Makalah Konstipasi

  • Uploaded by: Senja
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Konstipasi as PDF for free.

More details

  • Words: 2,175
  • Pages: 13
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Setiap individu memiliki pola defekasi berbeda yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain asupan cairan, aktivitas dan asupan serat dalam makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Apabila konsumsi serat dalam makanan, asupan cairan dan pemenuhan kebutuhan aktivitas tidak terpenuhi maka akan menimbulkan gangguan di saluran pencernaan yaitu konstipasi. Konstipasi didefinisikan sebagai frekuensi buang air besar (BAB) yang ekurang dari 3 kali serminggu dengan feses yang keras dan kecilkecil serta disertai dengan kesulitan sampai rasa sakit saat BAB. Di Indonesia, kasus konstipasi juga terbanyak terjadi. BAB normal tidak sama pada masing-masing anak atau bayi. Usia juga ikut menentukan frekuensi BAB, terkait jenis makanan yang dikonsumsi. Umumnya, seperti dijelaskan Dr Eva J. Soelaeman SpA(K) dari divisi GastroenterologiHepatologi RSAB Harapan Kita, Jakarta, BAB normal pada anak usia 2 bulan adalah dua kali per hari, usia 4 bulan 1 – 2 kali per hari, dan usia 4 tahun 1 kali per hari. Prevalensi konstipasi bervariasi karena perbedaan antara kelompok. Jenis kelamin, umur dan pendidikan sangat berkaitan dengan prevalensi konstipasi . Studi kasus dengan 200 lansia tentang fungsi pencernaan, 30%. mengalami konstipasi. Lansia wanita 2 hingga 3 kali melaporkan mengalami konstipasi dibandingkan lansia pria.Diperkirakan 11-38% wanita hamil pernah mengalami konstipasi.4 Keluhan yang paling umum adalah mengedan

terlalu kuat, tinja yang keras dan rasa pengeluaran tinja yang tidak komplit. Resiko konstipasi pada wanita hamil semakin besar jika sudah mempunyai riwayat konstipasi sebelumnya dan riwayat konsumsi suplemen besi.5 Prevalensi konstipasi hampir sama antara trimester pertama, kedua dan ketiga selama kehamilan.5,6 Tidak ada perbedaan bermakna antara kelas sosioekonomi bawah, menengah dan atas. Aneka jenis makanan jadi dan makanan siap saji yang tersedia dan mudah diperoleh, memudahkan memilih variasi pangan sesuai dengan selera dan daya beli masyarakat perkotaan. Asupan serat yang terlampau rendah dalam waktu lama akan mempengaruhi kesehatan. Rata-rata konsumsi serat penduduk Indonesia secara umum yaitu 10.5 g/hari. Faktor risiko asupan serat yang rendah merupakan penyebab tersering konstipasi karena asupan serat yang rendah dapat menyebabkan masa feses berkurang dan sulit buang air besar Serat makanan memiliki kemampuan mengikat air di dalam kolon membuat volume feses menjadi lebih besar dan akan merangsang saraf pada rektum sehingga menimbulkan keinginan untuk defekasi. Dengan demikian feses lebih mudah dieliminir. Pengaruh nyata yang telah dibuktikan yaitu bertambahnya

volume

feses,

memperpendek waktu transit di usus

melunakkan

konsistensi

feses

dan

B. Rumusan Masalah Dalam makalah ini kami telah menentukan beberapa rumusan masalah mengenai Konstipasi Kehamilan, antara lain : 1. Apa yang dimaksud dengan Konstipasi Kehamilan? 2. Bagaimana patofisiologi Konstipasi Kehamilan? 3. Apa saja tanda gejala Konstipasi Kehamilan? 4. Apa saja faktor penyebab Konstipasi Kehamilan? 5. Bagaimana Pencegahan Konstipasi Kehamilan? 6. Bagaimana cara penanganan Konstipasi Kehamilan?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Konstipasi Konstipasi

adalah

persepsi

gangguan

buang

air

besar

berupa

berkurangnya frekuensi defekasi, sensasi tidak puas atau tidak lampiasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, perlu ekstra mengejan atau feses yang keras. Proses defekasi dapat terjadi kurang dari 3 kali seminggu atau lebih dari 3 hari tidak defekasi. Penderita konstipasi biasanya juga perlu mengejan secara berlebihan sewaktu defekasi (Diktio, ilmu kedokteran 2017). Konstipasi biasa disebut sembelit atau susah buang air besar. Konstipasi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan konsistensi feses menjadi keras, ukuran besar, penurunan frekuensi atau kesulitan defekasi (Eva, 2015).

