Ppt Modul Penurunan Kesadaran

  • Uploaded by: RiaMarselaSuki
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ppt Modul Penurunan Kesadaran as PDF for free.

More details

  • Words: 2,253
  • Pages: 44
Loading documents preview...
Modul penurunan kesadaran kelompok 7 Samuel Yan Touw Melany Letor Tirza pandie Astrid zakharias Christine Dupe Jean Riani Pandie Dhana Rosy Astika Alce Apri Feranita Suki Nana Angelia Seran

Skenario Perempuan 21 tahun dibawa ke puskesmas dalam keadaan tidak sadar. Setelah diletakkan di tempat tidur dan diperiksa, penderita tidak memberi respon dan tetap mendengkur dengan irama napas 40kali/menit. Muka kelihatan pucat, nadi radial tidak teraba. Ditemukan jejas pada daerah pelipis kanan, bahu kanan, dan perut kiri bawah. Dari beberapa orang yang mengantar tidak satupun yang tinggal dan dapat memberi keterangan tentang keadaan dan apa yang terjadi pada penderita tersebut.

Kata Kunci        

Perempuan 21 tahun Tidak sadar Tidak memberi respon Tetap mendengkur Irama napas 40x/menit Muka kelihatan pucat, nadi radial, tidak teraba Jejas pada daerah pelvis kanan, bahu kanan, dan perut kiri bawah Pengantar tidak ada yang tinggal dan tidak dapat memberi keterangan

Pertanyaan       

Tingkat-tingkat kesadaran ? Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran ? Mekanisme penurunan kesadaran pada scenario? Hubungan antara gejala dan scenario? Penanganan awal pasien tidak sadar ? Penanganan lanjutan dan penegakkan diagnosis ? Differential diagnosis ?

Macam-macam tingkat kesadaran :   

 



Kompos mentis : Keadaan pasien sadar penuh, baik terhadap lingkungan maupun terhadap dirinya sendiri. Gcs : 15-14 Apatis : Keadaan pasien dimana tampak acuh tak acuh dan segan terhadap lingkungannya. Gcs :13-12 Delirium : Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran disertai kekacauan motoric serta siklus tidur bangun yang terganggu. Gcs : 11-10 Somnolen : Keadaan pasien mengantuk yang dalam. Gcs : 6-5 Semi koma : Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons rangsang terhadap rangsang verbal, serta tidak mampu untuk dibangunkan sama sekali, tapi respons terhadap nyeri tidak adekuat serta reflek (pupil&kornea) masih baik. Gcs : 4 Koma : Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak terdapat respons pada rangsang nyeri serta tidak ada gerakan spontan. Gcs : 3.



Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran

  Untuk memudahkan mengingat dan menelusuri kemungkinan – kemungkinan penyebab penurunan kesadaran dengan istilah “ SEMENITE “ yaitu : S : Sirkulasi

E : Ensefalitis M : Metabolik E : Elektrolit N : Neoplasma I : Intoksikasi T : Trauma E : Epilepsi

Mekanisme penurunan kesadaran dan hubungan antara gejala

PENANGANAN AWAL PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN PRIMARY SURVEY A. AIRWAY • Head Tilt Chin Lift / Jaw Thrust • look-listenfeel • alat bantu jalan nafas (oropharing ealnasopha ringeal tube) • Dapat dinilai AVPU

B. BREATHING • Evaluasi ulang pernapasan dengan look, listen, and feel • memar di dada curigai tension pneumothorax – stabilkan • luka dada terbuka atau luka tembus dada tutup luka dengan kasa 3 sisi+ O2. • Pijat

C. CIRCULATI ONllf • Evaluasi • pucat, dingin dan basah itu tanda gangguan sirkulasi • cek capillary refill time • Perkiraan TD cek di radialis, di femoralis dan di carotis • posisi shock (infus 300-500 cc darah ke

D. DISABILITY 1. AVPU 2. Glasgow Coma Scale (3-15) Penilaian ↓ kesadaran : 3-8 : berat 9-12 : sedang 13-15 : ringan

Lect. Basic Life Support

Penanganan lanjutan dan penegakkan diagnosis 

Anamnesis

Autoanamnesis dapat dilakukan bila gangguan kesadaran masih bersifat ringan. Terbanyak pada suspek gangguan psikiatri. Untuk penurunan kesadaran yang bukan suspek gangguan psikiatri paling banyak dilakukan heteroanamnesis. • •

