Pemeriksaan Jembatan Rangka Baja

  • Uploaded by: Mohamad Tontro Prastowo
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pemeriksaan Jembatan Rangka Baja as PDF for free.

More details

  • Words: 4,032
  • Pages: 136
Loading documents preview...
BIMBINGAN TEKNIK N,S,P,M BIDANG JEMBATAN MEDAN 11-12 OKTOBER 2016 NARA SUMBER : Ir.Moh.Tontro Prastowo, MT 1



Pedoman ini memuat secara umum tatacara perkuatan struktur jembatan rangka sehingga dapat mengembalikan kapasitas jembatan mendekati kondisi semula dengan tindakan yang paling tepat, efektif tanpa mengubah desain awal dan spesifikasi yang ada

2

Maksud pemeriksaan jembatan : - untuk meyakinkan bahwa jembatan berada dalam keadaan aman terhadap pemakai jalan serta mengamankan nilai investasi jembatan Data jembatan dari hasil pemeriksaan digunakan untuk merencanakan suatu program penanganan jembatan : - pemeliharaan, - rehabilitasi, - Perkuatan - penggantian jembatan. 3

4

Sistem penilaian elemen untuk elemen yang rusak terdiri atas lima pertanyaan mengenai kerusakan yang ada.   

 



Struktur (S): ditinjau dari struktur apakah kerusakan berbahaya atau tidak? Kerusakan (R) : apakah tingkat kerusakan parah atau tidak? Perkembangan (Kuantitas) (K): apakah jumlah kerusakan lebih atau sama dengan 50% dari luas/volume/panjang? Selain hal tersebut perlu dihitung juga volume kerusakan yang sesungguhnya. Fungsi (F) : apakah elemen masih berfungsi atau tidak? Pengaruh (P): apakah kerusakan mempunyai pengaruh terhadap elemen lain? Nilai sebesar 1 atau 0 diberikan pada elemen sesuai dengan setiap kerusakan yang ada, menurut kriteria yang diperlihatkan pada Tabel .

5

Sistem Penilaian Struktur (S) Kerusakan (R) Kuantitas (K) Fungsi (F) Pengaruh (P)

Kriteria

Nilai

Berbahaya Tidak berbahaya Parah Tidak parah Lebih dari 50 % Kurang dari 50 % Elemen tidak berfungsi Elemen berfungsi Mempengaruhi elemen lain Tidak mempengaruhi elemen lain

1 0 1 0 1 0 1 0 1

NILAI KONDISI NK = S + R + K + F + P (NK)

0 0-5 6

Sistem ini berisi database jembatan dan beberapa program komputer yang sesuai untuk :  memasukkan dan mengambil data pemeriksaan dan data lainnya.  menyiapkan laporan standar jembatan.  memeriksa database dan mengambil dalam kombinasi informasi yang bermacam-macam.  skrining dan ranking jembatan serta menyiapkan program penanganan jembatan.  menyiapkan program jembatan jangka pendek, menengah dan panjang ( tahunan tiga, dan lima tahunan)  analisa kasus per kasus untuk menentukan strategi penanganan guna menentukan penanganan yang optimum untuk setiap jembatan.

7

Pelaporan dan memasukkan data Laporan pemeriksaan  Data umum jembatan (untuk semua jembatan)  Kesimpulan kondisi jembatan (dalam format tabel atau grafik)  Laporan tindakan darurat, berisi daftar nama jembatan yang memerlukan tindakan darurat, perbaikan atau perkuatan  Laporan pemeriksaan khusus, berisi daftar nama jembatan yang disarankan oleh pemeriksa jembatan untuk dilakukan pemeriksaan khusus  Laporan pemeriksaan rutin, berisi daftar nama jembatan yang memerlukan pemeliharaan rutin tahunan sesuai dengan format penilaian visual fisik kondisi jembatan di lapangan. Skrining dan ranking jembatan secara teknis  Salah satu program dalam sistem informasi manajemen jembatan adalah kegiatan skrining dan ranking jembatan secara teknis, yang menggunakan data dari hasil pemeriksaan untuk merekomendasikan jenis penanganan untuk setiap jembatan. 8