2. Patofisiologis Konstipasi Berdasarkan patofisiologinya konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat kelainan struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi akibat kelainan struktural terjadi melalui proses obstruksi aliran tinja, sedangkan konstipasi fungsional berhubungan dengan gangguan motilitas kolon atau anorektal. Konstipasi pada wanita hamil umumnya merupakan konstipasi fungsional. Ada beberapa faktor mengapa wanita hamil mengalami konstipasi yakni: faktor hormonal, perubahan diet, pertumbuhan janin dan aktifitas fisik. Riwayat posisi saat defekasi juga menjadi resiko untuk timbulnya.

Pada wanita hamil terjadi perubahan hormonal yang drastis yakni peningkatan progesteron selama kehamilan. Progesteron akan menyebabkan otot-otot relaksasi untuk memberi tempat janin berkembang. Relaksasi otot ini juga mengenai otot usus sehingga akan menurunkan motilitas usus yang pada akhirnya menyebabkan konstipasi (slow-transit constipation). Disamping itu selama kehamilan tubuh menahan cairan, absorbsi cairan di usus meningkat sehingga isi usus cenderung kering dan keras yang memudahkan terjadinya konstipasi. Perubahan diet pada wanita hamil berkontribusi untuk terjadinya konstipasi. Gejala mual muntah pada trimester pertama disertai asupan makanan khususnya minuman yang berkurang akan mempengaruhi proses defekasinya. Semakin besar kehamilan biasanya wanita hamil cenderung mengurangi asupan cairan. Komposisi makanan yang cenderung berupa susu dan daging / ikan tanpa disertai cukup makanan yang kaya serat akan memperbesar resiko terjadinya konstipasi. Begitu juga pemberian suplemen besi dan kalsium selama kehamilan merupakan faktor resiko terjadinya konstipasi. Uterus yang semakin membesar seiring dengan perkembangan janin pada wanita hamil akan memberikan tekanan pada usus besar dengan akibat evakuasi tinja terhambat. Semakin besar kehamilan maka semakin besar tekanan pada usus besar sehingga semakin mudah terjadinya konstipasi. Aktifitas fisik yang cukup akan memperbaiki motilitas pencernaan termasuk usus dengan. Memperpendek waktu transitnya. Wanita hamil cenderung akan mengurangi aktifitasnya untuk menjaga kehamilannya. Begitu juga semakin besar kehamilan wanita hamil cenderung semakin malas beraktifitas karena bobot tubuh yang semakin berat. Ketegangan psikis seperti stres dan cemas juga merupakan faktor resiko terjadinya konstipasi. Posisi defekasi juga

mempengaruhi untuk terjadinya konstipasi. Pada posisi jongkok, sudut antara anus dan rektum akan menjadi lurus akibat fleksi maksimal dari paha. Ini akan memudahkan terjadinya proses defekasi sehingga tidak memerlukan tenaga mengedan yang kuat. Pada posisi duduk, sudut antara anus dan rektum menjadi tidak cukup lurus sehingga membutuhkan tenaga mengedan yang lebih kuat. Proses mengedan kuat yang berkelanjutan akan dapat menimbulkan konstipasi dan hemoroid. Ibu hamil cenderung lebih nyaman defekasi dengan posisi duduk tetapi dapat berakibat timbulnya konstipasi.

