Tugas Review Jurnal Qa M.akrom

  • Uploaded by: Muhamad Akrom El Faraday
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Review Jurnal Qa M.akrom as PDF for free.

More details

  • Words: 1,452
  • Pages: 6
Loading documents preview...
TUGAS REVIEW JURNAL MATA KULIAH

: QUALITY ASSURANCE

DOSEN PENGAMPU

: Dr. ENG. EKO HIDAYANTO, M.Si

OLEH: NAMA

: MUHAMAD AKROM

NIM

: 24040111400010

MAGISTER ILMU FISIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

Ditulis dari : Nama Pengarang

: Nazaroh, Sri Inang Sunaryati dan Nurman Rajagukguk

Judul

: APPLYING QUALITY ASSURANCE IN RADIOTHERAPY.

Jurnal

: AIJ (Atom Indonesian Journal) BATAN

ISSN

: 1412-3258

Volume/Tahun

: 32 / 2006

REVIEW

PENERAPAN JAMINAN KUALITAS UNTUK RADIOTERAPI ABSTRAK Penerapan jaminan kualitas untuk radioterapi adalah penerapan semua prosedur yang dapat menjamin kekonsistenan anjuran medik: pemenuhan keamanan dalam pemberian dosis untuk volume organ target tertentu, dan dosis seminimal mungkin untuk jaringan normal dan paparan pada personil serta pemonitoran yang cukup pada pasien setelah perlakuan. Untuk membuktikan adanya penerapan jaminan kualitas perlu penerapan penilaian kualitas (quality assessment) dan kontrol kualitas (quality control). Program jaminan kualitas meliputi penetapan program (pemenuhan aspek legal: uji penerimaan setelah pembelian peralatan dan penentuan standar baseline, kalibrasi awal dan pengecekan kestabilan secara periodik dan uji khusus setelah adanya perbaikan), pemeliharaan catatan & delegasi tanggungjawab, kontrol dosis pasien, keselamatan pasien dan keselamatan personil terkait. Kata kunci: Jaminan kualitas, jaminan kualitas untuk radioterapi, radioterapi.

I. PENDAHULUAN Radioterapi merupakan salah satu modalitas yang digunakan dalam penatalaksanaan penyakit maligna (keganasan). Bidang Radioterapi merupakan suatu lahan yang sangat dibutuhkan dan mendesak memerlukan jaminan kualitas serta perlu hubungan kerjasama saling terkait, baik pada tingkat internasional, regional maupun nasional, yang seharusnya didukung dan diyakini semua pihak. Pada tahun 1980an, radioterapi di bagian radiologi dan onkologi pada beberapa negara, kualitas dan hasil akhir yang diperoleh belum ada kesesuaian dalam penatalaksanaan kanker untuk tempat, tipe dan keadaan yang sama, serta masih memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini terbukti dari hasil interkomparasi TLD (Thermo Luminicence Dose) yang

dilakukan oleh WHO (World Health Organzation) dan IAEA (International Atomic Energy Agency), dari 600 instalasi radioterapi di 85 negara, pada saat pengecekan output mesin teleterapi, masih belum memuaskan [1]. Pada tahun 1982, berbagai usaha untuk memperbaiki kualitas penggunaan radiasi pengion dalam bidang medis, WHO menerbitkan publikasi-publikasi jaminan kualitas untuk radiologi diagnostik [2] dan kedokteran nuklir [3]. Sejak itu WHO mulai menyusun kerjasama dengan Badan Kesehatan Radiasi, Kantor Kesehatan Republik Federasi Jerman, dan mengadakan workshop “Jaminan Kualitas Untuk Radioterapi”. Workshop dihadiri 35 partisipan dari 15 negara dan perwakilan dari IAEA, Organisasi Fisika Medik Internasional (IOMP), Organisasi Fisika Medis Federasi Eropa (EFOMP), Asosiasi Fisika Klinik Norwegia (NACP), Asosiasi Fisika Medis Amerika (AAPM), dan Pusat Kesehatan Radiologi dan Alat Amerika. Berbagai organisasi spesifik seperti ICRU (International Commision on Radiation Units and Measurements) dan IEC (International Electrotechnical Commission) telah menyiapkan berbagai rekomendasi (fisika, mekanik dan parameter lain dari peralatan dan prosedur radioterapi), yang meliputi proteksi radiasi. Dalam rangka mewujudkan maksud di atas, pada tahun 1983, dilaksanakan Simposium Internasional “Jaminan Kualitas Radioterapi, Aspek Klinis dan Fisik”, di Washington DC. Di dalam buku Basic Safety Standards Safety Series No. 115 telah ditetapkan tentang keperluan dasar untuk proteksi terhadap radiasi pengion dan keselamatan radiasi, khususnya pada appendiks II untuk medical exposure tentang batasan aktivitas atau dosis maksimum yang diperbolehkan untuk pasien [3]. Di Indonesia, masalah legalitas pemanfaatan radioterapi telah diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jendral BATAN No.84/DJ/VI/1991 [4], tentang Kalibrasi Alat Ukur Radiasi dan Keluaran Sumber Radiasi, Standardisasi Radionuklida dan Fasilitas Kalibrasi, pada

