Injeksi Aminophylline 2 4

  • Uploaded by: hanifah adelia
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Injeksi Aminophylline 2 4 as PDF for free.

More details

  • Words: 2,843
  • Pages: 15
Loading documents preview...
LAPORAN RESMI P5 PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN 2 (FTS-2) (NON SOLID-STERIL) INJEKSI AMINOPHYLLINE 2,4%

Disusun Oleh :

1. Aisyah Dewi S

(K100130149)

2. Anik Khusnul K

(K100130150)

3. Sellia Andani F

(K100130152)

4. Armetha Hanik

(K100130153)

5. Rengganis Ajeng P

(K100130154)

6. Laras Permatasari

(K100130158)

7. Fardha Zulinar

(K100130163)

Kelompok

: F-4

Korektor

: Farah Irmalia

LABORATORIUM TEKNOLOGI & FORMULASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2015

I.

TUJUAN 1. Mahasiswa mampu mengetahui,memahami,menguasai dan mampu mengimplementasikan teori, konsep dan prinsip formulasi sediaan steril. 2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan cara membuat sediaan injeksi aminophyllin.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan,yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau selaput lendir.Injeksi dilakukan dengan melarutkan,mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda. Cara penggunaan injeksi / penyuntikan adalah : 

Injeksi intrakutan/intradermal (i.c),disuntikkan kedalam kulit yang sebenarnya,biasanya volume yang disuntikkan sedikit (0,1-0,2 ml)



Injeksi subkutan/hipodermik (s.c),disuntikkan kedalam jaringan di bawah kulit ke dalam alveolar,obat di absorbsi lambat jadi dapat mengatur intensitas efek sistemik.Larutan harus sedapat mungkin isotonis,sedangkan pHnya sebaiknya netral,maksudnya untuk mengurangi iritasi jaringan dan mencegah kemungkinan terjadinya nekrosis (mengendornya kulit).



Intramuskuler (i.m),disuntikkan masuk otot daging.Injeksi yang berupa larutan,suspensi,emulsi dapat diberikan melalui rute ini.Karena aliran darah di otot adalah cukup luas untuk membawa obat pergi ke bagian yang dituju,maka faktor pokok yang mempengaruhi absorbsi obat adalah pelepasan obat dari bentuk sediaanny.Kedalam otot dada dapat disuntikkan sampai 200 ml,ke dalam otot lain volume yang disuntikkan lebih kecil.



Intravena (i.v),disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah, larutan ini biasanya isotonis atau hipertonis.Larutan injeksi untuk intravena harus benar benar jernih bebas dari partikel padat karena dapat menyumbat kapiler dan dapat menyebabkan kematian,Jadi injeksi bentuk suspensi tidak boleh diberikan melalui intravena,termasuk juga makro emulsi.



Intratekal (i.t) intraspinal intradural,disuntikkan ke dalam saluran sumsum tulang belakang (antara 3-4 atau 5-6 lumbra vertebrata) yang ada cairan cerebrospinal.Larutan harus isotonis sebab sirkulasi cairan cerebrospinal adalah lambat,meskipun larutan anestetika sumsum tulang belakang sering hipertonis.



Intraperitoneal (i.p) disuntikkan langsung kedalam rongga perut.Penyarapan cepat,bahaya infeksi besar dan jarang di pakai.



Peridural (p.d) ekstradural epidural,disuntikkan ke dalam rongga epidura yang terletak di atas durameter,lapisan penutup terluar dari otak dan sumsum tulang belakang.



Intrasistermal (i.s),disuntikkan kedalam saluran sumsum tulang belakang pada dasar otak.



Intrakardial (i.k.d),langsung kedalam jantung.

