Laporan Diskusi Kelompok Pemicu 3 Blok 4

  • Uploaded by: Devita Alamanda
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Diskusi Kelompok Pemicu 3 Blok 4 as PDF for free.

More details

  • Words: 832
  • Pages: 9
Loading documents preview...
PEMICU 3

Ibu Butet Giginya Bengkak KELOMPOK 7

Nama Anggota Nur Holila Siregar Nindira Yasmine Siregar Maudy Anggriani Pulungan Sadira Talitha Fideliya Haniifah Haafizh Arifin Adeliana Atrin Rambe Klarissa Anjani Julius Brian Cristoper Sembiring Devita Alamanda Rachel Adinda Yule Br Ginting Muklhisah Anisa Wanda Hafidzah Manuel Fernando Hutagaol Fajrin Nurul Izzah Nazar Toha Hutabarat Seila El Saadah Lubis Feby Ghea Aginta Annisa Rahma Yakubi Huzreen Sofea Binti Zakaria

190600039 190600040 190600041 190600042 190600043 190600044 190600077 190600078 190600079 190600080 190600081 190600082 190600083 190600184 190600185 190600186 190600187 190600188 190600222

SKENARIO Nama Pemicu Penyusun Hari/Tanggal

: Ibu Butet Giginya Bengkak : Agustinus Sitepu, dr., M.ked(For), Sp. For Prof. Monang Panjaitan, drg, MS : Kamis, 6 Desember 2019

Ibu Butet umur 52 tahun datang ke dokter gigi X dengan keluhan gigi geraham kiri bawah sakit dan goyang lebih kurang 1 minggu. Dokter gigi X memeriksa kemudian mencabut gigi geraham tersebut di praktiknya. Setelah pasien pulang, selama 2 hari gusi bengkak dan sakit serta Ibu Butet merasa lemas, kemudian dibawa kembali ke dokter gigi X dan disuruh opname dan dirawat oleh dokter spesialis penyakit dalam.

More Info: TD : 180/100mmhg Kadar gula darah : 300 gr/%

1. Bagaimana penanganan pasien tersebut sebelum dilakukan pencabutan gigi geraham bawah kirinya? Sebelum melakukan penanganan ada baiknya jika dokter gigi melakukan anamnesa lengkap pada pasien. Pencabutan gigi pada pasien diabetes dan hipertensi tergolong rumit, karena berhubungan dengan komplikasi yang akan dialami nantinya. Selain itu, juga ada risiko penyebaran infeksi ruang fasia jika kadar gula tidak terkontrol. Pencabutan gigi pada pasien diabetes dan hipertensi bukan berarti tidak boleh dilakukan. Boleh, namun sebelum dilakukan pencabutan ada baiknya jika pasien dirujuk terlebih dahulu kepada tenaga medis yang lebih ahli untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah dan tekanan darah untuk memastikan apakah dapat dilakukan pencabutan atau tidak. Dokter juga harus memastikan kalau kondisi pasien siap untuk dicabut giginya dan memastikan pasien tidak sedang mengkonsumsi obat pengencer darah.

2. Bagaimana tindakan dokter gigi berdasarkan medikolegal? Medikolegal melibatkan 2 aspek, yaitu ilmu kedokteran (standar pelayanan medis dan standar pelayanan operasional) serta hukum yag berlaku khususnya dalam kedokteran dan kesehatan, sehingga harus dilakukan sengan kehati-hatian yang tinggi. Dilihat dari skenario tindakan yang dilakukan dokter gigi salah, karena melanggar pasal 11 KODEKGI yang dimana seharusnya dokter melindungi pasien dari kerugian. Dokter gigi juga langsung bertindak tanpa adanya pemeriksaan terlebih dahulu dan juga tanpa menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan dan risiko yang akan terjadi nantinya setelah pencabutan terjadi Oleh karena itu tindakan yang dilakukan dokter gigi juga bisa dikatakan sebagai malpraktik. Malpraktik adalah tindakan tenaga medis sengaja atau tidak sengaja atau kelalaian dalam melakukan perawatan pada pasien yang melanggar standar profesi, prosedur dan hukum. Suatu tindakan medis dapat dikatakan lalai jika menyebabkan demage (kerugian) pada pasien.

3. Bagaimana tindakan dokter gigi berdasarkan prinsip Etika? Benar tidaknya tindakan yang dilakukan oleh seorang dokter dapat dilihat berdasarkan akibatnya. Sesuai dengan skenario diatam maka tindakan yang dilakukan dokter gigi melanggar prinsip etika 1. Autonomy, dokter harus menghargai hak pasien yaitu pasien berhak untuk mendapat penjelasan secara lengkap dari dokter. 2. Beneficence, dokter seharusnya melakukan tindakan pencabutan demi kebaikan pasien, namun pencabutan gigi yang dilakukan tidak mebawa kebaikan untuk kesehatan pasien. 3. Non-maleficence, prinsip ini seharusnya dokter tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien. Dengan melakukan pencabutan maka dokter gigi telah melanggar prinsip ini, dimana dokter telah membuat kondisi pasien semakin parah seperti yang ada pada skenario, gusi ibu butet menjadi bengkak dan badannya terasa lemas.

4. Pada kasus diatas perlukah dilakukan informed consent? Jelaskan Perlu, dengan adanya PTM memberikan rasa aman pada diri dokter gigi dalam melakukan tindakan medis pada pasien. Pelaksanaan PTM yang tidak sesuai dengan prosedur dapat menimbulkan komplain dan dapat menimbulkan masalah hukum bagi dokter gigi yang bersangkutan. Sekecil apapun tindakan yang akan dilakukan oleh dokter gigi, dokter gigi harus memberi penjelasan kepada pasien dan meminta persetujuannya untuk melakukan tindakan tersebut. Berdasarkan UU RI no.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dalam pasal 45 ayat (1) menyatakan bahwa “setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapatkan persetujuan.” PTM penting bagi pasien maupun dokter dalam melakukan tugasnya, oleh karena itu diperlukan kelengkapan lembar persetujuan medik guna melindungi dokter dari masalah hukum.

5. Apakah tindakan doter tersebut sudah perlu penanganan MKDKG? Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Gigi (MKDKG) adalah mejelis khusus untuk melakukan penilaian terhadap ada tidaknya kesalahan tindakan medis sekaligus memutuskan terkait dengan tindakan dokter gigi yang diduga melakukan kesalahan. Secara umum tugas MKDKG adalah melakukan penegakan hukum atas penyelenggaraan praktik kedokteran gigi yang merugikan pasien. Setiap orang yang merasa dirugikan oleh gokter gigi dapat mengadu pada MKDKG, oleh sebab itu tugas MKDKG juga menerima pengaduan dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter gigi yang diajukan. Dalam skenario tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi perlu penanganan dari MKDKG, kerena dokter gigi telah melakukan pelanggaran seperti pasal 3 ayat (2), yaitu melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten, tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan memadai kepada pasiean dalam melakukan praktik kedokteran, dan melakukan tindakan medik tanpa mendapat persetujuan dari pasien atau keluarga.

Thank You

Related Documents


More Documents from "Andhika Fachri"