Jenis Pemeriksaan Jembatan Pemeriksaan Inventarisasi

Pemeriksaan Detil Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan Khusus

1. Jembatan baru atau setelah dilakukan rehabilitasi 2. Tujuan : mendaftarkan data jembatan ke pusat data (data base) 3. Data : administrasi, geometri, bahan, lokasi, panjang bentang, jenis konstruksi 1. Setiap 2 s.d 5 tahun (tergantung kebutuhan) 2. Tujuan : mengetahui kondisi jembatan – u/ mempersiapkan strategi penanganan jembatan dan membuat urutan prioritas 3. Data : kerusakan elemen, kelompok elemen, komponen utama jembatan 1. Pemeriksaan Rutin ( setiap 1 tahun ) 2. Tujuan : memeriksa hasil pemeliharaan rutin dan menentukan tindakan darurat agar jembatan layak dan aman 3. Data : hasil pemeriksaan rutin

1. Pemeriksaan Khusus 2. Tujuan : melengkapi data pemeriksaan detail 3. Penelitian lebih lanjut

Skrining Teknis adalah penyaringan dari database jembatan yang memerlukan suatu penanganan karena kurangnya kapasitas lalulintas, kurangnya kekuatan atau kondisinya yang buruk. Param eter Kondi si

3

Baik s/d Rusak Ringan Rusak Berat

Penanganan Indikatif Pemel. Rutin / Berkala Rehabilitasi

4, 5

Kritis atau Runtuh

Penggantian

Nilai 0–2

Katagori

Lalu lintas

0

Cukup Lebar

Pemel. Rutin

5

Terlalu Sempit

Beban

0

Cukup Kuat

Duplikasi, Penggantian, Pelebaran Pemel. Rutin

5

Tidak Memenuhi Standar

Perkuatan atau Penggantian

10

DATA INVENTARISASI Apakah Data Inventarisasi Betul ? (lingkari jawaban) Ya Tidak Apabila data tidak betul, perbaikan dapat dilakukan pada formulir laporan pemeriksaan Inventarisasi dengan tinta merah

Gambaran secara keseluruhan: Untuk memperoleh gambaran secara keseluruhan dari jembatan, pemeriksa harus berjalan di sekeliling dan di bawah jembatan serta mengamati : - bentuk umum, - kondisi secara keseluruhan - kinerja dalam keadaan lalu lintas penuh. Setidak-tidaknya jembatan harus dilewati satu kendaraan berat. 11

Arah air sungai

Awal

Akhir Atas jembatan Arah Jalan

Arah Jalan

Atas jembatan Bawah jembatan

Arah air sungai

Bawah jembatan

12

Selama pemeriksaan awal harus dicatat elemen-elemen jembatan yang :  Rusak  elemen yang penampilan dan kondisinya berbeda dari bagian-bagian lainnya  elemen-elemen struktur dengan level hierarki yang sama.

13

- Mengacu daftar komponen pada Level 3 , pilih komponen yang relevan terhadap jembatan yang sedang diperiksa dan mengamati elemen dari setiap kelompok Level 3, yaitu pada Level 4 - Tentukan apakah elemen tersebut pada kondisi yang mirip. - Bila semua elemen pada level 4 dari suatu komponen level 3 berada dalam kondisi yang sama dengan kerusakan yang sama atau tidak ada kerusakan, komponen level 3 yang bersangkutan dapat dinilai tanpa perlu mencatat kerusakan yang berada pada elemen dari level yang lebih rendah. - Bila elemen dari komponen Level 3 berada dalam kondisi yang berbeda atau memiliki cacat yang berbeda, kerusakan tersebut harus dicatat untuk elemen yang bersangkutan dan penilaian dilaksanakan pada Level 4 atau Level 5.

