Lp Ckd 2019.docx

  • Uploaded by: dewi apriliani
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Ckd 2019.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,297
  • Pages: 26
Loading documents preview...
GAGAL GINJAL KRONIS/ CHRONIC KIDNEY DISEASE Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat Yang dibina oleh Ibu Engkartini, M.Kep

KELOMPOK 2 Disusun Oleh : 1.

Mirna

(108116052)

8.

Desy Nur A

(108116059)

2.

Sahrul H

(108116053)

9.

Fidha Fairuz S (108116062)

3.

Hendrawan

(108116054)

10. Ayu Safitri

(108116063)

4.

Anis isfatun k

(108116055)

11. Novan G

(108116064)

5.

Anjas Upi R

(108116056)

12. Icha cahya p

(108116065)

6.

Arizal Setyawan(108116057)

13. Ni’matul K

(108116066)

7.

Putri utami

(108116058)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 3B STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang Gagal Ginjal Kronis sesuai dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian penyusun telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada. Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya penunyusun bisa menyelesaikan makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen yang mengajar mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat yang memberikan pengajaran dan arahan dalam penyusunan makalah ini, dan tidak lupa kepada teman-teman semua yang telah ikut berpartisipasi membantu penyusun dalam upaya penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Cilacap, 15 September 2019

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii BAB I .................................................................................................................................. 4 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4 A.

Latar Belakang ............................................................................................................ 4

B.

Rumusan Masalah ......................................................Error! Bookmark not defined.

C.

Tujuan Penulisan ........................................................Error! Bookmark not defined.

TINJAUAN TEORITIS .....................................................Error! Bookmark not defined. A.

Definisi.......................................................................Error! Bookmark not defined.

B. Faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dari tingkat kesehatan ............... Error! Bookmark not defined. C. Tinjauan sosial dan budaya tentang penyakit dan perawatan paliatif ................ Error! Bookmark not defined. D. Tinjauan Sosial Dan Budaya Dalam Perawatan Paliatif Di Indonesia............... Error! Bookmark not defined. E.

Pertimbangan Budaya dalam perawatan Paliatif........Error! Bookmark not defined.

BAB III ..............................................................................Error! Bookmark not defined. PENUTUP .........................................................................Error! Bookmark not defined. Simpulan ............................................................................Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ........................................................Error! Bookmark not defined.

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penyakit ginjal adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul akibat berbagai faktor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit metabolik atau degeneratif, dan lain-lain.Kelainan tersebut dapat mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda.Pasien mungkin merasa nyeri, mengalami gangguan berkemih, dan lain-lain. Terkadang pasien penyakit ginjal tidak merasakan gejala sama sekali. Pada keadaan terburuk, pasien dapat terancam nyawanya jika tidak menjalani hemodialisis (cuci darah) berkala atau transplantasi ginjal untuk menggantikan organ ginjalnya yang telah rusak parah (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013) Badan Kesehatan Dunia menyebutkan pertumbuhan penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian dan prevelensi gagal ginjal meningkat di tahun 2014. Data menunjukan setiap tahun 200.000 orang Amerika menjalani hemodialysis karena gangguan ginjal kronis artinya 1140 dalam satu juta orang (Indonesian et al., 2015) Di Amerika pasien dialysis lebih dari 500 juta orang harus menjalani hidup dengan bergantung pada cuci.Indonesia merupakan negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Hasil survei yang dilakukan oleh perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) diperkirakan ada sekitar 12,5 % dari populasi atau sebesar 25 juta penduduk Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal (Indonesian et al., 2015)