3. Tanda gejala konstipasi Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola makan, hormon,gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda yang umum ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut: a. Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita dapat terlihat seperti sedang hamil). b. Tinja menjadi lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya (kurang dari 30 gram), dan bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah. c. Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja (bahkan sampai mengalami ambeien dan berkeringat dingin). d. Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.

e. Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras. f. Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya (bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang angin). g. Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih). h. Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah. i. Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak. j. Bau mulut. Sedangkan untuk gejala psikologis yang dapat terjadi pada para penderita konstipasi antara lain: 1. Kurang percaya diri 2. Lebih suka menyendiri atau menjauhkan diri dari orang sekitar. 3. Tetap merasa lapar tetapi ketika makan akan lebih cepat kenyang (apalagi ketika hamil perut akan terasa mulas) karena ruang dalam perut berkurang. 4. Emosi meningkat dengan cepat. 5. Sering berdebar-debar sehingga cepat emosi yang mengakibatkan stres sehingga rentan sakit kepala atau bahkan demam. 6. Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang sering mengantuk. 7. Kurang bersemangat dalam menjalani aktivitas. 8. Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi tubuh terasa terbebani yang mengakibatkan kualitas dan produktivitas kerja menurun. 9. Nafsu makan dapat menurun. (Wikipedia, 2016).

4. Faktor Penyebab konstipasi Faktor yang dapat mempengaruhi konstipasi antara lain rahim yang membesar, peningkatan kadar progesterone, asupan cairan tidak adekuat; diet serat tidak cukup, suplemen zat besi, kebiasaan defekasi yang burukAdapun Faktor yang lain: pengetahuan, status ekonomi, sosial budaya. Pembesaran Uterus menimbulkan sejumlah ketidaknyamanan normal pada kehamilan salah satunya konstipasi. Rahim yang membesar menekan colon dan rektum sehingga mengganggu ekskresi dan meningkatkan terjadinya konstipasi. Progesterone berpengaruh pada relaksasi otot polos yang menyebabkan penurunan tonus dan motilitas uterus. Penurunan pada tonus menimbulkan perpanjangan waktu transisi yang akan makin lama seiring dengan berkembangnya kehamilan (Walsh, Linda V, 2007).

5. Pencegahan konstipasi Konstipasi atau sering disebut dengan sembelit, dapat dicegah dengan beberapa hal, diantaranya adalah : a. Jangan jajan di sembarang tempat. b. Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi. c. Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari dan cairan lainnya setiap hari. d. Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15 menit untuk olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang lebih berat. e. Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan buang air besar. Tidak perlu memaksa untuk buang air besar setiap hari bila tidak ada rangsangan karena siklus pencernaan tiap orang berbeda-beda.

f. Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buahbuahan dan sayur-sayuran. g. Tidur minimal 4 jam sehari. h. Menambah bumbu herbal dalam makanan, kecuali cabe. i. Diet secara tidak berlebihan. j. Mengonsumsi makanan anti inflamasi, seperti avokad, apel, dan kelapa. (Wikipedia, 2016 ).

6. Penanganan Konstipasi Non Farmakologi Terapi lini pertama dan utama pada konstipasi adalah meningkatkan asupan serat dan cairan, serta aktifitas fisik yang cukup. Hindari makan porsi besar 3 kali sehari tetapi makanlah dengan porsi kecil dan sering. Hindari ketegangan psikis seperti stres dan cemas. Jangan menahan rasa ingin buang air besar karena akan memperbesar resiko konstipasi. Pemberian probiotik pada wanita hamil juga dianjurkan karena dapat memperbaiki keseimbangan flora kolon dan memperbaiki fungsi pencernaan. Jahe dalam diet juga disebutkan dapat membantu mengurangi morning sickness dan konstipasi dan mencegah kembung. Kebutuhan serat pada wanita hamil sama dengan orang normal yakni sekitar 25-30 gram per hari. Serat makanan terdiri dari serat larut dan serat tidak larut. Serat larut akan mengalami fermentasi di usus besar dan memperlambat pengosongan lambung, menahan air dan membentuk gel. Contohnya apel, jeruk dan strawberi. Serat tidak larut sukar difermentasi, memperpendek waktu transit di usus dan memperbesar massa tinja. Serat tidak larut banyak terdapat pada sereal, sayursayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Hindari konsumsi serat yang berlebihan secara bersamaan dalam waktu cepat karena akan menimbulkan kembung, sebah dan rasa tidak nyaman di perut.

Wanita hamil membutuhkan asupan cairan 300 ml lebih banyak dari rata-rata 2000 ml cairan yang dikonsumsi orang normal. Sebaiknya hindari minuman bersoda, alkohol dan kopi. Pagi hari setelah bangun tidur usahakan untuk mengkonsumsi segelas air untuk merangsang defekasi. Aktifitas fisik rutin dipercaya merangsang peristaltik usus untuk bekerja normal sehingga memperpendek waktu transit di saluran pencernaan dan membantu pengeluaran tinja. Oleh karena itu wanita hamil sebaiknya melakukan olahraga ringan yang rutin seperti senam hamil dan jalan pagi.