14

Elemen

Kode

Uraian (pilihan)

4.46 2 4.46 1

BATANG BAWAH BATANG ATAS

Kerusakan Kod Uraian e (pilihan) TEPI TEPI

4.46 BATANG 3 DIAGONAL 4.61 PERLETAKAN 2 3.21 ALIRAN 0 SUNGAI

Level 5 Level 3 –4 Lokasi Kondisi Kondisi A/ X Y Z S R K F P N S R K F P N P/B K K

302 KARAT 302 KARAT

302 KARAT PERUBAHA N BENTUK PENGIKISA 503 N 712

15

Elemen Kode

Kerusakan Uraian (pilihan)

Kod Uraian e (pilihan)

4.462

BATANG BAWAH

TEPI

4.461

BATANG ATAS

TEPI

4.463

BATANG DIAGONAL

4.463 4.622

BATANG DIAGONAL SANDARAN HORIZONTAL

Lokasi A/P X Y Z /B

302 KARAT

B5

1

302 KARAT

B5

1 1

302 KARAT 305

ELEMEN HILANG

302 KARAT

B5 B5 B5

Bentang 5, Semua batang tepi bawah, batang kiri. Bentang 5, Batang tepi atas pertama, batang kiri

Bentang 5, Batang diagonal ke 7, 7 1 batang kiri Diagonal ke 7, 7 1 batang kiri Bentang 5, kiri, 1 1 atas 16

Elemen

Kerusakan

Kode

Uraian (pilihan)

4.46 2 4.46 1 4.46 3 4.46 3

BATANG TEPI 302 KARAT BAWAH BATANG TEPI 302 B5 1 KARAT ATAS BATANG 302 B5 8 1 KARAT DIAGONAL BATANG 303 PERUBAHAN B5 8 1 DIAGONAL BENTUK

4.62 SANDARAN 2 4.61 PERLETAKAN 2

Kod Uraian e (pilihan)

Level 5 Kondisi A/P X Y Z S R K F P N /B K B5 1 1 1 1 0 0 3

302 KARAT

Level 3 – 4 Kondisi S R K F P

NK

1 1 0 0 0

2

1 1 1 0 0 3 1 1 0 0 0

2

1 1 1 0 0 3 1 1 0 0 0

2

Lokasi

B5

605 PERUBAHAN A1 BENTUK 605 PERUBAHAN A1 BENTUK 3.21 ALIRAN SUNGAI 503 PENGIKISAN 0 4.50 LAPIS BERGELOMBA 723 9 PERMUKAAN NG

1 0 1 0 0 2

1 1 1 1 0 0 0 2 1 1 0 0 0

2

1

1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0

3

1

1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 1

4

1 1 1 0 1

4

17

Contoh pemberian nilai kondisi pada level 3 LEVEL 3

Kode 3.210 3.220 3.230 3.310 3.320 3.410 3.420 3.430 3.440 3.450 3.480 3.490 3.500 3.600 3.610 3.620 3.800 3.800

Elemen Aliran Sungai Bangunan Pengaman Tanah Timbunan Fondasi Kepala Jembatanb/Pilar Sistem Gelagar Pelat Pelengkung Balok Pelengkung Rangka Sistem Gantung Gelagar boks Sistem Lantai Sambungan Lantai Perletakan/Landasan Sandaran Perlengkapan Gorong-gorong

Nilai Kondisi ( harus lengkap ) S R

K

F

P

NK

1

1

0

0

0

2

1

1

0

0

1

3

1 1

1 1

1 0

0 0

0 0

3 2 18

Data lain

Gamb Foto Volum ar Y/T e Kerusa Y/T kan eleme n

Volu Satua Tindaka Prioritas me n n (S/B) total (M/R/G/ elem K) en level 4

19

MAKSUD DAN TUJUAN PEMERIKSAAN DETAIL KONDISI JEMBATAN

20

21

22

Peralatan ukur sederhana Alat bantu inspeksi lapangan

Dokumentasi lapangan Alat-alat bantu penglihatan Alat bantu penerangan Alat-alat ukur dimensi Alat-alat penanda

METODE PEMERIKSAAN JEMBATAN YANG IDEAL

24

Sama dengan penomoran pada pemeriksaan Inventarisasi

25

26

Formulir Pemeriksaan Detail

27

28

29

30

31

Kerusakan pada Bahan Jembatan

32

33

34

35

36

37

38

KERUSAKAN BETON

39

40

41

KOROSI/KARAT BAJA

42

43

44

45

KERUSAKAN LANDASAN

46

47

KERUSAKAN EXPANSION JOIN

48

49

KERUSAKAN DRAINASE/CUCURAN

50

KERUSAKAN LAPIS PERMUKAAN 51

KERUSAKAN LANTAI BETON

52

53

KERUSAKAN EXPANSION JOIN

54

  