• • • •

Penyakit yang pernah diderita sebelum terjadinya gangguan kesadaran misalnya DM, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, epilepsi, adiksi obat tertentu. Keluhan pasien sebelum terjadinya gangguan kesadaran antara lain nyeri kepala yang mendadak atau sudah lama, perasaan pusing berputat, mual dan muntah, penglihatan ganda, kejang, kelumpuhan anggota gerak. Obat-obatan yang diminum secara rutin oleh pasien, misalnya obat penenang, obat tidur, antikoagulan, obat antidiabetes (dalam bentuk injeksi), antihipertensi Apakah gangguan kesadaran terjadi secara bertahap atau mendadak, apakah disertai gejala lain Apakah ada inkontinensia urin dan/atau alvi Apakah dijumpai surat tertentu (misalnya “perpisahan”)

 Pemeriksaan

fisik

- Nadi - Tekanan darah - Suhu tubuh - Respirasi (frekuensi, keteraturan, kedalaman, dan bau pernapasan) - Kulit, meliputi turgor, warna dan permukaan kulit (dehidrasi, ikterus, sianosis, bekas suntikan, luka karena trauma, dll) - Kepala, apakah ada luka & fraktur - Konjungtiva, apakah normal, pucat, atau ada perdarahan - Mukosa mulut dan bibir, apakah ada perdarahan dan perubahan warna - Telinga, apakah ada keluar cairan bening, keruh, darah, termasuk bau cairan perlu diperhatikan - Hidung, apakah ada darah dan atau cairan yang keluar dari hidung - Orbita, apakah ada hematoma, trauma pada bulbus okuli, kelainan pasangan bola mata (paresis N III, VI, IV), pupil, celah palpebra, ptosis - Leher, apakah ada fraktur vertebra dengan pemeriksaan kaku kuduk - Dada, pemeriksaan fungsi jantung dan paru - Perut, meliputi pemeriksaan hati, limpa, ada distensi atau tidak, suara peristaltik usus, nyeri tekan di daerah tertenru.



Pemeriksaan neurologik

Pemeriksaan neurologik terdiri dari pemeriksaan GCS dan observasi umum.

Observasi umum,meliputi : 

Gerakan otomatik misalnya menelan, menguap, membasahi bibir. Adanya gerakan otomatik ini menunjukkan bahwa fungsi nukleus di batang otak masih baik. Hal ini berarti prognosis relatif baik.



Letak lengan dan tungkai. Bila lengan dan tungkai dalam posisi fleksi maka curiga gangguan terletak di hemisfer otak (dekortikasi).



Bila kedua lengan dan tungkai dalam keadaan ekstensi (rigidotas deserebrasi) maka ini menunjukkan adanya gangguan di batang otak dan keadaan ini sangat serius.



-

Pemeriksaan penunjang

Rontgen foto tengkorak 3 posisi: menilai ada tidaknya fraktur - CT Scan kepala: menilai ada tidaknya perdarahan, edema serebri dan kelainan morfologi lain (bila memungkinkan) - Darah rutin dan pemeriksaan lain sesuai indikasi

Differential Diagnosis

TRAUMA KAPITIS A. PENGERTIAN Trauma kapitis adalah ganguan traumatik yang menyebabkan gangguan fungsi otak disertai atau tanpa disertai perdarahan intestiri dan tidak menganggu jaringan otak B. Jenis Trauma Kepala 1. Robekan Kulit Kepala 2. Fraktur Tulang Tengkorak 3. Terbuka atau Tertutup

C. ETIOLOGI  Benda tajam  Benda tumpul  Penyebab lain: kecelakaan lalulintas, jatuh, pukulan, kejatuhan benda, kecelakaan kerja/ industri, cidera lahir dan luka tembak

D. Mekanisme cidera kepala  Ekselerasi Ketika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam. Contoh : akibat pukulan lemparan.  Deselerasi Akibat kepala membentur benda yang tidak bergerak. Contoh : kepala membentur aspal.  Deforinitas Dihubungkan dengan perubahan bentuk atau gangguan integritas bagian tubuh yang dipengaruhi oleh kekuatan pada tengkorak.