Syarat syarat obat suntik antara lain :  Aman,Tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis.  Harus Jernih.  Sedapat mungkin isohidris agar tidak terasa sakit dan penyerapan optimal.Isohidris artinya mempunyai pH yang sama dengan darah dan cairan tubuh lain,yaitu pH=7,4  Sedapat mungkin isotonis agar tidak terasa sakit.Isotonis artinya mempunyai tekanan osmose yang sama dengan darah dan cairan tubuh yang lain.  Harus steril.  Bebas pirogen. ( Anief,1993) Injeksi Aminophilin adalah larutan steril aminofilin dalam air untuk injeksi atau larutan steril teofilin dalam air untuk injeksi yang dibuat dengan penambahan etilenadiamina.Tiap ml mengandung aminofilin setara dengan tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% teofilin anhidrat, C7H8N4O2 dari jumlah yang tertera pada etiket.Injeksi aminophylin boleh mengandung etilenadiamina berlebih,tetapi tidak boleh ditambah zat lain untuk pengaturan pH. (Depkes RI,1995)

Larutan injeksi dan infus (intravenus,subkutan,intramuskuler)dan larutan bahan obat yang ditetapkan penggunaannya pada mata sebaiknya memiliki sifat yang dapat diterima mata dengan baik,yang jika dibandingkan dengan cairan darah cairan jaringan atau cairan air mata harus sesuai yakni diisotoniskan,artinya turunnya titik beku terhadap air murni dibuat sama.Cairan darah dan cairan jaringan lain memiliki tekanan osmotiknya sendiri.Jika hanya sejumlah kecil cairan diinjeksi kedalam vena tidak dikhawatirkan akan munculnya rasa nyeri atau rangsangan,juga jika larutan tidak isotonis,oleh karena itu darah akan segera mengencerkan secara cepat.Jika larutan hippotonis (rendahnya turunan titik beku.Tekanan osmotiknya lebih rendah dari darah) diinjeksikan kedalam aliran darah maka akan melintasi membran semipermiabel dari eritrosit.Akibatnya akan terjadi peningkatan volume dari bodi darah yang berkaitan dengan peningkatan tekanan di bagian dalam.Larutan natrium klorida 0,4% dapat menyebabkan terjadinya fenomena ini. Wadah dan alat untuk pemakaian parenteral anatar lain : 

Ampul. Ampul adalah wadah berbentuk silindris terbuat dari gelas yang memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar.Ukuran nominalnya adalah 1,2,5,10,20 kadang kadang juga 25 atau 30 ml.Ampul adalah wadah takaran tunggal,oleh karena itu total jumlah cairannya ditentukan pemakaiannya untuk satu kali injeksi.



Ampel semprot. Ampul semprot merupakan istilah gabungan untuk wadah dan alat yang tidak hanya memiliki fumgsi penyimpan (fungsi pengemasan) akan tetapi sekaligus juga fungsi penggunaan. Ampul silinder (pipa kecil injeksi,Injole,Tubette,Carpule),cairan berada dalam sebuah silinder gelas,yang salah satu sisinya di tutup dengan penutup karet atau penutup dari bahan sintetis yang tebal dan berfungsi sebagai torak. Penyemprotan satu kali pakai merupakan silinder gelas yang sangat kuat dilengkapi dengan bagian berupa stempel entuk menempatkan jari tangan sehingga memungkinkan penginjeksian tanpa tambahan alat semprot.

Ampul semprot yang terdiri dari bahan sintetis tidak dapat digunakan.Sebaliknya plastik,menunjukkan tingkat keberhasilan sebagai materi wadah yang semakin meningkat bagi larutan infusi. 

Botol kecil dan botol. Botol kecil (vial,botol penusuk,botol kapsolut) dapat berupa wadah takaran tunggal atau takaran ganda.Botol tersebut digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat,larutan atau suspensi dengan volume yang lebih besar.Untuk mewadahi larutan infusi disarankan penggunaan botol penyimpanan darah,yang dilengkapi dengan sebuah pipa kecil ventilasi sehingga memungkinkan cairan mengalir keluar. Tutup karet atau tutup lempeng kecil bahan sintetis yang digunakan untuk menutupi botol infusi atau botol yang dapat di tusuk tidak boleh melepaskan bahan padat,bahan pewarna swerta komponen toksis atau pirogen ke dalam larutan. (Voight,1971)

III.