    

Rangka Baja Callender Hamilton (CH )dari Inggris (kode BMS - RBU) – berjumlah sekitar 0,87% Rangka Baja Hollandia Klos (=Belanda Baru) dari Belanda (kode BMS : RBB) – berjumlah sekitar 1,07% Rangka Baja Transfield dari Australia (kode BMS : RBA) – berjumlah sekitar 3,32 % Rangka Baja Waagner Biro dari Austria (kode BMS : RBR) – berjumlah sekitar 0,50 % Rangka Baja Bukaka dari Indonesia (kode BMS : RBK) – berjumlah sekitar 0,25 % Rangka Baja Karunia Berca Indonesia (KBI) (kode BMS : RBC) Rangka Baja Centunion dari Spanyol (kode BMS : RBE) dan rangka baja lainnya baik yang ada setelah rangka baja Spanyol atau sebelum rangka baja Callender Hamilton 55

Rangka baja semi-permanen dan jembatan darurat yang dipakai di Indonesia adalah:  Rangka Baja Panel Bailey dan Acrow Panel dari Inggris (kode BMS : RBW) – ketersediaan 1,13 % stok jembatan nasional.  Rangka Baja Semipermanen Transfield dari Australia (kode BMS : RBS) – ketersediaan 0,22 % stok jembatan nasional.  Rangka Baja Transpanel Transfield dari Australia (kode BMS  : RBT) – ketersediaan 0,12 % stok jembatan nasional. 56

57

58

59

60

61

R

B

R

62

63

64

65



Elemen Utama RB

66

67

68

69

Di las

Pelat Buhul

Baut atau Paku Keling

70

71

72

RANGKA BAJA DECK TYPE CALLENDAR HAMILTON

73

74

75

◦ Pemeriksaan kekencangan baut :  Peralatan yang digunakan  Metode  Parameter-parameter kekuatan kekencangan baut

◦ Pemeriksaan karat pada struktur Jembatan Rangka :  Peralatan yang digunakan  Metode  Parameter-parameternya

◦ Pemeriksaan Lendutan pada struktur Jembatan Rangka :  Peralatan yang digunakan  Metode  Parameter-parameter lendutan

76

Peralatan Pemeriksaan Umum Inventarisasi, Detail dan Rutin Persiapan

Pelaksanaan / Lapangan

Pengumpulan Data

Form Isian Pemeriksaan Keamanan Pemeriksa

Peralatan ukur sederhana Alat bantu inspeksi lapangan Dokumentasi lapangan

Dokumentasi / Database

Peralatan ukur sederhana Alat bantu inspeksi lapangan Dokumentasi lapangan

Baut 

 -

-

Pada jembatan Rangka Baja, hal yang sering terjadi adalah hilang atau mengendurnya pin atau baut. Kondisi ini bisa terjadi pada seluruh bagian jembatan Rangka Baja . Pemeriksaan kendurnya baut dapat dilakukan dengan menggunakan palu yang beratnya 1 kg, yang dipukulkan pada sekitar lokasi tempat kedudukan baut tersebut. Atau dengan mengukur kekencangan baut memakai Torsi meter.

79

Kerusakan 308 - Sambungan yang Longgar

Baut kendur dan hilang

80

Pemeriksaan baut dengan palu

Pemeriksaan baut dengan Torsimeter

Metode : - Palu dipukulkan pada baut. Apabila bunyi detingan keras/tinggi berarti baut cukup kencang. Dan sebaliknya, baut dinilai mengalami kendur/longgar. Cara ini harus dilakukan oleh inspektor jembatan yang berpengalaman. •

- Torsi meter digunakan untuk mengencangkan baut yang kendur/longgar, sekaligus mengukur kekuatan jepitnya. 81

BAUT YANG SUDAH DIKENCANGKAN DIBERI TANDA CAT (Kuning)

82

PENGGUNAAN BAUT BEKAS (BOLT REUSE) Jangan menggunakan baut bekas ASTM A 490 atau ASTM A 325 yang Digalvanis. Baut ASTM A 325 yang tidak digalvanis dapat digunakan Kembali satu kali bila ulirnya tidak rusak. Baut tension yang sudah longgar tidak direkomendasi untuk dipakai lagi. 83