iv

Di Indonesia, penyakit ginjal yang cukup sering dijumpai antara lain adalah penyakit gagal ginjal dan batu ginjal. Didefinisikan sebagai gagal ginjal kronis jika pernah didiagnosis menderita penyakit gagal ginjal kronis (minimal sakit selama 3 bulan berturut-turut) oleh dokter (Davey, 2006) Gagal Ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu memegang kuat sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya.Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan eksresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik cairan, eletrolit serta asam basah. setiap tahun 50.000 orang di Amerika meninggal akibat gagal ginjal menetap ( Smeltzer and Bare, 2001). Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter meningkat seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan umur 55-74 tahun (0,5%), tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun (0,6%). (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Data Rumah Sakit Bahteramas Kendari pada tahun 2016 menunjukkan pasien penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sebanyak 38 orang.Peningkatan yang signifikan terjadi sepanjang tahun 2017 yaitu jumlah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa meningkat menjadi 156 orang. Sedangkan data pada tahun 2018 untuk 4 bulan yaitu Januari sampai April menunjukkan jumlah pasien yang menjalani hemodialisa sebanyak 51 orang (RSU.Bahteramas, 2018) Gagal Ginjal Kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, sehingga menyebabkan uremik.Kelelahan merupakan salah satu gejala yang sering dialami oleh pasien). Gangguan yang bisa terjadi pada gagal ginjal kronik akan menghasilkan gejala antara lain udema paru, hipertensi, pruritus, ensefalofeti,

5

cegukan, hiperkalemia, mual, muntah, malaise, anoreksia, dan anemia kronis yang terjadi akibat defisiensi eritropoietin ditambah dengan masa hidup sel darah merah menjadi lebih pendek sehingga menimbulkan fatigue/kelelahan ( Smeltzer and Bare, 2001). Negara berkembang seperti Indonesia masih menempatkan gagal ginjal kedalam sepuluh penyakit yang mematikan.Komplikasi penyakit hipertensi dan diabetes melitus juga merupakan penyebab utama timbulnya gagal ginjal. Gagal ginjal akut yang tidak tertangani dengan baikdapat menyebabkan gagal ginjal kronis dimana penderitanya diharuskan untuk menjalani hemodialisa. Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisis akan mencegah kematian.

B. Tujuan Penulisan Tujuan Umum Untuk membantu agar mahasiswa dapat mengerti dan lebih memahami tentang gagal ginjal kronis Tujuan khusus 1.

Untuk mengetahui pengertian dari pengertian gagal ginjal kronis dengan benar

2.

Untuk mengetahui etiologi gagal ginjal kronis dengan benar

3.

Untuk mengetahui tanda dan gejala gagal ginjal kronis dengan benar

4.

Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi gagal ginjal kronis dengan benar

5.

Untuk mengetahui komplikasi gagal ginjal kronis dengan benar

6.

Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang gagal ginjal kronis dengan benar

7.

Untuk mengetahui penatalaksanaan medis gagal ginjal kronis dengan benar

8.

Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronis dengan benar 6

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A. Definisi Gagal ginjal kronis (GGK) adalah hasil dari perkembangan dan ketidakmampuan kembalinya fungsi nefron.Gejala klinis yang serius sering tidak terjadi sampai jumlah nefron yang berfungsi menjadi rusak setidaknya 70-75% di bawah normal.Bahkan, konsentrasi elektrolit darah relatif normal dan volume cairan tubuh yang normal masih bisa di kembaikan sampai jumlah nefron yang berfungsi menurun di bawah 20-25 persen.(Guyton and Hall, 2014). Menurut Syamsir (2007) Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kasus penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara akut (kambuhan) maupun kronis (menahun).Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease) terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam keadaaan yang cocok untuk kelangsungan hidup.Kerusakan pada kedua ginjal bersifat ireversibel.CKD disebabkan oleh berbagai penyakit.Brunner and Suddarth (2014) menjelaskan bahwa ketika pasien telah mengalami kerusakan ginjal yang berlanjut sehingga memerlukan terapi pengganti ginjal secara terus menerus, kondisi penyakit pasien telah masuk ke stadium akhir penyakit ginjal kronis, yang dikenal juga dengan gagal ginjal kronis. Ahli lain menyatakan bahwa Penyakit ginjal kronis adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisi atau transplantasi ginjal (Cynthia Lee Terry,2011)