METODE DAN KERJA A. Alat dan Bahan  Alat: -

Auotoclave

-

Inkubator

-

Glassware

-

Ampul

- Timbangan  Bahan: -

Theophylin

-

Etilendiamin

-

Aqua p.i

-

Karbo adsorben

-

Methilen blue

-

Phenol

B. Formula R/ Theophylin

2,0 g

Etilendiamin Aqua p.i

0,55 g ad 100 mL

C. Cara Kerja Skematis

Dihitung tonisitas yang akan dibuat

Dibuat aqua bebas karbondioksida (CO2)

Dilarutkan theophylin dengan sebagian aqua bebas CO2

Dicampur etilen diamin dengan sebagian aquadest

Larutan (2) ditambah larutan (3) tetes demi tetes sampai larutan campuran (2 dan 3) betul-betul jernih dan pH larutan antara 9,5-9,6

Digojok larutan dengan karbo adsorben 0,1% yang telah diaktifkan selama 510 menit, didiamkan, disaring hingga jernih

Dimasukkan larutan kedalam ampul sesuai volume yang diminta.

Ditutup dan disterilkan dalam autoclave 110oC selama 30 menit atau 120 oC selama 20 menit

Diperiksa larutan terhadap: pH, Kebocoran, Partikel, Sterilitas, pyrogen, dll

Kontrol Kualitas 1. Uji pH Diambil larutan sebanyak 10mL

Diukur pH larutan dengan pH meter yang sudah dikalibrasi

Dicatat hasilnya

2. Uji Kebocoran Diuji dengan larutan warna (Dye Bath Test)

Dibuat larutan metilen blue 0,0025% (b/v) dalam larutan phenol sebanyak 250mL

Ampul-ampul direndam kedalam larutan

Dimasukkan dalam bejana vakum sampai 70mHg (0,96kg/cm2) dan dijaga selama tidak kurang dari 15menit

Diamati hasilnya. Ampul-ampul yang berwarna biru harus dibuang

3. Uji bebas partikel asing Sejumlah wadah (ampul, vial) yang belum berlabel dipegang pada lehernya

Dibalikkan perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya gelembung udara

Diputar sedikt untuk memutar isi larutan didalamnya, kemudian wadah

dipegang secara horizontal

Pemeriksaan larutan dalam wadah dilakukan dengan menggunakan latar belakang hitam putih selang-seling

Wadah yang berisi larutan yang tercemar partikel asing atau wadah rusak harus dipisah

Bila jumlah wadah yang tercemar melebihi batas persyaratan maka pemeriksaan diulang atau kemudian produk ditolak

D. Pembahasan Cara Kerja Perhitungan tonisitas dilakukan untuk mengetahui apakah larutan bersifat istonis,hiopotinis atau hipertonis . Dari hasil perhitungan didapatkan tonisitas larutan adalah 2,3 < 0,28 artinya larutan hipotonis, hipotonis adalah keadaan dimana tekanan osmotis larutan obat kurang dari tekanan osmotis cairan tubuh. Hal ini dapat menyebabkan cairan dari luar sel masuk kedalam sel sehingga sel menggembung kemudian pecah. Dalam pembuatan injeksi amynophilin, serbuk teofilin dilarutkan kedalam 100 ml aqua bebas CO2, kemudian di titrasi dengan etilen diamin hingga jernih tujuannya adalah agar terbentuk senyawa amynophilin yang sempurna. Pemeriksaan pH bertujuan untuk meningkatkan stabilitas injeksi aminofilin supaya tidak terjadi kristalisasi,mengurangi rasa sakit dan iritasi juga mencegah pertumbuhan bakteri. Karena jika pH terlalu asam/basa sangat mudah untuk ditumbuhi bakteri Untuk penggunaan karbo adsorben yang telah diaktifkan dalam percobaan ini bermaksud untuk mengikat partikel dan pirogen dalam larutan sehingga larutan bisa jernih. Pengaktifan karbon adsorben bertujuan agar penyerapan terhadap partikel benar-benar maksimal dan larutan dimasukkan kedalam ampul. Sterilisasi pada percobaan ini dilakukan dengan stterilisasi autoclave uap airdengan tekanan tinggi . mekanisme penghancuran bakteri oleh uapai panas adalah terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial organism tersebut. Adanya uap air yang panas dalam sel mikroba, menimbulkan kerusakan temperature yang relative rendah.