E. TANDA DAN GEJALA







Tanda dan gejala cidera kepala dapat dikelompokkan dalam 3 kategori utama: Tanda dan gejala fisik/sumatik Nyeri kepala, dizziness, nausea, vomitus. Tanda dan gejala kognitif Gangguan memori, gangguan perhatian dan berpikir kompleks. Tanda dan gejala emosional/kepribadian Kecemasan, iritabilitas.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK  Scan – CT  MRI  Angiografi Serebral  EEG  Sinar X  BAER (Brain Auditory Evoked)  PET (Positron Emission Tomografi)  GDA (Gas Darah Arteri)

G. Penatalaksanaan  Medik  Non-medik H. Komplikasi pada Trauma Kapitis :  Kebocoran cairan Serebrospinal  Kejang  Diabetes Insipidus

Fraktur cervical

Pengertian 

Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitastulang, sedangkan menurut Doengoes (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang

Epidemiologi 

Kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah penyakit jantung, kanker dan stroke, tercatat 50 meningkat per 100.000 populasi tiap tahun, 3 % penyebab kematian ini karena trauma langsung medula spinalis, 2% karena multiple trauma. Insidensi trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar dari perempuan

Etiologi 

Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu lintas (44%), kecelakaan olah raga (22%), terjatuh dari ketinggian (24%), dan kecelakaan kerja.

Klasifikasi Berdasarkan mekanisme trauma: a. Trauma Hiperfleksi b. Trauma Fleksi rotasi Terjadi dislokasi interfacetal pada satu sisi. Lesi stabil walaupun terjadinya kerusakan pada ligament posterior termasuk kapsul sendi apofiseal yang bersangkutan dan vertebra proksimalnya dalam posisi oblik, sedangkan distalnya tetap dalam posisi lateral. 

c. Trauma hiperkstensi  1) Fraktur dislokasi hiperekstensi Dapat terjadi fraktur pedikel, prosesus artikularis, lamina dan prosesu spinosus. Fraktur avulse korpus vertebra bagian posteroinferior. Lesi tidak stabil karena terdapat kerusakan pada elemen posterior tulang leher dan ligament yang bersangkutan.  2) Hangmans fracture Terjadi fraktur arkus bilateral dan silokasi anterior C2 terhadap C3.

d. Ekstensi rotasi Terjadinya fraktur pada prosesus artikularis satu sisi. e. Kompresi vertical Terjadinya fraktur ini akibat diteruskannya tenaga trauma melalui kepala, kondilus oksipitalis, ke tulang leher.

Tanda Dan Gejala       

Nyeri pada leher atau tulang belakang . Nyeri tekan ketika dilakukan palpasi disepanjang tulang belakang. Paralisis atau hasil pemeriksaan fungsi motorik abnormal. Parestesia. Priapisme. Pernafasan diafragma. Renjatan neurogenic

Pemeriksaan Diagnostik 

 

Sinar X spinal Menentukan lokasi dan jenis cedera tulan (fraktur, dislokasi), untuk kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi. CT SCAN Menentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun struktural MRI Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi





Mielografi. Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor putologisnya tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang sub anakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan setelah mengalami luka penetrasi). Foto rontgen torak, memperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan pada diafragma, atelektasis)





Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal) : mengukur volume inspirasi maksimal khususnya pada pasien dengan trauma servikat bagian bawah atau pada trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus /otot interkostal). GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi

Prognosis 

Dari riwayatnya, banyak diantara korban trauma medula spinalis meninggal akibat komplikasi respirasi. Perbaikan pada sistem penanganan trauma, telah menurunkan angka komplikasi dan meningkatkan angka keberhasilan. Keberhasilan dan kualitas hidup pasien bergantung pada perawatan kedaruratan yang didapatkan. Pengenalan dan perawatan awal akan mempertahankan rehabilitasi yang optimal.

Komplikasi 

Pasien dengan trauma medula spinalis sering mengalami cedera multipel. Perlu untuk mempertahankan volume intravaskular dengan aliran darah yang optimal yang ditunjukkan oleh nilai hematokrit antara 30-34%. Hiperpireksia perlu dikontrol secara agresif untuk mencegah cedera spinal lebih lanjut. Terjadinya demam berdasarkan studi berhubungan dengan saluran kencing atau infeksi jaringan ikat

Trauma abdomen

Pengertian 

Trauma tumpul adalah : kerusakan terhadap struktur yg terletak diantara diafragma dan pelvis, yg diakibatkan oleh luka tumpul atau menusuk.

Jenis-jenis trauma abdomen 

Trauma tajam Trauma akibat benda tajam dikenal dalam tiga bentuk luka yaitu:luka iris atau luka sayat (vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) atau luka bacok (vulnus caesum). Luka tusuk maupun luka tembak akan mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong. Luka tembak dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer energi kinetik yang lebih besarterhadap organ viscera, dengan adanya efek tambahan berupa temporary cavitation, dan bisa pecah menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan lainnya. Kerusakan dapat berupa perdarahan bila mengenai pembuluh darah atau organyang padat. Bila mengenai organ yang berongga, isinya akan keluar ke dalam rongga perut dan menimbulkan iritasi pada peritoneum.