BAB

II.

Demikian

pula

dalam

Surat

Keputusan

Kepala

Bapeten

No

21/KaBAPETEN/XII02 telah diatur tentang Program Jaminan Kualitas Instalasi Radioterapi. Di Indonesia, radioterapi mulai banyak dikenal masyarakat dan sudah menjadi alternatif pengobatan penyakit keganasan. Untuk lebih memberikan rasa aman dalam pemanfaatan radioterapi, masyarakat perlu diberi informasi atau diyakinkan tentang adanya penerapan jaminan kualitas untuk radioterapi.

II. JAMINAN KUALITAS PADA RADIOTERAPI Yang dimaksud dengan jaminan kualitas menurut [ISO-6215-1980] adalah adanya kecukupan bukti kepercayaan suatu kegiatan sistematik yang direncanakan dan bahwa suatu struktur, sistem dan komponen akan memberikan layanan yang memuaskan. Jaminan kualitas

pada radioterapi adalah semua prosedur yang dapat menjamin konsistensi tahapan medik: pemenuhan keamanan dalam pemberian dosis untuk volume organ target tersebut, dan dosis seminimal mungkin untuk jaringan normal dan paparan pada personil serta pemonitoran yang cukup pada pasien setelah tindakan. Untuk membuktikan adanya jaminan kualitas perlu penilaian kualitas (quality assessment) dan kontrol kualitas (quality control). Penilaian kualitas adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengukur atau mengevaluasi kinerja proses radioterapi. Sedangkan kontrol kualitas adalah ukuran yang diambil untuk menilai, merawat dan atau memperbaiki kualitas perlakuan. Dari kuesioner yang diberikan WHO kepada 56 institusi dari 52 negara didapat jawaban bahwa Program Jaminan Kualitas pada radioterapi perlu dilakukan untuk: 1. Meminimalkan kesalahan dalam perencanaan perlakuan dan pemberian dosis pada pasien serta memperbaiki hasil terapi dan mengurangi komplikasi serta kekambuhan, 2. Sebagai ajang interkompararasi radioterapi, baik nasional, regional dan internasional 3. Mengeksploitasi kinerja peralatan radioterapi modern. Hal ini dapat tercapai bila derajat akurasi tinggi dan konsistensi tercapai. 4. Meningkatkan aplikasi radioterapi di negara berkembang. Komponen lain dari program jaminan kualitas adalah keselamatan pasien. Teknisi radioterapi memainkan peranan penting dalam keselamatan pasien. Dialah orang yang terkait langsung dengan pasien, mengatur posisi pasien, mengatur posisi shieldingblock dan wedge filter, dan memberikan penyinaran. Untuk meminimalisir dosis yang diterima pasien pada titik di luar target, merupakan kerja tim. Ahli radioterapi memberikan instruksi pemberian dosis tertentu pada organ kritik, dan fisika medik mendisain rencana perlakuan, menghitung dosis dan memilih shielding block yang sesuai, dan teknisi melaksanakan anjuran tersebut disamping juga melakukan tugas maintenance peralatan terapi. Jaminan kualitas yang terakhir adalah keselamatan personil. Untuk itu setiap personil yang terlibat pada departemen radioterapi harus memahami dan melaksanakan semua prosedur yang berlaku sehingga keselamatan personil dapat tercapai. Aspek Fisik dan teknik Kontrol kualitas radioterapi pada aspek fisik dan teknik meliputi 5 hal : 1. aspek mekanik dan geometri dari mesin terapi dan simulator 2. dosimetri 3. sistem perencanaan perlakuan 4. brakhiterapi / teleterapi 5. keselamatan Dari setiap hal di atas, perlu adanya program jaminan kualitas yang meliputi:

a. spesifikasi peralatan yang dipesan b. uji penerimaan setelah pembelian peralatan dan penentuan standar baseline c. kalibrasi awal d. pengecekan kestabilan secara periodik dan uji khusus setelah adanya perbaikan.