7

Dari beberapa pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang ireversibel sehingga fungsi ginjal tidak optimal dan diperkukan terapi yang membantu kinerja ginjal serta dalam beberapa kondisi diperlukan transplantasi ginjal. B. Etiologi Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo, 2006). 1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis) 2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis) 3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis) 4. Gangguan jaringan penyambung (lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik progresif) 5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal) 6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme) 7. Nefropati toksikmisalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal. 8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra. (Price & Wilson, 1994)

8

C. Manifestasi Klinis Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut : Menurut Suyono (2001) menjelaskan bahwa manifestasi klinis pada gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut : a. Gangguan pada sistem gastrointestinal 1) Anoreksia, nausea, vomitus yag

berhubungan

dengan

ganguan

metabolisme protein di dalam usus, terbentuknya zat-zat toksin akibat metabolisme bakteri usus seperti ammonia danmelil guanidine serta sembabnya muosa usus. 2) Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh bakteri dimulut menjadi amoni sehinnga nafas berbau amonia. 3) Gastritis erosife, ulkus peptic dan colitis uremik.

9

b. Kulit 1) Kulit berwarna pucat, anemia dan kekuning-kuningan akibat penmbunan urokrom. Gatal-gatal akibat toksin uremin dan pengendapan kalsium di pori-pori kulit. 2) Ekimosis akibat gangguan hematologi. 3) Ure frost : akibat kristalsasi yang ada pada keringat. 4) Bekas-bekas garukan karena gatal. c. Sistem Hematologi 1) Anemia yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : Berkurangnya produksi eritropoitin, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksin, defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain akibat nafsu makan yang berkurang, perdarhan, dan fibrosis sumsum tulang akibat hipertiroidism sekunder. 2) Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia. d. Sistem saraf dan otot 1) Restless Leg Syndrome, pasien merasa pegal pada kakinya sehinnga selalu digerakkan. 2) Burning Feet Syndrome, rasa semutan dan seperti terbakar terutama di telapak kaki. 3) Ensefalopati metabolik, lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsetrasi, tremor, asteriksis, mioklonus, kejang. 4) Miopati, kelemahan dan hipertrofi otot

terutama

ekstermitas

proksimal. e. Sistem kardiovaskuler 1) Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron. 2) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis atau gagal jantung akibat penimbunan cairan hipertensif. 3) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis, gangguan elektrolit dan klasifikasi metastasik. 4) Edema akibat penimbuna cairan.

10

f. Sistem Endokrin 1) Gangguan seksual, libido, fertilitas, dan ereksi menurun pada laki-laki akibat testosteron dan spermatogenesis menurun. Pada wnita tibul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi, sampai amenore. 2) Gangguan metabolisme glokusa, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. 3) Gangguan metabolisme lemak. 4) Gangguan metabolisme vitamin D. g. Gangguan Sistem Lain 1) Tulang osteodistropi ginjal, yaitu osteomalasia, osteoslerosis, osteitis fibrosia dan klasifikasi metastasik. 2) Asidosis metabolik akibat penimbuna asam organik sebagai hasil metabolisme. 3) Elektrolit : hiperfosfotemia, hiperkalemia, hipokalsemia.

D. Patofisiologi dan Pathway Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefronnefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368). Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah

11

maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.(Brunner&Suddarth,2001:1448)

.

E. Komplikasi Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006) antara lain adalah : 1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan diit berlebih. 2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat. 3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin aldosteron. 4. Anemia akibat penurunan eritropoitin. 5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik. 6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh. 7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan. 8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah. 9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

F. Pemeriksaan Penunjang a. Radiologi Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal. 1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas. 2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologis. 3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.

12

4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa. b. Foto Polos Abdomen: Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain. c. Pielografi Intravena: Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat. d. USG: Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat. e. Renogram: Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa fungsi ginjal f. Pemeriksaan Radiologi Jantung: Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis g. Pemeriksaan radiologi Tulang: Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik h. Pemeriksaan radiologi Paru: Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan. i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde: Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible j. EKG: Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tandatanda perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia) k. Biopsi Ginjal: dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya. l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal 1) Laju endap darah 2) Urin Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).