 Parameter-parameter kekuatan kekencangan baut

Parameter : - Pemeriksanaan kekencangan baut dengan metode putaran mur - Pemeriksanaan kekencangan baut dengan metode ring indikator tarik - Pemeriksanaan kekencangan baut dengan metode kontrol torsi dengan kunci torsi - Pemeriksanaan kekencangan baut dengan metode putaran dengan kontrol gaya tarik

84

KERUSAKAN BAJA, dapat mengalami :  Penurunan mutu cat dan atau galvanis  Karat  Perubahan bentuk pada komponen Retak  Pecah atau hilangnya bahan Elemen yang tidak benar  Kabel jembatan yang aus  Sambungan yang longgar

85

Karat  Karat atau korosi banyak terjadi pada sebagian komponen jembatan Rangka Baja.  Pemeriksaan karat mudah dilihat dengan mata secara visual. Bagian-bagian bangunan atas jembatan baja berikut ini dapat digolongkan sebagai yang paling sensitif terhadap korosi, yaitu :  sisi bagian bawah lantai baja,  sambungan rangka dan sambungan lain dari bagian struktural primer dansekunder,  balok melintang di bawah penyokong, terutama yang terletak secara langsung di bagian depan kepala jembatan,  tempat-tempat pada bangunan atas dengan ventilasi dan kemampuan pembuangan air yang tidak cukup, di mana semua kontaminasi dapat secara relatif mudahterkumpul,  tempat-tempat di mana gelagar utama melintang di atas lantai. 86

INDIKASI AWAL KOROSI/KARAT:  Penurunan mutu cat/galvanis>gejala kerusakan awal  Gelembung pada permukaan  Timbulnya tanda karat kecil pada permukaan  Bercak-bercak putih pada permukaan

87

LOKASI YANG MUDAH BERKARAT 88



    

CIRI-CIRI KERUSAKAN LAPISAN GALVANIS KATEGORI A •Warna galvanis memudar •Fleksibilitas menurun •Terdapat bercak putih pada lapisan galvanis •Mulai timbul karat •Lapisan galvanis sudah ada yang mulai mengelupas dan mengge-lembung

89



  

CIRI-CIRI KERUSAKAN LAPISAN GALVANIS KATEGORI B Lapisan galvanis mulai rusak Karat timbul di seluruh permukaan Karat terjadi terutama pada bagian yang bersudut runcing, daerah baut, las dan bagian dalam siku

90

CIRI KERUSAKAN LAPISAN NON GALVANIS KATEGORI A  Belum terlihat titik karat  Cat belum mengelupas atau menggelembung  Kerusakan cat pada bagian tertentu ada pada bagian yang terpukul, tergores dsb.  Terjadi karat pada bagian yang bersudut runcing, baut, las dan siku

91

CIRI KERUSAKAN LAPISAN NON GALVANIS KATEGORI B  Cat sudah mulai mengelupas atau menggelembung  Terdapat keretakan cat sampai ke bagian baja  Karat sudah timbul secara menyeluruh, baik pada bagian ujung atau bagian seluruh permukaan

92

Pemeriksaan Potensial  beda potensial  korosi

Elcometer  pemeriksaan ketebalan cat

Pemeriksaan ketebalan pelat baja  (thicknees gauge)



PENGUJIAN LENDUTAN Lendutan adalah besar perpindahan antara struktur awal dan yang telah dibebani.

Parameter ketentuan lendutan : - pada jembatan baja atau girder, desain lendutan akibat beban hidup dan impact tidak melebihi 1/800 panjang bentang. 

-

jembatan pada daerah perkotaan yang sebagian jembatannya juga digunakan untuk pejalan kaki, maka lendutan tidak boleh melebihi 1/1000 panjang bentang

(Xanthakos, 1994). Batas yang sama juga diberikan pada RSNIT-03-2005.