E. Hasil dan Perhitungan 1. Perhitungan Tonisitas Suatu larutan dikatakan isotonis bila terpenuhi : 𝑓𝐴 𝑀𝐴

𝑋𝑎 +

𝑓𝐵 𝑀𝐵

𝑋𝑏 + ⋯ = 0,28

Dalam praktikum ini, digunakan bahan-bahan yaitu theophlin dan etilendiamin. Adapun perhitungan tonisitasnya sebagai berikut : 𝑓𝐴 𝑓𝐵 𝑋𝑎 + 𝑋𝑏 + ⋯ = 0,28 𝑀𝐴 𝑀𝐵 1,5 1,5 𝑥20 + 𝑥5,5 = 0,28 198,18 88,11 0,151 + 0,091 = 0,28

0,242 < 0,28 → hipotonis NaCl yang ditambahkan =

𝑀ℎ 𝑓ℎ

𝑓𝐴

𝑥 [0,28 − (𝑀𝐴 𝑋𝑎 +

𝑓𝐵 𝑀𝐵

1,5

𝑋𝑏)] 1,5

= 32 𝑥 [0,28 − (198,18 𝑥20 +

88,11

𝑥5,5)]

= 32 𝑥 [0,28 − 0,242] = 32 𝑥 0,038 = 1,216 g/L = 0,1216 g/100 ml Jadi NaCl yang harus ditambahkan untuk mencapai keadaan isotonis adalah 0,1216 g/100 ml. 2. Bahan-bahan yang ditimbang - Theophylin = 2 gram - Etilendiamin = 15 ml Etilendiamin 10% =

10 𝑔𝑟𝑎𝑚 100 𝑚𝑙

Banyaknya etilendiamin yang dibutuhkan (gram) =

10 𝑔𝑟𝑎𝑚 100 𝑚𝑙

𝑥 15 𝑚𝑙

= 1,5 gram 3. Pengaturan pH Penambahan HCl 0,1 N

Penambahan NaOH 0,1 N

-

-

pH akhir larutan : 9,5

4. Hasil Uji pH pH

Keterangan

Ampul 1

9,5

Memasuki range

Ampul 2

9,5

Memasuki range

Ampul 3

-

-

5. Hasil Uji Kebocoran Keterangan Ampul 1

(-)

Tidak bocor

Ampul 2

(-)

Tidak bocor

Ampul 3

(-)

Tidak bocor

6. Hasil Uji Partikel Asing Keterangan Ampul 1

(-)

Tidak ada partikel (jernih)

Ampul 2

(-)

Tidak ada partikel (jernih)

Ampul 3

(-)

Tidak ada partikel (jernih)

F. Pembahasan Pada percobaan ini, bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan injeksi aminophylin 2,4 %, bagaimana cara sterilisasi dan pemeriksaan sediaan injeksi tersebut. Moh. Anief (1997 : 190) menyatakan bahwa sediaan injeksi merupakan sediaan yang steril (benar-benar harus terbebas dari mikroorganisme), dimana sediaan tersebut disuntikkan melalui perusakan pertahanan tubuh (merobek jaringan ke dalam kulit) atau melalui kulit atau melalui selaput lendir. Aminofilin merupakan golongan xantin yang memiliki gugus CH3(metil) dan rumus kimia 2,6 dioksipurin (Sunaryo, 1980). Aminofilin terbentuk dari kompleks antara teofilinetilendiamin, dimana aminofilin ini termasuk dalam preparat teofilin yang sering digunakan dalam pengobatan asma yang akan menimbulkan efek bronkodilator (melebarkan saluran nafas). Aminofilin lebih mudah untuk larut dibanding dengan teofilin, akan tetapi aminofilin bersifat tidak stabil jika berada pada udara yang terbuka. Akibat adanya sifat yang tidak stabil ini, injeksi aminofilin dibuat tidak berasal dari aminofilin sendiri melainkan gabungan dari teofilin dan etilendiamin, yang akan membentuk garam aminofilin yang stabil. Depkes RI (1979 : 83)