13

Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah, bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin. Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat). Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio urine / ureum sering 1:1. 3) Ureum dan Kreatinin Ureum Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5). 4) Hiponatremia 5) Hiperkalemia 6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia 7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia 8) Gula darah tinggi 9) Hipertrigliserida 10)

Asidosis metabolik

G. Penatalaksanaan Medis Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi ginjal. Pengobatan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu tindakan konservatif dan dialisis atau transplantasi ginjal.

14

a. Tindakan Konservatif Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif, pengobatan antara lain : 1. pengaturan diet protein, kalium, natrium, dan cairan, 2. pencegahan dan pengobatan komplikasi; hipertensi, hiperkalemia, anemia, asidosis, 3. diet rendah fosfat. b. Pengobatan hiperurisemia Adapun jenis obat pilihan yang dapat mengobati hiperuremia pada penyakit gagal ginjal lanjut adalah alopurinol. Efek kerja obat ini mengurangi kadar asam urat dengan menghambat biosintesis sebagai asam urat total yang dihasilkan oleh tubuh (Guyton, 2007). c. Dialisis 1. Hemodialisa Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialysis jangka pendek (beberapa hari sampai beberapa minggu) atau pada pasien dengan gagal ginjal kronik stadium akhir atau End Stage Renal Desease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Sehelai membran sintetik yang semipermeabel menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu. Pada penderita gagal ginjal kronik, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien dengan gagal ginjal kronik yang mendapatkan replacement therapy harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya atau biasanya tiga kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi atau sampai mendapat ginjal pengganti atau baru melalui operasi pencangkokan yang berhasil. Pasien memerlukan terapi dialisis yang kronis kalau terapi ini

15

diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengendalikan gejala uremia (Price & Wilson, 2006) 2. CAPD Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) merupakan salah satu cara dialisis lainnya, CAPD dilakukan dengan menggunakan permukaan peritoneum yang luasnya sekitar 22.000 cm2. Permukaan peritoneum berfungsi sebagai permukaan difusi (Price & Wilson, 2006). 3. Transplantasi Ginjal (TPG) Tranplantasi ginjal telah menjadi terapi pilihan bagi mayoritas pasien dengan penyakit renal tahap akhir hampir di seluruh dunia. Manfaat transplantasi ginjal sudah jelas terbukti lebih baik dibandingkan dengan dialisis terutama dalam hal perbaikan kualitas hidup. Salah satu diantaranya adalah tercapainya tingkat kesegaran jasmani yang lebih baik Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya, yaitu:

16

Asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronis 1. Pengkajian Fokus Pengkajian fokus gagal ginjal kronis menurut Doenges (2000) yaitu : a. Aktivitas / Istirahat Gejala : 1) Kelelahan ekstremitas, kelemahan, malaaise. 2) Gangguan tidur (insomnia, gelisah, somnolen). Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak. b. Sirkulasi Gejala : 1) Riwayat hipertensi lama atau berat. 2) Palpitasi, nyeri dada (angina). Tanda : a) Hipertensi, peningkatan vena jugularis, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada telapak kaki dan telapak tangan. b) Disretmia jantung. c) Nadi lemah, dan halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia yang jarang pada penyakit tahap akhir. d) Friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi sisa). e) Pucat, kulit kekuningan. f) Kecederungan perdarahan. c. Integritas Ego Gejala : 1)

Faktor stress, contoh : finansial, hubungan, dan sebagainya.

2)

Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.

Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian. d. Eliminasi Gejala 1)

Penuruna frekuensi urin, oliguri, anuria (gagal ginjal tahap lanjut)

2)

Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.

Tanda : Perubahan warna urin, contoh : kuninng pekat, merah, coklat berawan, oliguria, dapat menjadi anuria. e. Makanan dan cairan Gejala : 1)

Peningkatan BB cepat (edema) penurunan BB (malnutrisi). 17

2)

Anoreksia, nyeri ulu hati, mual, muntah.

3)

Rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan amonia)

4)

Penggunaan diuretik.