95

LENDUTAN

96

METODE :Uji Beban 1. Dilakukan untuk mengetahui kapasitas jembatan 2. Dilakukan pada jembatan baru ataupun jembatan lama 3. Perlu analisa lebih lanjut dari data uji lapangan/ Evaluasi struktur jembatan

Deformasi Regangan

97

Beban Terukur

Regangan Baja

Struktur Jembatan

Deformasi / Lendutan Alat ukur dan dial regangan

98

Alat Pengukuran Deformasi Jembatan

99

Rambu alat ukur Alat ukur T0 / Water Pass

10 0

Alat Pengukur Beban kendaraan

10 1

Dial Gauge

Pengukuran Respon (Baja / Beton) Beban Terukur

Pemasang an Tranducers

Respon Jembatan

Uji Statik.  Uji beban jembatan. 



statik

dilakukan

untuk

menentukan

kapasitas

METODE : Pada uji ini pembebanan dilakukan secara bertahap mensimulasi beban rencana. Parameter yang dikukur dalam uji ini adalah lendutan dan tegangan pada elemen-elemen jembatan. Uji beban statik dilakukan dengan menempatkan beban di posisi jembatan , dengan tujuan untuk mendapatkan parameter : static displacement, regangan static struktur agar dapat dinilai kinerja jembatan. Misalnya digunakan 24 truk dengan berat masingmasing 12,5 ton sehingga total beban uji 300 ton. Dengan simulasi pembebanan bertahap “loading and unloading” akan diketahui parameter hasil pengujian yang diinginkan.

10 4

Uji beban statik  untuk mengetahui perilaku dari struktur jembatan dalam menerima beban kendaraan berat (truk) statis di atasnya.  Akan diperoleh perilaku lendutan gelagar serta perilaku pendistribusian beban kendaraan pada gelagar. 10 5

Uji Dinamik 





Uji dinamik dilakukan untuk mendapatkan karateristik getar jembatan sekaligus sebagai “fingerprint” jembatan atau catatan lahir yang dapat digunakan untuk mengetahui laju penurunan kondisi atau deterioration jembatan pada saat operasional. Parameter yang diukur dalam uji ini adalah percepatan dan frekuensi getar. METODE :Uji beban dinamik dilakukan untuk mendapatkan karakteristk getaran jembatan dengan cara memberikan goncangan pada jembatan. Tujuannya untuk mendapatkan parameter : natural frequency, damping ratio, mode shape struktur sehingga dapar dinilai kekakuan struktur jembatan.

10 6

Uji Dinamik/Getar

1. Dilakukan untuk mengetahui Intensitas dan Frekuensi Jembatan 2. Dilakukan pada jembatan baru ataupun jembatan lama 3. Perlu analisa lebih lanjut dari data uji lapangan/ Evaluasi struktur jembatan

Beban Dinamis Frekuensi Jembatan

107

PELAKSANAAN DAN PERALATAN Uji Respon Beban Dinamis Jembatan

108

Vibrocorder

Rekaman getaran

10 9





Apakah perilaku getaran jembatan yang ada masih memenuhi kriteria-kriteria getaran jembatan atau tidak. Kriteria-kriteria getaran pada jembatan tersebut yaitu meliputi kriteria kekakuan, kriteria daya layan, kriteria kapasitas beban pikul dan kriteria redaman. 11 0

Prosedur pengujian dinamik:  Blok kayu 12x15 cm sepanjang 4 m ditempatkan di tengah bentang jembatan.  Uji beban dinamik dapat dilaksanakan dengan jumping test di mana sebuah truk berat 12,5 ton bergerak dengan kecepatan rendah melampaui ganjal kayu setinggi 12 cm tersebut.  Alat uji yang diperlukan adalah Blastmate dengan accelerometer 3 arah yang diletakkan di tengah bentang.  Evaluasi uji beban dinamik dilakukan dengan cara membandingkan parameter hasil pengujian dengan hasil analisis.  Kinerja jembatan dikatakan baik apabila natural frequency dan damping ratio hasil uji lebih besar dari hasil analisis.