menyatakan bahwa kandungan injeksi aminofilin berupa teofilin (C7H8N4O2), tidak kurang dari 73,5% dan tidak lebih dari 88,25 % dari jumlah yang tertera di etiket. Sebelum injeksi aminofilin dibuat, terlebih dahulu dihitung tonisitasnya. Sediaan injeksi sebaiknya berada pada keadaan yang isotonis, karena isotonis merupakan keadaan dimana obat memiliki tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh sehingga jika digunakan tidak menimbulkan iritasi. Dari hasil percobaan, larutan memiliki tonisitas sebesar 0,242 < 0,28, larutan ini bersifat hipotonis. Hipotonis merupakan suatu keadaan dimana sediaan memiliki tekanan osmosis lebih rendah dibanding dengan cairan tubuh, keadaan ini akan menyebabkan sel mengembang dan pecah (hemolisis). Untuk membuat agar larutan menjadi tidak hipotonis (menjadi isotonis) maka ditambahkan dengan NaCl sebanyak 0,1216 g/100 ml. Pada pembuatan injeksi aminofilin digunakan air bebas CO2. Air bebas CO2 digunakan agar stabilitas dari sediaan yang dibuat terjaga, jika digunakan aquadest biasa yang mengandung CO2 akan menyebabkan masuknya gas CO2 ke pembuluh darah sehingga pembuluh darah akan mengalami nekrosis ( kerusakan jaringan). Untuk membuat injeksi aminofilin dari kompleks antara teofilin dan etilendiamin, terlebih dahulu dilarutkan teofilin dengan etilendiamin. Etilendiamin diteteskan sedikit demi sedikit sampai terbentuk larutan yang jernih dan memiliki pH antara 9,5-9,6. Depkes RI (1979 : 71) menyatakan bahwa etilendiamin berfungsi untuk melarutkan teofilin. Teofilin sendiri memiliki kelarutan dalam air sebanyak 180 bagian (Depkes RI, 1979 : 598), hal ini menunjukkan bahwa teofilin bersifat sukar larut dalam air sehingga dengan adanya etilendiamin dapat membantu teofilin agar mudah larut. pH yang terbentuk bersifat basa (9,5), hal ini disebabkan karena adanya etilendiamin yang bereaksi alkalis kuat (Depkes RI, 1979 : 71) dan pH 9,5 menujukkan garam aminofilin sudah terbentuk. Jika sudah terbentuk larutan yang jernih, selanjutnya larutan di gojog dengan karbo adsorben (0,1%), didiamkan dan kemudian diaring hingga jernih. Sebelum karbo adsroben digunakan, terlebih dahulu diaktifkan dengan cara dipanaskan selama 5-10 menit. Pemanasan ini bertujuan agar kandungan H2O hilang sehingga menyebabkan terbukanya pori-pori dari karbo adrosben dan membuat karbo adsorben dapat menghilangkan pyrogen dengan cara absorbsi. Kontaminasi akibat pirogenik merupakan masalah dalam preparasi sediaan

parenteral. Pirogen merupakan senyawa kimia heterogen yang dapat menginduksi terjadinya panas, yang berasal dari bakteri, virus, fungi atau dati host (Aakanksha, 2010). Selanjutnya larutan yang jernih dimasukkan ke dalam ampul sesuai volume yang diminta, ditutup (di las) dan disterilkan dengan autoclave pada suhu 1200C selama 20 menit. Pada percobaan ini, digunakan cara sterilisasi dengan pemanasan basah yaitu dengan autoklaf (uap jenuh). Depkes RI (1979 : 18) menyatakan bahwa sediaan injeksi dapat disterilkan dengan cara pemanasan dalam autoklaf pada suhu 1150 C atau 1160C selama 20 menit jika volume wadah tidak lebih dari 100 ml atau pada suhu 1150 C atau 1160C selama 30 menit jika volume wadah lebih dari 100 ml. Sterilisasi yaitu cara yang digunakan untuk membunuh semua mikroorganisme hidup. Pada proses sterilisasi, spora bakteri merupakan organisme hidup yang paling resisten (Pelczar dan Chan, 1988). Mekanisme dari pembunuhan mikroorganisme dengan autoklaf adalah dengan cara denaturasi protein yang digunakan untuk pertumbuhan dan reproduksi mikroorganisme selain itu dengan cara membran sel dillelehkan. Aktivitas pembunuhan dari uap jenuh tinggi dan mampu menghilangkan (membunuh) semua mikroorganisme juga spora yang tahan terhadap panas. Metode ini memiliki keunggulan yaitu mudah digunakan dan cepat digunakan. Selain itu metode dengan uap jenuh memiliki kerugian yaitu kebanyakan bahan tidak tahan panas atau panas lembab dan adanya keterbatasan dari panas lembab untuk menembus wadah. Pada sterilisasi dengan uap jenuh, sebaiknya dihindarkan adanya udara yang masuk karena udara dapat memblok difusi uap air. Adapun siklus sterilisasi ini adalah conditioning, exposure, exhaust dan pemanasan. Wadah yang digunakan untuk sediaan ini adalah wadah kaca yang merupakan wadah yang tidak memiliki pori yang tidak memberikan kesempatan bagi kontaminan untuk masuk dalam wadah. Depkes RI (1979 : 18) menyatakan bahwa wadah dan tutup wadah injeksi terbuat dari kaca atau plastik yang tidak boleh berinteraksi dengan zat aktif atau zat tambahan atau yang dapat berpengaruh terhadap khasiatnya dan wadah tidak memberikan zarah kecil serta harus memungkinkan melakukan pemeriksaan isinya dengan mudah. Setelah dilakukan proses sterilisasi, selanjutnya dilakukan kontrol kualitas terhadap sediaan yang sudah jadi. Adapaun kontrol kualitas yang dilakukan adalah