Tanda : a) Distensi abdomen atau asites, pembesaran hati tahap akhir. b) Penuruna turgor kulit dan kelmbapan. c) Edema. d) Penurunan otot, penuruna lemak, subkutan, penampilan tak bertenaga. f. Neurosensori Gejala : 1)

Sakit kepala dan penglihatan kabur.

2)

Kram otot/ kejang : sindrom “kaki gelisah” ; kebas dan rasa terbakar

pada kaki. 3)

Kebas/ kesemutan dan kelmahan, khususnya ekstremita bawah

(neuropati perifer) Tanda : a) Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma. b) Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang. c) Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis. g. Nyeri/ kenyamanan Gejala : 1)

Nyeri panggul, sakit kepala.

2)

Kram otot/ nyeri kaki (memperburuk saat malam hari).

Tanda : Perilaku hati-hati/ distraksi, gelisah.

h. Pernapasan Gejala : 1)

Napas pendek, dispnea noktural proksimal.

2)

Batuk dengan tanpa sputum kental dan banyak.

Tanda :

18

a) Takipnea,

dispnea,

peningkatan

frekuensi

dan

kedalaman

(pernapasan kusmaul). b) Batuk produktif dengan sputum merah muda dan encer (edema paru). i. Keamanan Gejala :Kulit gatal, ada berulangnya infeksi. Tanda : 1)

Pruritus.

2)

Demam (sepsis, dehidrasi) : normotermia dapat secara aktual terjadi

peningkatan pada tubuh yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal (efek gagal ginjal kronis/ depresi respon imun). 3)

Petekie, area ekimosis pada kulit.

4)

Fraktur tulang,: deposit fostfat kalsium (klasifikasi metastasi) pada

kulit, jaringan lunak, sendi keterbatasan gerak sendi. j. Seksualitas Gejala : Penurunan libido, amenore, infertilitas. k. Interaksi Sosial Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam berkeluarga. l. Penyuluhan/

pembelajaran

Gejala : 1)

Riwayat diabetes melitus (DM), keluarga (resiko tinggi untuk gagal

ginjal), penyakt polikistik, netresis herediter. 2)

Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.

3)

Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini berulang.

2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut: a. Ketidakefektifan Perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipertensi

19

b.

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi cairan dan natrium.

c. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru. d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual muntah. e. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder. f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialysis. g. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus sekunder terhadap adanya edema pulmoner. h. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak seimbangan elektrolit).

20

NO 1.

Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan Jaringan

Tujuan & KH

Perfusi Tujuan:

Kode NIC 4130

berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan

dengan Hipertensi

Intervensi Keperawatan NIC : Perawatan Sirkulasi : Insufisiensi Arteri 1.

selama 3x24 jam perfusi jaringan

Pemeriksaan system kardiovaskuler pada sirkulasi perifer ( Nadi, edeme,kapiler, warna, suhu )

perifer paien menjadi efektif dengan

2.

kriteria hasil :

Instruksikan pasien mengenal factor yang mengganggu sirkulasi darah ( merokok, pakaian ketet )

3.

NOC : Perfusi Jaringan perifer  Cafilary Refill pada jari tangan

Pelihara dehidrasi yang memadai untuk menurunkan kekentalan darah

normal  Tekanan darah Diastolik normal

4.

Monitor jumlah cairan masuk dan keluar

5.

Monitor TTV

 Tekanan darah Sistolik normal  Nadi Normal  Muka tidak pucet

2

Gangguan

nutrisi

kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan

dari kebutuhan tubuh b.d selama 3x24 jam nutrisi seimbang dan

Nutritional Management 1. Monitor adanya mual dan muntah

anoreksia mual muntah.

2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan perubahan

adekuat. Kriteria Hasil:

1100

status nutrisi.

NOC : Nutritional Status

21

 Nafsu makan meningkat

3. Monitor albumin, total protein, hemoglobin, dan

 Tidak terjadi penurunan BB

hematocrit level yang menindikasikan status nutrisi dan

 Masukan nutrisi adekuat

untuk perencanaan treatment selanjutnya.

 Menghabiskan porsi makan

4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.