III. SUMBER KESALAHAN DALAM RADIOTERAPI Menurut ketiga sumber dalam jurnal tersebut, ketidakpastian pemberian dosis dalam radioterapi bersumber dari: 1. Penentuan anatomi pasien (kesalahan dalam memperoleh outline, posisi pasien, penentuan organ kritik, memperkirakan inhomogenitas jaringan, dan lainlain) 2. Pendefinisian volume organ target (bentuk dan lokasi, kegagalan dalam memperhitungkan gerakan organ atau jaringan akibat sirkulasi dan respirasi dari pasien). 3. Rencana perlakuan (kesalahan dalam data berkas, model berkas, software dan hardware). 4. Treatment delivery (kesalahan dalam kalibrasi mesin, setup pasien, ketidaksesuaian setting mesin, dan lainlain). 5. Data pasien (identifikasi, diagnosis, catatan perlakuan terdahulu, dan lain-lain).

IV. KESIMPULAN Berdasarkan jurnal tersebut, dapat diambil kesimpulan berikut : 1. Penerapan jaminan kualitas pada radioterapi adalah penerapan semua prosedur yang dapat menjamin kekonsistenan tahapan medik: pemenuhan keamanan dalam pemberian dosis untuk volume target tersebut, dan dosis seminimal mungkin untuk jaringan normal dan paparan pada personil serta pemonitoran yang cukup pada pasien setelah perlakuan. Program jaminan kualitas perlu diterapkan karena pentingnya ketepatan dalam pemberian dosis pada radioterapi. 2. Untuk membuktikan adanya penerapan jaminan kualitas perlu penerapan penilaian kualitas (quality assessment) dan kontrol kualitas (quality control). 3. Penilaian kualitas adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengukur atau mengevaluasi kinerja proses radioterapi. Sedangkan kontrol kualitas adalah ukuran yang diambil untuk menilai, merawat dan atau memperbaiki kualitas perlakuan. 4. Jaminan kualitas pada radioterapi harus diterapkan demi keselamatan pasien. 5. Program jaminan kualitas meliputi: Penetapan program (pemenuhan aspek legal, uji penerimaan setelah pembelian peralatan dan penentuan standar baseline, kalibrasi awal dan pengecekan kestabilan secara periodik dan uji khusus setelah adanya perbaikan),

pemeliharaan catatan & delegasi tanggungjawab, control dosis pasien, keselamatan pasien dan keselamatan personil terkait.

REFERENSI 1. WHO, Quality Assurance in Diagnostic Radiology, Geneva, 1982. 2. WHO, Quality Assurance in Nuclear Medicine, Geneva, 1982. 3. Basic Safety Standards Safety Series No. 115. 4. Surat Keputusan Direktur Jendral BATAN No.84/DJ/VI/1991 [4], tentang Kalibrasi Alat Ukur Radiasi dan Keluaran Sumber Radiasi, Standardisasi Radionuklida dan Fasilitas Kalibrasi, 5. International Commission On Radiological Units And Measurements. Determination of Absorbed Dose in A Patient Irradiated By Beams Of X or Gamma Rays in Radiotherapy Procedures. Washington DC, 1976 [ICRU Report No. 24]. 6. HERRING, D.F. & COMPTON, D.M.J. The Degree of Precision Required in The Radiation Dose Delivered in Cancer Radiotherapy. In: Glicksman, AS., et al. ed., Computers in Radiotherapy, London, British Institute of Radiology, 1971 (Special Report No. 5). 7. International Organization For Standardization, Nuclear Power PlantsQuality Assurance, Geneva, 1980, (International Standard ISO 62151980). 8. International Electrotechnical Commission, Medical Electrical Equipment Dosimeters with Ionization Chamber as Used in Radiotherapy, Geneva, 1982. (IEC Publication 731 and Amendment No. 1, 1987). 9. American Association Of Physicists In Medicine, Physical Aspects of Quality Assurance in Radiation Therapy, New York, American Institute of Physics, 1984. 10. Federal republic of germany, institute of radiation hygiene, World Health Organization, Quality Assurance in Radiotherapy, Geneva, 1988. 11. Departement of Medical Physics and Medical Engineering, University of Edinburgh, UK, Radiotherapy Physics in Practice, 1993.

Related Documents


More Documents from "Tati Asmini"