat dengan cara ini, absorpsinya relatif lambat karena daya absorpsi rektum tidak seperti pada usus. Pada mencit tidak dapat diberikan secara rektal karena lubang duburnya yang kecil. Penyuntikan secara intravena dapat dilakukan pada vena penis tikus jantan dengan bantuan pembiusan hewan percobaan. Penyuntikan secara subkutan dapat pula dilakukan di bawah kulit abdomen. Volume penyuntikan yang paling baik untuk tikus adalah 0,2-0,3ml/100 g bb. c. Hasil pengamatan Tabel hasil penimbangan mencit dan tikus pada masing-masing kelompok

Kelompok 1 2 3 4 5 6

IV. Pembahasan

1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3.

Mencit 22,8 gram 25,8 gram 26,4 gram 24,92 gram 28,88 gram 28,05 gram 23,6 gram 16,6 gram 30 gram 24,7 gram 24,7 gram 26,2 gram -

1. 22,6 gram 2. 15,48 gram 3. 14,75 gram

1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3.

Tikus 125,4 gram 177,4 gram 93,6 gram 114,35 gram 152,96 gram 139,92 gram 164,1 gram 116,6 gram 124 gram 161,3 gram 155 gram 124 gram 105 gram 110 gram 122 gram 121,8 gram 129,1 gram 114,5 gram

Mencit dan tikus putih merupakan hewan yang sering digunakan dalam percobaan paraktikum farmakologi. Kedua hewan ini mudah ditangani, penakut dan aktivitasnya akan terganggu karena kehadiran manusia serta cenderung berkumpul dengan sesamanya. Percobaan ini membahas tentang bagaimana kita menangani kedua hewan uji tersebut dengan tepat dan tidak menyakitisebelum dilakukan penyuntikan. Di awal praktikum ini selain mempelajari cara memperlakukan hewan uji, kita juga menimbang mereka agar diketahui berat badannya yang akhirnya V.

berhubungan dengan dosis obat yang akan digunakan. Kesimpulan dan Saran 1. Mencit dan tikus adalah hewan uji yang secara fisiologi mirip dengan manusia atau mamalia lain sehingga memungkinkan untuk menjadikan keduanya sebagai hewan uji. 2. Memperlakukan hewan uji juga harus penuh kasih sayang agar tidak menyakiti 3. Cara memegang mencit yaitu diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan tangan kanan dan dibiarkan menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya. Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk dan ibu jari.Kemudian ekornya dipindahkan dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri, hingga mencit cukup erat dipegang dan pemberian obat dapat dimulai. 4. Cara memegang tikus yaitu dengan memegang pangkal ekornya. Tikus dapat diangkat dengan memegang perutnya ataupun dengan cara tikus diangkat dari kandangnya dengan memmegang tubuhnya atau ekornya dari belakang, kemudian diletakkan di atas permukaan kasar. Tangan kiri dari belakang tubuhnya, menuju kekepala dan ibu jari diselipkan ke depan untuk menjepit kaki kanan depan tikus antara jari dengan telunjuk. 5. Rute pemberiaan obat pada kedua hewan uji ini yaitu secara oral melalui mulut, intravena melalui pembuluh darah di ekor, intramuscular di otot paha, intra peritonial didekat perut, dan subkutan dibawah kulit bagian tengkuk.

Pertanyaan-pertanyaan 1. Sebutkan keuntungan dan kerugian pemakaian mencit, tikus, kelinci dan marmot ? Jawab: a. Keuntungan dari pemakaian mencit dan tikus yaitu

-

Untuk mencit dan tikus secara fisiologi mirip dengan manusia karena mencit merupakan mamalia yang meiliki kemampuan berkembang biak

-

yang tinggi dan sangat cocok dalam percobaan Mudah ditangani Mudah dikembang biakkan Mudah dipelihara Obat yang diberikan kebadannya memberikan reaksi yang cepat yang

dapat terlihat. b. Kerugian dari pemakaian mencit dan tikus yaitu : - pada mencit perlakuannya agak sulit karena aktivitasnya terganggu dengan keberadaan manusia, sehingga penangannya agak sulit. Pada pemberian secara oral akan mearasa kesulitan karena bentuk badannya yang kecil. - pada tikus merupakan hewan yang rentan akan infeksi. - tikus merupakan hewan yang galak sehingga perlakuannya harus mulus, tidak ragu, dan hati-hati. c. Keuntungan penggunaan kelinci dan marmot - Pada marmot merupakan hewan yang jinak dan tidak mengigit sehingga tidak mengalami kesulitan dalam penanganannya dan merupakan hewan d.

uji yang paling mudah perlakuannya. Kerugian penggunaan kelinci dan marmot - pada penggunaan kelinci akan agak susah penangannya karena kelinci -

bersifat pemberontak pada kelinci dan marmot memegangnya harus dua tangan sehingga kita

-

tidak bisa menyuntikkan sendiri secara langsung. Kelinci dan marmot perkembang biakannya cenderung lebih sulit

-

dibandingkan tikus dan mencit. Pada marmot memerlukan keseimbangan dalam pola makannya dan akan jatuh sakit apabila makanannya kuran teratur dan perhatian.

2. Mencit adalah hewan yang paling banyak digunakan dalam eksperimen laboratorium, mengapa ? Jawab : karena mencit memeiliki kesamaan fisiologis dengan manusia maupunn hewan lainnya seperti mamalia sehingga cocok digunakan sebagai hewan penelitian. Selain itu mudah dalam penaganan dan memiliki siklus hidup yang pendek, pengadaan hewan yang tidak sulit, dan pola reproduksi mencit yang singkat. 3. Faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan dalam memilih spesies hewan percobaan untuk suatu penelitian laboratorium yang bersifat skrining ataupun pengujian suatu efek khusus ? Jawab : - Hewan percobaan harus mudah dalam pemeliharannya - Menggunakan hewan percobaan yang bereproduksi cepat dan banyak

- Tingkat kematian hewan rendah - Jumlah konsumsi makan dan minum - Memperhatikan rasio kawin - Memperhatikan umur penyapihan - Hewan percobaan harus mampu meberikan efek yang cepat - Memiliki kesamaan fisiologis dengan manusia dan mamalia lainnya. - Memiliki berat badan yang sesuai

Related Documents


More Documents from "Vira Syahfitri"