 Hasil lab normal (albumin, kalium)

5. Berikan makanan sedikit tapi sering 6. Berikan perawatan mulut sering 7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet sesuai terapi

3

Perubahan pola napas

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

berhubungan dengan

selama 1x24 jam pola nafas adekuat.

1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi

hiperventilasi paru

Kriteria Hasil:

2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan

3350

otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

NOC : Respiratory Status  Peningkatan

ventilasi

Respiratory Monitoring

3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,

dan

hiperventilasi, cheyne stokes

oksigenasi yang adekuat  Bebas dari tanda tanda distress

4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan

pernafasan  Suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis

dan

dyspneu

(mampu

3320

Oxygen Therapy 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles

22

mengeluarkan

sputum,

mampu

2. Ajarkan pasien nafas dalam

bernafas dengan mudah, tidak ada

3. Atur posisi senyaman mungkin

pursed lips)

4. Batasi untuk beraktivitas

 Tanda tanda vital dalam rentang

5. Kolaborasi pemberian oksigen

normal 4

Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan asuhan keperawatan berhubungan

dengan selama 3x24 jam perfusi jaringan

4066

Circulatory Care 1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi

penurunan suplai O2 dan adekuat.

periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler refil, temperatur

nutrisi ke jaringan sekunder. Kriteria Hasil:

ekstremitas).

NOC: Circulation Status

2. Kaji nyeri

 Membran mukosa merah muda

3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan

 Conjunctiva tidak anemis

4. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk

 Akral hangat

memperbaiki sirkulasi.

 TTV dalam batas normal.

5. Monitor status cairan intake dan output

 Tidak ada edema

6. Evaluasi nadi, oedema 7. Berikan therapi antikoagulan.

23

PATHWAY

24

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2013. BukuSakuDiagnosaKeperawatan, Jakarta : EGC. Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika Internasional, NANDA,(2012). Diagnosis KeperawatanDifinisi dan Klasifikasi(20122014). Jakarta : EGC Nurarif. A.H. & Kusuma. H. 2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Jilid 1, 2 dan 3.Yogyakarta. Media Action. Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC, jakarta. RSU Bahteramas. 2018. Profil RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018. Kendari (Tidak dibublikasikan). Tarwoto&Wartonah, 2006, KebutuhanDasarManusiadan Proses Keperawatan, Jakarta: SalembaMedika Willkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil / NOC. Alih bahasa : Esty Wahyuningsih, editor edisi bahasa Indonesia: Dwi Widiarti. Edisi 9. Jakarta: EGC. Alam, Syamsir, dkk. 2007. Gagal Ginjal. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Brunner & Suddarth.(2014). Textbook of Medical-Surgical Nursing. Edisi ke13.America : Woltes Kluwer Health. Doengoes, M.E, Moorhouse, M.F & Geissler, A.C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (Terjemahan) Edisi 3. Jakarta : EGC. Guyton and Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.edisi 12. Jakarta : EGC.

25

Herdman, T, Heather.(2011). NANDA InternationalDiagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Diterjemahkan oleh Made Sumarwati, S.Kp, MN dan Nike Budhi Subekti, S.Kp. Jakarta:EGC.

Lukman et al. 2013. Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik.Jakarta : EGC Mari, Bapadeto. (2009). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC Price, S.A & Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Vol 2. Jakarta : EGC. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2013 : Badan Litbangkes, Depkes RI 2013. Smelzer & Bare (2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses Dan Praktik (Terjemahan), Edisi 4. Jakarta: EGC. Suyono, S. (2001). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Tarwoto.(2013). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persyarafan.Edisi 2.Jakarta : CV Sagung Seto. WHO, 2012, (Online), (http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/, Retrived 20 Juli 2018).

26

Related Documents

Lp Ckd
March 2021 0
Lp Ckd
January 2021 2
Lp Ckd
January 2021 2
Lp Ckd Icu 1
January 2021 2
Lp Ckd 2019.docx
January 2021 2
Lp Ckd Hd
March 2021 0

More Documents from "JJ"