Trauma tumpul Trauma tumpul kadang tidak menimbulkan kelainan yang jelas pada permukaan tubuh, tetapi dapat mengakibatkan cedera berupa kerusakan daerah organ sekitar, patah tulang iga, cedera perlambatan (deselerasi), cedera kompresi, peningkatan mendadak tekanan darah, pecahnya viskus berongga, kontusi atau laserasi jaringan maupun organ dibawahnya. Mekanisme terjadinya trauma pada trauma tumpul disebabkan adanya deselerasi cepat dan adanya organ-organ yang tidak mempunyai kelenturan (non complient organ) seperti hati, lien, pankreas, dan ginjal. Secara umum mekanisme terjadinya trauma tumpul abdomen yaitu: 1. Saat pengurangan kecepatan menyebabkan perbedaan gerak di antara struktur. Akibatnya, terjadi tenaga potong dan menyebabkan robeknya organ berongga, organ padat, organ visceral dan pembuluh darah, khususnya pada bagian distal organ yang terkena. Contoh pada aorta distal yang mengenai tulang torakal mengakibatkan gaya potong pada aorta dapat menyebabkan ruptur. Situasi yang sama dapat terjadi pada pembuluh darah ginjal dan pada cervicothoracic junction. 2. Isi intra abdominal hancur diantara dinding abdomen anterior dan columna vertebra atau tulang toraks posterior. Hal ini dapat menyebabkan ruptur,biasanya terjadi pada organ-organpadat seperti lien, hati, dan ginjal. 3. Gaya kompresi eksternal yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen yang tiba-tiba dan mencapai puncaknya biasanya menyebabkan ruptur organ berongga. Berat ringannya perforasi tergantung dari gaya dan luas permukaan organ yang terkena cedera.



Kerusakan organ lunak karena trauma tumpul biasanya terjadi sesuai dengan tulang yang terkena seperti terlihat pada tabel sebagai berikut:

Patofisiologi 

Trauma tumpul pada abdomen disebabkan oleh pengguntingan, penghancuran atau kuatnya tekanan yang menyebabkan rupture pada usus atau struktur abdomen yang lain.

Tanda dan gejala Pecahnya organ solid (tidak berongga)  Hepar atau lien yang pecah maka terjadi perdarahan. Penderita akan tampak pucat.  Nyeri abdomen.  Auskultasi: bising usus menurun  Nyeri tekan, nyeri lepas dan defans muscular (kekakuan otot).   Pecahnya organ berongga  Pecahnya gaster, colon dan usus halus menyebabkan peritonitis.  Keluhan nyeri seluruh abdomen.  Bising usus menurun.  Palpasi ada nyeri tekan, nyeri lepas dan defans muscular. Perkusi didapati ada nyeri ketok.

Penatalaksanaan Inspeksi  Ekimosis umbilikalis : perdarahan peritonial  Ekomosis flank : perdarahan organ retroperitoneal.  Ekimosis perineum, skrotum, labia : fraktur pelvis.  Luka tembus disertai keluarnya isi abdomen (usus).  Simetris atau tidak pelvis, ada jejas atau tidak pada pelvis. Auskultasi  Dengarkan bisisng usus di semua kuadran.  Dengarkan bisisng usus selama 2 menit.  Apabila bising usus menurun atau hilang -> kemungkinan perdarahan -> perforasi pada organ abdomen.   Perkusi  Dullnes di kuadran kiri atas : hematoma pada limpa.   Palpasi  Nyeri pada kuadran kiri atas dan menyebar ke bahu -> trauma limpa atau diafragma.  Distensi abdomen.  Nyeri tekan abdomen.

Alat bantu diagnostik  

    

Riw .trauma (mekanisme trauma,pada kecelakaan lalu lintas kecepatan dan arah) Pemfis (lokasi trauma,palpasi,perkusi,auskultasi,pemeriksaan rektal) Laboratorium “Diagnostik Peritoneal Lavage”(DPL),(bila gejala klinik meragukan)  CT-Scan USG Laparaskopi

Penanganan 

    

Abdominal paracentesis : menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi. Pemeriksaan laparoskopi : mengetahui secara langsung peneyebab akut abdomen. Pemasangan NGT : memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen. Pemberian antibiotik : mencegah infeksi. Laparotomi. Sebelum operasi : pemasangan NGT, pemasangan dauer-katheter, pemberian antibiotik, pemasangan

TERIMA KASIH

Related Documents

Penurunan Kesadaran Ppt
January 2021 1
Ppt Penurunan Kesadaran
January 2021 1
Penurunan Kesadaran
January 2021 1
Penurunan Kesadaran
January 2021 1

More Documents from "Melissa Laurenshia Thenata"