7. Penanganan Konstipasi Farmakologi Penatalaksanaan farmakologi pada konstipasi adalah dengan pemberian obat pencahar (laxatives). Secara umum golongan obat pencahar terbagi atas: bulking agents, pelunak tinja (stool softeners), pencahar minyak mineral (lubricant laxatives), pencahar bahan osmotik (osmotic laxatives) dan pencahar perangsang (stimulant laxatives). Terapi farmakologi pada wanita hamil diberikan jika penatalaksanaan non farmakologi tidak berhasil. Pemberiannya hanya bila benarbenar diperlukan dan tidak untuk jangka panjang. Bulking agents dianggap cukup aman karena tidak diabsorbsi. Tetapi tidak selalu efektif karena penderita diharuskan banyak minum selama pemberian obat dan bisa dijumpai efek samping kembung dan kram perut. Contohnya Psyllium yang termasuk golongan B untuk kehamilan menurut badan FDA (Food and Drug Administration). Lubricant laxatives dapat menyebabkan penurunan absorbsi vitamin yang larut lemak. Golongan ini diabsorbsi sedikit dan tidak menunjukkan efek lanjut pada wanita hamil. Tetapi belum ada rekomendasi FDA untuk penggunaan pada wanita hamil. Golongan osmotic laxatives dan stimulant laxatives dihubungkan dengan terjadinya dehidrasi dan gangguan elektrolit terutama pada penggunaan jangka panjang.

Contoh golongan osmotic laxatives yang beredar di Indonesia adalah Lactulose, termasuk golongan B untuk kehamilan menurut FDA. Sedangkan contoh stimulant laxatives adalah Bisacodyl, dapat meningkatkan rangsang otot uterus sehingga terjadi kontraksi uterus sehingga sebaiknya dihindarkan.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Konstipasi bisa disebut juga dengan sembelit atau susah buang air besar. Konstipasi pada wanita hamil umumnya merupakan konstipasi fungsional. Ada beberapa faktor mengapa wanita hamil mengalami konstipasi yakni: faktor hormonal, perubahan diet, pertumbuhan janin dan aktifitas fisik. Tanda dan gejalannya biasanya perut terasa begah dan penuh, Tinja menjadi lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang. Namun konstipasi dapat di cegah dengan beberapa hal misalnya dengan tidak

jajan di sembarang tempat, menghindari makanan yang

kandungan lemak dan gulanya tinggi, Minum air putih minimal ±8 gelas sehari dan cairan lainnya setiap hari dan Olahraga. Adapun penatalaksann yang dapat di lakukan bila mengalami konstipasi yakni bisa dengan penatalaksann farmakologi atau dengan obat-obatan dan penatalaksann non farmakologi atau tampa obat-obatan bisa dengan menguanakan makanan- makanan yang sehat.

B. Saran Pada peyususnan makalah ini kelompok kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini untuk itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca guna penyempurnaan makalah kelompok kami.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wikipedia, 2016. Sembelit.

2. Diktio, Ilmu kedokteran. 2017. https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-konstipasi-atausembelit/13777

3. Eva, F. 2015. Prevalensi Konstipasi Dan Faktor Risiko Konstipasi Pada AnakTesis. Denpasar. Program Pascasarjana. Universitas Udayana.

4. Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas, Jakarta: EGC

5. Linggat, 2015. Ligat 2015. .JURNAL. Konstipasi pada kehamila. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2015

6. https://www.researchgate.net/publication/323106867_Konstipasi_pada_Keh amilan. Oktober. 2018 7. http://eprints.ums.ac.id/47861/27/NASKAH%20PUBLIKASI%20UPP.pdf

Related Documents

Makalah Konstipasi
January 2021 2
Referat Konstipasi
January 2021 0
Kasus Konstipasi
January 2021 1
Woc Konstipasi
February 2021 0
Renpra Konstipasi Sdki
February 2021 0

More Documents from "tama"

Makalah Konstipasi
January 2021 2
Woc Luka Bakar
January 2021 0
Elc 230
February 2021 5