11 1

 



 

Maksud dari pelaksanaan pengujian beban jembatan untuk menilai pemenuhan konstruksi jembatan terhadap kriteria desain khususnya terkati kekuatan dan keamanan struktur meliputi: Kondisi aktual struktur jembatan di bawah beban-beban pengujian, Kualitas konstruksi dan kondisi layan struktur jembatan, Menyediakan dasar ilmiah bagi penyelesaian & penerimaan pekerjaan jembatan

11 2

◦ Lokasi jembatan = Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah ◦ Kelas jembatan = A ◦ Panjang total = 255 meter ◦ Lebar jembatan = 9,0 meter (1,0 + 7,0 + 1,0) ◦ Konfigurasi = (62,5 + 105 + 62,5 m) + 25 m ◦ Tipe Jembatan = Cantilever truss bridge (230m) + Komposit baja (25m) ◦ Bangunan Atas = Rangka Baja Non Standar Bentang Khusus

11 3

◦ Prosedur Pengujian Secara prinsip pengujian beban adalah  Pengujian harus memberi tegangan dan deformasi yang jelas pada elemen-elemen penting sistem struktur (Penentuan elemen-elemen tersebut ditentukan dari hasil perencanaan awal).  Pengujian harus menggambarkan kapasitas daya dukung stuktural.  Beban aktual yang diberikan tidak menyebabkan kerusakan pada struktur. Penerapan uji pembebanan harus disesuaikan dengan kondisi awal (initial condition) pembebanan (UDL) dari analisis struktur perencanaan.

11 4

Uji Beban Dinamik  







Prosedur pengujian: Blok kayu dengan penampang 12x15 cm sepanjang 4.0 meter ditempatkan di tengah bentang jembatan Uji beban dinamik dapat dilaksanakan dengan jumping test dimana sebuah truk berat 12.5 ton bergerak dengan kecepatan rendah melampaui ganjal kayu setinggi 12 cm. Alat uji yang diperlukan adalah Blastmate IIII dengan accelerometer 3 arah yang diletakkan di tengah bentang. Evaluasi uji beban dinamik dengan cara membandingkan parameter-parameter hasil pengujian dengan hasil analisis. Kinerja jembatan dikatakan baik apabila natural frequency dan damping ratio hasil uji lebih besar dari hasil analisis.

11 5

Uji Beban Statik Prosedur pengujian (lihat gambar di belakang): LOADING  Tahap 1: Tidak ada truck  Tahap 2: Truck yang digunakan 8 buah (total beban 100 ton) yang ditempatkan 4 buah dimasing-masing bentang tepi dan 4 buah dibentang tengah  Tahap 3: Truck yang digunakan 16 buah (total beban 200 ton) yang ditempatkan 4 buah dimasing-masing bentang tepi dan 8 buah dibentang tengah  Tahap 4: Truck yang digunakan 24 (total beban 300 ton) buah yang ditempatkan 6 buah dimasing-masing bentang tepi dan 12 buah dibentang tengah UNLOADING  Tahap 5: Truck yang digunakan 16 buah (total beban 200 ton) yang ditempatkan 4 buah dimasing-masing bentang tepi dan 8 buah dibentang tengah  Tahap 6: Truck yang digunakan 8 buah (total beban 100 ton) yang ditempatkan 4 buah dimasing-masing bentang tepi dan 4 buah dibentang tengah  Tahap 7: Tidak ada truck