uji pH, uji kebocoran dengan larutan warna (Dye Bath Test) dan uji adanya partikel asing. Uji pH dilakukan untuk mengetahui nilai pH dari sediaan yang dibuat apakah bersifat netral, asam atau basa. pH yang asam/basa dapat menyebabkan jaringan mengalami iritasi dan dapat menimbulkan rasa sakit saat disuntikkan. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa injeksi aminofilin memiliki pH sebesar 9,5. Depkes RI (1979 : 83) menyatakan bahwa injeksi aminofilin memiliki sifat asam-basa dengan pH 9,2 - 9,6. Uji kebocoran bertujuan untuk menentukan apakah ampul yang dipakai berada pada keadaan yang baik (tidak retak, tidak ada celah). Uji kebocoran dilakukan dengan cara merendam ampul dalam larutan metilen blue dalam fenol, jika ampul bocor maka larutan dalam ampul yang semula jernih berubah menjadi biru. Ampul yang bocor memungkinkan obat keluar dari ampul yang menyebabkan dosis berkurang sehingga bisa mengurangi efek dari obat dan ampul yang bocor menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat tidak steril karena mikroorganisme mudah masuk. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa tidak terdapat kebocoran pada ampul yang digunakan. Selanjutnya uji adanya partikel asing. Sediaan yang mengandung partikel asing menunjukan jika larutan yang dibuat sudah terkontaminasi oleh partikel asing yang ditunjukkan dengan adanya ketidakjernihan dan kekeruhan pada larutan. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa injeksi aminofilin yang dibuat tidak terdapat partikel asing yang menunjukkan bahwa jika sediaan yang digunakan tidak menimbulkan penyumbatan pembuluh darah dan rasa nyeri. G. Kesimpulan 1. Injeksi aminofilin yang dibuat bersifat hipotonis yaitu 0,242 < 0,28, yang artinya larutan tersebut memiliki tekanan osmotis larutan obat kurang dari tekanan osmotis cairan tubuh. 2. Injeksi aminofilin dibuat dengan cara pemanasan basah yaitu autoklaf (uap jenuh) pada suhu 1200C selama 20 menit. 3. Injeks aminofilin yang dibuat memiliki pH sebesar 9,5, tidak terjadi kebocoran ampul dan tidak ada partikel asing yang terdapat pada larutan (memenuhi persyaratan sediaan injeksi).

DAFTAR PUSTAKA Aakanksha, Bhandari et al, 2010, “An Overview On Pyrogen Reduction Methods”, Journal of Pharmacy : December 2010, pp.57-61. Anief, Moh, 1993, Farmasetika, UGM Press, Yogyakarta. , 1997, Ilmu Meracik Obat, UGM Press, Jakarta. Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta. , 1995, Farmakope Indonesia Edisi V, Depkes RI, Jakarta. Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S, 1988, Dasar - Dasar Mikrobiologi 2, UI Press, Jakarta. Sunaryo, 1980, Obat Perangsang Susunan Saraf Pusat dan Farmakologi dan Terapi, Jakarta. Voight, R, 1971, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, UGM Press, Yogyakarta. https://www.academia.edu/22547861/Injeksi_Aminophylline_2_4_

Related Documents


More Documents from "Eko Zainal"