11 6

11 7

Hasil Uji Statik

1

No. Titik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Aktua l

Loading

2

TAHAPAN PENGUJIAN

3

4

Un-loading 6

5

7

Renca na

Aktua l

Renca na Bintek

Renca na Kons

Aktua l

Renca na Bintek

Renca na Kons

Aktua l

Renca na Bintek

Renca na Kons

Aktua l

Renca na Bintek

Renca na Kons

Aktua l

Renca na Bintek

Renca na Kons

Aktua l

0 0

0

0.7

2.2

0

-1.8

1.7

0

-4.3

-0.9

0

-1.8

1.7

0

0.7

2.2

0

0

0

1.2

3.9

-10

-3.2

3.1

-10

-6.8

-1.2

-10

-3.2

3.1

0

1.2

3.9

0

0

1.4

4.7

-10

-3.8

3.6

-10

-6.6

0.1

-10

-3.8

3.6

0

1.4

4.8

10

0

1.1

4.2

-10

-2.7

3.5

-10

-4.2

1.4

-10

-2.7

3.5

0

1.1

4.17

0

0

0.4

2.3

-10

-1.5

2.3

-10

-2

1.5

-10

-1.5

2.3

0

0.4

2.3

0

0

-3.9

-4.3

-10

-4.3

-6.2

-10

-5.9

-6.8

-10

-4.3

-6.2

0

-3.9

-4.3

0

0

-8.1

-8.8

-10

-9.3

-13

-10

-11.6

-13.6

-10

-9.3

-13

0

-8.1

-8.8

10

-10

-12.7

-13.7

-20

-14.8

-20.3

-20

-17.5

-20.8

-20

-14.8

-20.3

-10

-12.7

-13.7

0

-10

-16.5

-17.7

-20

-18.9

-25.3

-20

-21.8

-25.8

-20

-18.9

-25.3

-10

-16.5

-17.7

0

-10

-17.7

-19

-20

-20.3

-26.9

-20

-23.2

-27.4

-20

-20.3

-26.9

-10

-17.7

-19

0

-10

-16.5

-17.7

-20

-18.9

-25.3

-20

-21.8

-25.8

-20

-18.9

-25.3

-10

-16.5

-17.7

0

-10

-12.7

-13.7

-20

-14.8

-20.3

-20

-17.5

-20.8

-20

-14.8

-20.3

-10

-12.7

-13.7

0

0

-8.1

-8.8

-10

-9.3

-13

-10

-11.6

-13.6

-10

-9.3

-13

0

-8.1

-8.8

10

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

R e n ca n a Bi nt e k 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

R e n c a n a K o n s 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11 0 08

Kesimpulan - Frekuensi getar aktual jembatan berdasarkan uji dinamik lebih rendah dari frekuensi rencana. Hal ini dapat mengindikasikan kekakuan jembatan yang relatif lebih kecil dibandingkan model. - Pola lendutan yang terjadi pada saat pengujian mengikuti pola model struktur. Lendutan terbesar adalah 2 cm, mendekati lendutan pada model yaitu sebesar 2.7 cm. - Tegangan pada member-member utama hasil bacaan strain gauge melebihi tegangan pada model struktur. Perlu dilakukan koreksi terhadap bacaan strain gauge akibat panjang kabel dan kondisi inisial. 11 9

PERIKSA PELAT DAN LANTAI apakah ada :  Pergerakan yang berlebih pada sambungan lantai arah memanjang  Lendutan yang berlebihan 12 0



Indikator : - Terjadinya retak dan hancur

12 1

PAKAI CRACK SCALE

atau DIGITAL

12 2

Pemeriksaan Ketebalan selimut beton, diameter tulangan dan jarak tulangan  Covermeter

Pemeriksaan mutu beton dengan Hammer Test  mutu beton

12 3

Pemeriksaan lebar retak dan kedalaman retak  Pundit / Utrasonic Test

12 4

Pemeriksaan mutu beton dengan Winsore Probe  mutu beton

Pemeriksaan resistivity beton  kerapatan beton 12 5

Pemeriksaan homogenitas beton dengan alat Impact Echo Pemeriksaan dimensi pondasi dengan georadar

12 6

Pengambilan sampel dengan alat core drill

12 7

LANDASAN/PERLETAKAN bisa mengalami:  Tidak cukupnya tempat untuk bergerak  Kedudukan landasan yang tidak sempuma  Mortar dasar retak atau rontok  Perpindahan atau Perubahan bentuk yang berlebihan  Landasan yang cacat (pecah sobek atau retak)  Bagian yang longgar  Kurangnya pelumasan pada landasan logam

12 8

EPANSION JOINT /SIAR MUAI mengalami:  Kerusakan sambungan lantai yang tidak sama tinggi Kerusakan akibat terisinya sambungan  Bagian yang longgar  Bagian yang hilang  Retak pada aspal karena pergerakan pada sambungan

12 9

URUTAN SUEVEI DETAIL :  Konfirmasikan lokasi dan catat data administrasi.  Periksa Data Inventarisasi, dibandingkan lapangan.  Berjalan mengelilingi jembatan dan dapatkan suatu kesan menyeluruh mengenai strukturnya.  periksa secara sistematis, catat kerusakan & lokasi elemen serta nilai kondisi.  catat data lain yang ada.  Catat NK dari elemen tingkat lebih tinggi.  catat hal-hal apa yang butuh Pemeliharaan Rutin.  catat kebutuhan Pemeriksaan Khusus dan alasannya. 13 0

13 1

13 2

13 3

13 4

13 5

13 6

Related Documents


More Documents from "Aabidah Hijrah"